Pelajaran Sekolah Sabat Ke-1 Triwulan I 2015, Penuntun Guru dan Berita Misi


Jactjues B. Doukhan adalah profesor bahasa Ibrani dan penafsiran Perjanjian Lama juga direktur Lembaga Kajian Yahudi-Kristiani di Seminari Teologi Advent, Universitas Andrews. Seorang warga negara Prancis (lahir di Algeria), Doukhan mempunyai gelar doktor dalam bahasa Ibrani dari the Universitas Strasbourg dan doktor teologi dari Universitas Andrews.

*27 Desember -2 Januari

Panggilan Hikmat

 Sabat petang
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Amsal 1-3; Kej. 1:1; Kel. 19:16; 20:20; Ams. 11:30; 13:12; 15:4.
AYAT HAFALAN: "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengeta­huan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" (Amsal 1:7).
Dari Eden dan seterusnya, akar tragedi kemanusiaan terletak pada pilih an yang salah. "Manusia kehilangan segala-galanya oleh sebab ia me­­milih untuk mendengar si penipu gantinya mendengar Dia yang adalah Kebenaran, yang satu-satunya memiliki pengertian. Oleh mencampur aduk ke­jahatan dengan kebaikan, pikirannya menjadi kacau."—Ellen G. White, Mem­bina Pendidikan Sejati, hlm. 21.
Kitab Amsal menolong kita untuk membuat pilihan yang benar, memilih jalan Allah dan bukan si penipu. Ayah atau ibu, berbicara kepada anak mere­ka, tidak hanya memperingatkan dia terhadap pilihan-pilihan yang salah tetapi mendorongnya untuk membuat yang benar. Ini sangat penting karena pilihan- pilihan yang kita buat benar-benar masalah hidup dan mati.
Tiga pasal pertama Amsal menggambarkan metode pendidikan. Setelah menjelaskan tujuan buku: "Untuk mengetahui hikmat'1 (Ams. 1:2), dan setelah meletakkan semboyan buku: "Takut akan TUHAN adalah permulaan penge­tahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" (Ams. 1:7; ban­dingkan Ams. 9:10), penulis bergerak bolak-balik mengamarkan kita terhadap mendengarkan kebodohan, agar mendesak kita menyambut panggilan hikmat surgawi.
*Pelajarilah pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 3 Januari.

Minggu, 28 Desember
Permulaan Hikmat

Dalam Amsal 1:1-6 Judul "Amsal-amsal Solomo bin Daud" (Ams. 1:1) me­netapkan hubungan antara Amsal dan 1 Raja-raja 3:5-14. Dalam kitab Raja-raja (sebagaimana di kitab Amsal), Salomo dihadirkan sebagai seorang anak yang mencari hikmat dari Allah. Di samping keduanya menunjuk Salomo sebagai "anak Daud," kedua ayat-ayat tersebut juga memberikan kata-kata umum: "pe­ngertian," "hikmat," "pertimbangan." Kesejajaran ini bukan hanya memasti­kan Salomo sebagai orang di balik penulisan kitab ini, itu juga menunjukkan bahwa Amsal berkaitan dengan pencarian manusia terhadap hikmat dari Allah.

Bacalah Amsal 1:7. Apakah hikmat itu? Apakah "takut akan TUHAN" itu? Bagaimanakah dua konsep ini berhubungan satu dengan yang lain?
Amsal 1:7
1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.

"Hikmat" di sini didefinisikan sebagai pengalaman rohani. Mal ini berkaitan dengan takut akan Tuhan. Konsep penting agama Ibrani ini adalah kunci Am­sal. Bukan hanya muncul berkali-kali, tetapi itu juga menyusun Kitab Amsal secara keseluruhan (Ams. 1:7; 31:30).
Takut akan Tuhan tidak ada kaitannya dengan takhyul dan rasa takut seperti anak-anak terhadap hukuman Ilahi. Sebaliknya, itu harus dipahami sebagai kesadaran akut pada kehadiran pribadi Allah di setiap saat dan di mana saja. Takut akan Tuhan telah menandai reaksi manusia terhadap wahyu Allah di Si- . nai (Ke/. 19:16; 20:20), sebagaimana itu menjelaskan komitmen mereka untuk setia dan mengasihi Allah sebagai jawaban bagi perjanjian-Nya dengan mere­ka (Ul. 10:12).
Singkatnya, takut akan Tuhan berarti setia kepada Allah dan mengasihi- Nya. Ungkapan, "takut akan TUHAN adalah permulaan.... hikmat" berar­ti bahwa hikmat bermula dalam "takut" ini. Kata Ibrani untuk "permulaan" (reshit) menunjuk kepada kata pertama dari pendahuluan kisah Penciptaan (Kej. 1:1). Maka, pelajaran pertama dari hikmat berkaitan dengan pemahaman bahwa Allah adalah Pencipta kita, Dia yang memberi hidup dan napas, dan bahwa Dia selalu hadir—Allah kasih, dan keadilan, dan penebusan (Yoh. 3:16; Mzm. 89:14: i/v: 9:12).
Kita diminta untuk mengasihi Allah dan juga takut akan Dia. Bagai­manakah dua konsep ini berkaitan dengan pengalaman pribadi Anda de­ngan Tuhan?

