Hadirilah dan Doakanlah KKR Fakta Dibalik Cerita Alkitab.....!!!
Siaran tunda dapat anda saksikan melalui: 6-12 September
Sabat
SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Yoh. 1:1-3; Mat. 12:1-5; Luk. 4:16-21; Yoh. 5:16,17; Mat. 24:20.
AYAT HAFALAN: "Lalu Yesus berkata kepada mereka,”Hari Sabat
diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia
adalah Tuhan atas hari Sabat”. (Mrk. 2:27,28).
Melalui pelayanan-Nya, para pemimpin agama menantang pemeliharaan Sabat
Kristus. Ketika dikritik, Kristus menekankan otoritas-Nya sebagai Tuhan
atas hari Sabat (Mat. 12:8; Mrk. 2:28; Luk. 6:5). Ia juga menunjukkan
bahwa bagaimana seharusnya memelihara hari Sabat.
Saat ini kita
dihadapkan bukan hanya dengan tantangan "pemeliharaan yang benar"
dari hari Sabat tetapi juga dengan keyakinan yang populer bahwa hari Minggu,
bukanlah hari Sabat, adalah hari perhentian. Mereka mendukung hari Minggu,
namun, tidak ada yang mendukung mereka di dalam kitab-kitab Injil.
Perdebatan-perdebatan Sabat dalam kitab-kitab Injil hanya berbicara tentang
bagaimana Sabat dipelihara, tidak pernah dengan kapan. Kehidupan dan pengajaran
Yesus tidak meninggalkan keraguan bahwa Sabat hari ketujuh akan berlangsung
sebagai hari perhentian Allah, bahkan setelah kematian dan kebangkitan-Nya.
Pekan ini kita
akan membahas hubungan Kristus kepada asal mula dan kepemilikan hari Sabat.
Selanjutnya, kita akan mempelajari teladan dan pengajaran Yesus mengenai
pemeliharaan hari Sabat. Akhirnya, kita akan melihat hari Sabat seperti yang
terlihat di dalam pengajaran-Nya dan dalam teladan para murid-Nya setelah
kebangkitan.
Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 13 September.
Kristus, Pencipta Hari Sabat
Apakah yang
dinyatakan ayat-ayat berikut tentang peran Yesus dalam Penciptaan? Mengapakah
ini begitu penting, khususnya ketika mempertimbangkan asal mula Sabat? Lihat
Yoh. 1:1-3; Kol. 1:16; Ibr. 1:1, 2.
Yoh. 1:1-3;
1:1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah.
1:2 Ia
pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1:3
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah
jadi dari segala yang telah dijadikan.
Kol. 1:16;
1:1
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara
kita,
1:2
kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose.
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu.
1:3
Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap
kali kami berdoa untuk kamu,
1:4
karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang
kasihmu terhadap semua orang kudus,
1:5
oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang
pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu
Injil,
1:6
yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh
dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal
kasih karunia Allah dengan sebenarnya.
Ibr. 1:1, 2
1:1
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara
kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
1:2
maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan
Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.
Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.
Yohanes memulai
Injilnya dengan pernyataan yang sangat terkenal: "Pada mulanya adalah
Firman.... Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun
yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan" (Yoh. 1:1-3).
Baik Yohanes dan Paulus tidak meninggalkan keraguan mengenai peran Kristus dalam
penciptaan. Allah Anak, Yesus Kristus, menciptakan segala sesuatu: "Karena
di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di
bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.... Segala sesuatu diciptakan
oleh Dia dan untuk Dia" (Kol. 1:16,17). Melalui Kristus, Allah
menciptakan alam semesta, termasuk sistem tata surya kita, bumi, dan segala
yang ada di dalamnya, yang hidup dan yang mati.
Kristus, yang
menjadi Penebus manusia, adalah juga Penciptanya. Dan di sana, pada akhir pekan
Penciptaan, Tuhan memberikan kepada kita satu hari perhentian. "Sebab
Sabat itu diadakan karena manusia, itu adalah hari Tuhan. Karena Ialah yang
menjadikan segala sesuatu,Ta telah menjadikan hari Sabat. Oleh-Nya Sabat itu
telah diasingkan untuk peringatan akan kejadian."—Ellen G. White, Alfa
dan Omega, jld. 5, hlm. 306.
Allah yang sama yang menjadikan manusia dengan
kebutuhan untuk beristirahat, juga menyediakan sarana untuk beristirahat: satu
hari dalam setiap pekan di mana manusia menyisihkan pekerjaan dan kesulitan
setiap pekan dan beristirahat di dalam Dia, Sang Pencipta. Setelah
menyelesaikan penciptaan, Ia Sendiri berhenti pada hari ketujuh, bukan karena
kelelahan tetapi untuk memberkati dan menguduskan dan memberikan teladan untuk
diikuti. Dan Ia juga berhenti pada hari Sabat ketika Ia menyelesaikan Penebusan
kita di kayu salib, bykan karena Ia membutuhkannya tetapi untuk (di antara
hal-hal lainnya) menegaskan nilai abadi dari Sabat. Kristus, yang mengundang
manusia-manusia yang gelisah untuk beristirahat di dalam Dia (Mat. 11:28,
29), mengundang kita untuk beristirahat dengan cara yang khusus, seminggu
sekali, setiap hari Sabat.
