Pelajaran 11 Triwulan III 2014 dan Penuntun Guru

Hadirilah dan Doakanlah KKR Fakta Dibalik Cerita Alkitab.....!!!
 Siaran tunda dapat anda saksikan melalui:  



_____________________________________________________________
6-12 September


Sabat

SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Yoh. 1:1-3; Mat. 12:1-5; Luk. 4:16-21; Yoh. 5:16,17; Mat. 24:20.
AYAT HAFALAN: "Lalu Yesus berkata kepada mereka,Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia ada­lah Tuhan atas hari Sabat”. (Mrk. 2:27,28).
Melalui pelayanan-Nya, para pemimpin agama menantang pemeliharaan Sabat Kristus. Ketika dikritik, Kristus menekankan otoritas-Nya­ sebagai Tuhan atas hari Sabat (Mat. 12:8; Mrk. 2:28; Luk. 6:5). Ia juga menunjukkan bahwa bagaimana seharusnya memelihara hari Sabat.
Saat ini kita dihadapkan bukan hanya dengan tantangan "pemeliharaan yang benar" dari hari Sabat tetapi juga dengan keyakinan yang populer bahwa hari Minggu, bukanlah hari Sabat, adalah hari perhentian. Mereka mendukung hari Minggu, namun, tidak ada yang mendukung mereka di dalam kitab-kitab In­jil. Perdebatan-perdebatan Sabat dalam kitab-kitab Injil hanya berbicara ten­tang bagaimana Sabat dipelihara, tidak pernah dengan kapan. Kehidupan dan pengajaran Yesus tidak meninggalkan keraguan bahwa Sabat hari ketujuh akan berlangsung sebagai hari perhentian Allah, bahkan setelah kematian dan kebangkitan-Nya.
Pekan ini kita akan membahas hubungan Kristus kepada asal mula dan ke­pemilikan hari Sabat. Selanjutnya, kita akan mempelajari teladan dan penga­jaran Yesus mengenai pemeliharaan hari Sabat. Akhirnya, kita akan melihat hari Sabat seperti yang terlihat di dalam pengajaran-Nya dan dalam teladan para murid-Nya setelah kebangkitan.

Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 13 September.


Minggu, 7 September
Kristus, Pencipta Hari Sabat

Apakah yang dinyatakan ayat-ayat berikut tentang peran Yesus dalam Penciptaan? Mengapakah ini begitu penting, khususnya ketika memper­timbangkan asal mula Sabat? Lihat Yoh. 1:1-3; Kol. 1:16; Ibr. 1:1, 2.
Yoh. 1:1-3;
1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.

Kol. 1:16;
1:1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita,
1:2 kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu.
1:3 Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu,
1:4 karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,
1:5 oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil,
1:6 yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.

Ibr. 1:1, 2
1:1 Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,
1:2 maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.


Yohanes memulai Injilnya dengan pernyataan yang sangat terkenal: "Pada mulanya adalah Firman.... Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan" (Yoh. 1:1-3). Baik Yohanes dan Paulus tidak meninggalkan keraguan mengenai pe­ran Kristus dalam penciptaan. Allah Anak, Yesus Kristus, menciptakan segala sesuatu: "Karena di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.... Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia" (Kol. 1:16,17). Melalui Kristus, Allah menciptakan alam semesta, termasuk sistem tata surya kita, bumi, dan segala yang ada di dalamnya, yang hidup dan yang mati.
Kristus, yang menjadi Penebus manusia, adalah juga Penciptanya. Dan di sana, pada akhir pekan Penciptaan, Tuhan memberikan kepada kita satu hari perhentian. "Sebab Sabat itu diadakan karena manusia, itu adalah hari Tuhan. Karena Ialah yang menjadikan segala sesuatu,Ta telah menjadikan hari Sabat. Oleh-Nya Sabat itu telah diasingkan untuk peringatan akan kejadian."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 306.
Allah yang sama yang menjadikan manusia dengan kebutuhan untuk ber­istirahat, juga menyediakan sarana untuk beristirahat: satu hari dalam setiap pekan di mana manusia menyisihkan pekerjaan dan kesulitan setiap pekan dan beristirahat di dalam Dia, Sang Pencipta. Setelah menyelesaikan penciptaan, Ia Sendiri berhenti pada hari ketujuh, bukan karena kelelahan tetapi untuk mem­berkati dan menguduskan dan memberikan teladan untuk diikuti. Dan Ia juga berhenti pada hari Sabat ketika Ia menyelesaikan Penebusan kita di kayu salib, bykan karena Ia membutuhkannya tetapi untuk (di antara hal-hal lainnya) me­negaskan nilai abadi dari Sabat. Kristus, yang mengundang manusia-manusia yang gelisah untuk beristirahat di dalam Dia (Mat. 11:28, 29), mengundang kita untuk beristirahat dengan cara yang khusus, seminggu sekali, setiap hari Sabat.

