Para Wanita dalam Pelayanan Yesus
SABAT
PETANG
UNTUK
PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: Luk. 1:39-55; 2:36-38; 7:11-17, 36-50; RM. 10:17;
LUK. 8:1-3; 18:1-8.
AYAT
HAFALAN: "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam
Yesus Kristus.... Tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba
atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan; karena kamu semua
adalah satu di dalam Kristus Yesus" (Galatia 3:26-28).
Injil
Lukas sering disebut “Injil Para Wanita” karena, lebih banyak dibanding Injil
lain, Injil Lukas membuat penjelasan khusus akan kepedulian Yesus pada
kebutuhan para wanita dan juga akan keterlibatan wanita dalam pelayananNya.
Pada zaman Yesus, sebagaimana di beberapa kebudayaan sekarang ini, wanita
dipandang kurang berharga. Beberapa orang Yahudi pada waktu itu bersyukur
kepada Tuhan sebab mereka tidak diciptakan sebagai seorang hamba seorang bukan
Yahudi, atau seorang wanita. Masyarakat Yunani dan Romawi sering memperlakukan
wanita bahkan lebih buruk. Budaya Romawi mengembangkan sikap mengizinkan
ketidaksopanan yang hampir tanpa batas. Seorang pria sering mengambil istri
hanya untuk mendapatkan anak sah yang dapat mewarisi hartanya, dan memiliki
beberapa gundik untuk kesenangan persundalannya sendiri.
Terhadap
latar belakang para wanita diperlakukan dengan begitu buruk seperti itu, Yesus
membawakan kabar baik bahwa para wanita adalah, tantunya, keturunan Abraham
(lihat Lukas 13:16). Betapa senangnya para wanita mendengar hal tersebut saat
itu. di dalam Yesus, mereka adalah anak-anak Allah dan memiliki persamaan nilai
dengan laki-laki dalam pandangan Allah. Pekabaran hari ini kepada para wanita
dari segala bangsa tetap sama: kita semua, pria dan wanita, satu di dalam
Kristus Yesus.
*Pelajarilah
pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 9 Mei.
MINGGU, 3. MEI
Wanita yang
Menyambut Kedatangan Yesus
Hanya
Lukas yang mencatat reaksi dari para wanita terhadap keajaiban sejarah kosmik:
bahwa Anak Allah mengambil rupa manusia untuk menyelesaikan misi penebusan
Bapa-Nya dan menggenapi harapan tentang Mesias dari umatNya. Walaupun para
wanita ini tidak memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi, kata-kata dan
reaksi mereka kepada peristiwa yang menakjubkan ini mengungkapkan iman dan
ketakjuban mereka akan pekerjaan-pekerjaan Allah.
Bacalah
Lukas 1:39-45, pertemuan antara Elisabet dan Maria. Apakah yang dikatakan
Elisabet yang menunjukkan pengertiannya, walaupun terbatas. akan peristiwa
besar yang akan terjadi?
Lukas
1:39-45
(39) Beberapa
waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju
sebuah kota di Yehuda.
(40) Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
(41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di
dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
(42) lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di
antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
(43) Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
(44) Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang
di dalam rahimku melonjak kegirangan.
(45) Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan
kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
Setelah
Elisabet berbicara, Maria kemudian melanjutkan dengan kata-kata nya sendiri
(Lukas 1:46-55). Kata-kata ini sering dipahami sebagai sebuah nyanyian, yang
penuh dengan bagian-bagian dari Perjanjian Lama, membuktikan bahwa Maria adalah
pelajar Kitab Suci yang setia dan dengan demikian cocok untuk ibu Yesus.
Nyanyian Maria berakar tidak hanya dalam Kitab Suci tetapi jauh di dalam
hubungannya dengan Tuhan. Sebuah identitas muncul antara jiwanya dan Tuhannya,
dan antara imannya dan pengharapan Abraham.
Bacalah
Lukas 2:36-38. Apakah kebenaran penting yang diangkat dalam kisah Hana di Bait
Suci ini?
Lukas
2:36-38
(36) Lagipula di situ ada Hana, seorang
nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya.
Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,
(37) dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak
pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan
berdoa.
(38) Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur
kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan
kelepasan untuk Yerusalem.
Harapan
yang ditunggu-tunggu mendapat penggenapan yang radikal di dalam Yesus. Seorang
janda mengenal mukjizat itu, dan sejak itu misi yang harus dilakukannya adalah
untuk memberitakan Jurusielamat kepada semua mereka yang datang ke bait Allah.
