13-19 September*
SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Yoh. 11:11;Yoh. 1:1-4; Luk. 8:54, 55; Yoh. 5:28,
29; Mat. 5:22, 29; Yoh. 11:38-44.
AYAT
HAFALAN: Jawab Yesus:''Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia akan hidup walaupun ia sudah mati'" (Yoh. 11:25).
Manusia memiliki
penolakan bawaan terhadap kematian karena kita diciptakan
hanya untuk hidup dan tidak pernah untuk mati. Kematian adalah penyusup; itu
tidak pernah direncanakan. Itu sebabnya, selama pelayanan-Nya di bumi, Yesus
menunjukkan simpati yang besar terhadap yang berduka. Ketika Ia melihat janda
dari Nain membawa anaknya satu-satunya ke kuburan, "tergeraklah hati-Nya
oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: 'Jangan menangis'"
(Luk. 7:13). Kepada seorang bapa yang hancur hatinya karena anak
perempuannya yang berumur dua belas tahun baru saja meninggal, Kristus
menghibur dia, dengan berkata: "Jangan takut, percaya saja" (Mrk.
5:36). Setiap kali kematian menimpa orang yang kita kasihi, Yesus dengan
lembut tersentuh oleh kesedihan kita. Hati-Nya yang penuh belas kasihan
menangis bersama kita.
Tetapi Kristus
melakukan jauh daripada sekadar menangis. Setelah menaklukkan kematian dengan
kematian-Nya sendiri dan kebangkitan, Ia memegang kunci maut, dan Ia berjanji
untuk membangkitkan barangsiapa yang percaya kepada-Nya menuju kehidupan
kekal. Sejauh ini, ini adalah, janji terbesar yang telah diberikan kepada kita
di dalam Firman Allah; jika tidak, jika kematian memiliki kata akhir, seluruh
kehidupan kita dan segala sesuatu yang pernah kita capai akan sia-sia.
Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat,
20 September.
Minggu, 14 September
Keadaan Orang Mati
Para penulis
Perjanjian Lama secara konsisten menyatakan bahwa manusia adalah suatu
kehidupan yang tak dapat dibagi-bagi. Berbagai istilah Ibrani yang biasanya
diterjemahkan sebagai daging, jiwa, dan roh adalah cara yang berbeda untuk
menjelaskan^dari sudut pandang yang berbeda, pribadi manusia secara
keseluruhan. Selaras dengan perspektif ini, Kitab Suci menggunakan kiasan yang
berbeda untuk menjelaskan kematian. Di antaranya, tidur adalah sebagai simbol
yang pas untuk merefleksikan pengertian Alkitabiah dari kondisi orang mati
(Lihat Ayub 3:11-13; 14:12; Mzm. 13:3; Yer. 51:39; Dan. 12:2). Kematian
adalah total akhir dari kehidupan. Kematian adalah keadaan tidak sadarkan diri
di mana tidak ada pikiran, emosi, pekerjaan, atau hubungan apapun (Pkh.
9:5,6,10; Mzm. 115:17; 146:4).
Namun, pada zaman Yesus, pandangan tentang
kemanusiaan ini, dan secara khusus akan kematian, ditantang oleh konsep
dualistis kekafiran dari keabadian jiwa, yang dengan cepat menyebar ke seluruh
dunia saat itu.
Bagaimanakah
Yesus menjelaskan kematian sahabat-Nya Lazarus? Lihat Yoh. 11:11.
11:11 Demikianlah perkataan-Nya, dan
sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah
tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya."
Meskipun ayat
ini dan ayat-ayat lainnya ada, sejumlah orang Kristen berpendapat bahwa Yesus
percaya pada kebakaan jiwa, karena Ia berkata kepada pencuri di salib itu:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada
bersama-sama dengan Aku di Firdaus" (Luk. 23:43). Makna dari ayat
ini berubah seluruhnya, tergantung di mana koma ditempatkan. (Naskah-naskah
Perjanjian Baru Yunani kuno tidak memiliki tanda baca). Jika tanda koma
diletakkan setelah kata "mu," seperti kebanyakan versi Alkitab
melakukannya, itu berarti bahwa Yesus dan si pencuri pergi ke surga pada hari
yang sama; jika tanda koma setelah kata "hari ini," ayat ini berarti
Yesus meyakinkan si pencuri aknn nuisu depan penebusannya. Sebenarnya,
perkataan Yesus menekankan jaminan keselamatan, bukan waktu si pencuri masuk ke
dalam surga. Konteks ayat ini menegaskan hal tersebut. Sebagai pendahuluan, si
pencuri tidak meminta pemindahan langsung ke surga pada saat kematian, melainkan
untuk diingat ketika Tuhan akan datang ke kerajaan-Nya. Selain itu, tiga hari
kemudian Yesus sendiri menyatakan bahwa Ia belum naik ke surga (Yoh. 20:17).
