Pelajaran 6 Triwulan II 2015



Para Wanita dalam Pelayanan Yesus

SABAT PETANG

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: Luk. 1:39-55; 2:36-38; 7:11-17, 36-50; RM. 10:17; LUK. 8:1-3; 18:1-8.

AYAT HAFALAN: "Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.... Tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan; karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus" (Galatia 3:26-28).

Injil Lukas sering disebut “Injil Para Wanita” karena, lebih banyak dibanding Injil lain, Injil Lukas membuat penjelasan khusus akan kepedulian Yesus pada kebutuhan para wanita dan juga akan keterlibatan wanita dalam pelayananNya. Pada zaman Yesus, sebagaimana di beberapa kebudayaan sekarang ini, wanita dipandang kurang berharga. Beberapa orang Yahudi pada waktu itu bersyukur kepada Tuhan sebab mereka tidak diciptakan sebagai seorang hamba seorang bukan Yahudi, atau seorang wanita. Masyarakat Yunani dan Romawi sering memperlakukan wanita bahkan lebih buruk. Budaya Romawi mengembangkan sikap mengizinkan ketidaksopanan yang hampir tanpa batas. Seorang pria sering mengambil istri hanya untuk mendapatkan anak sah yang dapat mewarisi hartanya, dan memiliki beberapa gundik untuk kesenangan persundalannya sendiri.

Terhadap latar belakang para wanita diperlakukan dengan begitu buruk seperti itu, Yesus membawakan kabar baik bahwa para wanita adalah, tantunya, keturunan Abraham (lihat Lukas 13:16). Betapa senangnya para wanita mendengar hal tersebut saat itu. di dalam Yesus, mereka adalah anak-anak Allah dan memiliki persamaan nilai dengan laki-laki dalam pandangan Allah. Pekabaran hari ini kepada para wanita dari segala bangsa tetap sama: kita semua, pria dan wanita, satu di dalam Kristus Yesus.

*Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 9 Mei.

MINGGU, 3. MEI
Wanita yang Menyambut Kedatangan Yesus

Hanya Lukas yang mencatat reaksi dari para wanita terhadap keajaiban sejarah kosmik: bahwa Anak Allah mengambil rupa manusia untuk menyelesaikan misi penebusan Bapa-Nya dan menggenapi harapan tentang Mesias dari umatNya. Walaupun para wanita ini tidak memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi, kata-kata dan reaksi mereka kepada peristiwa yang menakjubkan ini mengungkapkan iman dan ketakjuban mereka akan pekerjaan-pekerjaan Allah.

Bacalah Lukas 1:39-45, pertemuan antara Elisabet dan Maria. Apakah yang dikatakan Elisabet yang menunjukkan pengertiannya, walaupun terbatas. akan peristiwa besar yang akan terjadi?
Lukas 1:39-45
Maria dan Elisabet
(39) Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.

(40) Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.

(41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,

(42) lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.

(43) Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?

(44) Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.

(45) Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."

Setelah Elisabet berbicara, Maria kemudian melanjutkan dengan kata-kata nya sendiri (Lukas 1:46-55). Kata-kata ini sering dipahami sebagai sebuah nyanyian, yang penuh dengan bagian-bagian dari Perjanjian Lama, membuktikan bahwa Maria adalah pelajar Kitab Suci yang setia dan dengan demikian cocok untuk ibu Yesus. Nyanyian Maria berakar tidak hanya dalam Kitab Suci tetapi jauh di dalam hubungannya dengan Tuhan. Sebuah identitas muncul antara jiwanya dan Tuhannya, dan antara imannya dan pengharapan Abraham.

Bacalah Lukas 2:36-38. Apakah kebenaran penting yang diangkat dalam kisah Hana di Bait Suci ini?
Lukas 2:36-38

(36) Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,


(37) dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

(38) Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Harapan yang ditunggu-tunggu mendapat penggenapan yang radikal di dalam Yesus. Seorang janda mengenal mukjizat itu, dan sejak itu misi yang harus dilakukannya adalah untuk memberitakan Jurusielamat kepada semua mereka yang datang ke bait Allah. Dia ini menjadi penginjil wanita pertama mengenai kabar baik itu.

Cobalah bayangkan keheranan dan ketakjuban wanita-wanita ini saat peristiwa-peristiwa terbuka di sekitar mereka. Apakah yang dapat kita lakukan untuk menolong supaya di dalam hati kita tetap menyala keheranan dan ketakjuban dari kebenaran-kebenaran besar yang kita telah dipanggil untuk memberitakan?


