Pelajaran 4 Sekolah Sabat Triwulan IV 2014, Penuntun Guru dan Berita Misi

Menjadi dan Melakukan
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Yakobus 1:23,24; Matius 19:16- 22; Lukas 6:27-38; Roma 8:2-4; 12:9-18; 2 Petrus 1:4.
AYAT HAFALAN: "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri" (Yakobus 1:22).

William Niblo, yang lebih dikenal sebagai "Blondin yang agung," menjadi terkenal karena menyeberangi air terjun Niagara di atas seutas tali. Pada September 1860, Pangeran Wales menyaksikan Blondin menyeberangi air terjun bersama dengan seorang asisten di atas pun­daknya. Setelah pertunjukan itu selesai, Blondin berpaling kepada Pangeran Inggris dan menawarkan diri untuk memikul sang Pangeran dan menyeberangi air terjun itu. Meskipun sang pangeran telah mendengar kemampuan pemuda ini, dan bahkan telah menyaksikannya sendiri, ia tetap tidak bersedia untuk mempertaruhkan nyawanya dalam tangan Blondin.
Tentu saja mendengar dan melihat tidaklah cukup ketika berbicara tentang sebuah hubungan dengan Allah. Kita dapat saja secara intelek diyakinkan ten­tang keberadaan Allah, kebenaran Injil, dan kedatangan Yesus yang kedua kali. Kita bahkan mungkin telah melihat sendiri kenyataan kasih dan kepedulian Allah. Tetapi, meskipun dengan semuanya itu, kita dapat saja tidak bersedia untuk menyerahkan diri kita sepenuhnya ke dalam tangan-Nya, sebuah tindak­an yang kelihatan melalui perbuatan kita. Inilah sebabnya mengapa Yakobus menekankan pentingnya menjadi pelaku dan bukan pendengar firman.
Pekan ini kita akan melihat apa artinya menjadi pelaku firman bagi mereka yang diselamatkan oleh kasih karunia.
*Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 25 Oktober.
Minggu, 19 Oktober
Mengenal Musuhmu
Suatu kali seseorang mengatakan ini tentang musuhnya: "Saya melihatnya setiap hari—ketika saya sedang bercukur." Inilah yang Yakobus ingin kita ke­tahui: Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Keselamatan dimulai de­ngan melihat siapa sesungguhnya kita, bukan membayangkan menjadi apa diri kita.

Bacalah Yakobus 1:23,24. Siapakah yang digambarkan di sini, dan apa yang menjadi masalah mendasar?
Yakobus 1:23,24
1:23 Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.
1:24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

Sementara tidak ada salahnya menjadi yang terbaik, banyak orang membu­ang waktu yang berharga serta uang hanya untuk memperindah penampilan luar mereka. Tetapi kita perlu memastikan bahwa kita tidak menipu diri kita sendiri. Yakobus berkata bahwa kita perlu mengenal diri kita lebih baik, tidak peduli seberapa besar kita mungkin tidak menyukai apa yang kita lihat.

Bacalah Matius 19:16-22 dan 26:33-35, 69-75. Bagaimanakah jati diri dari dua orang ini dibandingkan dengan kenyataan? Apakah perbedaan dari reaksi mereka terhadap perkataan Yesus tentang mereka?
Matius 19:16-22 dan 26:33-35, 69-75
19:16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

26:33 Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak."
26:34 Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
26:35 Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.

26:69 Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu."
26:70 Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud."
26:71 Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu."
26:72 Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu."
26:73 Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu."
26:74 Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam.
26:75 Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.


Pemuda kaya berpikir bahwa ia telah memelihara seluruh perintah Allah. Tiba-tiba ia ditantang untuk menganut jenis penurutan yang berbeda, sesuatu yang tidak pernah ia harapkan sebelumnya, sesuatu yang jauh lebih dalam dari­pada sekadar penurutan luar terhadap hukum dan peraturan (lihat Rm. 1:7).
Sama seperti pemuda ini, Petrus juga memiliki pandangan yang menyim­pang tentang dirinya sendiri. Dengan kepercayaan diri yang tinggi ia mempre­diksi bahwa walaupun semua orang akan tersandung dan jatuh, ia akan tetap setia—bahkan meskipun ia harus kehilangan nyawa. Tetapi ia tidak menyadari betapa kuatnya dosa menahannya dalam cengkeraman. Dua orang ini meni­pu diri mereka sendiri tentang keadaan rohani mereka yang sebenarnya. Teta­pi Petrus, pada akhirnya bertobat. Namun sejauh yang kita tahu, orang muda yang kaya tidak bertobat.

Selalu mudah untuk melihat kesalahan dalam diri orang lain teta­pi tidak dalam diri kita, bukan? Jauh di lubuk hati, kita mungkin lebih menyadari kesalahan yang kita ingin akui. Lihatlah jauh ke dalam jiwa Anda. Apakah yang pandangan ini sampaikan kepada Anda tentang me­ngapa Anda harus memiliki seorang Juruselamat, atau binasa untuk sela­manya, dan mengapakah demikian?