Pemeliharaan hari Sabat menghubungkan kita kepada awal mula penciptaan bumi, kepada yang sangat mendasar akan keberadaan kita. Sungguh waktu yang lebih baik untuk berkutat pada pertanyaan yang penting: Apakah yang saya lakukan dengan keberadaan yang Allah telah berikan kepadaku?

Senin, 8 September
Kristus, Tuhan atas Hari Sabat

Bacalah Matius 12:1,2. Apakah yang sedang terjadi di sini? Mengapa­kah orang-orang Farisi menganggap tindakan ini sebagai "pelanggaran hukum"?
Matius 12:1,2
12:1 Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.
12:2 Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."

Ulangan 23:25 menyatakan: "Apabila engkau melalui lalang gandum se­samamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan ta­nganmu, tetapi sabit tidak boleh kauayunkan kepada gandum sesamamu itu." Masalahnya, oleh karena itu, bukanlah aksi itu sendiri, tetapi hari di mana itu dilakukan. Peraturan rabi dengan tegas melarang banyak jenis pekerjaan pada hari Sabat, seperti menuai, mengirik, dan menampi. Dalam pendapat orang Farisi, dengan memetik bulir gandum, meremasnya di tangan mereka, dan me­misahkan gandum dari sekam, para murid bersalah karena melakukan semua­nya.

Apakah contoh penting yang Yesus gunakan untuk menjawab orang Farisi? Lihat Mat. 12:3-5.
Mat. 12:3-5
12:3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar,
12:4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?
12:5 Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?

Dengan contoh pertama, (1 Sam. 21:1-6), Kristus berpendapat bahwa, mes­kipun dalam keadaan yang normal, Daud dan anak buahnya tidak seharusnya memakan roti yang dikhususkan untuk para imam (Im. 24:9), namun karena hidup mereka ada dalam bahaya tindakan mereka harus dianggap pelanggaran yang diizinkan terhadap hukum upacara. Contoh kedua, Yesus menyebutkan (Mat. 12:5) yang berkaitan dengan korban dan persembahan untuk hari Sabat di dalam pelayanan Bait Suci, yang dua kali lebih banyak dari yang dipersem­bahkan di hari-hari yang lain (BU. 28:9,10). Orang Yahudi sendiri mengakui bahwa pelayanan Bait Suci memiliki prioritas di atas hari Sabat.
Setelah mengutip contoh-contoh ini, Yesus membuat dua pernyataan yang membela otoritas-Nya untuk menegaskan kembali pemeliharaan hari Sabat yang memberatkan dari orang Farisi: (1) "Hari Sabat diadakan untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari Sabat" (Mrk. 2:27). Di sini Yesus menegaskan kembali asal mula Sabat Eden, dan mendefinisikan kembali prioritas yang sa­lah dari orang Farisi tentang manusia dan hari Sabat: Sabat dijadikan untuk keuntungan manusia dan berlanjut terus sebagai karunia pemberian Allah pada pelayanan kemanusiaan, bukan kemanusiaan pada pelayanan Sabat. Dan (2), dengan mengatakan: "Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (Mrk. 2:28), Kristus mengesahkan status-Nya sebagai Pencipta dan Pembuat hukum hari Sabat. Oleh karena itu, Ia sendiri yang memiliki wewenang untuk membe­baskan hari Sabat dari hukum-hukum buatan manusia.

Para pemimpin rohani umat Allah menuduh Tuhan atas hari Sabat melanggar hari yang Ia Sendiri telah ciptakan dan kuduskan. Pekabaran apakah yang kita semua harus ambil dari hal ini tentang bahaya kebu­taan rohani di antara mereka di mana seharusnya mereka mengetahui lebih baik?

Selasa, 9 September
Teladan Yesus

Apakah yang disampaikan Lukas 4:16 kepada kita tentang sikap Yesus terhadap hari Sabat? Mengapakah ini begitu penting bagi kita saat ini? Lihatlah Yoh. 14:15; 1 Ptr. 2:21.
Yoh. 14:15;
14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.

1 Ptr. 2:21
2:21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Kata yang dipakai Lukas di ayat 16, kebiasaan, berasal dari kata Yunani ber­kaitan kepada kebiasaan yang konstan dalam hal waktu dan praktik. Dengan kata lain, Yesus secara teratur berada di sinagog setiap Sabat sedapat yang Ia bisa. Selain itu, ini sangat penting bagi Lukas bahwa empat kali di dalam Injil­nya ia menyebutkan kehadiran Yesus di sinagog pada hari-hari Sabat lainnya (Luk. 4:16,31; 6:6; 13:10). Juga, Lukas secara khusus mengidentifikasikan Sabat sebagai hari yang ketujuh di dalam pekan (Luk. 23:54-24:1). Fakta bah­wa Yesus Kristus, selama pelayanan-Nya di dunia, memelihara Sabat hari yang ketujuh, bersama dengan orang Yahudi, menyaksikan bahwa siklus mingguan belum hilang sejak pemberian hukum di Sinai, atau bahkan sejak penciptaan. Teladan-Nya sebagai seorang pemelihara Sabat adalah sebuah model untuk di­ikuti oleh orang-orang Kristen, baik dalam waktu maupun cara memelihara.