SENIN, 4 MEI
Para Wanita dan Pelayanan Penyembuhan Yesus

Bacalah Lukas 7:11-17, kisah mengenai mukjizat di Nain.  Wanita ini miskin dan janda, kini menghadapi satu lagi cobaan, kematian anak satu-satunya. Kerumunan besar pelayat bersama-sama dengan dia dalam acara pemakaman, sedang mengungkapkan belasungkawa dan simpati di depan umum. Kehilangan anak laki-laki satu-satunya dibarengi ketidakpastian kehidupan seorang diri di hari yang akan datang mengubah janda ini kepada gambaran kesedihan dan tanpa pengharapan.

Lukas 7:11-17
Yesus membangkitkan anak muda di Nain
(11) Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.

(12) Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.

(13) Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!"

(14) Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"

(15) Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.

(16) Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya."

(17) Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.

Tetapi iring-iringan pemakaman yang akan keluar dari kota itu bertemu dengan iring-iringan lain yang sedang masuk. Di paling depan iring-iringan yang sedang keluar ada kematian dalam keranda; di paling depan iring-iringan yang sedang masuk ada kehidupan dalam keagungan sang Pencipta. Ketika iring-iringan ini bertemu, Yesus memandang janda itu, tanpa harapan dan penuh kesedihan. “Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis” (Lukas 7:13). Permintaan untuk jangan menangis tidak berarti apa-apa kalau itu bukan dari Yesus, Tuhan kehidupan. Karena di balik perintah “Jangan menangis” ada kuasa untuk menyingkirkan alasan mengapa dia menangis: Yesus menghampirinya, menyentuh keranda itu, dan menyuruh anak muda itu bangkit. Sentuhan itu dapat dianggap najis menurut adat (Bil. 19:11-13), tetapi bagi Yesus belas kasihan adalah lebih panting daripada aturan adat. Menjawab kebutuhan manusia adalah lebih mendesak daripada mengikut ritual belaka.

Kampung Nain bukan hanya menyaksikan mukjizat besar tetapi juga mendapatkan pesan yang luar biasa: Di dalam Yesus tidak ada perbedaan antara kepedihan emosional pria dan wanita. Dan kehadiran-Nya menentang dan mengacaukan kuasa kematian.

Bacalah juga Lukas 8:41, 42, 49-56. Yairus adalah seorang yang berpengaruh, kepala sinagog, seorang petugas yang bertanggung jawab atas urusan dan pelayanan di sinagog. Setiap hari Sabat ia akan memilih orang yang akan memimpin doa, membaca Alkitab, dan berkhotbah. Ia bukan saja seorang yang istimewa dan berpengaruh tetapi juga kaya dan berkuasa. Ia mencintai anaknya dan tidak ragu-ragu mendekati Yesus untuk menyembuhkan anaknya.

Lukas 8:41, 42, 49-56.

(41) Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya,


(42) karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak.


(40) Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan Dia.


(41) Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya,

(42) karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak.

(43) Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun.

(44) Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya.

(45) Lalu kata Yesus: "Siapa yang menjamah Aku?" Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: "Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau."

(46) Tetapi Yesus berkata: "Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku."

(47) Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh.

(48) Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"

(49) Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!"

(50) Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: "Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat."

(51) Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut masuk dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya.

(52) Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: "Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur."

(53) Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati.

(54) Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: "Hai anak bangunlah!"

(55) Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan.

(56) Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu.

Dalam kisah-kisah ini, kuasa kata-kata Yesuslah yang membawa anak lelaki yang telah meninggal kembali kepada ibunya dan anak perempuan yang telah meninggal kembali kepada ayahnya. Pikirkan tentang bagaimana luar biasanya tindakan ini bagi mereka yang telah melihatnya, teristimewa bagi orangtuanya. Apakah yang kisah ini katakan kepada kita mengenai kuasa Allah? Apa yang kisah ini katakan kepada kita mengenai betapa terbatasnya kita dalam memahami kuasa itu (bagaimanapun juga, ilmu pengetahuan saat ini tidak memiliki petunjuk mengenai bagaimana ini dapat terjadi). Yang paling panting, meskipun demikian, apakah yang harus kita lakukan untuk belajar percaya dalam kuasa ini, dan kebaikannya Tuhan yang menggunakannya, bagaimanapun keadaan kita sekarang?

SELASA, 5 MEI
Wanita yang Bersyukur dan Beriman

Dalam Lukas 7:36-50, Yesus mengubah acara jamuan menjadi suatu peristiwa rohani panting yang memberikan martabat bagi seorang wanita berdosa. Simon, seorang terpandang, seorang Farisi, mengundang Yesus untuk makan. Para undangan sudah duduk, terjadi gangguan secara tiba-tiba: “Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa” (ayat 37) bergegas langsung menuju Yesus. memecahkan buli-buli pualam berisi minyak wangi yang sangat mahal, menuangkan urapannya kepada-Nya, sujud menyembah di kaki-Nya, dan membasuhNya dengan air matanya.

