PELAJARAN 10 TRIWULAN 1 2015

DI BALIK TOPENG

Sabat, 28-Feb-14

UNTUK PELAJARAN PEKAN INI, BACALAH: .AMS. 25:2, 3; 26:11, 12; 1 KOR. 1:20, 21; AMS. 26:13-16; 27:5, 6

AYAT HAFALAN 
"Jangan berlagak dihadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar?" (Amsal 25:6).

Di balik ular yang menyilaukan, yang mengucapkan kata-kata manis dan yang tampaknya begitu peduli dengan kebahagiaan Hawa, bersembunyi musuh yang merencanakan kematiannya (Kej. 3:1-6) . Menyamar sebagai “malaikat terang,” Setan menyiapkan jebakan yang paling berbahayabagi manusia. (1 Kor 11:14). Bahkan lebih berbahaya dan sangat menipu adalah membohongi diri; ketika kita mengaku menjadi apa yang sebenarnya tidak demikian, kita akhirnya menipu orang lain dan bahkan diri sendiri. Ada berbagai cara untuk menipu. Salah satu yang paling umum adalah melalui bahasa. Beberapa amsal pekan ini berurusan dengan kata-kata, kata-kata dusta kata-kata sanjungan, kata-kala manis yang menggunakan suara yang bagus dan sentimen yang indah untuk menutupi pikiran dan niat jelek. Kita perlu berhati-hati bukan hanya tentang apa yang kita ucapkan kepada orang lain, tetapi juga tentang bagaimana kita mengartikan apa yang orang lain sampaikan kepada kita. Mungkin pekabaran pekan ini dapat disimpulkan seperti ini: "Lihat Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat. 10: 6).

* Pelajarilah pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 7 Maret.

Misteri Allah - Minggu 1 Maret

Hidup ini penuh dengan misteri. Fisikawan David Deutsch menuliskan bahwa “kejadian setiap hari sangatlah mengagumkan namun rumit bila dinyatakan dalam istilah-istilah ilmu fisika dasar. Jika Anda mengisi sebuah ceret dengan air dan memanaskannya, semua komputer tercanggih di atas bumi yang bekerja sepanjang umur alam semesta tidak dapat memceahkan persamaan-persamaan yang memperkirakan apa yang akan dilakukan semua molekul-molekul air bahkan jika kita pun dapat menentukan keadaan awal mereka dan dari semua pengaruh-pengaruh luar terhadap mereka, maka itu adalah sebuah pekerjaan yang bodoh.” David Deutsch (201 l-07-21). Beginning of Infinity: explanations the transform of the World (Kindle Locations l972-l975). Penguin Group. Kindle Edition.

Jika kila bingung tentang sesuatu yang membosankan seperti molekul-molekul air, bagaimanakah mungkin kita mulai berharap memahami misteri Allah?
Bacalah Amsal 25:2, 3. Apakah maksud yang penulis buat, dan bagaimana kita bisa menerapkannya kepada situasi yang lebih luas?
Amsal 25:2, 3
(2) Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.

(3) Seperti tingginya langit dan dalamnya bumi, demikianlah hati raja-raja tidak terduga.
Yang membuat kemuliaan Allah berbeda dari kemuliaan para raja adalah sifat alami-Nya yang “misterius,” dan sudah tersimpul di dalamnya ketidakmampuan manusia untuk memahami Dia sepenuhnya. Akar kata lbrani str (“menutupi,” “menyembunyikan”) yang darinya muncul kata “misteri,” sering digunakan dalam Alkitab lbrani untuk menandai apa yang membuat Allah satu-satunya Allah yang benar (Yes.45:14, I5). Ada hal-hal tentang Allah yang kita tidak bisa pahami. Di sisi yang lain, yang membuat kemuliaan para raja adalah kesediaan mereka untuk diselidiki. Keterbukaan dan bertanggung jawab harus menjadi kualitas utama dari kepemimpinan (Ul. I7:14-20). Adalah tugas raja untuk “menelusuri sebuah perkara,” yakni, memberikan sebuah penjelasan bagi kejadian-kejadian dan apa yang ia sedang lakukan.

