Pelajaran 7 Sekolah Sabat Triwulan II 2015, Berita Misi dan Penuntun Guru




BERITA MISI

HIDUP BARU DARI KEMATIAN
16 Mei | Jepang| Masaaki
Pos Misi
    Jepang adalah salah satu negara yang paling sulit dijangkau bagi Kristus. Budaya menghambat orang dari menjangkau untuk berbagi iman mereka dengan orang lain.
    Orang-orang Jepang sangat tradisional dan merasa menghormati terikat untuk mengamati festival keagamaan kuno, termasuk pemujaan leluhur. Tapi mereka tidak sangat religius. Hanya empat orang dari setiap 100 di Jepang adalah orang Kristen, dan hanya satu orang dari setiap 8.361 adalah Advent.
    Perhatikan cerita Misi Spotlight tentang Advent di Jepang dengan pergi ke www.MissionSpot- light.org. Ini gratis!
Sebagai pemilik perusahaan pemakaman di Jepang, saya dikelilingi oleh orang mati setiap hari karena saya mempersiapkan jenazah untuk pemakaman secara tidak langsung dan pemakaman langsung. Selama bertahun- tahun saya telah menyaksikan orang-orang berkabung karena kematian orang yang dicintai dan membuat upacara agama yang mereka butuhkan dalam rangka untuk memastikan bahwa yang meninggal memiliki perjalanan yang damai dan cepat dari kehidupan ini ke kehidupan berikutnya.

Menakutkan Roh
Jepang sekuler, tetapi kebanyakan orang menghormati nenek moyang mereka dengan doa, upacara yang rumit, dan ritual ibadah. Sebagian percaya bahwa roh orang yang sudah meninggal tidak langsung ke akhirat, tapi tinggal di bekas rumah sampai tujuh minggu setelah kematian. Keluarga menghindari meninggalkan rumah, takut bahwa hal itu akan menyinggung roh orang yang mereka cintai.
Selama ini keluarga melakukan upacara yang mereka percaya akan membantu langkah orang yang meninggal ke alam reinkarnasi berikutnya. Para pelayat membayar imam mereka untuk melakukan upacara di mana ia memberikan orang yang mereka cintai itu nama khusus yang akan memastikan masuk ke alam baka. Hanya demikian yang dapat membuat roh meninggalkan bekas rumah dan masuk ke akhirat yang akan bereinkarnasi sebagai manusia atau hewan atau bahkan serangga, tergantung pada perbuatan orang tersebut selama hidup mereka yang baru saja g meninggal. Orang-orang pasrah dengan banyak menahan diri dalam kehidupan mereka sebelum akhirnya membangun perbuatan baik yang cukup sebagai jasa ke surga.

Jalan yang Mana Setelah Kematian?
Ketika saya melihat pemimpin berbagai agama melakukan upacara pemakaman, saya melihat bahwa sebagian besar pemakaman, yang terlibat sangat berduka dan menangis, tapi orang-orang Kristen menahan kesedihan mereka dengan pengharapan. Mereka tampaknya memiliki keyakinan bahwa mereka akan melihat orang yang mereka cintai lagi. Tidak ada harapan seperti itu yang ada pada kebanyakan orang.

Saya mulai memerhatikan orang Kristen lebih dekat, memeriksa perbedaan antara keyakinan mereka
dan orang-orang yang saya kenal sejak kecil. Kristen menghadapi ke- matian dengan iman yang berakar pada Tuhan mereka. Pendeta mereka menunjukkan kasih sayang yang besar terhadap keluarga berduka dan berbicara tentang harapan mereka melihat orang yang mereka cintai lagi.
Suatu hari saya bertanggung jawab atas pemakaman di gereja Advent. Setelah persiapan saya selesai, saya duduk sendirian di gereja kosong dan membiarkan kedamaian tempat ibadah membungkus saya. Saya membayangkan tentang saat-saat kematian datang dekat dengan saya, saat saya hampir tenggelam di lautan, dan saat saya harus meninggal dalam kecelakaan sepeda motor yang mengerikan. Seperti yang saya ingat pengalaman menjelang kematian ini, saya terkejut karena bukannya merasa takut malahan saya merasa kedamaian. Saya merasakan pada saat itu bahwa saya tidak sendirian.
Beberapa malam kemudian saya bermimpi tentang Yesus. Saya terbangun berpikir tentang Yesus, dan saya tidak bisa kembali tidur. Keesokan paginya saya mengunjungi pendeta Advent. Kami berbicara tentang Tuhan untuk beberapa waktu. Pendeta meyakinkan saya bahwa Yesus ingin menjadi bagian dari hidup saya. Saya meminta pendeta untuk membantu saya belajar prinsip-prinsip Kristen; kami mulai dengan dasar-dasar, karena saya hampir tidak tahu apa pun. Saya ingin tahu bagaimana iman Kristen.
bisa memberikan pengikutnya harapan tersebut.
Saya sangat terkejut ketika mengetahui bahwa Tuhan yang sama yang menciptakan bumi, datang ke bumi untuk hidup dan mati sehingga manusia jatuh bisa hidup bersama-Nya selamanya. Saya belum pernah mendengar tentang cinta seperti itu!
Saya merenungkan dosa-dosa yang telah saya lakukan, dan bersu- kacita ketika saya menyadari bahwa semua yang harus saya lakukan adalah meminta Yesus Kristus untuk mengampuni dosa-dosa saya dan menerima saya sebagai anak-Nya. Saya berdoa untuk pertama kali kepada Allah Pencipta, dan Dia memenuhi hati saya dengan damai dan sukacita yang saya tidak pernah tahu.

