Pelajaran 9 Triwulan IV 2012

SSD 9 untuk Android, BlackBerry, Ipad Apple dan Samsung download di sini
SSD 9 Powerpoint prepared by Pastor Togu F. Tampubolon dapat di download di sini

Berbagai Upacara dan Ritual
SABAT PETANG
Baca untuk Pelajaran Pekan Ini: Mat. 28:19, 20; Rm. 6:3-8; Mat. 26:26- 28; Yoh. 13:1-17; 1 Kor. 11:24-26.
AYAT HAFALAN: "Jawab Petrus kepada mereka: 'Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan meneri­ma karunia Roh Kudus'" (Kisah 2:38).
Pokok Pikiran: Allah telah melembagakan ketetapan-ketetapan yang bi­lamana benar-benar dipahami, akan membantu untuk meneguhkan iman kita.
Banyak masyarakat memiliki ritual-ritual inisiasi2, kadang-kadang disebut "upacara peralihan." Dalam beberapa budaya, upacara peralihan dirancang untuk membantu orang-orang dalam masa peralihan dari satu tahap ke­hidupan kepada tahap lainnya. Misalnya, upacara kedewasaan dilakukan sekitar masa akil balig. Upacara-upacara ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, namun, semua memiliki tujuan untuk memastikan bahwa anggota yang lebih muda dibentuk untuk menjadi individu-individu yang berorientasi kepada masyarakat yang produktif dan bertanggung jawab. Dalam proses ini, anak-anak laki-laki atau perempuan diajarkan cara-cara orang dewasa, kepada mereka ditunjukkan apa yang diharapkan dari mereka sebagai anggota masyarakat yang telah dewasa.
Dalam komunitas Kristen ada juga upacara-upacara tertentu, tindakan yang membentuk komitmen pribadi terhadap iman yang mereka anut. Tindakan-tindakan suci ini tidak hanya menunjukkan partisipasi dan pergaulan orang tersebut dalam masyarakat, tetapi, idealnya, membantu untuk mempersiapkan orang itu untuk menjadi anggota yang setia dan produktif. Hal itu juga merupakan sarana untuk membantu anggota-anggota untuk memahami apa yang dituntut dari komitmen mereka pada Kristus. Pekan ini kita akan mempelajari tiga upacara yang meng­ekspresikan iman kita: baptisan, pembasuhan kaki, dan perjamuan kudus.
* Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 1 Desember.
2. inisiasi: Upacara atau ujian yang harus dijalani orang yang akan menjadi anggota suatu perku,mpulan, suku, kelompok umur, dsb.

Minggu 25 November
MENAMAI UPACARA-UPACARA SUCI
Pada tahap-tahap awal gereja Kristen, orang-orang percaya di Barat, di mana bahasa Yunani adalah bahasa yang umum, menggunakan kata mysterion, "miste­ri," untuk menggambarkan upacara-upacara suci umat Kristen. Di gereja bagian timur, di mana bahasa Latin mendominasi, istilah yang digunakan adalah sakra­men (Latin, "sacramentum"). Sebuah sacramentum adalah sumpah yang diucapkan oleh seorang tentara Romawi, menyatakan ketaatannya pada perintah komandan. Mereka yang mengucapkan kata-kata ini merasa bahwa hal itu menggambarkan secara akurat sifat upacara-upacara suci tersebut. Dengan berlalunya waktu, mun­cullah ide untuk menyatakan suatu upacara dengan suatu kekuatan dari dalam yang tidak kelihatan. Gereja Abad Pertengahan mengidentifikasi tujuh upacara seperti itu, yang disebut sakramen-sakramen yang nampaknya dianggap sebagai sarana untuk menanamkan kasih karunia ke dalam jiwa seseorang.
Pada zaman reformasi, sakramen-sakramen ini berada di bawah penelitian yang cermat dan kritik. Dalam benak banyak orang, istilah sakramen sudah sa­ngat tercemar. Diperlukan sebuah istilah yang berbeda, dan itu adalah penah­bisan. Kata ini berasal dari kata kerja "menahbiskan," yang membuat upacara penahbisan menjadi satu upacara yang khusus karena Kristus sendiri yang me­netapkan atau menahbiskannya. Memilih istilah penahbisan daripada kata sa­kramen adalah mengatakan bahwa seseorang berpartisipasi dalam upacara itu karena upacara itu ditetapkan oleh kuasa Ilahi bagi kita untuk menunjukkan pe- nurutan dan kesetiaan kita pada Yesus sebagai Tuhan. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh memandang baptisan, pembasuhan kaki, dan perjamuan kudus sebagai upacara-upacara khusus yang mengungkapkan kesetiaan kita kepada Kristus. Semuanya merupakan cara-cara simbolis untuk mengekspresikan iman kita.
Baca Matius 28:19, 20; Yohanes 13:14; dan 1 Korintus 11:23-26. Seja­uh manakah ayat-ayat ini mendukung ide bahwa upacara-upacara khu­sus harus dilihat sebagai "penahbisan?"
Matius 28:19, 20;
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Yohanes 13:14;
13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;
1 Korintus 11:23-26
11:23 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti
11:24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
11:25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
11:26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