Pemeliharaan
hari Sabat menghubungkan kita kepada awal mula penciptaan bumi, kepada yang
sangat mendasar akan keberadaan kita. Sungguh waktu yang lebih baik untuk
berkutat pada pertanyaan yang penting: Apakah yang saya lakukan dengan
keberadaan yang Allah telah berikan kepadaku?
Senin, 8 September
Kristus, Tuhan atas Hari Sabat
Bacalah Matius
12:1,2. Apakah yang sedang terjadi di sini? Mengapakah orang-orang Farisi
menganggap tindakan ini sebagai "pelanggaran hukum"?
Matius 12:1,2
12:1
Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar,
murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.
12:2
Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah,
murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."
Ulangan 23:25
menyatakan: "Apabila engkau melalui lalang gandum sesamamu yang belum
dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan tanganmu, tetapi sabit
tidak boleh kauayunkan kepada gandum sesamamu itu." Masalahnya, oleh
karena itu, bukanlah aksi itu sendiri, tetapi hari di mana itu dilakukan.
Peraturan rabi dengan tegas melarang banyak jenis pekerjaan pada hari Sabat,
seperti menuai, mengirik, dan menampi. Dalam pendapat orang Farisi, dengan
memetik bulir gandum, meremasnya di tangan mereka, dan memisahkan gandum dari
sekam, para murid bersalah karena melakukan semuanya.
Apakah contoh
penting yang Yesus gunakan untuk menjawab orang Farisi? Lihat Mat. 12:3-5.
Mat. 12:3-5
12:3
Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan
Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar,
12:4
bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian
yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya,
kecuali oleh imam-imam?
12:5
Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat,
imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?
Dengan contoh
pertama, (1 Sam. 21:1-6), Kristus berpendapat bahwa, meskipun dalam
keadaan yang normal, Daud dan anak buahnya tidak seharusnya memakan roti yang
dikhususkan untuk para imam (Im. 24:9), namun karena hidup mereka ada
dalam bahaya tindakan mereka harus dianggap pelanggaran yang diizinkan terhadap
hukum upacara. Contoh kedua, Yesus menyebutkan (Mat. 12:5) yang
berkaitan dengan korban dan persembahan untuk hari Sabat di dalam pelayanan
Bait Suci, yang dua kali lebih banyak dari yang dipersembahkan di hari-hari
yang lain (BU. 28:9,10). Orang Yahudi sendiri mengakui bahwa pelayanan
Bait Suci memiliki prioritas di atas hari Sabat.
Setelah
mengutip contoh-contoh ini, Yesus membuat dua pernyataan yang membela
otoritas-Nya untuk menegaskan kembali pemeliharaan hari Sabat yang memberatkan
dari orang Farisi: (1) "Hari Sabat diadakan untuk manusia, dan bukan
manusia untuk hari Sabat" (Mrk. 2:27). Di sini Yesus menegaskan
kembali asal mula Sabat Eden, dan mendefinisikan kembali prioritas yang salah
dari orang Farisi tentang manusia dan hari Sabat: Sabat dijadikan untuk
keuntungan manusia dan berlanjut terus sebagai karunia pemberian Allah pada
pelayanan kemanusiaan, bukan kemanusiaan pada pelayanan Sabat. Dan (2), dengan
mengatakan: "Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (Mrk.
2:28), Kristus mengesahkan status-Nya sebagai Pencipta dan Pembuat hukum
hari Sabat. Oleh karena itu, Ia sendiri yang memiliki wewenang untuk membebaskan
hari Sabat dari hukum-hukum buatan manusia.
Para pemimpin
rohani umat Allah menuduh Tuhan atas hari Sabat melanggar hari yang Ia Sendiri
telah ciptakan dan kuduskan. Pekabaran apakah yang kita semua harus ambil dari
hal ini tentang bahaya kebutaan rohani di antara mereka di mana seharusnya
mereka mengetahui lebih baik?
Selasa, 9 September
Teladan Yesus
Apakah yang disampaikan Lukas 4:16 kepada kita tentang sikap Yesus terhadap
hari Sabat? Mengapakah ini begitu penting bagi kita saat ini? Lihatlah Yoh. 14:15; 1 Ptr. 2:21.
Yoh. 14:15;
14:15
"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
1 Ptr. 2:21
2:21
Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk
kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Kata yang
dipakai Lukas di ayat 16, kebiasaan, berasal dari kata Yunani berkaitan
kepada kebiasaan yang konstan dalam hal waktu dan praktik. Dengan kata lain,
Yesus secara teratur berada di sinagog setiap Sabat sedapat yang Ia bisa.
Selain itu, ini sangat penting bagi Lukas bahwa empat kali di dalam Injilnya
ia menyebutkan kehadiran Yesus di sinagog pada hari-hari Sabat lainnya (Luk.
4:16,31; 6:6; 13:10). Juga, Lukas secara khusus mengidentifikasikan Sabat
sebagai hari yang ketujuh di dalam pekan (Luk. 23:54-24:1). Fakta bahwa
Yesus Kristus, selama pelayanan-Nya di dunia, memelihara Sabat hari yang
ketujuh, bersama dengan orang Yahudi, menyaksikan bahwa siklus mingguan belum
hilang sejak pemberian hukum di Sinai, atau bahkan sejak penciptaan.