Berbagi Iman
Saya tidak yakin bagaimana cara memberitahu keluarga saya tentang iman baru saya, jadi pada awalnya saya tidak berkata apa-apa. Segera saya menyadari bahwa saya tidak perlu memberitahu mereka; mereka melihat perubahan dalam hidup saya, kebahagiaan yang bersinar di wajah saya dan dalam eks presi saya. Mereka melihat bahwa saya tidak lagi minum alkohol, dan mereka melihat kebiasaan buruk lainnya menyelinap pergi.
Yang mengejutkan saya, keluarga saya mendukung saya. Mereka menghadiri pembaptisan saya dan bersukacita dengan saya dalam iman yang baru ditemukan di dalam Tuhan. Rekan-rekan saya dan teman-teman melihat perbedaan juga, dan bertanya apa yang terjadi. Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya telah bertemu dengan Allah yang hidup. Yesus Kristus, dan telah menerima karunia keselamatan-Nya
Sekarang ketika saya melakukan pemakaman untuk seseorang yang bukan orang Kristen, saya ingin keluarga berduka melihat perbedaan dalam hidup saya. Beberapa orang melihat, dan mereka bertanya apa yang membuat perbedaan. Saya memberitahu mereka saya seorang Kristen, dan Tuhan telah memberi saya kedamaian. Saya terus belajar Alkitab sehingga saya bisa menjawab orang-orang yang bertanya tentang iman saya dan tahu bagaimana untuk mendorong keluarga yang berduka yang saya temui setiap hari.



Pelajaran 7 Sekolah Sabat
*9-15 MEI

Yesus, Roh Kudus, dan Doa
SABAT PETANG

Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Luk. 2:25-32; Yoh. 16:5-7; Luk. 23:46; Luk. 11:1-4; Mat. 7:21-23; Luk. 11:9-13.

AYAT HAFALAN: "Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan" (Lukas 11:9,10).
Dari ketiga Injil sinoptis, Lukas lebih sering berbicara dibanding yang lain mengenai hubungan Yesus dengan Roh Kudus. Sementara Matius merujuk Roh Kudus 12 kali dan Markus enam kali, Lukas memiliki 17 rujukan dalam Injilnya dan 57 dalam kitab Kisah. Dari pembuahan Yesus menjadi manusia (Lukas 1:35) sampai kepada penegasan perintah misi sedu- nia-Nya (Lukas 24:44-49), Lukas melihat hubungan penting antara Yesus dan Roh Kudus. Hubungan itulah dasar untuk memahami pelayanan Juruselamat kita. Demikian juga, Lukas menunjukkan pentingnya berdoa dalam kehidupan dan misi Yesus. Sepenuhnya Ilahi, setara dengan Bapa dan Roh, Yesus dalam kemanusiaan-Nya meninggalkan kepada kita teladan dalam hal berdoa.
Jika Yesus melihat kebutuhan berdoa, betapa lebih wajib kita membutuhkannya?
"Tanpa doa yang tekun dan tetap maka kita berada di dalam bahaya semakin kurang berhati-hati dan menyimpang dari jalan kebenaran. Setan selalu berusaha terus menghalang-halangi jalan menuju takhta kemurahan itu, supaya kita tidak dapat bermohon yang sungguh-sungguh dalam iman memperoleh anugerah dan kuasa melawan pencobaan."—Ellen G. White, Kebahagiaan Sejati, hlm. 107.
* Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 16 Mei.
Minggu 10 Mei    Yesus dan Roh Kudus

Sebagai seorang bukan Yahudi yang bertobat dan rekan misionaris Rasul Paulus, Lukas melihat masuknya keseluruhan Kristologi ke dalam sejarah— dari penjelmaan Yesus sampai kepada kenaikan-Nya dan sampai kepada tersebarnya jemaat itu—sebagai suatu keajaiban Ilahi dan dituntun oleh Roh Kudus. Di dalam kehidupan Yesus kita melihat keseluruhan Keallahan bekerja dalam penebusan kita (Lukas 3:21. 22)\ dan. melalui rujukan-rujukannya yang terus menerus kepada Roh Kudus, Lukas menekankan hal ini.

Apakah yang ayat-ayat berikut ini katakan kepada kita mengenai peran Roh Kudus mengenai kedatangan Kristus di dunia dalam tubuh manusia? Lukas 1:35, 41; 2:25-32.

Lukas 1:35, 41; 2:25-32

1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
1:41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus,

2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,
2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:
2:29 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,
2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,
2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."

