Menjinakkan
Lidah
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Yak. 3:1-12; Ul.
6:6, 7; Luk. 9:51-56; Ams. 16:27; Mat. 7:16-18.
AYAT HAFALAN:"Karena
menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan
dihukum" (Matius 12:37).
Kata-kata
memiliki kuasa yang luar biasa. "Perkataan yang diucapkan tepat pada
waktunya" (Ams 25:11)—pujian, puisi, cerita dapat
membentuk sebuah kehidupan dengan cara yang dalam. Apa yang kita ucapkan
mungkin tetap bertahan selama berhari-hari atau bahkan bertahun-tahun.
Contohnya, anak-anak, menyerap kata-kata seperti spons atau busa. Itulah
sebabnya mengapa mereka langsung dapat berbicara dengan lancar apa pun bahasa
yang mereka dengar. Karena itulah juga mengapa berita yang mereka dengar
tentang diri mereka bisa menjadi gambaran kesuksesan atau kegagalan masa depan
mereka. Apakah untuk kebaikan atau keburukan, cara komunikasi orangtua akan
ditiru dan diperjelas dalam diri anak-anak mereka.
|
Perkataan yang tertulis juga sangat berkuasa, dan bahkan lebih bertahan
lama. Tetapi yang lebih berkuasa dari semuanya adalah Firman Allah. Pertimbangkan
ini: "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" (Mzm. 119:105)\ dan "Dalam hatiku aku
menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau" (Mzm. 119:11). Yesus mengarahkan perhatian
murid-murid jauh dari berkat-berkat yang bersifat sementara kepada sesuatu yang
lebih vital: "Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna,
perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup" (Voli 6:63).
Kata-kata dapat menenangkan serta meyakinkan atau dapat meracuni serta
mencemari. Berapa seringkah Anda mengatakan sesuatu kemudian berharap untuk
dapat menariknya kembali?
Pekan ini, sebagaimana akan
kita lihat, Yakobus memiliki beberapa perkataan penting tentang kata-kata yang
baik.
*Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan Sabat 15 November.
MINGGU, 9
November
Pertanggungjawaban
Bacalah Yakobus 3:1. Poin penting apakah yang Yakobus buat di sini tentang
pertanggungjawaban?
Yakobus 3:1
3:1 Saudara-saudaraku, janganlah banyak
orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita
akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.
Guru-guru dalam jemaat dan dalam sekolah-sekolah Kristen
memiliki tanggung jawab khusus yang berat karena mereka membentuk hati dan
pikiran dalam yang akan bertahan lama. Efek ini termasuk dengan dampak
sampingan kepada banyak orang lain di luar pengaruh langsung mereka. Makin kita
tahu, semakin kita bertanggung jawab untuk memanfaatkan serta mengamalkan pengetahuan
itu.
Pada pintu masuk ke rumah perpustakaan Tyndale di Cambridge, Inggris
terdapat sebuah piagam yang mengingatkan setiap pelajar yang masuk ke sana:
"Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN" (Ams. 9:10). Manusia bukanlah ukuran untuk segala hal; tetapi
Allah, dan semua pendidikan yang benar diawali dan diakhiri dengan Dia.
Sayangnya, sebagaimana pengetahuan berkembang, ketergantungan kepada Allah pun
cenderung memudar. Hal itu juga sering dipraktikkan dan diajarkan, sebagai
contoh, ilmu pengetahuan berfungsi terpisah dari Allah.. Beberapa guru teologi,
sementara memperjuangkan kepercayaan, juga menggunakan metode-metode yang
sebisa mungkin bagi iman. Akibatnya, iman secara bertahap terhimpit pada
pikiran dan hati para guru maupun siswa. Selama mendidik bagi kekekalan, bukan
hanya bagi dunia ini, yang paling penting bagi guru dan siswa, proses
belajar.akan menjadi sebuah usaha yang berharga, bahkan memberikan inspirasi.
Paulus juga mengerti tanggung jawab ini karena dia telah melatih dan mengurapi
para pemimpin di jemaat-jemaat yang telah didirikannya (Kisah 14:23,
bandingkan dengan Titus 1:5). Bahkan ia memberikan instruksi kepada Timotius
untuk menjaga kawanan domba Allah dari para gembala yang tidak berpengalaman
serta yang tidak bijaksana (lihat 1 Tim. 1:3-7;
3:2-6; 6:2-5; 2 Tim. 2:14,15), sambil
mengamarkan bahwa sebagian adalah "selalu ingin diajar, namun tidak pernah
dapat mengenal kebenaran" (2 Tim. 3:7).
Orangtua memikul tanggung jawab yang berat mendidik anak-anak mereka, yang
pada akhirnya juga akan memengaruhi orang lain. Bahkan kita semua, oleh teladan
yang kita tunjukkan, dapat memberikan pengaruh yang besar kepada mereka yang
ada di sekitar kita. Jadi betapa pentingnya mencari hikmat Allah yang telah la
janjikan kepada kita (Yakobus 1:5), bahwa kita akan menjadi panutan bagi jalan-jalan-Nya serta memberikan
pengaruh yang saleh. Karena kita semua, apakah untuk kebaikan atau keburukan,
memberikan pengaruh kepada orang lain.
Pikirkanlah tentang mereka yang telah memengaruhi Anda dalam cara yang
positif. Apakah yang mereka lakukan? Bagaimanakah mereka memengaruhi Anda? Dan
lebih penting lagi, bagaimanakah Anda melakukan hal yang sama kepada orang
lain?