Apakah yang Yesus baca pada kesempatan khusus itu di dalam sina­gog? Mengapa ini begitu penting? Lihat Lukas 4:16-21.
Lukas 4:16-21.
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

Ini bukan pertama kalinya Yesus membaca dan berbicara di sinagog. Lebih dari setahun telah berlalu sejak Ia dibaptiskan di Sungai Yordan. Namun, ini adalah kunjungan pertama Yesus ke Nazaret setelah meninggalkan bengkel tu­kang kayu, di mana Ia menghabiskan tiga puluh tahun pertama dari hidup-Nya dan di mana Ia hadir di sinagog setempat. Selama masa muda-Nya, "sering dalam rumah sembahyang Ia dipanggil untuk membaca pelajaran dari surat nabi-nabi, dan hati para pendengar merasa gembira ketika suatu terang yang baru bersinar dari perkataan biasa dari ayat suci itu"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 65.
Namun kali ini sangat berbeda. Yesus memilih perikop khusus, Yesaya 61:1, 2, ayat yang menjelaskan pekerjaan Mesias di atas bumi dan bagaimana Dia akan datang "untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan" (Luk. 4:19). Itu adalah tahun ketujuh, atau Yobel, waktu untuk beristirahat. Tepat, Yesus memilih hari istirahat, Sabat, untuk mengumumkan pelayanan-Nya akan penebusan, pem­bebasan, dan penyembuhan. Sesungguhnya, kita menemukan peristirahatan di dalam Yesus, istirahat yang dinyatakan dalam cara yang nyata setiap Sabat.

Rabu, 10 September
Mukjizat pada Hari Sabat
Kitab Injil banyak menyebutkan penyembuhan ajaib yang dilakukan Yesus pada hari Sabat. Sangat menarik untuk dicatat bahwa, dalam banyak kasus, penyembuhan datang oleh inisiatif Yesus, seolah-olah Dia sengaja untuk me­nyembuhkan pada hari Sabat, meskipun Ia dapat melakukannya pada hari yang lain. Yesus mencoba membuat satu pendapat: Menyembuhkan pada hari Sabat tidak melanggar hukum. Sebaliknya, itu lebih sah menurut hukum daripada apa yang banyak orang Farisi dan para pemimpin agama terbiasa lakukan pada hari Sabat.

Argumen apakah yang diberikan pada setiap ayat-ayat ini untuk mem­benarkan penyembuhan Yesus pada hari Sabat? Mat. 12:10-12; Luk. 13:15,16; Yoh. 5:16,17.
Mat. 12:10-12;
12:10 Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia.
12:11 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?
12:12 Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat."

Luk. 13:15,16;
13:15 Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?
13:16 Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"

Yoh. 5:16,17
5:16 Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
5:17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga."

Meskipun benar bahwa kita harus mengesampingkan kepentingan kita sen­diri pada hari Sabat (Kel. 20:9; Yes. 58:13), itu tidak boleh dianggap sebagai sebuah periode kemalasan yang sia-sia. Dalam pertentangan-Nya dengan orang Farisi, Kristus dengan jelas menunjukkan bahwa "boleh berbuat baik pada hari Sabat" (Mat. 12:12). Menurut tradisi para rabi, seorang yang sakit bisa diobati pada hari Sabat jika dalam situasi yang mengancam jiwa. Demikian juga, jika seekor domba atau seekor lembu jatuh ke dalam i lubang, diperbolehkan untuk menarik binatang tersebut pada hari Sabat untuk menyelamatkan nyawanya. Bukankah hidup seseorang lebih berharga daripada hidup binatang? Sayang­nya, kritikan Kristus menunjukkan belas kasihan yang lebih terhadap ternak mereka sendiri daripada kepada manusia yang sedang menderita. Mereka setu­ju memberi minum binatang, tetapi tidak memulihkan seseorang.
Yesus juga menyatakan: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga" (Yoh. 5:17), mengacu pada pekerjaan Allah dalam mendukung ciptaan-Nya. Bahkan pada hari Sabat Ia terus memberikan hidup dan memeli­hara alam semesta (Ibr. 1:2, 3).
Yesus mengajarkan bahwa kita seharusnya tidak menjadi legalis ketika me­melihara Sabat. Memeliharanya berarti "beristirahat" dari pekerjaan kita sen­diri (Ibr. 4:10) dan, bahkan lebih penting lagi, berhenti berusaha untuk me­lakukan jalan kita untuk keselamatan yang juga tidak mungkin. Setan ingin meyakinkan kita untuk memelihara hari Sabat dengan berfokus pada diri sen­diri. Jika ia tidak bisa menggerakkan kita melawan hari Sabat, ia akan menco­ba untuk mendorong kita ke yang ekstrem lainnya: Legalisme.