Misi Yesus dimulai dengan beberapa rujukan kepada Roh Kudus. Menurut Lukas, Yohanes Pembaptis meramalkan bahwa dia membaptis dengan air, namun la yang akan datang akan membaptis dengan Roh (Lukas 3:16). Pada waktu baptisan Yesus, baik Bapa dan Roh Kudus menegaskan keabsahan dari misi penebusan-Nya. Allah Bapa menyerukan dari atas bahwa Kristus adalah Anak yang dikasihi-Nya diutus untuk menebus umat manusia, sementara Roh Kudus turun kepada-Nya dalam bentuk seekor merpati (Lukas 3:21. 22). Sejak saat itu Yesus "penuh dengan Roh Kudus" (Lukas 4:1) dan siap untuk menghadapi musuh di padang gurun, demikian juga untuk memulai pelayanan-Nya (Lukas 4:14).
Kata-kata pendahuluan dari khotbah-Nya di Nazaret adalah aplikasi nubua- tan Mesianik Yesaya mengenai Diri-Nya: "Roh Tuhan ada pada-Ku" (aya! 18). Roh itu adalah pasangan-Nya terus-menerus, kekuatan yang meneguhkan- Nya, kehadiran yang tetap di antara pengikut-pengikut-Nya ketika Yesus tidak lagi berada di tengah-tengah mereka (Yohanes 16:5-7). Bukan itu saja. Yesus berjanji bahwa Allah akan memberikan karunia Roh kepada mereka yang meminta (Lukas 11:13). Roh yang pernah menghubungkan Kristus kepada Bapa- Nya dan misi penebusan itu adalah Roh yang sama yang akan meneguhkan murid-murid dalam perjalanan iman mereka. Oleh karena itu, pentingnya Roh itu dalam kehidupan Kristiani yang utama: sesungguhnya, menghujat Roh Kudus adalah yang paling berat dari semua dosa (Lukas 12:10).

Apakah wujud nyata, cara-cara praktis kita dapat membuka diri kita kepada tuntunan Roh Kudus? Artinya, bagaimanakah kita bisa berhati- hati sehingga pilihan-pilihan kita dalam cara apa pun tidak mengeraskan kita terhadap suara-Nya?


Senin, 11 Mei  Kehidupan Doa Yesus

Di antara banyak kisah Yesus berdoa, beberapa hanya dicatat dalam Injil Lukas. Perhatikanlah kejadian-kejadian berikut ini yang menunjukkan Yesus berdoa pada saat-saat penting dalam hidup-Nya.
   Yesus berdoa pada saat baptisan-Nya (Lukas 3:21). "Suatu masa baru dan penting sedang terbentang di hadapan-Nya. Sekarang la sedang memasuki perjuangan hidup-Nya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. i03. Dia tidak akan berani memulai babak pelayanan-Nya yang lebih luas—yang pada akhirnya akan membawa-Nya ke salib Golgota—tanpa doa.
   Yesus berdoa sebelum memilih 12 murid-Nya (Lukas 6:12, 13). Tidak ada seorang pemimpin memilih pengikutnya secara sembarangan. Namun Yesus bukan hanya memilih pengikut tetapi memilih mereka yang dapat benar-benar mengerti dan mengenali Pribadi-Nya dan misi-Nya. "Jabatan mereka adalah yang terpenting yang pernah diamanatkan kepada manusia, dan adalah yang diterima langsung dari Kristus sendiri."— Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 310.
   Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya (Lukas 9:18). Pemuridan menuntut komitmen yang sepenuhnya kepada Yesus dan pemahaman akan identitas- Nya. Supaya keduabelas murid dapat mengenal siapa Dia, Yesus "berdoa seorang diri," dan kemudian setelah itu Dia menantang mereka dengan pertanyaan penting itu: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" (Lukas 9:20).
   Yesus berdoa sebelum Dia dimuliakan (Lukas 9:28-36) dan mendapatkan bagi Diri-Nya sendiri pengesahan Surga yang kedua bahwa Ia adalah "Anak- Ku yang Ku-pilih." Ujian hingga saat ini dan ujian yang akan datang, tidak dapat mengubah hubungan dekat antara Bapa dan Anak. Doa itu juga menghasilkan murid-murid yang menjadi "saksi mata dari kebesaran-Nya" (2 Pir. 1:16).
   Yesus berdoa di Bukit Zaitun (Lukas 22:39-46). Barangkali inilah doa yang paling penting dalam sejarah keselamatan. Di sinilah kita dapati Juruse- lamat itu menghubungkan surga dan bumi. dan dengan demikian la menetapkan tiga prinsip penting: Keutamaan kehendak dan tujuan Allah; komitmen untuk melaksanakan keutamaan itu walaupun berisiko darah dan kematian; dan kekuatan untuk mengalahkan setiap pencobaan di sepanjang jalan menuju penggenapan tujuan Allah.
   Yesus berdoa, menyerahkan hidup-Nya ke dalam tangan Allah (Lukas 23:46). Dalam kata-kata-Nya yang terakhir di salib, "Ya Bapa, ke dalam tan- gan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Yesus memberikan kepada kita tujuan paling utama dari doa. Pada waktu kelahiran atau kematian, di hadapan musuh atau sahabat, ketika tidur atau bangun, doa haruslah menjaga hubungan kita tetap dengan Allah.

Apakah yang contoh-contoh ini katakan kepada Anda mengenai kehidupan berdoa Anda sendiri?


Selasa, 12 Mei  Contoh Doa (Bagian l)

Bacalah Lukas 11:1-4. Bagaimanakah ayat-ayat ini membantu kita untuk memahami bagaimana doa bekerja?