SENIN, 10
November
Kuasa
Perkataan
"Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal" (Yak. 3:2). Betapa suatu pengakuan yang
menyegarkan, khususnya saat mempertimbangkan penekanan Yakobus tentang tabiat!
Namun, pengakuan kita terhadap kebutuhan kita yang "sesungguhnya"
tidak meredupkan keyakinan kita dalam rencana ideal Allah bagi kita sebagai
perwakilan-Nya di dunia ini.
"Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang yang
sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya" (ayat 2). Bentuk kondisi ini dalam bahasa Yunani menyiratkan
bahwa tidak bersalah dalam perkataan adalah sebuah kemungkinan yang nyata.
Pentingnya perkataan hampir tidak dapat dilebih-lebihkan. Pikiran menuntun
kepada perkataan, yang kemudian menuntun kepada tindakan. Perkataan juga
menguatkan apa yang kita pikirkan. Jadi, perkataan bukan hanya memengaruhi apa
yang kita lakukan, tetapi juga memengaruhi apa yang dilakukan orang lain. Kita
saling berhubungan melalui bahasa.
Ayat pekan ini berisikan beberapa ilustrasi tentang kuasa lidah. Tiga yang
pertama menekankan bagaimana sesuatu yang kecil menyebabkan akibat yang besar:
Sebuah tali kekang dapat mengendalikan seekor kuda, sebuah kemudi dapat
mengendalikan kapal, dan api yang kecil dapat membakar hutan.
Jenis-jenis "kuasa perkataan" positif apakah yang kita temukan
dalam Alkitab? Lihat Ul. 6:6, 7;
23:23; Mzm. 40:3; Ams. 10:20, 21; 12:25; Mal. 2:6, 7; Luk. 4:22; Rm. 10:6-8.
Ul. 6:6, 7; 23:23;
6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada
hari ini haruslah engkau perhatikan,
6:7 haruslah engkau mengajarkannya
berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di
rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan
apabila engkau bangun.
23:23 Apa yang keluar dari bibirmu
haruslah kaulakukan dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada
TUHAN, Allahmu, sesuatu yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri."
Mzm. 40:3;
40:3 Ia mengangkat aku dari lobang
kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu,
menetapkan langkahku,
Ams. 10:20, 21; 12:25;
10:20 Lidah orang benar seperti perak
pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilainya.
10:21 Bibir orang benar menggembalakan
banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi.
12:25 Kekuatiran dalam hati
membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia.
Mal. 2:6, 7;
2:6 Pengajaran yang benar ada dalam
mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan
kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada
kesalahan.
2:7 Sebab bibir seorang imam memelihara
pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan
TUHAN semesta alam.
Luk. 4:22;
4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia
dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata
mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
Rm. 10:6-8.
10:6 Tetapi kebenaran karena iman
berkata demikian: "Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke
sorga?", yaitu: untuk membawa Yesus turun,
10:7 atau: "Siapakah akan turun ke
jurang maut?", yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.
10:8 Tetapi apakah katanya? Ini:
"Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam
hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan.
Anak-anak muda mudah dipengaruhi, akan tetapi seperti pohon yang bertumbuh
dengan kukuh, mereka menolak perubahan seiring dengan bertambahnya usia
mereka. Di satu sisi kita semua adalah guru, apakah di rumah atau di gereja.
Karena perkataan kita memiliki kuasa yang besar, maka adalah penting untuk
membersihkan pikiran kita dengan firman Allah di pagi hari. Bagaimanapun,
apakah yang memberi makan pikiran dan perkataan kita: Roh Allah atau sumber
yang lain? Kita tidak boleh meremehkan perubahan yang besar yang mungkin
terjadi melalui Firman Allah (Mzm. 33:6, bandingkan dengan 2
Kor. 4:6), sebagai lawan bagi sumber yang lain.
Perkataan begitu berpotensi kuat, hanya dengan beberapa kalimat, Anda dapat
menghancurkan seseorang, bahkan mungkin menghancurkan dia untuk sisa hidupnya.
Di sisi lain, perkataan yang positif dapat mengangkat seseorang, mungkin juga
untuk selama hidupnya.
Jika Anda memiliki dinamit di tangan Anda, seberapa hati-hatikah Anda
dengan itu? Apakah yang jawaban Anda katakan kepada diri Anda tentang bagaimana
seharusnya Anda berhubungan dengan sesuatu yang jauli lebih kuat daripada
dinamit?
SELASA, 11
November
Perkara
"Kecil" adalah Perkara Besar
Bacalah Yakobus 3:3-5. Persamaan umum apakah yang dimiliki dua ilustrasi
ini, dan bagaimanakah hal itu berhubungan dengan lidah?
Yakobus 3:3-5
3:3 Kita mengenakan kekang pada mulut
kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga
mengendalikan seluruh tubuhnya.
3:4 Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun
amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh
kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.
3:5 Demikian juga lidah, walaupun suatu
anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar.
Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.
Tali kekang di mulut seekor kuda maupun kemudi sebuah kapal sangatlah kecil
dibandingkan dengan apa yang kedua hal itu kendalikan. Namun, dengan'sedikit
gerakan tangan, kuda serta kapai dapat benar-benar berubah arah. Begitu pula.
"demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat
memegahkan perkara-perkara yang besar" (ayat 5). Dengan kata lain, sebuah perkataan atau bahkan
sebuah gerakan dapat saja terlihat kecil, tetapi dapat mengubah seorang teman
menjadi musuh atau mengubah situasi buruk menjadi baik. "Jawaban yang
lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan
marah" (Ams. 15:1). Bayangkan seekor kuda
berlari dalam kecepatan penuh dan sebuah kapal meluncur di air dengan cepat
tetapi keduanya berada pada arah yang salah. Makin cepat sesuatu itu bergerak,
semakin jauh dia dari tujuan. Kalau begitu yang terbaik adalah berhenti serta
berbalik sesegera mungkin. Sama halnya dengan perkataan kita. Jika percakapan
kita beranjak dari yang buruk kepada yang lebih buruk, maka makin cepat kita
berhenti, akan semakin baik.
Bacalah Lukas 9:51-56. Apakah tanggapan Yesus terhadap saran para murid?
Apakah hasilnya, dan apakah yang kita peroleh pelajaran dari kisah ini bagi
kita?
Lukas 9:51-56
9:51 Ketika hampir genap waktunya Yesus
diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem,
9:52 dan Ia mengirim beberapa utusan
mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk
mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
9:53 Tetapi orang-orang Samaria itu
tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.
9:54 Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus
dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau,
supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?"
9:55 Akan tetapi Ia berpaling dan
menegor mereka.
9:56 Lalu mereka pergi ke desa yang
lain.
Meskipun para murid memiliki pandangan Alkitabiah yang baik dalam saran
mereka (2 Raj. 1:10, 12), Yesus
menolak usulan itu. Teguran Yesus secara dramatis mengubah situasi saat itu.
Kisah itu berakhir dengan indikasi "lalu mereka pergi ke desa yang
lain" (Luk. 9:56). Yesus mengubah penolakan penduduk desa Samaria.menjadi
pengalaman yang perlu dipelajari oleh para pengikut-Nya. Ketika dalam keadaan
tertekan, saat perasaan marah muncul serta gejolak untuk membela diri, kita
dapat mengingat teladan Yesus dan, berkata melalui kiasan, pergilah "ke
desa yang lain."
"Seperti tetesan air menciptakan sebuah sungai, demikian juga hal
kecil dapat mewarnai hidup. Kehidupan adalah sungai, damai, tenang, dan
bahagia, ataukah itu adalah sebuah sungai masalah, yang selalu menangkap lumpur
serta kotoran." - Ellen G. White, That 1 May
Know Him, hlm. 209
Apakah hal-hal kecil yang ada dalam hidup Anda, yang ketika Anda berada
lebih jauh di dalamnya, mungkin saja menjadi tidak "kecil" lagi?
RABU, 12
November
Mengendalikan
Kerusakan
Kita semua pernah mengalami itu. Sesuatu yang kita katakan kemudian diperbesar,
bahkan mungkin berlebihan, bahkan sampai kita tidak dapat mengenalnya lagi.
Seperti yang Yakobus katakan, "Lihatlah, betapa kecilnya pun api, ia dapat
membakar hutan yang besar" (Yak. 3:-5).
Bacalah dengan penuh doa serta hati-hati Yakobus 3:6. Apakah yang ia
katakan tentang kuasa lidah kita, perkataan kita, yang dapat "mencemarkan"
segala sesuatu tentang kita? Mengapakah ayat ini seharusnya membuat kita
gemetar sebelum kita berbicara?
Yakobus 3:6
3:6 Lidah pun adalah api; ia merupakan
suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita
sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan
kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.
Sementara api, bila digunakan secara simbolis, dapat berarti penyucian (Yes. 4:4; Za. 13:9), itu lebih
sering merujuk kepada kehancuran (sebagai contoh, lihat Yos.
6:24: 11:9,11; 1 Sam. 30:3; Mat. 7:19),termasuk kehancuran karena perkataan yang keliru (Ams. 16:27;
26:21).
Bukan hanya api yang besar dihasilkan satu percikan saja, itu dapat juga
membinasakan dan merusak dengan cepat yang mencengangkan. Dalam cara yang sama,
perkataan dapat merusak persahabatan, pernikahan, dan reputasi. Hal itu dapat
saja merasuk jiwa anak-anak dan merusak harga diri serta perkembangan masa
depan mereka.
Dosa muncul di bumi ini dengan sebuah pertanyaan yang tampaknya tidak
berbahaya (Kej. 3:1). Itu dimulai dari surga
dalam cara yang sama. Lusifer "mulai menanamkan kebimbangan akan hukum
yang memerintah makhluk-makhluk surga."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jid. 1, hlm. 26. Jadi, juga
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa lidah "dibakar oleh api
neraka" (Yak. 3:5, NK,IV).
Sementara benar bahwa sekali kita mengucapkan perkataan, kata-kata itu akan
meluncur selamanya dan kita tidak dapat lagi menariknya kembali, kita harus
melakukan semua yang dapat kita lakukan untuk mengurangi kerusakan dan
memperbaiki apa yang dapat kita perbaiki. Berusaha untuk membuat sesuatu jadi
benar juga dapat menolong kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Sebagai contoh, sesudah penyataan yang lebih jauh dari Allah, Nabi Natan segera
berpaling kepada Daud untuk memperbaiki sesuatu yang ia telah katakan (lihat 2 Sam. 7:1-17). Petrus
menangis tersedu-sedu atas penyangkalannya terhadap Kristus dan sesudah itu ia
memperlihatkan dengan lebih terbuka pertobatannya (Yoh,
21:15-17).
Walau "tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah" (Yak. 3:8), kita ditegur untuk
"jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan
yang menipu" (Mzm. 34:14). Hanya Roh Allah yang dapat menolong kita untuk menjaga perkataan kita
tetap terkontrol (lihat Efesus 4:29-32).