Oleh karena itu, ayat ini tidak mengajarkan bahwa jiwa orang mati pergi ke
surga setelah kematian.
Oleh karena
kita memahami bahwa kematian adalah keadaan tidur tak sadarkan diri, mengapa
pengajaran tentang kebangkitan sangat penting bagi kita?
SENIN, 15 September
Pengharapan Kebangkitan
Pada
penciptaan, "TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan
menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya." Dan sebagai hasilnya,
"manusia itu menjadi makhluk yang hidup" (Kej. 2:7). Selama
Allah mempertahankan napas kehidupan pada makhluk hidup, mereka tetap hidup.
Namun ketika Ia mengambil napas mereka, mereka mati dan kembali ke debu
(Mzm. 104:29; Pkh. 12:7). Ini bukan keputusan sewenang-wenang dari Allah;
itu adalah konsekuensi yang tak terelakkan dari dosa. Tetapi kabar baiknya
adalah, melalui Kristus, ada pengharapan, bahkan dalam kematian.
Bacalah Yohanes
1:1-4. Apakah yang tersirat dalam ayat-ayat ini yang menunjukkan kepada kita
kuasa Yesus untuk membangkitkan orang mati?
Yohanes 1:1-4
1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Kristus
memiliki hidup di dalam Diri-Nya sendiri, karena Ia adalah hidup (Yoh.
14:6). Ia menciptakan segala sesuatu dan memiliki kuasa untuk memberikan
kehidupan kepada siapa yang Ia kehendaki (Yoh. 5:21). Dengan demikian,
Ia bisa membangkitkan orang mati.
Bagaimanakah
kebangkitan itu terjadi? Lihatlah Luk. 8:54,55.
Luk. 8:54,55
8:54 Lalu Yesus memegang tangan anak itu
dan berseru, kata-Nya: "Hai anak bangunlah!"
8:55 Maka kembalilah roh anak itu dan
seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak
itu makan.
Menurut Alkitab, kebangkitan adalah kebalikan dari
kematian. Kehidupan dipulihkan ketika napas hidup datang kembali dari Allah.
Itu adalah bagaimana Lukas menjelaskan kebangkitan putri Yairus. Setelah
mengetahui bahwa anak gadis berumur dua belas tahun itu telah meninggal dunia,
Yesus pergi ke rumah dan mengatakan kepada para pelayat bahwa ia sedang tidur.
Lalu Ia "memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: 'hai anak
bangunlah!' Maka kembalilah roh [pneuma] anak itu dan seketika itu juga
ia bangkit berdiri" (Luk. 8:54, 55). Pada perintah Ilahi Yesus,
prinsip hidup yang diberikan oleh Allah kembali ke pada anak gadis itu. Istilah
Yunani yang digunakan Lukas, pneuma, berarti "angin,"
"napas," atau "roh." Ketika Alkitab menggunakannya dalam
kaitannya dengan manusia, itu tidak pernah menunjukkan suatu kesadaran yang
mampu terpisah dari tubuh. Dalam ayat ini jelas mengacu kepada napas hidup.
Kematian begitu
umum sehingga kita menerimanya begitu saja. Meskipun demikian bagaimanakah
kita bisa belajar untuk percaya pada janji Allah tentang kehidupan kekal,
meskipun sekarang, kematian tampaknya menjadi pemenang?
SELASA, 16 September
Kematian dan Kebangkitan
Apa yang telah
kita pelajari sejauh ini bisa membawa kita untuk berpikir bahwa kebangkitan
akan jadi hanya kepada beberapa saja. Tetapi Yesus menegaskan bahwa saatnya
akan tiba ketika: "Semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar
suara-Nya" (Yoh. 5:28, 29). Orang percaya dan yang tidak percaya,
orang benar dan berdosa, yang diselamatkan maupun yang hilang, semua akan
dibangkitkan. Sebagaimana Paulus menyatakan: "Akan ada kebangkitan semua
orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak
benar" (Kisah 24:15).
Akhirnya,
meskipun semua dibangkitkan dari antara orang mati, semua akan menghadapi
salah satu dari dua nasib kekal. Apakah itu? Yohanes 5:28,29.