Meskipun upacara-upacara khusus itu sangat penting, kita harus selalu mengingat bahwa itu bukanlah saluran rahmat atau upacara yang olehnya kita mendapatkan keselamatan atau pahala di hadapan Allah. Dosa, dan apa yang telah dilakukannya pada kita, menjadi masalah yang sangat serius untuk dia­tasi oleh upacara-upacara ritual, meskipun upacara-upacara dilembagakan oleh Kristus sendiri, upacara itu tidak dapat menebus kita. Hanya kematian Yesus di kayu salib yang dapat menyelamatkan makhluk yang sudah jatuh sangat dalam seperti kita. Seperti pemahaman kita akan upacara-upacara tersebut, itu adalah simbol pengakuan kita tentang apa yang telah dilakukan Kristus bagi kita dan persatuan kita dengan-Nya (dan apa yang dibutuhkan oleh persatuan ini), dan semuanya mencapai tujuannya dengan baik. Upacara-upacara itu adalah sarana untuk mencapai suatu tujuan, itu bukan menjadi tujuan akhirnya.

Senin 26 November
UPACARA BAPTISAN
Perjanjian Baru menggunakan beberapa gambaran untuk menjelaskan apa artinya baptisan. Pertama, baptisan melambangkan suatu penyatuan rohani de­ngan Kristus (Rm. 6:3-8), melibatkan keikutsertaan dalam penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya, juga penolakan terhadap gaya hidup yang sebelumnya. Dengan cara ini, baptisan dihubungkan dengan pertobatan dan pengampunan dosa (Kis. 2:38); kelahiran baru dan penerimaan Roh Kudus (1 Kor. 12:13), serta, jalan masuk ke dalam gereja (Kis. 2: 41, 47).
Baptisan melambangkan hubungan perjanjian dan hubungan rohani dengan Allah melalui Kristus (Kol. 2:11, 12). Baptisan melambangkan apa yang dilam­bangkan oleh sunat dalam Perjanjian Lama. Dan, juga, baptisan melambangkan pemindahan kesetiaan, yang menempatkan seseorang dalam sebuah komunitas yang diasingkan untuk melayani Kristus. Penerimaan Roh Kudus dalam bap­tisan memungkinkan orang percaya untuk melayani gereja dan bekerja untuk keselamatan orang-orang yang belum percaya (Kis. 1:5, 8).
Beberapa tahun yang lalu Komite Bersama Gereja Inggris yang membahas tentang Baptisan, Peneguhan, dan Perjamuan Kudus membuat sebuah penga­kuan yang mengesankan. Pernyataan itu mengatakan bahwa "penerima bap­tisan biasanya adalah orang-orang dewasa dan bukan bayi, dan harus diakui bahwa tidak ada bukti dalam Perjanjian Baru yang mendukung adanya baptis­an bayi."— Baptism and Confirmation Today (London: SCM, 1955), hlm. 34, dikutip oleh Millard J. Erickson, Christian Theology (Michigan: Baker Book House, 1988), hlm. 1102. Makna baptisan itu menghalangi bayi sebagai calon baptisan yang sah, karena baptisan menurut Alkitab menuntut iman dan perto­batan dari calon baptisan. Juga, gagasan tentang peran Firman Allah dalam pe­ngembangan iman (Rm. 10:17) menunjukkan bahwa pertobatan harus dibarengi dengan petunjuk-petunjuk rohani dan Alkitabiah. Unsur-unsur ini diperlukan agar para calon baptisan menghasilkan "buah-buah yang sesuai dengan perto­batan" (Luk. 3:8) sebagai bukti hubungan mereka dengan Kristus.
Sifat baptisan itu membantu kita untuk memahami perbedaan antara penah­bisan dan sakramen. Baptisan, menurut mereka yang melihatnya sebagai sakra­men, adalah sarana yang membawa perubahan dalam diri seseorang dari kema­tian rohani kepada kehidupan. Dalam pemahaman ini, usia orang tidak penting, karena semuanya merupakan peristiwa supra alami. Di sisi lain, baptisan sebagai suatu penahbisan merupakan indikasi atau simbol dari suatu perubahan internal (peristiwa supra alami) yang telah terjadi dalam kehidupan orang percaya lewat pengalamannya bersama Yesus. Dalam pandangan ini, calon baptisan harus su­dah memiliki pengalaman iman di dalam Kristus, karena itu pertanyaan, siapa yang dibaptis, dan kapan dibaptis, menjadi sangat penting.
Jika Anda telah dibaptis, ingatlah kembali pengalaman tersebut. Ka­pankah Anda memahami arti baptisan, mengapa (dalam arti) kita perlu "dibaptis" setiap hari? Bagaimanakah hal ini dapat dicapai?