Lukas 11:1-4
11:1 Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya."
11:2 Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.
11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya
11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."


"Bapa" adalah cara kesukaan Kristus menggambarkan Allah dan tercatat demikian sekurangnya 170 kali di dalam keempat Injil. Dalam menyebut Allah sebagai Bapa kami, kita mengakui bahwa Allah adalah Pribadi, yang dapat melakukan hubungan paling akrab dengan manusia. Allah adalah pribadi, nyata, mengasihi, dan peduli seperti seorang Ayah. Tetapi Ia adalah Bapa di surga. Ia berbeda dari bapa kita di bumi, karena Ia adalah Mahakuasa, Mahatahu, dan Mahahadir, dan benar-benar suci.
Ungkapan "Bapa di surga" selamanya mengingatkan kita bahwa Allah adalah suci dan berpribadi dan bahwa Kekristenan bukanlah hanya sebuah gagasan filosofis atau bukanlah gagasan panteis mengenai Allah yang adalah segala sesuatu.
"Dikuduskanlah nama-Mu" (Lukas 11:2). Di sini juga kita mendapatkan sebuah pengingat terhadap kesucian dan kekudusan Allah itu. Mereka yang mengaku mengikut Dia dan masih berdosa kepada-Nya sedang menajiskan nama itu. Kata-kata Yesus dalam Matius 7:21-23 dapal menolong kita memahami dengan lebih baik apa artinya menguduskan nama Allah.
"Datanglah Kerajaan-Mu" (Lukas 11:2). Kitab Injil merujuk kerajaan Allah lebih dari 100 kali: hampir 40 dalam kitab Lukas, hampir 50 dalam kitab Matius, 16 dalam kitab Markus, dan 3 dalam kitab Yohanes. Inilah mengapa Yesus datang dan menyatakan dan menetapkan, baik realitas kerajaan kasih karunia sekarang ini dan janji akan kerajaan kemuliaan yang akan datang. Tidak memasuki kerajaan yang pertama itu, tidak akan dapat memasuki yang kedua, dan adalah harapan Juruselamat supaya murid-tnurid-Nya bisa mengalami kerajaan yang pertama dalam mengantisipasi yang kedua.
"Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga" (Lukas 11:2, NKJV). Kehendak Allah itu diakui dan dipatuhi di surga. Yesus mengambil fakta tersebut dan mengubahnya menjadi sebuah harapan supaya kehendak tersebut terjadi juga di bumi: "Di bumi" tidak menunjukkan secara umum tetapi tertentu saja. Kiranya kehendak Allah terjadi di bumi, tetapi kiranya hal itu dimulai dari kita, dari masing-masing kita secara pribadi.

Apakah Anda mengenal Tuhan itu, atau hanya mengetahui mengenai Dia? Dalam cara apakah kehidupan doa Anda dapat menarik Anda lebih dekat kepada-Nya?


Rabu, 13 Mei  Contoh Doa (Bagian 2)

"Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya" (Lukas 11:3). Permohonan ini dimulai dengan kata berikanlah. Apakah kata itu terucap dari bibir seorang jutawan atau seorang anak yatim piatu yang terus menerus kekurangan, doa tersebut sekaligus mengungkapkan ketergantungan dan pengakuan kepercayaan. Kita semua tergantung pada Allah, dan permohonan yang sangat penting, "Berikanlah," mendorong kita untuk mengakui bahwa Allah adalah sumber dari semua pemberian itu. Dia adalah Sang Pencipta. Dalam Dia kita hidup, bergerak, dan kita ada. "Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita" (Mzm. 100:3).

Allah adalah Bapa yang memberikan kepada kita semua yang kita butuhkan. Dalam terang janji ini, apakah jaminan agung yang Anda dapat temukan dalam Lukas 11:9-13?

Lukas 11:9-13
11:9 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
11:10 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
11:11 Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?
11:12 Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking?
11:13 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."


"Ampunilah kami akan dosa kami" (Lukas 11:4). Pengampunan adalah jantung Injil. Tanpa pengampunan Allah, kita tidak mendapat keselamatan: "Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu... telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah la mengampuni segala pelanggaran kita" (Kol. 2:13). Mereka yang telah mengalami pengampunan Allah haruslah menjangkau keluar dan merangkul setiap jiwa yang mungkin bersalah kepada mereka. Memohon ampun sebagaimana "kami pun mengampuni" (Lukas 11:4) tidak berarti bahwa pengampunan Allah tergantung pada pengampunan kita kepada orang lain; malahan, keadaan kita yang telah diampuni meminta bahwa sebagai murid kita harus selalu hidup dalam memperluas lingkaran kasih karunia—menerima kebajikan Allah di satu pihak dan juga melanjutkan kasih dan pengampunan-Nya kepada orang-orang lain yang mungkin telah menyinggung perasaan kita.
"Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami" (Luk. 11:4, NKJV). Dua fakta yang perlu diperhatikan. Pertama, pencobaan bukanlah dosa. Kata Yunani untuk "pencobaan" adalah peirasmos. Kata benda bahasa Yunani yang berakhiran -asmos biasanya menjelaskan sebuah proses, bukan hasil. Kitab Suci tidak melihat pencobaan sebagai suatu hasil akhir; itu adalah metode, sebuah proses yang digunakan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Walaupun pencobaan bukanlah dosa, menyerah kepadanya adalah dosa. Kedua, Allah bukanlah perencana pencobaan (Yak. 1:13). Allah dapat mengizinkan pencobaan terjadi, tetapi Ia tidak pernah mencobai dalam arti memikat seseorang untuk berdosa. Jadi, doa adalah pengakuan bahwa Allah adalah sumber kekuatan utama untuk melawan si jahat.

