Pelajaran 2 Triwulan IV 2015 dan Penuntun Guru


*3-9 Oktober


Pelajaran ini dalam bentuk ebook untuk Apple (ibooks) dan Android (MoonReader dan FBReader) download di sini


Krisis (di Dalam dan di Luar)

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Hak. 2:1-15; 1 Raj. 12:26-31; 2 Taw. 33:9,10; Yer. 2:1-28; 5:2, 3.

AYAT HAFALAN: "Ketika itu Israel kudus bagi TUHAN, sebagai buah bungaran dari hasil tanah-Nya. Semua orang yang memakannya menjadi bersalah, malapetaka menimpa mereka, demikianlah firman TUHAN" (Yeremia 2:3).

            Jika kita dapat memilih satu kata untuk menggambarkan keadaan manusia sejak kejatuhan, kata itu adalah "krisis," satu tingkatan keadaan yang da­pat dimengerti dengan baik, yang dapat membawa kita keluar dari krisis adalah: Kematian Yesus di salib. Krisis itu pastilah sangat buruk, meski demi­kian, perhatikan tindakan ekstrem yang diperlukan untuk menyelesaikan krisis itu.

            Di seluruh Alkitab, banyak kisah yang terjadi berhadapan dengan sebuah krisis atau sesuatu yang lain. Situasi di zaman Yeremia dan pelayanannya pun tidak ada bedanya. Umat Allah menghadapi banyak tantangan, apakah dari dalam atau dari luar. Sayangnya, meski ancaman militer datang dari kekuatan luar, namun dalam banyak cara krisis yang terbesar datang dari dalam. "Di dalam" berarti bukan hanya kepemimpinan dan keimamatan yang korup, yang memang sangat buruk, tetapi "di dalam" berarti orang-orang yang hatinya su­dah sangat dikeraskan dan dirusak oleh dosa dan kemurtadan yang menolak untuk mengindahkan amaran-amaran yang Allah kirimkan kepada mereka, amaran-amaran yang dapat meluputkan mereka dari bencana.

            Dosa adalah buruk, tetapi ketika Anda menolak untuk berbalik darinya— itulah krisis!

*Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 10 Oktober.

Sebuah Sejarah Singkat…Minggu 4 Oktober

Saat orang Israel pada akhirnya memasuki Tahan Perjanjian, sesudah tahun- tahun pengembaraan di padang gurun, itu tidak lama sebelum masalah-masalah dimulai. Semua terjadi ketika satu generasi berganti, satu generasi yang "tidak mengenal TUHAN" (Hak. 2:10), dan krisis spiritual dimulai, yang da­lam banyak cara, memengaruhi bangsa Israel sepanjang sejarah mereka. Bah­kan, juga telah memengaruhi gereja Kristen.

Bacalah Hakim-hakim 2:1-15. Apakah penyebab krisis, dan bagaimana­kah itu dinyatakan?
Hakim-hakim 2:1-15
2:1. Lalu Malaikat TUHAN pergi dari Gilgal ke Bokhim dan berfirman: "Telah Kutuntun kamu keluar dari Mesir dan Kubawa ke negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangmu, dan Aku telah berfirman: Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya,
2:2 tetapi janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini; mezbah mereka haruslah kamu robohkan. Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku. Mengapa kamu perbuat demikian?
2:3 Lagi Aku telah berfirman: Aku tidak akan menghalau orang-orang itu dari depanmu, tetapi mereka akan menjadi musuhmu dan segala allah mereka akan menjadi jerat bagimu."
2:4 Setelah Malaikat TUHAN mengucapkan firman itu kepada seluruh Israel, menangislah bangsa itu dengan keras.
2:5 Maka tempat itu dinamai Bokhim. Lalu mereka mempersembahkan korban di sana kepada TUHAN.
2:6. Setelah Yosua melepas bangsa itu pergi, maka pergilah orang Israel itu, masing-masing ke milik pusakanya, untuk memiliki negeri itu.
2:7 Dan bangsa itu beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang telah melihat segenap perbuatan yang besar, yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel.
2:8 Dan Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, mati pada umur seratus sepuluh tahun;
2:9 ia dikuburkan di daerah milik pusakanya di Timnat-Heres, di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas.
2:10 Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal TUHAN ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.
2:11 Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.
2:12 Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN.
2:13 Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret.
2:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka.
2:15 Setiap kali mereka maju, tangan TUHAN melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka, sesuai dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh TUHAN dengan sumpah, sehingga mereka sangat terdesak.

