KKR Fakta Dibalik Cerita Alkitab. Jangan lewatkan...!!! Fakta mengagumkan seputar cerita-cerita Alkitab yang sarat dengan nubuatan...!!!
30 Agustus-5 September*
30 Agustus-5 September*
SABAT PETANG
Bacalah untuk
Pelajaran Pekan Ini: Mat. 5:17-19; 5:21-4; Mrk. 7:9- 13; Mat.
19:16-22.
AYAT HAFALAN: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti segala perintah-Ku" (Yoh. 14:15).
Meskipun banyak pemimpin di Israel sangat meninggikan hukum, beberapa salah
dalam memahami tujuannya, percaya bahwa mereka dapat memperoleh kebenaran oleh menuruti hukum.
Sebagaimana Paulus dulu menulis, "Sebab, oleh karena mereka tidak
mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan
kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah"
(Roma 10:3).
Inilah sebabnya
mengapa Yesus sering mempertanyakan, dan bahkan tidak menyetujui,
tradisi-tradisi dari para pemimpin agama (Mrk. 7:1-13). Dan kesalahpahaman
mereka adalah mengapa mereka mengkritik dan melawan Dia mengenai pandangan-Nya
akan hukum.
Adalah penting
untuk memahami bahwa, meskipun Yesus mengkritik secara terbuka praktik-praktik
legalistik orang Farisi, Ia meninggikan 10 hukum, dengan jelas menegaskan
kekekalan 10 Hukum serta menjelaskan arti dan tujuannya. Kristus sendiri berkata
bahwa Ia telah datang untuk menggenapi hukum (Mat. 5:17). Dalam banyak
cara, kematian-Nya adalah wahyu utama akan keabsahan hukum Allah yang terus
berlanjut.
Pekan ini kita
akan menganalisis pengajaran Yesus dalam hal hukum dan dampak pengajaran-Nya
yang harus ada di dalam hidup kita.
Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat,
6 September.
Minggu, 31 Agustus
Yesus Tidak Mengubah Hukum
Apakah yang
diajarkan Matius 5:17-19 tentang sikap Yesus terhadap hukum?
Matius 5:17-19
5:17 "Janganlah kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang
bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik
pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan
salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling
rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan
segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di
dalam Kerajaan Sorga.
Meskipun kata
hukum sering digunakan untuk merujuk kepada lima kitab pertama dari Alkitab
(juga dikenal sebagai Pentateuch atau Torah), dalam hal ini
konteksnya kelihatannya mengindikasikan bahwa Yesus sedang merujuk terutama
kepada Sepuluh Hukum. Ketika berkata Ia tidak datang untuk
"menghancurkan" hukum, Yesus secara harfiah mengatakan, Aku tidak
datang untuk membuat tidak berlaku atau meniadakan Sepuluh Hukum. Pernyataannya
sangat jelas dan kemungkinan besar dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa para
pemimpin agama, bukan Dia, yang sedang menghancurkan hukum, mengurangi efeknya
melalui tradisi mereka (lihat Mat. 15:3,6). Sebaliknya, dengan
mengisinya dengan makna yang lebih dalam, Kristus telah datang untuk
"menggenapi" hukum, sehingga memberikan kepada kita sebuah contoh
seperti apakah penurutan yang sempurna kepada kehendak Allah itu. (Lihat
Roma 8:3, 4).
Bacalah Kisah 7:38. Siapakah Malaikat yang berbicara kepada Musa dan memberikan kepadanya
hukum di Gunung Sinai? (Lihat Yes. 63:9; 1 Kor. 10:4). Mengapakah ini
penting?
Kisah 7:38
7:38 Musa inilah yang menjadi pengantara dalam sidang jemaah di
padang gurun di antara malaikat yang berfirman kepadanya di gunung Sinai dan
nenek moyang kita; dan dialah yang menerima firman-firman yang hidup untuk
menyampaikannya kepada kamu.
Yes. 63:9
63:9 dalam segala kesesakan mereka.
Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan
mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia
mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala.
