PELAJARAN 11 TRIWULAN I 2012


Allah sebagai Ahli Seni

Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Yes. 64:5-8; Mzm. 51:10; Ibr. 8:1-5; 1 Taw. 23:5; Rm. 11:33-36; Kis. 9:1-22.

AYAT HAFALAN: "Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya" (Mazmur 27:4).

Pokok Pikiran: Allah sebagai seniman? Apakah artinya itu? Dan apakah maknanya itu bagi kita?
Sejauh ini kita telah melihat berbagai aspek tentang Allah: Trinitas, Kekudusan Allah, dan Allah sebagai Penebus. Namun, ada satu gambaran dalam Kitab Suci, yang sangat jarang mendapat perhatian, yaitu Allah sebagai ahli seni.
Banyak orang yang mengaku tidak tertarik dengan seni. Banyak orang Kristen yang mengetahui sedikit tentang seni. Mungkin mereka mengetahui apa yang mereka suka, tetapi tidak memiliki pengetahuan lebih daripada itu. Yang lain mengakui bahwa seni itu ada, tetapi mereka tidak pernah memperhatikan nilainya atau kegunaannya. Kekristenan sering mempunyai perasaan yang bertentangan mengenai seni. Kadang-kadang, seni dicela sebagai hal yang tidak beragama dan jahat; di lain waktu estetika telah menjadi sebuah "agama" se-kular dengan pengabdian yang serius. Ada juga banyak penulis Kristen, tetapi mereka jarang membuat usaha untuk menghubungkan konsep "keindahan" ke­pada doktrin-doktrin utama orang Kristen.
"Keindahan adalah kebenaran, keindahan kebenaran," tulis puitis John Keats. Ketika Keats dengan yakinnya menekankan hal ini, sesungguhnya Allah adalah Kebenaran, dan Kebenaran itu indah. Semua ciptaan-Nya menyaksikan fakta bahwa Allah adalah ahli seni dan pencinta keindahan.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 17 Maret.

Minggu 11 Maret
ALLAH SEBAGAI TUKANG TEMBIKAR


"Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah ta­nah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu" (Yes. 64:8). Kapankah pertama kali Alkitab menyatakan Allah menunjukkan keterampilan-Nya bekerja dengan "tanah liat?" Kej. 1:26, 27, 31; 2:7.

1:26. Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:31. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
2:7 ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.


Kitab Kejadian pasal satu menceritakan bahwa Allah menciptakan manusia pertama dari "debu tanah." Kenyataannya, kata dalam Bahasa Ibrani untuk "ma­nusia," Adam sangat bertalian erat dengan kata untuk "tanah," yaitu adamah-sebuah ikatan kata yang menguatkan kebenaran ajaib mengenai keterampilan Allah sebagai "Tukang Tembikar." Dia benar-benar membentuk kita dari tanah liat. Sangat sulit untuk membayangkan bagaimana seorang manusia yang memiliki darah, tulang, kulit dan saraf dan semua bagian tubuh kita yang menakjubkan, dapat dibentuk dari tanah. Keberadaan kita adalah suatu mukjizat di luar akal pemahaman manusia.
Dalam suatu pengertian, meskipun "tukang tembikar" bekerja membuat pa-tung, dengan cara itu Allah menggunakan tanah liat untuk membentuk kita, na-mun dengan cara lain (sebagai gambaran untuk menjelaskan kuasa dan pekerjaan Allah) hal itu sulit untuk menyatakan kreativitas-Nya dan daya seni-Nya. De­ngan kata lain, dapatkah pengrajin tanah liat atau tukang tembikar membentuk patung dari tanah liat dan menjadikannya sesuatu yang hidup, dan bernapas?

Baca Yer. 18:3-10; Yes. 64:5-8; Mzm. 51:10. Bagaimanakah Allah digambarkan sebagai tukang tembikar pada beberapa ayat ini?
Yer. 18:3-10;
18:3 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.
18:4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
18:5 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:
18:6 "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!
18:7 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya.
18:8 Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka.
18:9 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka.
18:10 Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.
Yes. 64:5-8;
64:5 Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar dan yang mengingat jalan yang Kautunjukkan! Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa; terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala.

64:6. Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.
64:7 Tidak ada yang memanggil nama-Mu atau yang bangkit untuk berpegang kepada-Mu; sebab Engkau menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami, dan menyerahkan kami ke dalam kekuasaan dosa kami.
64:8 Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.