Dia ini menjadi penginjil wanita pertama mengenai kabar baik itu.
Cobalah
bayangkan keheranan dan ketakjuban wanita-wanita ini saat peristiwa-peristiwa
terbuka di sekitar mereka. Apakah yang dapat kita lakukan untuk menolong supaya
di dalam hati kita tetap menyala keheranan dan ketakjuban dari
kebenaran-kebenaran besar yang kita telah dipanggil untuk memberitakan?
SENIN, 4 MEI
Para Wanita dan
Pelayanan Penyembuhan Yesus
Bacalah
Lukas 7:11-17, kisah mengenai mukjizat di Nain. Wanita ini miskin dan janda, kini
menghadapi satu lagi cobaan, kematian anak satu-satunya. Kerumunan besar
pelayat bersama-sama dengan dia dalam acara pemakaman, sedang mengungkapkan
belasungkawa dan simpati di depan umum. Kehilangan anak laki-laki satu-satunya
dibarengi ketidakpastian kehidupan seorang diri di hari yang akan datang
mengubah janda ini kepada gambaran kesedihan dan tanpa pengharapan.
Lukas
7:11-17
(11) Kemudian
Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama
dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
(12) Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar,
anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari
kota itu menyertai janda itu.
(13) Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!"
(14) Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para
pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!"
(15) Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus
menyerahkannya kepada ibunya.
(16) Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil
berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan
"Allah telah melawat umat-Nya."
(17) Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh
daerah sekitarnya.
Tetapi
iring-iringan pemakaman yang akan keluar dari kota itu bertemu dengan iring-iringan
lain yang sedang masuk. Di paling depan iring-iringan yang sedang keluar ada
kematian dalam keranda; di paling depan iring-iringan yang sedang masuk ada
kehidupan dalam keagungan sang Pencipta. Ketika iring-iringan ini bertemu,
Yesus memandang janda itu, tanpa harapan dan penuh kesedihan. “Ketika Tuhan
melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata
kepadanya: “Jangan menangis” (Lukas 7:13). Permintaan untuk jangan menangis
tidak berarti apa-apa kalau itu bukan dari Yesus, Tuhan kehidupan. Karena di
balik perintah “Jangan menangis” ada kuasa untuk menyingkirkan alasan mengapa
dia menangis: Yesus menghampirinya, menyentuh keranda itu, dan menyuruh anak
muda itu bangkit. Sentuhan itu dapat dianggap najis menurut adat (Bil.
19:11-13), tetapi bagi Yesus belas kasihan adalah lebih panting daripada aturan
adat. Menjawab kebutuhan manusia adalah lebih mendesak daripada mengikut ritual
belaka.
Kampung
Nain bukan hanya menyaksikan mukjizat besar tetapi juga mendapatkan pesan yang
luar biasa: Di dalam Yesus tidak ada perbedaan antara kepedihan emosional pria
dan wanita. Dan kehadiran-Nya menentang dan mengacaukan kuasa kematian.
Bacalah
juga Lukas 8:41, 42, 49-56. Yairus adalah seorang yang berpengaruh, kepala
sinagog, seorang petugas yang bertanggung jawab atas urusan dan pelayanan di
sinagog. Setiap hari Sabat ia akan memilih orang yang akan memimpin doa,
membaca Alkitab, dan berkhotbah. Ia bukan saja seorang yang istimewa dan
berpengaruh tetapi juga kaya dan berkuasa. Ia mencintai anaknya dan tidak
ragu-ragu mendekati Yesus untuk menyembuhkan anaknya.
Lukas
8:41, 42, 49-56.
(41) Maka datanglah seorang yang bernama
Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia
memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya,
(42) karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira
dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak
orang banyak.
(40) Ketika Yesus kembali, orang banyak
menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan Dia.
(41) Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah
ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya
Yesus datang ke rumahnya,
(42) karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira
dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak
orang banyak.
(43) Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita
pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun.
(44) Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya,
dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya.
(45) Lalu kata Yesus: "Siapa yang menjamah Aku?" Dan karena
tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: "Guru, orang banyak
mengerumuni dan mendesak Engkau."
(46) Tetapi Yesus berkata: "Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku
merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku."
(47) Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia
datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceriterakan kepada orang
banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi
sembuh.
(48) Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah
menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
(49) Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala
rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau
menyusah-nyusahkan Guru!"
