Pelajaran 12 Triwulan IV 2015, Penuntun Guru dan Berita Misi

*12-18 Desember
Kembali Ke Mesir
Materi ini untuk Apple (Ibooks) dan Android(MoonReader) download di sini
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Yer. 40:7-16; Yer. 41- 43; Kel. 16:3; Bil. 16:13; Yer. 44.
AYAT HAFALAN: "Biarlah TUHAN menjadi saksi yang benar dan yang dapat dipercaya terhadap kami, jika kami tidak berbuat menu­rut segala firman yang disuruh TUHAN, Aliahmu, kausampaikan ke­pada kami" (Yeremia 42:5).
Pelajaran pekan ini membawa kita kepada akhir hikayat Nabi Yeremia. Tetapi, ini bukanlah akhir dari "dan mereka akhirnya hidup bahagia."
Dalam arti, seseorang dapat meringkaskan pelajaran pekan ini, dan bah­kan bagian penting dari kitab Yeremia, dengan mengatakan bahwa apa yang kita lihat di sini adalah contoh dari batasan kasih karunia. Yaitu bahwa karunia tidak akan menyelamatkan mereka yang sama sekali menolaknya. Tidak pedu­li berapa banyak kali Tuhan berbicara kepada mereka, menawarkan keselamat­an, perlindungan, penebusan, damai, dan kemakmuran, semuanya mencemooh dan menolak tawaran Allah, kecuali umat yang sisa.
Dan bagaimanakah dengan Yeremia? Hidup dan pelayanannya yang dari cara pandang manusia semuanya tampak sia-sia! "Nabi yang meratap" ini me­miliki banyak hal untuk diratapi. Bahkan sesudah semua yang dia amarkan akan segera menimpa, bangsa itu tetap bersandar pada dosa-dosa mereka, dan kekafiran serta pemberontakan, mereka terang-terangan menentang nabi dan mengejek Firman Allah yang diberikan kepada mereka.
Kita sendiri harus menjadi lebih berhati-hati. Karunia tetaplah karunia kare­na itu diberikan kepada yang tidak layak, ya; tetapi itu tidak diberikan kepada mereka yang menolak menerimanya atau kondisi atas mana itu dicurahkan.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 19 Desember.

Minggu 13 Desember    Politik yang Anarkis
Seseorang akan berpikir bahwa dengan hancurnya kota itu serta kekalahan mutlak dari orang Babel, semua orang telah belajar dari pengalaman mereka. Sayangnya, tidak semuanya, dan drama ini belum berakhir.

Bacalah Yeremia 40:7-16. Pekabaran apakah yang diberikan (kembali) kepada bangsa itu? Apakah pentingnya kata, tinggal sisa, yang diguna­kan dalam ayat 11?
Yeremia 40:7-16
40:7. Ketika semua panglima tentara, yang masih berada di luar kota dengan orang-orangnya, mendengar bahwa raja Babel telah mengangkat Gedalya bin Ahikam bin Safan atas negeri itu dan bahwa kepadanya telah diserahkan pengawasan atas laki-laki, perempuan dan anak-anak, yaitu dari orang-orang lemah di negeri itu, yang tidak diangkut ke dalam pembuangan ke Babel,
40:8 maka pergilah mereka kepada Gedalya di Mizpa; mereka ialah Ismael bin Netanya, Yohanan bin Kareah, Seraya bin Tanhumet, anak-anak Efai orang Netofa itu, dan Yezanya, anak seorang Maakha, bersama dengan anak buahnya.
40:9 Lalu bersumpahlah Gedalya bin Ahikam bin Safan kepada mereka dengan anak buah mereka: "Janganlah kamu takut untuk takluk kepada orang-orang Kasdim itu; tinggallah di negeri ini dan takluklah kepada raja Babel, maka keadaanmu akan menjadi baik.
40:10 Dan aku sendiri, aku menetap di Mizpa untuk bertindak sebagai wakil di depan orang-orang Kasdim yang akan datang kepada kita; tetapi kamu ini, kumpulkanlah saja hasil anggur, buah-buahan dan minyak, kemudian simpanlah sebagai persediaan, dan tinggallah di kota-kota di mana kamu hendak menetap."
40:11 Juga ketika semua orang Yehuda, yang ada di Moab di antara bani Amon, di Edom dan di negeri-negeri lain, mendengar bahwa raja Babel telah membiarkan tinggal sisa rakyat di Yehuda dan mengangkat Gedalya bin Ahikam bin Safan atas mereka,
40:12 maka kembalilah semua orang Yehuda dari segala tempat ke mana mereka telah berserak-serak, dan masuk ke tanah Yehuda kepada Gedalya di Mizpa; mereka mengumpulkan hasil anggur dan buah-buahan amat sangat banyaknya.
40:13 Pada suatu kali Yohanan bin Kareah dan semua panglima tentara yang masih berada di luar kota datang kepada Gedalya di Mizpa,
40:14 dan mereka berkata kepadanya: "Tahukah engkau bahwa Baalis, raja bani Amon, telah menyuruh Ismael bin Netanya membunuh engkau?" Tetapi Gedalya bin Ahikam tidak percaya kepada mereka.
40:15 Kemudian Yohanan bin Kareah berkata dengan diam-diam kepada Gedalya di Mizpa: "Baiklah aku pergi membunuh Ismael bin Netanya itu dengan tidak diketahui siapapun juga. Mengapa engkau harus dibunuhnya, sehingga semua orang Yehuda yang telah berkumpul di sekelilingmu berserak-serak lagi dan sisa Yehuda itu binasa?"
40:16 Tetapi Gedalya bin Ahikam menjawab Yohanan bin Kareah: "Janganlah lakukan itu! Sebab yang kaukatakan tentang Ismael itu adalah bohong."

Meskipun pekabaran damai, dan bahkan kemakmuran yang terjadi kemudi­an (lihat Yer. 40:12), tidak semua orang puas dengan keadaan yang ada.

Baca Yeremia 41. Masalah baru apakah yang sekarang dihadapi oleh "umat yang sisa"?
Yeremia 41
41:1. Dalam bulan yang ketujuh datanglah Ismael bin Netanya bin Elisama--ia keturunan raja dan perwira tinggi raja--beserta sepuluh orang kepada Gedalya bin Ahikam di Mizpa. Sementara mereka makan roti bersama-sama di Mizpa,
41:2 maka bangkitlah Ismael bin Netanya dengan kesepuluh orang yang ada bersama-sama dia, lalu mereka memukul mati Gedalya bin Ahikam bin Safan dengan pedang; demikianlah Ismael membunuh dia yang telah diangkat raja Babel atas negeri itu.
41:3 Juga semua orang Yehuda yang ada bersama-sama dengan Gedalya di Mizpa dan orang-orang Kasdim, yakni prajurit, yang terdapat di sana dipukul mati oleh Ismael.
41:4 Esok harinya sesudah ia membunuh Gedalya--ketika itu belum ada yang tahu--
41:5 datanglah orang-orang dari Sikhem, dari Silo dan dari Samaria, delapan puluh orang jumlahnya, yang janggutnya bercukur, pakaiannya koyak-koyak dan badannya bertoreh-toreh; mereka membawa korban sajian dan kemenyan untuk dipersembahkan di rumah TUHAN.
41:6 Lalu keluarlah Ismael bin Netanya dari Mizpa untuk mendapatkan mereka sambil menangis. Ketika ia bertemu dengan mereka, berkatalah ia kepada mereka: "Pergilah kepada Gedalya bin Ahikam!"
41:7 Tetapi ketika mereka sampai ke tengah-tengah kota itu, maka mereka disembelih oleh Ismael bin Netanya dengan dibantu oleh orang-orang yang bersama-sama dengan dia; mayat-mayat mereka dicampakkan ke dalam perigi.
41:8 Tetapi di antara mereka terdapat sepuluh orang yang berkata kepada Ismael: "Janganlah bunuh kami, sebab kami masih mempunyai perbekalan tersembunyi di luar kota, yakni gandum, jelai, minyak dan madu!" Maka iapun membiarkan mereka, tidak membunuhnya bersama-sama dengan rekan-rekan mereka.
41:9 Adapun perigi, ke mana Ismael melemparkan segala mayat orang-orang yang dipukulnya mati itu adalah perigi besar yang telah dibuat oleh raja Asa untuk menghadapi Baesa, raja Israel; itulah yang diisi Ismael bin Netanya dengan mayat orang-orang yang mati terbunuh itu.
41:10 Lalu Ismael mengangkut sebagai tawanan seluruh sisa-sisa rakyat yang ada di Mizpa itu, puteri-puteri raja dan semua orang yang masih tinggal di Mizpa yang telah ditempatkan di bawah Gedalya bin Ahikam oleh Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal itu. Ismael bin Netanya mengangkut mereka sebagai tawanan, lalu ia berangkat untuk menyeberang ke daerah bani Amon.

