Pelajaran Sekolah Sabat 12 Triwulan III 2015, Penuntun Guru dan Berita Misi

Dalam Bentuk ebook untuk Apple(Ibook) dan Android(MoonReader/FBREADER) Download di sini

*12-18 September
Paulus: Misi dan Pekabaran

SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 1 Kor. 1:22-24; 1 Tim. 6:12; 2 Tim. 4:7; 1 Kor. 15:12-22; Kis. 15:38-41.
Ayat Hafalan: "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bah­wa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melu­pakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk mem­peroleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Flp. 3:13,14).
Menimba dari pekabaran-pekabaran kenabian Perjanjian Lama, seja­rah bangsa Yahudi, dan dari kehidupan dan ajaran-ajaran Yesus, Pau­lus mengembangkan konsep Kristen tentang sejarah keselamatan,yang semuanya berpusat pada kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Karena latar belakang budayanya dalam masyarakat Yahudi dan masyarakat Romawi-Yunani, Paulus mempunyai cukup wawasan yang memperbolehkan dia mengangkat Injil keluar dari kerumitan praktik sipil, ritual dan moral Ibrani kehidupan Yahudi dan menjadikan Injil itu lebih dapat diterima bagi dunia multikultur.
Tiga belas surat Paulus kepada orang-orang percaya itu adalah untuk mene­rapkan iman pada kehidupan mereka. Ia menyentuh topik-topik yang bersi­fat doktrin dan juga bersifat praktis. Ia menasihati, mendorong, dan menegur dalam hal-hal kekristenan pribadi, jalinan-jalinan hubungan, dan kehidupan berjemaat. Namun, di semua surat-suratnya itu, tema utamanya adalah "Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan" (1 Kor. 2:2).
Paulus bukanlah hanya seorang yang suka menyurat. Ia juga dikenal sebagai seorang misionaris unggul, menyaksikan Injil dari Samaria sampai ke Italia, mungkin sampai ke Spanyol. Di dalam satu dasawarsa Paulus mendirikan je­maat di empat provinsi kekaisaran Roma.
Pekan ini kita akan perhatikan Paulus, baik misinya dan pekabarannya.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 19 September.

Minggu
13 September
Orang Yunani dan Orang Yahudi
Bacalah 1 Korintus 1:22-24. Bagaimanakah ayat-ayat ini membantu kita untuk mengerti berbagai cara orang terhubung dengan kebenaran? Apakah yang dapat kita pelajari dari sini yang membantu kita dalam ber­saksi kepada beraneka kelompok manusia?

1 Korintus 1:22-24
1:22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Pada saat keluar dari perhambaan di Mesir, Allah melakukan mukjizat- mukjizat yang mengesankan tentang pemeliharaan-Nya bagi bangsa Isra­el. Generasi Yahudi kemudian mengembangkan pengharapan bahwa setiap utusan Allah yang baru haruslah memperkenalkan diri mereka dengan tanda- tanda dan keheranan-keheranan serta mukjizat-mukjizat.
Berbeda dengan itu, sejalan dengan warisan filsafat dan ilmu pengetahuan mereka, bangsa Yunani mencari suatu dasar akal sehat bagi kepercayaan, sesu­atu yang akan memuaskan tuntutan kearifan manusia.
Paulus tidak mengesampingkan warisan budaya dan kerohanian orang- orang yang menjadi sasarannya tetapi menggunakan itu sebagai jalan masuk untuk memberitakan Kristus yang disalibkan. Mereka yang menginginkan tanda-tanda, menemukannya dalam kehidupan dan pelayanan Yesus dan da­lam gereja awal. Mereka yang menginginkan keluwesan logika dan rasionali­tas menemukannya dalam argumen Paulus bagi pekabaran Injil. Kedua jenis orang ini akhirnya hanya mempunyai satu kebutuhan, yaitu mengenali Kristus yang dibangkitkan dan "kuasa kebangkitannya" (Flp. 3:10) Bagaimana Pau­lus membawa mereka kepada pengetahuan itu bergantung pada orang kepada siapa dia bersaksi.
Bila Paulus berkhotbah kepada para pendengar Yahudi, ia mendasarkan pekabarannya pada sejarah Israel, menghubungkan Kristus kepada Daud, dan menekankan' nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama yang menunjuk kepada Kristus dan meramalkan penyaliban dan kebangkitan-Nya (Kisah. 13:16-41). Yaitu, ia memulai dengan apa yang mereka ketahui, dengan apa yang mereka hormati dan percayai, dan dari titik awal itu ia berusaha menuntun mereka kepada Kristus.
Bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, pekabaran Paulus mencakup Allah se­bagai Khalik, Pemelihara, dan Hakim; masuknya dosa ke dalam dunia; ke­selamatan melalui Yesus Kristus (Kisah 14:15-17; 17:22 31). Paulus harus bekerja dari suatu titik awal yang berbeda kepada orang-orang ini dibanding dengan yang dibuatnya kepada orang-orang Yahudi (atau kepada orang-orang bukan Yahudi yang percaya pada kepercayaan Yahudi). Di sini juga, tujuannya adalah tetap menuntun orang kepada Yesus.

Pikirkanlah tentang iman Anda sendiri. Pada apakah iman Anda dia­laskan? Alasan-alasan baik apakah yang Anda punyai untuk iman Anda itu? Bagaimanakah alasan Anda bisa berbeda dari alasan orang lain, dan mengapakah penting mengenali perbedaan-perbedaan ini?