Senin,  20 Oktober
Menjadi Pelaku

Bacalah kembali Yakobus 1:22. Bahasa Yunani berkata, "jadilah" pela­ku firman. Bagaimanakah pekabaran itu menjadi agak berbeda seandai­nya Yakobus hanya berkata: "Lakukanlah firman?"
"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri" (Yakobus 1:22).
Yakobus menggabungkan menjadi dan melakukan. Ia tidak memisahkan­nya, ia juga tidak membuat yang satu lebih penting daripada yang lain. Kedua­nya bagaikan dua sisi mata uang, tidak dapat dipisahkan. Kita harus menjadi pelaku. Lebih jauh lagi, bentuk waktu bahasa Yunani untuk kata "menjadi" adalah merujuk kepada pola hidup yang menurut yang sedang- berlangsung, sesuatu yang diharapkan dari kita sekarang, daripada sebuah waktu yang tidak tertentu di masa depan.
Maksudnya adalah, kita menjadi manusia baru di dalam Tuhan, dan sebagai hasil "kita menjadi," kita melakukan apa yang Allah perintahkan untuk kita lakukan. Hal ini agak sedikit berbeda dari sekadar kita menurut peraturan (hal yang sepertinya menjadi masalah bagi orang muda yang kaya, yang kita lihat pada pelajaran kemarin).

Bacalah Lukas 6:27-38. Tindakan-tindakan apakah yang harus kita ambil?
Lukas 6:27-38
6:27 "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;
6:28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
6:29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.
6:30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.
6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.
6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.
6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
6:37 "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
6:38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."

"Kasihilah musuh-musuhmu." "Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu." "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah mu­rah hati" (Lukas 6:27, 30, 36). Kedengarannya mustahil, bukan? Dan begitu juga dengan kita. Kasih yang seperti ini tidak datang secara alamiah kepada manusia berdosa. Itulah sebabnya mengapa Yesus berbicara tentang dua jenis pohon yang berbeda serta buah yang masing-masing pohon hasilkan (Lukas 6:43-45). "
Demikian halnya dalam Galatia 5, Paulus membedakan perbuatan daging (Galatia 5:19-21) dengan buah roh (Galatia 5:22-, 23). Itu hampir sama de­ngan jika kita lebih berfokus kepada perbuatan, kita menjadi semakin buruk; sebaliknya, ketika kita dipimpin oleh roh, hasilnya akan berbeda total—yaitu buah kasih dan penurutan.

Pikirkan ketika kita melakukan sesuatu oleh karena kita diharuskan atau karena itu adalah peraturan yang harus kita patuhi. Berbeda ketika kita melakukan sesuatu yang sama karena itu adalah sesuatu yang ingin kita lakukan, sesuatu yang keluar secara alamiah dari dalam diri kita ka­rena Kristus hidup dalam kita. Bagaimanakah perbedaan ini menolong kita untuk mengerti inti pelajaran hari ini?

Selasa, 21 Oktober
Hukum yang Memerdekakan
Bacalah Yakobus 1:25. Apa yang ia katakan tentang peran hukum?
Yakobus 1:25
1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

Yakobus menggemakan Mazmur dalam menyebutkan hukum Allah "Sem­purna" (Mazmur 19:8) dan jalan kelegaan (Mazmur 119:45). Tetapi perhatikan bahwa hukum dalam buku Yakobus tidak dapat menyelamatkan kita dan juga tidak dapat menyucikan kita. Itu menunjukkan kepada kita maksud Allah yang ideal, tetapi hukum itu sendiri tidak dapat membuat kita mengikuti maksud ideal itu seperti melihat seorang atlet kelas dunia yang menunjukkan presta­si yang mengagumkan kemudian dapat menyanggupkan kita melakukan hal yang sama. Untuk mengikuti maksud ideal itu, kita perlu kuasa Kristus di da­lam hidup kita.

Bacalah Roma 8:2, 4 dan 2 Korintus 3:17, 18. Apakah yang membe­dakan antara hukum sebagai sebuah instrumen kematian atau sebagai sesuatu yang menunjukkan jalan kemerdekaan dan kehidupan?
Roma 8:2, 4
8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.
8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,
8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

2 Korintus 3:17, 18
3:17 Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.
3:18 Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Bahkan Paulus menegaskan bahwa "karena bukanlah orang yang mende­ngar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melaku­kan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan" (Roma 2:13). Seperti yang ia katakan, kita dapat menjadi pelaku hanya melalui pekerjaan Roh Kudus yang menulis hukum itu dalam hati kita. Hanya ketika kita menurut Roh Kudus dari hati kita maka hukum dapat menjadi hukum yang memerdekakan.
Jadi, masalahnya adalah bukan pada hukum itu, tetapi pada diri kita. Kita lupa siapa diri kita sesungguhnya: Orang berdosa yang secara tetap memerlu­kan seorang Juruselamat. Di luar Kristus kita hanya akan mendengar kutukan hukum. Tetapi di dalam Kristus kita menjadi pria dan wanita yang baru (2 Kor. 5:17) yang dibebaskan di dalam Yesus (Yoh. 8:36). Kita mendengar Ia berka­ta tentang hukum kepada kita, bahwa kita harus "mengasihi sesama manusia, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh. 15:12, SKJVj. Melalui Kristus, kita mengalami kemerdekaan sebagai putra dan putri Allah yang diselamatkan oleh kasih karunia dan tidak akan berpaling kembali kepada penghukuman dan per­budakan sebagai orang yang berdosa. Di dalam Kristus, bukan hanya dosa kita yang diampuni, tetapi kita sekarang memiliki hidup yang baru, kehidupan yang menyanggupkan kita untuk menurut hukum. Tetapi kita melakukan itu, bukan supaya kita diselamatkan melainkan.keluar dari kemerdekaan yang da­tang dari mengetahui bahwa kita teiah diselamatkan dan karena itu kita tidak lagi didakwa oleh hukum.
Pikirkanlah tentang apa jadinya, apabila memiliki sifat alamiah kita berusaha sebaik mungkin menuruti hukum supaya kita diselamatkan olehnya. Bagaimanakah keadaan ini akan membuat hukum berarti per­budakan? Bagaimanakah Yesus telah memerdekakan kita dari perbudak­an itu, sementara dalam waktu yang sama Ia memerintahkan kita untuk menuruti hukum?

