Pelajaran 13 Triwulan III 2014 dan Penuntun Guru

Kedatangan Yesus Kedua Kali
SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Yoh. 14:1-3; Mat. 16:27; 1 Tes. 4:13-18; Mat. 24:3-14; 24:42, 44.
AYAT HAFALAN: "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, per­cayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika ti­dak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan memba­wa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada" (Yoh. 14:1-3).
Kedatangan Yesus kedua kali yang disebutkan lebih dari tiga ratus kali di dalam Perjanjian Baru, adalah puncak pengajaran kita. Hal ini pen­ting kepada identitas kita sebagai Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Doktrin ini diukir di nama kita, dan itu adalah bagian penting dari Injil yang kita dipanggil untuk mengkhotbalikannya. Tanpa janji kedatangan-Nya, iman kita akan menjadi sia-sia. Kebenaran yang mulia ini memberikan kepada kita pengertian nasib akhir dan memotivasi misi jangkauan keluar kita.
Hal ini dapat diperdebatkan bahwa perpanjangan waktu melampaui dugaan kita akan melemahkan kepercayaan kita pada janji Yesus untuk datang kemba­li. Namun, hal ini tidak terjadi. Bagi banyak orang, semangat kita untuk keda­tangan Kristus kembali lebih kuat daripada sebelumnya.
Pekan ini kita akan mengulangi apa yang Yesus katakan tentang "pengha­rapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabe­sar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:13).
*Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk Persiapan Sabat, 27 September.
Minggu, 21 September
Janji
Setelah Perjamuan Terakhir, Yesus menyampaikan kepada murid-murid- Nya bahwa Ia akan pergi ke suatu tempat di mana, paling tidak untuk saat ini, mereka tidak dapat pergi (Yoh. 13:33). Pikiran dipisahkan dari Sang Guru memenuhi hati mereka dengan kesedihan dan rasa takut. Petrus bertanya, "Tu­han, ke manakah Engkau pergi?... Mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang?" (Yoh. 13:36, 37). Kristus mengetahui kerinduan mereka dan meya­kinkan mereka bahwa perpisahan hanyalah sementara.
Bacalah janji Kristus kepada kita dalam Yohanes 14:1-3. Terapkan kata-kata itu kepada diri Anda sendiri. Mengapakah hal itu harus sangat berarti bagi Anda?
Yohanes 14:1-3
14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
14:2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
14:3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.

Janji Tuhan kita tidak mungkin lebih tegas lagi. Dalam bahasa Yunani, janji "Aku akan datang kembali" adalah dalam waktu sekarang, menekankan kepas­tian. Secara harfiah dapat diterjemahkan, "Aku akan datang kembali."
Yesus telah memberi kita kepastian kedatangan-Nya kedua kali. Ia tidak berkata, "Aku mungkin datang kembali," tetapi "Aku akan datang kembali." Setiap kali Ia menyebutkan kedatangan-Nya kembali, Ia sebut itu dalam istilah tertentu.
Kadang-kadang kita membuat janji yang nantinya kita tidak dapat penuhi, bahkan terlepas dari usaha terbaik dan kebulatan tekad kita. Itu tidak terjadi dengan Kristus. Banyak kali Ia membuktikan yang tak diragukan lagi bahwa firman-Nya dapat dipercaya.
Mengacu pada penjelmaan-Nya, Tuhan secara nubuatan mengumumkan melalui Daud: "Sungguh Aku datang" (Mzm. 40:8). Dan Ia melakukannya (Ibr. 10:5-7). Realitas kedatangan-Nya yang pertama menopang kepastian kedatangan-Nya yang kedua.
Selama pelayanan-Nya di bumi, Yesus berjanji kepada seorang ayah yang putus asa: "Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat" (Luk. 8:50). Dan benar saja, putri Yairus dipulihkan, meskipun dia telah mati. Kristus mengumumkan bahwa tiga hari setelah kematian-Nya Dia akan bangkit sen­diri dari kubur; dan Dia melakukannya. Dia menjanjikan Roh Kudus kepada para murid; dan Dia mengirimkan-Nya tepat waktu. Jika Tuhan kita menghor­mati semua janji-janji-Nya di masa lalu, bahkan mereka yang, dari perspektif manusia, tampak mustahil, kita bisa yakin bahwa Dia akan menepati janji-Nya untuk datang kembali.
Bagaimanakah Anda tetap dapat menjaga semangat berkobar di dalam hati Anda sendiri bagi kedatangan Yesus yang kedua kali?

