SABAT PETANG – 18 Juli 2015
Untuk Pelajaran
Pekan Ini: Bacalah: Yunus 1-4; 2 Raj. 14:25? Yes. 56:7; Yes. 44:8; Mat. 12:40;
Why. 14:6-12.
AYAT HAFALAN: "Sesungguhnya
aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari
bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengabulkan kebenaran berkenan
kepada Nya"(Kisah 10:34, 35),
Hikayat Yunus adalah kisah
seorang nabi Ibrani yang bekerja jauh dfitfi* wilayah nyaman. Hidup di masa
pemerintahan Yerobeam II, sekitaF 750 S.M. (2 Raja-raja 14:23% Yunus adalah
satu-satunya nabi Perjanjian Lama yang kita ketahui dipanggil langsung menjadi
misionaris di negeri lain. Kebenaran bahwa Pencipta semua ras tidak bermaksud
membatasi:: keselamatan hanya kepada umat pilihanNya disebutkan berulang kali
datem Perjanjian Lama, khususnya dalam perjanjian lama, khususnya dalam Yesaya dan Mazmur, walaupun teologi
popular bangsa Israel di masa
Yuno^tkfok menerima bahwa bangsa-bangsa lain juga ada dalam rencana Allah untuk
ambil bagian dalam keselamatan». Sampai di masa Perjanjian Baru seka'ltfjgjvhal
itu merupakan suatu pelajar* yang berat bagi umat Yahudi Kristen .
Dalam empat pasal Kitab Yunus,
kter tmrn suatu catatan jujur tentang pengalaman keengganan Yunus merintis
pekerjaan misionaris asing, baik maupun negatif. Di sini suatu reaksi batin dan
sangat manusiawi seseorang terhadap panggilan Allah tersaji, bersama suatu
ajakan yang kuat betapa perlunya misi bagi orang asing. Beberapa petunjuk bagi
misionaris asing dan para saksi lintas kebudayaan muncul dari kitab ini yang
juga menunjuk kepada mengatasi beberapa isu dan masalah yang dihadapi
misionaris modern.
*Pelajari pelajaran pekan ini
untuk persiapan Sabat, 25 Juli. 26 Para Misionaris
NABI YANG CACAT – MINGGU 19 JULI 2015
Bacalah 2 Raj. 14:25. Apakah yang
dikatakan ayat ini kepada kita tentang Yunus? Dalam jenis terang apakah ia
disajikan?
2 Raj. 14:25
14:25 Ia mengembalikan daerah
Israel, dari jalan masuk ke Hamat sampai ke Laut Araba sesuai dengan firman
TUHAN, Allah Israel, yang telah diucapkan-Nya dengan perantaraan hamba-Nya,
nabi Yunus bin Amitai dari Gat-Hefer.
Di luar kitab Yunus, nabi ini
disebut dalam satu ayat Perjanjian Lama, 2 Raj. 14:25. Di sini ia dihormati
sebagai seorang nabi yang meramalkan perebutan kembali wilayah Israel yang
dicaplok Siria.
Yunus dilahirkan di Gath Hepher
(bahasa Ibrani "pemerasan anggur di lubang air"), suatu kota di
Zebulun di Israel bagian utara, hanya beberapa mil dari Nazaret. Ini artinya
baik Yesus maupun Yunus adalah orang Galilea, terpisah kurang lebih 750 tahun.
Bacalah Yunus 1:1-3, 9, 12;
3:3-10; 2:1-9. Gambaran seperti apakah yang disajikan ayat-ayat ini tentang
dia, baiknya dan buruknya?
Yunus 1:1-3, 9, 12
1:1 Datanglah firman TUHAN
kepada Yunus bin Amitai, demikian:
1:2 "Bangunlah, pergilah ke
Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya
telah sampai kepada-Ku."
1:3 Tetapi Yunus bersiap untuk
melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan
mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya
perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke
Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.
1:9 Sahutnya kepada mereka:
"Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang
telah menjadikan lautan dan daratan."
1:12 Sahutnya kepada mereka:
"Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi
reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai
besar ini menyerang kamu."
3:3-10
3:3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi
ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang
mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.
3:4 Mulailah Yunus masuk ke
dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari
lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
3:5 Orang Niniwe percaya kepada
Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun
anak-anak, mengenakan kain kabung.