RABU, 22 Oktober
Bermanfaat atau Tidak Bermanfaat

Bacalah Yakobus 1:26, 27 dan bandingkan dengan Matius 25:35, 36, 40 dan Roma 12:9-18. Dalam terang ayat-ayat ini, bagaimanakah Anda mendefinisikan Kekristenan yang benar?
Yakobus 1:26, 27
1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Matius 25:35, 36, 40
25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Roma 12:9-18
12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
12:10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
12:13 Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!
12:14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
12:15 Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!
12:16 Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
12:17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
12:18 Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!

Jika Yesus, Yakobus, dan Paulus menekankan segala sesuatu, itulah pen­tingnya menjadi seorang Kristen yang berguna. Dengan mengasihi "salah seo­rang dari saudara-Ku yang paling hina ini" (Matius 25:40), dengan mengambil waktu mengunjungi mereka yang terabaikan, dengan menunjukkan kemurah­an hati—dalam semua jalan yang praktis ini bahkan lebih—kita menyatakan kasih Yesus dan menjadi saluran berkat di mana Yesus mengasihi mereka me­lalui kita.
"Argumentasi terkuat tentang kabar selamat ialah seorang pengikut Tuhan yang mencintai dan dicintai." Ellen G. White, Seri Membina, jld. 4, hlm. 436. Tentu saja, ketika gereja maju untuk menjelaskan, "menghidupkan satu kehi­dupan seperti itu, untuk memberikan pengaruh yang demikian, memerlukan usaha setiap langkah, pengorbanan diri dan disiplin." hlm. 436. Itu tidak da­tang secara alamiah atau otomatis. Jika agama kita hanyalah sebuah penegasan kepercayaan dan hanya mendengar khotbah, itu adalah sia-sia saja.
Yakobus menggambarkan "agama" atau "ibadah" dalam ayat 26,27 dengan sebuah kata yang menunjukkan ketaatan yang tidak biasa. Sikap yang seper­ti ini memiliki konsekuensi yang segera dan terlihat, dan orang akan melihat perbedaannya.
Pilihan kata-kata kita akan membuat sebuah perubahan yang nyata. Gan­tinya menggunakan ucapan yang sembarangan dan nada yang kasar serta ge­rakan tubuh, kita akan menjadi lebih peka terhadap pengaruh komunikasi kita dengan sesama. Kita akan "mengekang" lidah kita sehingga kita tidak tergesa-gesa kepada semua kekerasan dan energi yang tidak terkendali.
Yakobus juga memilih anak yatim piatu dan janda sebagai orang yang pa­ling memerlukan kasih dan perhatian kita. Dari sudut pandang duniawi, adalah tidak masuk akal memusatkan pemberian kita kepada mereka yang tidak me­miliki sumbangsih apa pun bagi masyarakat.
Tetapi dari sisi pandang Allah, demikianlah seharusnya kita memperlakukan mereka yang terbuang dan yang ditolak dunia, dengan demikian menunjukkan bahwa kita adalah pengikut Kristus yang benar: Baik melalui meminjamkan uang bagi mereka yang tidak sanggup mengembalikan; mengundang makan mereka yang tidak sanggup membalas; atau memberkati dan mendoakan mere­ka yang menganiaya kita (Luk. 6:35; 14:12-14; Mat 5:44). Seperti yang Paulus katakan, kita diciptakan kembali di dalam Kristus untuk pekerjaan yang baik (Efesus 2:10).

Berapa banyak waktu dan energi yang Anda habiskan untuk menolong mereka yang membutuhkan? Apakah jawaban Anda tentang bagaimana iman Anda itu sesungguhnya "bermanfaat?"

