BERITA
MISI
HIDUP BARU
DARI KEMATIAN
16 Mei |
Jepang| Masaaki
Pos Misi
•
Jepang adalah
salah satu negara yang paling sulit dijangkau bagi Kristus. Budaya menghambat
orang dari menjangkau untuk berbagi iman mereka dengan orang lain.
•
Orang-orang
Jepang sangat tradisional dan merasa menghormati terikat untuk mengamati
festival keagamaan kuno, termasuk pemujaan leluhur. Tapi mereka tidak sangat
religius. Hanya empat orang dari setiap 100 di Jepang adalah orang Kristen,
dan hanya satu orang dari setiap 8.361 adalah Advent.
• Perhatikan cerita Misi Spotlight tentang Advent di
Jepang dengan pergi ke www.MissionSpot- light.org. Ini gratis!
Sebagai pemilik perusahaan pemakaman di Jepang, saya dikelilingi oleh orang
mati setiap hari karena saya mempersiapkan jenazah untuk pemakaman secara
tidak langsung dan pemakaman langsung. Selama bertahun- tahun saya telah
menyaksikan orang-orang berkabung karena kematian orang yang dicintai dan
membuat upacara agama yang mereka butuhkan dalam rangka untuk memastikan bahwa
yang meninggal memiliki perjalanan yang damai dan cepat dari kehidupan ini ke
kehidupan berikutnya.
Menakutkan Roh
Jepang sekuler, tetapi kebanyakan orang menghormati nenek moyang mereka
dengan doa, upacara yang rumit, dan ritual ibadah. Sebagian percaya bahwa roh
orang yang sudah meninggal tidak langsung ke akhirat, tapi tinggal di bekas
rumah sampai tujuh minggu setelah kematian. Keluarga menghindari meninggalkan
rumah, takut bahwa hal itu akan menyinggung roh orang yang mereka cintai.
Selama ini
keluarga melakukan upacara yang mereka percaya akan membantu langkah orang yang
meninggal ke alam reinkarnasi berikutnya. Para pelayat membayar imam mereka
untuk melakukan upacara di mana ia memberikan orang yang mereka cintai itu nama
khusus yang akan memastikan masuk ke alam baka. Hanya demikian yang dapat
membuat roh meninggalkan bekas rumah dan masuk ke akhirat yang akan
bereinkarnasi sebagai manusia atau hewan atau bahkan serangga, tergantung pada
perbuatan orang tersebut selama hidup mereka yang baru saja g meninggal.
Orang-orang pasrah dengan banyak menahan diri dalam kehidupan mereka sebelum
akhirnya membangun perbuatan baik yang cukup sebagai jasa ke surga.
Jalan yang Mana Setelah Kematian?
Ketika saya melihat pemimpin berbagai agama
melakukan upacara pemakaman, saya melihat bahwa sebagian besar pemakaman, yang
terlibat sangat berduka dan menangis, tapi orang-orang Kristen menahan
kesedihan mereka dengan pengharapan. Mereka tampaknya memiliki keyakinan bahwa
mereka akan melihat orang yang mereka cintai lagi. Tidak ada harapan seperti
itu yang ada pada kebanyakan orang.
Saya mulai memerhatikan orang Kristen lebih dekat,
memeriksa perbedaan antara keyakinan mereka
dan orang-orang yang saya kenal sejak kecil.
Kristen menghadapi ke- matian dengan iman yang berakar pada Tuhan mereka.
Pendeta mereka menunjukkan kasih sayang yang besar terhadap keluarga berduka
dan berbicara tentang harapan mereka melihat orang yang mereka cintai lagi.
Suatu hari saya
bertanggung jawab atas pemakaman di gereja Advent. Setelah persiapan saya selesai,
saya duduk sendirian di gereja kosong dan membiarkan kedamaian tempat ibadah
membungkus saya. Saya membayangkan tentang saat-saat kematian datang dekat
dengan saya, saat saya hampir tenggelam di lautan, dan saat saya harus
meninggal dalam kecelakaan sepeda motor yang mengerikan. Seperti yang saya
ingat pengalaman menjelang kematian ini, saya terkejut karena bukannya merasa
takut malahan saya merasa kedamaian. Saya merasakan pada saat itu bahwa saya
tidak sendirian.
Beberapa malam
kemudian saya bermimpi tentang Yesus. Saya terbangun berpikir tentang Yesus,
dan saya tidak bisa kembali tidur. Keesokan paginya saya mengunjungi pendeta
Advent. Kami berbicara tentang Tuhan untuk beberapa waktu. Pendeta meyakinkan
saya bahwa Yesus ingin menjadi bagian dari hidup saya. Saya meminta pendeta
untuk membantu saya belajar prinsip-prinsip Kristen; kami mulai dengan
dasar-dasar, karena saya hampir tidak tahu apa pun. Saya ingin tahu bagaimana
iman Kristen.
bisa memberikan pengikutnya harapan tersebut.
Saya sangat
terkejut ketika mengetahui bahwa Tuhan yang sama yang menciptakan bumi, datang
ke bumi untuk hidup dan mati sehingga manusia jatuh bisa hidup bersama-Nya
selamanya. Saya belum pernah mendengar tentang cinta seperti itu!
Saya merenungkan dosa-dosa yang telah saya lakukan,
dan bersu- kacita ketika saya menyadari bahwa semua yang harus saya lakukan
adalah meminta Yesus Kristus untuk mengampuni dosa-dosa saya dan menerima saya
sebagai anak-Nya. Saya berdoa untuk pertama kali kepada Allah Pencipta, dan Dia
memenuhi hati saya dengan damai dan sukacita yang saya tidak pernah tahu.