Mzm. 51:10
51:8 (51-10) Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali!
51:10 (51-12) Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!

Di antara konsep-konsep yang dinyatakan dalam ayat-ayat ini adalah suatu gambaran betapa tak berdayanya kita tanpa kuasa Allah. Dalam satu penger­tian, kita adalah seperti tanah liat di tangan seorang tukang tembikar; tukang tembikar itulah yang berwenang, bukan tanah liatnya.
Di saat yang sama, Allah sedang bekerja menciptakan kembali gambar-Nya di dalam kita. Jika Allah begitu peduli dengan fisik ciptaan-Nya, betapa lebih pedulikah Dia akan keindahan yang Dia dapat lakukan di dalam kita? Kita harus berserah, mati terhadap diri, dan bekerja sama dengan Tuhan, yang berusaha untuk menciptakan kembali dan memulihkan kita, sedapat mungkin, kepada kehidupan rohani yang asli dan keindahan moral yang pernah kita miliki. Tentu saja, penampilan luar dapat kelihatan indah tetapi keindahan dari dalam diri adalah perkara yang sungguh sangat penting.

Penulis Rusia bernama Fyodor Dostoevsky menciptakan sebuah peran fiksi, yang dia sebut, "jiwa yang indah." Apakah gambaran Anda tentang "jiwa yang indah," dan hal-hal apakah yang Anda lakukan dan tidak la­kukan, sesuai dengan gambaran itu?

Senin 12 Maret
ALLAH SEBACAI ARSITEK

Setelah Allah membebaskan Bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, Dia membawa mereka ke Gunung Sinai. Di situ, Dia menggabungkan diri-Nya dengan mereka dalam sebuah perjanjian yang kudus. Di antara berbagai macam petunjuk yang Dia berikan kepada mereka, bagaimanakah keindahan tercakup di dalamnya? Kel. 25:1-9.
25:1. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
25:2 "Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu.
25:3 Inilah persembahan khusus yang harus kamu pungut dari mereka: emas, perak, tembaga;
25:4 kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing;
25:5 kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit lumba-lumba dan kayu penaga;
25:6 minyak untuk lampu, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian,
25:7 permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada.
25:8 Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.
25:9 Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya."

Setengah bagian pertama dari kitab Keluaran dengan rinci menceritakan keajaiban pembebasan Bangsa Israel keluar dari Mesir. Setengah bagian kedua dari kitab itu menguraikan berbagai persoalan dan termasuk keindahan. Petunjuk-petunjuk Ilahi di Keluaran 25:1-9 diikuti oleh Keluaran 25:10-31:11,dengan "cetak biru" Allah untuk kemah pertemuan yang mudah dibawa, perlengkapannya, dan jubah imam. Dari Keluaran 35:1 sampai akhir kitab itu (Kel. 40:38) ditemukan gambaran-gambaran rinci yang diberikan Allah, lengkap dengan catatan penyelesaiannya. Catatan ini termasuk rincian luas tentang keahlian seni.
Kumpulan dari perincian-perincian ini sangatlah membosankan untuk kebanyakan orang Kristen modern saat ini. Tetapi hal itu menyenangkan Allah bukan hanya untuk menyampaikan instruksi-instruksi ini kepada budak-budak yang baru dibebaskan itu tetapi juga untuk memasukkannya ke dalam Kitab Suci.
Hampir lima puluh pasal dalam lima kitab pertama dari Alkitab yang mencatat perintah-perintah Allah sehubungan dengan mezbah yang indah. Dia tidak hanya menyediakan cetak biru bangunannya tetapi juga petunjuk-petunjuk yang tepat un­tuk perabot-perabotnya. Itu sangat penting sehingga di Gunung Sinai Allah tidak hanya memberikan sepuluh hukum, petunjuk-petunjuk-Nya untuk penurutan dalam perjanjian kudus itu, tetapi juga petunjuk-petunjuk khusus bagaimana merangkai struktur yang mewah itu yang melibatkan hampir setiap jenis keterampilan seni.
Allah adalah arsitek dari semuanya itu, bahkan mengilhami para tukang ahli bangunan untuk dekorasi sekecil apa pun. Tidak ada yang merupakan rancangan manusia. Dari lima buku pertama yang ditulis Musa, lebih banyak pasal se­hubungan dengan rencana-rencana, dan berikut pembangunan mezbah ini serta perabot-perabotnya daripada pokok bahasan lainnya.