41:11. Tetapi ketika Yohanan bin Kareah serta semua perwira tentara, yang bersama-sama dengan dia, mendengar tentang segala kejahatan yang telah dilakukan Ismael bin Netanya,
41:12 maka merekapun mengumpulkan semua anak buah mereka, lalu mereka berangkat memerangi Ismael bin Netanya. Mereka bertemu dengan dia di telaga yang di Gibeon.
41:13 Ketika seluruh rakyat yang bersama-sama dengan Ismael melihat Yohanan bin Kareah serta semua perwira tentara yang bersama-sama dengan dia, maka bersukacitalah mereka.
41:14 Semua orang yang diangkut sebagai tawanan oleh Ismael dari Mizpa itu berbalik dan pergi mengikuti Yohanan bin Kareah.
41:15 Tetapi Ismael bin Netanya beserta delapan orang terluput dari tangan Yohanan dan pergi ke daerah bani Amon.
41:16 Lalu Yohanan bin Kareah serta semua perwira tentara yang bersama-sama dengan dia mengumpulkan seluruh sisa-sisa rakyat yang diangkut sebagai tawanan oleh Ismael bin Netanya dari Mizpa, setelah ia memukul mati Gedalya bin Ahikam: yaitu laki-laki, prajurit-prajurit, perempuan, anak-anak dan pegawai-pegawai istana yang dibawa kembali dari Gibeon,
41:17 kemudian mereka berjalan terus dan berhenti di tempat penginapan milik Kimham dekat Betlehem, dengan maksud berjalan terus menuju Mesir,
41:18 untuk mengelakkan orang-orang Kasdim, yang ditakuti mereka, oleh karena Ismael bin Netanya telah memukul mati Gedalya bin Ahikam yang telah diangkat raja Babel atas negeri itu.

Meskipun alasan untuk pembantaian tidak diberikan, namun fakta bahwa itu telah dilakukan oleh seseorang dari "keturunan raja dan perwira tinggi raja" (Yer. 41:1) menunjukkan bahwa kaum elit ini tetap tidak menerima gagasan bahwa bangsa pilihan perlu menyerah kepada pemerintahan Babel. Karena Gedalya telah diangkat oleh raja Babel  (lihat Yer. 40:5), orang-orang ini mung­kin melihat dia sebagai boneka pengkhianat yang tidak loyal kepada bangsa dan karena itu harus dilenyapkan bersama dengan istananya.
Sebagaimana pasal itu berlanjut, kita akan melihat bahwa umat yang sisa ini sekarang menghadapi ancaman baru: Takut kepada Babel, yang—mung­kin tidak mengetahui secara rinci apa yang terjadi—akan membalas kematian Gedalya dan pasukan Babel (Lihat Yer. 41:3).

Dosa Ismael dan pasukannya menyebabkan ketakutan di antara mere­ka yang tidak ada hubungannya dengan dosa-dosa itu. Apakah yang hal ini katakan tentang bagaimana, melalui ketidak menurutan kita, kita da­pat menyebabkan sakit dan penderitaan kepada orang lain, bahkan me­reka yang tidak ada hubungannya dengan dosa kita?


SENIN 14 Desember    Mencari Tuntunan Ilahi
Baca Yeremia 42. Pekabaran yang luar biasa apakah yang ditemukan di sini, bukan hanya buat mereka, tetapi bagi siapa saja yang mencari tuntunan Tuhan dalam doa?

Yeremia 42
42:1. Kemudian datanglah semua perwira tentara, di antaranya Yohanan bin Kareah dan Azarya bin Hosaya, beserta seluruh rakyat, dari yang kecil sampai kepada yang besar,
42:2 dan mereka berkata kepada nabi Yeremia: "Biarlah kiranya permohonan kami sampai di hadapanmu! Berdoalah untuk kami kepada TUHAN, Allahmu, untuk seluruh sisa ini; sebab dari banyak orang hanya sedikit saja kami yang tinggal, seperti yang kaulihat dengan matamu sendiri.
42:3 Semoga TUHAN, Allahmu, memberitahukan kepada kami jalan yang harus kami tempuh dan apa yang harus kami lakukan."
42:4 Jawab nabi Yeremia kepada mereka: "Permohonanmu sudah kudengar! Lihat, aku akan berdoa kepada TUHAN, Allahmu, seperti yang kamu minta itu, dan segala firman, yang diberi TUHAN sebagai jawab, akan kuberitahukan kepadamu; sepatah katapun tidak akan kudiamkan kepadamu!"
42:5 Berkatalah mereka kepada Yeremia: "Biarlah TUHAN menjadi saksi yang benar dan yang dapat dipercaya terhadap kami, jika kami tidak berbuat menurut segala firman yang disuruh TUHAN, Allahmu, kausampaikan kepada kami.
42:6 Maupun baik ataupun buruk, kami akan mendengarkan suara TUHAN, Allah kita, yang kepada-Nya kami mengutus engkau, supaya keadaan kami baik, oleh karena kami mendengarkan suara TUHAN, Allah kita."