Senin, 22 September
Maksud Kedatangan Yesus Kedua Kali
Rencana besar Penebusan akan mencapai titik puncaknya pada kedatangan kedua kali. Tanpa kedatangan Kristus kembali ke bumi ini, penjelmaan, kema- tian dan kebangkitan-Nya tidak akan berpengaruh kepada keselamatan kita.
Apakah salah satu alasan yang mendasar bagi kedatangan Yesus kedua kali? Lihat Mat. 16:27.
Mat. 16:27
16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Hidup tidak selalu adil, bahkan, sering tidak adil. Kita tidak selalu melihat keadilan dalam masyarakat kita. Orang yang tidak bersalah menderita sedang­kan yang jahat tampaknya makmur. Banyak orang tidak menerima apa yang mereka layak terima. Tetapi kejahatan dan dosa tidak akan memerintah sela­manya. Yesus akan datang "membalaskan kepada setiap orang menurut perbu­atannya" (Why. 22:12).
Pernyataan yang tegas ini menyiratkan bahwa penghakiman harus dilakukan sebelum kedatangan Kristus kembali. Ketika Yesus datang, nasib setiap manu­sia akan diputuskan. Yesus dengan jelas mengisyaratkan penghakiman inves­tigasi ini dalam perumpamaan Perjamuan Kawin (Mat. 22:11-13). Kenyataan bahwa kita dihakimi oleh perbuatan tidak berarti bahwa kita diselamatkan oleh perbuatan atau jasa kita sendiri. Keselamatan adalah oleh anugerah Allah dan diterima oleh iman di dalam Yesus (Mrk. 16:16; Yoh. 1:12), yang kita tunjuk­kan melalui perbuatan kita.
Apa yang penting tentang janji dalam Matius 16:27 adalah bahwa kea­dilan akan ditegakkan. Kita hanya harus menunggu untuk itu.
Juga, pada kedatangan yang kedua, mereka yang tidur di dalam Kristus akan dibangkitkan untuk hidup kekal. Seperti yang kita lihat di awal—karena kita tahu bahwa orang mati tidur dalam kubur—janji kedatangan kedua kali dan kebangkitan untuk hidup kekal yang mengikutinya adalah sangat penting bagi kita.
"Di tengah-tengah bumi yang sedang bergoncang, sambaran kilat, dan deru halilintar, suara Anak Allah memanggil orang-orang kudus yang sedang tidur. Ia memandang kepada kuburan-kuburan orang benar, lalu mengangkat tangan­nya ke langit dan berseru, 'bangun, bangun, bangun, kamu yang tidur di debu tanah, bangkitlah!' Dari seluruh penjuru dunia ini orang mati mendengar suara itu, dan mereka yang mendengar akan hidup.... Dari penjara maut mereka ke­luar, berpakaikan kemuliaan kekal, berseru, 'hai maut, di manakah kemenang­anmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" 1 Korintus 15:55. Dan orang-orang benar yang masing-masing hidup dan orang-orang kudus yang dibangkitkan itu menyatukan suara mereka dalam pekik kemenangan yang panjang penuh kegembiraan"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 679, 680.

Selasa, 23 September
Bagaimana Yesus Datang
Dalam khotbah nubuatan-Nya, Kristus menyatakan keprihatinan tentang pengajaran yang salah dalam hal kedatangan-Nya yang kedua, dan Dia meng­amarkan para murid-Nya terhadap orang-orang yang akan datang dalam nama- Nya, "berkata, 'Akulah Mesias'" (Mat. 24; 5; lihat juga ayat 23-26). Dia tidak menginginkan para pengikut-Nya tertipu. Oleh karena itu, Dia dengan jelas menunjukkan cara di mana Dia akan datang.
Apakah yang dikatakan dalam Matius 24:27 kepada kita tentang ba­gaimana Yesus akan datang kembali?
Matius 24:27
24:27 Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.

Petir tidak dapat disembunyikan atau dipalsukan. Itu menyala dan bersinar sepanjang langit dengan sedemikian rupa sehingga semua orang bisa melihat­nya. Akan seperti itulah kedatangan Yesus yang kedua kali. Tidak perlu iklan untuk menarik perhatian masyarakat terhadap itu. Setiap manusia, baik dan ja­hat, yang diselamatkan dan yang hilang, bahkan "mereka yang telah menikam Dia" (Why. 1:7), akan melihat Dia datang (Mat. 26:64).

Bagaimanakah 1 Tesalonika 4:13-18 menolong kita memahami seperti apakah kedatangan yang kedua itu?

1 Tesalonika 4:13-18
4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.

4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.

4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;