Teladan-Nya sebagai seorang pemelihara Sabat adalah sebuah model untuk diikuti
oleh orang-orang Kristen, baik dalam waktu maupun cara memelihara.
Apakah yang Yesus baca pada kesempatan khusus itu di dalam sinagog?
Mengapa ini begitu penting? Lihat Lukas 4:16-21.
Lukas 4:16-21.
4:16 Ia
datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari
Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17
Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan
nas, di mana ada tertulis:
4:18
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20
Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu
duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21
Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini
sewaktu kamu mendengarnya."
Ini bukan
pertama kalinya Yesus membaca dan berbicara di sinagog. Lebih dari setahun
telah berlalu sejak Ia dibaptiskan di Sungai Yordan. Namun, ini adalah
kunjungan pertama Yesus ke Nazaret setelah meninggalkan bengkel tukang kayu,
di mana Ia menghabiskan tiga puluh tahun pertama dari hidup-Nya dan di mana Ia
hadir di sinagog setempat. Selama masa muda-Nya, "sering dalam rumah
sembahyang Ia dipanggil untuk membaca pelajaran dari surat nabi-nabi, dan hati
para pendengar merasa gembira ketika suatu terang yang baru bersinar dari
perkataan biasa dari ayat suci itu"—Ellen G. White, Alfa dan Omega,
jld. 5, hlm. 65.
Namun kali ini
sangat berbeda. Yesus memilih perikop khusus, Yesaya 61:1, 2, ayat yang
menjelaskan pekerjaan Mesias di atas bumi dan bagaimana Dia akan datang
"untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan" (Luk. 4:19). Itu
adalah tahun ketujuh, atau Yobel, waktu untuk beristirahat. Tepat, Yesus
memilih hari istirahat, Sabat, untuk mengumumkan pelayanan-Nya akan penebusan,
pembebasan, dan penyembuhan. Sesungguhnya, kita menemukan peristirahatan di
dalam Yesus, istirahat yang dinyatakan dalam cara yang nyata setiap Sabat.
Rabu, 10 September
Mukjizat pada Hari Sabat
Kitab Injil
banyak menyebutkan penyembuhan ajaib yang dilakukan Yesus pada hari Sabat.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa, dalam banyak kasus, penyembuhan datang oleh
inisiatif Yesus, seolah-olah Dia sengaja untuk menyembuhkan pada hari Sabat,
meskipun Ia dapat melakukannya pada hari yang lain. Yesus mencoba membuat satu
pendapat: Menyembuhkan pada hari Sabat tidak melanggar hukum. Sebaliknya, itu
lebih sah menurut hukum daripada apa yang banyak orang Farisi dan para pemimpin
agama terbiasa lakukan pada hari Sabat.
Argumen apakah
yang diberikan pada setiap ayat-ayat ini untuk membenarkan penyembuhan Yesus
pada hari Sabat? Mat. 12:10-12; Luk. 13:15,16; Yoh. 5:16,17.
Mat. 12:10-12;
12:10
Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya:
"Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah
supaya dapat mempersalahkan Dia.
12:11
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu
mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat,
tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?
12:12
Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat
baik pada hari Sabat."
Luk. 13:15,16;
13:15
Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah
setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari
kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?
13:16
Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus
dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"
Yoh. 5:16,17
5:16
Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia
melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
5:17
Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka
Aku pun bekerja juga."
Meskipun benar
bahwa kita harus mengesampingkan kepentingan kita sendiri pada hari Sabat
(Kel. 20:9; Yes. 58:13), itu tidak boleh dianggap sebagai sebuah periode
kemalasan yang sia-sia. Dalam pertentangan-Nya dengan orang Farisi, Kristus
dengan jelas menunjukkan bahwa "boleh berbuat baik pada hari Sabat"
(Mat. 12:12). Menurut tradisi para rabi, seorang yang sakit bisa diobati
pada hari Sabat jika dalam situasi yang mengancam jiwa. Demikian juga, jika
seekor domba atau seekor lembu jatuh ke dalam i lubang, diperbolehkan untuk
menarik binatang tersebut pada hari Sabat untuk menyelamatkan nyawanya.
Bukankah hidup seseorang lebih berharga daripada hidup binatang? Sayangnya, kritikan
Kristus menunjukkan belas kasihan yang lebih terhadap ternak mereka sendiri
daripada kepada manusia yang sedang menderita. Mereka setuju memberi minum
binatang, tetapi tidak memulihkan seseorang.
Yesus juga
menyatakan: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja
juga" (Yoh. 5:17), mengacu pada pekerjaan Allah dalam mendukung
ciptaan-Nya. Bahkan pada hari Sabat Ia terus memberikan hidup dan memelihara
alam semesta (Ibr. 1:2, 3).
Yesus
mengajarkan bahwa kita seharusnya tidak menjadi legalis ketika memelihara
Sabat. Memeliharanya berarti "beristirahat" dari pekerjaan kita sendiri
(Ibr. 4:10) dan, bahkan lebih penting lagi, berhenti berusaha untuk melakukan
jalan kita untuk keselamatan yang juga tidak mungkin. Setan ingin meyakinkan
kita untuk memelihara hari Sabat dengan berfokus pada diri sendiri. Jika ia
tidak bisa menggerakkan kita melawan hari Sabat, ia akan mencoba untuk
mendorong kita ke yang ekstrem lainnya: Legalisme.