Tinjaulah kembali Lukas 11:1-4. Pikirkanlah tentang segala persoalan yang tercakup. Dalam cara bagaimanakah pengalaman Anda pada setiap persoalan ini dapat diperkaya dan diperdalam melalui doa?

Lukas 11:1-4
11:1 Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya."
11:2 Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.
11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya
11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."

Kamis, 14 Mei  Pelajaran Lanjutan Mengenai Doa

Segera setelah memberikan sebuah contoh doa kepada murid-murid-Nya, Yesus mengajar mereka, melalui perumpamaan seorang sahabat di tengah malam (Luk. 11:5-13), perlunya doa yang tekun. Kemudian, ketika mendekat pada akhir pelayanan-Nya. Ia mengingatkan para pengikut-Nya perlunya penyesalan atas dosa dan kerendahan hati dalam berdoa (Luk. 18:9-14). Kedua perumpamaan ini menunjukkan bahwa doa bukanlah hanya rutinitas agama, tetapi sebuah perjalanan, percakapan, dan kehidupan dengan Bapa secara terus-menerus.
Bacalah Lukas 11:5-8. Yesus mengatakan perumpamaan ini untuk mendorong ketekunan dalam doa. Berdoa bukanlah menjadi satu rutinitas. Sebaliknya, doa harus menjadi dasar dari suatu hubungan—ketergantungan yang mutlak, tetap, dan terus-menerus kepada Allah. Doa adalah napas jiwa: tanpa doa, kita mati secara rohani. Yesus mengatakan perumpamaan seorang tetangga yang menolak menjadi tetangga yang baik. Permohonan yang terus- menerus dari sahabatnya untuk sepotong roti demi memenuhi keadaan darurat di tengah malam menjadi sia-sia. Tetapi akhirnya, bahkan tetangga seperti itu menyerah dan mengalah kepada ketukan yang mengetuk terus-menerus di tengah malam. Betapa lebih lagi Allah bagi seseorang yang bertekun dalam doa? Ketekunan seperti itu bukan untuk mengubah pikiran Allah tetapi menguatkan iman percaya kita.

Bacalah Lukas 18:9-14. Apakah pelajaran penting di sini mengenai doa?

Lukas 18:9-14
18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Orang Farisi itu berharap Allah menyetujuinya berdasarkan pada apa yang dia telah lakukan, perbuatan-perbuatan kebajikannya. Pemungut cukai itu menyerahkan dirinya kepada kasih karunia Allah. Penerimaan Allah datang kepada kita bukan berdasar pada siapa atau apa kita ini tetapi melalui kasih karunia- Nya saja. Hanya mereka yang menyesal, rendah hati, dan hancur di hadapan Allah dapat menerima kasih karunia itu.
"Kelemahlembutan dan kerendahan hati adalah syarat-syarat keberhasilan dan kemenangan. Sebuah mahkota kemuliaan sedang menunggu mereka yang sujud menyembah di kaki salib."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 4, hlm. 190.

Orang-orang yang belum mengenal Tuhan cenderung membandingkan dirinya dengan mereka yang, dianggapnya, lebih buruk daripada mereka, semua itu untuk meyakinkan dirinya bahwa mereka tidak sebegitu buruk. Mengapakah hal tersebut menyesatkan? Apakah hubungannya jika orang lain lebih buruk daripada kita?

Jumat, 15 Mei

Pendalaman: "Jiwa yang berbalik kepada Allah untuk memperoleh pertolongan, dukungan, kuasa, oleh doa setiap hari dengan sungguh-sungguh, akan memperoleh aspirasi yang mulia, persepsi kebenaran dan tugas yang jelas, maksud-maksud tindakan yang agung, dan lapar dan dahaga akan kebenaran yang terus-menerus. Oleh mempertahankan hubungan dengan Aliah, kita akan disanggupkan untuk menyebarkan kepada orang-orang lain, lewat pergaulan kita dengan mereka, terang, damai, ketenangan, yang berkuasa di dalam hati kita. Kekuatan yang diperoleh di dalam doa kita kepada Allah, bersatu dengan upaya yang tekun di dalam melatih pikiran dalam keprihatinan dan menaruh perhatian, mempersiapkan seseorang untuk tugas harian dan memelihara roh kedamaian dalam segala keadaan."—Ellen G. White, Khotbah di Atas Bukit, hlm. 98.