Senin, 29 Desember
Pendidikan yang Benar

Bacalah Amsal 1:8-19. Apakah dua cara perbedaan "pendidikan" yang disajikan dalam ayat-ayat ini? Apakah pekabaran mendasar di sini, bu­kan hanya bagi para orangtua, tetapi bagi setiap orang yang takut akan Tuhan?
Amsal 1:8-19
1:8 Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu
1:9 sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu.
1:10 Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut;
1:11 jikalau mereka berkata: "Marilah ikut kami, biarlah kita menghadang darah, biarlah kita mengintai orang yang tidak bersalah, dengan tidak semena-mena;
1:12 biarlah kita menelan mereka hidup-hidup seperti dunia orang mati, bulat-bulat, seperti mereka yang turun ke liang kubur;
1:13 kita akan mendapat pelbagai benda yang berharga, kita akan memenuhi rumah kita dengan barang rampasan;
1:14 buanglah undimu ke tengah-tengah kami, satu pundi-pundi bagi kita sekalian."
1:15 Hai anakku, janganlah engkau hidup menurut tingkah laku mereka, tahanlah kakimu dari pada jalan mereka,
1:16 karena kaki mereka lari menuju kejahatan dan bergegas-gegas untuk menumpahkan darah.
1:17 Sebab percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang bersayap,
1:18 padahal mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri.
1:19 Demikianlah pengalaman setiap orang yang loba akan keuntungan gelap, yang mengambil nyawa orang yang mempunyainya.

Pertama, pendidikan adalah masalah keluarga, dan pendidikan yang benar, pertama dari terutama, datang dari orangtua. Dalam ayat-ayat tersebut, pendi­dikan disebut "instruksi" dan bahkan "hukum." Kata Ibrani untuk hukum, torah, artinya "arah." Para orangtua harus mengarahkan anak-anak mereka pada arah yang benar. Sebaliknya, model "pendidikan" yang lain tidak diidentifika­sikan, tidak diberikan nama. Mal ini diakui hanya sebagai suara orang-orang berdosa,, yang mengarah ke arah yang salah.
Juga, kata "anakku," tidak digunakan secara khusus dalam pengertian je­nis kelamin, diulangi berkali-kali, menekankan perintah orangtua. Setiap orangtua—"ayahmu," "ibumu"—jelas diidentifikasikan dalam bentuk tunggal dan terlibat secara pribadi, sedangkan kelompok yang lain adalah jamak tanpa nama, "orang-orang berdosa."
"Dalam khidmat-Nya, Tuhan telah memutuskan supaya .keluarga menja­di perwakilan pendidikan yang paling besar dari semuanya. Di dalam rumah tanggalah pendidikan harus dimulai. Di sinilah sekolahnya yang pertama. Di sini, ibu bapanya sebagai guru-gurunya, ia harus belajar segala pelajaran yang akan memimpin dia sepanjang umur hidupnya. . . . Pengaruh pendidikan ru­mah tangga adalah suatu kuasa yang pasti untuk kebaikan atau kejahatan.... Kalau anak tidak diajar dengan benar, Setan akan mendidik dia melalui per­wakilannya sendiri."—Ellen G. White, Membina Keluarga Bahagia, hlm. 171.
Argumen terbaik atas nama pendidikan keluarga adalah hasil-hasilnya. Ini adalah kualitas inti karakter, seperti perhiasan-perhiasan di kepala dan di se­kitar leher. Dalam budaya Timur Tengah, kalung dan gelang berharga diturun­kan dari orangtua kepada anak-anak sebagai warisan nilai. Namun, masalah pendidikan lebih daripada kekayaan materi. Waktu yang digunakan bersama anak-anak kita akan lebih bernilai bagi mereka ketimbang waktu yang diguna­kan pada bisnis kita. Juga, rujukan kepada leher dan kepala, yang merupakan wajah individu, menunjukkan bahwa pendidikan akan membentuk kepriba­dian orang tersebut. Dalam jalan orang bebal atau berdosa, hanya kaki (Ams. 1:15) yang disebutkan, seolah-olah anak bandel telah kehilangan identitasnya.

Bagaimanakah kita bisa belajar untuk menolak pencobaan-pencobaan yang bisa merobohkan jalan kita dari kebudayaan, masyarakat, sahabat- sahabat, bahkan keluarga kita?

Selasa, 30 Desember
Panggilan Hikmat

Bacalah Amsal 1:20, 21. Bagaimanakah hikmat dipaparkan di sini? Apakah yang sedang disampaikan kepada kita?
Amsal 1:20, 21
1:20 Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya,
1:21 di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya.

Sementara orang-orang berdosa "menghadang" dan "mengintai" (Ams. 1:11,18), hikmat "berseru nyaring di jalan-jalan" (Ams. 1:20), "berseru-seru di atas tembok" (Ams. 1:21), dan "mengucapkan kata-katanya" (Ams. 1:21). Di sini hikmat dipersonifikasikan, penawarannya diberikan kepada pria dan wanita dijalan. Itu adalah bagi semua orang dalam urusan kehidupan nyata. Di tengah keributan dan kebencian begitu banyak produk dan begitu baryak pen­jual, namun panggilan hikmat haruslah kuat; jika tidak, ia tidak akan didengar melawan teriakan suara-suara lainnya begitu banyak.

Bacalah Amsal 1:22-32. Apakah akibat menolak hikmat?
Amsal 1:22-32
1:22 "Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan?
1:23 Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu.
1:24 Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku,
1:25 bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,
1:26 maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu,
1:27 apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu.
1:28 Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku.
1:29 Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memilih takut akan TUHAN,
1:30 tidak mau menerima nasihatku, tetapi menolak segala teguranku,
1:31 maka mereka akan memakan buah perbuatan mereka, dan menjadi kenyang oleh rencana mereka.
1:32 Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya.