Senin
14 September
Prajurit dan Olahragawan
Sebagai seorang komunikator yang terampil, Paulus dalam pekerjaan misi­nya menggunakan hal-hal biasa untuk menjelaskan yang tidak biasa. Ia me­ngambil hal-hal sehari-hari yang digunakan dalam dunia Romawi-Yunani untuk menggambarkan kenyataan-kenyataan praktis kehidupan baru dalam Kristus. Ia mengunakan khususnya dari dua dunia para petobatnya untuk kiasan-kiasan saat mengajar—olahragawan dengan pertandingan-pertandingan mereka, dan prajurit Roma yang selalu ada di mana-mana.
Kegemaran pada pencapaian-pencapaian olahraga menguasai dunia Paulus, sama seperti di zaman kita. Bangsa Yunani purba meneruskan cinta mereka pada kompetisi dengan mengadakan sekurang-kurangnya empat putaran ber­beda pertandingan sejenis olimpiade di tempat berbeda di Yunani berabad- abad lamanya. Bangsa Roma mewarisinya dan terus mengembangkan kom­petisi olahraga. Lomba lari adalah yang paling populer, termasuk perlombaan pria dengan pakaian dan perlengkapan militer lengkap. Gulat juga populer. Para atlet dilatih dengan tekun dan pemenangnya mendapat hadiah besar. Ke­sukuan, kebangsaan dan tingkat sosial sedikit artinya, karena tujuannya adalah daya tahan dan prestasi.
Apakah pelajaran penting yang dapat diperoleh pembaca surat Paulus bagi kehidupan Kristen dari ayat-ayat di bawah ini? 1 Kor. 9:24-27; Gal. 5:7; 1 Tim. 6:12; 2 Tim. 2:5.
1 Kor. 9:24-27;
9:24. Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!
9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.
9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Gal. 5:7;
5:7 Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?
1 Tim. 6:12;
6:12 Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.
2 Tim. 2:5
2:5 Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.
Mulai pada zaman Kaisar Augustus, kaisar-kaisar Romawi menggantikan prajurit-prajurit sementara dengan tentara berprofesi penuh, ditempatkan di seluruh kekaisaran Roma, dengan senjata dan perlengkapan distandarisasi dan ditingkatkan. Di zaman Paulus, tentara direkrut dari berbagai etnis dan kelom­pok kebangsaan, apakah warga negara Roma atau bukan. Sebagai imbalan atas upah yang diberikan di akhir masa tugas, para prajurit mengikrarkan kesetiaan penuh kepada kaisar yang memerintah, yang pada waktu-waktu konflik akan langsung memimpin mereka ke medan perang.
Dalam ayat-ayat di bawah ini, perbandingan apakah yang dibuat oleh Paulus antara menjadi prajurit dan kehidupan Kristen? 2 Kor. 10:4, 5; Ef. 6:10-18; 1 Tim. 6:12; 2 Tim. 2:3, 4.
2 Kor. 10:4, 5;
10:4 karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
Ef. 6:10-18;
6:10. Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.
6:11 Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;
6:12 karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
6:13 Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.
6:14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan,
6:15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera;
6:16 dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat,
6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,
6:18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,

1 Tim. 6:12;
6:12 Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

2 Tim. 2:3, 4
2:3 Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
2:4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Dalam surat Paulus yang mungkin paling akhir, ia menerapkan, baik men­jadi prajurit maupun menjadi olahragawan, kepada pandangan hidupnya sen­diri sebagai seorang misionaris Kristen: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman" (2  Tim. 4:7). Di dalam cara apakah iman itu merupakan suatu perjuangan, dan dalam cara apakah iman itu adalah suatu perlombaan? Bagaimanakah Anda te­lah mengalami kenyataan dari dua perumpamaan ini dalam kehidupan Kristen Anda sendiri? Perumpamaan manakah yang paling baik untuk menggambar­kan pengalaman pribadi Anda, dan mengapa?


Selasa
15 September
Paulus dan Hukum
"Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya" (Rm. 3:31). Hukum-hukum manakah yang Paulus bicarakan di sini?

Dalam surat-surat Paulus terjemahan bahasa Inggris, kata hukum taurat muncul kurang lebih 130 kali, dan dalam kitab Kisah Para Rasul, kira-kira 20 kali. Paulus berusaha supaya para pendengar dan pembaca, apa pun latar bela­kangnya, mengerti bahwa "hukum taurat" mengandung beberapa arti, khusus­nya bagi orang Yahudi. Hukum seperti Sepuluh Perintah berlaku bagi semua orang di sepanjang masa. Tetapi hukum-hukum yang lain dalam Perjanjian Lama, dan dalam kebudayaan Yahudi, Paulus anggap tidak berlaku lagi untuk orang Kristen.
Dalam tulisan-tulisannya rasul menggunakan kata hukum Taurat secara luas sehubungan dengan aturan-aturan upacara agama, hukum sipil, hukum-hukum kesehatan, hukum-hukum pentahiran. Ia menulis tentang hidup "di bawah hukum Taurat" (Rm. 3:19) dan tentang hidup "dibebaskan dari hukum Tau­rat" (Rm. 7:6). Ia menggambarkan suatu "hukum dosa" (Rm. 7:25) tetapi juga "Taurat [yang] adalah kudus" (Rm. 7:12). Ia menyebut juga "hukum Musa" (1 Kor. 9:9) tetapi juga "hukum Allah" (Rm. 7:25). Bagi orang-orang bukan Yahudi ucapan-ucapan itu agak membingungkan, tetapi bagi umat asal Yahudi yang dibesarkan dalam kebudayaan Yahudi, konteksnya menjelaskan hukum mana yang dimaksud.

Bacalah Roma 13:8-10; Roma 2:21-24; 1 Korintus 7:19; Efesus 4:25, 28; 5:3; 6:2. Bagaimanakah ayat-ayat ini membantu kita mengerti bahwa hukum moral Allah, Sepuluh Perintah, tidaklah ditiadakan di salib?
Roma 13:8-10;
13:8 Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
13:9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!
13:10 Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

Roma 2:21-24;
2:21 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri?
2:22 Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?
2:23 Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?
2:24 Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain."
2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.