Model apakah yang ditiru untuk membuat kemah suci di bumi, dan apakah yang diajarkan hal itu kepada kita tentang cinta Allah terhadap keindahan? Kel. 25:9; Ibr. 8:1-5.
Kel. 25:9;
5:9 Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya."
Ibr. 8:1-5.
8:1. Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga,
8:2 dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia.
8:3 Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan.
8:4 Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat.
8:5 Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."

Jika kemah suci duniawi hanya "bayangan" dari bait suci surgawi, kita sulit untuk membayangkan jenis keindahan yang harus ada di dalam bait suci yang sesungguhnya, yang dibuat oleh Allah sendiri.

Menurut Anda mengapa bait suci itu harus begitu indah? Mungkin supaya orang merasa kagum di hadapan kuasa dan kebesaran Allah? Atau menolong mereka merasakan keperluan mereka di hadapan keagungan seperti itu? Bagaimanakah pemahaman akan kemuliaan bait suci meno­long kita lebih mengerti karakter Allah yang sangat berbeda dengan sifat keduniawian kita yang penuh dosa?

Selasa 13 Maret
ALLAH SEBAGAI AHLI MUSIK

"'Empat ribu orang menjadi penunggu pintu gerbang; dan empat ribu orang menjadi pemuji TUHAN dengan alat-alat musik yang telah kubuat untuk melagukan puji-pujian,' kata Daud" (1 Taw. 23:5).
Cobalah bayangkan fenomena di atas: empat ribu orang bermain instrumen mu­sik memuji nama Allah! Itu pasti sebuah acara kebaktian yang mengagumkan.
Ekspresi daya seni Allah tidak terbatas pada seni-seni gambar. Dalam Kitab Suci kita menemukan bahwa, bersamaan dengan arsitektur kudus, tata peribadatan Bangsa Israel pun telah diilhami oleh Tuhan. Allah adalah pencinta musik yang indah, juga.

Bagaimanakah raja Daud menjelaskan gubahan mazmur-mazmurnya yang digunakan Bangsa Israel dalam peribadatan? 2 Sam 23:1, 2.
23:1. Inilah perkataan Daud yang terakhir: "Tutur kata Daud bin Isai dan tutur kata orang yang diangkat tinggi, orang yang diurapi Allah Yakub, pemazmur yang disenangi di Israel:
23:2 Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firman-Nya ada di lidahku;

Daud dengan jelas menerangkan bahwa dia diilhami oleh Tuhan untuk menulis lagu-lagu yang digubahnya. Meskipun ini tidak berarti bahwa Allah menulis kata-kata dan musik itu baginya, itu berarti bahwa Allah peduli dengan jenis musik yang dimainkan. Kalau tidak, mengapa harus mengilhaminya?

Baca 2 Tawarikh 29:25. Apakah yang dikatakan ayat ini kepada kita mengenai peran Allah dalam musik yang dimainkan dalam ibadah mereka?
29:25 Ia menempatkan orang-orang Lewi di rumah TUHAN dengan ceracap, gambus, dan kecapi sesuai dengan perintah Daud dan Gad, pelihat raja, dan nabi Natan, karena dari Tuhanlah perintah itu, dengan perantaraan nabi-nabi-Nya.

Di seluruh kitab Perjanjian Lama, ketika ibadah dalam bait suci diceritakan, musik adalah jelas sekali dan mengesankan. Contohnya, gambaran suasana ibadah dalam 1 Tawarikh 23:5. Empat ribu instrumen! Apa pun musik itu pasti mempu-nyai suara yang menyenangkan, dan tentu saja tidak membosankan atau kering!
Bisa saja diperdebatkan bahwadimensi estetis dapat diharapkan dalam ibadah suci dan bahwa sepanjang sejarah semua bangsa telah menunjukkan penyembah-an seperti itu kepada allah-allah mereka. Namun, Bangsa Israel sendiri bersikukuh bahwa Allah telah merancang segala aspek penyembahan-Nya, termasuk arsitek­tur, perabotan, pakaian imam, dan tata ibadah. Tidak diragukan, bahwa rancangan artistik didukung dalam Firman Allah. Setiap orang yang menolak dimensi estetis atau menyangkal bahwa menjadi seorang seniman dapat menjadi pekerjaan yang relevan bagi seorang Kristen berarti menentang catatan Kitab Suci.

Meskipun kita tidak memiliki musik yang dipakai dalam ibadah Bang­sa Israel, itu pasti indah dan mengangkat jiwa kita kepada Allah. Bagai­manakah musik di gereja kita berguna saat ini? Bagaimanakah kita da­pat yakin bahwa musik itu mengangkat jiwa kita kepada Tuhan, gantinya mendorong kita ke arah yang lain?