3:6 Setelah sampai kabar itu
kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya
jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu.
3:7 Lalu atas perintah raja dan
para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian:
"Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan
apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
3:8 Haruslah semuanya, manusia
dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta
haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari
kekerasan yang dilakukannya.
3:9 Siapa tahu, mungkin Allah
akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala
itu, sehingga kita tidak binasa."
3:10 Ketika Allah melihat
perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang
jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya
terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.
2:1-9
2:1 Berdoalah Yunus kepada
TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu,
2:2 katanya: "Dalam
kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah
dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.
2:3 Telah Kaulemparkan aku ke
tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala
gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
2:4 Dan aku berkata: telah
terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang
kudus?
2:5 Segala air telah mengepung
aku, mengancam nyawaku; samudera raya merangkum aku; lumut lautan membelit
kepalaku
2:6 di dasar gunung-gunung. Aku
tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya.
Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku.
2:7 Ketika jiwaku letih lesu di
dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke
dalam bait-Mu yang kudus.
2:8 Mereka yang berpegang teguh
pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi
mereka dengan setia.
2:9 Tetapi aku, dengan ucapan
syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar.
Keselamatan adalah dari TUHAN!"
Yunus muncul dari kitabnya
sebagai suatu percampuran aneh antara kekuatan dan kelemahan: Keras kepala dan
suka menentang tetapi dapat diajar dan taat. Ia setia kepada Allah, pemberani,
dan percaya pada doa, tetapi juga berpikiran sempit, egois, dan pembalas
dendam. Sementara Yunus digambarkan sebagai hamba Tuhan, 2 Raja 14:25, ia juga
mengukir suatu sosok yang murung dan tragis dalam kitab yang membawa namanya.
Itu menandakan bahwa Alkitab berintegritas dan dapat dipercaya sehingga Yunus
digambarkan dalam cara yang sangat berterus terang. Kecenderungan alami dan
manusiawi seorang penulis adalah menyamarkan dan menyembunyikan segi-segi yang
kurang berterima dari pahlawan-pahlawan Alkitab. Tetapi di bawah ilham Roh,
penulis-penulis Alkitab menyajikan yang kuat bersama yang lemah dalam kehidupan
umat untuk menggambarkan kebenaran bahwa tidak peduli betapa lemahnya dan tidak
memuaskannya tokoh-tokoh ini sekalipun, Allah sanggup bekerja melalui mereka
jika mereka rela.
Tokoh Alkitab yang lain manakah
yang digunakan Allah walaupun mereka cacat secara pribadi? Harapan apakah yang
dapat kita gambarkan bagi diri kita dari fakta bahwa Allah menggunakan
pribadi-pribadi yang cacat dan rusak untuk bekerja bagi-Nya menjangkau orang
lain?
SEORANG MISIONARIS AWAL – SENIN 20 JULI 2015
"Pergilah ke Niniwe!"
perintah Allah kepada Yunus. Di dalam Perjanjian Lama, ajakan yang biasa kepada
bangsa-bangsa adalah "mari ke Sion." Rencana awal Allah adalah
supaya bangsa Israel menghidupkan agama mereka, membuat bangsa mereka menarik
sehingga bangsa-bangsa lain akan datang kepada mereka meminta petunjuk (Yes.
56:7).
Yunus, sebagai pelopor bagi
rasul-rasul di Perjanjian Baru (Mat. 28:18-20), diperintahkan pergi ke Niniwe,
yang baginya seakan suatu pusat penyembahan berhala yang najis, kejam, dan
bengis. Yunus mengadakan persiapan yang rinci untuk berangkat ke barat melalui
laut, walaupun Allah memerintahkan dia ke timur lewat daratan. Yunus adalah
nabi yang tidak rela dan lari ke arah berlawanan.
Bacalah Yunus 1:3-17. Pelajaran
apakah yang dapat kita tarik dari cerita yang menakjubkan ini?
Yunus 1:3-17
1:3 Tetapi
Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi
ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia
membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama
dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.
1:4 Tetapi
TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga
kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.
1:5 Awak
kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka
membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi
Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ,
lalu tertidur dengan nyenyak.
1:6 Datanglah
nakhoda mendapatkannya sambil berkata: "Bagaimana mungkin engkau tidur
begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan
mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa."