Bacalah Yakobus 3:6-8. Mengapa pemikiran dalam ayat-ayat ini seharusnya
membuat kita menjadi sangat berhati-hati dengan apa yang kita katakan?
Bagaimanakah kita belajar untuk menghargai kuasa kebaikan, atau kejahatan, yang
ada dalam mulut kita?
Yakobus 3:6-8
3:6 Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan
mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang
dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia
sendiri dinyalakan oleh api neraka.
3:7 Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta
binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan
telah dijinakkan oleh sifat manusia,
3:8 tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia
adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
KAMIS, 13 November
Berkat dan
Kutuk
Bacalah Yakobus 3:9-12. Apakah kebenaran yang digambarkan Yakob- us dengan
menggunakan mata air, pohon ara, dan pokok anggur?
Yakobus 3:9-12
3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa
kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa
Allah,
3:10 dari mulut yang satu keluar berkat
dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
3:11 Adakah sumber memancarkan air tawar
dan air pahit dari mata air yang sama?
3:12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara
dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah
ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.
Ide tentang berkat dan kutuk yang keluar dari mulut orang Kristen sungguh
menggelisahkan, paling tidak demikian. Bagaimanakah dengan menonton program
siaran televisi atau film yang tidak senonoh selama pekan dan kemudian pergi
ke gereja pada hari Sabat untuk mendengar Firman Allah? Bagaimanakah tentang
seseorang yang berbicara kebenaran dan perkataan yang indah tentang Yesus,
kemudian terdengar membicarakan lelucon? Gambaran ini haruslah secara spiritual
mengganggu karena perilaku mereka bertentangan dengan apa yang kita tahu benar.
Mulut yang sama yang memuji Tuhan kemudian mengucapkan lelucon yang kotor?
Apakah yang salah dengan ini?
Yakobus menggunakan gambaran mata air. Kualitas air tergantung kepada
sumbernya, dan akar menentukan buah (bandingkan dengan Mat.
7:16-18). Sama halnya, jika firman Allah tertanam di dalam kita,
pekerjaan firman itu akan menjadi bukti di dalam hidup kita. Dengan memahami
kebenaran ini, membebaskan kita dari beban untuk "membuktikan" iman
kita. Agama yang murni berlandaskan pada iman, yakni pembuktian diri,
sebagaimana mata air yang jernih tidak memerlukan bukti dari air yang mengalir
secara alami darinya.
Pada saat yang sama, meskipun seseorang dapat bertanya, "Seandainya
kita mengambil 'teladan' dari para pengikut Allah yang setia pada poin terendah
dari pengalaman mereka (Musa membunuh orang Mesir, Daud dan Batsyeba, dsb.),
layakkah kita mempertanyakan keadaan mereka?"
Tentunya kehendak Allah, adalah agar kita tidak berdosa (1 Yoh. 2:1). Tetapi, sejak kejatuhan
Adam dan Hawa, Allah telah membuat sebuah ketetapan untuk pengampunan dosa kita
jika kita berbuat dosa, berdasarkan kepada iman dalam janji pengorbanan (bandingkan dengan Mzm. 32:1, 2). Namun, kenyataannya bahwa dosa membawa kesedihan sementara penurutan
membawa berkat. Musa menghabiskan 40 tahun merawat domba untuk melupakan
pelatihan yang mana telah menuntun dia untuk membunuh, dan Daud menderita
akibat kematian anak yang dilahirkan oleh Batsyeba, sebagaimana juga pemisahan
keluarga yang mengancam kerajaannya sampai akhir hidupnya. Memang dosa kita
akan diampuni sesudah kita melakukannya, tetapi masalahnya adalah bahwa sangat
sering akibat dosa tersebut tetap ada, sering juga hasilnya adalah kerusakan
yang bukan hanya pada diri kita, tetapi terhadap orang lain juga. Betapa jauh
lebih baik untuk bertelut dan memohon kuasa kemenangan, daripada pada meminta
pengampunan sesudah melakukan dosa lalu meminta agar kerusakan itu dapat
dikendalikan.
JUMAT, 14 November
Pendalaman: Bacalah tentang kuasa
perkataan dalam "Talenta-talenta," dari buku Seri Membina, jld. 5, hlm. 248-282, oleh Ellen G. White,
kemudian bagi- kanlah poin yang menarik perhatian Anda bersama anggota kelas
Sekolah Sabat Anda.
"Bila engkau berada di tengah orang yang bermanja dalam percakapan
yang bodoh, adalah kewajiban kita untuk mengubah pokok percakapan itu kalau
mungkin. Dengan pertolongan karunia Allah kita harus dengan tenang mengeluarkan
kata- kata atau mengemukakan pokok percakapan yang dapat mengalihkan percakapan
itu kepada saluran yang bermanfaat....
"Jauh lebih dari yang
kita perbuat, kita perlu untuk menuturkan babak-babak yang berharga dalam
pengalaman kita. Kita harus berbicara tentang pengasihan dan kasih sayang
Allah, tentang kasih Juruselamat yang tidak terbilang. Perkataan kita harus merupakan
kata-kata pujian dan syukur. Jika pikiran dan hati penuh kasih Allah, ini akan
ditunjukkan dalam percakapan. Tidak akan merupakan persoalan yang sulit
memberi apa yang telah masuk ke dalam kehidupan rohani kita. Pikiran-pikiran
yang mulia, cita-cita yang agung, pengertian yang benar dari hal kebenaran,
maksud-maksud yang tidak mementingkan diri, rindu untuk menjadi saleh dan suci,
akan mengeluarkan buah dalam perkataan yang menunjukkan tabiat yang terdapat
dalam perbendaharaan hati. Jika Kristus ditunjukkan dalam percakapan kita,
maka kata-kata kita akan mengandung kuasa untuk menarik jiwa-jiwa
kepada-Nya."—Ellen G. White, Seri Membina, jld. 5, hlm. 258, 259.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.