Yohanes 5:28,29
5:28 Janganlah kamu heran akan hal itu,
sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar
suara-Nya,
5:29 dan mereka yang telah berbuat baik
akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah
berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.
Kebangkitan
yang universal tidak berarti bahwa pada akhir zaman semua orang akan diantarkan
ke dalam hidup kekal yang bahagia dan menyenangkan. "Orang-orang yang
telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup
yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal"
(Dan 12:2).
Alkitab
mengajarkan bahwa Allah akan menghakimi kehidupan semua umat manusia,
menentukan tujuan akhir setiap orang yang pernah hidup (Pkh. 12:14; Roma
23:1-11). Pelaksanaan hukuman Ilahi, bagaimanapun, tidak terjadi segera
setelah kematian setiap individu tetapi hanya setelah kebangkitannya. Sampai
saat itu, baik yang diselamatkan dan yang hilang, tidur tak sadarkan diri dalam
debu. Kebangkitan, dengan sendirinya, bukanlah sebuah hadiah atau hukuman. Ini
adalah prasyarat untuk menerima hidup kekal atau penghukuman.
Berbicara
mengenai dua kebangkitan, Yesus menunjukkan bahwa nasib-kita akan ditentukan
berdasarkan kualitas moral perbuatan kita (baik atau buruk). Fakta ini,
bagaimanapun juga, tidak berarti bahwa perbuatan menyelamatkan kila.
Sebaliknya, Yesus jelas mengajarkan bahwa keselamatan kita bergantung
semata-mata pada iman kita di dalam Yesus sebagai Juruselamat (Yoh. 3:16). I
alu, mriirapa perbuatan dibawa ke dalam pertimbangan? Karena perbuatan
menunjukkan apakah iman kita di dalam Kristus dan penyerahan kitakepada- Nya
adalah murni atau tidak (Yuk. 2:18). Perbuatan kita menunjukkan apakah
kita tetap "mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa-dosa"
(Ef. 2:1) atau "mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam
Kristus Yesus" (Roma 6:11).
Pikirkan puncak
nasib akhir yang menanti masing-masing kita. Jika ada sesuatu yang berdiri di
antara engkau dan kehidupan kekal, mengapa tidak sekarang juga memilih untuk
menyingkirkannya? Setelah semuanya itu, apakah kemungkinan ada yang berharga
yang membuat kekekalan hilang?
Rabu, 17 September
Apa yang Yesus Katakan tentang Neraka
Yesus
menggunakan dua istilah Yunani, hades dan gehenna, untuk
berbicara tentang kematian dan hukuman atas orang-orang jahat. Mengingat
kepercayaan populer tentang arti "neraka," kita perlu
mempertimbangkannya dengan hati-hati.
Hades setara dengan
bahasa Ibrani she 'ol, istilah yang paling umum di Perjanjian Lama
untuk dunia orang mati. Nama-nama ini mewakili kuburan atau tempat ke mana
semua turun kepada kematian, tanpa ada konotasi hukuman atau hadiah. Namun, ada
satu ayat, di mana Hades muncul dihubungkan dengan hukuman. Itu adalah
perumpamaan orang kaya dan Lazarus.
Baca Lukas
16:19-31. Apakah pelajaran mendasar yang perumpamaan ini tetapkan (lihatlah
khususnya ayat 27-31)? Apakah yang salah dengan menggunakan perumpamaan ini
untuk mengajarkan bahwa manusia pergi ke surga atau neraka segera setelah
kematian?
Lukas 16:19-31
16:19 "Ada seorang kaya yang selalu
berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam
kemewahan.
16:20 Dan ada seorang pengemis bernama
Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya
itu,
16:21 dan ingin menghilangkan laparnya
dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang
dan menjilat boroknya.
16:22 Kemudian matilah orang miskin itu,
lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
16:23 Orang kaya itu juga mati, lalu
dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas,
dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
16:24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa
Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya
ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala
api ini.
16:25 Tetapi Abraham berkata: Anak,
ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau
sangat menderita.
16:26 Selain dari pada itu di antara
kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau
pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami
tidak dapat menyeberang.
16:27 Kata orang itu: Kalau demikian,
aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,
16:28 sebab masih ada lima orang
saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka
jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.
16:29 Tetapi kata Abraham: Ada pada
mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.
16:30 Jawab orang itu: Tidak, Bapa
Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada
mereka, mereka akan bertobat.
16:31 Kata Abraham kepadanya: Jika
mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka
tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara
orang mati."