Meskipun mudah
untuk menjadi legalistik tentang hari Sabat, orang lain bisa sangat longgar
dalam memeliharanya. Bagaimanakah kita menemukan keseimbangan yang tepat?
Juga, mengapakah kita harus berhati-hati dalam tanggapan kita kepada bagaimana
orang lain memelihara Sabat (jangan lupa bagaimana orang Farisi melihat Kristus
memelihara Sabat)?
Kamis, 11 September
Sabat Setelah Kebangkitan
Banyak orang Kristen memelihara hari Minggu
gantinya hari Sabat, menawarkan sejumlah alasan, yang terutama adalah
kebangkitan Yesus. Selain bagian-bagian kecil bahwa tidak ada di dalam
Perjanjian Baru, termasuk ayat- ayat tentang kebangkitan, yang mengajarkan
bahwa hari Minggu menggantikan hari Sabat, Perjanjian Baru menunjukkan bahwa
Kristus bermaksud agar Sabat-Nya dipelihara bahkan setelah kebangkitan-Nya.
Apakah yang
dikatakan Matius 24:20 tentang Sabat di tahun-tahun setelah kebangkitan Yesus?
Matius 24:20
24:20
Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin
dan jangan pada hari Sabat.
Perkataan
Kristus dalam Matius 24:20 menunjukkan bahwa di tahun 70 M., sekitar empat
puluh tahun setelah kematian-Nya, hari Sabat diingat kudus sebagaimana
sebelumnya. Huru-hara, kegembiraan, ketakutan, perjalanan yang diperlukan untuk
lari dari Yerusalem akan tidak pantas pada hari Sabat.
Apakah bukti
Perjanjian Baru lainnya yang kita temukan yang menunjukkan bahwa Sabat hari
ketujuh tetap kudus setelah kebangkitan Yesus? Lihat Kisah 13:14, 42; 14:1;
17:1,2; 18:4.
Kisah 13:14,
42; 14:1; 17:1,2; 18:4
13:14
Dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di
Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ.
13:42
Ketika Paulus dan Barnabas keluar, mereka diminta untuk berbicara tentang pokok
itu pula pada hari Sabat berikutnya.
14:1 Di
Ikonium pun kedua rasul itu masuk ke rumah ibadat orang Yahudi, lalu mengajar
sedemikian rupa, sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi
percaya.
17:1
Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di
Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi.
17:2
Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut
ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.
18:4
Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha
meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.
Bagi para
murid, pergi ke sinagog, bagi kita adalah sama seperti hadir di gereja saat
ini: Salah satu cara terbaik untuk memelihara Sabat. Hal ini terutama terlihat
kepada rasul Paulus, yang biasa hadir di ibadah sinagog pada hari Sabat. Itu
adalah kebiasaannya, mengikuti teladan Yesus (Kisah 17:2). Meskipun ia
adalah rasul bagi bangsa-bangsa kafir dan pemenang pembenaran oleh iman, ia
biasa pergi ke sinagog pada hari Sabat, bukan hanya untuk berkhotbah kepada
orang Yahudi tetapi juga untuk menjaga kekudusan hari Sabat.
Pada suatu hari Sabat, setelah ibadah Sinagog
selesai, orang-orang bukan Yahudi meminta Paulus untuk memberitakan Injil
kepada mereka. Rasul Paulus bisa saja mengundang mereka untuk mendengar dia
keesokan harinya, hari Minggu, namun ia menunggu satu pekan. "Pada hari
Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk
mendengarkan firman Allah" (Kisah. 13:44). Ayat ini memberikan
bukti kuat bahwa gereja mula-mula tidak mengetahui apa-apa tentang hari pertama
dalam pekan untuk pengganti hari ketujuh.
Baiklah, jadi
kita tahu bahwa kita benar tentang hari Sabat yang benar. Itu penting, tentu
saja. Meskipun demikian, bagaimanakah pemeliharaan Sabat kita bisa menjadikan
kita orang-orang Kristen yang lebih berbelas kasihan, penuh kasih, dan peduli?
Jumat, 12 September
Pendalaman: Ellen G. White, "Hari Sabat," hlm. 298-307, dalam Alfa dan
Omega, jld. 5.
"Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari
Sabat.' Perkataan ini penuh dengan pengajaran dan hiburan.... Itu (Sabat)
menunjukkan bahwa Ialah Khalik dan Yang Menyucikan. Itu menyatakan bahwa Ialah
yang menjadikan segala sesuatu yang di surga dan yang di bumi, dan oleh siapa
segala sesuatu bertemu, kepala atas jemaat, dan oleh kuasa-Nya kita
diperdamaikan dengan Allah. Untuk Israel, Ia berkata: 'Hari-hari Sabat-Ku juga
Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya
mereka mengetahui bahwa Akulah Tuhan, yang menguduskan mereka.' Yehezkiel
20:21. Jadi Sabat itu adalah tanda kuasa Kristus untuk menyucikan kita. Dan itu
diberikan kepada semua yang disucikan oleh Kristus. Sebagai tanda kuasa-Nya
yang menyucikan Sabat diberikan kepada semua orang yang melalui Yesus menjadi
bagian dari Israel milik Tuhan."—Ellen G. White, Alfa dan Omega,
jld. 5, hlm. 306, 307.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.