Masalah
perkataan adalah, bagi sebagian besar dari kita, kata- kata keluar dengan
begitu mudah. Juga sangat sering, perkataan itu keluar hampir sebelum kita
mendapatkan kesempatan berpikir tentang apa yang kita katakan. Karena hal ini
benar, bagaimanakah kita belajar untuk berpikir dengan lebih hati-hati sebelum
kita membuka mulut kita?
2.
Pikirkan
tentang kuasa kata-kata Anda bahkan terhadap diri Anda sendiri. Lakukan
percobaan ini: Berbicaralah dengan sadar kepada orang lain sebanyak yang Anda
dapat lakukan tentang apa yang Allah telah buat dalam hidup Anda, bagaimana Ia
telah memberkati Anda, bagaimana Ia telah menyertai Anda selama masa pencobaan,
dan lain sebagainya. Lalukanlah ini meskipun hanya untuk sehari saja atau
lebih, kemudian tanyakan diri Anda, bagaimanakah hal ini memengaruhi iman
saya?
3. Bagaimanakah menurut Anda bila perkataan Anda
menyatakan kepada orang lain apa yang ada dalam hati Anda? Mungkinkah mereka
menyatakan lebih daripada yang Anda pikirkan? Jika Anda merekam semua perkataan
Anda dalam sehari dan kemudian memutarnya kembali, apakah yang hal itu akan
nyatakan tentang Anda?
PENUNTUN
GURU
RINGKASAN PELAJARAN
Ayat
Inti: Yak. 3:2,6-10
Anggota
Kelas akan:
Mengetahui: Menyadari kesanggupan yang merusak dari perkataan
negatif serta rahasia untuk mengontrol lidah yang tidak terkendali. Merasakan: Menumbuhkan sebuah keinginan untuk membicarakan perkataan yang sifatnya
mengangkat.
Melakukan: Memadamkan api .yang dinyalakan oleh perkataan negatif kita.
Garis Besar Pelajaran:
1. Mengetahui: Hakikat Manusia yang Sempurna
a.
Apakah yang dimaksud oleh
Yakobus dengan sempurna?
b.
. Apakah rahasia yang dapat
mengontrol lidah yang tidak terkenda-
likan?
c. Bagaimanakah perkataan yang negatif dapat berperan
seperti api?
2. Merasakan: Lidah adalah Api
a.
Apakah rasanya
"dibakar" oleh perkataan yang buruk?
b. Bagaimanakah perkataan dapat digunakan untuk
mengangkat orang lain di sekitar Anda, menumbuhkan di hati mereka pengharapan
dan sukacita?
3. Melakukan: Menjinakkan Lidah
a.
Apakah yang bisa dilakukan
untuk memadamkan api yang dinyalakan oleh lidah?
b.
Bagaimanakah Anda
menyembuhkan mereka yang terbakar oleh perkataanmu?
Rangkuman: Perkataan memiliki kuasa untuk menyembuhkan atau
merusak; jadi, kita harus memilih kata-kata kita dengan bijaksana.
Siklus Pelajaran
Langkah 1—Memotivasi Fokus Alkitab: Yak. 3:2,6-10
Kunci Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Perkataan memiliki kuasa untuk menyembuhkan atau merusak; jadi, kita
harus memilih kata-kata kita dengan bijaksana.
Untuk Guru: Bantulah anggota kelas untuk memahami, melalui
penjelajahan perbandingan antara lidah dan api yang diberikan Yakobus,
kemampuan merusak dari perkataan negatif.
Aktivitas: Gambarkanlah keadaan api, gunakan gambaran api
sebanyak mungkin. Apa sajakah ciri-ciri api? Bagaimanakah tindakannya? Apa keuntungannya
bagi manusia, serta apa bahayanya? Apakah yang terjadi jika api tidak dapat
dikendalikan?
Pertimbangkanlah: Yakobus membandingkan
lidah dengan api. Jika sebuah lapangan yang kering atau hutan dilalap api,
adakah kesempatan untuk memadamkan api itu tanpa efek yang merusak? Berdasarkan
apakah api itu bekerja, bagaimanakah perkataan yang membakar itu dapat
"membakar" orang lain?
Langkah 2—Menyelidiki
Untuk
Guru: Bantulah anggota kelas untuk memahami apakah yang
Yakobus maksudkan dengan menjadi "sempurna," serta rahasia
mengendalikan lidah yang tidak terkendali—yang tampaknya pekerjaan yang
mustahil bagi orang Kristen, namun didesak untuk berupaya agar dapat
melakukannya.
Komentar Alkitab
I. Mengendalikan Lidah: Hakikat Manusia yang
Sempurna
(Tinjau kembali
Yak 3:2 dengan anggota kelas.)