Ayat 11 berkata, "Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TU­HAN dan mereka beribadah kepada para Baal." Setiap generasi, satu kepada yang lain, bergerak satu langkah lebih jauh dari Allah hingga seluruh bangsa melakukan apa yang Allah katakan untuk tidak mereka lakukan. Akibat dari dosa itu, mereka harus menghadapi krisis yang silih berganti, namun meski demikian TUHAN tidak menyerah terhadap mereka. Dia mengirim para hakim (Hakim-hakim 2:16), yang membebaskan mereka dari kesengsaraan.
            Sesudah masa hakim-hakim, bangsa Israel memasuki sebuah masa yang relatif damai dan sejahtera di bawah apa yang disebut "Persatuan Raja-raja," pemerintahan Saul, Daud, dan Salomo, yang bertahan sekitar seratus tahun. Di bawah pemerintahan Daud, kemudian Salomo, Israel bertumbuh menjadi sebuah kekuatan regional.
            Tetapi, masa-masa yang "baik" ini tidak bertahan lama. Sesudah kematian Salomo (sekitar 931 S.M.), bangsa Israel terbagi menjadi dua kerajaan, Israel di sebelah utara dan Yehuda di sebelah selatan. Kesalahan banyak ditujukan kepada kepemimpinan Salomo yang salah jalan, yang karena semua hikmat yang ada padanya, membuat beberapa kesalahan. "Seluruh suku itu telah lama menderita dengan pedihnya oleh kesalahan-kesalahan yang menindas dari pe­merintah mereka yang terdahulu. Pemborosan yang dilakukan pemerintahan Salomo selama kemurtadannya menyebabkan ia mengenakan pajak yang berat kepada rakyat dan menuntun mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ka­sar."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 3, hlm. 72. Segala sesuatu berbeda dari sebelumnya bagi bangsa pilihan Allah. Semua yang TUHAN amarkan ja­ngan dilakukan, mereka lakukan, maka mereka menuai akibat yang menye­dihkan.

Pikirkan tentang masalah generasi selanjutnya yang tidak memiliki ni­lai dan keyakinan seperti generasi sebelumnya. Sebagai sebuah jemaat, bagaimanakah kita menanggapi isu ini? Bagaimanakah kita belajar un­tuk meneruskan nilai-nilai kita kepada mereka yang sesudah kita?

Dua Kerajaan…Senin 5 Oktober
           
            Sesudah kerajaan itu terbagi, segala sesuatu menjadi lebih buruk. Di Keraja­an Utara, Raja Yerobeam membuat beberapa keputusan spiritual yang menge­rikan yang memiliki dampak kejahatan yang berkepanjangan.

Bacalah 1 Raja-raja 12:26-31. Apakah yang dikatakan di sini tentang betapa segcranya situasi-situasi dapat membutakan penilaian kita?
1 Raja-raja 12:26-31
12:26 Maka berkatalah Yerobeam dalam hatinya: "Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud.
12:27 Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda."
12:28 Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: "Sudah cukup lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir."
12:29 Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan.
12:30 Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain.
12:31 Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat yang bukan dari bani Lewi.

            Penyembahan berhala yang diperkenalkan raja menyebabkan bencana ke­pada bangsa itu. "Kemurtadan yang diperkenalkan oleh pemerintahan Yero­beam lama kelamaan menjadi lebih nyata, sampai akhirnya mengakibatkan keruntuhan kerajaan Israel"— Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 3, hlm. 86. Salmaneser, Raja Asyur, mengalahkan bangsa itu dan mengasingkan pen­duduknya ke berbagai bagian kerajaannya (lihat 2 Raja 17:1-7). Tidak ada yang kembali dari pengasingan itu. Dalam satu kurun waktu, Israel lenyap dari sejarah.
            Keadaan tidak seburuk di Kerajaan Selatan, paling tidak itu belum terja­di. Namun mereka juga tidak kuat, dan seperti halnya Kerajaan Utara, Tuhan ingin melepaskan orang-orang ini dari bencana yang dihadapi oleh Kerajaan Utara, namun sekarang ancaman itu datang dari orang-orang Babel. Sayang­nya, Yehuda memiliki rentetan raja-raja yang terus menuntun bangsa itu kepa­da kemurtadan yang lebih dalam.

Apakah yang ayat-ayat ini katakan tentang pemerintahan beberapa raja Yehuda? 2 Taw. 33:9,10, 21-23; 2 Raj. 24:8, 9,18,19.
2 Taw. 33:9,10, 21-23;
33:9 Tetapi Manasye menyesatkan Yehuda dan penduduk Yerusalem, sehingga mereka melakukan yang jahat lebih dari pada bangsa-bangsa yang telah dipunahkan TUHAN dari depan orang Israel.
33:10 Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya.
33:21. Amon berumur dua puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem.
33:22 Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN seperti yang telah dilakukan Manasye, ayahnya. Amon mempersembahkan korban kepada segala patung yang dibuat Manasye, ayahnya, dan beribadah kepada patung-patung itu.
33:23 Tetapi ia tidak merendahkan diri di hadapan TUHAN seperti Manasye, ayahnya, merendahkan diri, malah Amon makin banyak kesalahannya.

2 Raj. 24:8, 9,18,19.
24:8. Yoyakhin berumur delapan belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan tiga bulan lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Nehusta binti Elnatan, dari Yerusalem.
24:9 Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan ayahnya.
24:18 Zedekia berumur dua puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja dan sebelas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Hamutal binti Yeremia, dari Libna.
24:19 Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan Yoyakim.