1:7 Lalu
berkatalah mereka satu sama lain: "Marilah kita buang undi, supaya kita
mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini." Mereka
membuang undi dan Yunuslah yang kena undi.
1:8
Berkatalah mereka kepadanya: "Beritahukan kepada kami, karena siapa kita
ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa
negerimu dan dari bangsa manakah engkau?"
1:9 Sahutnya
kepada mereka: "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN, Allah yang
empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan."
1:10
Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: "Apa yang
telah kauperbuat?" -- sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan
diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka.
1:11
Bertanyalah mereka: "Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan
tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora."
1:12 Sahutnya
kepada mereka: "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut
akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena
akulah badai besar ini menyerang kamu."
1:13 Lalu
berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu
kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora
menyerang mereka.
1:14 Lalu
berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, janganlah kiranya
Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau
tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN,
telah berbuat seperti yang Kaukehendaki."
1:15 Kemudian
mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti
mengamuk.
1:16
Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban
sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar.
1:17 Maka
atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus
tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.
Sambutan Allah atas pelarian Yunus
datang dalam bentuk topan dahsyat. Angin taat pada perintah Khaliknya, walaupun
nabi-Nya tidak taat (Mrk. 4:41). Yunus tertidur selama badai, sementara
orang-orang kafir, awak kapal berdoa (Yun. 1:14). Jujur, Yunus mengaku bahwa
dialah penyebab malapetaka, dan ia bersaksi tentang Allah yang benar dan
Pencipta. Perhatikan bahwa jawabannya, "Saya seorang Ibrani," merujuk
pada agama dan kebangsaannya. Dalam ancaman badai yang ganas, pelaut-pelaut
kafir ini berupaya menyelamatkan penumpang dan diri mereka sendiri, dan
menunjukkan kasihan kepada Yunus dengan enggan menjalankan arahan Yunus untuk
melemparkan dia keluar kapal. (Nabi peragu rela mengorbankan diri untuk
menyelamatkan orang lain). Ketika pada akhirnya mereka menuruti permintaannya,
badai berhenti, dan laut menjadi tenang (ayat 15). Pelaut-pelaut yang takjub
itu menjadi orang bertobat kepada Allah, hasil Yunus yang pertama. Allah dapat
bekerja melalui Yunus walaupun ia lari dari panggilannya.
Penyelamatan Yunus sama
mukjizatnya dengan penyelamatan kapal itu. Allah sediakan satu "ikan
besar." Bahasa Ibrani tidak sebutkan secara spesifik jenis ikan yang
menyelamatkan Yunus dengan menelannya. Yunus berada dalam perut ikan adalah
episode yang sangat diketahui dari kisah itu; tetapi tidak mengaburkan pesan
terdalam dari kitab ini yaitu bahwa Allah mengasihi, peduli dan menghendaki
keselamatan semua orang.
Pada akhirnya, hanya ada satu
Allah, Khalik langit dan bumi (lihat Yes. 44:8; 45:5, 6). Selain Allah, apa pun
yang disembah adalah penyembahan berhala dan salah, "llah" lain mana
pun yang mereka sembah hanyalah khayalan dan bohong. Mengapakah kebenaran ini
begitu penting untuk disadari dan dihayati oleh kita sendiri, khususnya dalam
kaitannya dengan misi?
Yes. 44:8
44:8
Janganlah gentar dan janganlah takut, sebab memang dari dahulu telah Kukabarkan
dan Kuberitahukan hal itu kepadamu. Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain
dari pada-Ku? Tidak ada Gunung Batu yang lain, tidak ada Kukenal!"
45:5, 6
45:5 Akulah
TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah
mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku,
45:6 supaya
orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang
lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain,
DI DALAM PERUT IKAN BESAR – SELASA 21 JULI 2015
Pengalaman tiga hari dalam perut
ikan besar menjadi suatu kiasan tentang kematian dan kebangkitan Kristus (Yoh.
1:17-2:10; Mal. 12:40). Allah menyediakan dan mengarahkan ikan besar itu.
