KATA-KATA KEBENARAN
SABAT PETANG 21 FEBRUARI
UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: AMS. 22; AMS. 23;
KEL. 22:21-27; AMS. 24; 5:20; YEH. 33:8.
AYAT HAFALAN: ”Bukankah aku telah menulisnya kepadamu dulu dengan
nasihat dan pengetahuan, untuk mengajarkan kepadamu apa yang benar dan sungguh,
supaya engkau dapat memberikan jawaban yang tepat kepada yang menyuruh engkau?” (Amsal 22: 20,
Beberapa amsal pekan ini menunjukkan kesejajaran
dengan naskah-naskah orang Mesir. Di bawah inspirasi, Salomo mungkin telah
membentuk ayat—ayat
ini menurut perspektif Ibrani secara khusus. Di sini, kata-kata orang Mesir
bertemu dengan Roh Allah Israel, dan dengan demikian menjadi inspirasi Ilahi.
Pengamatan ini panting, karena itu mengingatkan kita
pada karakter universal “kebenaran” itu. Apa yang benar bagi orang Israel harusnya juga
menjadi kebenaran bagi orang Mesir; jika tidak itu bukanlah kebenaran. Beberapa
kebenaran berlaku secara universal, kepada setiap
Ranah teguran-teguran ini umum bagi kedua komunitas.
Artinya, siapa pun Anda, apakah orang beriman atau tidak, dan di mana pun Anda
tinggal, ada beberapa hal yang seharusnya Anda tidak
*Pelajarilah pelajaran pekan ini persiapan untuk
Sabat, 28 Februari.
MINGGU 22 FEBRUARI: PENGETAHUAN KEBENARAN
Bacalah Amsal 22:17, 18. Apakah yang sedang
disampaikan kepada kita bahwa kebenaran seharusnya memengaruhi hidup kita.
Amsal 22:17,
18:
22:17. Pasanglah telingamu
dan dengarkanlah amsal-amsal orang bijak, berilah perhatian kepada
pengetahuanku.
22:18 Karena menyimpannya
dalam hati akan menyenangkan bagimu, bila semuanya itu tersedia pada bibirmu.
Tugas pertama seorang murid adalah mendengarkan dan
memerhatikan: “Pasanglah
telingamu dan dengarkanlah” (Ams. 22:17). Dengan kata lain: “Berkonsentrasi!” Hal yang panting bahwa pencari kebenaran haruslah
sungguh-sungguh, harus benar-benar ingin belajar yang benar dan kemudian
melakukannya.
Tetapi tidaklah cukup bagi seorang murid untuk
mendengarkan atau bahkan memahami, secara intelektual, apa yang diajarkan.
Beberapa orang yang memiliki banyak fakta-fakta Alkitab di pikiran mereka tidak
memiliki pengetahuan yang sesungguhnya atau pengalaman dengan kebenaran itu
sendiri (Yoh. 14:6).
Sebaliknya, kebenaran harus menjangkau bagian terdalam
manusia. Ungkapan bahasa Ibrani dalam Amsal 22:18, “dalam dirimu" mengacu kepada “perut.” Pelajaran seharusnya tidak tetap di permukaan; itu
harus dicerna, diterima, dan menjadi satu bagian di dalam hidup kita. Sekali
pekabaran telah masuk ke dalam sistem hidup kita, dan berakar di dalam kita,
maka itu akan naik ke bibir kita, dan kita dapat memiliki kesaksian yang kuat.
Bacalah Amsal 22:19-21. Apakah yang pengalaman
kebenaran dapat lakukan untuk kita?
Amsal 22:19-21:
22:19 Supaya engkau menaruh
kepercayaanmu kepada TUHAN, aku mengajarkannya kepadamu sekarang, ya kepadamu.
22:20 Bukankah aku telah
menulisnya kepadamu dulu dengan nasihat dan pengetahuan,
22:21 untuk mengajarkan
kepadamu apa yang benar dan sungguh, supaya engkau dapat memberikan jawaban
yang tepat kepada yang menyuruh engkau.