4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

4:18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.
Pada kedatangan-Nya yang kedua kali, Kristus akan terlihat dengan segala kemuliaan Keallahan-Nya sebagai "RAJA DI ATAS SEGALA RAJA, DAN TUHAN DI ATAS SEGALA TUHAN" (Why. 19:16). Dalam penjelmaan, Anak datang sendiri dan tanpa kemegahan eksternal, dengan "rupa pun tidak, sehingga kita menginginkan-Nya" (Yes. 53:2). Tetapi kali ini Dia akan turun dengan semua keagungan dan keindahan-Nya dikelilingi oleh "semua malai­kat" (Mat. 25:31) dan "sangkakala yang dahsyat bunyinya" (Mat. 24:31). Jika semua itu tidak cukup, yang mati dalam Kristus akan bangkit ke keabadian.
Jika kita percaya kepada Tuhan tentang suatu peristiwa yang luar bi­asa seperti kedatangan yang kedua, mengapa kita tidak percaya kcpada-Nya pada setiap aspek kehidupan kita?
Rabu, 24 September
Kapankah Yesus Datang?
Ketika Yesus berbicara mengenai Bait Suci bahwa "tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan" (Mat. 24:2), murid-murid tercengang. "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" (ayat 3), tanya mereka. Dalam pemikiran mereka, kehancuran Bait Suci akan bertepatan dengan akhir sejarah pada kedatangan kembali Yesus.
Jawaban Yesus dengan mahirnya menggabungkan tanda-tanda untuk ke­dua peristiwa: kejatuhan Yerusalem tahun 70 M. dan kedatangan-Nya yang kedua kali, karena para murid tidak siap untuk memahami perbedaan di anta­ra keduanya. Adalah penting bagi kita untuk memahami sifat dan tujuan dari tanda-tanda ini. Hal itu tidak diberikan kepada kita untuk menentukan waktu kedatangan-Nya, karena "tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri" (Mat. 24:36). Sebaliknya, tanda-tanda itu menunjukkan kecenderung­an peristiwa-peristiwa sejarah dalam rangka untuk memperingatkan kita bah­wa kedatangan-Nya sudah dekat, bahkan sudah di ambang pintu. Sementara kita jangan pernah menjadi penentu waktu, kita juga jangan pernah mengabai­kan waktu kita hidup.

Bacalah Matius 24:3-14, 21-26, 29, 37-39 (jika mungkin, lihat juga Markus 13 dan Lukas 21). Apakah gambaran dunia yang Yesus hadirkan di sini? Dalam hal apakah itu sesuai dengan dunia yang sekarang kita ting­gal?
Matius 24:3-14, 21-26, 29, 37-39
24:3 Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?"
24:4 Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
24:5 Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.
24:6 Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.
24:7 Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.
24:8 Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.
24:9 Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,
24:10 dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci.
24:11 Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.
24:12 Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.
24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."
24:21 Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.
24:22 Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.
24:23 Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya.
24:24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
24:25 Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.
24:26 Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya.

24:29 "Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang.

24:37 "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
24:38 Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,
24:39 dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.


Ide yang paling penting yang Yesus ingin tanamkan pada pikiran murid-murid adalah bahwa kedatangan-Nya sudah dekat. Sesungguhnya, seluruh khotbah nubuatan-Nya berbicara kepada rasul-rasul seolah-olah mereka masih hidup waktu la datang (lihat Mat. 24:32, 33, 42).
Dalam arti sebenarnya, dari perspektif pribadi masing-masing kita, keda­tangan kedua kali tidak pernah lebih jauh dari saat setelah kematian kita. Ke­matian adalah tidur yang dalam dengan tidak sadar. Kita menutup mata kita dalam kematian dan, apakah satu tahun telah berlalu atau ribuan tahun telah berlalu, hal berikutnya yang kita tahu adalah kedatangan Yesus yang kedua kali. Dengan demikian, ide akan dekatnya kedatangan Kristus, yang Paulus, Petrus, dan Yakobus juga bagikan, menjadi masuk akal. Bagi masing-masing kita, secara pribadi, kedatangan-Nya tidak pernah lebih dari beberapa saat se­telah kita mati.
Bagaimanakah konsep ini menolong kita memahami "segeranya" ke­datangan Yesus yang kedua kali?
Kamis, 25 September
Berjaga dan Bersedia

Mengapakah begitu penting bagi kita untuk selalu berjaga dan berse­dia bagi kedatangan Yesus? Lihat Mat. 24:42, 44.
Mat. 24:42, 44.
24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
24:44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."
Inti sari khotbah nubuatan Yesus adalah kata kerja perintah, berjayalah, se­lalu waspada. Itu tidak berarti menunggu dengan malas tetapi waspada yang aktif, seperti pemilik rumah yang tetap terhadap setiap potensi pencuri (Mat. 24:43). Sementara menunggu dengan waspada, kita mempuny? i satu pekerja­an untuk dilakukan, seperti yang dilakukan hamba yang setia yang melaksa­nakan tugas yang tuannya percayakan kepadanya selama ketidakhadiran sang tuan (Mat. 24:45; Mrk. 13:34-37).
Sikap apakah yang akan berakibat fatal bagi kita yang mengaku per­caya pada kedatangan Yesus kedua kalinya? Lihat Mat. 24:48-51; Luk. 21:34,35. Bagaimanakah kita bisa menghindar jatuh ke dalam sikap itu? Mengapakah kesalahan begitu mudah dilakukan jika kita tidak berhati-hati?
Mat. 24:48-51;
24:48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:
24:49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk,
24:50 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,
24:51 dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."