Walaupun ada kisah orang yang bertahan hidup di laut setelah ditelan ikan paus,
kita harus mengingat bahwa Allah yang menyediakan ikan besar istimewa ini, juga
kuasa mukjizat yang memelihara hamba-Nya dalam perut ikan itu. Artinya, pada
akhirnya, ini adalah suatu peristiwa mukjizat yang dapat terjadi hanya melalui
campur tangan adikodrati Tuhan, yang dinyatakan di seluruh Alkitab sebagai
suatu Allah pribadi yang memang campur tangan dalam kehidupan umat secara
mukjizat.
Ada bukti bahwa frase "tiga
hari dan tiga malam" adalah kata kiasan yang menyatakan waktu yang
diperlukan untuk suatu perjalanan khayalan ke Sheol, nama Ibrani untuk dunia
orang mati. Pertimbangkan apa yang,terjadi padanya, Yunus memang sudah dapat
disamakan dengan orang yang mati.
Di dalam perut ikan, Yunus mulai
berdoa. Kapten kapal telah sia-sia meminta Yunus supaya "berserulah
kepada Aliahmu (Yun. 1:6). Sekarang, saat situasi habis harapan, Yunus mulai
berdoa, dan bersungguh-sungguh. Perlu sesuatu bagi orang putus asa ini supaya
pada akhirnya melakukan apa yang harus ia selalu lakukan. Suatu ringkasan doa
Yunus telah diabadikan dalam bentuk mazmur ucapan syukur. Mazmur semacam itu
biasanya mencakup lima bagian: (1) pendahuluan; (2) ungkapan kesukaran; (3)
teriakan memohon pertolongan dari Allah; (4) laporan tindakan Allah; dan (5)
janji untuk memelihara janji yang dibuat dan bersaksi tentang tindakan
keselamatan dari Allah. Yaitu, Tuhan, jika Engkau luputkan aku, aku janji akan
buat ini dan itu. Siapakah yang belum pernah berdoa seperti itu sebelumnya?
Pertanyaannya adalah: Apakah Anda melakukan yang telah Anda janjikan?
Bacalah Matius 12:40.
Bagaimanakah Yesus menggunakan kisah Yunus dan menerapkan itu pada diri-Nya
sendiri? Lihat juga Yohanes 2:19-22.
Matius 12:40
12:40 Sebab
seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga
Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.
Yohanes
2:19-22
2:19 Jawab
Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali."
2:20 Lalu
kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan
Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"
2:21 Tetapi
yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
2:22
Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh
murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah
akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Pasal itu diakhiri dengan
kata-kata: "Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itupun
memuntahkan Yunus ke darat" (Yun. 2:10). Perintah Allah kepada ikan besar
menghasilkan apa yang pelaut-pelaut yang baik hati itu gagal lakukan bagi
Yunus. Dalam cara yang sama seperti Kristus perintahkan kepada para murid-Nya
setelah kebangkitan-Nya agar pergi ke seluruh dunia, demikian juga Yunus
sesudah petualangan bawah lautnya, pergi kepada orang kafir dan menjadi
misionaris yang paling berhasil dalam Perjanjian Lama. Ke- lepasan Yunus
menjadi saksi tentang belas kasihan Allah yang menyelamatkan. Terdamparnya
Yunus berpakaikan rumput laut di tepi pantai menjadi saksi atas tekad Allah
untuk menyelamatkan bahkan bangsa Asyur yang penuh dosa itu dari maut.
ANGKATAN NINIWE – RABU 22 JULI 2015
Bacalah Yunus 3. Pesan besar
apakah yang terdapat di sini dalam kaitannya dengan jangkauan keluar dan
penginjilan?
Yunus 3
3:1 Datanglah
firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian:
3:2
"Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah
kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."
3:3
Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe
adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.
3:4 Mulailah
Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru:
"Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
3:5 Orang
Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik
orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
3:6 Setelah
sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya,
ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di
abu.
3:7 Lalu atas
perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe
demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh
makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.
3:8 Haruslah
semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras
kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang
jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya.
3:9 Siapa
tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya
yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa."
3:10 Ketika
Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari
tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah
dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.
"Datanglah firman TUHAN
kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: 'Bangunlah, pergilah ke Niniwe,
kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan
kepadamu'" (Yun. 3:1, 2). Dua kata kerja penting terdapat dalam ayat ini.
Pertama, ini adalah kali kedua Allah menyatakan "pergilah!" Allah
tidak menyerah. Ia memberi kesempatan kedua kepada manusia yang gagal itu. Di
sini sekali lagi kita menemukan konsep misi Perjanjian Baru, yaitu gagasan
untuk pergi kepada bangsa-bangsa lain, dan bukan mengharapkan bangsa-bangsa itu
datang padamu.