Alasan bahwa orang menolak hikmat tidak ada hubungannya dengan hik­mat itu sendiri dan segala sesuatu yang berkaitan dengan karakter orang-orang yang menolaknya. Di sini digambarkan sebagai kesombongan dan meman­dang hina (Ams. 1:25, bandingkan dengan ayat 30), seolah-olah mereka me­ngetahui lebih baik. Implikasinya adalah bahwa hikmat bagi yang naif dan tak berpengalaman. Dan mereka yang menolak hikmat adalah tak berpengalaman dan naif; mereka adalah orang bebal yang "membenci pengetahuan" (Ams. 1:22, NKJV; bandingkan dengan ayat 29).
Mereka yang menolak hikmat akan menuai buah dari penolakan mereka. Setelah menolak untuk takut akan Tuhan, mereka akan puas dengan diri me­reka sendiri: maka mereka akan "kenyang oleh rencana mereka" (Ams. 1:31, NKJV). Saat kita menolak hikmat yang dari atas, kita sering berakhir pada dongeng-dongeng dan dusta-dusta yang orang lain buat bagi kita dan kita be­gitu mudah menerimanya. Dengan cara ini, kita menggantikan Allah dengan berhala-berhala Ironisnya, mereka yang menganggap hina agama, mengolok- olok orang yang mereka anggap tidak berpengalaman dan naif, sering ber- takhyui dengan cara mereka sendiri, menempatkan nilai pada sesuatu yang paling cepat berlalu dan tak bermanfaat daripada hal-hal yang, pada akhirnya, tidak pernah memuaskan kebutuhan hati yang mendasar.

Bacalah Amsal 1:33. Mengingat konteks yang muncul sebelumnya, apakah janji dan pengharapan yang ditemukan di sini bagi kita? Bagai­manakah janji ini diwujudkan dalam pengalaman kita sendiri?
Amsal 1:33
1:33 Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka."


Rabu, 31 Desember
Manfaat Hikmat

Bacalah Amsal 2:1-5. Apakah syarat-syarat untuk memahami "takut akan TUHAN"? Pilihan apakah yang kita harus buat dalam hal ini?
Amsal 2:1-5
2:1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
2:2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian,
2:3 ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian,
2:4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,
2:5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.

Tiga kali percakapan diperkenalkan dengan kata sambung "jika," menandai tiga tahap dalam perkembangan pendidikan. "Jika" yang pertama memperke­nalkan tahap pasif dari mendengarkan; yaitu, hanya bersikap menerima dan memperhatikan kata-kata hikmat (Ams. 2:1, 2). "Jika" yang kedua memper­kenalkan sambutan aktif dari berseru dan meminta hikmat (Ams. 2:3). "Jika" yang ketiga memperkenalkan keterlibatan yang penuh semangat dalam men­cari dan menelusuri hikmat seperti yang akan kita lakukan kepada "harta ter­pendam" (Ams. 2:4).
Bacalah Amsal 2:6-9. Apakah syarat-syarat untuk memahami kebenar­an? Apakah tanggung jawab Allah dalam memperoleh hikmat?
Amsal 2:6-9
2:6 Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.
2:7 Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya,
2:8 sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia.
2:9 Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik.

Perhatikan bahwa frasa "TUHANlah yang memberikan" di ayat 6 menja­wab frasa "engkau akan... mendapat pengenalan akan Allah" di ayat 5. Hikmat, seperti keselamatan, adalah pemberian dari Allah. Pertama menggambarkan proses manusia, paragraf ini menggambarkan pekerjaan Ilahi: la memberikan hikmat; la menyimpan hikmat; Ia menjaga dan melihat jalan orang bijak.
Bacalah Amsal 2:10-22. Apakah yang terjadi ketika hikmat akhirnya menemukan sebuah tempat tinggal di dalam hati?
Amsal 2:10-22
2:10 Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu;
2:11 kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau
2:12 supaya engkau terlepas dari jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu muslihat,
2:13 dari mereka yang meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang gelap;
2:14 yang bersukacita melakukan kejahatan, bersorak-sorak karena tipu muslihat yang jahat,
2:15 yang berliku-liku jalannya dan yang sesat perilakunya;
2:16 supaya engkau terlepas dari perempuan jalang, dari perempuan yang asing, yang licin perkataannya,
2:17 yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan perjanjian Allahnya;
2:18 sesungguhnya rumahnya hilang tenggelam ke dalam maut, jalannya menuju ke arwah-arwah.
2:19 Segala orang yang datang kepadanya tidak balik kembali, dan tidak mencapai jalan kehidupan.
2:20 Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar.
2:21 Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ,
2:22 tetapi orang fasik akan dipunahkan dari tanah itu, dan pengkhianat akan dibuang dari situ.

"Ketika hikmat memasuki hatimu," itu menandai tahap akhir pertobatan. Bukan hanya menikmati pengetahuan akan Tuhan tetapi itu akan menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi jiwa kita (Ams. 2:10). Kita. juga akan di­lindungi dari jalan yang jahat (Ams. 2:12), dari penggodaan jahat (Ams. 2:16), dan kita akan berjalan dalam jalan kebenaran (Ams. 2:20).
Bacalah Amsal 2:13, 17. Apakah langkah pertama kejahatan, dan ke manakah kejahatan itu menuntun?
Amsal 2:13, 17
2:13 dari mereka yang meninggalkan jalan yang lurus dan menempuh jalan yang gelap;
2:17 yang meninggalkan teman hidup masa mudanya dan melupakan perjanjian Allahnya;

Meskipun kita orang berdosa, kita tidak perlu jatuh ke dalam kejahatan. Me­reka yang digambarkan berada pada jalan yang salah berarti terlebih dahulu meninggalkan jalan yang benar. Kejahatan kemudian dipahami pertama-tama sebagai kekurangan kesetiaan. Dosa dimulai dengan halus dan polos, tetapi tidak lama orang berdosa bukan hanya melakukan yang jahat tetapi juga me­nikmatinya.
Apakah yang seharusnya hal itu nyatakan kepada Anda tentang diri Anda sendiri jika, semoga tidak, Anda menikmati melakukan kejahatan? Atau lebih buruk lagi, jika Anda bahkan tidak menganggapnya lagi ke­jahatan?


Kamis, 1 Januari
Jangan Lupa!