Meskipun mudah untuk menjadi legalistik tentang hari Sabat, orang lain bisa sangat longgar dalam memeliharanya. Bagaimanakah kita me­nemukan keseimbangan yang tepat? Juga, mengapakah kita harus ber­hati-hati dalam tanggapan kita kepada bagaimana orang lain memelihara Sabat (jangan lupa bagaimana orang Farisi melihat Kristus memelihara Sabat)?

Kamis, 11 September
Sabat Setelah Kebangkitan
Banyak orang Kristen memelihara hari Minggu gantinya hari Sabat, me­nawarkan sejumlah alasan, yang terutama adalah kebangkitan Yesus. Selain bagian-bagian kecil bahwa tidak ada di dalam Perjanjian Baru, termasuk ayat- ayat tentang kebangkitan, yang mengajarkan bahwa hari Minggu mengganti­kan hari Sabat, Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Kristus bermaksud agar Sabat-Nya dipelihara bahkan setelah kebangkitan-Nya.
Apakah yang dikatakan Matius 24:20 tentang Sabat di tahun-tahun se­telah kebangkitan Yesus?
Matius 24:20
24:20 Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.

Perkataan Kristus dalam Matius 24:20 menunjukkan bahwa di tahun 70 M., sekitar empat puluh tahun setelah kematian-Nya, hari Sabat diingat kudus se­bagaimana sebelumnya. Huru-hara, kegembiraan, ketakutan, perjalanan yang diperlukan untuk lari dari Yerusalem akan tidak pantas pada hari Sabat.

Apakah bukti Perjanjian Baru lainnya yang kita temukan yang me­nunjukkan bahwa Sabat hari ketujuh tetap kudus setelah kebangkitan Yesus? Lihat Kisah 13:14, 42; 14:1; 17:1,2; 18:4.

Kisah 13:14, 42; 14:1; 17:1,2; 18:4
13:14 Dari Perga mereka melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ.
13:42 Ketika Paulus dan Barnabas keluar, mereka diminta untuk berbicara tentang pokok itu pula pada hari Sabat berikutnya.

14:1 Di Ikonium pun kedua rasul itu masuk ke rumah ibadat orang Yahudi, lalu mengajar sedemikian rupa, sehingga sejumlah besar orang Yahudi dan orang Yunani menjadi percaya.

17:1 Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi.
17:2 Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.

18:4 Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.

Bagi para murid, pergi ke sinagog, bagi kita adalah sama seperti hadir di ge­reja saat ini: Salah satu cara terbaik untuk memelihara Sabat. Hal ini terutama terlihat kepada rasul Paulus, yang biasa hadir di ibadah sinagog pada hari Sa­bat. Itu adalah kebiasaannya, mengikuti teladan Yesus (Kisah 17:2). Meskipun ia adalah rasul bagi bangsa-bangsa kafir dan pemenang pembenaran oleh iman, ia biasa pergi ke sinagog pada hari Sabat, bukan hanya untuk berkhotbah kepa­da orang Yahudi tetapi juga untuk menjaga kekudusan hari Sabat.
Pada suatu hari Sabat, setelah ibadah Sinagog selesai, orang-orang bukan Yahudi meminta Paulus untuk memberitakan Injil kepada mereka. Rasul Pau­lus bisa saja mengundang mereka untuk mendengar dia keesokan harinya, hari Minggu, namun ia menunggu satu pekan. "Pada hari Sabat berikutnya datang­lah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengarkan firman Allah" (Ki­sah. 13:44). Ayat ini memberikan bukti kuat bahwa gereja mula-mula tidak mengetahui apa-apa tentang hari pertama dalam pekan untuk pengganti hari ketujuh.
Baiklah, jadi kita tahu bahwa kita benar tentang hari Sabat yang be­nar. Itu penting, tentu saja. Meskipun demikian, bagaimanakah pemeli­haraan Sabat kita bisa menjadikan kita orang-orang Kristen yang lebih berbelas kasihan, penuh kasih, dan peduli?

Jumat, 12 September
Pendalaman: Ellen G. White, "Hari Sabat," hlm. 298-307, dalam Alfa dan Omega, jld. 5.
"Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.' Perkataan ini pe­nuh dengan pengajaran dan hiburan.... Itu (Sabat) menunjukkan bahwa Ialah Khalik dan Yang Menyucikan. Itu menyatakan bahwa Ialah yang menjadikan segala sesuatu yang di surga dan yang di bumi, dan oleh siapa segala sesuatu bertemu, kepala atas jemaat, dan oleh kuasa-Nya kita diperdamaikan dengan Allah. Untuk Israel, Ia berkata: 'Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka menge­tahui bahwa Akulah Tuhan, yang menguduskan mereka.' Yehezkiel 20:21. Jadi Sabat itu adalah tanda kuasa Kristus untuk menyucikan kita. Dan itu diberikan kepada semua yang disucikan oleh Kristus. Sebagai tanda kuasa-Nya yang me­nyucikan Sabat diberikan kepada semua orang yang melalui Yesus menjadi bagian dari Israel milik Tuhan."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 306, 307.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.        Kita adalah milik Kristus, baik melalui Penciptaan dan Penebusan. Bagaimanakah hari Sabat mengingatkan kita secara khusus akan kebenaran-kebenaran pokok ini?
2.        Apakah masalah dengan penurutan yang legalistik dari hukum ke­empat? Dengan kata lain, mengapakah pemeliharaan Sabat yang diperlunak bukan solusi kepada legalisme? Apakah elemen utama yang membuat pemeliharaan hari Sabat suatu berkat yang nyata?
3.        Mengapakah hari Sabat, dan kesempatan untuk beristirahat pada hari Sabat, harus menjadi pengingat khusus kepada kita akan ke­benaran penting bahwa kita tidak diselamatkan oleh perbuatan kita, melainkan oleh jasa-jasa Kristus atas nama kita?
4.        Apakah cara yang bisa kita pclajari untuk memiliki pengalaman yang lebih dalam dan lebih kaya bersama Tuhan pada hari Sabat?
5.        Pelajaran apakah yang bisa kita pclajari dari teladan Kristus dari penyembuhan pada hari Sabat tentang bagaimana memelihara hari Sabat?
6.        Kita diminta untuk memelihara "kekudusan" Sabat. Pikirkanlah melalui beberapa aktivitas Anda pada Sabat. Seberapa kuduskah aktivitas Anda itu?