Apakah pelajaran yang dapat kita ambil dari tuangan penuh syukur wanita ini dan penerimaan Yesus akan tindakan imannya?

“Bila pada pandangan mata manusia perkaranya kelihatan tanpa harapan, Kristus melihat dalam Maria kesanggupan bagi kebaikan. Ia melihat sifat-sifat tabiatnya yang lebih baik. Rencana penebusan telah memberikan kepada manusia kemungkinan yang besar, dan kepada Maria kemungkinan itu akan diwujudkan. Oleh anugerah-Nya ia turut mengambil bagian dari sifat Ilahi,... Marialah yang mula-mula memasyhurkan Juruselamat yang sudah bangkit itu.”-Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 188-l89.

Dalam Lukas 8:43-48, sebuah kasus keadaan yang paling buruk berubah menjadi tujuan Juruselamat yang paling terhormat. Sekian lama, wanita ini mengalami penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang telah menghancurkan tubuh dan jiwanya. Namun, di tengah-tengah tragedi yang telah 12 tahun ini, secercah harapan tiba-tiba muncul di situ: “Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus” (Markus 5:27).

Lukas 8:43-48

(43) Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun.


(44) Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya.

(45) Lalu kata Yesus: "Siapa yang menjamah Aku?" Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: "Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau."

(46) Tetapi Yesus berkata: "Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku."

(47) Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh.

(48) Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"

Apakah yang telah didengarnya? Sedikit atau banyak, kita tidak tahu. Tetapi dia tahu bahwa Yesus peduli dengan orang miskin; Dia merangkul orang yang terbuang; Dia pedulikan mereka yang putus asa, di antaranya adalah wanita ini. Tetapi mendengar saja tidak cukup; mendengar harus menuntun kepada iman (Rm. 10-17). Dan iman itu menuntunnya kepada tindakan sederhana menjamah ujung jubah-Nya. Sentuhan itu terdorong oleh iman, memiliki tujuan, mujarab, dan berfokus pada Kristus. Hanya iman seperti itu dapat menerima ucapan berkat dari pemberi hidup: “Imanmu telah menyelamatkan engkau” (Lukas 8:48).

Sangat mudah untuk memandang orang dan menghakimi mereka, bukan? Bahkan jika kita sering tidak mengucapkannya. di dalam hati kita menghakimi mereka, hal itu juga salah. Bagaimanakah kita dapat belajar untuk berhenti menghakimi orang lain, sekali pun dalam hati, siapa tahu kita berada dalam situasi mereka, apakah yang akan kita buat?

RABU, 6 MEI
Beberapa Wanita yang Mengikuti Yesus

Bacalah Lukas 10:38-42. Apakah kebenaran rohani penting yang dapat kita tarik dari kisah ini (lihat juga Lukas 8:14) untuk diri kita sendiri?
Lukas 10:38-42

Maria dan Marta
(38) Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.

(39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,

(40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."

(41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,

(42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Sebagai petugas untuk menjamu tamu-tamu, Marta “sibuk sekali melayani” (Lukas 10:40) dan sibuk memberikan yang terbaik bagi tamu-tamunya. Tetapi Maria “duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya” (ayat 39). Begitu sibuk sehingga Martha mengeluh kepada Yesus bahwa dia dibiarkan untuk melakukan pekerjaan berat sendirian. Walaupun Yesus tidak menegur Martha karena kesibukannya melayani, Dia menunjukkan perlunya prioritas yang tepat dalam kehidupan. Persekutuan dengan Yesus adalah yang pertama penting dalam pemuridan; makan dapat menyusul.

"Pekerjaan Kristus memerlukan pekerja-pekerja yang teliti dan bersemangat. Banyak bidang pekerjaan yang luas bagi kaum Marta, dengan semangat mereka dalam pekerjaan agama yang giat. Tetapi biarlah mereka duduk dengan Maria lebih dulu di dekat kaki Yesus. Biarlah kerajinan, ketangkasan, dan tenaga mereka disucikan oleh anugerah Kristus, dengan demikian kehidupan akan menjadi suatu kuasa yang tidak terkalahkan bagi kebaikan."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6. hlm. 143.