Perumpamaan ini
tidak difokuskan kepada keadaan manusia saat mati. Sebuah keyakinan populer
tetapi tidak Alkitabiah yang banyak dipegang oleh orang sezaman Yesus menjadi
latar belakang bagi perumpamaan ini, yang mengajarkan satu pelajaran penting:
Nasib masa depan kita ditentukan oleh keputusan yang kita buat setiap hari
dalam hidup ini. Jika kita menolak terang yang Allah berikan kepada kita saat
ini, tidak ada kesempatan setelah kematian. Segala usaha untuk mengartikan
perumpamaan ini secara harfiah menuntun kepada banyak masalah yang tak
terpecahkan. Sebenarnya, rincian dari gambaran ini tampaknya disengaja janggal untuk
menunjukkan kepada kita bahwa Yesus tidak berniat agar perkataan-Nya akan
dipahami secara harfiah, namun kiasan.
Amaran apakah yang Yesus ucapkan
tentang neraka? Lihatlah Mat; 5:22, 29, 30; 23:33.
Mat; 5:22, 29, 30; 23:33
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada
saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata:
Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
5:29 Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika
satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke
dalam neraka.
5:30 Dan jika tanganmu yang kanan
menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika
satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
23:33 Hai kamu ular-ular, hai kamu
keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari
hukuman neraka?
Dalam banyak
terjemahan Alkitab, kata neraka muncul sebelas kali di bibir Yesus. Ia
sebenarnya menggunakan istilah Yunani gehenna, dari nama Ibrani Ge
Hitmom, "Lembah Hinnom." Menurut Perjanjian Lama di ngarai
selatan Yerusalem ini, Raja Ahaz dan Manaseh memimpin ritual kekafiran yang
menghebohkan dengan mengorbankan anak-anak kepada Molek (2 Taw. 28:3;
33:6). Kemudian, raja yang saleh Yosia membawa praktik ini ke tempat
penghentian "Lembah Pembunuhan" (Yer. 7:32,33; 19:6). Oleh
karena itu, bagi orang-orang Yahudi, lembah menjadi simbol penghakiman terakhir
dan hukuman bagi yang tidak bertobat. Yesus menggunakan nama kiasan, tanpa
menjelaskan rincian apa pun tentang waktu dan tempat hukuman, yang kita temukan
di ayat-ayat Alkitab lainnya. Jadi, neraka bukanlah sebuah tempat hukuman
kekal.
Kamis, 18 September
Yesus Mengalahkan Kematian
Mengapakah
kebangkitan Lazarus adalah mahkota mukjizat pelayanan Kristus di bumi? Lihat
Yohanes 11:38-44.
Yohanes 11:38-44.
11:38 Maka masygullah pula hati Yesus,
lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan
batu.
11:39 Kata Yesus: "Angkat batu
itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya:
"Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati."
11:40 Jawab Yesus: "Bukankah sudah
Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan
Allah?"
11:41 Maka mereka mengangkat batu itu.
Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur
kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.
11:42 Aku tahu, bahwa Engkau selalu
mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini
mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku."
11:43 Dan sesudah berkata demikian,
berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!"
11:44 Orang yang telah mati itu datang
ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya
tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain
itu dan biarkan ia pergi."
Meskipun Yesus
telah membangkitkan dua orang lainnya dari antara orang mati, tidak ada yang
sedramatis ini. Lazarus telah mati selama empat hari, sebuah fakta yang Marta
tekankan di sisi makam. Yesus melakukan mukjizat dalam cahaya siang hari di
hadapan kumpulan saksi-saksi yang terhormat dari Yerusalem. Bukti ini tidak
bisa dihilangkan.
Namun, jauh lebih penting dari kebangkitan Lazarus
adalah kebangkitan Yesus sendiri. Karena Dia memiliki hidup dalam Diri-Nya
Sendiri, Ia tidak hanya memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati dan
memberikan kehidupan kepada siapa yang Ia kehendaki (Yoh 5:21), tetapi
Ia juga memiliki kuasa untuk memberikan nyawa-Nya dan mengambilnya lagi
(Yoh. 10:17,18). Kebangkitan-Nya membuktikan hal ini dengan meyakinkan.
Apakah hubungan
kebangkitan Kristus dengan kebangkitan kita? Mengapakah kebangkitan-Nya begitu
penting bagi keselamatan kita? Lihailah 1 Kor. 15:17-20.
1 Kor. 15:17-20
15:17 Dan jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam
dosamu.
15:18 Demikianlah binasa juga
orang-orang yang mati dalam Kristus.
15:19 Jikalau kita hanya dalam hidup ini
saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling
malang dari segala manusia.