Rabu 14 Maret
ALLAH SEBAGAI PENGARANG

Para sarjana Alkitab sering terkesan dengan kualitas kata-kata yang sangat luar biasa dalam Alkitab. Faktanya, banyak perguruan tinggi sekular mengajarkan pelajaran Alkitab sebagai kepustakaan. Mereka mempelajarinya, bukan karena mereka menganggapnya Firman Allah tetapi hanya karena keindahan kata-katanya.
Sebagai orang Kristen, kita mempunyai berkat tidak hanya menikmati kein­dahan kata-kata Kitab Suci tetapi mempelajari kebenaran tentang Allah sebagaimana dinyatakan di dalamnya. Juga, bentuk cerita dan puisi yang indah, semuanya dipengaruhi oleh Roh Tuhan (ditulis melalui kata-kata para nabi-Nya), terus menolong kita dalam memahami kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Sebagai contoh, Rasul Paulus, dengan tulisan teologinya yang rumit, secara teratur membubuhi teologinya dengan perlengkapan kata-kata yang sangat berkuasa. Misalnya, dalam sebelas pasal pertama dari kitab Roma, Paulus memberikan sebuah catatan yang luas tentang Injil. Perhatikan seluruh pasal berikut ini dan catat berbagai macam topik yang Paulus jalin bersama-sama.

Baca Roma 11:33-36. Apakah yang terjadi di sini sesudah semua yang terjadi sebelumnya?
11:33. O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
11:34 Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
11:35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Seperti seorang pemanjat tebing yang telah mencapai puncak gunung yang tertinggi, rasul itu—yang telah terlibat dalam pemandangan luasakan sejarah keselamatan—sekarang meluap dalam pujian. Sebelum Paulus beranjak untuk menekankan implikasi praktis dari Injil, dia beribadah. Paulus menunjukkan irama kata-kata yang halus beberapa kali dalam tulisan dan surat-suratnya: pemikiran teologi yang rumit dijalin dengan pujian kepada Allah sebelum diakhiri dengan nasihat praktis.
Kitab Wahyu juga berisi kata-kata mosaik yang mengagumkan yang digu­nakan Allah untuk menggambarkan sejarah keselamatan. Banyak dari kitab itu diambil dari Perjanjian Lama. Pembaca dihadapkan dengan permadani kata-ka­ta, ungkapan, dan tema yang rumit, yang dipinjam dari beberapa penulis Alki­tab tetapi sekarang dirajut bersama-sama ke dalam kain yang sama sekali baru. Kitab terakhir dari Alkitab ini ditulis dalam gaya bahasa yang sangat berbeda dengan yang digunakan Paulus dan penulis kitab Injil. Malahan, kita hampir kewalahan dengan estetis (keindahan) yang luar biasa yang ditunjukkan secara hati-hati di sekitar tujuh bagian dari bait suci surgawi, masing-masing terbuka dengan akses yang lebih dalam ke pengadilan surgawi.
Kitab Wahyu merupakan pertunjukan keindahan yang luas. Allah bisa saja melengkapi Yohanes dengan dokumen sejarah untuk menyampaikan pelajaran tentang kisah keselamatan. Namun, yang kita lihat adalah pemandangan menarik yang meng­gambarkan pertentangan besar antara Kristus dan Setan, mengembangkan pertun­jukan apokaliptis yang diberikan sebelumnya kepada Daniel dan Yehezkiel.

Bayangkan membaca Alkitab hanya sebagai kepustakaan semata. Bicarakan mengenai inti yang terabaikan! Apakah pelajaran yang dapat kita pelajari tentang betapa mudahnya kita memiliki kebenaran persis di depan mata kita namun melalaikannya sama sekali?'

Kamis 15 Maret
ALLAH SEBAGAI PEMAHAT

Allah juga adalah pemahat, tetapi tidak terbatas pada batu besi maupun mar­mer. Malah, Dia memahat karakter kita. Dia dapat mengambil seorang yang penuh dosa lalu membentuk dan memahat serta menempa sampai orang itu memantulkan kemuliaan surga. Allah telah memberikan bukti yang luas untuk kemampuan luarbiasa seperti itu. Dari pembukaan hingga penutup dalam Alkitab, kita menemukan Allah menerima orang-orang yang mungkin kita singkirkan sebagai orang yang tidak menarik dan tidak layak, dan Dia menempa mereka menjadi sesuatu yang indah.