Bacalah Amsal 3:7. Apakah perangkap berhikmat dalam pandangan sendiri?
Amsal 3:7
3:7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;
Menjadi berhikmat dalam pandangan sendiri akan menyebabkan ilusi bah­wa seseorang tidak membutuhkan Allah untuk menjadi bijaksana. Ini adalah situasi yang tidak berpengharapan. "Harapan bagi orang bebal lebih banyak daripada bagi orang itu" (Ams. 26:12). Kembali, hikmat digambarkan sebagai komitmen keagamaan. Menjadi berhikmat berarti menuruti perintah-perintah Allah (Ams. 3:1), memperlihatkan "kasih dan setia" (Ams. 3:3), dan "percaya kepada TUHAN" (Ams. 3:5). Hikmat menyiratkan hubungan yang erat dengan Allah. Perhatikan pengulangan ayat-ayat tentang hati (Ams. 3:1, 3, 5), kedu­dukan tanggapan pribadi kita kepada pengaruh Allah. (Hati sudah disebutkan dalam Amsal 2:10 sebagai tempat yang seharusnya dimasuki hikmat).
Bacalah Amsal 3:13-18. Apakah upah yang didapat dengan karunia hikmat?
Amsal 3:13-18
3:13 Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,
3:14 karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.
3:15 Ia lebih berharga dari pada permata; apa pun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya.
3:16 Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan.
3:17 Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata.
3:18 Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.

Hikmat dikaitkan dengan kehidupan dan kesehatan (Ams. 3:2, 8, 16, 18, 22). Salah satu gambaran yang paling cocok adalah "pohon kehidupan" (Ams. 3:18), sebuah janji beberapa kali diulangi di dalam Alkitab (Ams. 11:30: 13:12; 15:4). Metafora ini merujuk kepada taman Eden. Janji ini tidak berarti bahwa menerima hikmat akan menyediakan kehidupan kekal; sebaliknya, idenya ada­lah bahwa kualitas hidup bersama Allah, yang orangtua pertama kita nikmati di Eden, bisa dipulihkan untuk beberapa tahap. Ketika kita hidup bersama Allah, kita memperoleh beberapa pandangan, beberapa petunjuk, tentang Eden; bah­kan lebih baik lagi, kita belajar untuk berharap dalam janji pemulihan kerajaan yang hilang ini (lihat Dan. 7:18).

Bacalah Amsal 3:19, 20. Mengapakah kebutuhan hikmat sangat pen­ting?
Amsal 3:19, 20
3:19 Dengan hikmat TUHAN telah meletakkan dasar bumi, dengan pengertian ditetapkan-Nya langit,
3:20 dengan pengetahuan-Nya air samudera raya berpencaran dan awan menitikkan embun.

Referensi kisah Penciptaan yang tiba-tiba tampaknya tidak cocok dalam konteks ini. Namun penggunaan hikmat dalam Penciptaan memperkuat penda­pat ayat 18, yang menghubungkan hikmat dengan pohon kehidupan. Jika Allah menggunakan hikmat untuk menciptakan langit dan bumi, hikmat bukanlah masalah sepele. Ruang lingkup hikmat adalah kosmis, melampaui batas-batas keberadaan bumi kita. Hikmat menyangkut kehidupan kekal kita juga. Pela­jaran ini tersirat dalam referensi kepada pohon kehidupan, yang mengingatkan kepada taman Eden. Perspektif ini juga terkandung dalam janji yang menyim­pulkan ayat kita: "Orang bijak akan mewarisi kehormatan" (Ams. 3:35).

Jumat, 2 Januari
Pendalaman: Bacalah buku Ellen G. White, "Harta Terpendam," hlm. 72- 82, dalam Membina Kehidupan Abadi; "Satu Berkat dalam Rumah Tangga," hlm. 331, dalam Amanat Kepada Orang Muda\ "Mempelajari Tubuh dan Ke­sehatan Jasmani," hlm. 179-184, dalam Membina Pendidikan Sejati; Komentar Ellen G. White, hlm. 1156, dalam TheSDA Bible Commentary, jld. 3.
"Orang muda perlu mengerti kebenaran yang mendalam, mendasari sebutan Alkitab bahwa bersama Allah 'adalah mata air kehidupan.' Mazmur 36:9. Bu­kan hanya sumber dari segala sesuatu, tetapi Dia adalah kehidupan bagi segala yang hidup. Hidup-Nyalah yang kita terima di dalam sinar matahari, di dalam udara yang bersih dan segar, di dalam makanan yang membangun tubuh kita, dan mempertahankan kekuatan kita. Karena hidup-Nyalah kita ada, jam demi jam, waktu demi waktu. Hanya karena dirusak oleh dosa, sebenarnya semua pemberian-Nya memelihara kehidupan, kesehatan dan kegembiraan."-—Ellen G. White, Membina Pendidikan Sejati, hlm. 181,182
"Banyak yang beranggapan bahwa pengabdian kepada Allah merugikan ke­sehatan dan kebahagiaan dalam kehidupan hubungan sosial. Tetapi bagi mere­ka yang berjalan dalam jalan hikmat dan kekudusan akan menemukan bahwa 'kesalehan itu berguna untuk segala hal, mengandung janji kehidupan yang sekarang, dan yang akan datang.' Mereka hidup untuk menikmati kesenangan hidup yang nyata."—Ellen G. White Comments, The SDA Bible Commentary, jld. 3, hlm. 1156.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.  Apakah perbedaan antara hikmat dan pengetahuan? Bagaimana­kah seseorang bisa memiliki banyak pengetahuan dan bukan hik­mat? Bagaimanapun, siapakah yang tidak mengenal secara priba­di, atau paling tidak mengenal tentang, beberapa orang yang sangat berpengetahuan kelihatannya tetapi tidak memiliki hikmat?
2.    Dalamilah lagi pemikiran "takut akan TUHAN." Jika "di dalam kasih tidak ada ketakutan" (I Yoh. 4:18), bagaimanakah kita bisa takut akan Tuhan dan tetap mengasihi-Nya? Bagaimanakah kita menyatukan ketegangan antara keadilan dan kasih dalam "takut akan TUHAN"?
3.    Mengapakah menjadi "berhikmat dalam pandangan sendiri" me­rupakan kondisi yang berbahaya untuk dimiliki, khususnya ketika kita mempertimbangkan betapa jahatnya hati manusia, dan beta­pa mudahnya bagi kita untuk merasionalisasikan apa saja perilaku yang kita inginkan? Pikirkanlah mereka yang telah merasionalisa­sikan perilaku yang terburuk. Bagaimanakah kita bisa memasti­kan bahwa kita tidak melakukan hal yang sama?