1 Korintus 7:19;
7:19 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah.

Efesus 4:25, 28; 5:3; 6:2
4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.
4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.
5:3. Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.
6:2 Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:

Paulus menyadari bahwa hukum-hukum upacara, yang merinci bagaimana seseorang menghampiri Allah melalui keimamatan, Bait Suci orang Ibrani, persembahan-persembahan dan korban, tidak lagi berlaku setelah penyaliban. Hukum-hukum itu telah menyelesaikan lugasnya pada waktunya, tetapi seka­rang tidak diperlukan lagi. (Poin ini menjadi jelas sekali setelah Bait Suci di­hancurkan).
Tetapi lain halnya dengan hukum moral yang disampaikan dengan Sepu­luh Perintah. Dalam surat-suratnya, Paulus mengutip beberapa dari Sepuluh Hukum dan menyinggung yang lainnya sebagai tuntutan etika universal bagi semua orang, orang Yahudi ataupun bukan Yahudi. Setelah menulis menentang praktik dosa, Paulus tidak pernah mengurangi sedikit pun hukum yang men­definisikan apa artinya dosa itu. Hal itu akan memberi arti yang sama dengan mengatakan kepada seseorang supaya jangan melebihi kecepatan maksimum, dan pada waktu yang sama mengatakan juga bahwa rambu-rambu batas kece­patan sudah tidak berlaku.

Rabu
16 September
Salib dan Kebangkitan
"Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan" (1 Kor. 2:2).
Tidak diragukan, salib Kristus menjadi pusat bagi seluruh kehidupan dan ajaran Paulus. Tetapi Paulus tidak mengajarkan salib di dalam suatu keham­paan; malah, ia mengajarkannya dalam konteks ajaran-ajaran yang lain juga; satu di antaranya, mungkin yang paling erat hubungannya dengan salib, adalah kebangkitan, yang tanpa itu maka salib itu menjadi sia-sia.

Bacalah 1 Korintus 15:12-22. Apakah yang dikatakan ayat-ayat ini yang menunjukkan betapa pentingnya kematian dan kebangkitan Yesus bagi Injil? Mengapakah pengertian yang tepat tentang kematian sebagai tidur itu penting untuk menjadikan ayat-ayat ini bermakna? Yaitu, jika orang-orang yang mati di dalam Kristus sudah berada di surga, tentang apakah yang Paulus bicarakan di sini?
1 Korintus 15:12-22
15:12. Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
15:13 Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
15:14 Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.
15:15 Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.
15:16 Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
15:17 Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
15:18 Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.
15:19 Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
15:20. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
15:21 Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
15:22 Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.

Sayang sekali, kebanyakan dari tradisi-tradisi Kristen dan juga agama-agama non-Kristen, sangat percaya pada kekekalan jiwa manusia. Untuk menen­tang kepercayaan ini, Paulus menekankan berulang kali bahwa:
1.       Hanya Allah yang tidak takluk pada maut (1 Tim. 6:16);
2.        Hidup kekal adalah pemberian Allah kepada yang selamat (1 Tes. 4:16);
3.        Kematian adalah suatu tidur sampai Kristus datang (1 Tes. 4:13-15; 1 Kor. 15:6, 18, 20).
Ibadah dalam hampir semua agama mencakup sejumlah ajaran palsu yang didasarkan pada konsep yang salah tentang kekekalan jiwa. Kesalahan-kesa­lahan ini mencakup hal-hal seperti reinkarnasi, berdoa kepada orang-orang kudus, pemujaan roh-roh nenek moyang, suatu neraka kekal yang menyala- nyala, dan banyak lagi praktik-praktik Zaman Baru seperti proyeksi bintang. Suatu pengertian yang benar akan ajaran Alkitab tentang kematian adalah sa- tu-satunya perlindungan nyata terhadap penipuan-penipuan besar ini. Sangat disayangkan juga, bahwa mereka yang menunjukkan kecenderungan terkuat untuk menentang penerimaan akan kebenaran ini adalah orang-orang Kristen dari golongan-golongan lain.

Seorang umat percaya, menutup mata dalam kematian dan, sesudah saat yang pendek dalam kegelapan dan kesunyian, dibangunkan untuk hidup kekal pada kedatangan Yesus yang kedua kali. Apakah yang di­nyatakan oleh kebenaran tentang keadaan orang mati ini kepada kita me­ngenai tabiat Allah?

Kamis
17 September
Akur
Paulus adalah seorang pekerja keras dengan kepribadian yang kuat dan te­guh pada tujuan. Orang-orang seperti itu dapat bekerja sendirian dengan sedi­kit sahabat tetapi banyak pengagum. Walaupun demikian, dalam perjalanan­nya ia sering ditemani dua atau tiga teman bekerja. Setidaknya delapan teman sekerjanya yang dekat disebutkan namanya (Kisah 13:2; 15:22, 37; 16:1-3; 19:22; Kol. 4: 7,10,11; Flm. 24). Pada jumlah ini dapat juga ditambahkan 24 orang yang ada dalam daftar penerima salam di dalam Roma 16, selain salam umum pada keluarga-keluarga.
Rasul ini percaya pada kerja kelompok, khususnya dalam situasi perintisan. Tetapi pada waktu yang sama juga, kadang-kadang ia berbenturan dengan te­man sekerjanya.

Bacalah Kisah 15:38-41. Apakah yang terjadi di sini, dan apakah yang dapat kita ketahui tentang sifat manusiawi bahkan dari para pekerja Tu­han yang besar ini?
Kisah 15:38-41
15:38 tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.
15:39 Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.
15:40 Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan
15:41 berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ.