42:7. Sesudah sepuluh hari datanglah firman TUHAN kepada Yeremia.
42:8 Lalu Yeremia memanggil Yohanan bin Kareah dan semua perwira tentara yang ada bersama-sama dengan dia, dan seluruh rakyat, dari yang kecil sampai kepada yang besar.
42:9 Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel yang kepada-Nya kamu telah mengutus aku untuk menyampaikan permohonanmu ke hadapan-Nya:
42:10 Jika kamu tinggal tetap di negeri ini, maka Aku akan membangun dan tidak akan meruntuhkan kamu, akan membuat kamu tumbuh dan tidak akan mencabut kamu; sebab Aku menyesal telah mendatangkan malapetaka kepadamu.
42:11 Janganlah takut kepada raja Babel yang kamu takuti itu. Janganlah takut kepadanya, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku menyertai kamu untuk menyelamatkan kamu dan untuk melepaskan kamu dari tangannya.
42:12 Aku akan membuat kamu mendapat belas kasihan, sehingga ia merasa belas kasihan kepadamu dan membiarkan kamu tinggal di tanahmu.
42:13 Tetapi jika kamu tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dengan mengatakan: Kami tidak mau tinggal di negeri ini!,
42:14 sebab pikirmu: Tidak! Kami mau pergi ke negeri Mesir, di mana kami tidak akan mengalami pertempuran, tidak akan mendengar bunyi sangkakala dan tidak akan menderita kelaparan; di sanalah kami akan tinggal!,
42:15 maka dengarkanlah sekarang firman Allah, hai sisa Yehuda: Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Jika kamu sungguh-sungguh berniat hendak pergi ke Mesir, dan memang kamu pergi dan tinggal sebagai orang asing di sana,
42:16 maka pedang yang kamu takuti itu akan menimpa kamu di negeri Mesir, dan kelaparan yang kamu gentarkan itu tidak putus-putusnya mengejar-ngejar kamu di Mesir, sampai kamu mati di sana.
42:17 Semua orang, yang berniat hendak pergi ke Mesir untuk tinggal sebagai orang asing di sana, akan mati karena pedang, kelaparan dan penyakit sampar; seorangpun dari mereka tidak ada yang terlepas atau terluput dari malapetaka yang Kudatangkan atas mereka.
42:18 Sungguh, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Seperti tercurahnya murka-Ku dan kehangatan amarah-Ku ke atas penduduk Yerusalem, demikianlah akan tercurah kehangatan amarah-Ku ke atas kamu, apabila kamu pergi ke Mesir. Kamu akan menjadi kutuk, kengerian, kutukan dan aib; kamu tidak akan melihat tempat ini lagi.
42:19 TUHAN telah berfirman kepadamu, hai sisa Yehuda: Janganlah pergi ke Mesir! Camkanlah sungguh-sungguh, bahwa aku memperingatkan kamu pada hari ini!
42:20 Kamu telah menipu dirimu dan membahayakan nyawamu, ketika kamu mengutus aku kepada TUHAN, Allahmu, dengan berkata: Berdoalah untuk kami kepada TUHAN, Allah kita, dan beritahukanlah dengan tepat kepada kami apa yang difirmankan TUHAN, Allah kita, supaya kami melakukannya!
42:21 Tetapi, sekalipun aku memberitahukannya kepadamu pada hari ini, kamu tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, yaitu tidak menuruti segala sesuatu yang disuruh-Nya kusampaikan kepadamu.
42:22 Oleh sebab itu, camkanlah sungguh-sungguh, bahwa kamu akan mati karena pedang, kelaparan dan penyakit sampar di tempat yang kamu rindukan untuk tinggal sebagai orang asing di sana."

Karena ketakutan terhadap orang Babel, bangsa itu mencari Yeremia dan meminta dia berdoa bagi mereka untuk tuntunan Ilahi. Mereka pasti tahu saat itu bahwa Yeremia sesungguhnya adalah nabi Allah, dan apa yang ia katakan saat ia berbicara di dalam nama Tuhan akan terjadi.
Mereka juga berjanji bila mereka akan melakukan apa pun yang Allah minta atau perintahkan untuk mereka lakukan. Jadi, ketika kita membaca, kita meli­hat orang yang tampaknya harus belajar dari pengalaman mereka, yang bukan hanya ingin mengenal apa kehendak Allah, tetapi, lebih penting lagi, menuruti­nya. Kalimat—"Maupun baik ataupun buruk, kami akan mendengarkan suara TUHAN, Allah kita, yang kepada-Nya kami mengutus engkau, supaya keada­an kami baik, oleh karena kami mendengarkan suara TUHAN, Allah kita" (Yer. 42:6)adalah pengakuan iman yang luar biasa. Meskipun itu telah terjadi, itu adalah masalah tentang waktu.
Perhatikan paralel dalam pekabaran awal Yeremia: Jangan percaya kepada kekuatan-kekuatan asing. Percayalah kepada Tuhan, dan engkau akan berhasil serta Ia akan membebaskan kamu ketika waktunya tiba. Keselamatan tidak dari tempat lain atau orang lain. Kekuatan-kekuatan asing tidak menolong eng­kau sebelumnya, dan mereka tidak akan menolong engkau sekarang.
Allah harus mengamarkan mereka karena Ia tahu kecenderungan hati mere­ka: Ia tahu bahwa mereka berpikir untuk kembali ke Mesir (pikirkan tentang simbol di sini) demi mencari perlindungan yang mereka inginkan. Maka, Tu­han memberikan mereka perintah yang jelas dan rinci untuk tidak melakukan itu, bahwa hal itu akan membawa kehancuran atas mereka
Kembali, sebuah pilihan yang jelas, pilihan yang kita semua harus hadapi: Kehidupan dan damai melalui iman dan penurutan kepada Yesus, atau keseng­saraan dan kematian karena kurang iman dan penurutan. Apa pun perbedaan situasinya, isu pada akhirnya adalah sama bagi kita semua. Berbeda dengan bangsa ini, kita tidak selalu diberikan amaran yang sangat spesifik dan sangat jelas tergambar, tetapi kita telah diberikan amaran yang sama.

Hidup atau mati, berkat atau kutuk. Pilihan jenis apakah yang Anda buat, setiap hari, apakah untuk hidup atau mati?

Selasa 15 Desember   Kembali ke Mesir
Jika Anda tidak membaca lebih dulu, Yeremia 42 akan menjadi sangat me­narik. Apakah yang bangsa itu akan lakukan? Akankah mereka menjangkau keluar dengan iman, iman yang dinyatakan dalam penurutan, dan tetap bera­da di Yehuda? Atau, akankah mereka melakukan kesalahan yang sama yang dilakukan di masa lalu, dan gantinya mengikuti "maka demikianlah firman Tuhan," mereka melakukan apa yang ingin mereka lakukan, meskipun amaran Tuhan yang jelas di beberapa ayat terakhir pasal 42 mengenai apakah yang akan menanti mereka jika benar-benar mereka kembali ke Mesir?

Bacalah Yeremia 43:1-7. Apakah yang mereka lakukan?
Yeremia 43:1-7
43:1. Ketika Yeremia selesai mengatakan kepada seluruh rakyat segala firman TUHAN, Allah mereka, yang disuruh TUHAN, Allah mereka, disampaikannya kepada mereka, yaitu segala firman yang tersebut di atas,
43:2 maka berkatalah Azarya bin Hosaya dan Yohanan bin Kareah serta semua orang congkak itu kepada Yeremia: "Engkau berkata bohong! TUHAN, Allah kita, tidak mengutus engkau untuk berkata: Janganlah pergi ke Mesir untuk tinggal sebagai orang asing di sana,
43:3 tetapi Barukh bin Neria menghasut engkau terhadap kami dengan maksud untuk menyerahkan kami ke dalam tangan orang-orang Kasdim, supaya mereka membunuh kami dan mengangkut kami ke dalam pembuangan ke Babel."
43:4 Demikianlah Yohanan bin Kareah dan semua perwira tentara serta seluruh rakyat tidak mau mendengarkan suara TUHAN untuk tinggal di tanah Yehuda.
43:5 Lalu Yohanan bin Kareah dan semua perwira tentara itu mengumpulkan seluruh sisa Yehuda, yakni semua orang yang telah kembali dari antara segala bangsa, ke mana mereka telah berserak-serak, untuk menetap di tanah Yehuda,
43:6 laki-laki, perempuan, anak-anak, puteri-puteri raja dan setiap orang yang telah dibiarkan Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal, pada Gedalya bin Ahikam bin Safan; juga nabi Yeremia dan Barukh bin Neria.
43:7 Lalu mereka pergi ke tanah Mesir, sebab mereka tidak mau mendengarkan suara TUHAN. Maka sampailah mereka di Tahpanhes.
Ketika Firman Allah tidak sesuai dengan niat atau keinginan kita, kita cen­derung ragu tentang keaslian Keilahian-Nya. Inilah yang bangsa itu serta para pemimpinnya lakukan kepada Yeremia. Rupanya, di Israel hanya keadaanlah yang berubah, tetapi bangsa itu tetap sama dalam cara mereka berpikir dan apa yang dalam hati mereka. Mereka membiarkan diri mereka melangkahi janji dengan cara menyerang Nabi Yeremia. Tetapi, mereka tidak ingin menyerang Yeremia secara langsung. Jadi mereka mempersalahkan Barukh, sahabatnya, dan terkadang para penulis kitab, serta mengalihkan kemarahan mereka kepa­danya, menyatakan bahwa ia telah membuat nabi berbalik menentang mereka.