BERITA MISI

SEBUAH BINTANG PETUNJUK
3 Januari | Virginia Barat
Roland

Fakta Terkini                          
·         Istilah Alaska asli mengacu pada penduduk asli Alaska Ini termasuk Aleut, Eskimo dan kelompok India.
·      Alaska resmi menjadi negara ke 49 pada 3 Januari 1959.
·      Alaska adalah negara bagian terbesar di negara Inggris dan lebih dari dua kali ukuran Texas. Panjangnya jika diukur dari utara ke selatan ne­gara adalah sekitar 1.400 mil dan : lebarnya jika diukur dari timur ke barat adalah 2.700 mil.
·      Hampir sepertiga dari Alaska terle­tak dalam Lingkaran Arktik.

Hidup begitu sulit di Kota Humptulips Washington Barat selama tahun 1930an. Berlokasi di Sungai Humptulips di Olympic Peninsula, kota itu seperti­nya menjanjikan masa depan yang baik bagi pedagang ikan yang men­coba mencari nafkah.
Sebuah keluarga, yaitu Keluarga Moody, menemukan hidup yang begitu sulit di Humptulips di saat mereka memutuskan untuk meng­ikuti kakak dari Nyonya Moody ke Alaska, di mana menurut saudara­nya, memancing adalah baik dan itu bisa menghasilkan banyak uang. Keluarga yang terdiri dari 6 anggota ini berkemas dan melakukan perja­lanan sejauh 2500 mil dari Humptu­lips ke perbatasan Kanada. Kemudi­an, melewati British Columbia dan Yukon sebelum menuju ke barat ke kota perbatasan Dilingham, Alaska. Dari Dilingham mereka menuju Sungai Wood, akhirnya tiba di tepi pantai yang terpencil yaitu danau Aleknagik.
Meskipun Aleknagik adalah kata dalam bahasa Yupik yang artinya "perjalanan pulang yang salah" tapi Keluarga Moody menemukan tempat yang baik untuk menetap di samping danau, di mana mereka membangun sebuah pondok kayu kecil. Tuan Moody dan putra su­lungnya mengambil perahu nelayan yang besar lalu mereka turun ke Te­luk Bristol, yang adalah sumber ikan salmon merah terbesar di dunia, sementara Nyonya Moody merawat tiga anak-anaknya yang masih kecil di rumahnya.
Sayangnya, hanya beberapa bu­lan setelah menetap di rumah me­reka yang baru, tragedi menimpa Keluarga Moody. Ayah dan anak ter­tua yang memimpin perjalanan dari Dilingham, entah bagaimana kedua orang tersebut meninggal dalam derasnya arus dan tenggelam, me­ninggalkan ibu yang membesarkan dua anak laki-laki yang lebih muda dan seorang anak perempuan.
Sebuah Keluarga yang Beriman
Menjadi keluarga yang beriman, ibu itu selalu mengumpulkan anak- anaknya untuk beribadah dan pada hari Sabat mereka bertemu dengan paman dan keluarganya. Selama sepekan, Nyonya Moody menjalan­kan bisnis perikanan keluarga, de­ngan bantuan dua putranya yang masih muda, Lloyd yang berumur 14 tahun, dan Roland yang beru­mur 13 tahun.
"Kami bertumbuh dengan cepat"kata Roland."Kami memi­liki seorang ibu dan seorang adik perempuan yang masih kecil untuk membantu".
Untuk membantu keluarga mereka bertahan hidup, Lloyd dan Roland selain mempunyai waktu untuk sekolah mereka juga pu nya banyak waktu untuk bekerja sebagai pedagang ikan di dekat rumah. Setelah mereka beranjak masa remaja, mereka belum me­namatkan pendidikan di sekolah negeri. Setiap pagi, Roland, yang kini 20 berusia tahun, membuat api pemanas dari kayu untuk mengha­ngatkan siswa ketika mereka tiba di sekolah.
Sepanjang pagi, Roland tidak hanya menghangatkan para siswa kelas itu, ia juga mengambil kesem­patan untuk mengenal guru muda yang cantik di sekolah, Miss Jackie. Pada akhir tahun, mereka menikah dan mendirikan rumah di samping Danau Aleknagik.
BumiBumi Perkemahan Polaris Sebuah Bintang Petunjuk
Setelah mereka menikah, Roland dan Jackie mulai berbica­ra tentang cara-cara untuk men­jangkau masyarakat asli Alaska di sekitar mereka, dan memutuskan untuk membangun sebuah seko­lah Advent di tanah milik mereka di tepi danau. Mereka menyebutnya "Sekolah Misi"dan membuka kelas 1-8. Siswa dan orangtua merasa senang, dan anak-anak datang dari jauh seperti Nome hanya untuk menghadiri sekolah misi. Dalam rangka mengakomodasi siswa, dua asrama dibangun. Selain itu, Kelu­arga Moody memulai perkumpulan Advent dan membangun Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh perta­ma di Aleknagik.
Sebagai sekolah yang berkem­bang, Roland dan Jackie ingin memberikan lebih bagi siswanya, sehingga mereka memulai sebuah perkemahan."Kami tidak hanya me­miliki tempat untuk menampung anak-anak muda untuk melakukan berbagai kegiatan," kenang Roland, "dan anak-anak senang untuk me­ngunjungi beberapa tempat." Mere­ka menamai tempat baru "Bumi Perkemahan Polaris"Setelah dituntun oleh cahaya bintang dari Utara.
Roland Moody membeli be­berapa bangunan tua dari Crick Cannery, yang merupakan bekas bangunan usaha. Dia memasuki ba­ngunan ini di sekitaran Teluk Bristol ke Aleknagik, dan kemudian 12 mil dari danau ke bumi perkemahan Polaris. Lebih dari 60 tahun kemudi­an, gedung-gedung pabrik penga­lengan tua masih digunakan setiap musim panas oleh anak-anak dari Alaska Barat.
Melanjutkan Penginjilan Melalui Perkemahan
Selama beberapa dekade, Ro­land dan Jackie Moody menikmati menjadi tuan rumah bagi anak-anak dan mengangkut mereka menye­berangi danau dengan tongkang ke tempat perkemahan. Setiap tahun pada hari Sabat terakhir perkemah­an, seluruh gereja Advent Aleknagik
menyiapkan pesta untuk anak-anak dan membuat perahu untuk per­jalanan selama 1 1/2 jam sepanjang danau ke bumi perkemahan Polaris di mana mereka menikmati Sabat khusus di tepi danau dengan pe­serta perkemahan. Setelah Jackie meninggal, Roland menikahi Beverly, yang membantu melanjutkan tradisi perkemahan di Polaris.
Selama bertahun-tahun, per­kemahan telah menjadi pelayanan penting untuk orang-orang muda dari Alaska Barat. Banyak anak-anak yang menghadiri perkemahan berasal dari keluarga yang kurang ideal di mana kemiskinan, penggu­naan alkohol, dan penyalahgunaan terlalu sering terjadi. Mereka sering mengumandangkan bahwa datang ke perkemahan adalah hal yang terpenting bagi mereka di saat itu, karena itu adalah tempat di mana mereka merasa dicintai, diterima, dan pedulikan.
Sejak Roland dan Beverly pen­siun dan pindah keWalla Walla, Washington, pelayanan di bumi perkemahan Polaris terus berlanjut. Anda dapat menjadi bagian dari pe­layanan ini khusus untuk anak-anak Alaska dengan berkontribusi terha­dap triwulan ini pada Persembahan Sabat Ketigabelas.