Kamis, 23 Oktober
Berbeda dengan Dunia

Apakah artinya menjaga agar dirinya sendiri "tidak dicemarkan oleh dunia?" (yak. 1:27). Bagaimanakah itu mungkin terjadi? Lihat juga 1 Yoh. 2:15, 16; 2 Ptr. 1:4.
yak. 1:27
1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
1 Yoh. 2:15, 16;
2:15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
2:16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

2 Ptr. 1:4
1:4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

Beberapa orang berpikir kalau sekiranya mereka dapat menjauh dari du­nia, mereka dapat menghindari sebagian besar pencobaan dunia. Meskipun hal itu ada benarnya, dan kita harus mencoba untuk menghindari pencobaan sebi­sa mungkin (khususnya bila pencobaan itu sangat sulit untuk ditolak), tetapi masalah-masalah kita dan kelemahan-kelemahan kita cenderung mengikuti ke mana kita pergi. Masalah dosa adalah bukan pada apa yang di luar sana, tetapi dosa memainkan perannya, sebanyak yang ada di dalam kita, dan di dalam hati kita. Di sanalah terletak peperangan yang sesungguhnya, dan kita harus berpe­rang melawannya di mana pun kita tinggal.
Adalah sebuah fenomena menarik bahwa menyelesaikan masalah-masalah hanyalah membuat masalah lain terlihat lebih jelas. Sebagai contoh, member­sihkan satu area kamar akan menyebabkan kotoran di sekitarnya lebih kelihatan lagi. Begitu juga dengan kehidupan rohani: "Semakin dekat Anda datang kepa­da Yesus, makin jelas kesalahanmu Anda lihat, karena pandanganmu semakin jelas, dan kekurangsempurnaanmu akan jelas berbeda sekali dari keadaan-Nya yang sempurna itu."—Ellen G. White, Kebahagiaan Sejati, hlm. 74.
Jangan kita salah mengerti apa yang Ellen G. White katakan. Ia tidak me­ngatakan bahwa semakin kita dekat kepada Yesus, kita menjadi semakin bersa­lah. Ia juga melanjutkan: "Semakin besar rasa kekurangan kita mendesak kita kepada-N'ya dan kepada Firman Tuhan, semakin tinggi dan mulia kita meli­hat tabiat-Nya, maka semakin sempurna pula kita membayangkan citra-Nya." —Kebahagiaan Sejati, hlm. 74.
Agama yang benar akan menuntun seseorang kepada "lapar dan haus" akan pengalaman yang lebih dalam (Matius 5:6). Yesus menghabiskan waktu yang cukup untuk menyendiri bersama Bapa-Nya di surga untuk mengenal kehendak-Nya. Tetapi, ia tidak pernah menghindar dari orang-orang, la per­gi mengunjungi tempat di mana orang-orang tinggal. Makanan-Nya adalah menjangkau orang yang membutuhkan pertolongan, mematahkan penghalang prasangka buruk, dan membagikan kabar baik tentang hidup kekal (Yoh. 4:28- 35).

Meskipun kenyataannya bahwa Yesus dan orang Kristen mula-mula memiliki pola makan serta gaya hidup yang berbeda dengan orang yang tidak mengenal Allah di sekitar mereka, praktik ini tidak membuat mere­ka berhenti membagikan iman mereka. Mereka pergi ke mana saja, dan Injil tersebar ke seluruh penjuru kerajaan dan tertanam baik, bahkan meskipun di tengah kebusukan dan kejahatan bangsa Roma.

JUMAT, 24  Oktober
Pendalaman:
Ellen G. White "Ujian Penurutan," hlm. 65-75, dalam Keba­hagiaan Sejati.
"Hukum adalah cermin tabiat Allah yang agung. Manusia harus memban­dingkan perkataan, semangat, tindakan-tindakan mereka dengan Firman Al­lah." —Komentar Ellen G. White, The SDA Bible Commentary, jld. 7, hlm. 935.
Gantinya membebaskan manusia dari penurutan, adalah iman dan hanya iman saja, yang membuat kita turut serta dalam kasih karunia Kristus, yang menyanggupkan kita untuk menurut.
"Sebagaimana Yesus dalam kemanusiaan-Nya, demikianlah Allah mengha­rapkan kita. Dalam kekuatan-Nya kita menghidupkan kehidupan yang mur­ni dan terhormat seperti Yesus pernah hidup."-—Ellen G. White, Our Father Cares, hlm. 69.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.       Meskipun kita telah diajarkan bahwa akan menguntungkan jika kita menjauhkan diri dari keduniawian, mengapa itu bukanlah ja­waban utama bagi masalah dosa dan pencobaan? Berapa jauh kila harus pergi supaya terhindar sama sekali dari pencobaan? Apakah satu-satunya jawaban bagi masalah dosa dan pencobaan, terlepas di mana tempat kita hidup?
2.     Polisi berusaha untuk memasang alat penyadap elektronika dalam kantor di mana diduga pelaku kejahatan sedang bekerja. Masa­lahnya adalah: Anjing Dobermans yang ganas mengelilingi tem­pat itu. Jadi, polisi setiap malam harus memberi anjing itu makan hamburger. Awalnya mereka akan melemparkan lima atau enam hamburger. Tidak lama kemudian, anjing itu bukan hanya makan hamburger dari tangan polisi, tetapi saat selesai mereka juga men­jilat tangan polisi. Jadi, ketika anjing penjaga telah dijinakkan, polisi akhirnya sanggup untuk menyusup masuk dan meletakkan peralatan itu. Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari kisah ini tentang bagaimana, jika kita tidak hati-hati, akan menyebab­kan kewaspadaan kita menurun?
3.     Pikirkanlah kembali gagasan tentang menjadi pelaku Firman se­bagai kebalikan sekadar percaya kepada Firman. Pada akhirnya, apakah yang akan menjadi perbedaan antara keduanya?
4.      Apakah tanggapan Anda kepada mereka yang mengatakan bahwa karena kasih karunia Kristus, mereka bebas dari hukum? Apakah yang mereka maksudkan dengan itu? Dan bagaimanakah Anda menjawab mereka?