Baca Keluaran 16:3 dan Bilangan 16:13. Kesejajaran apakah yang ada antara yang bangsa itu katakan kepada Yeremia dengan yang para lelu­hur mereka katakan kepada Musa?
Keluaran 16:3
16:3 dan berkata kepada mereka: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."

Bilangan 16:13
16:13 Belum cukupkah, bahwa engkau memimpin kami keluar dari suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya untuk membiarkan kami mati di padang gurun, sehingga masih juga engkau menjadikan dirimu tuan atas kami?
Manusia biasa tetaplah manusia biasa, selalu mencari orang lain untuk di­persalahkan atas masalah itu, selalu mencari alasan untuk melakukan apa yang diinginkan. Maka, untuk alasan apa saja, Barukh dituduh menginginkan kema- tian semua orang di negerinya melalui tangan orang Babel, atau diangkut ke pengasingan di sana. Yeremia 43:1-7 tidak memberitahukan mengapa bangsa itu berpikir bahwa Barukh ingin ini terjadi, kembali Kitab Suci menjelaskan mengapa anak-anak Israel berpikir bahwa Musa ingin mereka mati di padang gurun sesudah mereka meninggalkan Mesir.
Orang yang diperhamba oleh emosi dan hasrat tidak memiliki alasan di da­lam pikiran mereka. Maka betapa krusialnya hal itu bahwa kita harus tetap menyerahkan hasrat dan emosi kita kepada Tuhan!

Berapa sering kita mengizinkan emosi atau hasrat kita menutupi pe­nilaian kita atau bahkan mengesampingkan sesuatu yang jelas, "Maka demikianlah firman TUhan"? Bagaimanakah kita menjaga diri kita agar emosi dan hasrat itu bermanfaat bagi kita? (Lihat 2 Kor. 10:5.)
2 Kor. 10:5
10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,


RABU 16 Desember  Dibawa ke Pengasingan

Baca Yeremia 43:8-13.
Apakah yang Tuhan katakan melalui Yeremia?
43:8. Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Yeremia di Tahpanhes, bunyinya:
43:9 "Ambillah di tanganmu batu-batu besar dan sembunyikanlah itu di tanah liat dekat pintu masuk istana Firaun di Tahpanhes di hadapan mata orang-orang Yehuda itu,
43:10 lalu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, Aku mengutus orang untuk menjemput Nebukadnezar, raja Babel, hamba-Ku itu, supaya ia mendirikan takhtanya di atas batu-batu yang telah Kusuruh sembunyikan ini, dan membentangkan permadani kebesarannya di atasnya.
43:11 Dan apabila ia datang, ia akan memukul tanah Mesir: Yang ke maut, ke mautlah! Yang ke tawanan, ke tawananlah! Yang ke pedang, ke pedanglah!
43:12 Ia akan menyalakan api di kuil-kuil para allah Mesir dan akan membakar atau mengangkutnya sebagai tawanan. Dan ia akan membersihkan tanah Mesir dari kutu-kutu seperti seorang gembala membersihkan pakaiannya dari kutu-kutu, kemudian ia akan pergi dari sana tanpa gangguan.
43:13 Ia akan memecahkan tugu-tugu berhala Bet-Syemes yang ada di Mesir dan akan menghanguskan kuil para allah Mesir itu dengan api."

                Tahpanhes adalah sebuah kota di perbatasan timur laut Mesir, di mana me­miliki kubu pertahanan yang penting dan tempat di mana banyak perkampung­an Yahudi berada. Kembali di sini, Tuhan ingin Yeremia memperagakan nubuatan secara simbol. Meski perkataan lebih berkuasa, terkadang ketika sesuatu dilakukan dalam kehidupan nyata, saat itu terjadi di hadapan kita, maksudnya terlihat bahkan lebih kuat.
Bagaimana tepatnya Yeremia menguburkan batu di pintu masuk rumah Fira- un, kita tidak diinformasikan. Tetapi poinnya jelas: Bahkan Firaun yang hebat pun tidak sebanding dengan Tuhan, dan Ia akan menggenapi firman-Nya seba­gaimana yang dikatakan-Nya. Mereka yang menolak yang berpikir bahwa me­reka akan menemukan perlindungan dan keamanan bila pergi ke Mesir adalah sama salahnya dengan mereka, yang telah kita lihat sebelumnya, yang berpikir bahwa mereka dapat menemukan perlindungan dan keamanan bilamana Mesir datang kepada mereka (Yer. 37:7, 8). Dewa-dewa Mesir adalah sia-sia, hanya­lah isapan jempol dan imajinasi belaka; dewa-dewa ini adalah kekejian kafir yang menahan mereka dalam kehinaan mengabaikan kebenaran. Orang Israel seharusnya tahu, seperti kita sekarang harus tahu, bahwa perlindungan kita satu-satunya yang benar adalah dalam penurutan kepada Tuhan.
"Ketika penyangkalan diri menjadi bagian dari agama kita, kita harus me­ngerti dan melakukan kehendak Allah; karena mata kita akan diurapi dengan minyak pelumas agar kita akan memandang hal-hal indah dari hukum-Nya. Kita akan melihat jalan penurutan sebagai satu-satunya jalan keamanan. Al­lah meminta umat-Nya bertanggung jawab secara proporsional saat cahaya kebenaran dibawa kepada pemahaman mereka. Tuntutan hukum-Nya adalah adil dan masuk akal, dan melalui rahmat Kustus, la mengharapkan kita untuk menggenapi syarat-syarat Nya " Ellen G.White, The Review and Herald, 25 Februari 1890.

Pikirkanlah tentang hal simbol, juga, dalam hal Israel kembali ke Me­sir dalam kerinduan mereka untuk mendapatkan keselamatan. Ironis! Dalam pengertian rohani, cara apakah di mana kita tergoda untuk "kem­bali ke Mesir" guna menemukan apa yang kita pikir kita tidak dapat te­mukan pada Tuhan?


KAMIS 17 Desember   Perlawanan yang Terbuka

Bacalah Yer. 44:1-10. Apakah yang dilakukan oleh para tawanan di Mesir?
44:1. Firman yang datang kepada Yeremia untuk semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir, di Migdol, di Tahpanhes, di Memfis dan di tanah Patros:
44:2 "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Kamu telah mengalami segenap malapetaka yang telah Kudatangkan atas Yerusalem dan atas segala kota Yehuda; sungguh, semuanya itu kini sudah menjadi reruntuhan dan tidak ada seorangpun diam di sana.
44:3 Itu disebabkan oleh kejahatan yang telah mereka lakukan untuk menimbulkan sakit hati-Ku, yakni mereka pergi membakar korban dan beribadah kepada allah lain yang tidak dikenal oleh mereka sendiri, oleh kamu atau oleh nenek moyangmu.
44:4 Terus-menerus Aku telah mengutus kepadamu semua hamba-Ku, para nabi, dengan mengatakan: Janganlah hendaknya kamu melakukan kejijikan yang Aku benci ini!
44:5 Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikan supaya berbalik dari kejahatan mereka dan tidak membakar korban lagi kepada allah lain.
44:6 Sebab itu kehangatan amarah-Ku dan murka-Ku telah tercurah dan membakar kota-kota Yehuda dan jalan-jalan Yerusalem, sehingga menjadi reruntuhan dan tempat tandus, seperti yang ternyata sekarang ini.
44:7 Maka sekarang, beginilah firman TUHAN, Allah semesta alam, Allah Israel: Mengapakah kamu mendatangkan celaka besar kepada dirimu sendiri? Kamu mau melenyapkan laki-laki, perempuan, anak-anak dan bayi dari Yehuda dengan tidak meninggalkan sisa apapun?
44:8 Mengapa kamu mau menimbulkan sakit hati-Ku dengan perbuatan tanganmu, yakni membakar korban kepada allah lain di tanah Mesir yang kamu masuki untuk tinggal sebagai orang asing di sana? Mengapa kamu mau menjadi kutuk dan aib di antara segala bangsa di bumi?
44:9 Sudah lupakah kamu kepada kejahatan nenek moyangmu, kejahatan raja-raja Yehuda, kejahatan para pemuka mereka, kejahatanmu sendiri dan kejahatan isteri-isterimu yang dilakukan mereka di tanah Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem?
44:10 Mereka tidak remuk hati sampai kepada hari ini, mereka tidak takut dan tidak mengikuti Taurat-Ku dan ketetapan-Ku yang telah Kuberikan kepadamu dan kepada nenek moyangmu.