Kita adalah milik Kristus, baik
melalui Penciptaan dan Penebusan. Bagaimanakah hari Sabat mengingatkan kita
secara khusus akan kebenaran-kebenaran pokok ini?
2.
Apakah masalah dengan penurutan
yang legalistik dari hukum keempat? Dengan kata lain, mengapakah pemeliharaan
Sabat yang diperlunak bukan solusi kepada legalisme? Apakah elemen utama yang
membuat pemeliharaan hari Sabat suatu berkat yang nyata?
3.
Mengapakah hari Sabat, dan
kesempatan untuk beristirahat pada hari Sabat, harus menjadi pengingat khusus
kepada kita akan kebenaran penting bahwa kita tidak diselamatkan oleh
perbuatan kita, melainkan oleh jasa-jasa Kristus atas nama kita?
4.
Apakah cara yang bisa kita
pclajari untuk memiliki pengalaman yang lebih dalam dan lebih kaya bersama
Tuhan pada hari Sabat?
5.
Pelajaran apakah yang bisa kita
pclajari dari teladan Kristus dari penyembuhan pada hari Sabat tentang
bagaimana memelihara hari Sabat?
6.
Kita diminta untuk memelihara
"kekudusan" Sabat. Pikirkanlah melalui beberapa aktivitas Anda pada
Sabat. Seberapa kuduskah aktivitas Anda itu?
Penuntun Guru
Ringkasan
Pelajaran
Ayat Inti: Markus 2:27-28
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Bandingkanlah pendekatan legalistik terhadap
pemeliharaan Sabat dengan teladan dan ajaran Kristus tentang Sabat.
Merasakan: Hargailah berkat Sabat yang ditawarkan di dalam beristirahat dan bersekutu
dengan Allah.
Melakukan: Peliharalah Sabat yang dikhususkan bagi Allah demi penyegaran rohani,
peremajaan fisik, dan memelihara hubungan.
Garis Besar Pelajaran:
I.
Mengetahui: Teladan dan Ajaran
Yesus Mengenai Sabat Mendorong Pertumbuhan dan Perkembangan
Rohani.
a.
Apakah dampak Sabat yang Tuhan
ciptakan itu terhadap pengertian kita tentang pentingnya Sabat?
b.
Apakah dampak yang teladan
Kristus berikan tentang Sabat kepada praktik Sabat yang kita lakukan?
c.
Bagaimanakah mukjizat-mukjizat
Kristus pada hari Sabat berkontribusi kepada pengertian kita tentang
Keallahan-Nya atas Sabat?
II.
Merasakan: Allah Menawarkan
kepada Setiap Umat Percaya Berkat Peristirahatan dan
Persekutuan Melalui
Pemeliharaan Sabat.
a.
Bagaimanakah berkat peristirahatan dan persekutuan
Sabat berdampak kepada sikap kita terhadap hari-hari lain pada pekan itu?
b.
Bagaimanakah persiapan dan pemeliharaan Sabat
menyediakan penyembuhan untuk luka dan bilur emosi yang mungkin kita alami
sepanjang pekan itu?
c.
Bagaimanakah pemikiran yang teliti untuk
pemeliharaan Sabat dapat membuat orang merasa jauh dari pemeliharaan Sabat?
Berikan alasan-alasan terhadap jawaban Anda.
III.
Melakukan: Umat Percaya akan
Bersukacita di Dalam Menjaga Kesucian Sabat Demi Tujuan-tujuan
Rohani dan Pemulihan Fisik.
a.
Bagaimanakah pemeliharaan Sabat melindungi umat
percaya terhadap penggodaan untuk mempercayai bahwa mereka sendiri yang
bertanggung jawab untuk menghidupi diri mereka?
b.
Bagaimanakah para orangtua mengubah pendekatan yang
berpusat pada hukum dan mengembangkan sebuah penantian Sabat yang positif di
antara anak-anak mereka?
Rangkuman: Kristus membuat Sabat untuk penyegaran rohani dan pemulihan fisik.
SIKLUS BELAJAR
Langkah 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: Markus 2:27,28
Konsep Kunci untuk Pertumbuhan Rohani: Berkat atas
pemeliharaan Sabat tersedia bagi semua orang percaya yang yakin kepada Kristus
untuk keselamatan.
Untuk
Guru: Pasal tiga dan empat kitab Ibrani menelusuri pemberontakan orang Israel
di padang belantara. Yehovah menjanjikan perhentian yang dihubungkan dengan
Tanah Perjanjian, tetapi Israel menolak untuk masuk. Mengeraskan hati, penuh
dengan kecurangan, menyebabkan pemberontakan mereka. Akan tetapi, rahmat Allah
membuka satu kesempatan yang baru bagi ketenangan dan pembebasan rohani:
Sabat-Nya.