Penuntun Guru

Ringkasan Pelajaran
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Menelusuri makna dan hubungan hikmat dengan takut akan Tuhan sebagai dasar spiritualitas Alkitabiah.
Merasakan: Mempertahankan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari- hari.
Melakukan: Mengimplementasikan takut akan Tuhan sebagai bagian men­dasar dari gaya hidup. Menumbuhkan rasa kedekatan Tuhan dan memprak- tikkan disiplin untuk mengalami dan memelihara kehidupan yang seim­bang, produktif, dan bahagia.
I.     Mengetahui: flikmat dan Takut akan Allah
A.    Bagaimanakah takut akan Allah membukajalan untuk memperoleh pengetahuan yang benar dan bijaksana?
B.     Apakah definisi yang dapat Anda berikan untuk menjelaskan apa artinya takut akan Allah?
C.     Mengapakah disiplin sangat penting dalam kaitannya dengan hik­mat dan takut akan Tuhan?
II.   Merasakan: Hikmat dan Motivasi Kita
A.    Bagaimanakah takut dan kasih bisa digabungkan?
B.     Bagaimanakah Anda secara emosional mendukung keputusan orang lain untuk menghormati Allah dan hidup sesuai dengan ke­hendak yang dinyatakan-Nya? Bagaimanakah Anda bisa memeli­hara dan mempertahankan komitmen Anda sendiri untuk melay- ani-Nya dan hidup di hadirat-Nya?
C.     Apakah jenis motivasi untuk menghormati Allah yang dapat mem­bantu Anda untuk menjalani kehidupan yang harmonis?
A.    Bagaimanakah Anda dapat memupuk kesadaran untuk kehadiran Allah?
B.     Bagaimanakah penerapan dari batasan-batasan yang jelas dalam kehidupan dapat dilakukan tanpa mengutamakan moralitas atau ja­tuh ke dalam bahaya legalisme?
C.     Dengan cara apakah Anda membangun hubungan disiplin dan ber­arti bersama Tuhan?
Rangkuman: Panggilan hikmat untuk hidup di hadirat Allah memung­kinkan manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat dan melakukan apa yang benar.