(50) Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: "Jangan
takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat."
(51) Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut
masuk dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta
ibunya.
(52) Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus
berkata: "Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur."
(53) Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah
mati.
(54) Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: "Hai
anak bangunlah!"
(55) Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit
berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan.
(56) Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka
memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu.
Dalam
kisah-kisah ini, kuasa kata-kata Yesuslah yang membawa anak lelaki yang telah
meninggal kembali kepada ibunya dan anak perempuan yang telah meninggal kembali
kepada ayahnya. Pikirkan tentang bagaimana luar biasanya tindakan ini bagi
mereka yang telah melihatnya, teristimewa bagi orangtuanya. Apakah yang kisah
ini katakan kepada kita mengenai kuasa Allah? Apa yang kisah ini katakan kepada
kita mengenai betapa terbatasnya kita dalam memahami kuasa itu (bagaimanapun
juga, ilmu pengetahuan saat ini tidak memiliki petunjuk mengenai bagaimana ini
dapat terjadi). Yang paling panting, meskipun demikian, apakah yang harus kita
lakukan untuk belajar percaya dalam kuasa ini, dan kebaikannya Tuhan yang
menggunakannya, bagaimanapun keadaan kita sekarang?
SELASA, 5 MEI
Wanita yang
Bersyukur dan Beriman
Dalam
Lukas 7:36-50, Yesus mengubah acara jamuan menjadi suatu peristiwa rohani
panting yang memberikan martabat bagi seorang wanita berdosa. Simon, seorang
terpandang, seorang Farisi, mengundang Yesus untuk makan. Para undangan sudah
duduk, terjadi gangguan secara tiba-tiba: “Di kota itu ada seorang perempuan
yang terkenal sebagai seorang berdosa” (ayat 37) bergegas langsung menuju
Yesus. memecahkan buli-buli pualam berisi minyak wangi yang sangat mahal,
menuangkan urapannya kepada-Nya, sujud menyembah di kaki-Nya, dan membasuhNya
dengan air matanya.
Apakah
pelajaran yang dapat kita ambil dari tuangan penuh syukur wanita ini dan
penerimaan Yesus akan tindakan imannya?
“Bila
pada pandangan mata manusia perkaranya kelihatan tanpa harapan, Kristus melihat
dalam Maria kesanggupan bagi kebaikan. Ia melihat sifat-sifat tabiatnya yang
lebih baik. Rencana penebusan telah memberikan kepada manusia kemungkinan yang
besar, dan kepada Maria kemungkinan itu akan diwujudkan. Oleh anugerah-Nya ia
turut mengambil bagian dari sifat Ilahi,... Marialah yang mula-mula
memasyhurkan Juruselamat yang sudah bangkit itu.”-Ellen G. White, Alfa dan
Omega, jld. 6, hlm. 188-l89.
Dalam
Lukas 8:43-48, sebuah kasus keadaan yang paling buruk berubah menjadi tujuan
Juruselamat yang paling terhormat. Sekian lama, wanita ini mengalami penyakit
yang tidak dapat disembuhkan yang telah menghancurkan tubuh dan jiwanya. Namun,
di tengah-tengah tragedi yang telah 12 tahun ini, secercah harapan tiba-tiba
muncul di situ: “Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus” (Markus 5:27).
Lukas
8:43-48
(43) Adalah seorang perempuan yang sudah
dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh
siapapun.
(44) Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya,
dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya.
(45) Lalu kata Yesus: "Siapa yang menjamah Aku?" Dan karena
tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: "Guru, orang banyak
mengerumuni dan mendesak Engkau."
(46) Tetapi Yesus berkata: "Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku
merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku."
(47) Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia
datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceriterakan kepada orang
banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh.
(48) Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah
menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
Apakah
yang telah didengarnya? Sedikit atau banyak, kita tidak tahu. Tetapi dia tahu
bahwa Yesus peduli dengan orang miskin; Dia merangkul orang yang terbuang; Dia
pedulikan mereka yang putus asa, di antaranya adalah wanita ini. Tetapi
mendengar saja tidak cukup; mendengar harus menuntun kepada iman (Rm. 10-17).
Dan iman itu menuntunnya kepada tindakan sederhana menjamah ujung jubah-Nya.
Sentuhan itu terdorong oleh iman, memiliki tujuan, mujarab, dan berfokus pada
Kristus. Hanya iman seperti itu dapat menerima ucapan berkat dari pemberi
hidup: “Imanmu telah menyelamatkan engkau” (Lukas 8:48).