PENUNTUN GURU
Ringkasan Pelajaran

Ayat Inti: Yakobus 1:25
Anggota Kelas akan:

Mengetahui:
(1) Mengenal bahwa akar pencobaan datang dari hawa nafsu dan keinginan kita.
(2) Memahami bahwa jalan Allah lebih baik daripada jalan kita.
(3) Mengakui bahwa diri kita tidak mungkin menolak pencobaan, tetapi bersa­ma Allah semuanya adalah mungkin.

Merasakan: Mengalami kuasa untuk mengalahkan pencobaan, yang Allah se­diakan melalui Roh Kudus-Nya dan Firman-Nya, yaitu Alkitab.

Melakukan: Memilih untuk meninggalkan "manusia lama dosa" dan menjadi manusia baru dalam Kristus.
Garis Besar Pelajaran:

I.        Mengetahui: Mengenal Masalah yang Sesungguhnya
A.    Apakah Anda dicobai oleh sesuatu yang tidak memiliki daya tarik terhadap Anda? Mengapa, atau mengapa tidak?
B.    Bagaimanakah kita merasa pasti bahwa lebih baik mengikuti pe­tunjuk Allah daripada keinginan alamiah kita?
II.     Merasakan: Berespons kepada Pengendalian Dosa
A.    Apakah Anda temukan lebih mudaji jatuh ke dalam pencobaan ke­tika Anda sendirian atau ketika Anda bersama orang lain, menga­pa?
B.    Gambarkanlah perasaan Anda sesudah Anda sanggup, dengan per­tolongan Allah, menolak pencobaan di masa lalu yang menjebak Anda.
III.   Melakukan: Membuang yang Lama, Memakai yang Baru
A.    Adakah seseorang yang Anda kenal mengalami perubahan dalam kehidupan spiritual mereka? Bagaimanakah Anda menyampaikan bahwa perubahan itu telah terjadi? Apakah yang berbeda?
B.    Bagaimanakah kita dapat "membuang" jalan kita yang lama dan menjadi manusia baru dalam Kristus? Apakah yang dapat kita buat untuk memastikan perubahan hidup yang abadi?
Rangkuman: Mereka yang diselamatkan oleh kasih karunia akan men­jadi pelaku Firman Allah karena mereka telah meletakkan iman mereka di dalam Dia secara penuh. Akar pencobaan datang dari hawa nafsu dan ke­inginan kita, tetapi Firman Allah adalah senjata yang efektif melawan dosa. Setan berusaha membuat dosa itu tampak menggoda, tetapi saat kita berse­rah penuh kepada Allah maka kita akan menyadari bahwa jalan-jalan-Nya yang terbaik dan kita menjadi manusia baru di dalam Dia.