Penuntun Guru

Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Markus 2:27-28
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Bandingkanlah pendekatan legalistik terhadap pemeliharaan Sabat dengan teladan dan ajaran Kristus tentang Sabat.
Merasakan: Hargailah berkat Sabat yang ditawarkan di dalam beristirahat dan bersekutu dengan Allah.
Melakukan: Peliharalah Sabat yang dikhususkan bagi Allah demi penyegaran rohani, peremajaan fisik, dan memelihara hubungan.
Garis Besar Pelajaran:
I.        Mengetahui: Teladan dan Ajaran Yesus Mengenai Sabat Mendorong Pertumbuhan dan Perkembangan Rohani.
a.        Apakah dampak Sabat yang Tuhan ciptakan itu terhadap pengerti­an kita tentang pentingnya Sabat?
b.       Apakah dampak yang teladan Kristus berikan tentang Sabat kepa­da praktik Sabat yang kita lakukan?
c.        Bagaimanakah mukjizat-mukjizat Kristus pada hari Sabat berkon­tribusi kepada pengertian kita tentang Keallahan-Nya atas Sabat?
II.     Merasakan: Allah Menawarkan kepada Setiap Umat Percaya Berkat Peristirahatan dan Persekutuan Melalui
Pemeliharaan Sabat.
a.        Bagaimanakah berkat peristirahatan dan persekutuan Sabat ber­dampak kepada sikap kita terhadap hari-hari lain pada pekan itu?
b.        Bagaimanakah persiapan dan pemeliharaan Sabat menyediakan penyembuhan untuk luka dan bilur emosi yang mungkin kita ala­mi sepanjang pekan itu?
c.        Bagaimanakah pemikiran yang teliti untuk pemeliharaan Sabat da­pat membuat orang merasa jauh dari pemeliharaan Sabat? Berikan alasan-alasan terhadap jawaban Anda.
III.  Melakukan: Umat Percaya akan Bersukacita di Dalam Menjaga Kesucian Sabat Demi Tujuan-tujuan Rohani dan Pemulihan Fisik.
a.        Bagaimanakah pemeliharaan Sabat melindungi umat percaya ter­hadap penggodaan untuk mempercayai bahwa mereka sendiri yang bertanggung jawab untuk menghidupi diri mereka?
b.        Bagaimanakah para orangtua mengubah pendekatan yang berpu­sat pada hukum dan mengembangkan sebuah penantian Sabat yang positif di antara anak-anak mereka?

Rangkuman: Kristus membuat Sabat untuk penyegaran rohani dan pemu­lihan fisik.