15:20 Tetapi yang benar ialah, bahwa
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari
orang-orang yang telah meninggal.
Kuasa Kristus
untuk mematahkan belenggu kematian tidaklah dapat dibantah. la bangkit dari.
kubur sebagai buah sulung dari orang-orang yang tidur di dalam Dia.
Kebangkitan-Nya adalah jaminan dari kebangkitan setiap orang percaya, karena Ia
memiliki kunci maut" (Why. 1:17, 18).
"Bagi
orang percaya, Kristus adalah kebangkitan dan hidup. Dalam Juruselamat kita,
hidup yang sudah hilang karena dosa dipulihkan kembali; karena Ia mempunyai
hidup dalam diri-Nya Sendiri untuk menghidupkan siapa yang dikehendaki-Nya: Ia
diberikan untuk memberikan sifat baka. Hidup yang diserahkan-Nya dalam
kemanusiaan, diambil-Nya kembali, dan diberikan-Nya kepada manusia."—Ellen
G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 439.
Setelah
Vladimir Lenin meninggal, tubuhnya dibekukan dalam keyakinan bahwa akhirnya
ilmu pengetahuan akan memungkinkan dia untuk dibawa kembali kepada kehidupan.
Sejauh ini, harapan-harapan tersebut tidak tampak berjalan dengan baik, benar
bukan? Kematian begitu berkuasa bahwa hanya Dia yang pertama kali menciptakan
kehidupan yang dapat memulihkannya. Apakah yang dikatakan kebenaran ini kepada
kita tentang mengapa kita harus percaya, bahwa Yesus bisa, dan akan,
membangkitkan kita sebagaimana yang Ia telah janjikan?
Jumat, 19 September
Pendalaman: Ellen G. White, "Hai Lazarus, Marilah Keluar " hlm. 141- 154,
dan "Tuhan Sudah Bangkit," hlm. 432-440, dalam Alfa dan Omega,
jid. 6.
"Suara Anak Allah memanggil
orang-orang kudus yang sedang tidur. Ia memandang kepada kuburan-kuburan orang
benar, lalu mengangkat tangannya ke langit dan berseru, 'Bangun, bangun,
bangun, kamu yang tidur di debu tanah, bangkitlah!' Dari seluruh penjuru dunia
ini orang mati mendengar suara itu, dan mereka yang mendengar akan hidup....
Dari penjara maut mereka keluar, berpakaikan kemuliaan kekal, berseru, 'Hai
maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?' 1 Korintus
15:55. Dan orang-orang benar yang masing-masing hidup dan orang-orang kudus
yang dibangkitkan itu menyatukan suara mereka dalam pekik kemenangan yang
panjang penuh kegembiraan"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 8,
hlm. 679, 680.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Kita semua berjuang dengan realitas kematian, yang tampaknya penutup
kehidupan, dan yang tampak sia-sia. Jika, sebagaimana banyak yang percaya,
tidak ada Allah, tidak ada pengharapan hidup kekal, tidak ada kebangkitan,
lalu apakah arti kehidupan manusia itu sendiri? Apakah maknanya jika, cepat
atau lambat, setiap orang yang pernah hidup mati dan setiap kenangan atas mereka
lenyap selama-lamanya? Bagaimanakah pengertian kita akan kebangkitan menjawab
dilema yang tak terpecahkan ini?
2.
Apa sajakah bahaya-bahaya yang
melekat dalam ide kebakaan jiwa? Mengapakah Setan bersemangat untuk menyebarkan
kepercayaan yang tidak Alkitabiah ini? Apakah peran yang konsep ini mainkan
dalam skenario keagamaan di akhir zaman? Pikirkanlah tentang semua penipuan
yang mungkin di luar sana dari mana mereka yang memahami kematian sebagai
tidur sampai kebangkitan diselamatkan.
PENUNTUN GURU
Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Yohanes 11:25
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Mengakui kepastian kebangkitan Kristus yang telah membuat kebangkitan
kita mungkin terjadi.
Merasakan: Mengalami kuasa yang memberi hidup dari kebangkitan yang memberikan
kekuatan kepada umat percaya di dalam kehidupan masa sekarang dan masa depan.
Melakukan: Menghidupkan kehidupan yang terbaik, berdasarkan kuasa kebangkitan yang
tersedia bagi semua umat percaya.
Garis Besar Pelajaran:
1.
Mengetahui: Kebangkitan Kristus
adalah Suatu Kepastian Di Mana Umat Percaya Dapat Menjangkarkan
Iman Mereka Dengan Aman.
a.