Langkah 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: Yakobus 1:25
Kunci Utama untuk Pmmtimiiuiian Rohani: Mereka yang diselamatkan oleh kasih karunia akan menjadi pelaku Firman Allah karena mereka telah me­letakkan iman mereka di dalam Dia secara penuh.
Untuk Guru: Pekan ini kita akan menyelidiki bagaimana jalan-jalan Allah selalu terbaik dan bagaimana menjadi seorang "pelaku" Firman Allah memba­wa banyak berkat. Poin penting yang ditekankan: (1) Menyadari bahwa pen­cobaan terpancar keluar dari.hawa nafsu dan keinginan kita dan (2) Mengakui bahwa tidak mungkin bagi kita sendiri menolak pencobaan, tetapi bersama Allah semua adalah mungkin.
Aktivitas Pembuka Diskusi: Minggu 22 Juli 2012, adalah hari besar, dan Alicia Trott telah siap. Untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun lamanya, profesor keperawatan yang berumur 28 tahun di Universitas Maine Selatan telah dilatih untuk acara Ironman Lake Placid aihletic yang terkenal. Selama lomba yang sangat melelahkan itu, para atlet dari seluruh Amerika mencoba kecepatan dan ketahanan tubuh mereka lewat ujian berenang sejauh 2,4 mil di air yang dingin di danau bening, dilanjutkan dengan tantangan 112 mil bersepeda melewati ketinggian puncak Gunung Adirondaek, diakhiri dengan lari sejauh 26,2 mil melewati gunung-gunung dan sekitar danau.
Sesaat sebelum pukul 7.00 pagi, Alicia tiba di danau bening, la, bersama partisipan yang lain, berharap memenuhi syarat untuk satu dari 50 tiket kejua­raan dunia Ironman di Kona, Hawaii.
"Semoga ini menjadi hari yang terbaik dalam hidup Anda!" Sahut sang pe­nyiar. Pistol pun dibunyikan tanda pertandingan dimulai, dan lebih tiga ribu atlet terjun ke air di danau bening.
Sebelas jam, empat puluh tujuh menit, dan dua puluh delapan detik kemudi­an, Alicia melewati garis akhir. Berada di peringkat ketiga pada kategori umur­nya, ia memenuhi syarat bagi kejuaraan dunia di Kona.
Keluarga dan para sahabat mengelilinginya, mereka gembira atas keme­nangan dan kualifikasi dalam kejuaraan dunia. "Jadi, kapan kejuaraan Ironman di Kona?" seseorang bertanya.
"13 Oktober," jawaban muncul.
13 Oktober? jantung Alicia berdetak kencang. 13 Oktober 2012 adalah hari Sabtu—Sabat. Meskipun dia tetap diam, Alicia mengerti apa yang akan ia la­kukan. la tidak akan pergi ke Kona.
Pertimbangkan: Mengingat bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia, apakah keikutsertaan Alicia dalam lomba Ironman di hari Sabat adalah masa­lah? Mengapa, atau mengapa l idak? Dalam situasi ini, apa hubungan iman dan kasih karunia dengan menjadi "pelaku" Firman?
Langkah 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Nabi Yehezkiel tampaknya terkenal keberaniannya berbi­cara—sangat lantang sehingga kabar tentang dia tersebar ke seluruh kota. Orang-orang mengatakan kepada sahabat dan saudara mereka, "Datanglah dan dengarlah Firman Tuhan." Tetapi ada masalah. Bukan kepada Yehezkiel—ia seorang penjaga setia yang mengamarkan Israel akan kehancuran yang segera terjadi jika mereka tidak mengubah cara hidup mereka (Yeh. 33:1-11). Masa­lahnya adalah kepada orang-orang. Allah menggambarkan kepada Yehezkiel begini: "Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukan­nya" (Yeh. 33:32). Meskipun amaran-amaran nabi diberikan, Yerusalem tetap jatuh (ayat 21). Orang-orang mendengar amaran tetapi gagal melakukannya. Pengalaman mereka menggaris bawahi pentingnya tidak sekadar mendengar Firman Tuhan tetapi sesungguhnya memilih untuk melakukannya. Yesus sela­lu menentang perilaku hanya mendengar tetapi tidak melakukan (Mat 7:21-27; Luk. 8:21; Yoh. 13:17), begitu juga dengan ayat kitab Perjanjian Baru yang lain (lihat 1 Yoh. 3:18).
Komentar Alkitab
I. Melihat dan Melakukan
(Tinjau kembali Yakobus 1:22 dengan anggota kelas.)
Yakobus 1:21 menggambarkan bahwa Firman Allah yang ditanamkan di hati kita akan sanggup menyelamatkan kita. Kita tidak menyelamatkan diri kita sendiri; tetapi adalah pekerjaan Allah dalam kita melalui Firman-Nya. Paulus setuju (Rm. 10:17; 2 Kor. 4:6). Bahkan, perbedaan dalam Yakobus 1:22 antara mendengar dan melakukan juga ditekankan oleh Paulus dalam Roma 2:13: "Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan di­benarkan."
Sekarang pembenaran diberikan dengan cuma-cuma, berdasarkan iman (Rm. 3:26; 5:1), tetapi itu disahkan dalam penghakiman pemeriksaan, dan upah ter­akhir hidup kekal dan abadi akan diberikan berdasarkan perbuatan iman kita (Mat 16:27; 1 Ptr. 1:17; Why 20:12; 22:12).
Jadi, Firman "sanggup" menyelamatkan kita selama kita mengizinkannya melakukan tugasnya di dalam hati kita dan menghidupkannya. Sebagaima­na Yakobus memperjelas dalam pasal 2, iman, yang hanya sekadar percaya, adalah sia-sia untuk menyelamatkan. Itu harus menjadi iman yang aktif ser­ta dinyatakan dalam perbuatan baik. Pernyataan iman melalui perbuatan ini sangat penting bukan supaya menyelamatkan kita tetapi menyatakan bahwa pekerjaan penyelamatan Allah bekerja di dalam kita. Itu membuat kita "aman diselamatkan" dalam arti pemuliaan akhir ketika Yesus datang. "Adalah mustahil bagi kita dihanyutkan begitu saja masuk ke dalam surga.... Orang yang menolak bekerja sama dengan Allah di dunia, tidak akan bekerja sama dengan Dia dalam surga. Tidaklah aman untuk membawa mereka ke surga."—Ellen G. White, Seri Membina, jld 5, hlm.212, 213.
Pertimbangkan: Keselamatan dalam semua aspek adalah pekerjaan Allah dari awal hingga akhii, saal kita mengizinkan Dia bekerja di dalam kita. Lalu, apa artinya pengembangan karakter pada pekerjaan-Nya dan pekerjaan kita?
II. Hukum Kemerdekaan
(Tinjau kembali Yak 1:23-25 bersama anggota kelas.)
Umat Masehi Advent Hari Ketujuh terkadang dikenal sebagai legalis tak berpengharapan dalam perbudakan hukum. Saat ini beberapa orang Advent beranjak menjadi ekstrem yang berlawanan dan bahkan tampaknya takut me­nyebut hukum karena takut disalahpahami.
Apakah hukum Allah sungguh memiliki hubungan yang erat dengan kebe­basan? Karena "semua telah berdosa" (Rm. 3:23), hukum mengenal kita seba­gai pelanggar-pelanggar dan mendakwa kita kepada maut (ayat 19; Yak. 2:9). Jika hukum itu tidak mendakwa kita, maka hukum tidak melakukan tugasnya. Kita bagaikan tawanan dalam barisan hukuman mati didampingi oleh hukum yang mengawal kita, paling tidak menurut Paulus (Hal. 3:23) Kemudian l>n gaimana Paulus dapat menyebut hukum sebagai sebuah "hukum kemerdeka­an?" (Yak. 2:12). Karena hukum menunjukkan kebutuhan kita akan Juruselamat. Lalu, sesudah kita datang kepada iman dalam Kristus, kita dibenarkan dan tidak lagi berada di bawah tuntutan hukum (Gal. 3:24). Kita adalah tawanan hanya jika kita terus berbuat dosa. Tetapi Yesus membebaskan kita dari ancam­an ketakutan serta "hukum dosa dan hukum maut" (Rm. 8:1, 2; Ibr. 2:14, 15).
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
ü  Apakah yang tampaknya menjadi bahaya terbesar di gerejaAnda, legalis atau penurutan yang longgar? Mengapa sangat sulit menjaga keseimbangan?
ü  Telah dikatakan sebelumnya bahwa beberapa orang yang hanya memikir­kan surga tetapi tidak melakukan yang baik. Apakah juga mungkin, bahkan bagi orang Kristen, berpikiran duniawi sehingga Allah tidak dapat meng­gunakan kita?
ü  Iman yang aktif termasuk bekerja demi keselamatan orang lain, pemberian sukarela, pelayanan masyarakat, dan tindakan kasih yang murah hati ber­dasarkan apa yang kita terima dari Kristus. Dalam terang ini, diskusikan dengan anggota kelas, bagaimana keterlibatan anggota gerejaAnda dibu­tuhkan oleh komunitas Anda. Apakah lagi yang dapat Anda lakukan bagi komunitas Aiula sekarang ini dan bagi kekekalan?