Hidup penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab, bukan? Dalam sepersekian detik, tampaknya peristiwa-peristiwa yang acak dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati. Beberapa orang melewati dari satu tragedi kepada tragedi yang lain, sementara yang lain baik-baik saja. Semuanya ini seharusnya menyatakan kepada kita bahwa kita perlu hidup oleh iman. Apakah hal—hal yang terjadi dalam hidup Anda saat ini yang Anda harus terima oleh iman, percaya pada Allah Apakah pilihan lain yang Anda miliki?

Orang Bodoh seperti Orang Berhikmat - Senin 2 Maret

Meskipun bukan sebuah pemalsuan yang baru, (khususnya di dunia Barat) sebuah gagasan telah mengakar beberapa tahun yang mengusulkan sifat relatif kebenaran. Yaitu, apa yang benar bagi seseorang, atau satu budaya, mungkin tidak benar bagi yang lain. Sementara di satu tingkatan ini Selalu-benar (beberapa tempat mengemudi pada sisi sebelah kanan jalan, yang lain pada sisi kiri), pada yang lain itu adalah sebuah kesalahan yang berbahaya, khususnya di bidang moral. Beberapa hal adalah benar dan yang lain adalah salah, terlepas di mana kita hidup atau pilihan pribadi kita. Pada akhirnya kita harus selalu menyerahkan pandangan-pandangan kita kepada Firman Allah dan kebenaran-kebenaran ditemukan di sana. Firman Allah harus menjadi sumber utama kita untuk mengetahui benar dan salah, baik dan jahat.

Bacalah Amsal 26: ll,12. (Lihat juga Hak. 21:25; I Kor. 1:20, 21; 2:6, 7; 2 Kor. 1:12). Apakah yang kita semua tidak boleh lakukan?
Amsal 26: ll,12.
(11) Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.

(12) Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu.
 Hak. 21:25; 
(25) Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
I Kor. 1:20, 21; 2:6, 7;
(20) Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?

(21) Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
(6) Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan.

(7) Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.

 2 Kor. 1:12
(12) Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.
Sebagaimana kita bisa lihat, gagasan melakukan apa yang benar dalam pemandangan seseorang ini bukanlah hal baru. Namun itu bisa saja sudah salah untuk sekarang. Sebagaimana kita sudah lihat, tidak ada seorang pun dari antara kita memahami segalanya; kenyataannya, kita sepenuhnya tidak mengerti apa pun. Kita semua memiliki area di mana kita perlu untuk bertumbuh dan belajar, jadi kita harus selalu terbuka pada fakta bahwa kita tidak memiliki semua jawaban. Dalam kasus orang bodoh, sebagaimana terlihat dalam amsal, alasan untuk diperhatikan adalah pengaruh kebodohan mereka akan melampaui diri mereka sendiri Mereka sekarang lebih yakin daripada sebelumnya terhadap hikmat mereka; oleh karena ltu mereka akan mengulangi kebodohan mereka. Mereka bahkan begitu yakin bahwa orang lain akan berpikir bahwa mereka orang berhikmat, akan menghormati mereka, dan meminta nasihat mereka, yang dapat menuntun kepada masalah besar (Ams. 26:8). Kebodohan akan menyebar, tetapi diberi label “hikmat,” itu dapat menjadi lebih merusak. Selanjutnya, orang-orang bodoh begitu bodoh hingga mereka tidak menyadari kebodohan mereka.
Seberapa seringkah Anda tergoda untuk berkompromi pada apa yang Anda tahu sebagai nilai-nilai inti, kebenaran inti? Namun, apakah yang terjadi ketika nilai-nllai inti tertentu bertabrakan? Bagaimanakah kita bisa tahu mana yang mengungguli yang lain?