Apakah yang akan terjadi kepada jemaat apabila
doktrin pusat Kekristenan, yaitu kepastian kebangkitan Kristus musnah?
b.
Dengan cara bagaimanakah doktrin-doktrin lain yang
telah diberikan menjadi sia-sia apabila tidak ada kebangkitan?
c.
Mengapakah doktrin kebakaan jiwa menyimpang dari
keunikan Yesus sebagai kebangkitan dan hidup?
2.
Merasakan: Doktrin Kebangkitan
Kristus Menyediakan Kuasa Rohani Sekarang dan Hidup yang
Kekal pada Masa yang Akan Datang.
a.
Kelegaan apakah yang harus dialami umat percaya
sekarang oleh karena kematian sudah kalah dan tidak menguasai mereka lagi?
b.
Bagaimanakah keadaan emosi umat percaya yang hidup
di dalam pengharapan yang kekal dibandingkan dengan mereka yang tidak?
c.
Sensasi-sensasi apakah yang menyertai umat Kristen
oleh karena adanya jaminan bahwa dia akan bersatu kembali dengan mereka yang
dicintai yang telah mendahului mereka melalui kematian?
3.
Melakukan: Kebangkitan
Memusnahkan Kematian, Membebaskan Umat Percaya dari Kuasa Setan.
a.
Bagaimanakah kebangkitan berdampak kepada cara umat
percaya di dalam menghadapi pencobaan?
b.
Bagaimanakah kebangkitan memampukan umat percaya
untuk bersaksi?
Rangkuman: Tanpa kebangkitan, agama kita hanyalah sekadar sebuah pilihan keagamaan,
bukannyajalan unik menuju hidup yang kekal itu.
Langkah
2—Menyelidiki
Untuk
Guru: Satu agama saja yang mempunyai kuasa untuk membawa manusia keluar dari
planet bumi ini. Satu agama saja yang dapat menggerakkan orang. Agama-agama
lain menawarkan tujuan-tujuan yang hebat tetapi terus tidak berkuasa untuk
membawa manusia ke sana. Hanya Kekristenan saja yang menyediakan kuasa
kehidupan melalui kebangkitan Kristus untuk perubahan rohani. Bagaimanakah
anggota-anggota kelas dapat diyakinkan tentang keunikan dari iman yang
berdasarkan sebuah kebangkitan?
Komentar Alkitab
I. Tujuan Akhir Berpengharapan ataukah Keputusasaan?
(Pelajari kembali bersama kelas, Lukas 8:54, 55, dan Yohanes 5:28).
Rasul Yohanes
yang kekasih mencatat instruksi Kristus mengenai kebangkitan, di dalam pasal
kelima dari Injil-Nya. Di tempat lain (Wahyu 20) Yohanes menegaskan
pernyataan-pernyataannya, ia memperjelas bahwa kebangkitan yang pertama
melibatkan hanya orang-orang benar saja dan mendahului kebangkitan yang kedua
dalam "seribu tahun." Kedua kebangkitan tersebut menyatakan
penghakiman Ilahi, "memisahkan domba-domba dari kambing-kambing."
Kebangkitan yang pertama hanya mengikutsertakan mereka yang telah dinyatakan
benar di dalam penghakiman. Kebangkitan yang kedua melibatkan hanya mereka
yang telah dinyatakan jahat oleh penghakiman. Kedua kelompok ini sangatlah berbeda.
Rupanya
kepercayaan tentang adanya kebangkitan telah ditantang sejak awal sejarah
gereja. Para penerima surat Paulus di Korintus (khususnya suratnya yang
pertama—pasal 15) membahas secara mendalam topik kebangkitan, menentang ajaran
yang mengabaikan kebangkitan tubuh dari sebuah jenazah, seperti yang telah
diyakini dengan begitu hebat. Ironisnya, enam tahun sebelumnya (sekitar 51 M.),
Paulus telah menulis kepada jemaat di Tesalonika dari Korintus, mengajarkan
tentang kebangkitan orang-orang benar untuk menentang ajaran-ajaran palsu di
sana.