Berbagi Iman
Saya tidak yakin bagaimana cara memberitahu keluarga saya tentang iman baru
saya, jadi pada awalnya saya tidak berkata apa-apa. Segera saya menyadari bahwa
saya tidak perlu memberitahu mereka; mereka melihat perubahan dalam hidup saya,
kebahagiaan yang bersinar di wajah saya dan dalam eks presi saya. Mereka melihat bahwa saya tidak lagi minum alkohol, dan mereka
melihat kebiasaan buruk lainnya menyelinap pergi.
Yang
mengejutkan saya, keluarga saya mendukung saya. Mereka menghadiri pembaptisan
saya dan bersukacita dengan saya dalam iman yang baru ditemukan di dalam Tuhan.
Rekan-rekan saya dan teman-teman melihat perbedaan juga, dan bertanya apa yang
terjadi. Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya telah bertemu dengan Allah
yang hidup. Yesus Kristus, dan telah menerima karunia keselamatan-Nya
Sekarang ketika
saya melakukan pemakaman untuk seseorang yang bukan orang Kristen, saya ingin
keluarga berduka melihat perbedaan dalam hidup saya. Beberapa orang melihat,
dan mereka bertanya apa yang membuat perbedaan. Saya memberitahu mereka saya
seorang Kristen, dan Tuhan telah memberi saya kedamaian. Saya terus belajar
Alkitab sehingga saya bisa menjawab orang-orang yang bertanya tentang iman saya
dan tahu bagaimana untuk mendorong keluarga yang berduka yang saya temui
setiap hari.
Pelajaran 7 Sekolah Sabat
*9-15 MEI
Yesus, Roh Kudus, dan Doa
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini,
Bacalah: Luk. 2:25-32; Yoh. 16:5-7; Luk. 23:46; Luk. 11:1-4; Mat. 7:21-23; Luk.
11:9-13.
AYAT HAFALAN: "Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka
akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu
akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap
orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu
dibukakan" (Lukas 11:9,10).
Dari ketiga
Injil sinoptis, Lukas lebih sering berbicara dibanding yang lain mengenai
hubungan Yesus dengan Roh Kudus. Sementara Matius merujuk Roh Kudus 12 kali dan
Markus enam kali, Lukas memiliki 17 rujukan dalam Injilnya dan 57 dalam kitab
Kisah. Dari pembuahan Yesus menjadi manusia (Lukas 1:35) sampai kepada penegasan perintah
misi sedu- nia-Nya (Lukas
24:44-49), Lukas melihat hubungan penting
antara Yesus dan Roh Kudus. Hubungan itulah dasar untuk memahami pelayanan
Juruselamat kita. Demikian juga, Lukas menunjukkan pentingnya berdoa dalam
kehidupan dan misi Yesus. Sepenuhnya Ilahi, setara dengan Bapa dan Roh, Yesus
dalam kemanusiaan-Nya meninggalkan kepada kita teladan dalam hal berdoa.
|
Jika Yesus melihat kebutuhan berdoa, betapa lebih wajib kita membutuhkannya?
"Tanpa doa yang tekun dan
tetap maka kita berada di dalam bahaya semakin kurang berhati-hati dan
menyimpang dari jalan kebenaran. Setan selalu berusaha terus menghalang-halangi
jalan menuju takhta kemurahan itu, supaya kita tidak dapat bermohon yang
sungguh-sungguh dalam iman memperoleh anugerah dan kuasa melawan
pencobaan."—Ellen G. White, Kebahagiaan Sejati, hlm. 107.
*
Pelajari pelajaran pekan ini untuk
persiapan Sabat, 16 Mei.
Minggu 10 Mei Yesus dan
Roh Kudus
Sebagai seorang bukan Yahudi yang
bertobat dan rekan misionaris Rasul Paulus, Lukas melihat masuknya keseluruhan
Kristologi ke dalam sejarah— dari penjelmaan Yesus sampai kepada kenaikan-Nya
dan sampai kepada tersebarnya jemaat itu—sebagai suatu keajaiban Ilahi dan
dituntun oleh Roh Kudus. Di dalam kehidupan Yesus kita melihat keseluruhan
Keallahan bekerja dalam penebusan kita (Lukas 3:21. 22)\ dan. melalui
rujukan-rujukannya yang terus menerus kepada Roh Kudus, Lukas menekankan hal
ini.
Apakah yang
ayat-ayat berikut ini katakan kepada kita mengenai peran Roh Kudus mengenai
kedatangan Kristus di dunia dalam tubuh manusia? Lukas 1:35, 41; 2:25-32.
Lukas 1:35, 41;
2:25-32
1:35 Jawab malaikat itu
kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi
akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut
kudus, Anak Allah.
1:41 Dan ketika Elisabet
mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun
penuh dengan Roh Kudus,
2:25 Adalah di Yerusalem
seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan
penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
2:26 dan kepadanya telah
dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias,
yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
2:27 Ia datang ke Bait
Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya
untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
2:28 ia menyambut Anak
itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:
2:29 "Sekarang,
Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan
firman-Mu,
2:30 sebab mataku telah
melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
2:31 yang telah Engkau
sediakan di hadapan segala bangsa,
2:32 yaitu terang yang
menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu,
Israel."