Luk. 21:34,35
21:34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
21:35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
Perumpamaan hamba yang jahat sangat menyentuh, khususnya bagi kita se­bagai seorang Advent. Hamba ini mewakili orang-orang yang percaya bahwa Kristus akan datang kembali, namun tidak segera. Percaya bahwa Tuhan me­nunda, mereka berpikir bahwa mereka masih mempunyai waktu untuk hidup mementingkan diri sendiri dan memuaskan kesenangan-kesenangan dalam dosa karena, pasti, akan ada banyak waktu untuk bersedia bagi kedatangan kedua kalinya. Sayangnya, ide ini adalah perangkap mematikan, karena tidak seorang pun tahu kapan Yesus akan datang. Selain itu, bahkan jika Kristus be­lum datang juga, salah satu dari antara kita bisa dipanggil untuk beristirahat tanpa diduga-duga, tiba-tiba mengakhiri kesempatan kita untuk memperbaiki semuanya dengan Allah. Namun akhirnya, mengulangi kesenangan di dalam dosa secara bertahap mengeraskan dan mengurangi kepekaan hati nurani se­hingga itu menjadikan lebih sulit untuk bertobat. Iblis tidak peduli bahwa kita percaya secara teoritis pada kedatangan Yesus kedua kali, asalkan dia bisa membuat kita menunda persiapan kita untuk itu.
Bagaimanakah kita bisa siap hari ini? Dengan bertobat dan dengan meng­akui dosa-dosa kita yang belum diakui kepada Yesus, dengan memperbarui iman kita dalam kematian penebusan-Nya di kayu salib bagi kita, dan oleh menyerahkan kehendak kita sepenuhnya kepada-Nya. Berjalan dalam perse­kutuan dengan-Nya, kita bisa menikmati ketenangan yang dalam yang ditutupi oleh jubah kebenaran-Nya.
Berapa seringkah Anda berpikir tentang kedatangan kedua kali? Bera­pa banyak kenyataan itu mempengaruhi hidupmu? Bagaimanakah kita menemukan keseimbangan yang tepat tentang pekerjaan kita sehari-hari namun hidup dalam mengantisipasi kedatangan Kristus?
Jumat, 26 September
Pendalaman: Ellen G. White, "Di Bukit Zaitun," hlm. 261-273, dalam Alfa dan Omega, jld. 6; "Berita Kedatangan Kristus," hlm. 313-331, dalam Alfa dan Omega, jld. 8.
"Tidak lama kemudian tampaklah di sebelah Timur suatu awan hitam yang kecil kira-kira setengah kepalan tangan besarnya. Itulah awan yang menge­lilingi Juruselamat, yang tampak dari jauh seperti diselubungi oleh kegelap­an. Umat Allah mengenal ini sebagai tanda Anak Manusia. Dalam keheningan yang khidmat mereka memandanginya sementara semakin mendekat ke bumi, menjadi semakin terang dan mulia, hingga menjadi awan putih besar, yang dasarnya adalah kemuliaan bagaikan api yang menyala-nyala, dan di atasnya ada pelangi perjanjian. Yesus mengendarainya bagaikan seorang penakluk. ... Dengan nyanyian-nyanyian surga, malaikat-malaikat kudus suatu kelom­pok besar yang tak terhitung banyaknya menyertai Dia dalam perjalanan-Nya. Langit-langit seolah-olah dipenuhi oleh bentuk-bentuk yang bercahaya— 'berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa banyaknya.' Tak ada pena manusia yang dapat melukiskan pemandangan itu, tidak ada pikiran fana yang sanggup me­ngerti keindahan dan keagungan kemuliaan-Nya"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 8, hal. 676.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.        Meskipun kita perlu untuk percaya pada dekatnya kedatang­an Kristus, bagaimanakah kita bisa menghindari bahaya-bahaya fanatisme? Itu tidaklah selalu mudah. Akhirnya, berapa banyak orang fanatik yang benar-benar berpikir bahwa mereka adalah fa­natik?
2.        Pikirkanlah lagi pemikiran bahwa kedatangan kedua kali tidak pernah jauh dari kita masing-masing secara pribadi, tingkat indi­vidu, karena keinatian kita tidak pernah benar-benar sejauh itu, tidak peduli berapa lama kita hidup. Apakah yang dikatakan oleh pemikiran ini kepada kita tentang seberapa dekat sebenarnya ke­datangan kedua kali itu sejauh kita masing-masing peduli?
3.        Bagaimanakah Anda menanggapi mereka yang mengejek gagasan kedatangan kedua kali? Sebelum Anda menjawab mereka, cobalah untuk menempatkan diri Anda pada situasi mereka, melihat sesu­atu dari sudut pandang mereka. Setelah Anda melakukannya dan melihat tanggapan-tanggapan mereka, renungkan melalui cara-cara yang Anda dapat tanggapi.
4.        Bagaimanakah dengan pemikiran ini bahwa kita, sebagai masya­rakat, bisa mempercepat atau menunda kedatangan kedua kali? Apakah tanggapan-tanggapan dalam diskusi itu?
5.        Jika Anda tahu bahwa Yesus sebenarnya akan datang pekan depan, apakah yang dalam hidup Anda yang akan berubah sekarang?