SIKLUS BELAJAR
Langkah 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: Markus 2:27,28
Konsep Kunci untuk Pertumbuhan Rohani: Berkat atas pemeliharaan Sabat tersedia bagi semua orang percaya yang yakin kepada Kristus untuk keselamatan.
Untuk Guru: Pasal tiga dan empat kitab Ibrani menelusuri pemberontakan orang Israel di padang belantara. Yehovah menjanjikan perhentian yang dihubung­kan dengan Tanah Perjanjian, tetapi Israel menolak untuk masuk. Mengeraskan hati, penuh dengan kecurangan, menyebabkan pemberontakan mereka. Akan teta­pi, rahmat Allah membuka satu kesempatan yang baru bagi ketenangan dan pem­bebasan rohani: Sabat-Nya.
Sabat hari ketujuh adalah lambang pembebasan rohani dari perbudakan dosa yang tetap ditawarkan kepada setiap orang yang merindukan kebebasan rohani. Kelepasan rohani itu melepaskan orang percaya dari usaha sia-sia untuk meraih kebaikan. Yang mana dalam beberapa generasi telah menyediakan pemulihan fisik dan penyegaran rohani yang didasarkan oleh pemahaman ilmu keselamatan. Tan­tangan keadaan ekonomi kadang kala mendorong para pekerja untuk bekerja tanpa henti, seakan-akan-kesempatan-kesempatan yang hilang akan membawa kelapar­an. Pemeliharaan Sabat menegaskan bahwa enam dari tujuh yang disertai dengan berkat Allah menyediakan lebih banyak kelimpahan daripada tujuh dari tujuh tetapi tanpa berkat Allah. Kekacauan emosi kadang kala mendorong orang Kristen untuk berusaha mengejar kebaikan demi pahala, yang seakan-akan dapat menyenangkan Allah oleh usaha-usaha yang sebenarnya lemah. Pemeliharaan Sabat menegaskan bahwa perhentian rohani yang sepenuhnya menyediakan kedamaian rohani yang lebih besar daripada yang dapat dilakukan oleh usaha-usaha yang didorong oleh rasa bersalah. Tujuan pelajaran pekan ini adalah untuk menolong anggota-anggota kita untuk mengalami perhentian fisik dan rohani.
Aktivitas Pembuka: Izinkanlah beberapa anggota kelas untuk menerangkan secara ringkas saat liburan atau retret rohani yang paling berkesan. Bahaslah keun­tungan-keuntungan kalau pergi berlibur. Bahaslah bagaimana rutinitas dapat diu­bahkan selama liburan atau retreet bila dibandingkan dengan pada saat kepadatan jadwal kerja. Bandingkan keadaan emosi dan fisik orang terhadap rasa bersalah sebelum dan sesudah diselamatkan.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bahaslah bagaimanakah pemeliharaan Sabat yang sesungguhnya memperkuat kesehatan emosi dan tubuh?

Langkah 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Berdebat tentang pemeliharaan Sabat, mungkin, adalah pengisi waktu senggang yang paling tajam melawan orang Farisi selama kehidupan Yesus di bumi. Ajaran-ajaran Farisi membuat rincian jauhnya perjalanan, bobot maksi­mum yang dapat dipindahkan, dan berlusin-lusin untaian petunjuk bagi pemeliha­raan yang layak. Apakah Kristus dihargai oleh aturan-aturan yang teliti ini? Alkitab menyatakan bahwa Yesus, sebaliknya, didukakan. Secara menyedihkan, sejarah berulang kembali di antara para pemelihara Sabat sekarang ini. Berdebat tentang pemeliharaan Sabat yang layak adalah tidak habis-habis. Apakah ada sesuatu yang diabaikan? Mungkin maksud dan kepentingan Sabat harus diutamakan. Kemudian Roh akan memimpin perbaikan dari dalam yang mengubah persiapan-persiapan eksternal sehingga Sabat dapat menjadi pengalaman yang membahagiakan seperti yang Allah tentukan. Terus fokuskan diskusi pada arti pentingnya Sabat bukannya mengalihkan waktu yang berharga kepada penguraian pemeliharaannya yang ter­lalu teliti.
Komentar Alkitab
I.                Yesus: Mesias, Pencipta, Teladan, Allah Penguasa
(Pelajari kembali bersama kelas, Kol. 1:16; Lukas 4:16-21, dan Mat. 12:1-8).
Petunjuk Yohanes di dalam kitab Wahyu tentang Alkitab, yaitu jangan me­nambahkan atau menguranginya, menyediakan bimbingan yang cerdas untuk pe­meliharaan Sabat. Dulunya orang l arisi membebani pemeliharaan Sabat dengan tuntutan tuntutan manusiawi. Terkadang umat percaya di masa sekarang melaku­kan hal yang sama; namun ada juga kecenderungan yang lain yang melemahkan pemeliharaan Sabat, dengan membuang semua kekudusannya, secara efektif me­ngurangi Sabat menjadi hari libur atau bahkan berstatus hari biasa. Kedua sikap ini kehilangan berkat-berkat yang Allah tentukan. Umat percaya yang sembrono terjerat kepada kepedulian duniawi dan tidak pernah mengalami perhentian. Umat percaya yang terlalu hati-hati terjerat dengan mengatur orang-orang lain dalam hal cara-cara pemeliharaan Sabat dan tidak menemukan waktu untuk beristirahat. Hanya mereka yang secara sadar mencari pemeliharaan Sabat yang dituntun oleh Roh, dan Alkitabiah, akan menerima berkat itu.
Teladan Yesus dalam pemeliharaan Sabat adalah hal yang tertinggi. Bagaima­nakah Yesus memelihara Sabat? (1) Yesus berkumpul dengan orang percaya lain­nya untuk penyelidikan Alkitab dan perbaktian (Lukas 4:16-21). (2) Dia berjalan di alam, mendaki melewati daerah luar kota (Matius 12:1-H). (3) Dia melepaskan manusia dari penderitaan (Matius 12:9-14; Lukas 13:15, 16; dan Yohanes 5:16, 17). (4) Dia berhenti bekerja (Kejadian 2:1-3). (5) Oleh karena kesetiaan Kristus kepada petunjuk Alkitab, kita dapat juga menyimpulkan bahwa Yesus tidak berbe­lanja (Matius 5:17-19 dan Nehemia 13:15-22). (6) Kita juga dapat percaya bahwa berdasarkan sikap murid-murid Yesus bahwa Dia memperhatikan hari persiapan (Lukas 23, 24, dibandingkan dengan Keluaran 16). Berdasarkan teladan Yesus, umat Kristen patutlah secara sadar membentuk praktik-praktik pemeliharaan Sabat sekarang ini.
II.           Keheranan Sabat
(Pelajari kembali bersama kelas Matius, 12:10-12; 24:20; dan Lukas 23, 24).
Mukjizat-mukjizat penyembuhan Kristus pada hari Sabat mengisi hari itu de­ngan keheranan-keheranan yang istimewa. Pemulihan fisik bagi setiap orang diper­luas kepada pemulihan fisik bagi yang lemah.
Namun, Kristus menyimpan yang terbaik pada bagian akhirnya. Pada satu hari persiapan yang suram, Kristus tergantung di salib Kalvari. Derita dan kepedihan meliputi manusia. Satu-satunya musuh kematian yang paling besar kalah telak. Se­mentara Sabat mendekat, pasukan Roma terburu-buru mengeluarkan tubuh yang