Sangat
mudah untuk memandang orang dan menghakimi mereka, bukan? Bahkan jika kita
sering tidak mengucapkannya. di dalam hati kita menghakimi mereka, hal itu juga
salah. Bagaimanakah kita dapat belajar untuk berhenti menghakimi orang lain,
sekali pun dalam hati, siapa tahu kita berada dalam situasi mereka, apakah yang
akan kita buat?
RABU, 6 MEI
Beberapa Wanita yang
Mengikuti Yesus
Bacalah
Lukas 10:38-42. Apakah kebenaran rohani penting yang dapat kita tarik dari
kisah ini (lihat juga Lukas 8:14) untuk diri kita sendiri?
Lukas
10:38-42
Maria dan Marta
(38) Ketika Yesus
dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang
perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
(39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini
duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
(40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata:
"Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani
seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."
(41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan
menyusahkan diri dengan banyak perkara,
(42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang
terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Sebagai
petugas untuk menjamu tamu-tamu, Marta “sibuk sekali melayani” (Lukas 10:40)
dan sibuk memberikan yang terbaik bagi tamu-tamunya. Tetapi Maria “duduk dekat
kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya” (ayat 39). Begitu sibuk
sehingga Martha mengeluh kepada Yesus bahwa dia dibiarkan untuk melakukan
pekerjaan berat sendirian. Walaupun Yesus tidak menegur Martha karena
kesibukannya melayani, Dia menunjukkan perlunya prioritas yang tepat dalam
kehidupan. Persekutuan dengan Yesus adalah yang pertama penting dalam
pemuridan; makan dapat menyusul.
"Pekerjaan
Kristus memerlukan pekerja-pekerja yang teliti dan bersemangat. Banyak bidang
pekerjaan yang luas bagi kaum Marta, dengan semangat mereka dalam pekerjaan
agama yang giat. Tetapi biarlah mereka duduk dengan Maria lebih dulu di dekat
kaki Yesus. Biarlah kerajinan, ketangkasan, dan tenaga mereka disucikan oleh
anugerah Kristus, dengan demikian kehidupan akan menjadi suatu kuasa yang tidak
terkalahkan bagi kebaikan."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6. hlm.
143.
Bacalah
Lukas 8:1-3; 23:55, 56; 24:1-12. Apakah yang ayat-ayat ini ajarkan mengenai
peranan wanita dalam pelayanan Kristus?
Lukas
8:1-3; 23:55, 56; 24:1-12
(1) Tidak lama
sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa
memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan
Dia,
(2) dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh
jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah
dibebaskan dari tujuh roh jahat,
(3) Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan
lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
(13) Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam
kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat,
(14) dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini
kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku
telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya
tidak ada yang kudapati pada-Nya.
(15) Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami.
Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan
hukuman mati.
(16) Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."
(17) (Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.)
(18) Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia,
lepaskanlah Barabas bagi kami!"
(19) Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu
pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan.
(20) Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka,
karena ia ingin melepaskan Yesus.
(21) Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia!
Salibkanlah Dia!"
(22) Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa
yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang
kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar
Dia, lalu melepaskan-Nya."
(23) Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan,
dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka.
(24) Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan.
(25) Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena
pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus
diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.
(26) Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama
Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu
di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.
(27) Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan
yang menangisi dan meratapi Dia.
(28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri
Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri
dan anak-anakmu!
(29) Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan
mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah
menyusui.
(30) Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa
kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami!
(31) Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang
akan terjadi dengan kayu kering?"
(32) Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk
dihukum mati bersama-sama dengan Dia.
(33) Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka
menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di
sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.
(34) Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi
pakaian-Nya.
(35) Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin
mengejek Dia, katanya: "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia
menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih
Allah."
(36) Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan
anggur asam kepada-Nya
(37) dan berkata: "Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah
diri-Mu!"
(38) Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja orang
Yahudi".
(39) Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya:
"Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"
(40) Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau
takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?
(41) Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang
setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang
salah."
(42) Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau
datang sebagai Raja."
(43) Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari
ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
(44) Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan
meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga,
(45) sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua.
(46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam
tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia
menyerahkan nyawa-Nya.
(47) Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah,
katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"
(48) Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ
untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil
memukul-mukul diri.
(49) Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk
perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan
melihat semuanya itu.
(50) Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan
seorang yang baik lagi benar.