"Di sinilah Markus, diliputi dengan ketakutan dan kekecewaan, ragu-ragu untuk sementara waktu dalam maksudnya untuk memberikan dirinya dengan sepenuh hati kepada pekerjaan Allah. Tidak biasa dengan kesukaran, ia putus asa oleh bahaya dan penderitaan di perjalanan.... Karena kepergian ini menye­babkan Paulus menghakimkan Markus dengan tidak menyenangkan, malahan dengan kejam pada saat itu. Sebaliknya Barnabas, cenderung untuk mema­afkan dia sebab ia kurang berpengalaman. Ia merasa cemas dan ia ingin agar Markus tidak meninggalkan pekerjaan kependetaan, karena ia melihat di da­lamnya kesanggupan yang akan melayakkan dia untuk menjadi pekerja yang berguna bagi Kristus."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 143, 144.
Catatan dalam kitab Kisah Para Rasul menyatakan bahwa Paulus mengha­rapkan kawan-kawannya tabah di dalam kerja keras dan bahaya-bahaya bagi misi mereka. Bagi Paulus, suatu tim yang erat merupakan suatu jemaat dalam bentuk mini. la menekankan tentang pentingnya membuat contoh yang baik, suatu bentuk teladan untuk misi. Suatu hubungan yang mesra, namun patuh antar anggota tim menjadi suatu teladan bagi jemaat-jemaat, yang kerap diba­ngun di atas kekeluargaan. Tim itu juga menjadi suatu lingkungan yang ideal bagi pelatihan para penginjil dan misionari baru. Tentu, terkadang tidak selalu berjalan mulus, seperti dalam kasus Yohanes Markus.

Bacalah 2 Timotius 4:11. Apakah yang ditunjukkan ayat ini tentang pertumbuhan dan pengampunan?
2 Timotius 4:11
4:11 Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.

Kita semua kita melakukan kesalahan. Bagaimanakah Anda belajar meng­ampuni mereka yang kesalahan-kesalahannya telah menyakiti Anda? Pikirkan juga tentang mereka yang telah Anda sakiti dengan kesalahan Anda. Bagai­manakah Anda berupaya menyembuhkan dalam situasi-situasi itu? Atau, jika Anda belum melakukannya, mengapakah tidak sekarang?

Jumat
18 September

Pendalaman: Rasul Paulus telah dibandingkan dengan Pengaruh Kupu-ku- pu dalam Teori Kacau-balau: Bahwa "kepakan sayap-sayap seekor kupu-kupu di California, menyebabkan suatu puting beliung di Asia." Karyanya sebagai seorang penulis dan pengkhotbah membantu mengubah suatu sekte Yahudi yang tidak jelas di suatu sudut kekaisaran Roma, menjadi suatu agama dunia. Pemikiran yang dikemukakan di dalam 13 surat telah menggalang pengaruh yang lebih besar dari pada sastra Yunani kuno lainnya yang ukurannya seban­ding.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.       Paulus menghindari mati syahid dengan melarikan diri ke Atena, pusat intelektual dunia Romawi-Yunani. Kota-kota menyediakan tempat bermukim bagi pengungsi, termasuk orang-orang Kristen. Sang rasul tidak membuang-buang waktu; setelah memerhatikan tugu-tugu agamawi kota itu, ia berbicara dengan orang Yahudi dan berkhotbah di pasar-pasar. Bacalah Kisah 17:16-31. Pendekatan apakah yang diambil Paulus dengan orang-orang ini, dan bagai­manakah hal itu membantu kita mengerti perlunya merajut peka- baran untuk berbagai kelompok orang? Pada waktu yang sama, perhatikan bagaimana Paulus sama sekali tidak meremehkan atau mengompromikan kebenaran agar bisa menjangkau orang-orang ini. Dalam upaya kita menjangkau orang lain, bagaimanakah kita dapat memastikan bahwa kita tidak menyesuaikan kepercayaan- kepercayaan inti kita?
2.        Mengapakah ajaran tentang keadaan orang mati itu menjadi sa­ngat penting? Dari beberapa kesalahan dan penipuan apakah kita dapat terlindung kalau kita mengerti kebenaran tentang keadaan orang mati ini?
3.        Renungkan pertanyaan tentang peran tanda-tanda ajaib terkait dengan iman, dan juga peran logika dan akal. Dalam UKSS, persilahkan mereka yang mau untuk ceritakan bagaimana mereka menjadi percaya, dan apakah peran faktor-faktor seperti tanda- tanda ajaib, atau logika, dan lain-lain, di dalam pengalaman me­reka. Juga apakah seharusnya peran mereka, bukan hanya dalam menerima iman, tetapi juga dalam mempertahankan iman?
4.        Bagaimanakah mayoritas orang dalam komunitas Anda? Apakah latar belakang mereka? Apakah jenis kepercayaan yang paling umum? Berdasarkan pengertian Anda tentang kepercayaan mere­ka, pikirkan dengan hati-hati, pendekatan terbaik untuk menjang­kau mereka. Beberapa celah apakah yang menjadi jalan masuk un­tuk hubungan dengan cara yang tidak melukai perasaan mereka?