            Meskipun semua kepemimpinan buruk, begitu banyak kitab-kitab nubuatan, termasuk Yeremia, adalah perkataan-perkataan para nabi yang diutus Allah kepada umat-Nya dalam usaha untuk membawa mereka kembali dari dosa dan kemurtadan yang menggerogoti jantung bangsa itu. Tuhan tidak menyerah ter­hadap umat-Nya tanpa memberikan mereka cukup waktu dan kesempatan agar berbalik dari jalan mereka yang jahat dan bebas dari malapetaka yang tidak terelakkan dan pasti terjadi karena dosa mereka.

Sangat sulit untuk keluar dari budaya dan lingkungan kita sendiri ser­ta melihat diri kita secara objektif. Bahkan itu mustahil. Lalu, mengapa, haruskah kita secara konstan menguji hidup kita apakah berlawanan de­ngan standar Alkitab? Apakah standar lain yang kita miliki?

Dua Kejahatan…Selasa 6 Oktober

            Dengan latar belakang inilah Yeremia muda memulai pelayanan kenabian­nya. "Firman Tuhan" datang kepadanya, dan dia menyampaikannya dengan harapan bahwa orang Israel, jika mereka mau mengindahkan perkataan-per- kataan ini, akan luput dari kehancuran yang akan datang.

Bacalah Yeremia 2:1-28 dan jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Apakah janji yang Allah buat kepada bangsa Israel ketika mereka ma­sih setia? (Lihat ayat 2, 3).
2:2 "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.
2:3 Ketika itu Israel kudus bagi TUHAN, sebagai buah bungaran dari hasil tanah-Nya. Semua orang yang memakannya menjadi bersalah, malapetaka menimpa mereka, demikianlah firman TUHAN.

Apakah dosa yang dilakukan oleh beberapa orang imam, gembala, dan nabi? (Lihat ayat 8).
2:8 Para imam tidak lagi bertanya: Di manakah TUHAN? Orang-orang yang melaksanakan hukum tidak mengenal Aku lagi, dan para gembala mendurhaka terhadap Aku. Para nabi bernubuat demi Baal, mereka mengikuti apa yang tidak berguna.

Dalam cara mengerikan apakah orang Israel menipu diri mereka sen­diri mengenai kondisi rohani mereka yang benar? (Lihat ayat 23, 24).
2:23 Bagaimanakah engkau berani berkata: Aku tidak pernah menajiskan diriku, aku tidak pernah mengikuti para Baal? Lihatlah tingkah langkahmu di dalam lembah, ketahuilah apa yang telah kaulakukan: hai, unta betina yang ringan kaki yang berlari-lari kian ke mari,
2:24 yang melepaskan diri lari ke padang gurun, karena ingin menghirup udara! Siapakah yang dapat menahan nafsunya untuk berjantan? Semua yang mencari dia, tidak usah berlelah, mereka akan menemukannya dalam musim berjantan.

            Meskipun bangsa itu memiliki beberapa pengalaman pembaruan rohani di bawah kepemimpinan Hizkia dan Yosia, mereka kembali lagi ke jalan yang lama dan jatuh ke dalam kemurtadan yang lebih buruk. Sementara dia melaku­kan segala pelayanannya, Yeremia di sini berbicara dalam istilah yang kurang jelas mengenai apa yang sedang terjadi.
            Khususnya yang menarik adalah perkataan-perkataannya dalam Yeremia 2:13. Mereka telah melakukah dua kejahatan: Mereka meninggalkan Tuhan, sumber pancaran air hidup dan sebagai hasilnya, sumur itu tertutup bagi mere­ka, yang tentunya tidak akan menghasilkan air lagi. Dengan kata lain, karena meninggalkan Tuhan, mereka telah kehilangan segala-galanya. Kata-kata ini menjadi lebih bermakna dalam terang perkataan Yesus dalam Yohanes 4:10.

Dalam Yeremia 2:5, Tuhan berkata bahwa bangsa Israel mencari sesu­atu "kesia-siaan," dan sebagai hasilnya mereka menjadi "sia-sia." Kata Ibrani untuk kedua kata itu datang dari kata Ibrani yang sama (hbt) yang digunakan dalam kitab Pengkhotbah yang sering diterjemahkan "keang­kuhan." Itu juga berarti "uap air" atau "napas." Bagaimanakah kita me­mahami sesuatu yang tidak berharga yang kemudian menjadikan kita "sia-sia"? Apakah artinya? Bagaimanakah konsep ini menolong kita me­ngerti tentang mereka yang terkadang merasa hidup tidak berarti dan tidak berharga? Apakah jawaban kepada mereka?

Ancaman Babel… Rabu 7 Oktober

            Latar belakang peristiwa-peristiwa politik yang membentuk pelayanan Ye­remia untuk beberapa tingkatan, lenyap dari sejarah. Yakni, banyak hal yang mendetail tidak tersedia. Tetapi informasi dalam Alkitab (dengan pertolongan penemuan arkeologi) lebih dari cukup untuk mendapatkan gambaran menyelu­ruh dari apa yang telah terjadi. Meskipun dari pandangan manusia terlihat bah­wa tidak ada yang mengendalikan ketika bangsa-bangsa ini berperang merebut wilayah, kekuasaan, dan kepemimpinan tertinggi, namun Alkitab mengajarkan sesuatu yang berbeda.