(51) Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal
dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah.
(52) Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.
(53) Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain
lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di
mana belum pernah dibaringkan mayat.
(54) Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai.
(55) Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari
Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya
dibaringkan.
(56) Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur.
(23-56b) Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat,
(1) tetapi pagi-pagi benar pada hari
pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah
disediakan mereka.
(2) Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu,
(3) dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus.
(4) Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada
dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan.
(5) Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara
orang mati?
(6) Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang
dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea,
(7) yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang
berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."
(8) Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu.
(9) Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya
itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain.
(10) Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan
Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan
mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul.
(11) Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong
dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu.
(12) Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur
itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia
pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi
Ketika
pelayanan-Nya semakin luas, Yesus “berjalan berkeliling dari kota ke kota dan
dari desa ke desa, memberitakan” dan mengajar (Lukas 8:1), dengan kedua belas
murid bersama-sama dengan Dia. Lukas juga mencatat kesaksian yang berkuasa oleh
beberapa wanita tertentu yang Yesus telah sembuhkan, yang tersentuh oleh
khotbah-Nya, dan orang-orang kaya, juga mengikut Dia dalam pelayanan-Nya yang
semakin besar. Berikut ini ada beberapa yang Lukas sebutkan: (1) Beberapa orang
perempuan tertentu yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat, termasuk Maria
Magdalena; (2) Yohana, isteri Khuza, bendahara Herodes; (3) Susana; (4) “Banyak
perempuan lain... melayani rombongan itu” (ayal 3).
Ketika
kita mengerti bahwa Yesus mati bagi setiap manusia, kita dapat lebih memahami
kesetaraan sejati setiap orang di hadapan Allah. Seberapa baikkah kita
merefleksikan kebenaran ini dalam sikap kita terhadap orang lain? Artinya,
bagaimanakah Anda dapat melenyapkan, bila perlu, setiap sikap di mana Anda
mungkin cenderung meremehkan orang lain yang terkadang kurang layak
dibandingkan dengan diri Anda sendiri?
KAMIS, 7 MEI
Bertekun dalam Doa,
Berkorban dalam Memberi
Lukas
menunjukkan bahwa Yesus berpaling kepada kedua janda untuk mengajarkan
kebenaran rohani yang penting.
Pada
peristiwa pertama (Lukas 18:1-8), Yesus merasa iba kepada seorang janda yang
malang dan tidak berdaya yang datang kepada seorang hakim yang berkuasa dan
tidak takut akan Allah dalam usahanya untuk memperoleh keadilan. Perempuan ini
adalah korban ketidakadilan dan kecurangan, namun, dia percaya aturan hukum dan
keadilan. Tetapi hakim itu “tidak takut akan Allah” dan “tidak menghormati
seorang pun,” jadi jelas dia tidak peduli untuk menolong janda ini.
Memperhatikan janda-janda adalah syarat Alkitabiah (Kel. 22:22-24; Mzm. 68:6;
Yes. 1:17), tetapi hakim ini dengan seenaknya mengabaikan Hukum Taurat. Namun,
janda ini mempunyai satu senjata, ketekunan, dan dia menggunakannya terus-menerus
menghadap hakim dan mendapatkan keadilannya.
Perumpamaan
ini mengajarkan kepada kita tiga pelajaran penting: (1) Tetaplah berdoa dan
tidak pernah patah semangat (Lukas 18:1), (2) Doa mengubah banyak hal bahkan
hati seorang hakim yang jahat, dan (3) Iman yang gigih adalah iman yang
menaklukkan. Iman sejati memiliki nasihat yang abadi kepada setiap orang
Kristen: Pantang menyerah, walaupun artinya harus menunggu penjelasannya ketika
“Anak Manusia itu datang” (ayat 8).
Pada
peristiwa kedua (Lukas 21:1-4; Markus 12:41-44), tidak lama setelah Yesus
selesai mencela kemunafikan beragama dan tuntutan ahli-ahli Taurat dan para
pemuka di sekitar bait Allah yang Dia kemudian menunjukkan perbedaan mencolok
kepada mereka: seorang janda miskin yang mengungkapkan sifat agama yang sejati.