1. Iman (ayat 19). Tujuan pertama pengajaran hikmat
bukanlah hikmat pada hakikatnya. Amsal tidak bertujuan untuk membuat para murid
lebih cerdas dan terampil. Tujuan guru adalah memperkuat keyakinan para murid
kepada Tuhan.
2. Keyakinan (ayat 21). Para murid harus mengetahui
mengapa “perkataan-perkataan
kebenaran”
ini adalah pasti; mereka harus tahu mengapa mereka meyakini apa yang mereka
lakukan. Iman menurut definisinya adalah percaya pada apa yang kita tidak
mengerti sepenuhnya. Namun demikian, kita tetap harus mempunyai alasan yang
cukup untuk iman itu.
3. Tanggung jawab (ayat 21). Langkah terakhir dalam
pendidikan adalah membagikan kepada orang lain “perkataan-perkataan kebenaran” yang telah kita terima itu. Ini adalah inti seluruh
panggilan kita sebagai satu umat.
Pikirkan semua alasan-alasan yang sangat masuk akal
yang kita miliki bagi iman Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh kita. Apakah
alasan-alasan tersebut, dan mengapa kita seharusnya tidak pernah ragu-ragu
menjaganya di hadapan kita dan membagikannya kepada orang lain? Bawalah jawaban
Anda ke kelas diskusi pada hari Sabat.
SENIN 23 FEBRUARI: MERAMPOK ORANG MISKIN
Bacalah Amsal 22:22, 23; 23:10. Apakah yang diamarkan
kepada kita disana?
Amsal 22:22, 23; 23:10:
22:22. Janganlah merampasi
orang lemah, karena ia lemah, dan janganlah menginjak-injak orang yang
berkesusahan di pintu gerbang.
22:23 Sebab TUHAN membela
perkara mereka, dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka.
23:10. Jangan engkau
memindahkan batas tanah yang lama, dan memasuki ladang anak-anak yatim.
Meskipun mencuri itu selalu salah, larangan ini
menyangkut mencuri orang miskin dan yang tertindas, yang paling mudah diserang.
Mereka benar-benar tidak berdaya, dan oleh karena itu mereka memenuhi syarat
untuk mendapatkan perhatian Allah yang khusus (Kel. 22:21-27). Kasus Daud, yang
membunuh Uria untuk mencuri istrinya, dan perumpamaan Natan tentang domba
betina (2 Sam. 12:1-4), memenuhi pikiran. Merampok orang miskin bukan saja
sebuah tindakan kriminal: itu adalah dosa "melawan TUHAN" (2 Sam.
12:13). Mengambil dari seseorang yang memiliki lebih sedikit daripada apa yang
engkau miliki adalah lebih buruk daripada mencuri; itu juga sebuah tindakan
pengecut. Apakah pencuri-pencuri ini mengira bahwa Allah tidak melihat
tindakan-tindakan mereka?
Sesungguhnya, Amsal 22:23 menyiratkan bahwa jika
seorang pencuri orang hasil lolos tanpa hukuman dari manusia, Allah akan
membalas. penyebutan penebus, Goel(Ams 23:11), mungkin bahkan menyinggung
kepada skenario Ilahi pada penghakiman akhir zaman (Ayb. 19:25 “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas
debu.”).
Jadi, amaran ini, bersama dengan yang lain dalam
Alkitab, berbicara menentang mereka yang tertarik hanya pada
"keuntungan" yang langsung dari tindakan-tindakan mereka, dan bukan
pada hasil jangka panjang. Mereka mengambil harta dan memperbesar kepemilikan
mereka dengan mengorbankan orang lain, dan mereka mau menipu dan membunuh untuk
tujuan itu. Mereka boleh menikmatinya sekarang, namun mereka akan membayarnya
nanti. Alasan ini tidak hanya mencegah seorang pencuri; itu juga harus
menunjukkan bahwa nilai-nilai etika kita terkait kepada kedaulatan Allah.