Siapakah beberapa tokoh dalam Alkitab yang memerlukan sedikit pemahatan kerohanian? Perubahan apakah yangdiperlukan dalam kehidupan mereka? Contohnya, Yakub (Kej. 32:22-30); Daud (Mazmur 51); Petrus (Luk. 22:31,32); Paulus (Kis. 9:1-22). Siapakah lagi yang bisa Anda ingat, dan perubahan-perubahan apakah yang terjadi di dalam mereka?

Contoh baik yang lain adalah Maria Magdalena. "Maria telah... besar dosa-nya, tetapi Kristus mengetahui keadaan yang telah membentuk kehidupannya.... lalah yang telah mengangkatnya dari keadaan putus asa dan kebinasaan. Tujuh kali dia telah mendengar Yesus menghardik Setan-setan yang menguasai hati dan pikirannya. la telah mendengar suara-Nya yang nyaring kepada Bapa demi kepentingannya. la mengetahui betapa menjijikkan dosa itu terhadap kesucian-Nya yang tidak bernoda itu, dan dalam kekuatan-Nya ia telah menang.... Seo­rang yang telah jatuh dan yang pikirannya menjadi tempat tinggal Setan, telah dibawa lebih dekat kepada Juruselamat dalam persekutuan dan pelayanan.... Maria berdiri di sisi salib.... Maria mula-mula tiba di kubur sesudah kebang-kitan-Nya. Marialah yang mula-mula memasyhurkan Juruselamat yang sudah bangkit itu."—Ellen White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 188, 189.
Sejarah keselamatan penuh dengan kreativitas Ilahi, memulihkan kembali "gambar Allah" yang hilang di dalam laki-laki dan perempuan yang telah jatuh. Injil bukanlah kosmetik pembersih wajah tetapi suatu orientasi perubahan hidup yang bergerak dengan kuasa yang membersihkan, membentuk, dan memper-indah. Injil Yesus Kristus dengan kreatif membangun integritas dan keutuhan. Sifat baru yang murni adalah hasil dari pekerjaan yang dinamis dalam batin, suatu kreativitas Ilahi yang memulihkan keindahan di dalam kehidupan yang telah jatuh, dan penuh dosa.

Memahat termasuk juga memalu, mengikir, bahkan mungkin menghancurkan bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian manakah dalam kehi­dupan Anda yang perlu dipahat? Seberapa banyakkah perlawanan yang Anda lakukan selama proses yang tidak selalu menyenangkan itu?