Bacalah Lukas 8:1-3; 23:55, 56; 24:1-12. Apakah yang ayat-ayat ini ajarkan mengenai peranan wanita dalam pelayanan Kristus?
Lukas 8:1-3; 23:55, 56; 24:1-12
Perempuan-perempuan yang melayani Yesus
(1) Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia,

(2) dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat,

(3) Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.

(13) Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat,


(14) dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya.

(15) Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati.

(16) Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."

(17) (Sebab ia wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.)

(18) Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!"

(19) Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan.

(20) Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus.

(21) Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: "Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!"

(22) Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya."

(23) Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka.

(24) Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan.

(25) Dan ia melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya.

(26) Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.

(27) Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia.

(28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!

(29) Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui.

(30) Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami!

(31) Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?"

(32) Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.

(33) Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.

(34) Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.

(35) Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah."

(36) Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya

(37) dan berkata: "Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!"

(38) Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja orang Yahudi".

(39) Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"

(40) Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?

(41) Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."

(42) Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

(43) Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

(44) Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga,

(45) sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua.

(46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.

(47) Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"

(48) Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.

(49) Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu.

(50) Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar.

(51) Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah.

(52) Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.

(53) Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat.

(54) Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai.

(55) Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan.

(56) Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. (23-56b) Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat,


(1) tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.


(2) Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu,

(3) dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus.

(4) Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan.

(5) Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?

(6) Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea,

(7) yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."

(8) Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu.

(9) Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain.

(10) Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul.

(11) Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu.

(12) Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi

Ketika pelayanan-Nya semakin luas, Yesus “berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa, memberitakan” dan mengajar (Lukas 8:1), dengan kedua belas murid bersama-sama dengan Dia. Lukas juga mencatat kesaksian yang berkuasa oleh beberapa wanita tertentu yang Yesus telah sembuhkan, yang tersentuh oleh khotbah-Nya, dan orang-orang kaya, juga mengikut Dia dalam pelayanan-Nya yang semakin besar. Berikut ini ada beberapa yang Lukas sebutkan: (1) Beberapa orang perempuan tertentu yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat, termasuk Maria Magdalena; (2) Yohana, isteri Khuza, bendahara Herodes; (3) Susana; (4) “Banyak perempuan lain... melayani rombongan itu” (ayal 3).

Ketika kita mengerti bahwa Yesus mati bagi setiap manusia, kita dapat lebih memahami kesetaraan sejati setiap orang di hadapan Allah. Seberapa baikkah kita merefleksikan kebenaran ini dalam sikap kita terhadap orang lain? Artinya, bagaimanakah Anda dapat melenyapkan, bila perlu, setiap sikap di mana Anda mungkin cenderung meremehkan orang lain yang terkadang kurang layak dibandingkan dengan diri Anda sendiri?

KAMIS, 7 MEI
Bertekun dalam Doa, Berkorban dalam Memberi

Lukas menunjukkan bahwa Yesus berpaling kepada kedua janda untuk mengajarkan kebenaran rohani yang penting.

Pada peristiwa pertama (Lukas 18:1-8), Yesus merasa iba kepada seorang janda yang malang dan tidak berdaya yang datang kepada seorang hakim yang berkuasa dan tidak takut akan Allah dalam usahanya untuk memperoleh keadilan. Perempuan ini adalah korban ketidakadilan dan kecurangan, namun, dia percaya aturan hukum dan keadilan. Tetapi hakim itu “tidak takut akan Allah” dan “tidak menghormati seorang pun,” jadi jelas dia tidak peduli untuk menolong janda ini. Memperhatikan janda-janda adalah syarat Alkitabiah (Kel. 22:22-24; Mzm. 68:6; Yes. 1:17), tetapi hakim ini dengan seenaknya mengabaikan Hukum Taurat. Namun, janda ini mempunyai satu senjata, ketekunan, dan dia menggunakannya terus-menerus menghadap hakim dan mendapatkan keadilannya.

Perumpamaan ini mengajarkan kepada kita tiga pelajaran penting: (1) Tetaplah berdoa dan tidak pernah patah semangat (Lukas 18:1), (2) Doa mengubah banyak hal bahkan hati seorang hakim yang jahat, dan (3) Iman yang gigih adalah iman yang menaklukkan. Iman sejati memiliki nasihat yang abadi kepada setiap orang Kristen: Pantang menyerah, walaupun artinya harus menunggu penjelasannya ketika “Anak Manusia itu datang” (ayat 8).

Pada peristiwa kedua (Lukas 21:1-4; Markus 12:41-44), tidak lama setelah Yesus selesai mencela kemunafikan beragama dan tuntutan ahli-ahli Taurat dan para pemuka di sekitar bait Allah yang Dia kemudian menunjukkan perbedaan mencolok kepada mereka: seorang janda miskin yang mengungkapkan sifat agama yang sejati.