Pemalas Sel, 3-Mar-15

“Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya” (Ams. 26.-I5). Sebagaimana para siswa menghabiskan lebih banyak waklu dan tenaga bersiap untuk menyontek di ujian daripada belajar untuk itu, adalah ironis bahwa orang malas bekerja keras untuk menemukan maaf bagi kemalasannya.

Bacalah Amsal 26:13-I6. Apakah yang diamarkan kepada kita di sini?
Amsal 26:13-I6
(13) Berkatalah si pemalas: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!"

(14) Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.

(15) Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya.

(16) Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana.
Orang malas mungkin benar: “Ada singa dijalan!” (Ams. 26:13). Oleh karena itu adalah lebih baik untuk tinggal di rumah dan tidak menghadapi bahaya. Namun dengan hanya melakukan itu, kita kehilangan semua kesempatan yang kehidupan tawarkan. Kita tidak pernah menikmati indahnya bunga mawar jika kita tidak mengambil risiko disakiti oleh durinya. Kita tidak akan bisa bergerak maju jika kita takut rintangan. Orang yang tidak berani untuk berkomitmen tidak akan pernah merasakan kepenuhan hidup. Lihat beberapa gambaran lain dalam ayat-ayat tersebut. Sama seperti ayunan pintu pada engselnya tetapi tidak pergi ke mana pun, orang malas tidur ditempat tidurnya; yaitu, mereka hanya mengubah posisi, tetapi tidak pergi ke mana pun. Gambaran lainnya, di ayat 15, bahkan lebih mengejutkan. Mereka bisa menyuruh tangan mereka ke dalam piring makanan tetapi terlalu malas menariknya kembali untuk memberi makan diri mereka sendiri. Tetapi lebih buruk lagi adalah kemalasan intelektual mereka, pikiran mereka yang tertutup dan keyakinan posisi mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka akan merasa selalu benar, lebih berhikmat dari tujuh orang berhikmat (Ams. 26:16), dan tidak akan terbuka bagi pandangan yang lain. yang mungkin lebih bijak dari mereka. Mereka yang berpikir bahwa mereka mempunyai semua jawaban biasanya yang tidaklah demikian.

“Dalam penghakiman, manusia tidak dihukum oleh karena mereka dengan sadar memercayai satu dusta melainkan oleh karena mereka tidak memercayai kebenaran, oleh karena mereka melalaikan kesempatan untuk mempelajari apakah kebenaran itu.”Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. I, hlm. 51. Bagaimanakah kita memahami peranan kita dalam memberi orang lain “kesempatan” untuk belajar apa yang benar? Di manakah tanggungjawab kita dimulai, dan di manakah itu berakhir?

Teman seperti Musuh Rab, 4-Mar-15

Jika kita dikecewakan oleh teman-teman kita lebih daripada musuh-musuh kita, itu karena kita mengharapkan yang baik dari teman-teman kita dan yang jahat dari musuh-musuh kita. Meskipun, itu tidak selamanya berjalan seperti demikian, bukan? Itu sebabnya kitab Amsal mengamarkan kita bahwa kadang-kadang seorang sahabat berperilaku seperti seorang musuh, dan seorang musuh seperti seorang teman.

Bacalah Amsal 27:5, 6. Kapankah teguran bisa menjadi sebuah tanda kasih?
Amsal 27:5, 6
(5) Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.

(6) Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.
Kasih bukan hanya tentang ciuman dan kata—kata manusia. Kasih terkadang mewajibkan kita untuk menegur teman kita atau anak kita, dan itu bisa menempuh risiko yang tampaknya tidak menyenangkan, menghakimi, dan kritis. Kita bahkan mungkin kehilangan teman-teman jika kita berbicara dengan bebas. Namun jika kita tidak mengamarkan teman-teman kita akan apa yang mereka sedang lakukan, khususnya jika itu akan menyakiti mereka, lalu teman macam apakah kita ini? Teguran yang terbuka juga adalah sebuah tanda bahwa kasih kita tidak dibangun di atas ilusi atau keinginan, tetapi didasarkan pada kebenaran dan kepercayaan.