Selasa 27 November
UPACARA KERENDAHAN HATI
Sulit untuk membayangkan penderitaan yang dirasakan dalam hati Yesus saat Dia hendak—menghadapi peristiwa penyaliban, penghinaan terbesar yang mung­kin terjadi—melihat kecemburuan dan pertengkaran di antara murid-murid-Nya sendiri tentang siapa yang akan menjadi yang terbesar dalam kerajaan-Nya.
Baca Lukas 22:24-27 (lihat juga Mat. 18:1, 20:21). Kebenaran penting apakah yang belum dipelajari oleh murid-murid pada saat itu?
Lukas 22:24-27
22:24 Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
22:25 Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
22:26 Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
22:27 Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
Mat. 18:1, 20:21
18:1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
20:21 Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
Dunia kita telah dipelintir dan diselewengkan oleh dosa sehingga kita me­lihat segalanya terbalik, betapa "rasional" dan "masuk akal" pun itu kelihatan­nya. Siapakah yang benar-benar sifat alaminya lebih suka melayani daripada dilayani? Bukankah seluruh tujuan hidup adalah untuk lebih unggul, menjadi kaya, dan menjadi seseorang yang dilayani oleh banyak orang daripada menjadi orang-orang yang melayani? Tak heran, bahwa pada Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Tidak ada kata-kata yang boleh Dia katakan, yang mampu menyampaikan kebenaran tentang kebesaran yang sesungguhnya dalam pemandangan Allah, lebih kuat daripada tindakan-Nya membasuh kaki orang-orang yang seharusnya mencium kaki-Nya.
Apakah yang Yohanes 13:1-17 ajarkan pada kita tentang pembasuhan kaki sebagai bagian dari upacara perjamuan kudus?
Yohanes 13:1-17
13:1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.
13:2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.
13:3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.
13:4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,
13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
13:6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?"
13:7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."
13:8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."
13:9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"
13:10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."
13:11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."
13:12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?
13:13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;
13:15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
13:16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.
13:17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
Ada banyak kebenaran yang menakjubkan yang didapat melalui ayat-ayat ini. Dalam ayat 3 dikatakan bahwa Yesus tahu kalau Bapa telah memberikan "segala sesuatu ke dalam tangan-Nya." Apakah yang terjadi selanjutnya? Ya, Yesus, benar-benar mengetahui bahwa "Dia telah datang dari Allah dan kem­bali kepada Allah," (NKJV), bangkit dari meja makan dan mulai "membasuh kaki murid-murid-Nya," (ay. 5). Meskipun tanpa mengetahui sepenuhnya sia­pa Yesus sebenarnya, mereka seharusnya heran. Bagaimana mungkin mereka telah gagal untuk melihat pelajaran penting di sana?
Pikirkan juga, apa artinya upacara pembasuhan kaki diadakan sebelum Perja­muan Kudus. Sebelum menuntut bagi diri kita semua yang telah dilakukan Kristus bagi kita, betapa pentingnya untuk datang ke Perjamuan Kudus dengan kerendah­an hati dan menyadari keadaan kita yang membutuhkan kasih karunia Ilahi.
Kaki siapakah yang bilamana Anda basuh, dapat memberikan manfa­at rohani yang besar dalam kehidupan Anda?