"Dengan memanggil Allah Bapa kita, kita mengakui semua anak-anak-Nya sebagai saudara-saudara kita. Kita semua adalah sebagian dari jaringan besar umat manusia, semua anggota satu keluarga. Dalam permintaan kita, harus kita masukkan sesama manusia seperti diri kita. Tidak seorang pun dibenarkan berdoa minta berkat untuk dirinya sendiri."—Hlm. 120.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
      Hubungan menurut Lukas antara Yesus dan Roh Kudus tidak berakhir di Injilnya saja. Tidak seorang pun yang membaca buku Kisah, jilid kedua tulisan Lukas mengenai sejarah gereja Kristen, yang tidak akan melihat dinamika menarik dari Roh Kudus dalam kehidupan komunitas Kristen, misinya, dan para pelayannya. Memang, hanya Lukas yang mencatat perintah Yesus kepada murid-murid-Nya setelah kebangkitan-Nya untuk tinggal di Yerusalem sampai mereka "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi" (Luk. 24:49) sebelum mereka dapat pergi sampai ke ujung bumi dengan pekabaran mengenai Juruselamat yang telah disalibkan dan yang telah bangkit itu. Lukas kemudian memulai buku Kisah dengan Yesus mengulangi janji Roh Kudus (Kisah 1:7, 8) dan janji itu digenapi pada hari Pentakosta (Kisah 2). Apakah yang semua ini katakan kepada kita mengenai peranan inti dari Roh Kudus di dalam kehidupan jemaat?
      Dalam cara-cara apakah tindakan berdoa itu sendiri adalah pengakuan akan ketergantungan dan kebutuhan kita akan Allah? Bacalah Lukas 18:9. Apakah masalah kerohanian yang mendalam yang Yesus maksudkan dengan perumpamaan setelah ayat itu?



PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Lukas 11:9-11
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Sadarilah bahwa dalam hidup dan pelayanan-Nya, Yesus tetap dekat dengan Roh Kudus dan menjalani satu contoh kehidupan doa.
Merasakan: Memahami bagaimana ketergantungan seseorang kepada Roh
Kudus dan pada doa dalam berjalan dalam jalan Kekristenan.
Melakukan: Carilah bimbingan Roh dan "tetaplah berdoa."
Garis Besar Pelajaran:
I.       Mengetahui: Hubungan Yesus dengan Roh Kudus dan Doa
       Bagaimanakah Yesus memandang Roh Kudus? Apakah perlu bagi- Nya, sebagai Ilahi, sangat bergantung pada bimbingan Roh?
       Peran apakah yang doa mainkan dalam pelayanan Yesus?
       Apakah yang Yesus ajarkan tentang doa?
II.     Merasakan: Ketergantungan pada Roh Kudus dan Doa
a.     Bagaimanakah kita, sebagai orang Kristen, diberikan kuasa oleh Roh Kudus? Bagaimanakah tindakan dan karakter kita mencerminkan kedekatan kita dengan Roh?
b.     Mengapakah doa penting dalam hidup kita? Apakah itu mengungkapkan keterhubungan kita kepada Allah?
c.     Apakah yang bisa kita pelajari dari kehidupan doa Yesus? Bagaimanakah doa memungkinkan kita untuk peperangan hidup?
III.  Melakukan: Carilah Roh dan Hidup yang penuh Doa
a.     Apakah jaminan yang kita miliki untuk hidup yang dikendalikan Roh?
b.     Apakah artinya "berdoa tanpa berkesudahan," dan bagaimanakah kita mewujudkan prinsip itu dalam kehidupan kita?
Rangkuman: Iman dan kehidupan Kekristenan yang dilahirkan serta dipelihara oleh Roh Kudus, sangatlah penting untuk mempertahankan hidup melalui hubungan doa pujian yang tak henti-hentinya, bersyukur, doa penyerahan, dan ketergantungan pada Allah.


Siklus Belajar

LANGKAH 1 - Memotivasi
Fokus Alkitab: Lukas 3:16; 4:1; 6:12,13; 22:39-46

Kunc i Utama untuk Pertumbuhan Rohani: "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak-anak Allah" (Roma 8:14). "Oleh Roh itu kita berseru: 'ya Abba, ya Bapa!"' (ayat 15). Sama seperti Roh Kudus dan doa memainkan peran penting dalam kehidupan Yesus di dunia—dari konsepsi sampai penggodaan di padang gurun, dari Getsemani sampai penyaliban—jadi itu juga harus bersama kita. Berjalan dengan penuh kasih dan dekat dengan Roh Kudus serta iman yang tak tergoyahkan dalam kuasa doa dapat memastikan pertumbuhan rohani, perkembangan, dan upah akhir kita.
Untuk Guru: Hubungan kedekatan Yesus dengan Roh Kudus memberikan pelajaran bagi kita rahasia kehidupan iman yang sukses. Dan kehidupan ini dapat dipertahankan, dikembangkan, dan dikuduskan untuk kemuliaan Tuhan jika kita mengikuti apa yang Yesus lakukan: Mempertahankan hubungan yang taat dengan Allah melalui doa. Yesus dipimpin kepada hidup yang berke- menangan melalui hubungan-Nya dengan Roh dan melalui ketergantungan- Nya kepada Bapa-Nya melalui doa. Jadi kita juga bisa.
Aktivitas Pembuka Diskusi: Yesus adalah Pribadi Kedua dari Ketuhanan. Dia adalah Allah. Sebagai seorang pemuda, Ia sepenuhnya menyadari hal ini. Mengapa, kemudian, perlu bagi-Nya untuk menunggu turunnya Roh Kudus pada saat dibaptis sebelum Dia bisa memulai pelayanan-Nya? Dan mengapa perlu bagi Kristus untuk mencari kehendak Allah melalui doa sepanjang pelayanan-Nya dan bahkan sampai pada hari-hari terakhirnya?
LANGKAH 2 - Menyelidiki
Untuk Guru: "Doa Kristus [saat baptisan-Nya] atas nama kemanusiaan hilang dibelah jalan melalui setiap bayangan bahwa Setan telah dilemparkan antara manusia dan Tuhan, dan meninggalkan saluran komunikasi yang jelas dengan takhta kemuliaan. Gerbang dibiarkan terbuka, langit terbuka, dan Roh Allah, dalam bentuk burung merpati, mengurapi kepala Kristus, dan suara Allah terdengar berkata, 'Ini adalah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan."' —Komentar Ellen G. White, The SDA Bible Commentary, jld. 5, hlm. 1078. Doa dan Roh Kudus adalah sumber kekuatan Kristus dalam memerangi setiap rintangan Setan yang ditempatkan dijalan. Ketika Anda mempelajari pelajaran minggu ini, tetaplah fokus kepada Yesus dan Roh Kudus, Yesus dan kehidupan doa-Nya, serta Yesus dan kehidupan doa kita.