Langkah 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Bagaimanakah kita menjadi orang-orang yang Allah ingin­kan—bukan hanya mendengar tetapi melakukan firman-Nya? Bagaimanakah meletakkan iman kita sepenuhnya dalam Yesus akan dapat menyanggupkan kita melakukan yang la minta kita lakukan? Tentu jawabannya melibatkan mati bagi diri sendiri dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus—dilahirkan kembali. Dalam aplikasi yang penting ini, tuntunlah anggota kelas Anda kepa­da pemahaman konsep yang vital ini.
Objek Pelajaran: Dalam Roma 6:6, Paulus menyatakan, "Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kira menghambakan diri lagi kepada dosa"'
Setiap tahun baru di Negara Nikaragua, orang-orang merayakan perayaan tradisional yang mengilustrasikan dengan baik maksud Paulus. Beberapa hari sebelum malam tahun baru, boneka "manusia lama" yang gemuk terlihat di sekitar rumah dan pertokoan, menunggu malam yang besar itu tiba. Patung- patung ini menggambarkan tahun yang lama. Mereka mengenakan kemeja pria dan celana yang dipadati dengan koran, jerami, serta benda yang mudah terba­kar lainnya. Di dalamnya terletak lusinan petasan, roket, dan kejutan petasan yang lain. Saat tengah malam mendekat, "manusia lama" ini menerangi langit Nikaragua saat mereka meledak, tanda merayakan tahun baru.
Pertanyaan untuk Direnungkan: Apakah yang "manusia lama" dalam Roma 6:6 gambarkan? Dan apakah yang dimaksud dengan "disalibkan bersa­ma Yesus?" Apakah pandangan tentang poin Paulus yang diterangkan dalam objek pelajaran? Bagaimanakah kita bebas dari melayani dosa?
Langkah 4—Menciptakan
Untuk Guru: Aktivitas yang berikut dibuat untuk menolong mengulangi konsep penting dari pelajaran pekan ini—'menyerahkan diri lama kita yang berdosa kepada Allah agar Ia dapat menyanggupkan kita untuk tidak hanya mendengar tetapi juga melakukan firman-Nya.
Aktivitas: Buatlah daftar—dalam pikiran atau ditulis di kertas—dosa yang Anda gumuli dan yang Anda ingin hilangkan dari hidup Anda. Kemudian, jika Anda menuliskannya di kertas, potong menjadi lembaran kecil dan bacalah satu persatu dengan kuat, meminta Allah supaya semua dosa yang selalu hadir itu dihilangkan dari kehidupan Anda. (Sebagai alternatif, jika melakukan ini tanpa daftar di kertas, akuilah setiap dosa di hadapan Allah). Katakan kepa- da-Nya bahwa Anda mau bukan hanya menjadi pendengar tetapi juga pelaku Firman-Nya. Sobek-sobeklah kertas itu lalu buang.