Misi Yesus dimulai dengan beberapa rujukan kepada Roh Kudus. Menurut Lukas,
Yohanes Pembaptis meramalkan bahwa dia membaptis dengan air, namun la yang akan
datang akan membaptis dengan Roh (Lukas 3:16). Pada waktu baptisan Yesus, baik
Bapa dan Roh Kudus menegaskan keabsahan dari misi penebusan-Nya. Allah Bapa
menyerukan dari atas bahwa Kristus adalah Anak yang dikasihi-Nya diutus untuk
menebus umat manusia, sementara Roh Kudus turun kepada-Nya dalam bentuk seekor
merpati (Lukas 3:21.
22). Sejak saat itu Yesus "penuh
dengan Roh Kudus" (Lukas 4:1) dan siap untuk menghadapi musuh
di padang gurun, demikian juga untuk memulai pelayanan-Nya (Lukas 4:14).
Kata-kata pendahuluan dari
khotbah-Nya di Nazaret adalah aplikasi nubua- tan Mesianik Yesaya mengenai
Diri-Nya: "Roh Tuhan ada pada-Ku" (aya! 18). Roh itu adalah pasangan-Nya
terus-menerus, kekuatan yang meneguhkan- Nya, kehadiran yang tetap di antara
pengikut-pengikut-Nya ketika Yesus tidak lagi berada di tengah-tengah mereka (Yohanes 16:5-7). Bukan itu saja. Yesus berjanji bahwa Allah akan
memberikan karunia Roh kepada mereka yang meminta (Lukas 11:13). Roh yang pernah menghubungkan
Kristus kepada Bapa- Nya dan misi penebusan itu adalah Roh yang sama yang akan
meneguhkan murid-murid dalam perjalanan iman mereka. Oleh karena itu,
pentingnya Roh itu dalam kehidupan Kristiani yang utama: sesungguhnya,
menghujat Roh Kudus adalah yang paling berat dari semua dosa (Lukas 12:10).
Apakah wujud nyata, cara-cara
praktis kita dapat membuka diri kita kepada tuntunan Roh Kudus? Artinya,
bagaimanakah kita bisa berhati- hati sehingga pilihan-pilihan kita dalam cara
apa pun tidak mengeraskan kita terhadap suara-Nya?
Senin, 11 Mei Kehidupan Doa Yesus
Di antara banyak kisah Yesus berdoa, beberapa hanya dicatat dalam Injil
Lukas. Perhatikanlah kejadian-kejadian berikut ini yang menunjukkan Yesus
berdoa pada saat-saat penting dalam hidup-Nya.
•
Yesus berdoa
pada saat baptisan-Nya (Lukas 3:21). "Suatu masa baru dan penting sedang
terbentang di hadapan-Nya. Sekarang la sedang memasuki perjuangan
hidup-Nya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. i03. Dia tidak akan berani memulai
babak pelayanan-Nya yang lebih luas—yang pada akhirnya akan membawa-Nya ke
salib Golgota—tanpa doa.
•
Yesus berdoa
sebelum memilih 12 murid-Nya (Lukas 6:12, 13). Tidak ada seorang pemimpin memilih pengikutnya
secara sembarangan. Namun Yesus bukan hanya memilih pengikut tetapi memilih
mereka yang dapat benar-benar mengerti dan mengenali Pribadi-Nya dan misi-Nya.
"Jabatan mereka adalah yang terpenting yang pernah diamanatkan kepada
manusia, dan adalah yang diterima langsung dari Kristus sendiri."— Ellen
G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 310.
•
Yesus berdoa
bagi murid-murid-Nya (Lukas 9:18). Pemuridan menuntut komitmen yang sepenuhnya kepada Yesus dan pemahaman
akan identitas- Nya. Supaya keduabelas murid dapat mengenal siapa Dia, Yesus
"berdoa seorang diri," dan kemudian setelah itu Dia menantang mereka
dengan pertanyaan penting itu: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" (Lukas 9:20).
•
Yesus berdoa
sebelum Dia dimuliakan (Lukas 9:28-36) dan mendapatkan bagi Diri-Nya sendiri pengesahan
Surga yang kedua bahwa Ia adalah "Anak- Ku yang Ku-pilih." Ujian
hingga saat ini dan ujian yang akan datang, tidak dapat mengubah hubungan
dekat antara Bapa dan Anak. Doa itu juga menghasilkan murid-murid yang menjadi
"saksi mata dari kebesaran-Nya" (2 Pir. 1:16).
•
Yesus berdoa
di Bukit Zaitun (Lukas 22:39-46). Barangkali inilah doa yang paling penting dalam sejarah keselamatan. Di
sinilah kita dapati Juruse- lamat itu menghubungkan surga dan bumi. dan dengan
demikian la menetapkan tiga prinsip penting: Keutamaan kehendak dan tujuan
Allah; komitmen untuk melaksanakan keutamaan itu walaupun berisiko darah dan
kematian; dan kekuatan untuk mengalahkan setiap pencobaan di sepanjang jalan
menuju penggenapan tujuan Allah.
• Yesus berdoa, menyerahkan hidup-Nya ke dalam tangan
Allah (Lukas 23:46). Dalam kata-kata-Nya yang terakhir di salib, "Ya Bapa, ke dalam tan-
gan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Yesus memberikan kepada kita tujuan paling
utama dari doa. Pada waktu kelahiran atau kematian, di hadapan musuh atau
sahabat, ketika tidur atau bangun, doa haruslah menjaga hubungan kita tetap
dengan Allah.
Apakah yang contoh-contoh ini
katakan kepada Anda mengenai kehidupan berdoa Anda sendiri?
Selasa, 12 Mei Contoh Doa (Bagian l)
Bacalah Lukas 11:1-4.
Bagaimanakah ayat-ayat ini membantu kita untuk memahami bagaimana doa bekerja?