Selama penawanan Mesir, Yeremia harus menghadapi masalah yang sama sementara ia dan bangsanya tinggal di Yehuda. Waktu itu ia harus berbicara kepada para pemimpin; sekarang ia harus berbicara kepada orang biasa, yang dalam penawanan melakukan beberapa dosa yang sama, yang mulai membawa kehancuran atas mereka.

Apakah jawaban menakjubkan yang mereka berikan kepada Yeremia saat berhadapan dengan mereka? (Yer. 44:15-19).

44:15. Lalu menjawablah kepada Yeremia semua orang laki-laki yang tahu bahwa isteri mereka membakar korban kepada allah lain, dan semua perempuan yang hadir di sana, suatu kumpulan yang besar, yakni segala rakyat yang diam di tanah Mesir dan di Patros, katanya:
44:16 "Mengenai apa yang kaukatakan demi nama Allah kepada kami itu, kami tidak akan mendengarkan engkau,
44:17 tetapi kami akan terus melakukan segala apa yang kami ucapkan, yakni membakar korban kepada ratu sorga dan mempersembahkan korban curahan kepadanya seperti telah kami lakukan, kami sendiri dan nenek moyang kami dan raja-raja kami dan pemuka-pemuka kami di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem. Pada waktu itu kami mempunyai cukup makanan; kami merasa bahagia dan tidak mengalami penderitaan.
44:18 Tetapi sejak kami berhenti membakar korban dan mempersembahkan korban curahan kepada ratu sorga, maka kami kekurangan segala-galanya dan kami dihabiskan oleh pedang dan kelaparan."
44:19 Lalu perempuan-perempuan itu menambahkan: "Apabila kami membakar korban dan mempersembahkan korban curahan kepada ratu sorga, adakah di luar pengetahuan suami kami bahwa kami membuat penganan persembahan serupa dengan patungnya dan mempersembahkan korban curahan kepadanya?"


Kekerasan hati mereka dan penipuan yang menimpa mereka sungguh meng­herankan. Pada dasarnya, mereka menatap wajah Yeremia dan menantang dia, serta menantang apa yang ia katakan "di dalam nama Tuhan."
Dasar pemikirannya sederhana: Beberapa hari sebelumnya, sebelum refor­masi Yosia, saat mereka berada dalam penyembahan kepada dewa-dewa kafir, bahkan membakar ukupan bagi "ratu langit" dan mencurahkan korban minum­an kepadanya, sesuatu berlangsung baik kepada mereka. Secara materi mereka baik dan tinggal dengan aman. Tetapi, sesudah reformasi Yosia (di mana mere­ka sudah terlambat—dan hanya setengah hati) malapetaka itu menimpa. Jadi, mengapa mereka harus mendengar Yeremia dan semua amarannya?
Respons Yeremia (Yer. 44:20-30) adalah, Tidak, engkau tidak menger­ti. Lebih tepat itu terjadi karena engkau melakukan segala hal ini sehingga malapetaka-malapetaka ini harus datang menimpa kamu. Lebih buruk lagi, pe­nolakanmu yang keras kepala untuk berubah, artinya akan lebih banyak lagi malapetaka yang akan datang, dan keamanan yang engkau pikir dapat ditemu­kan di Mesir adalah sebuah penipuan dan dusta, seperti halnya dewa-dewa ka­fir yang engkau sembah. Pada akhirnya, engkau akan tahu kebenaran, namun itu sudah sangat terlambat.

Bagaimanakah dengan mereka yang, jatuh dalam dosa dan tidak per­caya, namun tampaknya baik-baik saja, sementara terkadang umat Kris­ten yang setia melewati ujian-ujian yang mengerikan? Bagaimanakah kita melewati kenyataan ini?

JUMAT 18 Desember
Pendalaman: Sepanjang kitab Yeremia, seperti juga di sepanjang Alkitab, kita dihadapkan dengan pertanyaan tentang yang baik dan jahat. Dan sebagai orang Kristen kita tahu membedakan yang baik dan jahat, karena Allah telah mengartikan istilah-istilah ini bagi kita dalam banyak cara yang berbeda. (Se­bagai contoh, lihat Roma 7:7; Mi. 6:8; Yos. 24:15; Mat. 22:37-39; Ul. 12:8.) Tetapi bagaimana jika Anda tidak percaya kepada Allah? Bagaimana membe­dakan yang baik dan jahat? Penulis yang ateis, Sam Harris, memiliki usulan. Ia menulis sebuah buku berjudul The Moral Landscape, di mana ia berargu­mentasi bahwa baik dan jahat dapat dan harus dimengerti hanya dalam istilah ilmu pengetahuan. Yakni, cara yang sama ilmu pengetahuan menolong kita mengerti perbedaan antara kekuatan nuklir yang kuat dan kekuatan nuklir yang lemah, itu seharusnya menolong kita mengenal yang benar dan salah, dan yang baik dan jahat. Ia bahkan berspekulasi bahwa ilmu pengetahuan suatu saat dapat menyembuhkan kejahatan. "Pertimbangkan apa yang akan terjadi bila kita menemukan penawar kejahatan manusia. Bayangkan, demi kepentingan argumentasi, bahwa setiap perubahan yang relevan dalam otak manusia dapat di lakukan dengan cara murah, tidak sakit, dan aman. Penawar bagi kelainan jiwa atau psikopat dapat ditaruh langsung dalam makanan seperti vitamin D. Kejahatan sekarang tidak lebih daripada kekurangan gizi."— The Moral Land- scape, hlm. 109 (Simon dan Schuster, Inc., Kindle Edition). Tetapi kebanyakan ilmuwan, bahkan mereka yang tidak percaya Allah, akan memiliki masalah memercayai bila ilmu pengetahuan dapat memecahkan masalah ini. Namun, jika Anda tidak percaya Allah, di mana lagi Anda menemukan solusi masalah ini?
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.      "Kepada kita, segala sesuatu tergantung kepada bagaimana kita menerima istilah-istilah Tuhan."—Ellen G. White, Selected Messages, jld. 1, hlm. 118. Mengapa salah untuk menganggap bahwa karunia datang tanpa syarat? Syarat tidaklah sama dengan per­buatan, atau sesuatu yang memberikan kita jasa di hadapan Allah. Bagaimanakah kita belajar membedakan antara ajaran yang salah bahwa keselamatan oleh perbuatan (legalis) dan ajaran yang salah bahwa keselamatan itu tidak bersyarat (karunia murahan)?
2.      Dalami pertanyaan yang sulit pada akhir pelajaran hari Kamis. Jika seseorang berkata: "Saya tidak percaya Yesus, bahkan saya tidak percaya Allah, namun lihatlah betapa baiknya keadaan saya. Bahkan, saya ingin katakan bahwa hidup saya lebih baik daripa­da hidup Anda, dan Anda adalah seorang Kristen," bagaimanakah Anda merespons?

Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Yeremia 42:13-22; Keluaran 16:3; Kisah 7:39
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Mempelajari akhir sejarah Ychuda setelah penghancuran Ye­rusalem oleh orang Babel, ditandai dengan pembunuhan dan tipu muslihat dan kebalikan dari peristiwa Keluaran yang justru kembali Mesir.
Merasakan: Merasakan kengerian akan kenyataan dosa dan sifat manusia yang menolak belajar dari sejarah.
Melakukan: Memutuskan untuk belajar dari sejarah dan menerima bahkan pelajaran-pelajaran yang sulit yang Allah perlu ajarkan kepada setiap pria dan wanita.
Garis Besar Pelajaran:
I.       Mengetahui: Kembali ke Mesir
A.      Kembali ke Mesir tidak hanya populer di zaman Yeremia. Apa­kah beberapa peristiwa ketika umat Allah ingin kembali ke Mesir?
B.      Mengapakah seseorang bisa berbicara tentang kebalikan kisah Ke­luaran dalam buku Yeremia?
II.    Merasakan: Kenyataan, Menyangkal, dan Mengabaikan Dosa
A.      Apakah peran Yeremia setelah penghancuran Yerusalem oleh orang Babel? Bagaimanakah ia harus merasa ketika bangsa Yahu­di memutuskan untuk kembali ke Mesir?
B.      Apakah hasil akhir dari kembali ke Mesir? Mengapakah orang- orang Yahudi tidak menemukan kedamaian di Tahpanhes?
III. Melakukan: Menghancurkan Lingkaran Setan
A.      Apakah yang dibutuhkan untuk belajar dari sejarah? Mengapa kita sebagai manusia cenderung untuk melakukan kesalahan yang sa­ma berulang-ulang?
B.      Bagaimanakah mungkin untuk memutuskan lingkaran Setan mengabaikan dosa? Apakah pengharapan yang ada?
Rangkuman: Yeremia 40-44 menceritakan sebuah kisah yang sangat me­nyedihkan: Peristiwa-peristiwa setelah kehancuran Yerusalem oleh Babel me­nunjukkan bagaimana sifat manusia jatuh lebih dalam dan lebih dalam lagi ke dalam dosa sampai itu sepenuhnya kembali ke dalam perbudakan dosa seba­gaimana yang digambarkan oleh kembalinya orang Yahudi ke Mesir. Ada satu sinar harapan: Allah tetap bersama kita sebagaimana Yeremia tetap bersama bangsa itu, mencoba semua cara.

Siklus Belajar
Langkah 1 — Memotivasi Fokus Alkitab: Yeremia 40:7-16; Yeremia 41
Kunci Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Pembunuhan tidak masuk akal terhadap Gedalya berdampak pada seluruh komunitas yang tetap tinggal di Yehuda setelah penghancuran Yerusalem oleh orang-orang Babel. Itu menun­jukkan dampak buruk yang dosa miliki atas seluruh masyarakat.
Untuk Guru: Hingga saat ini Yudaisme memperingati pembunuhan Gedalya, gubernur Yehuda yang diangkat oleh Nebukadnezar setelah kehan­curan Yerusalem. Itu terjadi selama bulan ketujuh (Tisri), tahun 586 S.M., atau mungkin juga tahun 582 S.M., bertepatan dengan pembuangan lebih lanjut orang-orang Yahudi ke Babel, yang bisa terjadi sebagai pembalasan atas pem­bunuhan gubernur Babel (bandingkan Yer. 52:30).
Pembunuhan, yang melanggar hukum kemurahan Timur Dekat purba, me­micu rantai peristiwa yang akhirnya menyebabkan disintegrasi masyarakat Ya­hudi di Mesir ke mana mereka telah melarikan diri untuk menghindari murka kerajaan Babel. Diskusikan dengan UKSS tentang kisah Gedalya dan soroti efek luas yang hal itu miliki pada seluruh masyarakat. Dosa tidak pernah men­jadi masalah yang terasing dan selalu memiliki dampak pada keluarga dan masyarakat.
Aktivitas Pembuka: Ini tidak terjadi setiap hari bahwa arkeologi dapat membuat kaitan langsung dengan tokoh Alkitab. Cap Meterai Timur De­kat purba biasanya berukuran kurang dari satu inci (1,5 cm), sering dibuat dari batu semi mulia, dan menorehkan dengan rincian laporan untuk membuat gambar yang rumit yang sering terdiri dari nama pribadi, gambar, atau gabung­an keduanya. Sebagian besar dipakai di leher dengan tali dan digunakan untuk menandatangani dokumen atau membuktikan pemilik dari meterai.
Tiga meterai tertulis, atau lebih tepatnya cetakan-cetakannya, telah ditemu­kan yang terhubung dengan kisah Yeremia, menawarkan kaitan arkeologi yang hampir belum pernah terjadi sebelumnya antara ayat ayat Alkitab dan artefak- artefak. Yang pertama adalah cetakan meterai terbaca "(milik) Berekhyahu (Barukh), anak dari Neriyahu, juru tulis." Itu ditemukan tahun 1975, di sebuah toko barang antik dan membuktikan nilai sejarah juru tulis Yeremia. Tahun 2005 dan 2008, masing-masing, dua cetakan meterai lainnya ditemukan sela­ma penggalian arkeologi di Yerusalem, yang pertama terbaca, "Milik Yehukal, anak dari Selemya, anak Shovi." Ini adalah Ychukal (atau Yukhal) yang sama yang ingin membunuh Yeremia (bandingkan Yer. 37:3; 38:1). Akhirnya, ce­takan meterai terakhir terbaca "milik Gedalya, anak Pasyur." Semua benda- benda itu telah dirujuk waktunya ke zaman Yeremia. Maka, kita memiliki ke­saksian arkeologi yang kuat kepada cerita sedih yang berkembang menjelang akhir pelayanan Yeremia.