PENUNTUN GURU
Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Yohanes 14:1-3
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Memahami sifat janji kedatangan Yesus.
Merasakan: Merasakan jaminan kedatangan Yesus yang kedua kali.
Melakukan: Bersedia secara rohani untuk bertemu dengan Tuhan di awan-awan
Garis Besar Pelajaran:
I.        Mengetahui: Kristus Secara Jelas Memberikan Garis Besar
Tentang Sifat dan Syarat-syarat Kedatangan-Nya.
A.       Apakah ciri-ciri yang dapat dikenali dari janji Kristus tentang ke- datangan-Nya?
B.        Apakah dampak kedatangan Kristus yang kedua kali bagi mereka yang ditebus dan bagi mereka yang dihukum?
C.       Apakah yang menandai dekatnya kedatangan Yesus kembali?
II.     Merasakan: Kedatangan Kristus Memberikan kepada Setiap Umat
Percaya Satu Rasa Damai, Aman, dan Penuh Jaminan.
A.        Perasaan-perasaan apa sajakah yang orang percaya dapat alami apabila merenungkan kedatangan Kristus?
B.        Mengapakah seharusnya tanda-tanda bahwa Kristus sedang datang kembali menghasilkan sukacita, dan bukannya kekhawatiran?
C.        Bagaimanakah tujuan kedatangan Kristus memperkuat pengharga­an kita tentang kasih Allah bagi manusia?

III.           Melakukan: Persiapan Rohani adalah Penting untuk Bertemu dengan Kristus di Awan-awan.
A.        Rutinitas dan kegiatan-kegiatan harian apakah yang mempersiap­kan umat percaya bagi kedatangan Kristus?
B.        Bagaimanakah orang percaya menolong mereka yang tidak perca­ya untuk bersedia bagi kedatangan Kristus?
C.        Peran apakah yang dimiliki oleh persekutuan Kristen dalam mem­berikan kontribusi persiapan rohani?
Rangkuman: Janji kembalinya Kristus adalah lebih daripada sebuah impian yang jauh. Itu juga bukan suatu pelarian melalui keagamaan. Hal itu mengakui kenyataan tentang seorang Juruselamat yang penuh kasih yang rindu dengan sepenuhnya untuk suatu reuni dengan umat pilihan-Nya. Umat percaya diajak untuk mengadakan persiapan rohani setiap hari dan memiliki sikap berjaga- jaga yang terus-menerus supaya kedatangan Kristus tidak akan mendapati me­reka tidak bersedia ataupun fidak tahu.