Komentar Alkitab
I.        Yesus dan Roh Kudus
(Tinjau Kembali Lukas 4:14-IH bersama kelas.)
Keempat Injil mencatat turunnya Roh Kudus kepada Yesus pada saat baptisan-Nya (Matius 3:16, Markus 1:10, Lukas 3:22, Yohanes 1:32), dan hubungan ini tetap bertahan selama hidup-Nya. Berbekal kuasa Roh Kudus, Yesus menghadapi serangan Iblis di padang gurun dan menang atas tipu muslihatnya yang mengalihkan Dia dari misi-Nya serta menyebabkan Dia meragukan tempatNya dalam Keallahan (Lukas 4:1-13).
Kedekatan Kristus dengan Roh di padang gurun mengajarkan dua kebenaran penting: Pertama, tiga Pribadi dari Keallahan terhubung oleh sebuah ikatan yang kekal, terutama yang berkaitan dengan kekalahan Setan dan keselamatan umat manusia. Kedua, kehidupan manusia bisa menang hanya dengan benar- benar berkomitmen kepada Tuhan seperti yang kita tahu, menurut, dan mempraktekkan Firman Tuhan yang diilhami oleh Roh Kudus. Hal ini berlaku baik kita yang berada di tengah-tengah kelaparan dan kemiskinan, atau di tengah- tengah ketertarikan dari semua godaan yang dapat disodorkan gemerlap dunia, atau bahkan di tengah-tengah ujian kepada kebenaran janji-janji Allah. Hidup dalam penurutan kepada Roh adalah hidup yang terhubung dengan Kristus dan, karenanya, kita menang.
Selanjutnya, hubungan antara Kristus dan Roh dijelaskan di Nazareth, di mana Kristus secara terbuka menyatakan, "Roh Tuhan ada pada-Ku, karena Dia telah mengurapi Aku untuk memberitakan Injil kepada orang miskin" (Lukas 4:18). Khotbah ini melibatkan penyebaran Injil dalam semua dimensi—penebusan dari dosa, penyembuhan orang sakit, memulihkan patah hati. memproklamirkan kebebasan bagi para tawanan, membuka mata orang buta, dan membangkitkan orang mati (Lukas 4:18; 33 -35: 8:29; 51-56).
Pertanyaan untuk Diskusi:
Hidup di dalam Yesus adalah hidup dalam Roh (lihat Rm. 8:14). Apa implikasi dari pernyataan seperti itu?
II.     Yesus dan Kehidupan Doa-Nya
(Tinjau Kembali Lukas 3:21 dan Lukas 22:39-46 bersama kelas.)
Tindakan pertama Kristus setelah dibaptis adalah menyendiri dalam doa dan persekutuan dengan Bapa-Nya. Dia perlu waktu untuk memetakan jalan ke depan. Dia bisa melihat salib di kejauhan, tetapi jarak itu tidak harus meredupkan visi-Nyajuga merusak tujuan dari mana Dia datang. Jadi selama 40 hari Dia mengizinkan jiwa-Nya berjuang, menstabilkan, dan memperkuat. Jiwa yang berada dalam persekutuan dengan Tuhan adalah sebuah kutukan kepada Setan.
Kemenangan Kristus dalam konflik dengan Setan menunjukkan seberapa dekat dan intim hubungan-Nya dengan Bapa (Lukas 4:1, 2). Sementara pemahaman misi terus mengarahkan-Nya dalam fokus, ketergantungan pada Firman Tuhan dan komunikasi terus-menerus dengan Bapa melalui doa menyiapkan Yesus alasan untuk mengusir si jahat. Itulah hubungan pribadi dan berkesinambungan dengan Bapa yang memelihara Dia dalam setiap perjuangan hidup. Sebagai manusia, Yesus menggunakan kuasa doa untuk tetap terhubung dengan Sumber kuasa surga.
Jadi, sebelum setiap peristiwa besar dalam hidup-Nya—baik itu memilih Dua Belas, Transfigurasi, pertempuran di Getsemani. atau kematian di kayu salib. (Lukas 6:12, 13: 9:28-36; 22:39-46; 23:46)—Yesus menghidupkan doa untuk kekuatan, arahan, dan bimbingan dari Bapa-Nya. "Sebagai manusia Dia memohon ke takhta Allah sampai kemanusiaan-Nya diisi dengan suatu aliran surga yang akan menghubungkan kemanusiaan dengan keilahian. Melalui hubungan yang pernah putus itu Ia telah menerima hidup dari Allah, supaya Ia membagikan hidup kepada dunia ini." —Ellen G. White. Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 393.
III. Yesus dan Kehidupan Doa Kita
Dengan pengajaran dan teladan. Yesus mengharapkan murid-murid-Nya terlibat dalam kehidupan doa jika demikian mereka dapat merasakan kebaikan Tuhan, menjadi peserta aktif dalam m'isi-Nya, dan berhasil dalam perjuangan sehari-hari melawan tipu daya Setan.