PENUNTUN GURU


Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: 1 Korintus 1:22-24
1:22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
1:24 tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Bahwa Allah mengomunikasikan pekabaran-Nya melalui berbagai metode kepada orang yang berbeda.
Merasakan: Menghargai bahwa manusia memiliki perbedaan budaya dan pemahaman dan Allah akan menyatakan diri-Nya dalam cara yang berbeda.
Melakukan: Menerima metode yang baru dan kreatif dalam bersaksi mes­kipun metode itu belum pernah dicoba dan bukan metode yang biasa dila­kukan.
Garis Besar Pelajaran:
I.        Mengetahui: Manusia Berpikir dan Merasakan Sesuatu Dengan Cara yang Berbeda
A.       Rasul Paulus membuat perbedaan yang mencolok dalam pendekat­an rohani terhadap orang Yahudi dan terhadap orang Yunani (1 Kor. 1:22). Perbedaan apakah yang Anda lihat di antara sahabat dan ke­luarga Anda?
B.       Paulus berkata bahwa dia menjadi "segala-galanya bagi semua orang" supaya dia dapat memenangkan mereka bagi Yesus (1 Kor. 9:19-23). Bagaimanakah Paulus memperagakan hal ini dalam pelayanannya?
C.       Kalau saja mengkhotbahkan Yesus Kristus menjadi "batu san­dungan" bagi orang Yahudi dan "kebodohan" bagi orang Yunani, apakah ada cara di mana Paulus dapat membagikan doktrinnya da­lam cara yang lebih halus kepada para pendengarnya (1 Kor. 1:23)?
II.     Merasakan: Kepekaan Terhadap Perbedaan
A.       Langkah-langkah praktis apakah yang dapat saya ambil agar dapat lebih peka terhadap perbedaan budaya ketika bersaksi kepada te­tangga dan sahabat-sahabat?
B.       Berapa seringkah kita mempelajari kembali tata ibadah kita agar dengan "mudah dapat diikuti oleh peribadat"?
III.    Melakukan: Turut Terlibat dalam Misi Lintas budaya
A. Bagaimanakah saya secara sadar melakukan prinsip Paulus "se­galanya bagi semua orang"—menyesuaikan pekabaran dan me­nyampaikannya dalam berbagai cara, tanpa kompromi?
A. Perubahan sederhana apa sajakah yang dapat kita buat untuk men­jamin bahwa mereka yang berasal dari latar belakang bukan Kris­ten lebih nyaman berkunjung ke gereja kita?
Rangkuman: Allah mengundang kita untuk membagikan kabar baik kesela­matan dalam cara yang menarik dan berkesan bagi orang-orang dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Siklus Belajar
LANGKAH 1 - Memotivasi
Fokus Alkitab: 1 Korintus 1:22-24
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Pekabaran dari Allah tidak pernah ketinggalan zaman, namun hal itu harus disampaikan dalam berbagai cara kepada setiap orang dengan latar belakang yang berbeda sehingga dapat menarik perhatian mereka, membuka pengertian mereka, dan memenangkan hati mereka.
Untuk Guru: Rasul Paulus menyesuaikan bahasa dan metode misiona­risnya sesuai dengan pendengarnya. Sepanjang sejarah, para misionaris telah mengikuti teladannya. Ketika misionaris Advent, Fernando dan Ana Stahl, mu­lai bekerja di antara penduduk asli di Peruvian Andes, mereka mencoba men­jual buku dari rumah ke rumah. Segera mereka menyadari bahwa ini bukanlah metode yang efektif di antara populasi yang miskin yang pada saat itu 95 per­sen masih buta huruf. Lalu mereka mengubah pendekatan mereka—membuka sekolah, klinik, dan pasar.
Beberapa waktu kemudian, anggota kongres bernama Jose Antonio Enci- nas menuliskan: "Yang paling mendasar adalah bahwa mereka [umat Advent] mengubah kehidupan orang Indian, menjadikan mereka menjadi masyara­kat yang beradab, memuat mereka sadar akan hak-hak dan kewajiban mere­ka, memisahkan mereka dari kokain dan alkohol, menghilangkan prasangka, menyembuhkan penyakit, menunjukkan cara yang paling baik menuju manu­sia yang bermartabat."-—Quoted in J. Samuel Escobar, "Religion and Social Change at the Grass Rools in Latin America, " Annals of the American Academy of Political and Social Science, jld. 554 (Nov. 1997): hlm. 100.
Diskusikanlah: Ajaklah anggota kelas untuk mempertimbangkan prinsip- prinsip pelayanan yang efektif dari teladan Paulus. Bagaimanakah mereka da­pat mengaplikasikan prinsip-prinsip itu sekarang ini?

LANGKAH 2 - Menyelidiki
Untuk Guru: Saat Anda mempelajari perbedaan berbagai metode penyam­paian Firman Allah kepada manusia, pastikan bahwa hal ini tidak sampai men­gompromikan kebenaran. Hal ini hanya berfokus pada cara-cara atau metode yang dapat diterima dan dimengerti oleh para pendengarnya.
Komentar Alkitab
I. Ahli Menggunakan Kiasan
(Pelajari kembali 1 Timotius 6:12 dengan UKSS.)
"Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar" adalah salah satu metafora yang sangat berkuasa dalam pelajaran minggu ini (1 Tim. 6:12). Metafora, atau rangkaian kata-kata, yang dapat menolong kita melihat suatu hal dengan lebih jelas—metafora dapat memperdalam makna dalam berkomu­nikasi. Beberapa dari kiasan tentang Kekristenan datang dari tulisan Paulus. Perhatikanlah, salah satu pernyataan Paulus: "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak" (Gal. 4:7). Pernyataan ini merupakan suatu gambaran yang indah untuk melukiskan kebebasan dan rasa memiliki yang datang dari Yesus.
Dalam suratnya ke Roma, Paulus menggunakan ilustrasi tubuh manusia untuk menggambarkan keadaan gereja: "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang ter­hadap yang lain" (Rm. 12:4, 5). Ini merupakan gambaran yang sangat kaya makna sehingga dapat menolong kita lebih baik memahami bagaimana gereja berfungsi di bawah tuntunan Allah. Paulus memikirkan gambaran yang sama dalam nasihatnya yang dituliskan dalam surat pertamanya ke Jemaat Korintus (12:12-26). Beberapa metafora rasul Paulus terkadang membuat orang takjub: dia menyamakan dirinya dengan wanita yang merasakan sakit bersalin (Gal. 4:19) dan seperti seorang ibu yang menyusui bayinya (1 Kor. 3:1, 2).
Tetapi kemungkinan besar metafora Rasul Paulus yang paling kuat digu­nakan untuk menggambarkan keselamatan. Dalam kata-kata kiasan berikut, dia menyamakan keselamatan dengan pengalaman seorang anak yang diadopsi (Rm. 8:15), didamaikan (Rm. 5:10), dibenarkan (Gal. 2:16), dibebaskan (Rm. 6:18), menikah (Rm. 7:2-4), ditebus (Ef. 1:7), dan penerima warisan (Rm. 8:17).
Masing-masing cerita dan metafora tentang keselamatan merupakan jen­dela kepada kebenaran tentang keselamatan. Jika kita berfokus hanya pada salah satu metafora, maka kita akan kehilangan makna yang terkandung dalam metafora lainnya. Sebagai contoh, metafora Paulus tentang penebusan dan pembenaran memiliki gaung yang mirip dengan orang-orang yang masuk ke dalam sistem hukum Roma.
Ketika kita memaparkan kabar baik tentang Yesus, sebagaimana Paulus, kita harus benar-benar memerhatikan agar istilah-istilah yang digunakan adalah yang paling mudah untuk dimengerti oleh para pendengar.
Pertimbangkanlah: Bilamana Anda membagikan Injil kepada orang yang belum percaya dan tidak memiliki latar belakang Kristen, metafora apakah yang terbaik untuk digunakan menurut Anda? Apakah perumpamaan Yesus yang cocok untuk situasi seperti itu?