BERITA MISI

BAYI YANG DIBUANG (BAGIAN 1) - BELIZE
Jeremy
Fakta Terkini
·           Uni Misi Belize pertama kali dior­ganisasi pada tahun 1929.
·       Ada 85 gereja Advent di Belize, dengan keanggotaan 39.518. Dari populasi negara 334.000, itu ada­lah rasio 1 anggota Advent untuk setiap 8,45 orang di Belize.
·           Ada 21 sekolah Advent primer, 3 akademi Advent, perguruan ting­gi junior Advent dan sebuah klinik di Belize.
         Bukanlah waktunya untuk bayi ini lahir, pikir ibu sambil berge­gas ke rumah sakit untuk me­lahirkan anak kesepuluh. Hanya lima bulan kehamilan, dia terkejut merasa­kan sakit melahirkan. Ketika bayi lahir, dokter mengatakan, "Bu, Anda memi­liki sembilan anak menunggu Anda di rumah. Anda tidak melahirkan bayi—Anda memiliki janin lain yang berkembang namun tidak bertahan. Dokter menempatkan janin dalam kain dan melemparkannya ke tempat sampah. "Di manakah bayi saya?" Ibu terus bertanya, tapi jawabannya selalu sama: "Anda memiliki janin lain yang berkembang." Tapi ibu ini tidak yakin. Setelah perawat pergi, dia melihat ke tempat sampah dan melihat kain yang bergerak. Ketika ia mengangkat, ada bayinya, masih bernapas. Dengan kain lap, dia membung­kus janin itu, memasukkannya ke dalam sakunya, dan pulang ke rumah untuk disambut oleh banyak anak- anaknya. "Di manakah bayi itu?"Tanya mereka. Sang ibu membuka bung­kusan janin, dan bayi itu ada, masih bernapas.

Mencuri Properti

Tak lama, tiba-tiba, polisi datang. Ibu telah mencuri properti rumah sakit, mereka memberitahunya, yang berupa janin! Jika Anda tidak kemba­likan, mereka mengatakan, kami akan memasukkan Anda ke pengadilan. "Ini adalah anak saya," kata sang ibu, ia menolak menyerahkan bayi itu kepada polisi."Jika janin ini meninggal di bawah perawatan Anda,"mereka menjawab, "Anda masuk ke penjara karena pembunuhan."Menolak untuk diintimidasi dia mengatakan kepada mereka,"Nanti saja saya melakukan waktu di penjara."
Seorang direksi kemudian dikirim ke semua klinik pemerintah di daerah tersebut, melarang mereka untuk menerima janin atau ibu untuk pengobatan. Tapi Tuhan tidak lupa kepada ibu yang putus asa ini atau bayi prematurnya. Saat ia berdoa,Tuhan menolong ibu ini dengan apa yang harus dia lakukan.
Bayi itu sangat kecil dan mulut kecilnya tidak cukup besar untuk me­nyusu dari ibunya, jadi dia menaruh beberapa susu ke dalam botol susu mainan kecil untuk memberinya minum. Karena tidak ada inkubator yang tersedia, dia dengan hati-hati menempatkannya di bawah sinar matahari setiap hari. Bayi itu menguat dan bertumbuh.
Mengemis Bantuan
Suatu hari, bagaimanapun, bayi itu sakit dan ibu harus membawanya kembali ke rumah sakit, di mana ia bertemu dokter dan perawat yang sama. Mereka semua bingung karena janin masih hidup. Sambil bertelut, ibu memohon kepada dokter, memin­ta dokter untuk membantu bayinya.
Bayi ini sangat membutuhkan transfusi darah, tetapi rumah sakit ha­nya memiliki satu unit darah yang ter­sedia, dan itu tidak disaring. Sang ibu meminta agar mereka memberikan­nya pula, atau dia akan mati. la berdoa saat dia melihat mereka mentransfusi darah yang tidak disaring kepada bayi itu. Dokter meyakinkan ibu bahwa ja­nin tidak akan bertahan lewat tengah malam. Pada pukul 06:00, janin masih hidup.
Pada saat ini, dokter kagum. Dia belum pernah melihat sesuatu seperti ini. Jadi sekarang dia punya ide lain: "Mari kita mencari kontak dengan Ja­maika dan atur dengan mereka untuk membawa bayi ini ke salah satu ru­mah sakit untuk melihat berapa lama janin ini bisa hidup"Sang ibu menolak "Anak saya bukan babi percobaan atau tikus lab!"
Mencuri Properti Rumah Sakit?
Para petugas polisi dipanggil un­tuk memastikan bahwa wanita gila ini tidak akan mencuri janin itu lagi. Ber­tekad untuk membawa bayi pulang, wanita itu datang dengan sebuah rencana—ia akan pergi ke bangsal lain dari rumah sakit itu, membuat keributan besar, dan ketika petugas terganggu, ia akan mengambil bayi­nya dan lari. Rencananya berhasil dan dia bergegas pulang. Tidak jauh di be­lakangnya, bagaimanapun, ada polisi. Sekali lagi mereka mengancamnya mencuri properti rumah sakit, tapi dia tetap bertahan.
Setahun kemudian, janin itu masih hidup. Tapi, sekali lagi bayi itu mengalami sakit dan tidak ada pilihan lain selain kembali ke rumah sakit, di mana ia sekali lagi bertemu dengan dokter yang sama dan staf yang sama.
Melihat anak itu, dokter membuat prediksi yang mengerikan itu: "Bayi ini akan menjadi buta dan lumpuh pada usia 2 tahun Dia akan cacat mental dan akan mati pada usia 5 tahun."
Sang ibu membawa hartanya itu ke rumah dan berdoa.
[Bersambung]
Kutipan Menarik:"Para petugas polisi dipanggil untuk memastikan bahwa wanita gila ini tidak akan men­curi janin lagi."









No comments:

Post a Comment