Di Inggris beberapa ateis memiliki slogan seperti ini
yang ditempatkan pada bus-bus kota: “Kemungkinan besar tidak ada Allah. Sekarang
berhentilah khawatir dan nikmatilah hidupmu." Meskipun banyak jawaban yang
bisa diberikan seseorang untuk menanggapinya, pikirkanlah yang satu ini: Jika
tidak ada Allah, maka mereka yang mencuri dari orang miskin, berhasil
melepaskan diri dengan itu, benar-benar tidak perlu khawatir tentang itu.
Sesungguhnya, semua mereka yang telah melakukan kejahatan besar dan tampaknya
telah berhasil melepaskan diri dengan itu akan, pada kenyataannya, benar-benar
telah lolos dengan itu. Bagaimanakah seharusnya iman dalam Allah dan dalam
janji-janji-Nya bahwa penghukuman menolong memberikan kepada kita beberapa
ketenangan pikiran mengenai semua ketidakadilan yang kita lihat di dalam dunia
sekarang?
SELASA 24 FEBRUARI: IRI TERHADAP ORANG JAHAT
Apakah yang Amsal 23:17; 24:1, 2; dan 24: 19, 20
amarkan kepada kita?
Amsal 23:17;
24:1, 2; dan 24: 19, 20:
23:17.
Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan
TUHAN senantiasa.
24:1. Jangan
iri kepada orang jahat, jangan ingin bergaul dengan mereka.
24:2 Karena
hati mereka memikirkan penindasan dan bibir mereka membicarakan bencana.
24:19. Jangan
menjadi marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri kepada orang fasik.
24:20 Karena
tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan padam.
Mengapakah seseorang iri kepada orang jahat?
Kemungkinan besar itu bukan karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Sebaliknya,
biasanya itu karena keuntungan langsung (kekayaan, sukses, kekuasaan) yang
mereka peroleh melalui kejahatan mereka itulah yang orang-orang seringkali
inginkan untuk diri mereka sendiri.
Sudah tentu, meskipun tidak setiap orang yang sukses
atau kaya adalah jahat, beberapa ya-dan mereka kemungkinan besar adalah tipe
orang-orang yang diamarkan kepada kita dalam ayat-ayat ini. Kita melihat hidup “baik” mereka dan, dari perspektif kita, khususnya ketika
kita sendiri sedang berjuang, adalah mudah untuk iri pada apa yang mereka
miliki.
Namun demikian, ini adalah suatu pandangan yang sangat
sempit dan picik, Bagaimana pun juga, pencobaan dosa adalah hasil yang segera
diperoleh: Kita menikmati kepuasan saat ini. Sebuah perspektif melampaui masa
kini dapat melindungi kita dari pencobaan; yaitu, kita perlu melihat melampaui “keuntungan” yang langsung dari dosa kita dan memikirkan konsekuensi
jangka panjang.
Selain itu, siapakah yang tidak melihat betapa
merusaknya dosa itu? Kita tidak pernah lolos darinya. Kita mungkin bisa
menyembunyikannya dari orang lain sehingga tak seorang pun, bahkan yang
terdekat dengan kila, memiliki petunjuk tentang apa yang sedang kita lakukan
(meskipun cepat atau lambat mereka akan mengetahuinya, bukan?). Atau kita
mungkin bisa menipu diri kita sendiri dengan berpikir bahwa dosa-dosa kita
tidak begitu buruk. (Bagaimana pun juga, lihat berapa banyak orang melakukan
hal —hal yang buruk!)
Tetapi cepat atau lambat, satu atau dengan cara lain, dosa menyusul kita.
Kita harus membenci dosa karena itu adalah dosa. Kita
harus membencinya karena apa yang dosa telah lakukan kepada kita, kepada dunia
kita, dan kepada Tuhan kita. Jika kita ingin melihat akibat dosa yang
sesungguhnya, lihatlah pada Yesus di kayu salib. Ini adalah akibat nyata dari
dosa. Kenyataan ini saja seharusnya cukup (meskipun sering itu tidaklah cukup)
untuk membuat kita ingin menghindari dosa dan menjauhkan diri sebisa mungkin
dari mereka yang akan menuntun kita ke dalamnya.