II. Mengunjungi Jiwa-jiwa di Tempat Mereka Berada
(Pelajari kembali 1 Korintus 1:22-24 dengan UKSS.)
Seringkali kita berpikir tentang misi kita kepada masyarakat, kita memikir­kan berbagai metode untuk membawa mereka ke gereja. Lalu kita membahas khotbah yang sangat meyakinkan, musik yang membawa inspirasi, dan ang­gota yang bersahabat. Lalu kita mengundang masyarakat sekitar untuk hadir di acara khusus di gereja yang menurut kita sangat menarik bagi tamu-tamu.
Semua hal ini sangatlah penting, namun kita jangan pernah melupakan bah­wa keseluruhan ide tentang misi adalah supaya kita pergi menjumpai orang banyak di tempat mereka berada, gantinya mengharapkan mereka datang ke­pada kita. Yesus mendemonstrasikan hal ini dalam misi inkarnasi-Nya ketika Dia turun dari surga dan "diam" di antara kita (Yohanes 1:14).
Rasul Paulus mengikuti teladan Yesus untuk mengunjungi orang di mana dia berada. Dia mengunjungi semua lompat yang dapat dia kunjungi, men­jumpai orang di pasar, di jalan, di Aroopugus. Dan dia mengetahui bahwa se­buah pelayanan yang efektif haru.'; dimulai dari tempat di mana jiwa-jiwa itu berada, meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka, sebelum menun­tun mereka kepada suatu kondisi yang selaras dengan kehendak Yesus.
Dalam ayat hari ini, Paulus berkata bahwa dia mengkhotbahkan "Kristus yang tersalib" bagi orang Yahudi dan Bukan Yahudi. Meskipun hal ini benar, dia menyesuaikan pekabarannya kepada para pendengarnya. Sebagai con­toh, dalam Kisah 14, dia dan Barnabas mengunjungi kota penyembah berhala yang bernama Listra, dan tidak sekalipun mereka menyebutkan tentang Kris­tus yang tersalib. Tetapi, sebelumnya, saat dia berbicara kepada orang Yahudi, Paulus berbicara tentang kematlan dan kebangkltan-Nya (Kisah 13:31-39). Akan tiba saatnya untuk mencritakan tentang penyaliban Kristus kepada para penyembah berhala, namun terlebih lebih dahulu dia perlu melakukan persiapan ro­hani untuk mereka.
Pertimbangkanlah:
1.              Bagaimanakah kita bisa mengetahui saat yang tepat untuk membagikan suatu kebenaran tertentu kepada orang lain?
2.              Apakah batasan yang kita buat untuk memastikan bahwa dalam ke­rinduan kita untuk menjalin persahabatan dengan orang lain, kita tidak terburu buru membagikan seluruh pekabaran kita?

LANGKAH 3 - Mempraktikkan
Untuk Guru:   Ellen G. White menyarankan kepada kita agar tidak "meniru pola kerja tertentu" tetapi menyesuaikan metode-metode penginjilan kita de­ngan cara yang kreatif,—Evangelism, hlm. 106. Namun, bukan berarti apabila sebuah ide jangkauan keluar merupakan sesuatu hal yang baru dan penuh ima­jinasi tidak selamanya hal itu akan menjadi suatu metode yang efektif dalam membawa jiwa-jiwa kepada Kristus? Selidikilah bersama anggota kelas ber­badai cara untuk memastikan apakah ide-ide baru tersebut cocok untuk situasi dan kondisi di jemaat lokal.
Pertanyaan Penerapan: Ellen G. White memberikan nasihat supaya kita: "Berhati-hati agar tidak menyampaikan kebenaran sedemikian rupa sehingga menimbulkan prasangka, dan menutup pintu hati kepada kebenaran."—Evan­gelism,, hlm. 141. Bagaimanakah kita dapat mengomunikasikan kebenaran ke­kal seperti hari Sabat atau keadaan orang mati dalam suatu cara yang tidak menimbulkan prasangka?
Aktivitas: Bagi anggota kelas menjadi 3-4 kelompok dan minta agar setiap kelompok membahas sebuah kebenaran rohani (doktrin) di hadapan seorang pendengar yang "sukar menerima pendapat." Contoh:
Kebenaran rohani—"Kedatangan Yesus" dan kelompok pendengar yang sulit dihadapi—"sekelompok professional yang terpelajar." Atau, Kebenar­an rohani—"Allah menciptakan dunia" dan Pendengar yang sulit dihadapi "beberapa mahasiswa."
Diskusikanlah: (a) Bagaimana membangun rasa percaya dan menarik per­hatian pada topik tersebut, kemudian (b) cara tertentu yang dapat mengomu­nikasikan kebenaran kepada kelompok pendengar ini. Langkah apakah yang sangat mudah dilakukan dalam proses itu? Apakah kita kadangkala memfo­kuskan energi kita pada langkah pertama—membangun jembatan dan tidak cukup perhatian diberikan—untuk mengomunikasikan kebenaran? Diskusikan bersama anggota kelas apa yang Anda pelajari dalam latihan ini.
Pertanyaan Untuk Didiskusikan: Salah satu bahaya di mana kita terlalu fokus kepada keinginan kita agar tidak menyinggung perasaan atau berbicara tidak sopan akhirnya kita tidak pernah benar-benar membagikan iman kita. Bagaimanakah kita menjaga keseimbangan dalam bersaksi?