Yesus menggambarkan beberapa pemimpin agama sebagai orang yang “menelan rumah janda-janda” (Lukas 20:47) dan yang melanggar amanat Alkitabiah untuk memperhatikan janda-janda dan orang miskin. Sebagaimana dewasa ini, ada banyak orang memberi supaya kelihatan saleh saja; dan parahnya, apa yang mereka berikan mereka berikan dari kelebihan kekayaan mereka, Pemberian mereka betul-betul tanpa diliputi pengorbanan pribadi. Sebaliknya, Yesus menyuruh kepada murid-murid-Nya memandang kepada janda itu sebagai contoh agama sejati, karena dia memberi seluruh yang dimilikinya.

Pamer adalah motivasi dari kelompok yang pertama; berkorban dan kemuliaan Allah adalah motivasi janda itu. Untuk mengakui kepemilikan Tuhan atas segala yang dia miliki dan untuk melayani Nya dengan segala yang dia miliki itulah semangat yang menggerakkan janda itu dalam memberikan dua peser uangnya. Apa yang diperhitungkan di hadapan mata Pencipta yang dapat melihat segala sesuatu bukan apa yang kita berikan tetapi alasan kita memberi; bukan seberapa banyak yang kita berikan tetapi berapa ukuran pengorbanan kita.

Berapa banyakkah yang Anda korbankan untuk kebaikan orang lain dan demi untuk Tuhan?

JUMAT, 8 MEI



PENDALAMAN:

Dia yang mengingat ibu-Nya ketika sedang tergantung dalam penderitaan di atas kayu salib; yang menampakkan diri kepada wanita-wanita yang sedang menangis dan menjadikan mereka jurukabar-Nya untuk menyampaikan kabar kesukaan pertama dari Juruselamat yang telah bangkit-sekarang ini Dia adalah sahabat dekat dan bersedia menolong mereka dalam segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan."-Ellen G. White, The Adventist Home, hlm. 204. 

"Allah memiliki pekerjaan bagi wanita demikian juga pria. Mereka dapat mengambil tempat dalam pekerjaan-Nya pada krisis ini, dan Dia akan bekerja melalui mereka. Jika mereka dipenuhi dengan rasa tanggungjawab, dan bekerja di bawah pengaruh Roh Kudus, mereka akan memiliki penguasaan diri yang diperlukan saat ini. Juruselamat akan merefleksikan kepada para wanita yang mengorbankan diri ini, sinar kemuliaan wajah-Nya, dan akan memberikan kepada mereka kekuatan melampaui para pria. Mereka dapat melakukan pekerjaan yang pria tidak dapat lakukan dalam keluarga, pekerjaan yang dapat menjangkau sampai kepada kehidupan batiniah. Mereka dapat datang mendekati hati mereka yang pria tidak dapat. Tenaga mereka dibutuhkan."-Ellen G. White, Evangelism, hlm. 464, 465.


Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Salah satu aspek yang paling menarik dari Injil, termasuk Lukas, menyangkut peranan wanita dalam hal kebangkitan Yesus. Semua kisah Injil ada para wanita sebagai yang pertama melihat Kristus bangkit dan memberitakan kebangkitan-Nya kepada orang lain. Pembela-pembela Alkitab telah menggunakan fakta ini untuk membantu menegaskan realitas kebangkitan tubuh Yesus, yang beberapa orang sangkal dan pertanyakan. Mengapa peranan wanita di sini menjadi begitu penting? Karena jika, sebagaimana beberapa pernyataan, kisah kebangkitan Yesus adalah rekayasa para penulis, mengapa mereka menempatkan wanita, yang tidak begitu dihargai oleh masyarakat itu, sebagai yang pertama melihat dan memberitakan Yesus? Jika mereka mengarang cerita supaya berusaha membuat orang-orang pada saat itu percaya, mengapa menggunakan para wanita gantinya pria? Diskusikanlah.
2. Dalam masyarakat yang tidak selalu mengaKui martabat wanita, Yesus memberikan kepada mereka kedudukan milik mereka dalam tatanan penciptaan Allah: Mereka adalah anak-anak Allah, anak-anak Abraham, dan setara dengan pria dalam era baru Injil. Saat yang sama, walaupun sama di hadapan Allah, pria dan wanita tidaklah sama. Bagaimana kita menegaskan kesetaraan pria dan wanita di hadapan Allah dan meskipun saat yang sama meneguhkan dan mengakui perbedaannya, dan bagaimanakah perbedaan itu berperan dalam kehidupan jemaat?



No comments:

Post a Comment