Pernahkah Anda bergumul dengan rasa iri karena
kesuksesan seseorang? Apakah obat terbaik untuk masalah yang secara rohani
sangat mematikan ini? (Lihat Ef 5:20).
Ef 5:20:
5:20 Ucaplah syukur
senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah
dan Bapa kita
RABU 25 FEBRUARI: APA YANG KITA MASUKKAN KE DALAM MULUT KITA
Bukanlah kebetulan bahwa pencobaan manusia pertama
menyangkut makanan (Kej. 3:3). Adalah oleh karena ketidaktaatan dan memakan hal
yang salah yang membawa dosa dan kematian ke dalam dunia (Kej 3:1-7; Rm. 5:12).
Kita tidak boleh melewatkan fakta yang jelas, bahwa penyebutan pertama meminum
anggur dalam Alkitab dihadirkan dalam sebuah kisah yang sangat negatif dan
merendahkan (Kej. 9:21).
Bacalah Amsal 23:29-35. Bagaimanakah penggunaan
alkohol di-sajikan di ayat-ayat ini?
Amsal 23:29-35:
23:29. Siapa mengaduh? Siapa
mengeluh? Siapa bertengkar? Siapa berkeluh kesah? Siapa mendapat cidera tanpa
sebab? Siapa merah matanya?
23:30 Yakni mereka yang
duduk dengan anggur sampai jauh malam, mereka yang datang mengecap anggur
campuran.
23:31 Jangan melihat kepada
anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan, yang mengalir
masuk dengan nikmat,
23:32 tetapi kemudian
memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti beludak.
23:33 Lalu matamu akan
melihat hal-hal yang aneh, dan hatimu mengucapkan kata-kata yang kacau.
23:34 Engkau seperti orang
di tengah ombak laut, seperti orang di atas tiang kapal.
23:35 Engkau akan berkata:
"Orang memukul aku, tetapi aku tidak merasa sakit. Orang memalu aku,
tetapi tidak kurasa. Bilakah aku siuman? Aku akan mencari anggur lagi."
Siapakah yang secara pribadi tidak melihat betapa
menghancurkannya alkohol itu? tentu, tidak semua yang meminumnya menjadi
pemabuk di selokan. Tetapi kemungkinan besar para pemabuk di selokan tidak
pernah membayangkan, pertama kali mereka minum, bahwa mereka akhirnya akan
berakhir diselokan.
“Orang yang telah membentuk kebiasaan minum minuman
keras yang memabukkan, berada dalam situasi putus asa. Dia tidak bisa diajak
berpikir atau dibujuk untuk menyangkal pemanjaan dirinya sendiri. Perut dan
otaknya sakit, kuasa kehendaknya melemah, dan nafsu makannya tidak terkendali.
Pangeran kuasa kegelapan memegang dia dalam tawanan yang ia tidak punya kuasa
untuk hancurkan.”
Ellen G. White Comments, The SDA Bible Commentary, jld. 3 hlm.1162.
Baca Amsal 23:1-8. Mengapa kita harus mengendalikan
selera makan kita?
Amsal 23:1-8:
23:1. Bila engkau duduk
makan dengan seorang pembesar, perhatikanlah baik-baik apa yang ada di depanmu.
23:2 Taruhlah sebuah pisau
pada lehermu, bila besar nafsumu!
23:3 Jangan ingin akan
makanannya yang lezat, itu adalah hidangan yang menipu.
23:4. Jangan bersusah payah
untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini.
23:5 Kalau engkau
mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke
angkasa seperti rajawali.
23:6. Jangan makan roti
orang yang kikir, jangan ingin akan makanannya yang lezat.
23:7 Sebab seperti orang
yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia. "Silakan
makan dan minum," katanya kepadamu, tetapi ia tidak tulus hati terhadapmu.
23:8 Suap yang telah
kaumakan, kau akan muntahkan, dan kata-katamu yang manis kausia-siakan.