Siklus Belajar
LANGKAH 1 - Memotivasi
Fokus Alkitab: Amsal 1:7 dan 3:5-9
Kunci Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Kitab Amsal dimulai dengan pen­dahuluan yang menekankan pentingnya hikmat sejati. Hikmat adalah pohon kehi­dupan (3:18; lihai juga J 1:30; 13:12; 15:4'), kuasa mencipta (3:19, 20), dan lebih berharga dari emas atau batu permata (3:14, 15). Tanpa kemampuan untuk mem­bedakan antara yang baik dan yang jahat, orang tidak bisa hidup dalam kehidupan yang berarti (2:11-16; 3:2, 4, 13, 16, 17). Hikmat bukan hanya kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat tetapi juga termasuk mengikuti apa yang benar (3:5-9), sehingga mengakui dan menghormati Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Untuk Guru: Pelajaran pekan ini akan membantu kita untuk lebih memahami arti "takut akan Allah." Buku Amsal menyajikan perbedaan yang tajam dengan perumpamaan antara dua gadis: bijaksana dan bodoh. Buku ini dimulai dari hal positif dengan menekankan hikmat sebagai motivasi untuk mengikuti jalan bijak bagi kehidupan yang memuaskan. Hikmat ini datang dari atas dan berakar dalam takut akan Tuhan.
Aktivitas Pembuka Diskusi:
1.Apakah perbedaan antara rasa takut terhadap kekhawatiran dan teror de­ngan rasa takut dari hormat dan penyembahan?
2. Dari semua buku-buku Alkitab, Amsal adalah yang paling erat hubungan­nya dengan gaya hidup yang ditandai dengan "takut akan Tuhan." Mengapa­kah konsep takut akan Allah begitu dominan dalam Amsal dan berkaitan erat dengan hikmat dan disiplin?
3. Bagaimanakah Anda dapat melatih anak-anak Anda takut akan TUHAN? Pertimbangkan hal berikut: "Orang tua harus memandang anak-anak mereka sebagaimana yang Tuhan percayakan untuk mereka didik untuk keluarga di atas. Melatih mereka dalam takut dan kasih kepada Allah, karena 'Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat'" -Ellen G. White, Child Guidance, hlm. 23.
LANGKAH 2-Menyelidiki
Untuk Guru: Anda dapat menghargai dan memahami hubungan dan desakan panggilan Allah untuk takut akan Dia ketika Anda memahami arti dari perintah- Nya untuk "takut akan TUHAN."
Tema utama buku Amsal adalah takut akan TUHAN. Anda tidak bisa menja­di bijaksana tanpa hal itu. "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan" (Amsal 1:7, lihat juga Amsal. 9:10; Ayub 28:28; dan Mazmur 111:10).
I. Takut Allah sebagai Kunci untuk Mendapatkan Hikmat
(Tinjau kembali Ulangan 31:12, 13 dan Amsal 3:7 bersama kelas.)
Secara alami kita tidak tahu bagaimana takut akan Allah, dan sebagai hasil­nya kita kehilangan pandangan terhadap relevansinya. Akibatnya, kita perlu belajar kembali bagaimana untuk mengalami hal itu (UI. 31:12, 13). Takut akan Tuhan bukan berarti ketakutan tetapi gemetar dalam kekaguman di ha­dapan kekudusan-Nya. Dia adalah Allah Yang Pengasih, Yang Esa, Allah yang benar dan adil. Dengan demikian, kita mengagumi, mengikuti, dan menyem- bah-Nya, karena tidak ada yang seperti Dia (Kel. 34:6-8: Yes. 40:25-29; 44:6- 8).
Pertimbangkanlah:
1. Pelajari bersama kelas Anda arti pemunculan ekspresi pertama dari "ta­kut akan Allah" dalam Alkitab. Perhatikan kata-kata Abraham kepada Abime- lekh ketika ia menyesalkan bahwa "takut akan Allah" tidak ada di Mesir (Kej. 20:11). Apakah Abraham takut akan Allah dalam situasi ini, atau dia lebih ta­kut raja? Jelaskan jawaban Anda.
2. Di Gunung Sinai, Tuhan berbicara, dan orang-orang takut. Apakah arti dari pernyalaan Musa: "Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan mak­sud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada pada­mu, agar kamu jangan berbuat dosa." (Kel. 20:20)?
3. Ada pepatah, "Orang yang berlutut di hadapan Allah dapat berdiri di ha­dapan siapa pun." Apakah artinya ini, dan bagaimanakah hal itu benar?
II. Definisi Takut akan Allah
(Pelajari kembali Ulangan 10:12, 13 dan Amsal 8:13 bersama kelas.)
Takut akan Allah hasil dalam menerima dan menanggapi kasih karunia Al­lah. Tetapi apakah artinya menempatkan rasa takut dalam praktik?
1.Takut akan Tuhan berarti takut mendukakan-Nya.
Ketika masih kecil, anak laki-laki akan bertanya: "Ayah, siapakah yang se­baiknya kita nikahi?" Jawaban sederhananya: "Menikahlah dengan seseorang yang takut untuk mendukakan Tuhan! Mengapa? Karena hanya jika orang ter­sebut takut untuk membuat Tuhan sedih akan merasa takut juga untuk mem­buat engkau sedih! Tetapi jika mereka tidak peduli atau tidak menghormati Tuhan, mereka tidak akan memiliki rasa hormat atau peduli kepadamu!"
Hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan yang paling penting dalam hidup, semua hubungan lainnya berasal dari situ. "Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan" (Amsal 8:13). Takut akan Allah berarti membuat Dia ba­hagia, seperti anak kecil, karena cintanya, berusaha untuk membuat orangtua bahagia. Sangat sederhana bukan? Dengarkan kata-kata Yesus: '"Sesungguh­nya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.'" (Matius 18:3).
2. Untuk takut akan Tuhan berarti menghormati-Nya dan kehendak-Nya, membuat semua keputusan kita menunjukkan hormat kepada-Nya.