Apakah definisi manusia yang
sempurna? Bertentangan dengan cita-cita budaya atau bahkan idaman agama, itu
mungkin sesuatu yang tidak diharapkan orang. Kesempurnaan di dalam Alkitab
tidak diartikan dengan perbuatan baik yang banyak, pendidikan, kekayaan,
pengakuan, atau oleh menjauhkan diri dari praktik-praktik yang berbahaya atau
perbuatan yang berlebihan. Menurut Yakobus, perwujudan "kesempurnaan"
setidaknya dalam konteks ini, adalah individu yang telah memiliki penguasaan
penuh dalam cara berbicara (tidak pernah berkata hal yang salah), ia adalah
seorang yang tabiatnya berkembang, dan sempurna, mampu mengendalikan keseluruhan
tubuhnya dan mengekang sifat alamiahnya" (ayat 2). Tuntutan Yakobus mengandung pertanyaan yang
penting: Apa sebenarnya yang dimaksud dengan "sempurna"; dan, oleh
karena itu, bagaimana perkataan yang tidak salah itu menuntun kepada kedewasaan serta perkembangan individu yang sepenuhnya?
• Dalam terang pertanyaan
ini, mari kita selidiki asal usul kata sempurna yang digunakan dalam ayat ini. Kata yang di
terjemahkan sebagai "sempurna" di sini memiliki akar kata bahasa
Yunani teleios berarti menjadi lengkap atau dewasa dalam
pertumbuhan, pekerjaan, atau karakter moral seseorang. Di sini, Ya- kobus
menyatakan bahwa kunci mencapai kemampuan ini atau kesempurnaan terdapat pada
lidah. Melalui pandangan ini, ia mengartikan, secara metafora, kuasa memilih
kita atas perkataan yang kita gunakan. Pikirkanlah itu. Setiap individu
dikaruniakan kuasa yang hebat ini untuk memilih, di mana termasuk yang
menakjubkan, bahkan radikal, potensi untuk menggabungkan kata-kata dalam bentuk
verbal dan tulisan dengan kemampuan untuk mengubah hidup: Untuk menyembuhkan
luka atau menyebabkan luka; untuk menghancurkan atau menumbuhkan hubungan;
untuk menginspirasikan atau melemahkan pikiran. Semua potensi ini tergantung
di dalam kebebasan kita untuk memilih kata-kata. Tersirat dalam pilihan itu
adalah bukan sekadar kata-kata yang kita katakan tetapi juga yang kita tahan
untuk diucapkan.
Tetapi untuk menyimpulkan observasi ini adalah gagal untuk meresapi pentingnya
efek perubahan dalam hidup kita yang datang dari pengendalian atas perkataan
kita. Jadi, kita harus menggali lebih dalam ayat ini untuk mendapatkan
intinya.
Kita mulai dengan mencatat.bahwa Yakobus menetapkan hubungan antara
kesempurnaan, atau mengendalikan lidah seseorang, dan mengendalikan seluruh
tubuh, atau sifat fisik, dengan segala nafsu-nafsunya, hasrat, dan keinginan.
Termasuk dalam hubungan ini adalah janji yang sangat berkuasa untuk pertumbuhan
karakter dan kemenangan spiritual: mengendalikan lidah dan alam. Hasilnya? Kita
mencapai kedewasaan penuh sebagai seorang individu—apa yang Yakobus sebutkan
sebagai kesempurnaan.
Hubungan antara cara
berbicara dan kedewasaan adalah sangat penting ka- rena janji di sini adalah
lebih dari sekadar kemenangan atas mengatakan sesuatu yang salah. Itu
menjanjikan kita bahwa jika kita mengendalikan kata-kata kita, kita akan
mendapatkan kesanggupan mengontrol sisi hidup kita yang lain, yaitu tubuh kita
dan sifat alamiah kita. Mengapa? Perkataan adalah indikator kondisi hati kita.
"Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati" (Mal. 12:34). Jika hati bersih, perkataan
pun bersih. Betapa sebuah pengakuan yang luar biasa, yang pada gilirannya,
menuntun kepada isu kesanggupan kita untuk menggunakan kuasa ini dengan bijaksana.
Karena, sebagaimana diberitahukan kepada kita di bagian Alkitab yang lain, kita
harus mempertanggungjawabkannya semua kata-kata yang digunakan pada hari
penghakiman, apakah untuk kebaikan atau kejahatan.
II. Lidah adalah Api
(Tinjau kembali Yakobus 3:6-10 dengan anggota kelas)
Georgia O'Keeffe, bisa dikatakan artis Amerika
terbesar abad kedua puluh,
pernah menulis, "Hanyalah melalui seleksi,
melalui eliminasi, melalui penekanan, kita mendapatkan arti sesungguhnya dari
sesuatu. Jika ini adalah seni yang benar, maka juga adalah bahasa yang
benar."
Setiap orang Kristen harus berjuang dalam hal penguasaan dalam berbicara—karena
sebuah "Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah
apel emas di pinggan perak" (Ams. 25:11). Tetapi bagaimanakah kita memperolehnya? Yakobus
secara terbuka mengakui bahwa dengan kekuatan manusia mengendalikan itu
sulit—bahkan tidak mungkin,. Tetapi, seperti yang kita telah pelajari di bagian
awal komentar, jika lidah dikendalikan, maka seluruh tubuh juga takluk. Tetapi,
tampaknya sekarang Yakobus mengatakan kepada kita bahwa itu tidak dapat
dikendalikan. Ia memaparkan kepada kita juga kontradiksi yang kuat yang tidak
dapat diselesaikan dengan kekuatan manusia. Tetapi Alkitab berkata bahwa apa
yang tidak dapat manusia selesaikan, dapat diselesaikan oleh kuasa Ilahi,
karena "apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah" (Luk. 18:27).
Tetapi bagaimanakah Allah membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin?