rusak dan jenazah yang hancur dari salib. Dengan tenang Yesus beristirahat sesuai dengan pcrinlah-Nya dan sebagaimana kebiasaan-Nya. Kubur Yusuf tertutup. Di­pulihkan dan dihidupkan oleh Roh Allah setelah jadwal istirahat Ilahi itu, Kristus keluar dari kubur Yusuf, siap untuk pekerjaan berikutnya—Keimamatan Besar sur­gawi. (>rang Kristen dapat menerima keajaiban Sabat Kristus yang mengherankan itu, deiiL'.an cara bangkit keluar setiap pekan untuk menghadapi tantangan-tantang- an, selelah dipulihkan secara rohani melalui perhentian Sabat.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah umat percaya mengalami kehe­ranan Sabat setiap pekan?

Langkah 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Diskusi yang tulus tentang bagaimanakah pemeliharaan Sabat yang layak seringkah dapat jadi menjurus ke dalam legalisme; misalnya, apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Mengaplikasikan prin- sip-prinsip Kristus pada hal-hal yang lain akan terbukti berguna untuk mengem­balikan diskusi semacam itu kepada hal yang lebih berarti. Mengenai kerasukan Iblis, Yesus mengamarkan bahwa mengusir Setan akan terbukti tidak ada guna­nya kecuali kekosongan yang ditinggalkannya itu diisi. Lambat laun kekosongan itu akan diisi dengan jumlah Iblis yang lebih banyak. Banyak umat percaya yang sungguh-sungguh telah melakukan kesalahan yang sama. Dibebankan secara ber­lebihan untuk memelihara Sabat dengan teliti, mereka memilih membuang Sabat sepenuhnya. Apakah yang mengisi kekosongan itu? Bekerja berlebihan, material- ism, filsafat anti penciptaan, kemalasan sembrono, mencari kesenangan Iblis yang remeh, hal-hal ini sama, atau bahkan lebih menghancurkan dari pada apa yang mengisi sebelumnya.
Mengeluh soal ketelitian pemeliharaan Sabat adalah tidak cukup. Kehampaan itu harus menerima wujud yang positif dalam hal pemeliharaan Sabat, sehingga mencegah kelalaian Sabat. Bagaimanakah berkat-berkat yang disimbolkan oleh pemeliharaan Sabat menemukan wujud yang positif? Bagaimanakah ciri-ciri Allah yang terwujud pada pemeliharaan Sabat (Pencipta, Penebus, dan Pemelihara Ha­rian) jadi terwujud di dalam praktik-praktik yang berarti pada masa kini? Bagai­manakah sejarah praktik pemeliharaan Sabat dan berkat-berkat yang diberikannya dapat dihargai dengan lebih baik? Bagaimanakah anggota kelas Anda mencapai sebuah pendekatan yang lebih seimbang untuk pemeliharaan Sabat?
Aktivitas: Suruhlah anggota-anggota kelas membentuk sebuah daftar ciri-ciri Ilahi yang tersirat di dalam ajaran-ajaran Alkitab sehubungan dengan Sabat. Kum­pulkan ide tentang kegiatan-kegiatan atau upacara-upacara yang akan menegaskan kepercayaan-kepercayaan ini. Rancanglah beberapa untuk anak-anak, remaja, be­lasan tahun, orang muda dewasa, dan orang dewasa. Perhatikanlah tujuan-tujuan ini: (1) Kegiatan-kegiatan ini haruslah menyenangkan; (2) Kegiatan-kegiatan ini akan lebih baik bila melibatkan lebih banyak indera; (3) Kegiatan-kegiatan ini akan menjadi pelayanan yang lebih berarti apabila melibatkan banyak budaya, juga pria dan wanita; (4) Pertimbangkan kelayakan waktu (misalnya, bermeditasi dalam keheningan yang cocok untuk matahari terbenam akan menjadi aneh kalau dilakukan pada jam makan siang); dan yang paling penting, (5) Kegiatan-kegiatan itu haruslah menguatkan rohani.
Langkah 4—Ciptakan