Lukas 11:1-4
11:1 Pada suatu kali Yesus sedang berdoa
di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari
murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang
diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya."
11:2 Jawab Yesus kepada mereka:
"Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah
Kerajaan-Mu.
11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan
kami yang secukupnya
11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami,
sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah
membawa kami ke dalam pencobaan."
"Bapa" adalah cara kesukaan Kristus menggambarkan Allah dan
tercatat demikian sekurangnya 170 kali di dalam keempat Injil. Dalam menyebut
Allah sebagai Bapa kami, kita mengakui bahwa Allah adalah Pribadi, yang dapat
melakukan hubungan paling akrab dengan manusia. Allah adalah pribadi, nyata,
mengasihi, dan peduli seperti seorang Ayah. Tetapi Ia adalah Bapa di surga. Ia
berbeda dari bapa kita di bumi, karena Ia adalah Mahakuasa, Mahatahu, dan
Mahahadir, dan benar-benar suci.
Ungkapan "Bapa di surga" selamanya mengingatkan kita bahwa Allah
adalah suci dan berpribadi dan bahwa Kekristenan bukanlah hanya sebuah gagasan
filosofis atau bukanlah gagasan panteis mengenai Allah yang adalah segala
sesuatu.
"Dikuduskanlah nama-Mu" (Lukas 11:2). Di sini juga kita mendapatkan sebuah pengingat
terhadap kesucian dan kekudusan Allah itu. Mereka yang mengaku mengikut Dia dan
masih berdosa kepada-Nya sedang menajiskan nama itu. Kata-kata Yesus dalam
Matius 7:21-23 dapal menolong kita memahami dengan lebih baik apa artinya
menguduskan nama Allah.
"Datanglah Kerajaan-Mu" (Lukas 11:2). Kitab Injil merujuk kerajaan Allah lebih dari 100
kali: hampir 40 dalam kitab Lukas, hampir 50 dalam kitab Matius, 16 dalam
kitab Markus, dan 3 dalam kitab Yohanes. Inilah mengapa Yesus datang dan
menyatakan dan menetapkan, baik realitas kerajaan kasih karunia sekarang ini
dan janji akan kerajaan kemuliaan yang akan datang. Tidak memasuki kerajaan
yang pertama itu, tidak akan dapat memasuki yang kedua, dan adalah harapan
Juruselamat supaya murid-tnurid-Nya bisa mengalami kerajaan yang pertama dalam
mengantisipasi yang kedua.
"Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga" (Lukas 11:2, NKJV). Kehendak
Allah itu diakui dan dipatuhi di surga. Yesus mengambil fakta tersebut dan
mengubahnya menjadi sebuah harapan supaya kehendak tersebut terjadi juga di
bumi: "Di bumi" tidak menunjukkan secara umum tetapi tertentu saja.
Kiranya kehendak Allah terjadi di bumi, tetapi kiranya hal itu dimulai dari
kita, dari masing-masing kita secara pribadi.
Apakah Anda mengenal Tuhan itu,
atau hanya mengetahui mengenai Dia? Dalam cara apakah kehidupan doa Anda dapat
menarik Anda lebih dekat kepada-Nya?
Rabu, 13 Mei Contoh Doa (Bagian 2)
"Berikanlah kami setiap hari
makanan kami yang secukupnya" (Lukas 11:3). Permohonan ini dimulai dengan kata berikanlah.
Apakah kata itu terucap dari bibir seorang jutawan atau seorang anak yatim
piatu yang terus menerus kekurangan, doa tersebut sekaligus mengungkapkan
ketergantungan dan pengakuan kepercayaan. Kita semua tergantung pada Allah,
dan permohonan yang sangat penting, "Berikanlah," mendorong kita
untuk mengakui bahwa Allah adalah sumber dari semua pemberian itu. Dia adalah
Sang Pencipta. Dalam Dia kita hidup, bergerak, dan kita ada. "Dialah yang
menjadikan kita dan punya Dialah kita" (Mzm. 100:3).
Allah adalah Bapa yang memberikan
kepada kita semua yang kita butuhkan. Dalam terang janji ini, apakah jaminan
agung yang Anda dapat temukan dalam Lukas 11:9-13?
Lukas 11:9-13
11:9 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu:
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
11:10 Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan.
11:11 Bapa manakah di antara kamu, jika
anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti
ikan?
11:12 Atau, jika ia minta telur, akan
memberikan kepadanya kalajengking?
11:13 Jadi jika kamu yang jahat tahu
memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!
Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
"Ampunilah kami akan dosa kami" (Lukas 11:4). Pengampunan adalah jantung Injil. Tanpa
pengampunan Allah, kita tidak mendapat keselamatan: "Kamu juga, meskipun
dahulu mati oleh pelanggaranmu... telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan
Dia, sesudah la mengampuni segala pelanggaran kita" (Kol. 2:13). Mereka yang telah mengalami
pengampunan Allah haruslah menjangkau keluar dan merangkul setiap jiwa yang
mungkin bersalah kepada mereka. Memohon ampun sebagaimana "kami pun
mengampuni" (Lukas 11:4) tidak berarti bahwa pengampunan Allah tergantung pada pengampunan kita
kepada orang lain; malahan, keadaan kita yang telah diampuni meminta bahwa
sebagai murid kita harus selalu hidup dalam memperluas lingkaran kasih karunia—menerima
kebajikan Allah di satu pihak dan juga melanjutkan kasih dan pengampunan-Nya
kepada orang-orang lain yang mungkin telah menyinggung perasaan kita.