Sebagaimana kita tidak dapat selalu berpikir tentang orangtua, pasangan, atau anak kita, kita juga tidak setiap saat berpikir tentang Tuhan. Namun, anak, orangtua, atau pasangan yang setia akan selalu membuat keputusan mereka yang menunjukkan hormat dan penghargaan kepada orang-orang yang terka­sih. Demikian pula, kita harus membuat semua keputusan kita menunjukkan hormat kepada Allah, Firman-Nya, hukum-Nya, dan kehendak-Nya.
Secara Alkitabiah, takut berarti memuja dan menyembah Tuhan. "Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!" (Mazmur 33:8, lihat juga Pkh. 8:12, 13: Yer. 10:6, 7).
3. Untuk takut kepada Tuhan berarti mengasihi dan menuruti-Nya. Konsep kasih dalam pengertian takut tidak hadir dalam bahasa modern kita. Dimen­si ini hilang dan hanya dilestarikan dalam kitab bahasa Ibrani: "Maka seka­rang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Aliahmu, selain dari takut akan TUHAN, Aliahmu, hidup menurut segalajalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Aliahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu." (VI. 10:12, 13, lihat juga Mzm. 103:17). Takut kepada Tu­han berarti jatuh cinta kepada-Nya, penyerahan total dan ketaatan dengan cara mengagumkan.
4. Takut kepada Tuhan berarti menumbuhkan kesadaran bahwa Dia hadir bersama kita. Tuhan selalu melihat kita, kita tidak bisa lari dari hadirat-Nya, dan mata-Nya terus-menerus melihat kita. Ini tidak berarti bahwa Dia adalah pengendali surgawi tetapi sebaliknya, Allah adalah kasih, orangtua yang pe­duli. "Mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia," (Mazmur 33:18). '['akut akan Tuhan adalah kesadaran yang sangat terhadap mata Allah kepada diri kita dan memiliki jaminan penuh bahwa kita hidup di hadirat-Nya.
Dalam rangka menumbuhkan rasa kagum di hadapan Allah, kita perlu me­nikmati hadirat-Nya, merasakan kekudusan-Nya, dan memelihara rasa gentar yang benar di hadapan rahmat dan kasih-Nya. "Kudus, kudus, kuduslah TU­HAN semesta alam!" (fes. 6:3, lihat juga Mzm. 2:11, 12; Pil. 2:12, 13). Su­perior atas ciptaan-Nya di dalam segala hal, Allah bukanlah partner kita yang setara atau Tuhan yang sentimental tetapi api yang menghanguskan dan Allah yang penuh kasih setia.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
Bagaimanakah Daud mengalami takut akan Tuhan? Refleksikan pengalam­annya: " Aku [ Daud] senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia ber­diri di sebelah kananku, aku tidak goyah." (Mzm. 16:8). Bagaimanakah dia mengatasi ketakutan, menurut Mazmur 56:3, 4? Bandingkan dengan Mazmur 36: f dan 86:14.
Musa tidak takut kepada kemarahan Firaun. tetapi kepada Allah yang hi­dup, dan "Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan".
(Ibrani 11:27). Peran apakah yang dimainkan iman dalam melihat Allah yang tidak kelihatan?
LANGKAH 3 - Mempraktikkan
Untuk Guru: Kitab Amsal menyatakan bahwa kita harus "takutlah akan TUHAN dan menjauhi kejahatan" (3:7). Jelaskanlah kepada kelas Anda bagai­mana doa rutin, belajar Alkitab setiap hari, dan membagikan kesaksian tentang kebaikan Tuhan akan meningkatkan kesadaran kepada kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
Pertanyaan untuk Dipikirkan:
Apa sajakah cara praktis untuk mengatakan TIDAK kepada kejahatan dan menghindari perilaku yang jahat? Apakah kebalikan dari melarikan diri dari kejahatan? Diskusikan apa artinya.
Pertanyaan Aplikasi:
I.       Bagaimanakah seseorang bisa menegaskan mengasihi Allah dan menaati- Nya dari rasa syukur atas apa yang Ia telah lakukan dan sementara lakukan dalam hidup kita?
II.Mengapakah disiplin sangat penting dalam memperoleh hikmat?
LANGKAH 4 - Menciptakan
Untuk Guru: Pelajarilah bersama kelas Anda arti dari istilah hikmat. Apa­kah istilah serupa yang mengekspresikan ide yang sama? Apakah ciri-ciri hik­mat dalam Alkitab? Pelajari terutama Amsal 2, 3 dari perspektif ini.
Aktivitas:
A.       Sarankan untuk, selama satu minggu, anggota kelas membayangkan keha­diran Allah dengan melakukan salah satu dari berikut ini: (1) Letakkan piring lain di atas meja untuk mengingatkan bahwa Yesus makan bersama mereka, (2) Saat membaca, menonton TV, atau bekerja di komputer mereka, tempatkan kursi bagi Yesus di samping mereka untuk mewakili partisipasi-Nya dalam kegiatan mereka.
B.Tidaklah sulit untuk menemukan referensi tentang "takut akan Tuhan" da­lam Amsal, karena merupakan tema yang dominan. Dalam New International Version, "takut akan TUHAN" digunakan enam kali (1:29, 3:7;. 8:13; 14:16, 15:33; 24:21)\ kalimat "takut akan TUHAN" terjadi 10 kali (1:7; 2:5; 9:10; 10:27; 14:27; 15:16; 16:6; 19:23; 22:4; 23:17,. NIV'); buku ini memuji seti­ap orang yang "takut akan TUHAN" (14:2, 26), dan berpuncak pada pujian terhadap wanita yang "takut akan TUHAN" (31:30). Dengan berbentuk pola, gagasan ini sering terjadi dalam Alkitab pada buku hikmat (Ayub, Mazmur, Pengkhotbah), sehingga menggarisbawahi bahwa kita bisa bijaksana jika kita membina hubungan pribadi dengan Tuhan. Dengan menggunakan konkordan- si atau aplikasi Alkitab, temukan di mana dan seberapa sering tema ini muncul dalam seluruh Alkitab. 

* 3-9 Januari

Pelajaran 2
Dari Telinga ke Kaki
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Ams. 4; 1 Raj. 3:9; Mat. 13:44; Ams. 5; 1 Kor. 10:13, Ams. 6:1-19.
AYAT HAFALAN: "Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauh­kanlah kakimu dari kejahatan" (Amsal 4:26, 27).
Ilmu pengetahuan telah menunjukkan bahwa pendengaran memengaruhi bagaimana kita berjalan, dan bahkan keseimbangan kita dipengaruhi se­berapa baik kita mendengar. Jadi, pengajaran, atau pendidikan—adalah, apa yang kita dengar—sangat penting untuk bagaimana kita hidup. "Hikmat adalah hal yang prinsip," kata Amsal 4:7.
Namun, tidak peduli seberapa baik pengajaran tersebut, siswa harus membe­rikan perhatian. Bukan tanpa ironi seorang guru Mesir kuno mencatat bahwa "telinga seorang anak laki-laki ada pada punggungnya; ia mendengar ketika ia dipukul." (Dalam seni Mesir, siswa sering diwakilkan dengan telinga besar di punggungnya).
Tidaklah cukup hanya tahu tentang benar dan salah; kita perlu tahu bagai­mana memilih yang benar dan bukan yang salah. Pelatihan hikmat terdiri dari mendengarkan pengajaran yang tepat dan mengikuti serta menuruti apa yang kita telah pelajari sehingga kita tidak berakhir berjalan dalam arah yang salah.
*Pelajarilah pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 10 Januari.









No comments:

Post a Comment