Kata kerja penting lainnya ialah
"sampaikanlah." Penyampaian (pemberitaan) selalu penting dalam
Alkitab. Itu masih menjadi cara yang efektif dalam menyebarkan pekabaran Injil.
Allah menekankan kepada Yunus bahwa peka- baran itu haruslah yang Kuberikan
padamu. Yaitu, pekabaran yang kita sampaikan haruslah pekabaran Allah, bukan
pekabaran kita sendiri, atau bahkan versi yang telah dilencengkan, diubah, atau
dikurangi.
Pekabaran Allah pada umumnya
bersifat amaran dan janji, penghukuman dan Injil. Penyampaian tegasnya ialah
"Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan" (Yun.
3:4). Itulah penghukuman. Namun ada juga janji pengharapan, kelepasan,
keselamatan (pasti telah disampaikan, karena bangsa itu mendengar pekabaran itu
dan diselamatkan).
Sedangkan pada intinya terdapat
"Injil yang kekal," Wahyu 14:6-12 juga mengamarkan tentang
penghukuman. Injil dan penghukuman berjalan bergandengan tangan; Injil
menawarkan kepada kita cara Allah untuk menghindari hukuman yang penghukuman
akan jatuhkan kepada kita semua dengan adil. Tidak ada khotbah Injil yang
sepenuhnya efektif kecuali unsur-unsur ini terdapat di dalamnya.
"Benar secara politik,"
yang menuntun kepada pelemahan unsur-unsur tegas ini dan meremehkan
perbedaan-perbedaan antara agama atau bahkan antara tradisi-tradisi Kristen
yang berbeda adalah berisiko. Walaupun dalam misi kita perlu menyesuaikan
penyampaian kita dengan orang-orang yang hendak dijangkau (kontekstualisasi),
kita tidak boleh melakukan itu dengan mengorbankan pekabaran yang Allah
berikan untuk kita sampaikan.
Apakah yang terjadi dalam Yunus
3:5-10? Penduduk Niniwe percaya, bertindak sesuai kepercayaan mereka,
mempraktikkan iman mereka, dan diselamatkan. Allah telah memberi kita beberapa
janji indah, dan juga amaran keras. Apakah yang seharusnya cerita ini ajarkan
kepada kita tentang bersyaratnya janji-janji dan amaran-amaran ini?
TANGISAN YUNUS – KAMIS 23 JULI 2015
Yunus 4:1-11 menegaskan bahwa
hambatan terbesar bagi Allah untuk menjadikan nabi-Nya terlibat dalam misi
kepada dunia bukanlah jarak, angin, para pelaut, ikan besar, atau penduduk
Niniwe. Hambatan itu adalah nabi itu sendiri. Iman orang Niniwe berlawanan
dengan ketidakpercayaan, dan roh balas dendam Yunus. Yunus adalah satu-satunya
orang di dalam Alkitab yang menuduh Allah karena pemurah, berbelaskasihan,
lambat marah, berlimpah kasih, dan yang melunak dari rencana mengirimkan
bencana. Seseorang akan berpikir bahwa kebanyakan orang akan memandang cara
pandang Allah ini dengan penuh syukur.
"Ketika Yunus mengetahui
rencana Allah menyelamatkan kota itu walaupun kota itu jahat, tetapi telah
dituntun untuk bertobat dengan memakai kain kabung dan abu, maka seharusnya
dialah yang pertama-tama bersuka oleh sebab rahmat Allah yang ajaib; tetapi
sebaliknya ia membiarkan pikirannya membayangkan kemungkinan bahwa ia akan
dianggap sebagai seorang nabi palsu. Merasa cemburu demi nama baiknya, ia
kehilangan pandangan terhadap nilai jiwa lebih besar yang tidak terbatas yang
berada di kota yang jahat itu. Kebaikan hati yang ditunjukkan Allah terhadap
orang-orang Niniwe yang bertobat itu 'sangat mengesalkan hati Yunus, lalu
marahlah ia."'—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 3, hlm. 222.