Siklus Pelajaran
Langkah 1—Memotivasi
Fokus Pada Alkitab: Yohanes 14:1-3.
Konsep Kunci untuk Pertumbuhan Rohani: Puncak kemuliaan bagi iman orang Kristen adalah ketika berkumpul kembali dengan Kristus pada kedatangan kembali yang Dia janjikan-.
Untuk Guru: Tekankan kepada anggota kelas Anda bahwa pentingnya keda­tangan Kristus kembali adalah ditegaskan oleh sering disebutnya hal itu di dalam Alkitab.
Aktivitas Pembuka: Pikirkan tentang sebuah reuni kelas atau keluarga yang Anda pernah hadiri. Mungkin itu adalah bagi kelas tamatan Anda di masa sekolah menengah atau universitas. Bagaimanakah rasanya bertemu dengan teman-teman lama kembali?
Mintalah anggota kelas Anda untuk membayangkan saat reuni yang paling me­nyenangkan dari semua reuni: Kedatangan Kedua Kali. Berdasarkan gambaran-gambaran di dalam Alkitab, seperti apakah hal itu bila terjadi? Doronglah mere­ka untuk melibatkan sebanyak-banyaknya indera yang mungkin, lukiskan sebuah gambaran secara bersama, sebagai satu kelas, tentang kedatangan Kristus yang segera itu. Seperti apakah peristiwa itu kedengaran dan terlihat nantinya, dan ba­gaimanakah mereka bayangkan dan rasakan? Yang paling penting, mintalah bebe­rapa anggota untuk membagikan di dalam kata-kata mereka jawaban kepada per­tanyaan berikut: Apakah makna berkumpul dengan Kristus kembali secara pribadi bagi Anda?
Pertimbangkanlah Hal Ini: Untuk mempersatukan kembali itu berarti ber­kumpul bersama kembali. Meskipun kebanyakan mereka yang pada kebangkitan, kecuali murid-murid Yesus, belum pernah melihat Dia muka dengan muka, menga­pakah kedatangan kedua kali, bagaimanapun juga, adalah sebuah reuni antara Kris­tus dan umat-Nya? Bagaimanakah kita bisa bertemu muka dengan muda dengan Dia yang kita belum pernah lihat dengan mata?
Langkah 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Meskipun sangat terbagi-bagi di dalam berbagai doktrin dan be­berapa hal khusus tentang Kedatangan Kedua kali, banyak orang Kristen yang se­tuju bahwa Yesus akan datang untuk berkumpul kembali dengan umat-Nya.
Komentar Alkitab
I. Janji dan Tujuan Kedatangan Kristus
(Pelajari kembali bersama kelas, Yohanes 14:1-3 dan Matius 16:27).
Matius 16:27 menyinggung kepada nubuatan apokaliptis Daniel tentang pun­cak penghukuman (Dan 7:13-14). Ajaran-ajaran Kristus menyatukan pernyataan- pernyataan Perjanjian Lama dari Zakharia, Daniel, Yesaya, dan yang lainnya di dalam merumuskan ajaran Perjanjian Baru tentang kedatangan-Nya kembali.
Kepastian ajaran ini membentuk landasan perintah-Nya, "Janganlah gelisah hati- Mu." Di dalam planet ini, yang sedang diterpa oleh peperangan, penyakit yang tidak terkendali, pembunuhan massal, kecelakaan nuklir, rasisme, perceraian, keti­dakpastian ekonomi, dan lain sebagainya, jaminan seperti itu menjadi satu perintah yang sulit. Namun, penderitaan apa pun yang kita alami di sini tidaklah dapat di­bandingkan dengan kegenapan janji Allah. "Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibarui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, menger­jakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami" (2 Korintus 4:16-17).
Pertimbangkanlah Hal Ini: Banyak ahli teologi meniadakan atau meremeh­kan penghakiman oleh karena hal itu dianggap meredupkan kasih karunia Allah, pembenaran, dan pengampunan. Mengapakah kasih karunia Allah dan pengam­punannya tidaklah berarti tanpa penghukuman?
II. Cara dan Waktu Kedatangan-Nya
(Pelajari kembali bersama kelas, Matius 24 dan Wahyu 1:7).
Ada tiga sikap dasar teologis tentang waktu kedatangan Yesus kembali:
Postmilenialis percaya bahwa seribu tahun perkembangan akan berlangsung menjelang kedatangan Kristus. Selama abad kesembilan belas, ketika kemajuan teknologi sedang mulai menyebar, banyak orang yang percaya akan hal ini. Namun sekarang, memudarnya harapan, terutama disebabkan oleh banyaknya perang, te­lah hampir memusnahkan kepercayaan ini sama sekali.
Amilenialis tidak percaya bahwa ada seribu tahun yang harfiah tetapi mema­haminya sebagai sebuah bahasa kiasan. Oleh sebab itu waktu kedatangan Kristus sehubungan dengan milenium adalah tidak relevan bagi para amilenialis.
Premilinialis, kelompok yang terakhir, terbagi ke dalam dua kelompok—dis- pensasionalis dan historisis. Para dispensasionalis percaya bahwa Allah bekerja secara berbeda kepada manusia pada periode-periode waktu yang berbeda. Dari peristiwa penyaliban hingga awal masa kesusahan adalah satu periode seperti itu, yang diberikan label sebagai zaman gereja. Pengangkatan rahasia bagi jemaat akan terjadi pada puncak zaman gereja, di mana kedatangan Yesus ke-dua kali terjadi tujuh tahun kemudian pada puncak tujuh tahun masa kesusahan (ada sedikit variasi di antara kelompok ini tentang urutan-urutan peristiwanya). Orang-orang berdosa memperoleh kesempatan kembali untuk bertobat pada tujuh tahun masa kesusahan ini.
Tidak konsistennya pandangan ini secara A Ikitabiah terlalu banyak untuk di­bahas di sini, namun beberapa hal yang meragukan sungguhlah jelas. Pandangan Alkitabiah digambarkan dengan cara yang terbaik oleh eksegesis (penyelidikan Alkitab) premilenial yang berdasarkan sejarah (historisis). Pandangan ini meng­ajarkan bahwa Kristus datang pada awal milenium (dan setelah masa kesusahan atau "masa kesulitan") untuk menebus umat kudus yang sedang hidup atau mati (melalui kebangkitan yang pertama). Umat berdosa yang sedang hidup menjadi binasa oleh terang kedatangan-Nya. Kemudian mereka tidur, bersama dengan se­mua yang jahat di dalam sejarah, hingga akhir dari milenium ketika kebangkitan mereka yang terhukum terjadi. Setelah kebangkitan kedua itu, mereka dibinasakan sepenuhnya.