Rabu 28 November
PERJAMUAN TUHAN
Baca Matius 26:26-28. Apakah makna yang kelihatan di dalam petun­juk yang Yesus berikan di sini? Mengapa sangat penting untuk melihat­nya dalam istilah simbol?
Matius 26:26-28
26:26 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."
26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.
26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.
Perjamuan Tuhan menggantikan perayaan Paskah pada zaman perjanjian lama. Paskah mendapatkan kegenapannya ketika Kristus, Anak Domba Paskah, memberikan hidup-Nya. Sebelum kematian-Nya, Kristus sendiri yang mene­tapkan penggantian perayaan besar dari gereja Perjanjian Baru di bawah per­janjian yang baru. Sama seperti perayaan Paskah merupakan perayaan untuk mengingat kelepasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, Perjamuan Tuhan memperingati pembebasan dari Mesir rohani, perbudakan dosa.
Darah anak domba Paskah dikenakan pada palang dan tiang pintu untuk me­lindungi penghuni rumah dari kematian; makanan yang diperoleh dari daging­nya memberi mereka kekuatan untuk melarikan diri dari Mesir (Kel. 12: 3-8). Jadi, pengorbanan Kristus membawa pembebasan dari kematian; orang-orang percaya diselamatkan dengan mengambil bagian dari tubuh dan darah-Nya (Yoh. 6:54). Perjamuan Tuhan menyatakan bahwa kematian Kristus di kayu salib me­nyediakan keselamatan untuk kita, menyediakan pengampunan bagi kita, dan menjanjikan pada kita kemenangan atas dosa.
Baca 1 Korintus 11:24-26. Doktrin kebenaran penting apakah yang di­nyatakan dalam ayat-ayat ini tentang salib?
1 Korintus 11:24-26
11:24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
11:25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
11:26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
Di sini kita melihat dengan jelas, aspek penggantian pada kematian Kris­tus. Tubuh-Nya hancur dan darah-Nya dicurahkan untuk kita; di atas kayu sa­lib Dia menanggung apa yang seharusnya ditanggungkan pada kita. Setiap kali kita mengambil bagian dari Perjamuan Tuhan, kita harus selalu ingat apa yang telah dikerjakan oleh Kristus untuk kepentingan kita.
Ketika Anda menambahkan pembasuhan kaki ke dalam upacara Perjamuan Tuhan, yang membantu untuk mempersiapkan hati kita sebelum kita mengambil bagian dalam Perjamuan Tuhan, kita juga harus mengerti sifat perayaan upacara ini. Dengan sangat jelas salib dilambangkan lewat mengambil bagian dalam roti dan anggur, kita diingatkan bahwa apa pun hal-hal duniawi yang memisahkan kita, kita semua adalah orang berdosa yang selalu membutuhkan kasih karunia. Upacara Perjamuan Tuhan harus membantu kita semua untuk menyadari kewa­jiban kita, bukan hanya kepada Tuhan tetapi juga terhadap satu sama lain.

Kamis 29 November
ANTISIPASI KEDATANGAN KEDUA KALI
"Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang" (1 Kor. 11:26). Pengha­rapan apakah yang diberikan di sini?
Dalam ayat ini kita melihat betapa eratnya hubungan antara kedatangan Yesus yang kedua kali dengan Perjamuan Kudus. Itu sangat masuk akal, kare­na Kedatangan Kedua Kali, merupakan puncak dari apa yang terjadi di kayu salib. Orang dapat berpendapat bahwa alasan terbesar bagi kedatangan Yesus yang pertama—termasuk tubuh-Nya yang remuk dan darah-Nya yang dicurah­kan bagi kita—adalah Kedatangan Kedua. Kedatangan Pertama membuka ja­lan bagi Kedatangan Kedua.
Apakah gunanya kedatangan Yesus yang pertama tanpa kedatangan yang kedua?
Perjamuan Kudus, dari satu sisi, merupakan suatu masa di antara Golgota dan kedatangan-Nyayang kedua. Setiap kali kita mengambil bagian dalam perjamuan kudus, kita merenungkan salib Kristus dan apa yang telah dikerjakan untuk kita. Namun, apa yang telah diraihnya untuk kita tidak dapat dipisahkan dari kedatangan-Nya yang kedua. Bahkan, apa yang Yesus lakukan di kayu salib untuk kita tidak akan mencapai puncak yang tertinggi hingga kedatangan-Nya yang kedua.
Baca Matius 26:29. Apakah yang Yesus katakan dalam ayat ini?
26:29 Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."
Lihatlah janji, jaminan, dan harapan yang Tuhan berikan di sini. Kata- kata ini menyiratkan kedekatan, keintiman antara yang ditebus dengan Pe­nebus yang akan berlanjut sampai pada masa kekekalan. Yesus berjanji bah­wa Dia tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai Dia minum anggur yang baru bersama kita dalam kerajaan kekal. Ketika kita mengi­ngat siapa Dia, Pencipta alam semesta (Kol. 1:16), janji ini bahkan jadi le­bih mencengangkan. Jadi, selain dari segala sesuatu yang dilambangkan oleh perjamuan kudus, hal itu juga harus mengarahkan kita pada pengha­rapan besar yang menanti kita pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali.
Merasa takut? Tertindas? Selamat datang di dunia yang fana. Menga­pa, di tengah-tengah situasi yang mungkin Anda lewati, begitu penting memandang pada salib Kristus, apakah artinya bagi Anda sekarang, dan apakah artinya bagi masa depan Anda?          