Jumat 16 Maret
PENDALAMAN: "Biarlah kuasa Allah yang mengubahkan itu dialami dalam hati setiap anggota, maka kita akan melihat hasil dari pekerjaan Roh Kudus. Kematian Yesus bukan semata-mata untuk pengampunan dosa saja. Dia membuat pengorbanan yang tidak terbatas bukan hanya supaya dosa bisa dihapuskan, tetapi agar sifat manusia boleh dipuIihkan, diindahkan kembali, dibangun kembali dan keruntuhannya, dan menjadikannya cocok untuk hadirat Allah."—Ellen G. White, Manuscript Releases, jld. 6, hlm. 11.'
"Betapa sungguh-sungguh dan tekunnya seorang seniman pelukis bekerja melukis sebuah gambar di atas sehelai kain; dan betapa tekunnya seorang pemahat memahat batu agar dapat menjadi sebuah patung yang menyerupai orang yang dijadikan sebagai polanya. Demikian pula orangtua harus bekerja membentuk, melicinkan dan memperhalus anak-anak mereka sesuai dengan pola yang telah diberikan kepada mereka di dalam Tuhan. Sebagaimana seorang seniman yang tekun belajar, bekerja, dan mengadakan rencana-rencana untuk menjadikan hasil usahanya itu lebih sempurna, demikian pula orangtua harus mempertimbangkan waktu yang digunakan dengan baik dalam mendidik anak-anak bagi kehidupan yang berguna dan melayakkan mereka bagi kerajaan yang kekal. Pekerjaan se­orang seniman adalah kecil dan tidak begitu penting bila dibandingkan dengan pekerjaan orangtua. Yang seorang berhadapan dengan bahan-bahan yang tidak bernyawa, dari bahan mana ia membuat bentuk-bentuk yang indah; tetapi yang lain berhadapan dengan seorang manusia yang hidupnya dapat dibentuk untuk kebajikan atau kejahatan, untuk menjadi berkat bagi umat manusia atau men­jadi kutuk; untuk menyusun kegelapan, atau untuk hidup selama-lamanya di dalam satu dunia yang akan datang yang tidak dinodai oleh dosa itu."—Ellen G. White, Membina Anak yang Bertanggung Jawab, hlm. 505.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.     Apakah Anda punya kesempatan untuk mengembangkan dan mengguna-kan kemampuan seni Anda? Sementara Anda menciptakan sesuatu yang indah, bagaimanakah tindakan ini merupakan satu cara di mana Anda mencerminkan "rupa Allah?" Jadi, dengan menjadi kreatif, Anda sedang merefleksikan kuasa kreatif Allah dengan cara Anda sendiri.
2.     Lihatlah pada dunia ciptaan, di alam, bahkan sesudah begitu lama dicemarkan oleh dosa. Dalam hal apakah itu menyaksikan bukan hanya kuasa kreatif Allah tetapi juga keahlian artistik dan cinta akan keindahan? Hal apakah di alam yang Anda temukan benar-benar indah?
3.     Sebagaimana disebutkan dalam pendahuluan, orang Kristen selalu mempunyai dua perasaan yang bertentangan dengan seni. Mengapa hal itu ter­jadi? Apakah beberapa jebakan di dalam seni? Di saat yang sama, bagai­manakah kita dapat menggunakan karunia artistik kita untuk memuliakan Allah dan meluaskan kerajaan-Nya?
RANGKUMAN: Keahlian Allah sebagai seniman telah dipandang rendah. Dunia ciptaan-Nya sering dihargai, tetapi ekspresi keahlian artistik-Nya menunjukkan lebih jauh kesanggupan-Nya yang besar. Allah merancang bahwa orang Kristen khususnya harus menjadi sumber "keindahan" di dalam planet yang gelap dan sedang mati ini.

Pratinjau Pelajaran 12 112
*17-23Maret 2012
Kisah Cinta
Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kej. 2:21-25; Kel. 20:5; Yes. 43:4; 62:5; Yoh. 2:1-11.

AYAT HAFALAN: "Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu" (Yeremia 31:3).

Pokok Pikiran: Bagaimanakah kita memahami sisi kasih Allah?

Kasih, mungkin, adalah yang palingmudah untukmengingatsifat Allah. Dan, tentu saja kitatidak dapat menduga berapa tinggi dan dalamnya kasih Al lah. Namun ada satu aspek dari kedalaman kasih-Nya yang tidak diperhatikan sebagaimana mestinya; yaitu Allah sebagai satu pribadi yang romantis.
Untuk mendapatkan perspektif yang tepat tentang sifat romantis Allah, kita perlu mengingatkan diri kita, pertama-tama, mengenai kerangka waktu yang diperlihatkan dalam Alkitab. Kitab ini meliputi ribuan tahun sejarah manusia, dari pertama kali dunia ini jatuh hingga berakhir, paling tidak sebelum bumi diciptakan kembali. Dan sama seperti semua buku sejarah, Alkitab secara ke-seluruhan berisi catatan tentang para raja dan ratu, peperangan dan rencana pe-perangan, dan intrik politik.
Namun, tidak ada buku sejarah, yang mencatat segala sesuatu yang terjadi. Demikianjugalah dengan Kitab Suci. Seseorang tidak akan menemukan sebuah catatan sejarah yang lengkap untuk periode waktu tertentu dalam Alkitab. Pasti banyak hal yang terlewatkan. Meskipun demikian, yang paling menarik adalah bahwa Allah memasukkan kisah romantika di antara catatan sejarah yang Dia ilhamkan untuk ditulis oleh para nabi. Pertanyaannya adalah, mengapa AMah memasukkan jenis cerita cinta ini, cerita-cerita romantis, dalam hal apakah itu merupakan buku sejarah? Apakah hal ini menceritakan kepada kita sesuatu me­ngenai sifat dasar-Nya dan seberapa pentingkah bagi-Nya kisah percintaan itu? Pekan ini kita akan melihat mengapa catatan-catatan ini diikutsertakan dan apa yang dapat kita pelajari dari cerita-cerita tersebut.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 24 Maret.


1 comment:

  1. ses, poting plajaran SSx jgan pas hari jmatx dong..klo bisa 1minggu sebelum...
    sya sangat terbantu dengan blok anda ini...

    ReplyDelete