"Janganlah membawa kami ke
dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami" (Luk. 11:4,
NKJV). Dua fakta yang perlu
diperhatikan. Pertama, pencobaan bukanlah dosa. Kata Yunani untuk
"pencobaan" adalah peirasmos. Kata benda bahasa Yunani yang berakhiran -asmos biasanya menjelaskan sebuah
proses, bukan hasil. Kitab Suci tidak melihat pencobaan sebagai suatu hasil
akhir; itu adalah metode, sebuah proses yang digunakan untuk mencapai suatu
hasil tertentu. Walaupun pencobaan bukanlah dosa, menyerah kepadanya adalah
dosa. Kedua, Allah bukanlah perencana pencobaan (Yak. 1:13). Allah dapat mengizinkan pencobaan terjadi, tetapi
Ia tidak pernah mencobai dalam arti memikat seseorang untuk berdosa. Jadi, doa
adalah pengakuan bahwa Allah adalah sumber kekuatan utama untuk melawan si
jahat.
Tinjaulah kembali Lukas 11:1-4.
Pikirkanlah tentang segala persoalan yang tercakup. Dalam cara bagaimanakah
pengalaman Anda pada setiap persoalan ini dapat diperkaya dan diperdalam
melalui doa?
Lukas 11:1-4
11:1 Pada suatu kali Yesus sedang berdoa
di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari
murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang
diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya."
11:2 Jawab Yesus kepada mereka:
"Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah
Kerajaan-Mu.
11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan
kami yang secukupnya
11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami,
sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah
membawa kami ke dalam pencobaan."
Kamis, 14 Mei Pelajaran Lanjutan Mengenai Doa
Segera setelah memberikan sebuah contoh doa kepada murid-murid-Nya, Yesus
mengajar mereka, melalui perumpamaan seorang sahabat di tengah malam (Luk. 11:5-13), perlunya doa
yang tekun. Kemudian, ketika mendekat pada akhir pelayanan-Nya. Ia
mengingatkan para pengikut-Nya perlunya penyesalan atas dosa dan kerendahan
hati dalam berdoa (Luk. 18:9-14). Kedua perumpamaan ini menunjukkan bahwa doa bukanlah hanya rutinitas agama,
tetapi sebuah perjalanan, percakapan, dan kehidupan dengan Bapa secara
terus-menerus.
Bacalah Lukas 11:5-8. Yesus
mengatakan perumpamaan ini untuk mendorong ketekunan dalam doa. Berdoa
bukanlah menjadi satu rutinitas. Sebaliknya, doa harus menjadi dasar dari
suatu hubungan—ketergantungan yang mutlak, tetap, dan terus-menerus kepada Allah.
Doa adalah napas jiwa: tanpa doa, kita mati secara rohani. Yesus mengatakan
perumpamaan seorang tetangga yang menolak menjadi tetangga yang baik.
Permohonan yang terus- menerus dari sahabatnya untuk sepotong roti demi
memenuhi keadaan darurat di tengah malam menjadi sia-sia. Tetapi akhirnya,
bahkan tetangga seperti itu menyerah dan mengalah kepada ketukan yang mengetuk
terus-menerus di tengah malam. Betapa lebih lagi Allah bagi seseorang yang
bertekun dalam doa? Ketekunan seperti itu bukan untuk mengubah pikiran Allah
tetapi menguatkan iman percaya kita.
Bacalah Lukas 18:9-14. Apakah pelajaran penting di sini mengenai doa?
Lukas 18:9-14
18:9 Dan kepada beberapa orang yang
menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus
mengatakan perumpamaan ini:
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait
Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa
dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak
sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah
dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri
jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul
diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini
pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu
tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Orang Farisi itu berharap Allah menyetujuinya berdasarkan pada apa yang dia
telah lakukan, perbuatan-perbuatan kebajikannya. Pemungut cukai itu menyerahkan
dirinya kepada kasih karunia Allah. Penerimaan Allah datang kepada kita bukan
berdasar pada siapa atau apa kita ini tetapi melalui kasih karunia- Nya saja.
Hanya mereka yang menyesal, rendah hati, dan hancur di hadapan Allah dapat
menerima kasih karunia itu.
"Kelemahlembutan dan
kerendahan hati adalah syarat-syarat keberhasilan dan kemenangan. Sebuah
mahkota kemuliaan sedang menunggu mereka yang sujud menyembah di kaki
salib."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 4, hlm. 190.
Orang-orang yang belum mengenal
Tuhan cenderung membandingkan dirinya dengan mereka yang, dianggapnya, lebih
buruk daripada mereka, semua itu untuk meyakinkan dirinya bahwa mereka tidak
sebegitu buruk. Mengapakah hal tersebut menyesatkan? Apakah hubungannya jika
orang lain lebih buruk daripada kita?
Jumat, 15 Mei
Pendalaman: "Jiwa yang berbalik kepada Allah untuk memperoleh pertolongan,
dukungan, kuasa, oleh doa setiap hari dengan sungguh-sungguh, akan memperoleh
aspirasi yang mulia, persepsi kebenaran dan tugas yang jelas, maksud-maksud
tindakan yang agung, dan lapar dan dahaga akan kebenaran yang terus-menerus.
Oleh mempertahankan hubungan dengan Aliah, kita akan disanggupkan untuk
menyebarkan kepada orang-orang lain, lewat pergaulan kita dengan mereka,
terang, damai, ketenangan, yang berkuasa di dalam hati kita. Kekuatan yang
diperoleh di dalam doa kita kepada Allah, bersatu dengan upaya yang tekun di dalam
melatih pikiran dalam keprihatinan dan menaruh perhatian, mempersiapkan
seseorang untuk tugas harian dan memelihara roh kedamaian dalam segala
keadaan."—Ellen G. White, Khotbah di Atas Bukit, hlm. 98.