Sedihnya,
ajaran-ajaran palsu seperti itu bukan hanya satu kali terjadi. Salah satu
kesalahan teologi tentang kebangkitan telah beredar, disebarkan oleh "Himeneus
dan Filetus, yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa
kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian
orang" (2 Timotius 2:17-18). Yang mungkin lebih jahat adalah
Doketisme yang muncul pada abad kedua tahun Masehi, yang khususnya disukai oleh
kaum Gnostik dan kemudian (di abad keempat) oleh kaum Manichean. Yang percaya
bahwa materi adalah jahat, keyakinan mereka tentang Kristus menolak penjelmaan
oleh karena, menurut pandangan mereka, daging yang sesungguhnya akan mencemarkan
kekudusan Kristus. Kristus hanya berpura-pura sebagai manusia, akan tetapi
penampilan itu hanyalah sekadar bayangan (seperti hantu). Sebab, di dalam
pengertian mereka, Kristus tidak mempunyai tubuh, maka tidak mungkin ada kebangkitan
tubuh. Namun, pemahaman tentang Kristus yang autentik berkeyakinan bahwa
Kristus sepenuhnya adalah manusia dan sepenuhnya Allah. Yesus, yang telah
menderita secara nyata, bukan sekadar secara penampakan, mati secara tubuh,
dapat mengalami kebangkitan tubuh dengan sesungguhnya.
Para ahli Kristologi modern telah menghasilkan ajaran-ajaran yang mengingatkan kepada .Dekotisme oketisme kuno. Usaha-usaha mereka
untuk memisahkan "Kristus dalam sejarah (maksudnya, sebagai manusia yang nyata) dari "Yesus dalam
dongeng iman orang beragama" (maksudnya,
sebagai yang disembah umat percaya) memiliki kesamaan, anehnya, dengan interpretasi-interpretasi yang lebih kuno
tentang kebangkitan. Pengertian-pengertian tersebut menunjukkan bahwa apakah
Kristus lelah dibangkitkan secara fisik itu adalah tidak dapat dimengerti.
Yang penting adalah "Kristus bangkit di dalam hati kita"
(perasaan-perasaan subjektif), bukannya "Kristus yang bangkit dari
kubur" (kenyataan yang objektif). Firman Allah tidaklah tinggal diam
melainkan sangatlah jelas: kebangkitan Kristus adalah nyata, menyediakan
satu-satunya kuasa yang berhasil membawa umat manusia pulang ke rumah.
II. Membobol Penjara
(Pelajari kembali bersama kelas, Yohanes 11:38-44).
Kata yang seringkali diterjemahkan sebagai
"neraka" di dalam Perjanjian Baru adalah hades. Ide tentang
tempat bagi semua orang yang telah mati ini tidak menunjukkan upah ataupun
hukuman. Tidak ada pergerakan ataupun kesadaran yang berlangsung di tempat itu.
Oleh sebab itu. Yesus membandingkan keadaan mereka di sana dengan
"tidur." Namun keadaan istirahat seperti ini adalah sementara, oleh
karena nantinya semua akan mendengar suara-Nya dan dibangkitkan kepada salah
satu kebangkitan. Penjara kematian nantinya akan dikosongkan. Segala sesuatunya
bergantung kepada kebangkitan pribadi Kristus, tetapi tiga kebangkitan yang
dicatat pada pelayanan-Nya ketika di dunia, menandai kemenangan utama Yesus:
(1) Putri Yairus, (2) putra janda dari Nain, (3) Lazarus. Kebangkitan Lazarus
tentu adalah yang paling dramatis, oleh karena jenazahnya telah dikuburkan
selama empat hari. Setelah kebangkitan Yesus, beberapa kehidupan orang mati
juga dipulihkan (Matius 27:51-53). Pembebasan-pembebasan pendahuluan
ini membayangkan pembobolan penjara yang akan terjadi ketika Kristus kembali
dan menghancurkan gembok penyekapan Setan.
Pertimbangkanlah
Hal Ini: Bayangkanlah peristiwa kebangkitan ketika Kristus datang.
Langkah 3—Mempraktikkan
Untuk
Guru: Kebangkitan tidak hanya membentuk landasan bagi kehidupan berbahagia
nanti; hal itu juga penting untuk perubahan rohani sekarang. Paulus menegaskan,
"Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari
antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hi
dup yang baru" (Rm. 6:4). Para pembunuh,
pezina, teroris, koruptor, pencuri, dan orang-orang berdosa lainnya, dijanjikan
sebuah masa depan surgawi dan penani pilan rohani yang baru. Pertobatan
meliputi pembenaran dan penyueian. kemali an Kristus, pemakaman-Nya, dan
kebangkitan-Nya menopang Im dua hal tersebut Bagaimanakah umat percaya
memastikan bahwa penekanan yang kedua im tidak dilupakan?