Cara kedatangan Kristus yang disebutkan Alkitab menyatakan dengan jelas ciri-ciri yang khusus. Yaitu (1) di hadapan publik (bukannya "rahasia," Why. 1:7; 1 Tes. 4:15-18), (2) serempak di seluruh dunia (bukannya "secara lokal," Mat. 24:5, 23-30), (3) diumumkan dengan kegemparan yang memekakkan telinga (bukannya "rahasia," 1 Tes. 4:15-18; Mat 24:31), (4) secara harfiah dan secara pribadi (bu­kannya "kiasan," Kis. 1:11; Luk. 24:36-43), (5) tak disangka-sangka (1 Tes. 5:2-6; Mat. 24:43, 44), dan (6) membawa perubahan besar (Dan. 2:32-35). Mengenai cara dan waktu kedatangan Kristus kembali, Allah memberikan kepada kita cukup informasi supaya kita percaya, tetapi tidak terlalu banyak supaya kita tidak menye- pelekannya.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Sikap suka menunda-nunda menyusahkan banyak orang; apakah yang banyak orang akan lakukan apabila mereka percaya bahwa ada dua kesempatan untuk bersiap bagi kedatangan Kristus sebagaimana yang para dispensasionalis ajarkan? Apakah bahaya dari ajaran ini?
Langkah 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Informasi dapat memotivasi. Informasi dapat membius. Bagai­manakah suatu informasi akan menyebabkan suatu gerakan atau malah meninabo­bokan?
Di dalam Matius 24, Yesus menjawab pertanyaan murid-murid tentang waktu kedatangan-Nya. Memiliki begitu banyak informasi, apakah yang menguntungkan mereka? Akankah mereka jadi berjaga-jaga atau malah mengantuk?
Melalui Matius 25, Yesus memberikan tiga perumpamaan tentang persiapan dan berjaga-jaga, ini adalah landasan-landasan bagi persiapan rohani. Pelajari kembali pola-pola ini bersama kelas: (1) Sepuluh pengiring pengantin (anak dara), (2) Tiga hamba (perumpamaan tentang talenta), (3) Perbedaan domba dan kambing. Prin­sip-prinsip apakah yang dapat kita kumpulkan dari perumpamaan-perumpamaan ini yang akan dapat menolong persiapan kita bagi kedatangan Kristus kembali? Tindakan-tindakan apakah yang dapat mengekspresikan prinsip-prinsip ini melalui kehidupan kita? Bagaimanakah kelas kita bersedia untuk bertemu dengan Yesus? (Membagi kelas ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil, di mana setiap kelompok ditugaskan satu perumpamaan, adalah dianjurkan bagi kelas-kelas yang lebih besar).
Aktivitas: Bukalah Matius 25. Bahas setiap perumpamaan, carilah prinsip- prinsip yang dapat diaplikasikan untuk situasi kita di abad ke dua puluh satu ini. Kisah-kisah nyata ini mempunyai aplikasi-aplikasi yang baik lebih dari sekadar bagi situasi di zaman mereka saja.
Berpikir secara kiasan
ü  Apakah yang dikatakan tentang kehidupan kerajaan?
ü  Apakah yang disebutkan tentang persiapan rohani?
Selidiki Isi
ü  Apakah yang tokoh baik telah lakukan dengan benar?
ü  Apakah yang tokoh jahat telah lakukan dengan salah?
ü  Bagaimanakah tokoh jahat seharusnya melakukan pilihan-pilihan yang lebih baik?
ü  Di manakah titik balik yang membedakan mereka dari para tokoh baik?
ü  Perubahan-perubahan apakah yang perlu terjadi untuk memperoleh hasil yang lebih baik?
ü  Bagaimanakah prinsip-prinsip ini dipraktikkan di dalam kehidupan rohani se­seorang?
ü  Mengapakah perbedaan antara tokoh baik dan jahat dinyatakan di dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dan bukannya di dalam hal buah-buah pikiran?
Langkah 4—Menciptakan
Untuk Guru: Sebuah sesi sekolah sedang berlangsung. Guru-guru membagi­kan silabus dan garis besar pelajaran, yang menyatakan tuntutan-tuntutan bagi ber­bagai mata pelajaran. Beberapa murid akan menjadwalkan hidup mereka sesuai dengan itu, memenuhi tuntutan-tuntutan dengan tepat. Yang lain akan berpesta, menunda-nunda, dan akhirnya gagal. Murid-murid yang lebih baik akan memper­siapkan diri mereka untuk ujian akhir; yang lain akan membuang-buang waktu, menunda-nunda, dan bertangguh. Sekolah kehidupan berlangsung dengan cara yang sama. Berhasil di dalam ujian final melambangkan berhasil memperoleh hi­dup yang kekal. Penyebab kegagalan adalah jelas dengan sendirinya. Berusaha keras di saat-saat akhir tidak akan membawa keberhasilan. Menjalani proses secara bertahap di dalam kehidupan mereka akan membawa keberhasilan.
Aktivitas: Pada pekan ini, siapkan sebuah penyelidikan berbentuk fotografi tentang hidup Anda. Pelajari sejarah hidup Anda melalui gambar-gambar. Ciptakan album foto-foto yang menceritakan kembali kisah hidup Anda. Kelompokkanlah foto-foto tersebut sesuai dengan apa yang di dalam kehidupan ini yang kegiatan di dalam foto tersebut persiapkan Anda. Apakah yang membuat suatu peristiwa ber­hasil? Apakah pelajaran-pelajaran rohani tentang persiapan bagi kehidupan yang kekal yang Anda dapat ambil dari peristiwa-peristiwa tersebut?
Pilihan Lain untuk Kegiatan: Pada pekan ini gunakanlah daya ingat dan ima­jinasi Anda untuk mempelajari kembali kehidupan Anda. Pelajari sejarah pribadi Anda melalui gambaran-gambaran mental tersebut. Ciptakan "album" mental yang menceritakan kisah hidup Anda. Kelompokkanlah kisah-kisah tersebut sesuai de­ngan apa yang di dalam kehidupan ini yang kegiatan-kegiatan Anda ingat tersebut persiapkan Anda. Apakah yang membuat suatu peristiwa berhasil? Apakah pela­jaran-pelajaran rohani tentang persiapan bagi kehidupan yang kekal yang Anda dapat ambil dari peristiwa-peristiwa tersebut?
Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa—Triwulan IV 2014
Pelajaran 1
27 September - 3 Oktober*