Yesus
menggambarkan beberapa pemimpin agama sebagai orang yang “menelan rumah
janda-janda” (Lukas 20:47) dan yang melanggar amanat Alkitabiah untuk
memperhatikan janda-janda dan orang miskin. Sebagaimana dewasa ini, ada banyak
orang memberi supaya kelihatan saleh saja; dan parahnya, apa yang mereka
berikan mereka berikan dari kelebihan kekayaan mereka, Pemberian mereka
betul-betul tanpa diliputi pengorbanan pribadi. Sebaliknya, Yesus menyuruh
kepada murid-murid-Nya memandang kepada janda itu sebagai contoh agama sejati,
karena dia memberi seluruh yang dimilikinya.
Pamer
adalah motivasi dari kelompok yang pertama; berkorban dan kemuliaan Allah
adalah motivasi janda itu. Untuk mengakui kepemilikan Tuhan atas segala yang
dia miliki dan untuk melayani Nya dengan segala yang dia miliki itulah semangat
yang menggerakkan janda itu dalam memberikan dua peser uangnya. Apa yang
diperhitungkan di hadapan mata Pencipta yang dapat melihat segala sesuatu bukan
apa yang kita berikan tetapi alasan kita memberi; bukan seberapa banyak yang
kita berikan tetapi berapa ukuran pengorbanan kita.
Berapa
banyakkah yang Anda korbankan untuk kebaikan orang lain dan demi untuk Tuhan?
JUMAT,
8 MEI
PENDALAMAN:
Dia
yang mengingat ibu-Nya ketika sedang tergantung dalam penderitaan di atas kayu
salib; yang menampakkan diri kepada wanita-wanita yang sedang menangis dan
menjadikan mereka jurukabar-Nya untuk menyampaikan kabar kesukaan pertama dari
Juruselamat yang telah bangkit-sekarang ini Dia adalah sahabat dekat dan
bersedia menolong mereka dalam segala perkara yang berhubungan dengan
kehidupan."-Ellen G. White, The Adventist Home, hlm. 204.
"Allah
memiliki pekerjaan bagi wanita demikian juga pria. Mereka dapat mengambil
tempat dalam pekerjaan-Nya pada krisis ini, dan Dia akan bekerja melalui
mereka. Jika mereka dipenuhi dengan rasa tanggungjawab, dan bekerja di bawah
pengaruh Roh Kudus, mereka akan memiliki penguasaan diri yang diperlukan saat
ini. Juruselamat akan merefleksikan kepada para wanita yang mengorbankan diri
ini, sinar kemuliaan wajah-Nya, dan akan memberikan kepada mereka kekuatan
melampaui para pria. Mereka dapat melakukan pekerjaan yang pria tidak dapat
lakukan dalam keluarga, pekerjaan yang dapat menjangkau sampai kepada kehidupan
batiniah. Mereka dapat datang mendekati hati mereka yang pria tidak dapat.
Tenaga mereka dibutuhkan."-Ellen G. White, Evangelism, hlm. 464,
465.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.
Salah satu aspek yang paling menarik dari Injil, termasuk Lukas, menyangkut
peranan wanita dalam hal kebangkitan Yesus. Semua kisah Injil ada para wanita
sebagai yang pertama melihat Kristus bangkit dan memberitakan kebangkitan-Nya
kepada orang lain. Pembela-pembela Alkitab telah menggunakan fakta ini untuk
membantu menegaskan realitas kebangkitan tubuh Yesus, yang beberapa orang
sangkal dan pertanyakan. Mengapa peranan wanita di sini menjadi begitu penting?
Karena jika, sebagaimana beberapa pernyataan, kisah kebangkitan Yesus adalah
rekayasa para penulis, mengapa mereka menempatkan wanita, yang tidak begitu
dihargai oleh masyarakat itu, sebagai yang pertama melihat dan memberitakan
Yesus? Jika mereka mengarang cerita supaya berusaha membuat orang-orang pada
saat itu percaya, mengapa menggunakan para wanita gantinya pria? Diskusikanlah.
2.
Dalam masyarakat yang tidak selalu mengaKui martabat wanita, Yesus memberikan
kepada mereka kedudukan milik mereka dalam tatanan penciptaan Allah: Mereka
adalah anak-anak Allah, anak-anak Abraham, dan setara dengan pria dalam era
baru Injil. Saat yang sama, walaupun sama di hadapan Allah, pria dan wanita
tidaklah sama. Bagaimana kita menegaskan kesetaraan pria dan wanita di hadapan
Allah dan meskipun saat yang sama meneguhkan dan mengakui perbedaannya, dan
bagaimanakah perbedaan itu berperan dalam kehidupan jemaat?
No comments:
Post a Comment