Untuk Guru: Yudaisme di dalam sejarah merefleksikan dua cara berpikir. Yang pertama (Yahudi atau halakah) berkonsentrasi untuk melindungi pemeliharaan Sa­bat. Ribuan pahlawan Yahudi yang membiarkan diri mereka untuk dibantai oleh para tentara Syria pada periode Makkabea, daripada melanggar Sabat melalui peperangan, dan ada juga orang-orang Yahudi yang bertahan tetapi lalu mening­galkan benteng-benteng mereka pada pengepungan Yerusalem oleh Pompei oleh karena Sabat telah tiba, adalah contoh-contoh yang berharga, meskipun terlihat ekstrem. Salah satu contoh yang seperti ini adalah sebuah traktat yang diberi judul Shabbath, yang termasuk di dalam Mishnah, yang memberikan garis besar dalam 39 kategori yang berbeda tentang kegiatan-kegiatan yang dilarang pada hari Sabat. Komunitas sekte Esseries berpendapat bahwa membiarkan binatang atau manusia tenggelam adalah lebih baik demi memberikan usaha menyelamatkan mereka oleh karena hal ini melanggar aturan Sabat mereka. Yang bagusnya adalah bahwa Roma membuat sedikit wajib militer bagi tentara orang Yahudi oleh karena para koman­dannya takut bahwa orang-orang Yahudi itu akan meninggalkan posisi mereka bila dipaksa untuk berperang pada hari Sabat.
Akan tetapi Haggadah, komentar Alkitab Yahudi, memberikan pemikiran yang lain. Pemikiran kedua ini menekankan keindahan Sabat. Salah satu tradisi ini ber­pendapat bahwa komposisi musik manusia yang pertama adalah sebuah nyanyian Sabat yang Adam nyanyikan pada hari ketujuh setelah belajar tentang pengampun­an Allah. Beberapa komentator yakin bahwa nyanyian tersebut telah dipertahankan dan tertulis dalam Mazmur sembilan puluh satu. Salah satu tradisi berpendapat bahwa orang-orang Israel telah bernegosiasi untuk menyeberangi Laut Merah pada hari Sabat, ha! ini menyediakan satu lagi hubungan keselamatan dengan pemeliha­raan Sabat. Upacara Bait Suci juga menekankan perbaktian Sabat, meningkatkan korban-korban dibandingkan dengan upacara-upacara setiap hari (Hilangan 28:9, 10). Sabat sungguhlah istimewa, layak untuk dirayakan.
Aktivitas: Ciptakan puisi atau lagu-lagu yang berdasarkan sejarah pemeliha­raan Sabat. Beberapa hal untuk memulainya telah diusulkan di atas. Kemungkin­an sejarah lainnya termasuk dengan menyelidiki tradisi pemeliharaan Sabat orang oleh Etiopia dan Celtic.


Pelajaran 12
Kematian dan Kebangkitan
SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Yoh. 11:11; Yoh. 1:1 -4; Luk. 8:54, 55; Yoh. 5:28, 29; Mat. 5:22, 29; Yoh. 11:38-44.
AYAT HAFALAN: "Jawab Yesus: 'Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati'. (Yoh. 11:25).
Manusia memiliki penolakan bawaan terhadap kematian karena kita diciptakan hanya untuk hidup dan tidak pernah untuk mati. Kema­tian adalah penyusup; itu tidak pernah direncanakan. Itu sebabnya, selama pelayanan-Nya di bumi. Yesus menunjukkan simpati yang besar ter­hadap yang berduka. Ketika la melihat janda dari Nain membawa anaknya satu-satunya ke kuburan, "tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia ber­kata kepadanya: 'Jangan menangis"' (Luk. 7:13). Kepada seorang bapa yang hancur hatinya karena anak perempuannya yang berumur dua belas tahun baru saja meninggal, Kristus menghibur dia, dengan berkata: "Jangan takut, perca­ya saja" (Mrk. 5:36). Setiap kali kematian menimpa orang yang kita kasihi, Ye­sus dengan lembut tersentuh oleh kesedihan kita. Hati-Nya yang penuh belas kasihan menangis bersama kita.
Tetapi Kristus melakukan jauh daripada sekadar menangis. Setelah menak­lukkan kematian dengan kematian-Nya sendiri dan kebangkitan, Ia memegang kunci maut, dan Ia berjanji untuk membangkitkan barangsiapa yang perca­ya kepada-Nya menuju kehidupan kekal. Sejauh ini, ini adalah, janji terbesar yang telah diberikan kepada kita di dalam Firman Allah; jika tidak, jika kematian memiliki kata akhir, seluruh kehidupan kita dan segala sesuatu yang pernah kita capai akan sia-sia.
* Pelajari  Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 20 September.



No comments:

Post a Comment