Peringatan ini lebih daripada sekadar tata krama di
meja. Ayat Alkitab adalah sebuah amaran bagi mereka yang suka makan "dan
yang memiliki selera makan yang besar (Ams. 23:2). Kiasan menempatkan pisau ke
leher seseorang sangatlah tegas: itu tidak sekadar membatasi nafsu makan,
tetapi juga menunjukkan risiko kepada kesehatan Anda dan bahkan kehidupan-Anda
yang bisa diwakili oleh makanan. Kata lbrani (bin), diterjemahkan “pertimbangkan dengan hati-hati,” mengekspresikan kehati-hatian yang cermat terhadap
berbagai jenis makanan. Kata yang sama digunakan oleh Salomo ketika ia meminta
hikmat agar menolong dia “membedakan
[bin] antara yang baik dan jahat” (1 Raj. 3:9). Penulis yang diilhamkan memiliki lebih
banyak dalam pikirannya daripada sekadar isu mengendalikan selera makan.
Nasihatnya juga berkaitan dengan pesta jamuan makan dan pertemuan minum-minum,
ketika kita dipaksa dan digoda untuk “menginginkan makanannya yang lezat” (Ams. 23:3).
Pikirkan tentang seseorang yang Anda kenal yang
hidupnya telah dihancurkan oleh alkohol. Mengapa contoh itu seharusnya sudah
cukup untuk menolong kita memahami mengapa kita seharusnya jangan pernah
memasukkan racun itu ke dalam tubuh kita?
KAMIS 26 FEBRUARI : TANGGUNG JAWAB KITA
“Kalau Aku berfirman kepada orang jahat, ‘Hai orang jahat, engkau pasti mati!’ Dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan
orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam
kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari
padamu” (Yes. 33:8). Apakah
prinsip dasar rohani yang dinyatakan di sini? Bagaimanakah kita mengambil
konsep ini dan menerapkannya kepada kehidupan kita sehari-hari?
Beberapa tahun yang lalu, di satu kota bagian Barat,
seorang wanita diserang pada malam hari di jalan. Ia berteriak meminta tolong;
lusinan orang mendengar, namun tidak satu orang pun yang tergerak untuk
menelepon polisi. Kebanyakan orang memandang ke luar jendela dan kemudian
kembali kepada yang mereka sedang kerjakan. Segera teriakan wanita itu
berhenti. Kemudian, ia ditemukan tewas, ditikam berkali-kali.
Di manakah orang-orang yang mendengarkan teriakannya
tetapi tidak melakukan apa-apa bertanggungjawab akan kematiannya? Meskipun
mereka sendiri tidak menyerangnya, apakah kelambanan mereka menjadi membunuh si
wanita itu?
Bacalah Amsal 24:11, 12, 23-28. Apa
pekabaran-pekabaran penting di sini bagi kita?
Amsal 24:11, 12, 23-28:
24:11. Bebaskan mereka yang
diangkut untuk dibunuh, selamatkan orang yang terhuyung-huyung menuju tempat
pemancungan.
24:12 Kalau engkau berkata:
"Sungguh, kami tidak tahu hal itu!" Apakah Dia yang menguji hati
tidak tahu yang sebenarnya? Apakah Dia yang menjaga jiwamu tidak mengetahuinya,
dan membalas manusia menurut perbuatannya?
24:23. Juga ini adalah
amsal-amsal dari orang bijak. Memandang bulu dalam pengadilan tidaklah baik.
24:24 Siapa berkata kepada
orang fasik: "Engkau tidak bersalah", akan dikutuki bangsa-bangsa,
dilaknatkan suku-suku bangsa.
24:25 Tetapi mereka yang
memberi peringatan akan berbahagia, mereka akan mendapat ganjaran berkat.
24:26 Siapa memberi jawaban
yang tepat mengecup bibir.
24:27. Selesaikanlah
pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah
rumahmu.
24:28. Jangan menjadi saksi
terhadap sesamamu tanpa sebab, dan menipu dengan bibirmu.