Jumat 30 November
PENDALAMAN: Baca "The Ministerial Association of the General Conference of Seventh Day Adventist Church," pasal 15-18, dalam Seventh Day Adventist Church Believe.
"Baptisan adalah suatu peraturan yang paling sakral dan penting, dan ha­rus ada pemahaman yang menyeluruh akan maknanya. Ini berarti penyesalan terhadap dosa, dan pintu masuk kepada kehidupan baru dalam Kristus Yesus. Seharusnya tidak ada yang tergesa-gesa untuk menerima upacara baptisan itu. Biarlah baik para orangtua maupun anak-anak memahami maknanya."—Ellen G. White, Testimonies for the Church, Jld. 6, hlm. 93.
"Paskah menunjuk ke belakang untuk mengingat pembebasan bangsa Isra­el, dan juga secara simbolis, menunjuk ke depan kepada Kristus, Anak Domba Allah, yang disembelih untuk menebus manusia yang telah jatuh dalam dosa. Darah yang dipercikkan pada tiang pintu melambangkan darah penebusan Kris­tus, dan juga ketergantungan manusia berdosa atas manfaat darah Kristus untuk keselamatan dari kuasa Iblis, dan untuk penebusan akhir."—Ellen G. White, The Spirit of Prophecy Jld 1, hlm. 201.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1. Kapankah terakhir kali Anda membasuh kaki seseorang dalam pelayan­an pembasuhan kaki? Mengapa praktik seperti ini sangat penting?
2. Baca 1 Petrus 3:20,21. Apakah gambaran yang Petrus gunakan untuk membantu menjelaskan makna baptisan?
3. Umat Kristen yang mula-mula dituduh melakukan berbagai kesalah­an yang mereka tidak lakukan, salah satunya adalah kanibalisme. Sa­lah satu alasan adalah ayat berikut: "Maka kata Yesus kepada mere­ka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membang­kitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia"' (Yoh. 6:53-56). Apakah yang Yesus ajarkan kepada kita dengan kata-kata itu? Mengapa begitu penting bahwa kita mema­hami makna rohani dari ayat-ayat seperti ini?
4.  Dalam UKSS, bahaslah dengan lebih rinci aspek umum dari Perjamu­an Kudus. Apakah cara-cara yang dapat membantu gereja Anda un­tuk lebih memahami apa kewajiban kita terhadap satu sama lain dan terhadap masyarakat luar secara keseluruhan?

Pelajaran berikut:
SSD 10 tanpa ayat dalam bentuk ebook






2 comments:

  1. Setiap kita memandang Salib Kristus maka kita akan ingat bahwa untuk itulah Jesus akan datang kembali,,,mengambil saudara dan saya sebagai hasil dari pengorbanannya di salib itu.

    ReplyDelete
  2. Saling melayani,sifat mementingka diri Harus di hapus dari cara hidup kita,sifat memandang muka, sombong, angkuh harus di hapus dari kehidupan kita,gantilah dgn Tabiat Kristus yg tdk mementingka Diri,suka berkorban untuk orang lain, tidak suka memandang muka,,semua manusia sama di hadapan Yesus.
    kebanyakan kita pada upacara pembasuhan kaki, me-milih2 orang yang kita sukai,orang bersih,orang sehat, orang kaya bahkan ada yg pendeta hanya mencuci kaki sesama pendeta,Dosen sesama dosen,,atau hanya mau berpasangan dgn sesama keluarga nya sendiri, pada orang2 miskin, kotor, kumal, di acuh kan, Yesus melawan hal2 ini inilah latihan dari Yesus untuk Kita...Pada upacara ini bisa kah kita mencuci kaki pembantu kita? atau murid kita yg miskin? atau sopir kita atau anggota gereja kita yg paling miskin, kumal??? Yesus melakukan semua ini,org kusta orang sakit yg kotor di jamah Yesus,,,inilah sebagian tabiat Yesus yg kita "harus" miliki kalau benar kita pengikut Yesus......Amin GBU silahkan mencoba,,

    ReplyDelete