LANGKAH 4 - Menciptakan
Untuk Guru: Selidikilah bersama anggota kelas betapa berpengaruhnya lambang-lambang dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikan bagaimana sebuah lambang memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah website di mana simbol itu dapat menjadi petunjuk untuk dapat mengetahui di mana yang ha­rus di "klik" untuk melakukan suatu tindakan tertentu atau mendapatkan suatu informasi. Sebagai contoh, lambang amplop untuk "mengirim" atau lambang kereta belanja untuk melihat pesanan online atau lambang kaca pembesar un­tuk "mencari." Lambang-lambang ini adalah metafora yang dapat dilihat. Para penjual paham betul betapa berkuasanya sebuah lambang dalam iklan. Dis­kusikan bersama anggota kelas pentingnya simbol-simbol dalam kehidupan rohani kita dan cara-cara di mana sebuah kiasan dapat lebih bermakna bagi orang tertentu.
Aktivitas: Baca bersama anggota kelas beberapa metafora Yesus tentang kerajaan Allah. (Pelajari kembali Matius 13 untuk kumpulan terbesar menge­nai "perumpamaan tentang kerajaan Allah," seperti kerajaan surga bagaikan jala ikan, harta terpendam, ragi, dst.)
Undanglah anggota kelas secara pribadi atau dalam kelompok kecil untuk mempelajari metafora terkini tentang keselamatan. Perumpamaan apakah yang dapat kita gunakan pada saat ini? Doronglah mereka agar memberikan ide-ide kreatif (contohnya, kerajaan Allah seperti internet, atau Allah adalah pakar dalam mendaur ulang). Setelah beberapa menit, undanglah seseorang untuk membagikan ide-ide mereka dan diskusikanlah bagaimana metafora modern ini dapat memengarui orang dengan latar belakang yang berbeda-beda.
BERITA MISI

Hidup yang Diubahkan                                                                                                                 
Bangladesh
By Swapon Sircar