Bacalah Yunus 4:10, 11. Apakah
yang diajarkan ayat ini kepada kita tentang tabiat Allah yang bertentangan
dengan sifat manusia berdosa? Mengapakah kita harus bergembira sebab Allah,
bukan manusia yang menjadi hakim tertinggi kita?
Yunus 4:10,
11
4:10 Lalu
Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya
sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang
tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.
4:11
Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang
berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu
membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"
Yunus menyatakan kemarahannya dua
kali dalam pasal 4. Ia marah karena Allah mengubah pikiran-Nya dan
menyelamatkan lebih dari seratus dua puluh ribu penduduk Niniwe. Ia juga marah
karena pohon jarak menjadi layu. Dalam sifat egoisnya, sang nabi ingin
diutamakan.
Allah mengajarkan Yunus supaya
mengakui persaudaraan umat manusia berdasarkan kebapaan Allah. Sang nabi harus
menerima "orang-orang asing" ini sebagai sesama manusianya, walaupun
mereka sesat. Bukankah 120.000 orang itu lebih penting dari sebatang pohon
jarak?
Baca sekali lagi teguran Tuhan
kepada Yunus. Dalam cara apakah Allah dapat menyampaikan sesuatu yang serupa
dengan itu kepada kita. Yaitu, seberapa seringkah kita mendapati diri kita
lebih peduli pada per- soalan-persoalan pribadi kita sendiri, yang banyak di
antaranya kadang- kadang sangat sepele, daripada peduli terhadap jiwa yang
hilang, bagi siapa Kristus menumpahkan darah-Nya untuk menyelamatkannya?
PENDALAMAN – JUMAT 24 JULI 2015
"Untuk
mengerti dasar Alkitabiah untuk misi Kitab Yunus sangat penting, karena ia
membicarakan mandat Allah kepada umat-Nya mengenai orang kafir dan dengan
demikian berfungsi sebagai langkah persiapan bagi mandat misionaris Perjanjian
Baru. Tetapi ia penting juga untuk menangkap sekilas mengenai penolakan yang
dalam yang dihadapi mandat ini dari hamba yang dipilih Yahweh sendiri untuk
pelaksanaan pekerjaan-Nya sedunia."—J. Verkuyl. Conlemporary Missiology (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Pub.
Co., 1978), hlm. 96.
Pertanyaan-pertanyaan
untuk Didiskusikan:
1.
"Di
dalam sejarah Niniwe ada pelajaran yang harus kita pelajari dengan
hati-hati.... Anda harus mengenali tugas Anda kepada sesama manusia yang bebal
dan rusak dan memerlukan pertolonganmu. "—EHen G. White, The Southern Work, hlm. 80. Apakah kewajiban
kita bagi sesama manusia kita ini?
2.
Asyur
adalah salah satu bangsa adikuasa di timur dekat purba, dari sekitar tahun 885
sampai 625 S.M. Israel dan Yehuda berulang kali menderita di bawah
pemerintahannya yang kasar. Yehu, raja Israel, dipaksa membayar upeti kepada
penguasa Asyar, Sahnane- sar III. Akhirnya Israel jatuh oleh kekuatan Asyur
pada tahun 722 S.M. Tidak heran Yunus ragu ke Niniwe, satu dari empat kota utama
Asyur, dan pusat penyembahan Ishtar, dewi cinta dan peperangan. Allah
memanggil dia mengunjungi pusat kerohanian wilayah musuh, mengajak orang Asyur
yang gemar perang itu untuk bertobat. Pelajaran apakah yang ada di sini
sehubungan dengan misi bagi kita?
3.
Bagaimanakah
gereja yang sisa ini dapat menghindari asumsi bahwa nasihat dan berkat-berkat
Tuhan dalam hal, seperti Sabat, kesehatan, dan pendidikan, diberikan kepada
mereka bagi keuntungan mereka sendiri, bukannya bagi keuntungan bangsa-bangsa?
Bacalah Why.3:17, 18.
4.
Dalam
cara apakah pekabaran tiga malaikat Wahyu 14:6-12 mencerminkan pekabaran yang
Yunus miliki untuk penduduk Niniwe?
5.
Sebagian
orang secara otomatis menolak kisah Yunus, khususnya bagian di mana Yunus
berada dalam perut ikan. Prasangka apakah yang menyebabkan mereka menolaknya
mentah-mentah? Prasangka apakah yang Anda perlukan agar memercayainya?
No comments:
Post a Comment