Bacalah Yeremia 27:6. Apakah tanggapan kita tentang ini?
27:6 Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya.

            Dalam tahun-tahun permulaan pelayanan Yeremia, kerajaan kecil Yehu­da telah terlibat dalam pertempuran militer antara Babel, Mesir, dan sebuah kekuatan yang mulai pudar, Asyur. Dengan meredupnya kerajaan Asyur di ak­hir abad ke-7 S.M., Mesir terlihat akan kembali berkuasa dan mendominasi daerah itu. Namun, dalam peperangan Karkemis tahun 605 S.M., Mesir hancur dan Babel menjadi penguasa dunia.
            Kekuasaan yang baru ini menjadikan Yehuda sebagai negara jajahan. Yoyakim, Raja Yehuda, dapat menstabilkan bangsanya hanya melalui bersekutu de­ngan Raja Babel. Namun, banyak orang dalam bangsa itu, tidak mau melaku­kannya; mereka ingin berperang dan membebaskan diri dari kekuasaan Babel, meskipun itu bukanlah apa yang Allah inginkan mereka lakukan. Sebaliknya, secara spesifik Allah menggunakan Babel sebagai sebuah sarana untuk meng­hukum bangsa itu karena kemurtadan mereka.

Bacalah Yeremia 25:8-15. Apakah pekabaran Yeremia kepada orang-orang Yehuda?
25:8. Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam: Oleh karena kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan-Ku,
25:9 sesungguhnya, Aku akan mengerahkan semua kaum dari utara--demikianlah firman TUHAN--menyuruh memanggil Nebukadnezar, raja Babel, hamba-Ku itu; Aku akan mendatangkan mereka melawan negeri ini, melawan penduduknya dan melawan bangsa-bangsa sekeliling ini, yang akan Kutumpas dan Kubuat menjadi kengerian, menjadi sasaran suitan dan menjadi ketandusan untuk selama-lamanya.
25:10 Aku akan melenyapkan dari antara mereka suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, bunyi batu kilangan dan cahaya pelita.
25:11 Maka seluruh negeri ini akan menjadi reruntuhan dan ketandusan, dan bangsa-bangsa ini akan menjadi hamba kepada raja Babel tujuh puluh tahun lamanya.
25:12 Kemudian sesudah genap ketujuh puluh tahun itu, demikianlah firman TUHAN, maka Aku akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan kepada bangsa itu oleh karena kesalahan mereka, juga kepada negeri orang-orang Kasdim, dengan membuatnya menjadi tempat-tempat yang tandus untuk selama-lamanya.
25:13 Aku akan menimpakan kepada negeri ini segala apa yang Kufirmankan tentang dia, yaitu segala apa yang tertulis dalam kitab ini seperti yang telah dinubuatkan Yeremia tentang segala bangsa itu.
25:14 Sebab merekapun juga akan menjadi hamba kepada banyak bangsa-bangsa dan raja-raja yang besar, dan Aku akan mengganjar mereka setimpal dengan pekerjaan mereka dan setimpal dengan perbuatan tangan mereka."
25:15. Beginilah firman TUHAN, Allah Israel, kepadaku: "Ambillah dari tangan-Ku piala berisi anggur kehangatan amarah ini dan minumkanlah isinya kepada segala bangsa yang kepadanya Aku mengutus engkau,

            Berulang-ulang Yeremia mengamarkan bangsa itu tentang apa yang akan terjadi karena dosa mereka, dan kembali, banyak pemimpin politik dan agama menolak mendengarkan amaran itu, gantinya, mereka percaya apa yang mere­ka ingin percaya, yakni bahwa Tuhan akan melepaskan mereka. Toh, bukankah mereka adalah umat Allah yang istimewa?

            Kapankah terakhir kali Anda percaya apa yang Anda ingin percayai, tidak peduli bahwa ternyata keyakinan itu salah? Pelajaran apakah yang telah Anda pelajari agar hal yang sama tidak terjadi lagi?

Sumpah Palsu…Kamis 8 Oktober

            Dalam Yeremia 5:1, Tuhan berkata kepada bangsa itu untuk melintasi jalan- jalan dan melihat, "apakah kamu dapat menemui seseorang, apakah ada yang melakukan keadilan, dan yang mencari kebenaran, maka Aku mau mengampu­ni kota itu." Ini mengingatkan kepada dua kisah. Yang pertama dari filsuf Yu­nani kuno pada abad ke-4 S.M., yang bernama Diogenes yang menurut legen­da, selalu berjalan mengelilingi pasar pada siang hari, dan menyatakan bahwa ia sedang mencari seseorang yang jujur. Kisah lain adalah yang kita tahu benar, yaitu Allah berbicara kepada Abraham, yang berkata jika Ia dapat menemukan 50 orang benar (yang kemudian berkurang menjadi 10), maka Ia tidak akan membinasakan kota itu.
            Namun, maksud perkataan Tuhan melalui Yeremia adalah untuk menya­takan betapa luasnya kemurtadan dan dosa telah terjadi di antara umat-Nya. Apakah tidak ada yang melakukan keadilan dan mencari kebenaran? Jika ada, mereka hanya sedikit saja.