Pertanyaan-Pertanyaan:
ü Bagaimanakah caranya supaya kuasa rohani yang tersedia melalui kebangkitan Kristus diaplikasikan di dalam pertempuran orang Kristen melawan pencobaan-pencobaan
Setan, perasaan-perasaan depresi, dan kekhawatiran tentang masa depan?
ü Bagaimanakah caranya kebangkitan menolong mempersiapkan umat percaya untuk
menghadapi kematian orang-orang yang dikasihi?
ü Bagaimanakah pengertian tentang kebangkitan Kristus yang sesungguhnya melindungi
umat percaya terhadap spiritisme atau kecenderungan-kecenderungan modern dalam
menjadikan peristiwa kebangkitan hanya sebagai inspirasi rohaniah, dan bukan
sebenarnya?
ü Bagaimanakah pemahaman yang sesungguhnya tentang peristiwa kebangkitan
mencegah umat percaya menjadi korban dari ajaran-ajaran jahat tentang api
neraka yang abadi?
ü Bagaimanakah umat percaya membagikan pengharapan meieka yang berakar pada kebangkitan kepada mereka yang terjerumus di dalam keputusasaan?
ü Bagaimanakah umat percaya dapat menyerahkan obor pengharapan ini kepada
generasi yang akan datang?
Langkah 4—Menciptakan
Untuk
Guru: Sebuah karya yang ditulis dengan sungguh baik akan menampilkan gebrakan
pada peristiwa puncak. Drama apokaliptis Kristus menegaskan cara ini. Disertai
dengan puluhan ribu malaikat, Kristus meniupkan bunyi terompet yang berbeda.
Gempa menggoncangkan bumi, sementara halilintar membangunkan umat tebusan yang
tertidur. Kuburan meletus dalam energi vulkanisnya, sementara mereka yang ada
di dalam sebelumnya terdorong ke arah surga ke pelukan Kristus yang sedang
menunggu. Sukacita bergelora ketika para kekasih berkumpul kembali. Air mata
sukacita menetes ketika suara-suara menyatu di dalam puji- pujian. Menegaskan
arti yang segar ke dalam kata-kata kuno, ketika umat tebusan berseru:
"Sudah selesai!"
Aktivitas: Bagikan kertas kepada anggota kelas, ajak mereka untuk menulis surat yang
menggambarkan apa yang mereka harap untuk lakukan setelah berkumpul kembali
dengan mereka yang dikasihi. Surat-surat ini haruslah bermanfaat untuk
menyatakan secara kreatif dan jelas tentang iman mereka di dalam kebangkitan
orang benar di dalam Yesus, sambil menantikan sukacita mereka di hari nanti.
Pilihan
untuk Aktivitas Lain: Undanglah anggota kelas untuk menggambarkan apa
yang mereka harapkan untuk dilakukan setelah mereka berkumpul kembali dengan
kekasih-kekasih mereka. Pernyataan pengharapan ini kiranya bermanfaat sebagai
kesempatan untuk menyatakan secara kreatif dan jelas tentang iman mereka di
dalam kebangkitan orang benar di dalam Yesus, sambil menantikan sukacita mereka
di hari yang akan datang nanti.
Pelajaran 13
20-26 September*
Kedatangan Yesus Kedua Kali
SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Yoh. 14:1-3;
Mat. 16:27; 1 Tes. 4:13-18; Mat. 24:3-14; 24:42, 44.
AYAT HAFALAN: "Janganlah gelisah hatimu;
percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak
tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab
Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi
ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa
kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada" (Yoh. 14:1-3).
Kedatangan Yesus kedua kali yang disebutkan lebih
dari tiga ratus kali di dalam
Perjanjian Baru, adalah puncak pengajaran kita. Hal ini penting kepada
identitas kita sebagai Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Doktrin ini diukir di
nama kita, dan itu adalah bagian penting dari Injil yang kita dipanggil untuk
mengkhotbahkannya. Tanpa janji kedatangan-Nya, iman kita akan menjadi sia-sia.
Kebenaran yang mulia ini memberikan kepada kita pengertian nasib akhir dan
memotivasi misi jangkauan keluar kita.
Hal ini dapat diperdebatkan bahwa perpanjangan
waktu melampaui dugaan kita akan melemahkan kepercayaan kita pada janji Yesus
untuk datang kembali. Namun, hal ini tidak terjadi. Bagi banyak orang,
semangat kita untuk kedatangan Kristus kembali lebih kuat daripada sebelumnya.
Pekan ini kita akan mengulangi apa yang Yesus katakan tentang "pengharapan
kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:13).
* Pelajari
Pelajaran Pekan ini untuk Persiapan Sabat, 27 September.
No comments:
Post a Comment