Sabat hari ketujuh adalah lambang pembebasan rohani
dari perbudakan dosa yang tetap ditawarkan kepada setiap orang yang merindukan
kebebasan rohani. Kelepasan rohani itu melepaskan orang percaya dari usaha
sia-sia untuk meraih kebaikan. Yang mana dalam beberapa generasi telah
menyediakan pemulihan fisik dan penyegaran rohani yang didasarkan oleh
pemahaman ilmu keselamatan. Tantangan keadaan ekonomi kadang kala mendorong
para pekerja untuk bekerja tanpa henti, seakan-akan-kesempatan-kesempatan yang
hilang akan membawa kelaparan. Pemeliharaan Sabat menegaskan bahwa enam dari
tujuh yang disertai dengan berkat Allah menyediakan lebih banyak kelimpahan
daripada tujuh dari tujuh tetapi tanpa berkat Allah. Kekacauan emosi kadang
kala mendorong orang Kristen untuk berusaha mengejar kebaikan demi pahala, yang
seakan-akan dapat menyenangkan Allah oleh usaha-usaha yang sebenarnya lemah.
Pemeliharaan Sabat menegaskan bahwa perhentian rohani yang sepenuhnya
menyediakan kedamaian rohani yang lebih besar daripada yang dapat dilakukan
oleh usaha-usaha yang didorong oleh rasa bersalah. Tujuan pelajaran pekan ini
adalah untuk menolong anggota-anggota kita untuk mengalami perhentian fisik dan
rohani.
Aktivitas Pembuka: Izinkanlah
beberapa anggota kelas untuk menerangkan secara ringkas saat liburan atau
retret rohani yang paling berkesan. Bahaslah keuntungan-keuntungan kalau pergi
berlibur. Bahaslah bagaimana rutinitas dapat diubahkan selama liburan atau
retreet bila dibandingkan dengan pada saat kepadatan jadwal kerja. Bandingkan
keadaan emosi dan fisik orang terhadap rasa bersalah sebelum dan sesudah
diselamatkan.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bahaslah
bagaimanakah pemeliharaan Sabat yang sesungguhnya memperkuat kesehatan emosi
dan tubuh?
Langkah 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Berdebat
tentang pemeliharaan Sabat, mungkin, adalah pengisi waktu senggang yang paling
tajam melawan orang Farisi selama kehidupan Yesus di bumi. Ajaran-ajaran Farisi
membuat rincian jauhnya perjalanan, bobot maksimum yang dapat dipindahkan, dan
berlusin-lusin untaian petunjuk bagi pemeliharaan yang layak. Apakah Kristus
dihargai oleh aturan-aturan yang teliti ini? Alkitab menyatakan bahwa Yesus,
sebaliknya, didukakan. Secara menyedihkan, sejarah berulang kembali di antara para pemelihara Sabat
sekarang ini. Berdebat tentang pemeliharaan Sabat yang layak adalah tidak
habis-habis. Apakah ada sesuatu yang diabaikan? Mungkin maksud dan kepentingan
Sabat harus diutamakan. Kemudian Roh akan memimpin perbaikan dari dalam yang
mengubah persiapan-persiapan eksternal sehingga Sabat dapat menjadi pengalaman
yang membahagiakan seperti yang Allah tentukan. Terus fokuskan diskusi pada
arti pentingnya Sabat bukannya mengalihkan waktu yang berharga kepada
penguraian pemeliharaannya yang terlalu teliti.
Komentar Alkitab
I.
Yesus: Mesias, Pencipta, Teladan,
Allah Penguasa
(Pelajari
kembali bersama kelas, Kol. 1:16; Lukas 4:16-21, dan Mat. 12:1-8).
Petunjuk
Yohanes di dalam kitab Wahyu tentang Alkitab, yaitu jangan menambahkan atau
menguranginya, menyediakan bimbingan yang cerdas untuk pemeliharaan Sabat.
Dulunya orang l arisi membebani pemeliharaan Sabat dengan tuntutan tuntutan
manusiawi. Terkadang umat percaya di masa sekarang melakukan hal yang sama;
namun ada juga kecenderungan yang lain yang melemahkan pemeliharaan Sabat,
dengan membuang semua kekudusannya, secara efektif mengurangi Sabat menjadi
hari libur atau bahkan berstatus hari biasa. Kedua sikap ini kehilangan
berkat-berkat yang Allah tentukan. Umat percaya yang sembrono terjerat kepada
kepedulian duniawi dan tidak pernah mengalami perhentian. Umat percaya yang
terlalu hati-hati terjerat dengan mengatur orang-orang lain dalam hal cara-cara
pemeliharaan Sabat dan tidak menemukan waktu untuk beristirahat. Hanya mereka
yang secara sadar mencari pemeliharaan Sabat yang dituntun oleh Roh, dan
Alkitabiah, akan menerima berkat itu.