            Bacalah Yer. 5:2,3. Apakah yang dikatakan di sini yang menunjukkan bagaimana sesuatu itu menjadi jahat? (Lihat Imamat 19:12.)
5:2 Sekalipun mereka berkata: "Demi TUHAN yang hidup," namun mereka bersumpah palsu.
5:3 Ya TUHAN, tidakkah mata-Mu terarah kepada kebenaran? Engkau memukul mereka, tetapi mereka tidak kesakitan; Engkau meremukkan mereka, tetapi mereka tidak mau menerima hajaran. Mereka mengeraskan kepalanya lebih dari pada batu, dan mereka tidak mau bertobat.

19:12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.


            Ayat-ayat ini menunjukkan satu hal yang muncul di sepanjang kitab Yere­mia. Tidak peduli berapa dalam bangsa itu telah jatuh, banyak di antara mereka percaya bahwa mereka tetap mengikuti Tuhan dengan setia! Mereka memang­gil nama-Nya, namun sebaliknya mereka melakukannya dengan cara yang "sa­lah" gantinya "dalam kesetiaan, dalam keadilan, dan dalam kebenaran" (Yer. 4:2) seperti yang Tuhan perintahkan kepada mereka. Mereka tidak mendengar amaran Allah, tetapi mereka hidup dan menjalankan praktik keagamaan seo­lah-olah segala sesuatu baik-baik saja antara mereka dan Allah, bahkan hampir tidak ada yang benar di antara mereka.
            Kedalaman penipuan mereka dapat dilihat dalam Yeremia 7:4, ketika orang-orang mencari kenyamanan palsu dalam kata-kata ini, hekhal YHWH hekhal YHWH hekhal YHWH hemma!(Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TU­HAN"), seolah-olah dengan memiliki Bait Suci, itulah semua yang mereka perlukan untuk memastikan bahwa segala sesuatu berjalan baik. Adalah satu hal yang berbeda mengetahui bahwa engkau berada dalam krisis; tetapi ketika engkau berada dalam krisis dan tidak menyadarinya, itu lebih buruk.

            Dengan semua kebenaran indah yang diberikan kepada kita sebagai umat Gereja Masehi Advent liari Ketujuh, bagaimanakah kita dapat me­mastikan bahwa kita tidak jatuh dalam penipuan yang serupa dengan percaya bahwa panggilan kita yang istimewa sudah cukup menyelamat­kan kita?

Jumat 9 Oktober

            Pendalaman: "Jangan kamu melakukan apa pun yang kita lakukan di sini sekarang, yakni masing-masing berbuat segala sesuatu yang dipandang­nya benar" (Ul. 12:8). "Sebab dengan demikian engkau mendengarkan suara TUIIAN, Aliahmu, untuk berpegang pada segala perintah-Nya, yang kusam­paikan kepadamu pada hari ini, dengan melakukan apa yang benar di mata TUHAN, Aliahmu" (Ul. 13:18). "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (Hak. 17:6; 21:25).
            Terdapat perbedaan penting yang sangat krusial dalam ayat-ayat ini, khusus­nya di hari dan zaman ini saat banyak orang memberontak melawan gagasan yang disampaikan oleh kuasa dari luar tentang apa yang harus dilakukan, atau diajarkan apa yang benar dan salah. Namun kita dapat melihat dengan jelas di sini sebuah perbedaan yang nyata antara dua pandangan dunia ini. Yang perta­ma, orang-orang melakukan apa pun yang mereka pikir "benar" di pandangan mereka; yang lain, melakukan apa yang benar di "mata Tuhan Allah mereka." Masalah pada posisi yang pertama adalah, begitu sering dalam sejarah, apa yang "benar" dalam pandangan seseorang adalah salah dalam pandangan Al­lah. Itulah sebabnya kita harus menyerahkan segala sesuatu, bahkan hati nura­ni kita, kepada Firman Allah.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:

1.      Apakah beberapa contoh yang dapat Anda pikirkan tentang orang yang "baik" melakukan sesuatu yang sangat buruk, meskipun me­reka pikir saat itu yang mereka lakukan adalah benar? Banyak budaya saat ini terlihat lebih menakutkan daripada yang biasa dilakukan. Apakah pelajaran yang dapat kita ambil dari diri kita saat ini tentang mengapa kita bukan hanya perlu mengakui ajar­an Alkitab, tetapi juga perlu berhati-hati dalam menginterpretasi Alkitab? Khususnya ini penting saat kita menyadari bahwa, dalam beberapa kasus, beberapa hal yang "buruk" yang kita lakukan di­lakukan oleh mereka yang percaya bahwa tindakan mereka dapat dibenarkan oleh Alkitab. Apakah yang keadaan ini sampaikan ke­pada kita tentang betapa mendasarnya Sepuluh Hukum dalam ke­percayaan kita?
2.      Saat kita mempelajari kitab Yeremia triwulan ini, ingatlah pan­dangan bahwa meskipun amaran demi amaran diberikan, bangsa itu percaya bahwa mereka baik-baik saja bersama Allah. Apakah yang menyebabkan mereka begitu tertipu tentang keadaan mereka yang sesungguhnya. Apakah pelajaran dari hal ini yang juga men­jadi pelajaran bagi kita juga?

 PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran

Ayat Inti: Yeremia 2:1-28
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Meninjau kembali sejarah bangsa Israel dari Keluaran hingga zaman Yeremia (sekitar 800 tahun) dan mengidentifikasikan tema umum peningkatan kemurtadan Israel,
Merasakan: Menghargai kenyataan yang menyedihkan dari sejarah yang berulang, dan mengagumi kasih karunia Allah yang tak terbatas yang meli­puti banyak generasi.
Melakukan: Memutuskan untuk melihat lebih dalam pada pola hidup ma­sing-masing dan membuat satu keputusan untuk mengikut apa yang benar di mata Allah.

Garis Besar Pelajaran:
I. Mengetahui: Sejarah Kemurtadan
A.    Sebutkan beberapa saat gelap dalam sejarah Israel yang menetap­kan arah menuju kemurtadan.
B.     Apakah penyebab umum dalam sejarah Israel yang akhirnya me­nuntun kepada krisis pembuangan ke Babel?
II. Merasakan: Kenyataan yang Menyedihkan
A.    Bagaimanakah perasaan Anda jika seseorang berulang kali menge­cewakan Anda? Bagaimanakah seharusnya yang Allah rasakan?
B.     Apakah reaksi Anda sementara digoncang oleh Allah yang akhir­nya mengubah kasih karunia kepada penghukuman? Mengapakah tindakan seperti itu di pihak Allah terkadang diperlukan demi ke­pentingan kita?
III. Melakukan: Pola Kehidupan Kita
A.    Bagaimanakah kita bisa menghindari kelemahan-kelemahan di da­lam hidup kita yang menghalangi kita melihat realitas kerohanian kita sendiri?
B.     Bagaimanakah kita bisa belajar dari sejarah dan lepas dari siklus pengulangan yang menyedihkan?
Rangkuman: Pekabaran Yeremia berbicara mengenai krisis kerohanian yang pada akhirnya menuntun kepada pembuangan ke Babel. Namun, krisis ini telah mengubah kasih karunia yang diperpanjang selama berabad-abad, di­dorong oleh peningkatan kemurtadan yang muncul oleh meninggikan pilihan pribadi diri sendiri di atas jalan Allah.

Siklus Belajar


Langkah 1 — Memotivasi
Fokus Alkitab: Yeremia 2:4-8

            Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Allah memiliki pandangan rohani akan sejarah dan kehidupan kita. Kita bisa belajar dari kisah menyedih­kan bangsa Israel yang menuntun kepada krisis pembuangan ke Babel. Peng­alaman mereka seharusnya membantu kita untuk membuat keputusan yang tepat bukan untuk mengganti kebenaran dengan jenis agama pengganti (yang sesungguhnya adalah penyembahan berhala).
           
            Untuk Guru: "Kita tidak perlu khawatir akan masa depan, kecuali kita akan melupakan jalan Tuhan yang telah memimpin kita, dan pengajaran-Nya dalam sejarah masa lalu kita."—Ellen G. White, Selected Messages, jld. 3, hlm. 162. Melihat kepada sejarah Israel antara Keluaran dan pembuangan mengungkap­kan bagaimana pelajaran-pelajaran dari sejarah yang dilupakan berulang kali sehingga, akhirnya, masa yang akan datang, sebagaimana yang diumumkan oleh nabi Yeremia, tampak sangat gelap. Dorong anggota UKSS untuk meli­hat kepada sejarah pribadi mereka masing-masing, sebagaimana sejarah gereja kita, untuk melihat di mana hal-hal yang tidak beres (atau benar), dan apa yang dapat kita pelajari darinya.

            Aktivitas Pembuka: Sejarah Raja Omri (885-874 S.M.) dalam Perjanjian Lama memberikan studi kasus yang menarik terhadap perspektif Allah akan sejarah. Ada 13 ayat pendek yang didedikasikan untuk kehidupan dari raja yang tidak setia ini yang mencapai pundak pada kesimpulan yang sederhana: "Omri melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya" (1 Raja. 16:25). Rupanya, para penulis Alkitab tidak ingin menyia-nyiakan kata-kata terhadap dirinya.
            Namun, jika seseorang melihat ke dalam arkeologi dan sastra Alkitab lain­nya, gambaran yang berbeda muncul. Omri disebutkan di Mesha Stele (840 S.M.) sebagai raja atas Israel, dan juga di Black Obelisk (827 S.M.), yang menjelaskan dalam teks dan gambar bagaimana "Yehu, anak Omri," memba­yar upeti kepada Raja Asyur. Satu abad kemudian, raja Asyur lainnya dalam dua prasasti yang berbeda menerima gelar "Penakluk Samaria dan seluruh ta­nah rumah Omri." Semua ini berarti bahwa kerajaan Israel Utara untuk sekitar seratus lima puluh tahun dikaitkan dengan nama Omri. Dari perspektif politik internasional, Omri adalah orang yang penting; namun, dari perspektif Allah ia tidak layak mendapatkan perhatian lebih.
            Selidiki dengan anggota UKSS pelajaran pahit dari sejarah Israel, yang di­wakili oleh studi kasus ini, tanyakan pertanyaan ini: Apakah yang salah jika seorang raja penyembah berhala bisa diakui sebagai pemimpin politik?