Dengan cara menjawab pertanyaan ini, pertama mari kita selidiki ayat ini untuk
melihat bagaimana sebenarnya sulitnya mengendalikan lidah itu, membayangkan
betapa berbahayanya lidah itu. Yakobus menggunakan bahasa puitis untuk menggambarkan
kuasa kata-kata yang merusak dan melukai. Ia membandingkan pembicaraan negatif
kepada (1) api, (2)-binatang liar yang tak terkendalikan, dan (3) racun. Api
membinasakan. Binatang liar ganas dan dapat membunuh. Racun mematikan. Ketiga
hal ini menggambarkan penderitaan total, kerusakan, atau kehancuran yang
permanen. Yakobus menggunakan gambaran yang kuat untuk menekankan maksudnya:
Kuasa perkataan yang negatif adalah mematikan, dan tidak ada manusia yang
sanggup mengendalikannya.
Tetapi tersirat dari pengakuan yang mencolok ini betapa sulitnya memiliki
kesanggupan penguasaan lidah namun adalah kunci untuk mendapatkannya. Untuk
sementara, adalah benar bahwa tidak ada seorang pun dapat mengendalikan lidah,
namun kita dapat melakukan segala hal melalui Kristus dan kehad- iran-Nya di
dalam bait suci tubuh. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Flp. 2:5). Jadi, kemenangan kita
dijamin melalui perpaduan ini: "Sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih
besar dari pada roh yang ada di dalam dunia" (1 Yoh. 4:4).
Pertimbangkanlah: Apakah yang Yakobus
maksudkan ketika ia berkata, "lidah adalah api"? Bagaimanakah kuasa
perkataan sama dengan racun? Mengapa lidah adalah binatang liar yang tidak
seorang pun dapat mengendalikannya? Yakobus memaparkan kepada kita dengan
paradoks berikut: Di satu sisi, ia berkata jika itu dikendalikan, maka kita
akan dapat mengendalikan seluruh tubuh. Sebuah pengakuan tersirat bahwa yang
tidak mungkin dapat dicapai. Dengan kuasa apa itu dapat dicapai, dan
bagaimanakah perubahan itu terjadi?
Langkah 3—Mempraktikkan
Untuk
Guru: Bantulah anggota kelas untuk menerapkan hikmat
Yakobus dalam cara bergaul dengan mereka setiap hari.
Pertanyaan
Aplikasi:
4. Bila Anda mengubah pikiran seseorang maka Anda
mengubah hati mereka. Jarang sekali argumentasi dimenangkan dengan kuasa
perkataan kita melainkan oleh roh di balik kata-kata itu. Dalam pertentangan,
mengapa lebih penting bertanya pada diri sendiri, "Adakah saya menyatakan
Kristus dan Roh-Nya," daripada "Apakah saya memenangkan perang
kata-kata ini?" Apa yang sikap pertama nyatakan tentang motif dan sikap
seseorang? Mengapa perang hati seseorang dengan siapa kita terlibat konflik
lebih penting daripada memenangkan pertempuran mengadu kepintaran dan
kata-kata?
5. Api sering menyebabkan kerusakan yang bernilai
miliaran. Dan bahkan ketika pada akhirnya padam, sumber berharga termasuk
kehidupan, telah hilang dan sulit diperbaiki. Apakah yang dapat Anda lakukan
untuk memadamkan api, sehingga untuk berbicara, lidah Anda mungkin telah
menyala atau menyebar? Bagaimanakah pekabaran dalam Yakobus dapat diterapkan ke
dalam tindakan, membantu Anda untuk menghambat penyebaran api dan menyelamatkan
situasi?
6. Bagaimanakah Anda menyembuhkan "korban yang
terbakar" telah terlu- ka oleh perkataan Anda yang tidak peduli dan
terburu-buru?
Langkah 4—Menciptakan
Untuk Guru: Bantulah anggota kelas, melalui latihan ini,
untuk mencipta- kan pemahaman yang baru kuasa perkataan negatif yang mematikan.
Bagilah ke dalam kelompok-kelompok kecil, tugaskanlah tugas yang berikut.
Tentukan juru bicara masing-masing kelompok.
Yakobus menggunakan gambaran
yang kuat untuk menekankan maksudnya tentang kuasa perkataan yang negatif
adalah membinasakan. Api, binatang liar, dan racun semuanya mematikan jika
diizinkan untuk tidak, terkendalikan. Pikirkan tentang gambaran lain dalam
kehidupan sekarang yang sama-sama memiliki kesanggupan merusak (contoh:
bencana alam, seperti tornado, tsunami, badai topan, letusan gunung berapi,
dsb.; dan sesuatu yang diciptakan manusia seperti tumpahan minyak, senjata
nuklir, perang kimia, dsb.) Bagaimanakah gambaran modern ini memberi gambaran
kepada perkataan yang memiliki kesanggupan merusak atau tidak terkendali?
Bagikan pandangan Anda kepada anggota kelas.
BERITA MISI 15 November
Sebuah Perjalanan Tak Terduga
BELIZE/ JEROME
Fakta Terkini
·
San Pedro adalah sebuah pulau indah yang terletak
di lepas pantai Belize.
·
Sebagian besar orang di San Pedro sangat sekuler.
·
Bahasa resmi di San Pedro adalah bahasa Inggris.
·
Pulau ini memiliki konsentrasi terbesar dari
akomodasi pengunjung di Belize dan fasilitas menyelam yang adalah beberapa yang
terbaik di negeri ini.