Bacalah Amsal 27:17. Apakah yang bisa menjadi akibat dari perselisihan antara teman?
Amsal 27:17.
(17) Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
Gambaran besi mengasah besi menunjukkan manfaat timbal balik. Persahabatan yang diuji oleh konfrontasi yang benar akan memperkembang bukan hanya kualitas persahabatan tetapi juga merangsang dan menguatkan kepribadian kedua pihak. Usaha masing-musing akan mendapatkan manfaat yang lebih tepat guna. Kita akan semakin dilengkapi untuk pergumulan masa depan kita. Mereka yang berlindung dalam diri mereka sendiri dan gagasan mereka saja, dan tidak pernah menghadapi tantangan dari gagasan-gagasan yang berbeda, tidak akan bertumbuh dalam pengetahuan atau karakter.
Pernahkah Anda ditegur karena sesuatu yang benar-benar bisa menyakiti Anda? Misalkan Anda tidak pernah diamarkan tentang hal itu? Simpan ini dalam pikiran, jika Anda perlu melakukan hal yang sama kepada orang lain, bagaimana Anda bisa melakukannya dalam model penebusan, ketimbang dalam model menghakimi dan mengkritik?

Musuh Seperti Teman kam,5-Mar-15

Bacalah Amsal 26:17-23. Pada garis-garis di bawan ini, ringkaskan apakah yang dikatakan?
Amsal 26:17-23.
(17) Orang yang ikut campur dalam pertengkaran orang lain adalah seperti orang yang menangkap telinga anjing yang berlalu.

(18) Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut,

(19) demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: "Aku hanya bersenda gurau."

(20) Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.

(21) Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan.

(22) Seperti sedap-sedapan perkataan pemfitnah masuk ke lubuk hati.

(23) Seperti pecahan periuk bersalutkan perak, demikianlah bibir manis dengan hati jahat.

Amsal, kembali, berbicara tentang kuasa perkataan. kali ini berkaitan dengan kerugian yang disebabkan oleh fitnah dan perselisihan. Mereka yang memfitnah musuh Anda di hadapan Anda, untuk membuat Anda berpikir mereka ada di pihak Anda, benar-benar seperti “arang.” Mereka memberi makan perselisihan dan memimpin Anda ke dalam api permasalahan yang lebih banyak (ayal 21). Demikian juga “bibir manis,” yang terdengar begitu fasih, dapat menyembunyikan “hal yang jahat” (ayat 23). Para politisi yang ingin terpilih, para penjual yang ingin menjual barang dagangannya, para playboy yang ingin merayu seorang wanita, semua mereka mengetahui kekuatan kefasihan. Pelajaran dari ayat ini adalah bahwa kita harus curiga terhadap pembicaraan yang bagus. Kata-kata bisa berbahaya justru karena kata-kata itu bagus. Beberapa orang adalah pembicara yang sangat bagus; kata-kata dapar terdengar begitu meyakinkan, begitu tulus, dan begitu peduli, sementara di dalam, suatu yang sangat berbeda terjadi. Meskipun kita semua telah menjadi korban dari orang-orang seperti ini, siapa yang, pada satu saat tidak merasa bersalah oleh melakukan hal yang sama: mengatakan sesuatu kepada seseorang tetapi berpikir atau merasakan sesuatu yang sungguh sangat berbeda? Amsal, di sini, berbicara keras menentang penipuan ini. “Segala sesuatu yang orang-orang Kristen lakukan harus sejelas sinar matahari. Kebenaran adalah dari Allah; penipuan dalam diri setiap orang dengan bentuknya yang beragam, adalah dari Setan.... Bukanlah sesuatu yang ringan atau sebuah hal yang mudah untuk menyampaikan kebenaran yang sesungguhnya. Kita tidak dapat menyatakan kebenaran kecuali kita mengetahui kebenaran, dan berapa sering opini yang terbentuk sebelumnya, prasangka mental, pengetahuan yang tidak sempurna, kesalahan penilaian, mencegah sebuah pemahaman yang benar akan hal-hal yang hurus kita lakukan! Kita tidak; bisa berbicara kebenaran kecuali pikiran kita terus dibimbing oleh-Nya yang adalah kebenaran.”Ellen G. White, Reflecting Christ, hlm, 71.