Langkah 2 — Menyelidiki
            Untuk Guru: Pekabaran yang Yeremia terima tidak muncul dari situasi se­saat tetapi, sebaliknya, adalah akhir dari sejarah panjang meningkatnya ke­murtadan, yang pada akhirnya menuntun kepada pengumuman penghukuman yang untuknya Yeremia ditugaskan. Adalah penting untuk menggambarkan kepada UKS S proses sejarah yang panjang antara Keluaran dan pembuangan yang ditandai oleh kasih karunia Allah dan berbagai upaya-Nya untuk mendisiplin Israel.

Komentar Alkitab

Yeremia 2 adalah fokus pelajaran minggu ini. Namun, pasal ini merujuk pada peristiwa-peristiwa dalam sejarah Israel jauh ke masa Keluaran, menje­laskan bagaimana Israel masuk ke dalam situasi krisis yang mendahului masa pembuangan.

I. Agama Pengganti
(Pelajari Kembali Bersama UKSS, Yeremia 2:1-19 dan 1 Raja. 12:26-31.)

            Banyak sejarah yang menyedihkan di balik krisis yang akan datang yang Yeremia harus nubuatkan. Gelar Israel "kudus bagi Tuhan" (Yer. 2:3) ketika Ia membawa mereka keluar dari Mesir hilang segera setelah Allah membawa mereka memasuki Kanaan, setelah "para nabi bernubuat demi Baal" (ayat 8). Masalah sesungguhnya adalah pilihan Israel, berulang kali, agama pengganti atas agama yang benar. Dosa Yerobeam membangun bait suci tandingan di Be- tel dan setelah pembagian kerajaan, setelah kematian Salomo tahun 930 S.M. (1 Raja. 12:26-31), mencontohkan pola ini.
            Ini adalah langkah politik dan keagamaan, secara sengaja ditujukan untuk menciptakan bait suci tandingan dan sistem keagamaan yang akan mencegah bangsa Israel dari Utara pergi ke Yerusalem untuk hari raya-hari raya tahunan.
            Menariknya, "dosa-dosa Yerobeam" menjadi ungkapan standar yang meng­gambarkan kemurtadan suku-suku di Utara selama 200 tahun berikutnya hing­ga kehancuran Samaria di tahun 722 S.M. oleh tentara Asyur (bandingkan 2 Raja. 17:22).
            Yeremia menggunakan gambaran yang menarik untuk mengilustrasikan dosa rangkap Israel (Yer. 2:13): Menggantikan Allah sebagai "sumber air yang hidup" dengan "kolam yang bocor." Penggalian arkeologi sering menemukan kolam-kolam dipahat pada batu dan lapisi pada bagian dalamnya dengan ples­ter. Biasanya kolam-kolam tersebut digunakan untuk mengumpulkan air hujan dan menyimpannya. Namun, air sering kali terhenti, dan plester yang di dalam kolam akan retak sehingga air akan terbuang habis.
            Gambaran ini menunjukkan perbedaan antara agama yang benar dan agama pengganti, antara Allah penyedia hidup (ayat 13 secara harfiah menyatakan "air yang hidup") dan imitasi buatan manusia. Ketika kita mencoba menggali kolam kita sendiri untuk menyimpan air yang berbeda dari yang Allah sedia­kan, itu adalah sebuah tindakan yang ditakdirkan akan gagal sejak awal. Se­cara teologis, seseorang bisa berbicara tentang perbedaan antara pembenaran oleh iman di dalam Allah dan pembenaran oleh usaha kita sendiri.
Pertimbangkanlah Ini: Apakah bahayanya bagi kita untuk melakukan dosa rangkap Israel saat ini dan bermain-main dengan agama pengganti ketim­bang merangkul kehidupan, agama yang benar?