Gedalya yang lain ditemukan di kisah Yeremia adalah anak Ahikam, yang menjadi gubernur atas apa yang tersisa dari Yehuda. Gedalya yang ini dibunuh secara brutal oleh Ismael, salah satu pelayan Raja Zedekia, setelah ia dengan polosnya menawarkan kepadanya keramahtamahan, salah satu kebiasaan yang paling sakral di Timur Dekat purba (lihat Yer. 40:7-16). Seberapa burukkah itu bisa terjadi? Bagaimanakah tanggapan Anda jika kepercayaan Anda kepada orang yang dekat dengan Anda disalahgunakan dan sangat dikecewakan?
Langkah 2 — Menyelidiki
Untuk Guru: Yeremia 40-45 menunjukkan bagaimana orang-orang Yahu­di yang tidak dibuang ke Babel melanjutkan kehidupan mereka. Seseorang mungkin berpikir bahwa mereka mendapatkan pekabaran dengan kehancuran kota dan Bait Suci, tetapi mengejutkan untuk melihat bagaimana mereka terus berjalan lebih lanjut di jalan dosa yang mana Israel telah di sana bertahun- tahun lamanya. Itu bisa memiliki akhir yang menyedihkan dan sama seperti Allah secara ajaib membawa mereka keluar dari perhambaan Mesir, mereka secara sukarela memilih untuk kembali Mesir melawan nasihat Allah, tetapi masih ditemani oleh Yeremia.
Komentar Alkitab
I. Mendengar Secara Selektif
(Pelajari Kembali Bersama UKSS, Yeremia 42.)
Setelah pembunuhan Gedalya, semua orang datang untuk bertanya kepa­da Yeremia. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang sebelumnya telah membencinya kini bersemangat untuk bertanya kepadanya (Yer. 42:1). Ada pergantian yang menarik antara ungkapan "Tuhan Aliahmu" dan "Tuhan Allah kita," yang menggambarkan hubungan yang ragu-ragu antara Yehuda dan Allah.
Ayat 5, 6 adalah permohonan tulus akan penurutan kepada apa pun jawab­an Allah. Kata-katanya menggemakan konfirmasi perjanjian terhadap Israel di Gunung Sinai (Kel. 24:7),
Yang langsung diikuti oleh pertunjukan yang sama akan ketidaksetiaan- episode anak lembu emas. Tanggapan ini sejajar dengan yang terjadi setelah Yeremia mengamarkan mereka untuk tidak pergi ke Mesir tetapi, sebaliknya, tinggal di Yehuda. Orang-orang mulai mempersalahkan Barukh karena meng­hasut Yeremia melawan mereka, dan ini sekali lagi mengingatkan kisah Ke­luaran sebagaimana orang-orang mempersalahkan Musa karena membawa mereka keluar dari Mesir. Panggilan terakhir Yeremia lebih daripada sekadar dorongan. Ungkapan "Janganlah pergi ke Mesir!" di ayat 19 adalah larangan tanpa syarat yang menggunakan bahasa yang mutlak seperti Sepuluh Hukum. Ini bukanlah pilihan dan pergi kc Mesir jelas melanggar perintah Allah.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Yeremia memanggil masyarakat itu "menipu" di ayat 20. Apakah yang begitu sangat munafik dalam hubungan mereka de­ngan Yeremia (dan Allah) di pasal ini?
1.              Tindakan Simbolis Lainnya
(Pelajari Kembali Bersama UKSS Yeremia 43:8-13.)
Raja-raja terakhir Israel selalu mempertimbangkan Mesir sebagai adikuasa yang akan menolong mereka melawan Babel. Akibatnya, itu adalah tempat yang mereka pikir tempat melarikan diri. Namun Yeremia telah menyamakan Mesir seperti buluh yang lemah dan pecah yang akan menembus tangan orang yang bersandar padanya (bandingkan Yes. 36:6).
Salah satu tindakan simbolis terakhir Yeremia dilakukan ketika ia berada di Mesir dan berfungsi untuk menyadarkan segala harapan palsu yang orang Yahudi miliki mengenai kekuatan melindungi Mesir. Tahpanhes (sekarang Tell Defneh) adalah kota di sebelah timur laut bagian yang dangkal (Delta) dari Nil, yang berfungsi sebagai pintu masuk ke Mesir, dan Yeremia mengubur batu- batu besar di trotoar bata di depan gedung pemerintahan. Itu akan menjadi tempat yang sama di mana Nebukadnezar akan mendirikan takhta kerajaannya ketika ia akhirnya menaklukkan Mesir, yang terjadi tahun 568/567 S.M. Pekabarannya jelas: Yehuda telah "ditentukan untuk pembuangan" (Yer. 43:11) dan melarikan diri ke Mesir tidak mengubah apa pun.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apa sajakah hal-hal, lembaga, atau masya­rakat di mana kita menempatkan kepercayaan kita? Bagaimanakah kita bisa mengetahui bahwa mereka dapat dipercaya?
2.      Kembali ke Mesir
(Pelajari Kembali Bersama UKSS, Yer. 44: Kel. 16:3; dan Kisah 7:39.)
Salah satu elemen yang paling menakjubkan dalam kisah kembali ke Mesir adalah bahwa Yeremia menemani bangsanya. Ia memiliki kesempatan untuk memilih keluar (bandingkan Yer. 39:11-40:15) dan menjalani hari-harinya di Babel di bawah pemeliharaan Raja Nebukadnezar. Tetapi ia memilih untuk tinggal bersama dengan orang-orang di Yehuda yang akhirnya membawanya ke Mesir.
Pasal 44 mencatat pekabaran terakhir Yeremia, ditujukan kepada orang- orang Yahudi yang telah menetap dan tersebar di Mesir selama periode itu. Pasal ini diberi penanggalan sekitar SKO S.M Itu adalah pekabaran yang ter­akhir yang menegaskan bahwa mereka yang berpikir bahwa melarikan diri ke Mesir akan memberikan tempat yang aman pada akhirnya harus menghadapi penghakiman Allah di sana, sebagaimana mereka yang telah dibuang ke Babel (Yer. 44:11-14).
Reaksi dari masyarakat begitu mengejutkan sejalan dengan perilaku me­reka sebelumnya: mereka secara terbuka mengakui kesetiaan mereka kepada "ratu surga" (ayat 15 19), kemungkinan Ashera, dewi kesuburan orang Kanaan. Mereka telah sepenuhnya kembali ke Mesir. Itu adalah Keluaran namun terbalik, sebuah Eksodus, sengaja kembali ke perbudakan dosa dan penolakan menantang untuk mendengar suara Allah. Stcfanus dalam pembicaraannya di

hadapan majelis agama menyatakan kenyataan ini, dengan pedih mengingat­kan kembali kisah Keluaran: "Dalam hati mereka ingin kembali ke Mesir" (Kisah. 7:39). Israel dan Yehuda selama beberapa abad telah berbalik dalam hati mereka ke Mesir, dan kembali secara fisik setelah kehancuran Yerusalem hanyalah konfirmasi secara luar atas apa yang telah terjadi lama sebelumnya di hati mereka.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Apakah artinya dalam istilah praktis kembali ke Mesir di dalam hati kita?
Langkah 3 — Mempraktikkan
Untuk Guru: Bukan tentang nasib Yeremia pekabaran berikut ini dan bukan pula banyaknya komunitas Yahudi di Mesir yang dikenal. Itu pastilah sesuatu yang tidak baik, menurut perkataan terakhir dari sang nabi.
Pertanyaan-pertanyaan:
o   Pernahkah Anda bermaksud untuk mengikuti jalan Allah tetapi kemudian, ketika Ia menunjukkannya kepada Anda, Anda tidak menyukainya? Bagai­manakah Anda menghadapi situasi ini?
o   Kembali ke Mesir dalam hati seseorang masih merupakan kenyataan yang serius. Apakah yang ada dalam kerohanian "Mesir" yang memiliki daya ta­rik yang begitu kuat atas kita?
Langkah 4 — Menciptakan
Untuk Guru: Kembali ke Mesir telah menjadi pusat pendalaman pelajaran minggu ini. Sebagai anggota Gereja Masehi Advcnt Hari Ketujuh kita sering pindah dari kerohanian "Mesir"—keluar dari kecanduan dosa, kejahatan dan kebencian, marginalisasi sosial—namun, masih banyak yang perlu dibebaskan dari Mesir dalam arti kerohanian.
Aktivitas: Pikirkan sebuah tempat di komunitas Anda yang mungkin me­menuhi syarat sebagai "Mesir" dan rencanakan sebuah program jangkauan ke­luar untuk menjangkau orang-orang yang tinggal di sana dan yang mungkin sedang menunggu untuk dipanggil keluar dari sana.