Apakah jenis kehidupan doa yang harus kita miliki? Injil Lukas mencatat Yesus memberikan kita beberapa prinsip umum tentang doa, model doa, dan beberapa kualitas yang harus menjadi ciri khas doa.
·      Prinsip-prinsip umum yang harus membimbing sebuah doa Kristen: Berdoa untuk musuh Anda (Lukas 6:28); berdoa untuk pekerjaan Allah di seluruh dunia (Lukas 10:2); berdoa untuk keberanian rohani (Lukas 18:1); berdoa dengan pengakuan dan kerendahan hati (ay. 10-14); berdoa selalu (Lukas 21:36)', berdoa untuk tidak menyerah pada godaan (Lukas 22:40, 46). 0
·      Model doa (Lukas 11:1-4): Doa Bapa Kami mengakui sentralitas Allah. Doa harus dimulai dari sini; jika tidak, itu tidak lagi menjadi satu. Doa juga mengambil catatan tentang kita—kita adalah ujung yang menghubungkan doa itu. Di satu sisi, kita mengakui supremasi Allah, prioritas kerajaan-Nya, dan kehendak-Nya yang abadi. Di sisi lain, kita memohon rezeki kita, kekuatan untuk mengatasi lika-liku kehidupan, dan hidup di luar yang kita tidak ketahui dan belum pernah coba. Masa lalu, sekarang, dan masa depan berada di bawah penyelidikan dan janji Tuhan yang tidak pernah gagal.
·      Kualitas yang harus mencirikan kehidupan doa: Mengikuti model Getsemani, doa kita harus memiliki inti pusat. "Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu." Ketika itu terjadi, unsur doa bermakna mengikuti: ucapan syukur, ketergantungan terus-menerus kepada Allah, ketekunan, penyesalan, kerendahan hati, dan lain-lain (Lukas /1:5-8, 18:9-14).
Pertanyaan untuk Diskusi:
"Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku." Pinta Yakub (Kejadian 32:26). Itulah contoh doa desakan yang baik. Apakah hal lain yang dapat Anda pikirkan?
LANGKAH 3 - Mempraktikkan
Untuk Guru: Lukas menghubungkan Yesus dan Roh Kudus tidak berakhir hanya di Injil saja. Tidak ada yang bisa membaca kitab Kisah Para Rasul, jilid kedua dari sejarah Gereja Kristen (yang pertama adalah Injil Lukas), tanpa mencatat dinamika menarik dari Roh Kudus dalam kehidupan komunitas Kristen, misi, dan pelayanannya. Memang, hanya Lukas yang mencatat instruksi pasca kebangkitan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk tinggal di Yerusalem sampai mereka akan "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi" (Lukas 24:49) sebagai syarat untuk pergi ke ujung bumi dengan pekabaran penyaliban dan kebangkitan Juruselamat.
Pertanyaan untuk Dipikirkan:
·         Mengapakah Lukas memulai kitab Kisah Para Rasul dengan pengulangan Yesus terhadap janji Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:7, H) dan kemudian pemenuhan janji pada hari Pentakosta ketika para rasul terus-menerus dalam doa (Kisah Para Rasul 2)
·         Bagaimanakah Roh dan doa bersatu untuk menghasilkan gerakan terbesar di bumi—gereja Allah kita yang kekal? Apa prestasi yang luar biasa yang mungkin dan dibutuhkan saat ini?
LANGKAH 4 - Menciptakan
Untuk Guru: Lukas mencatat bahwa Yesus terus-menerus berdoa, dan ini benar terutama sebelum krisis atau peristiwa-peristiwa dalam pelayanan-Nya, seperti pencobaan di padang gurun (Lukas 4:1-3), pemilihan dua belas murid (Lukas 6:12, 13), dan Getsemani (Lukas 22:39-46). Mintalah kelas Anda untuk mengenali/membayangkan situasi krisis yang mungkin terjadi, undanglah mereka untuk berbagi bagaimana mereka berdoa dan apa saja bimbingan Alkitab yang mereka cari. Beberapa krisis atau kejadian ini dapat mencakup:

·      Kehilangan pekerjaan Mazmur 23________________
·      Seorang yang dicintai menderita kanker____________
·      Pasangan yang tidak setia_____________________
·      Menikahkan putra atau putri __________








No comments:

Post a Comment