II. Di Manakah Allahmu?
(Pelajari Kembali Bersama UKSS, Yeremia 2:20-28.)

            Menariknya, karakter agama pengganti adalah sesuatu yang tidak menye­diakan keselamatan yang nyata di saat krisis. Banyak gambaran-gambaran mengilustrasikan hal tersebut, merujuk dalam beberapa cara kepada perzinaan rohani ("bersundal" di ayat 20). "Anggur pilihan" yang berubah menjadi "po­hon berbau busuk dari pohon anggur liar" (ayat 21) mengingatkan kita akan Nyanyian Tentang Kebun Anggur (Yes. 5:1-7), tetapi Yeremia membawanya satu langkah lebih jauh. Di dalam Yesaya pohon anggur menghasilkan buah yang buruk (ketidakadilan, penumpahan darah, dll); di sini mereka berubah menjadi "asing" (bahasa Ibrani nokriyah), yang adalah sebuah istilah yang se­ring digunakan, merujuk kepada pelacuran yang, di masa Perjanjian Lama, dihubungkan dengan perempuan-perempuan asing (bandingkan Ams. 2:16). "Unta betina" (ayat 23) memberontak, dan "keledai liar" betina (ayat 24, 25) keduanya merupakan metafora menunjuk kepada realitas yang sama: Israel melakukan perzinaan rohani, mengejar ilah-ilah lain. Rasa malu akan kemur- tadan di abad yang kuno ini seperti seorang pencuri yang tertangkap (ayat 26), dan itu menyentuh semua lapisan masyarakat Israel, khususnya kepemimpinan sekular dan rohani. Malu adalah perasaan yang kuat di Timur Dekat purba (dan masa kini). Ilal ini sering dikaitkan dengan ketelanjangan (bandingkan Mi. 1:11; 1 Sam. 20:30), yang lagi-lagi merupakan bagian dari gambaran perzina­an rohani. Penyembahan berhala benar-benar mengekspos manusia kepada apa mereka sebagaimana mereka menyembah obyek-obyek yang, dalam analisis akhir, hanyalah kayu dan batu. Yeremia melontarkan ketololan dan kebodohan dari penyembahan berhala di ayat 27: "Berkata kepada sepotong kayu, Eng­kaulah bapaku! dan kepada batu; Engkaulah yang melahirkan aku!" Semua gambaran-gambaran ini mencapai puncak dalam sebuah pertanyaan retoris: "Di manakah para aliahmu yang kau buat untuk dirimu?" (ayat 28). Jawab­annya jelas: Tidak ada harapan keselamatan dari allah-allah ini "pada waktu malapetakamu" (ayat 28). Krisis Babel yang datang dari luar sesungguhnya adalah hasil dari krisis yang sedang terjadi di dalam; contohnya, keterasingan dari Allah dan menggantikan-Nya dengan agama dan penyembahan berhala buatan manusia.
Pertimbangkanlah Ini: Dari manakah kita mengharapkan datangnya per­tolongan kita di saat krisis? Apakah yang kita ubah ketika kita masuk ke dalam modus refleks dalam situasi krisis, dan mengapa?


Langkah 3 — Mempraktikkan


Untuk Guru: Akan menjadi menarik untuk menuntun UKSS ke dalam dis­kusi yang akan mengulang kembali apakah kisah pribadi mereka sendiri atau kisah dari gereja mereka (baik lokal maupun gereja Advent secara umum) da­lam rangka untuk menentukan saat-saat ketika belajar dari pengalaman yang berlangsung. Diskusi ini harus fokus pada pengalaman belajar yang positif dan bukan pada kisah negatif yang mungkin menyebabkan hal itu terjadi, menun­jukkan bagaimana kasih karunia Allah bersinar terus-menerus di dalam sejarah hidup kita.
Pertanyaan-pertanyaan:
·         Ketika Anda melihat kepada kehidupan Anda sendiri, apakah pengalam­an belajar yang sangat berpengaruh dalam hubungan Anda dengan Allah?
·         Terlihat seperti apakah agama pengganti di awal abad dua puluh dalam ke­hidupan pribadi Anda?
·         Bagaimanakah Anda bisa melindungi diri Anda sendiri menghadapi aga­ma pengganti?

Langkah 4 — Menciptakan

            Untuk Guru: Pusat pemikiran dari Yeremia 2 adalah belajar dari sejarah dan menyadari bahwa kita masih tergoda untuk mengganti agama yang benar dengan yang palsu. Aktivitas-aktivitas perlu untuk diarahkan kepada perbeda­an ini.  
Aktivitas:
Untuk latihan ini Anda boleh menggunakan papan tulis atau papan kertas atau apa pun di mana Anda bisa menulis sehingga semua bisa melihat. Bergan­tian, di mana persediaan atau tempat terbatas, Anda boleh memimpin latihan ini dalam bentuk diskusi saja. Diskusikan dengan UKSS ada istilah "agama" dengan menuliskannya pada bagian atas papan tulis atau papan kertas lalu buat dua kolom di bawahnya, satu yang "benar" dan yang lain "pengganti" atau "palsu." Biarkan anggota UKSS mengusulkan di kolom mana untuk meletak­kan ide-ide mereka, dan diskusikan mengapa mereka meletakkannya di sana. Aktivitas ini harus berakhir dengan penegasan dari agama yang benar.
Aktivitas Pribadi:
            Undang anggota UKSS untuk mengambil waktu hari Sabat sore untuk me­nulis sendiri sejarah kehidupan pribadi mereka, menyoroti bagaimana Allah telah memperpanjang kasih karunia-Nya kepada masing-masing mereka berulang-ulang kali.
            Dorong anggota UKSS Anda untuk berbicara dengan seseorang (seperti anggota keluarga, rekan kerja, sahabat) tentang perbedaan antara agama yang benar dan agama pengganti. Undang mereka untuk membagikan pengalaman ini di UKSS Sabat depan.

No comments:

Post a Comment