BERITA MISI
19 DESEMBER

Tidak Ada Apa-apa tetapi Beri­man
Zimbabwe

John dibesarkan dengan menge­tahui bahwa Allah memanggil dia untuk menjadi pendeta, dan dia rindu berkuliah di Solusi University. Namun, di Zimbabwe, siswa yang bekerja untuk membi­ayai kuliah hampir mustahil untuk ditemukan, jadi John harus bergan­tung pada ibunya untuk membayar biaya sekolah.
Karena cintanya dalam meme­nangkan jiwa, John menghabiskan masa liburan dengan perjalanan ke beberapa kota untuk mengadakan KKR singkat. Dia bersukacita karena melihat 100 orang datang kepada Kristus.
Pulang dari penginjilan masa liburan, John tahu bahwa tidak ada uang untuk membayar biaya sekolah. Ibunya menjelaskan bahwa barang-barangnya tidak akan dijual.
"Mungkin kamu harus menunggu satu semester untuk kuliah," katanya kepada John.
"Jangan khawatir," katanya. "Tuhan memanggil saya untuk pe­layanan, dan Dia akan membantu biaya kuliah saya."
John mengemasi tasnya dan naik bus ke Solusi, tiba dengan tidak cukup uang untuk membeli tiket pulang. Dia tidak memiliki apa pun kecuali imannya.
Malam itu, John tinggal di ka­mar asrama temannya. Keesokan harinya ia pergi menemui dekan, yang enggan untuk memberikan dia kamar sebelum dia mendapat­kan slip lunas dari keuangan.Tapi dekan mengenal John, dan akhir­nya setuju."Tapi jika kamu belum menerima izin dari keuangan sam­pai pukul 5:00 besok, kamu harus pindah."
John mengucapkan terima kasih dan pergi ke kamar. Segera ia bertelut dan berdoa. "Tuhan, terima kasih untuk waktu di mana saya miliki kamar ini. Jika Engkau tidak mem­bayar biaya saya, saya harus pindah besok, jadi terserah Engkau.Terima kasih,Tuhan. Amin."
John mendengar bahwa teman­nya, Yeremia, seorang penginjil, sementara mengadakan pertemuan di kampus. Dia pergi mengunjungi­nya. "Apakah kamu membayar biaya kuliah?" la bertanya.
"Tidak," kata John jujur. "Kita ti­dak punya uang. Saya datang untuk berdoa dengan kamu tentang hal itu."
"Janganlah kita meminta uang kepada Tuhan," katanya. "Mari kita bersyukur kepada-Nya karena menyediakan uang yang kamu bu­tuhkan."
Uang tidak datang hari itu. Se­mentara John berjalan di sekitar kampus beberapa teman menghen­tikan dia untuk bertanya apakah dia akan berkuliah. John tidak memberitahu mereka tentang kebutuhan keuangannya, tapi menjawab de­ngan senyum, "Semuanya baik-baik saja;Tuhan memegang kendali."
Tapi waktu tidur malam tidak ada yang terjadi. John menempat­kan situasi ini di tangan Tuhan lagi dan kemudian tidur.
Jawaban Doa
Keesokan harinya John pergi ke pelayanan doa kampus. Pemimpin meminta para relawan untuk ber­doa. John berdoa untuk siswa yang memiliki kebutuhan, dan diam- diam dia berdoa untuk kebutuhan­nya sendiri.
Beberapa jam kemudian ia bertemu dengan seorang teman di kampus. "Apa kabar? Apakah se­muanya baik-baik saja? "Temannya bertanya.
"Ya," kata John, "semuanya okey. Tuhan memegang kendali."
"Bagaimanakah ibumu?"Tanya teman.
"Dia baik-baik saja,"jawab John. Kemudian tanpa berpikir, ia menambahkan, "Tapi dia khawatir tentang biaya sekolah saya."
"Berapa banyak yang kamu bu tuhkan?"Tanyanya.
"50.000 dolar (Zimbabwe)"
Temannya mengeluarkan bebe­rapa pula, mata uang dari Botswa­na. "Ini 250pula!' kata temannya. Uang itu setara dengan 23.000 dolar Zimbabwe. John mengucap­kan terima kasih kepada temannya dengan hangat. OK, Tuhan, pikir­nya. Sekarang bagaimanakah cara mengubah pula ini menjadi dolar Zimbabwe cukup untuk mendaftar?
Dalam beberapa menit John menemukan seseorang yang ber­sedia untuk menukarkan pula-nya ke dolar Zimbabwe yang setara setengah jumlah yang diperlukan untuk mendaftar. John bergegas ke telepon untuk memberitahu ibunya apa yang Allah telah lakukan.
"Ibu,"katanya,"bolehkah me­nyuruh Mercy [adik John] ke bank untuk depositkan 25.000 dolar (Zimbabwe)?"
"John,"jawab ibunya, "kau tahu saya tidak punya uang."
"Hanya menyuruh Mercy ke kota," kata John. "Allah akan mem­berikan uang."Ibunya bingung, tapi dia tidak membantah. Jika John memiliki iman seperti itu, ia tidak berani meragukannya. Jadi dia meminta Mercy pergi ke kota dan menunggu Tuhan untuk memberi­kan uang padanya untuk John.
Sementara itu John per­gi mendepositkan 25.000 dolar Zimbabwe yang ia telah terima ke rekening bank Solusi. Kemudian dia menelepon ibunya lagi.
Keajaiban Lain
"Saya sudah berusaha untuk menghubungi kamu!" Katanya. "Mercy bertemu seorang temanmu di kota yang telah merencanakan untuk memberikan uang, tapi kamu sudah berangkat ke sekolah. Ketika Mercy mengatakan kepadanya jum­lah yang kamu butuhkan, itu lebih dari yang telah ia rencanakan untuk berikan, tetapi ketika ia membu­ka dompetnya, ia memiliki lebih dari 25.000 dolar. Jadi dia memberi Mercy uang untuk kamu. Kita perlu tahu nomor rekening Solusi sehing­ga kita dapat menyetornya!"
Mata John dipenuhi air mata saat ia mendengar bagaimana Allah menjawab doa-doanya. Dengan bergegas ia kembali ke sekolah, John tiba hanya beberapa menit sebelum kantor ditutup. Hatinya te­rasa ringan, dan langkahnya mudah saat dia memikirkan bagaimana Al­lah telah melakukan keajaiban lain untuk seorang pria muda dengan tidak ada apa-apa tetapi beriman.
Lebih dari 1.000 mahasiswa ter­daftar di Solusi University. Sekolah ini bertambah lebih banyak ma­hasiswa, dan lebih besar ruangan untuk ruang makan diperlukan. Te­rima kasih untuk dukungan Persem­bahan Misi Sabat Ketigabelas yang akan membantu pembangunan perluasan ruang makan universitas.


Pelajaran 13
*19-25 Desember
Pelajaran-Pelajaran dari Kitab Yeremia
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Yer. 2:13; 6:20; 7:1-10; Mat. 9:12; Ul. 6:5; Yer. 10:1-15; 23:1-8.
AYAT HAFALAN: "Sesungguhnya, waktunya akan datang, demiki­anlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri" (Yeremia 23:5).
Sekarang kita berada pada akhir pelajaran kita tentang kitab Yeremia. Itu telah menjadi sebuah petualangan; begitu banyak drama, emosi, dan energi yang dikeluarkan dalam hikayat nabi kita ini. Seperti nabi-nabi lainnya, Yeremia tidak menulis dalam kehampaan: pekabarannya adalah dari Tuhan dan untuk orang-orang di zaman dan waktu yang spesifik, serta di ba­wah keadaan yang spesifik juga.
Namun, meski keadaannya secara radikal berbeda dengan keadaan kita atau mereka dari banyak generasi lain yang membaca tulisan Yeremia, namun prin­sip-prinsip krusial yang tergambar di sana sama bagi umat Allah dalam semua generasi.
Seperti kesetiaan kepada Allah dan pcnurutiin kepada hukum-hukumnya. Seperti agama yang benar, sebuah agama hati, sebagai lawan dari ritual-ritual yang kosong dan mati yang dapat menuntun orang dalam kepuasan palsu. Se­perti kerelaan orang untuk mendengar koreksi, bahkan ketika itu menghenti­kan apa yang mereka ingin dengar. Seperti kebangunan dan reformasi yang benar. Seperti percaya kepada Tuhan dan janji-janji-Nya gantinya percaya ke­pada manusia. Seperti....
Daftar ini terus berlanjut. Pekan ini, mari kila lihat beberapa dari banyak pelajaran yang dapat kita pelajari dari penyataan kasih Allah bagi umat-Nya, bahkan di tengah banyaknya gemuruh amaran bagi mereka tentang ke mana tindakan mereka akan membawa mereka.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 26 Desember.

No comments:

Post a Comment