            Nama saya Swapon Sircar, dan saya datang dari daerah Khulna, Bangladesh. Saya dilahirkan di keluarga Hindu, dan penduduk di tempat saya tinggal semuanya beragama Hindu.  
            Ketika saya masih kecil, beberapa orang Kristen datang ke desa kami. Mereka menawarkan banyak hal kepada kami dan meyakinkan kami untuk menerima agama Kristen. Kebanyakan penduduk di desa kami miskin, jadi mereka menjadi Kristen agar supaya menerima barang-barang mereka. Beberapa bulan kemudian mereka kembali memeluk agama Hindu.
            Tahun demi tahun berlalu dan suatu kali, beberapa orang laki-laki datang ke desa kami. Mereka mulai berkhotbah, dan khotbah mereka benar-benar menarik. Mereka berbicara tentang Seseorang yang bernama Yesus, yang mengasihi kami dan mati untuk kami. Mereka juga menceritakan beberapa hal yang Yesus telah lakukan selama Ia berada di atas dunia ini. Khotbah mereka menyentuh hati saya.
            Orang-orang itu tinggal untuk sementara waktu di desa kami dan mengunjungi rumah-rumah di daerah kami. Khotbah mereka dan tingkah laku mereka memengaruhi saya. Pada saat pertemuan terakhir mereka, saya mengungkapkan keinginan saya untuk belajar lebih banyak tentang Yesus dan menjadi seorang Masehi Advent Hari Ketujuh. Saya masih mengingat bagaimana khotbah pendeta itu mengubah hidup saya. Saya senang mengetahui tentang Yesus dan menjadi anggota gereja Advent.
Memiliki Kasih Allah
            Orang-orang di desa saya sangat miskin – mereka hidup dengan apa yang ditemukan tangan mereka untuk dimakan. Tidak seorang pun dapat menolong mereka memenuhi kebutuhan mereka, jadi saya mencoba melakukan apa yang dapat saya lakukan untuk menolong mereka. Saya mengajari anak-anak miskin di desa yang tidak dapat bersekolah. Saya tidak memiliki uang untuk menurunkan derajat kemiskinan mereka, namun apa yang benar-benar saya miliki ialah kasih Allah. Jika seseorang sakit atau sedang memiliki masalah, saya mengunjungi mereka dan berdoa bagi mereka. Saya menceritakan kepada mereka tentang Yesus, yang mencintai dan memedulikan kita. Orang-orang itu senang mendengar tentang Yesus – itu memberi mereka terang dan harapan untuk hidup.
            Pada tahun 2012 setelah tamat dari program 1000 Misionaris, saya dan teman saya Amol berencana untuk mengadakan perjalanan kembali ke rumah. Tiba-tiba dia mendapat sakit. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, jadi diam-diam saya mulai berdoa. Setelah beberapa saat, Amol merasa sedikit lebih baik, jadi kami bersiap-siap untuk pergi ke stasiun bus. Ketika kami tiba, kami melihat bus itu sudah berjalan meninggalkan kami. Kami sangat bingung karena kami melewatkan bus itu dan tidak memiliki uang lebih untuk membeli tiket yang baru. Kami mulai berdoa kepada Allah untuk menolong kami menemukan jalan untuk pulang ke rumah. Beberapa menit kemudian, penjaga loket tiket bus datang kepada kami dan berkata bahwa bus yang lain sedang dalam perjalanan menuju stasiun dan kami diizinkan untuk menaiki bus tersebut. Dalam perjalanan pulang kami berterima kasih kepada Tuhan yang telah menolong kami. Iman kami bertumbuh lebih kuat setelah kejadian itu.
Kuasa Doa
            Saya dan teman-teman saya di desa sering terlibat dalam kegiatan yang salah, tetapi pada saat saya menjadi Kristen, mereka sering mengolok-olok saya. Suatu hari mereka datang ke rumah saya dan mengancam saya. Mereka datang untuk mengatakan kepada saya agar berhenti berkhotbah di desa, kemudian mereka pergi. Saya mulai berpikir apa yang dapat saya lakukan bagi mereka, jadi saya mulai mendoakan mereka. Saya teringat satu ayat di dalam Alkitab tentang doa yang tak berkesudahan, jadi saya terus berdoa agar Allah dapat mengubah hati mereka sehingga mereka akan mulai melakukan hal-hal yang baik. Beberapa hari kemudian, mereka kembali dan meminta maaf. Saya sangat senang mendengar itu dan bersyukur karena Tuhan menjawab doa-doa saya. Sekarang mereka melakukan pekerjaan yang baik dan membantu orang-orang di desa kami. Allah kita adalah Allah yang Maha Kuasa; Ia mendengar doa-doa kita dan saya sangat berterima kasih kepadaNya!
            Saya beribadah kepada Tuhan setiap waktu karena Ia mencintai saya dan melindungi saya dari yang jahat. Suatu ketika saya sakit keras, ibu saya membawa saya ke dokter, tetapi dokter tidak dapat mengobati saya. Kemudian ibu saya menjadi sangat khawatir sehingga ingin membawa saya kepada dukun untuk diobati. Saya berkata kepadanya bahwa saya tidak memercayai itu, dan bahwa hanya Tuhanlah yang dapat menyembuhkan saya dan kita harus berdoa kepadaNya. Ibu saya mulai berdoa dan beberapa hari kemudian kesehatan saya pulih kembali. Hal pertama yang saya lakukan ialah memuji Dia oleh karena Ia memedulikan saya.
            Pasal kesukaan saya di dalam Alkitab ialah Mazmur 23. Setiap kali saya membacanya, saya dapat merasakan kasih Allah lebih dan lebih lagi. Pasal ini menginspirasi saya untuk memandang kepada Tuhan, daripada memikirkan perkara duniawi. Ia menyediakan segala sesuatu yang saya butuhkan. Pasal ini menguatkan saya untuk menaruh iman dan keyakinan saya kepada Allah, dan itulah sebabnya saya sangat menyukai ayat-ayat dalam pasal ini.
            Sebagaimana yang telah saya sebutkan sebelumnya, kebanyakan orang-orang di desa saya beragama Hindu. Saya membagikan tentang Yesus kepada mereka, kasihNya kepada manusia, dan bagaimana Ia telah menyerahkan hidupNya di kayu salib. Mereka sangat terkejut mendengar ini dan tertarik untuk belajar lebih dalam lagi. Saya mengundang mereka ke gereja, dan mereka sering datang. Saya terus berkhotbah dan membagikan kabar baik ini kepada mereka. Tolong doakan saya agar saya dapat memenangkan jiwa bagi Kristus.


Pelajaran 13
*19-2 5 September




Haruskah Seluruh Dunia Mendengar?
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Kisah 4:12; Mzm. 87:4- 6; Yoh. 10:16; Rm. 2:12-16; Yoh. 14:6; Rm. 1:18.
AYAT HAFALAN: "Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu,— menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad- abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang me­nurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepa­da ketaatan iman —bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin" (Roma 16:25-27).
Seperti yang telah kita lihat, Tuhan menggunakan manusia untuk mem­bawa berita Injil kepada orang lain. Namun, di sepanjang zaman, juta­an orang telah mati tanpa mengetahui rencana keselamatan Alkitabiah. Faktanya adalah mayoritas mereka yang pernah hidup, belum pernah mende­ngar kisah penebusan, atau mengetahui tentang kabar baik kasih karunia Allah seperti yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus. Hal ini membawa kita kepada dua pertanyaan serius. Pertama, pada hari penghakiman, bagaimanakah Al­lah menangani miliaran orang yang belum mengenal Dia? Kedua, apakah ada keselamatan di luar pengenalan seseorang pada rencana keselamatan seperti yang ada di dalam Yesus?
Ada yang menjawab bahwa keselamatan hanya ada pada satu golongan Kristen saja; sebaliknya, yang lain percaya bahwa semua agama adalah penun­tun yang sama benar kepada Allah dan kepada hidup kekal.
Pada akhirnya, poin penting yang perlu diingat adalah bahwa Yesus telah menunjukkan tabiat Allah kepada kita, dan hal ini banyak memberitahu kita tentang kasih-Nya kepada semua manusia, dan kerinduan-Nya untuk menye­lamatkan sebanyak mungkin. Allah adalah Allah yang adil, dan bagaimanapun caranya ia melakukannya, seruan akan terdengar melintasi langit: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!" (Why. 15:3).
* Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 26 September.

No comments:

Post a Comment