Seberapa terbuka dan transparankah Anda dalam hal yang Anda katakan? Berapa banyakkah yang tidak terkait, jika ada, antara perkataan Anda dan pemikiran Anda? Apakah Anda sungguh-sungguh berpikir bahwa bermuka dua seperti itu dapat dipertahankan tanpa batas waktu? (Lihat! Mat. 10:26, 27).
Mat. 10:26, 27).
(26) Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.

(27) Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.



Pendalaman Jum, 6-Mar-15

“Agen Roh Allah tidak menghapuskan dari klta perlunya melatih kemampuan-kemampuan dan talenta-talenta kita, tetapi mengajarkan kita bagaimana menggunakan setiap kuasa bagi kemuliaan Allah. Kemampuan-kemampuan manusia, ketika berada di bawah arahan khusus dari kasih karunia Allah, mampu digunakan untuk tujuan terbaik di bumi; Kebodohan tidak meningkatkan kerendahan hati atau kerohanian dari siapa saja yang mengaku pengikut Kristus. Kebenaran-kebenaran firman llahi dapat menjadi yang terbaik dihargai oleh seorang intelektual Kristen. Kristus dapat menjadi yang terbaik dimuliakan oleh mereka yang melayani-Nya dengan cerdas. Tujuan besar pendidikan adalah untuk menyanggupkan kita guna menggunakan kuasa yang telah Allah berikan kepada kita sedemikian rupa sehingga menunjukkan agama Alkitab dan mempromosikan kemuliaan Allah. Kita berutang budi kepada Dia yang memberi kan kehidupan, bagi talenta-talenta yang telah dipercayakan kepada kita, dan itu adalah tugas yang kita terima dari Pencipta untuk mengelola dan mengembangkan ‘talenta-talenta tersebut.’"Ellen G. White, Counsels to Parents, Teachers, and Students, hlm. 361, 362.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Diskusikan lebih lanjut misteri-misteri yang kita temukan dalam hidup sehari-hari, baik di alam, dalam interaksimanusia, atau dalam pertanyaan-pertanyaan tentang iman dan sifat Allah dan keselamatan. Ini adalah satu ironi kehidupan yang besar bahwa makin banyak kita belajar, semakin kita menyadari ‘betapa kecilnya yang kita tahu. Mengapakah itu semakin nyata ketika tiba pada kebenaran-kebenaran rohani?
2.Apakah beberapa “kebenaran” yang, sesungguhnya, adalah relatif", bersifat budaya, dan berubah? Bagaimana kita membedakan semuanya kebenaran-kebenaran yang abadi, universal, dan tetap? Mengapakah begitu penting kita mengetahui perbedaan di antaranya? Mengapakah kebingungan pada kebenaran yang mangambang dengan kebenaran eksternal adalah salah satu bahaya besar yang kita hadapi?
3.Telah dikatakan bahwa orang-orang pintar membuat. teman-teman mereka selalu dekat dan musuh-musuh mereka lebih dekat. Apakah artinya itu? Sebagai orang Kristen, bagaimanakah kita berhubungan dengan pendapat seperti itu? Mungkin Matius 10:16 dapat menolong.

Matius 10:16
(16) "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.


No comments:

Post a Comment