Teladan Yesus dalam pemeliharaan Sabat adalah hal
yang tertinggi. Bagaimanakah Yesus memelihara Sabat? (1) Yesus berkumpul
dengan orang percaya lainnya untuk penyelidikan Alkitab dan perbaktian (Lukas
4:16-21). (2) Dia berjalan di alam, mendaki melewati daerah luar kota (Matius
12:1-H). (3) Dia melepaskan manusia dari penderitaan (Matius
12:9-14; Lukas 13:15, 16; dan Yohanes 5:16, 17). (4) Dia
berhenti bekerja (Kejadian 2:1-3). (5) Oleh
karena kesetiaan Kristus kepada petunjuk Alkitab, kita dapat juga menyimpulkan
bahwa Yesus tidak berbelanja (Matius 5:17-19 dan Nehemia
13:15-22). (6) Kita juga dapat percaya bahwa berdasarkan sikap murid-murid Yesus
bahwa Dia memperhatikan hari persiapan (Lukas 23, 24,
dibandingkan dengan Keluaran 16). Berdasarkan teladan Yesus, umat
Kristen patutlah secara sadar membentuk praktik-praktik pemeliharaan Sabat
sekarang ini.
II.
Keheranan Sabat
(Pelajari
kembali bersama kelas Matius, 12:10-12; 24:20; dan Lukas 23, 24).
Mukjizat-mukjizat
penyembuhan Kristus pada hari Sabat mengisi hari itu dengan
keheranan-keheranan yang istimewa. Pemulihan fisik bagi setiap orang diperluas
kepada pemulihan fisik bagi yang lemah.
Namun, Kristus
menyimpan yang terbaik pada bagian akhirnya. Pada satu hari persiapan yang
suram, Kristus tergantung di salib Kalvari. Derita dan kepedihan meliputi
manusia. Satu-satunya musuh kematian yang paling besar kalah telak. Sementara
Sabat mendekat, pasukan Roma terburu-buru mengeluarkan tubuh yang
rusak dan jenazah yang hancur dari salib. Dengan tenang Yesus beristirahat
sesuai dengan pcrinlah-Nya dan sebagaimana kebiasaan-Nya. Kubur Yusuf tertutup.
Dipulihkan dan dihidupkan oleh Roh Allah setelah jadwal istirahat Ilahi itu,
Kristus keluar dari kubur Yusuf, siap untuk pekerjaan berikutnya—Keimamatan
Besar surgawi. (>rang Kristen dapat menerima keajaiban Sabat Kristus yang
mengherankan itu, deiiL'.an cara bangkit keluar setiap pekan untuk menghadapi
tantangan-tantang- an, selelah dipulihkan secara rohani melalui perhentian
Sabat.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah
umat percaya mengalami keheranan Sabat setiap pekan?
Langkah 3—Mempraktikkan
Untuk
Guru: Diskusi yang tulus tentang bagaimanakah pemeliharaan Sabat yang layak
seringkah dapat jadi menjurus ke dalam legalisme; misalnya, apa yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Mengaplikasikan prin-
sip-prinsip Kristus pada hal-hal yang lain akan terbukti berguna untuk mengembalikan
diskusi semacam itu kepada hal yang lebih berarti. Mengenai kerasukan Iblis,
Yesus mengamarkan bahwa mengusir Setan akan terbukti tidak ada gunanya kecuali
kekosongan yang ditinggalkannya itu diisi. Lambat laun kekosongan itu akan
diisi dengan jumlah Iblis yang lebih banyak. Banyak umat percaya yang
sungguh-sungguh telah melakukan kesalahan yang sama. Dibebankan secara berlebihan
untuk memelihara Sabat dengan teliti, mereka memilih membuang Sabat sepenuhnya.
Apakah yang mengisi kekosongan itu? Bekerja berlebihan, material- ism, filsafat
anti penciptaan, kemalasan sembrono, mencari kesenangan Iblis yang remeh,
hal-hal ini sama, atau bahkan lebih menghancurkan dari pada apa yang mengisi
sebelumnya.
Mengeluh soal ketelitian pemeliharaan Sabat adalah
tidak cukup. Kehampaan itu harus menerima wujud yang positif dalam hal
pemeliharaan Sabat, sehingga mencegah kelalaian Sabat. Bagaimanakah
berkat-berkat yang disimbolkan oleh pemeliharaan Sabat menemukan wujud yang
positif? Bagaimanakah ciri-ciri Allah yang terwujud pada pemeliharaan Sabat (Pencipta,
Penebus, dan Pemelihara Harian) jadi terwujud di dalam praktik-praktik yang
berarti pada masa kini? Bagaimanakah sejarah praktik pemeliharaan Sabat dan
berkat-berkat yang diberikannya dapat dihargai dengan lebih baik? Bagaimanakah
anggota kelas Anda mencapai sebuah pendekatan yang lebih seimbang untuk
pemeliharaan Sabat?
Aktivitas: Suruhlah anggota-anggota kelas
membentuk sebuah daftar ciri-ciri Ilahi yang tersirat di dalam ajaran-ajaran
Alkitab sehubungan dengan Sabat. Kumpulkan ide tentang kegiatan-kegiatan atau
upacara-upacara yang akan menegaskan kepercayaan-kepercayaan ini. Rancanglah
beberapa untuk anak-anak, remaja, belasan tahun, orang muda dewasa, dan orang
dewasa. Perhatikanlah tujuan-tujuan ini: (1) Kegiatan-kegiatan ini haruslah
menyenangkan; (2) Kegiatan-kegiatan ini akan lebih baik bila melibatkan lebih
banyak indera; (3) Kegiatan-kegiatan ini akan menjadi pelayanan yang lebih
berarti apabila melibatkan banyak budaya, juga pria dan wanita; (4)
Pertimbangkan kelayakan waktu (misalnya, bermeditasi dalam keheningan yang
cocok untuk matahari terbenam akan menjadi aneh kalau dilakukan pada jam makan
siang); dan yang paling penting, (5) Kegiatan-kegiatan itu haruslah menguatkan
rohani.