"Dengan memanggil Allah Bapa
kita, kita mengakui semua anak-anak-Nya sebagai saudara-saudara kita. Kita
semua adalah sebagian dari jaringan besar umat manusia, semua anggota satu
keluarga. Dalam permintaan kita, harus kita masukkan sesama manusia seperti
diri kita. Tidak seorang pun dibenarkan berdoa minta berkat untuk dirinya
sendiri."—Hlm. 120.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
• Hubungan menurut Lukas antara Yesus dan Roh Kudus tidak berakhir di
Injilnya saja. Tidak seorang pun yang membaca buku Kisah, jilid kedua tulisan Lukas
mengenai sejarah gereja Kristen, yang tidak akan melihat dinamika menarik dari
Roh Kudus dalam kehidupan komunitas Kristen, misinya, dan para pelayannya.
Memang, hanya Lukas yang mencatat perintah Yesus kepada murid-murid-Nya
setelah kebangkitan-Nya untuk tinggal di Yerusalem sampai mereka
"diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi" (Luk. 24:49)
sebelum mereka dapat pergi sampai ke ujung bumi dengan pekabaran mengenai
Juruselamat yang telah disalibkan dan yang telah bangkit itu. Lukas kemudian
memulai buku Kisah dengan Yesus mengulangi janji Roh Kudus (Kisah 1:7, 8)
dan janji itu digenapi pada hari Pentakosta (Kisah 2). Apakah yang semua
ini katakan kepada kita mengenai peranan inti dari Roh Kudus di dalam kehidupan
jemaat?
• Dalam cara-cara apakah tindakan berdoa itu sendiri adalah pengakuan akan
ketergantungan dan kebutuhan kita akan Allah? Bacalah Lukas 18:9. Apakah
masalah kerohanian yang mendalam yang Yesus maksudkan dengan perumpamaan
setelah ayat itu?
PENUNTUN GURU
Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Lukas 11:9-11
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Sadarilah bahwa dalam hidup dan pelayanan-Nya,
Yesus tetap dekat dengan Roh Kudus dan menjalani satu contoh kehidupan doa.
Merasakan: Memahami bagaimana ketergantungan seseorang kepada
Roh
Kudus dan pada doa dalam berjalan
dalam jalan Kekristenan.
Melakukan: Carilah bimbingan Roh dan
"tetaplah berdoa."
Garis Besar Pelajaran:
I.
Mengetahui: Hubungan Yesus dengan
Roh Kudus dan Doa
•
Bagaimanakah
Yesus memandang Roh Kudus? Apakah perlu bagi- Nya, sebagai Ilahi, sangat
bergantung pada bimbingan Roh?
•
Peran apakah
yang doa mainkan dalam pelayanan Yesus?
•
Apakah yang
Yesus ajarkan tentang doa?
II.
Merasakan: Ketergantungan pada
Roh Kudus dan Doa
a.
Bagaimanakah
kita, sebagai orang Kristen, diberikan kuasa oleh Roh Kudus? Bagaimanakah
tindakan dan karakter kita mencerminkan kedekatan kita dengan Roh?
b.
Mengapakah
doa penting dalam hidup kita? Apakah itu mengungkapkan keterhubungan kita
kepada Allah?
c.
Apakah yang
bisa kita pelajari dari kehidupan doa Yesus? Bagaimanakah doa memungkinkan
kita untuk peperangan hidup?
III.
Melakukan: Carilah Roh dan Hidup
yang penuh Doa
a.
Apakah
jaminan yang kita miliki untuk hidup yang dikendalikan Roh?
b. Apakah artinya "berdoa tanpa
berkesudahan," dan bagaimanakah kita mewujudkan prinsip itu dalam
kehidupan kita?
Rangkuman: Iman dan kehidupan Kekristenan
yang dilahirkan serta dipelihara oleh Roh Kudus, sangatlah penting untuk
mempertahankan hidup melalui hubungan doa pujian yang tak henti-hentinya,
bersyukur, doa penyerahan, dan ketergantungan pada Allah.
Siklus Belajar
LANGKAH 1 - Memotivasi
Fokus Alkitab: Lukas 3:16; 4:1;
6:12,13; 22:39-46
Kunc i Utama untuk Pertumbuhan Rohani: "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak-anak Allah" (Roma 8:14). "Oleh Roh itu kita berseru:
'ya Abba, ya Bapa!"' (ayat 15). Sama seperti Roh Kudus dan doa memainkan peran
penting dalam kehidupan Yesus di dunia—dari konsepsi sampai penggodaan di
padang gurun, dari Getsemani sampai penyaliban—jadi itu juga harus bersama
kita. Berjalan dengan penuh kasih dan dekat dengan Roh Kudus serta iman yang
tak tergoyahkan dalam kuasa doa dapat memastikan pertumbuhan rohani,
perkembangan, dan upah akhir kita.
Untuk Guru: Hubungan kedekatan Yesus dengan
Roh Kudus memberikan pelajaran bagi kita rahasia kehidupan iman yang sukses.
Dan kehidupan ini dapat dipertahankan, dikembangkan, dan dikuduskan untuk
kemuliaan Tuhan jika kita mengikuti apa yang Yesus lakukan: Mempertahankan
hubungan yang taat dengan Allah melalui doa. Yesus dipimpin kepada hidup yang
berke- menangan melalui hubungan-Nya dengan Roh dan melalui ketergantungan- Nya
kepada Bapa-Nya melalui doa. Jadi kita juga bisa.