Yakobus, Saudara Tuhan
SABAT PETANG
Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: Yohanes 7:2-5; 1 Korintus 15:5-7; Yakobus 1:3; 2:5; 1 Petrus 2:9,10; Matius 7:24-27.
AYAT HAFALAN: "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu" (Yohanes 15:14).
Kita, hari ini, berada jauh dari era gereja Kristen mula-mula, baik dalam hik­mat dan budaya. Maka, kita memiliki sedikit gagasan tentang apa yang di­miliki oleh cikal bakal pergerakan Kristen pada saat banyak anggotajemaat bertemu di rumah-rumah, dan kebanyakan umat percaya adalah orang Yahudi, di­aniaya oleh saudara mereka sendiri, yaitu orang Israel. Surat Yakobus memberikan kita sekilas pandangan mula-mula dari Kekristenan Yahudi sebelum itu hilang da­lam kabut pertentangan antara Yahudi dan Kristen, dan sebelum pengucilan orang Yahudi oleh gereja yang didominasi oleh orang dari latar belakang kafir pada abad kedua dan sesudahnya.
Seperti banyak dari surat-suratnya, tidak terlihat kalau beberapa krisis atau ke­butuhan yang mendesak dalam jemaat lokal yang menjadi mendorong Yakobus un­tuk menulis surat ini. Sebaliknya, surat ini ditulis kepada komunitas Kristen yang lebih luas, "yang di perantauan" (Yakobus 1:1).
Tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh ke dalam surat Yakobus, pekan ini kita akan coba untuk mempelajari tentang si penulis. Beberapa pertanyaan yang akan kita tanyakan adalah: Siapa Yakobus itu? Apa latar belakangnya? Apa hu­bungannya dengan Yesus? Serta apa posisi yang ia pegang dalam jemaat?
*PeIajari pelajaran pekan ini untuk persiapan hari Sabat, 4 Oktober.
Minggu, 28 September
Yakobus, Saudaranya Yesus
Penulis surat ini pasti telah dikenal dalam jemaat karena tidak ada lagi in­formasi yang spesifik dalam surat ini selain dia yang dapat kita temukan dalam Yakobus 1:1: "Salam dari Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua belas suku di perantauan."
Maka, dengan cepat kita dapat mempersempit pilihan kita terhadap identi­tas penulis. Empat orang dalam Perjanjian Baru yang bernama Yakobus: Dua di antaranya termasuk dalam 12 murid (Markus 3:17,18); ada juga ayah dari Yudas (seorang murid Yesus, tetapi bukan Yudas Iskariot, Lukas 6:16) dan sa­lah seorang saudara Yesus (Markus 6:3). Di antara keempat orang ini, hanya saudara Yesuslah yang hidup lebih panjang dan lebih menonjol dalam jemaat yang telah menulis surat seperti ini. Jadi, kita percaya bahwa itu adalah Yakob­us, saudara Yesus, yang menulis buku dalam Perjanjian Baru ini.
Sebagai seorang anak tukang kayu (Matius 13:55), Yakobus memiliki ke­sempatan pendidikan yang lebih, dibandingkan penduduk desa pada umum­nya. Suratnya berada di antara contoh gaya penulisan Yunani yang terbaik da­lam Perjanjian Baru. Suratnya kaya kosakata, bakat retorika, serta perintah dalam Perjanjian Baru yang hanya dapat diungguli oleh orang Ibrani. Oleh karena namanya muncul pertama dalam daftar saudara Yesus, Yakobus mung­kin adalah anak yang tertua. Tetapi, fakta bahwa Yesus memercayakan peme­liharaan ibu-Nya kepada Yohanes, murid yang kekasih (Yohanes 19:26-27), memberi kesan bahwa saudara Yesus bukan hanya anak dari Maria saja, tetapi anak-anak Yusuf dari perkawinannya yang sebelumnya.

Dalam konteks pelayanan Yesus, bacalah ayat ini: "Waktu kaum ke- luarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi" (Markus 3:21, lihat juga Yohanes 7:2-5). Apa yang ayat ini katakan kepada kita tentang bagaimana Yesus telah ditolak oleh saudara-Nya sendiri? Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari mereka, bagi diri kita, bahkan seandainya ketika kita mene­mukan diri kita disalahmengerti oleh orang yang kita kasihi?
"Pengertian yang salah akan pekerjaan Mesias, dan kurang iman akan tabiat Ilahi pada Yesus, itulah yang mendorong saudara-saudara-Nya untuk mende­sak Dia agar Ia menunjukkan diri-Nya kepada orang banyak pada Hari Raya Pondok Daun-daunan."—E.G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 102.










No comments:

Post a Comment