Langkah 4—Ciptakan
Untuk
Guru: Yudaisme di dalam sejarah merefleksikan dua cara berpikir. Yang pertama
(Yahudi atau halakah) berkonsentrasi untuk melindungi pemeliharaan Sabat. Ribuan pahlawan
Yahudi yang membiarkan diri mereka untuk dibantai oleh para tentara Syria pada
periode Makkabea, daripada melanggar Sabat melalui peperangan, dan ada juga
orang-orang Yahudi yang bertahan tetapi lalu meninggalkan benteng-benteng
mereka pada pengepungan Yerusalem oleh Pompei oleh karena Sabat telah tiba,
adalah contoh-contoh yang berharga, meskipun terlihat ekstrem. Salah satu
contoh yang seperti ini adalah sebuah traktat yang diberi judul Shabbath, yang termasuk
di dalam Mishnah, yang memberikan garis besar dalam 39 kategori yang berbeda tentang
kegiatan-kegiatan yang dilarang pada hari Sabat. Komunitas sekte Esseries berpendapat
bahwa membiarkan binatang atau manusia tenggelam adalah lebih baik demi
memberikan usaha menyelamatkan mereka oleh karena hal ini melanggar aturan
Sabat mereka. Yang bagusnya adalah bahwa Roma membuat sedikit wajib militer
bagi tentara orang Yahudi oleh karena para komandannya takut bahwa orang-orang
Yahudi itu akan meninggalkan posisi mereka bila dipaksa untuk berperang pada
hari Sabat.
Akan tetapi Haggadah, komentar
Alkitab Yahudi, memberikan pemikiran yang lain. Pemikiran kedua ini menekankan
keindahan Sabat. Salah satu tradisi ini berpendapat bahwa komposisi musik
manusia yang pertama adalah sebuah nyanyian Sabat yang Adam nyanyikan pada hari
ketujuh setelah belajar tentang pengampunan Allah. Beberapa komentator yakin
bahwa nyanyian tersebut telah dipertahankan dan tertulis dalam Mazmur sembilan
puluh satu. Salah satu tradisi berpendapat bahwa orang-orang Israel telah
bernegosiasi untuk menyeberangi Laut Merah pada hari Sabat, ha! ini menyediakan
satu lagi hubungan keselamatan dengan pemeliharaan Sabat. Upacara Bait Suci
juga menekankan perbaktian Sabat, meningkatkan korban-korban dibandingkan
dengan upacara-upacara setiap hari (Hilangan 28:9, 10). Sabat
sungguhlah istimewa, layak untuk dirayakan.
Aktivitas: Ciptakan
puisi atau lagu-lagu yang berdasarkan sejarah pemeliharaan Sabat. Beberapa hal
untuk memulainya telah diusulkan di atas. Kemungkinan sejarah lainnya termasuk
dengan menyelidiki tradisi pemeliharaan Sabat orang oleh Etiopia dan Celtic.
Pelajaran 12
Kematian dan Kebangkitan
SABAT
PETANG
Bacalah
untuk Pelajaran Pekan Ini: Yoh. 11:11; Yoh. 1:1 -4; Luk. 8:54, 55; Yoh. 5:28, 29; Mat. 5:22, 29;
Yoh. 11:38-44.
AYAT HAFALAN: "Jawab Yesus: 'Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup
walaupun ia sudah mati'. (Yoh. 11:25).
Manusia memiliki penolakan bawaan
terhadap kematian karena kita diciptakan hanya untuk hidup dan tidak pernah
untuk mati. Kematian adalah penyusup; itu tidak pernah direncanakan. Itu
sebabnya, selama pelayanan-Nya di bumi. Yesus menunjukkan simpati yang besar
terhadap yang berduka. Ketika la melihat janda dari Nain membawa anaknya
satu-satunya ke kuburan, "tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia
berkata kepadanya: 'Jangan menangis"' (Luk. 7:13). Kepada seorang
bapa yang hancur hatinya karena anak perempuannya yang berumur dua belas tahun
baru saja meninggal, Kristus menghibur dia, dengan berkata: "Jangan takut,
percaya saja" (Mrk. 5:36). Setiap kali
kematian menimpa orang yang kita kasihi, Yesus dengan lembut tersentuh oleh
kesedihan kita. Hati-Nya yang penuh belas kasihan menangis bersama kita.
|
Tetapi Kristus melakukan jauh daripada sekadar
menangis. Setelah menaklukkan kematian dengan kematian-Nya sendiri dan
kebangkitan, Ia memegang kunci maut, dan Ia berjanji untuk membangkitkan
barangsiapa yang percaya kepada-Nya menuju kehidupan kekal. Sejauh ini, ini
adalah, janji terbesar yang telah diberikan kepada kita di dalam Firman Allah;
jika tidak, jika kematian memiliki kata akhir, seluruh kehidupan kita dan
segala sesuatu yang pernah kita capai akan sia-sia.
* Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 20
September.
No comments:
Post a Comment