Saya adalah anak kembar yang lahir kedua, 20 menit
setelah saudara saya. Saya dibesarkan di desa Burrell Boom. Desa ini mendapat
namanya karena tahun yang lalu pohon-pohon kayu dibawa menyusuri sungai dari
distrik Caya di barat, dan tertahan oleh ledakan besar.
|
Kakekku adalah seorang pendeta,
jadi ayah saya dibesarkan di gereja Advent, tetapi kemudian ia meninggalkannya.
Ibuku membawa kami menjadi orang Advent, dan ketika saya masih berumurl 3 atau
14, saya dibaptiskan. Kami berjalan delapan mil ke gereja setiap pekan.
Sementara tahun-tahun berlalu, ayah saya membangun rumah lebih dekat ke gereja.
Ayah
saya pengemudi truk. Ketika kami sudah cukup umur mengemudi kami mulai mengemudikan truk untuknya.
Kemudian, ia berbisnis dengan Belize Electric Limited. Dia bertanggung jawab untuk
memasang tiang listrik yang besar. Ini adalah pekerjaan yang keras menggali 6
kaki, kemudian menggunakan pengungkit untuk mengangkat tiang. Pekerja berikutnya
memanjat tiang dan memasang segalanya untuk membuat semuanya berfungsi.
Setelah beberapa tahun saya ingin lebih banyak uang dan mulai mencuri dari ayah
saya.
Kejatuhan
Kemudian
saudara kembar saya dan saya mulai mendaki tiang untuk ayah kami. Pekerjaan
kami sangat keras dan berbahaya. Suatu hari saat saya memanjat, tali pengaman
menahan kaki saya. Saya meletakkan berat badan saya di atasnya tapi jatuh dari
ketinggian 40 kaki di mana punggung saya jatuh di atas batu dan pingsan. Ketika
saya terbangun, saya mencoba bergerak tapi tidak mampu dari pinggang ke bawah.
Kakakku pergi mencari bantuan, dan setelah perjalanan yang panjang dan
melelahkan ke ke rumah sakit, kami akhirnya
tiba. Dokter menusukkan jarum besar di kaki saya tapi saya tidak merasakan
apa-apa. Mereka mengatakan saya tidak akan pernah berjalan lagi. Saya berusia
21 tahun.
Tapi
saya dibesarkan dengan iman yang membawa saya harapan. Saya merasa begitu
tenang dan damai. Sementara ibu saya berdiri di samping tempat tidur saya menangis,
saya mengatakan kepadanya, "Jangan khawatir, Ibu. Saya akan baik-baik
saja." Saya selalu ingat momen itu. Hal itu penting sebagaimana orangtua
Anda menolong Anda. Tuhan mengizinkan saya untuk menanggung krisis ini dan
menjalani itu, saya tidak stres, tetapi memiliki iman bahwa sesuatu yang baik
akan muncul dari peristiwa itu dan saya akan baik-baik saja.
Membuat Sepeda
Selama beberapa tahun pertama
setelah kecelakaan saya masuk dan keluar dari rumah sakit. Suatu hari saat
berinternet di rumah, saya menemukan gambar sepeda dengan pedal tangan.
Mengunduh gambarnya, dan saya menabung sejumlah uang untuk membeli bahan, dan
kemudian membangun sepeda sendiri. Ketika sepeda sudah siap, bahkan saya
terkejut bagaimana segala sesuatu bekerja begitu sempurna.Tak ada yang tahu apa
itu. Saat menaiki sepeda, semua orang melambai padaku dan saya merasa positif
dan bahagia. Suatu hari, dua pasangan Amerika mengendarai sepeda mereka. Mereka
bersepeda jarak jauh dan mencoba untuk menemukan
tempat untuk tinggal. Seseorang bertemu mereka di jalan dan mengatakan kepada
mereka bahwa tidak aman di kota, sehingga mereka tinggal di dekat tempat kami
tinggal. Saya pergi ke toko, dan mereka melihat sepeda kuning cerah saya dan
mulai mengambil gambar. Mereka datang kembali di malam hari dan mengambil
banyak gambar, mengatakan bahwa mereka akan mengirimkannya kepada saya melalui
email. Mereka mengirim gambar kepada orang lain juga, dan segera saya dihubungi
oleh Channel 7 Belize untuk diwawancara. Yang memberi saya kesempatan untuk
menceritakan kisah saya dan membagikan iman saya ke seluruh negara!
Meningkatkan Kesadaran
Saya
juga ingin meningkatkan kesadaran mereka yang cacat, dan bermitra dengan Belize Peduli,
sebuah organisasi yang bekerja bersama individu
penyandang cacat dan keluarga mereka. Saya berencana untuk bersepeda 90 mil
(145 km) di Belize. Sebuah perusahaan dari Jerman mendengar tentang rencana
saya dan mensponsori saya untuk membangun sepeda lain, karena sepeda pertama
yang saya buat sangat berat. Saya terlatih di sepeda berat, kemudian membuat
perjalanan 90 mil dengan yang baru, sepeda rangka aluminium. Saya melakukan
perjalanan hanya dalam tiga hari!
Sejak
perjalanan pertama itu, saya telah membuat banyak perjalanan
sepeda di Belize, di semua jalan raya utama negara kami. Pesan saya, jangan
melihat seseorang yang memiliki cacat seolah- olah mereka tidak mampu berbuat
apa-apa. Dengan Tuhan, jika Anda menempatkan pikiran Anda untuk itu, Anda dapat
melakukan apa pun yang Dia ingin Anda lakukan!
Kutipan Menarik: "Tapi saya dibesarkan
dengan iman yang membawa saya harapan."
No comments:
Post a Comment