Aktivitas Pembuka Diskusi: Yesus adalah Pribadi Kedua dari Ketuhanan. Dia
adalah Allah. Sebagai seorang pemuda, Ia sepenuhnya menyadari hal ini. Mengapa,
kemudian, perlu bagi-Nya untuk menunggu turunnya Roh Kudus pada saat dibaptis
sebelum Dia bisa memulai pelayanan-Nya? Dan mengapa perlu bagi Kristus untuk
mencari kehendak Allah melalui doa sepanjang pelayanan-Nya dan bahkan sampai
pada hari-hari terakhirnya?
LANGKAH 2 - Menyelidiki
Untuk Guru: "Doa Kristus [saat baptisan-Nya] atas nama kemanusiaan hilang
dibelah jalan melalui setiap bayangan bahwa Setan telah dilemparkan antara
manusia dan Tuhan, dan meninggalkan saluran komunikasi yang jelas dengan takhta
kemuliaan. Gerbang dibiarkan terbuka, langit terbuka, dan Roh Allah, dalam
bentuk burung merpati, mengurapi kepala Kristus, dan suara Allah terdengar
berkata, 'Ini adalah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan."'
—Komentar Ellen G. White, The SDA Bible Commentary, jld. 5, hlm. 1078. Doa dan Roh Kudus adalah sumber
kekuatan Kristus dalam memerangi setiap rintangan Setan yang ditempatkan
dijalan. Ketika Anda mempelajari pelajaran minggu ini, tetaplah fokus kepada
Yesus dan Roh Kudus, Yesus dan kehidupan doa-Nya, serta Yesus dan kehidupan doa
kita.
Komentar Alkitab
I.
Yesus dan Roh Kudus
(Tinjau Kembali Lukas 4:14-IH
bersama kelas.)
Keempat Injil mencatat turunnya Roh Kudus kepada Yesus pada saat baptisan-Nya (Matius 3:16, Markus 1:10, Lukas 3:22, Yohanes 1:32), dan hubungan ini tetap bertahan selama hidup-Nya.
Berbekal kuasa Roh Kudus, Yesus menghadapi serangan Iblis di padang gurun dan
menang atas tipu muslihatnya yang mengalihkan Dia dari misi-Nya serta menyebabkan
Dia meragukan tempatNya dalam Keallahan (Lukas 4:1-13).
Kedekatan Kristus dengan Roh di padang gurun mengajarkan dua kebenaran
penting: Pertama, tiga Pribadi dari Keallahan terhubung oleh sebuah ikatan yang
kekal, terutama yang berkaitan dengan kekalahan Setan dan keselamatan umat
manusia. Kedua, kehidupan manusia bisa menang hanya dengan benar- benar
berkomitmen kepada Tuhan seperti yang kita tahu, menurut, dan mempraktekkan
Firman Tuhan yang diilhami oleh Roh Kudus. Hal ini berlaku baik kita yang
berada di tengah-tengah kelaparan dan kemiskinan, atau di tengah- tengah
ketertarikan dari semua godaan yang dapat disodorkan gemerlap dunia, atau
bahkan di tengah-tengah ujian kepada kebenaran janji-janji Allah. Hidup dalam
penurutan kepada Roh adalah hidup yang terhubung dengan Kristus dan, karenanya,
kita menang.
Selanjutnya, hubungan antara
Kristus dan Roh dijelaskan di Nazareth, di mana Kristus secara terbuka
menyatakan, "Roh Tuhan ada pada-Ku, karena Dia telah mengurapi Aku untuk
memberitakan Injil kepada orang miskin" (Lukas 4:18). Khotbah ini melibatkan penyebaran Injil dalam
semua dimensi—penebusan dari dosa, penyembuhan orang sakit, memulihkan patah
hati. memproklamirkan kebebasan bagi para tawanan, membuka mata orang buta, dan
membangkitkan orang mati (Lukas 4:18; 33 -35: 8:29;
51-56).
Pertanyaan
untuk Diskusi:
Hidup di dalam Yesus adalah hidup dalam Roh (lihat Rm.
8:14). Apa implikasi dari pernyataan
seperti itu?
II. Yesus dan Kehidupan Doa-Nya
(Tinjau Kembali
Lukas 3:21 dan Lukas 22:39-46 bersama kelas.)
Tindakan pertama Kristus setelah dibaptis adalah menyendiri dalam doa dan
persekutuan dengan Bapa-Nya. Dia perlu waktu untuk memetakan jalan ke depan.
Dia bisa melihat salib di kejauhan, tetapi jarak itu tidak harus meredupkan
visi-Nyajuga merusak tujuan dari mana Dia datang. Jadi selama 40 hari Dia
mengizinkan jiwa-Nya berjuang, menstabilkan, dan memperkuat. Jiwa yang berada
dalam persekutuan dengan Tuhan adalah sebuah kutukan kepada Setan.
Kemenangan Kristus dalam konflik dengan Setan
menunjukkan seberapa dekat dan intim hubungan-Nya dengan Bapa (Lukas 4:1, 2). Sementara
pemahaman misi terus mengarahkan-Nya dalam fokus, ketergantungan pada Firman Tuhan
dan komunikasi terus-menerus dengan Bapa melalui doa menyiapkan Yesus alasan
untuk mengusir si jahat. Itulah hubungan pribadi dan berkesinambungan dengan
Bapa yang memelihara Dia dalam setiap perjuangan hidup. Sebagai manusia, Yesus
menggunakan kuasa doa untuk tetap terhubung dengan Sumber kuasa surga.