Hukum Musa dengan jelas mengamarkan bahwa mereka yang
gagal untuk melaporkan apa yang mereka saksikan akan menanggung rasa bersalah
(Im 5:1). Kita mungkin tidak mampu untuk bertindak melawan kejahatan, tetapi
jika kita berdiam diri terhadap apa yang kita lihat, kita akan berbagi rasa
bersalah dengan si penjahat. Dengan berdiam, kita menjadi kaki tangan.
Di sisi lain, jika kita melaporkan kebenaran di dalam
kesaksian kita, memberikan “jawaban yang benar” (Ams. 24:26), kita menanggapi dengan tepat dan
berperilaku sebagai orang yang bertanggung jawab. Tindakan ini dibandingkan
kepada ciuman di bibir, yang berarti bahwa orang tersebut peduli kepada orang
lain.
Sangatlah tragis untuk tetap berdiam dan tidak
melakukan apa pun saat seorang wanita dibunuh di jalan Anda. Tetapi
bagaimanakah dengan banyak kejahatan lainnya di bumi: Kelaparan, perang,
ketidakadilan, rasisme, penindasan ekonomi? Apakah tanggung jawab kita di sini?
JUMAT 27 FEBRUARI : PENDALAMAN
Pendalaman: “Jiwa-jiwa di sekitar kita harus dibangunkan dan
diselamatkan, atau mereka binasa. Tidak sesaat pun kita harus kehilangan. Kita
semua memiliki suatu pengaruh yang menceritakan kebenaran atau menentangnya.
Saya ingin membawa bersama saya bukti-bukti yang jelas bahwa saya adalah salah
satu murid Kristus. Kita ingin sesuatu selain agama Sabat. Kita membutuhkan
prinsip yang hidup, dan setiap hari merasakan tanggungjawab pribadi. Hal ini
dijauhi oleh banyak orang, dan buahnya adalah kecerobohan, ketidakpedulian,
kurangnya perhatian dan kerohanian.”Ellen G. White, Testimonies for the Church,jld. 1,
hlm. 99.
“Bicarakanlah iman, hidupkanlah iman, tumbuhkanlah
cinta kepada Allah; buktikanlah kepada dunia apakah Yesus itu bagimu.
Besarkanlah namaNya. Ceritakanlah kebaikanNya; bicarakanlah rahmat-Nya, dan
ceritakanlah kuasa-Nya. “Ellen
G. White, Our High Calling, hlm. 20.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.Di kelas, kembalilah pada jawaban Anda untuk pertanyaan
terakhir hari Minggu. Apakah yang bisa kita pelajari dari jawaban
masing-masing? Apakah cara-cara yang bisa kita pelajari untuk membangun iman
kita pada apa yang kita yakini?
2. Seseorang menuliskan: “Ingatlah dua hal: Kristus mati bagimu, dan engkau
suatu saat akan mati.”
Dalam konteks pelajaran hari Selasa, yang berbicara tentang bagaimana kita
harus bertanggung jawab bagi dosa satu cara atau lainnya, apakah pelajaran
penting yang harus kita ambil dari pemikiran ini?
3. Kembali dengan kutipan yang ditaruh di bus-bus di
kota London: “Kemungkinan
besar tidak ada Allah. Sekarang berhentilah khawatir dan nikmatilah hidupmu.” Selain yang pelajaran sudah ajarkan, apakah
masalah-masalah lainnya yang Anda temukan tentang hal itu? Mengapakah
keberadaan Allah akan membuat seseorang mulai khawatir? Apakah yang hal ini
nyatakan kepada kita tentang seberapa berhasilnya Setan telah menyelewengkan
karakter Allah dalam pikiran orang banyak? Di kelas, bicarakanlah berbagai cara
yang berbeda di mana Anda bisa menanggapi slogan itu. Apakah hal-hal yang
sederhana, ringkas dan tajam yang dapat menolong orang-orang melihat
pengharapan yang bisa kita miliki dalam Allah?
No comments:
Post a Comment