Jadi, sebelum setiap peristiwa
besar dalam hidup-Nya—baik itu memilih Dua Belas, Transfigurasi, pertempuran di
Getsemani. atau kematian di kayu salib. (Lukas 6:12,
13: 9:28-36; 22:39-46; 23:46)—Yesus
menghidupkan doa untuk kekuatan, arahan, dan bimbingan dari Bapa-Nya.
"Sebagai manusia Dia memohon ke takhta Allah sampai kemanusiaan-Nya diisi
dengan suatu aliran surga yang akan menghubungkan kemanusiaan dengan keilahian.
Melalui hubungan yang pernah putus itu Ia telah menerima hidup dari Allah,
supaya Ia membagikan hidup kepada dunia ini." —Ellen G. White. Alfa dan Omega, jld. 5, hlm.
393.
III. Yesus dan Kehidupan Doa Kita
Dengan pengajaran dan teladan. Yesus mengharapkan murid-murid-Nya terlibat
dalam kehidupan doa jika demikian mereka dapat merasakan kebaikan Tuhan,
menjadi peserta aktif dalam m'isi-Nya, dan berhasil dalam perjuangan
sehari-hari melawan tipu daya Setan.
Apakah jenis kehidupan doa yang harus kita miliki? Injil Lukas mencatat
Yesus memberikan kita beberapa prinsip umum tentang doa, model doa, dan
beberapa kualitas yang harus menjadi ciri khas doa.
·
Prinsip-prinsip
umum yang harus membimbing sebuah doa Kristen: Berdoa untuk musuh Anda (Lukas 6:28); berdoa untuk pekerjaan Allah di
seluruh dunia (Lukas 10:2); berdoa untuk keberanian rohani (Lukas 18:1); berdoa dengan pengakuan dan kerendahan hati (ay. 10-14); berdoa selalu (Lukas 21:36)', berdoa untuk
tidak menyerah pada godaan (Lukas 22:40, 46). 0
·
Model doa (Lukas 11:1-4): Doa Bapa
Kami mengakui sentralitas Allah. Doa harus dimulai dari sini; jika tidak, itu
tidak lagi menjadi satu. Doa juga mengambil catatan tentang kita—kita adalah
ujung yang menghubungkan doa itu. Di satu sisi, kita mengakui supremasi Allah,
prioritas kerajaan-Nya, dan kehendak-Nya yang abadi. Di sisi lain, kita memohon
rezeki kita, kekuatan untuk mengatasi lika-liku kehidupan, dan hidup di luar
yang kita tidak ketahui dan belum pernah coba. Masa lalu, sekarang, dan masa
depan berada di bawah penyelidikan dan janji Tuhan yang tidak pernah gagal.
·
Kualitas yang
harus mencirikan kehidupan doa: Mengikuti model Getsemani, doa kita harus
memiliki inti pusat. "Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu."
Ketika itu terjadi, unsur doa bermakna mengikuti: ucapan syukur, ketergantungan
terus-menerus kepada Allah, ketekunan, penyesalan, kerendahan hati, dan
lain-lain (Lukas /1:5-8, 18:9-14).
Pertanyaan
untuk Diskusi:
"Aku tidak akan membiarkan
engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku." Pinta Yakub (Kejadian 32:26). Itulah
contoh doa desakan yang baik. Apakah hal lain yang dapat Anda pikirkan?
LANGKAH 3 - Mempraktikkan
Untuk Guru: Lukas menghubungkan Yesus dan Roh Kudus tidak
berakhir hanya di Injil saja. Tidak ada yang bisa membaca kitab Kisah Para
Rasul, jilid kedua dari sejarah Gereja Kristen (yang pertama adalah Injil
Lukas), tanpa mencatat dinamika menarik dari Roh Kudus dalam kehidupan
komunitas Kristen, misi, dan pelayanannya. Memang, hanya Lukas yang mencatat
instruksi pasca kebangkitan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk tinggal di
Yerusalem sampai mereka akan "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat
tinggi" (Lukas 24:49) sebagai syarat untuk pergi ke ujung bumi dengan pekabaran penyaliban dan
kebangkitan Juruselamat.
Pertanyaan untuk Dipikirkan:
·
Mengapakah
Lukas memulai kitab Kisah Para Rasul dengan pengulangan Yesus terhadap janji
Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:7, H) dan kemudian pemenuhan janji pada hari Pentakosta ketika para rasul
terus-menerus dalam doa (Kisah Para Rasul 2)
·
Bagaimanakah
Roh dan doa bersatu untuk menghasilkan gerakan terbesar di bumi—gereja Allah
kita yang kekal? Apa prestasi yang luar biasa yang mungkin dan dibutuhkan saat
ini?
LANGKAH 4 - Menciptakan
Untuk Guru: Lukas mencatat bahwa Yesus terus-menerus berdoa, dan ini benar terutama
sebelum krisis atau peristiwa-peristiwa dalam pelayanan-Nya, seperti pencobaan
di padang gurun (Lukas 4:1-3), pemilihan dua belas murid (Lukas 6:12, 13), dan Getsemani (Lukas
22:39-46). Mintalah kelas Anda untuk
mengenali/membayangkan situasi krisis yang mungkin terjadi, undanglah mereka
untuk berbagi bagaimana mereka berdoa dan apa saja bimbingan Alkitab yang
mereka cari. Beberapa krisis atau kejadian ini dapat mencakup:
·
Kehilangan
pekerjaan Mazmur 23________________
·
Seorang yang
dicintai menderita kanker____________
·
Pasangan yang
tidak setia_____________________
·
Menikahkan
putra atau putri __________
No comments:
Post a Comment