1 Kor. 10:4
10:4 dan mereka semua minum minuman
rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka,
dan batu karang itu ialah Kristus.
"Kristus
bukan saja pemimpin orang Israel di padang belantara itu.... Tetapi adalah Dia
yang telah memberikan hukum itu kepada bangsa Israel. Di tengah- tengah
kemuliaan yang hebat di Gunung Sinai, Kristus mengumumkan di hadapan bangsa
itu sepuluh peraturan hukum Bapa-Nya. Dia pulalah yang telah memberikan kepada
Musa hukum yang terukir di atas dua loh batu"—Ellen G. White, Alfa dan
Omega, jld. 1, hlm. 435.
Fakta bahwa Kristus sendiri yang memberikan hukum
kepada Musa di gunung Sinai membuatnya bahkan lebih penting bagi kita untuk
melihatnya sebagai sesuatu yang serius. Juga, jika Si Pemberi hukum itu
sendiri lebih jauh menjelaskannya melalui pengajaran-pengajaran-Nya,
sebagaimana kita temukan di keempat Injil, kita akan melakukan dengan baik
untuk menuruti hukum itu. Seseorang akan sulit didesak untuk menemukan di dalam
hidup dan pengajaran Yesus apa saja yang menandakan bahwa Sepuluh Hukum tidak
mengikat orang-orang Kristen. Sebaliknya, perkataan dan teladan-Nya mengajarkan
kita sebaliknya.
Meskipun kita
mengetahui bahwa hukum masih mengikat, kita juga mengetahui bahwa itu tidak,
memang tidak bisa, menyelamatkan kita. (Lihat Gal. 3:21). Lalu
bagaimanakah kita memahami hubungan antara hukum dan kasih karunia?
Senin, 1 September
Yesus Memperdalam Arti Hukum
Setelah
menetapkan kekekalan Sepuluh Hukum, Yesus melanjutkan khot- bah-Nya di atas
bukit, sekarang mengajukan beberapa contoh khusus dari hukum-hukum Perjanjian
Lama. Orang-orang telah begitu salah memahami perintah-perintah khusus ini
sehingga Yesus merasakan satu kebutuhan yang mendesak akan penjelasan makna
sesungguhnya.
Perbedaan
apakah yang Yesus buat dengan setiap aspek hukum yang dinyatakan di Khotbah di
Atas Bukit? Kepada otoritas apa Ia tertarik dalam setiap kasus? Mat. 5:21-44.
Mat. 5:21-44
5:21 Kamu telah mendengar yang
difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh
harus dihukum.
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada
saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata:
Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
5:23 Sebab itu, jika engkau
mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu
yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
5:24 tinggalkanlah persembahanmu di
depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali
untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
5:25 Segeralah berdamai dengan lawanmu
selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu
jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada
pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
5:26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai
lunas.
5:27 Kamu telah mendengar firman: Jangan
berzinah.
5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia
di dalam hatinya.
5:29 Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika
satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke
dalam neraka.
5:30 Dan jika tanganmu yang kanan
menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika
satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
5:31 Telah difirmankan juga: Siapa yang
menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
5:32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya
berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat
zinah.
5:33 Kamu telah mendengar pula yang
difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan
peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
5:34 Tetapi Aku berkata kepadamu:
Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta
Allah,
5:35 maupun demi bumi, karena bumi
adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota
Raja Besar;
5:36 janganlah juga engkau bersumpah
demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan
sehelai rambut pun.
5:37 Jika ya, hendaklah kamu katakan:
ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu
berasal dari si jahat.
5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata
ganti mata dan gigi ganti gigi.
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu:
Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun
yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
5:40 Dan kepada orang yang hendak
mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
5:41 Dan siapa pun yang memaksa engkau
berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
5:42 Berilah kepada orang yang meminta
kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah
sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Perhatikan bahwa
dalam setiap contoh Yesus pertama mengutip satu ayat Perjanjian Lama (Kel.
20:13,14; UI. 5:17,18; Kel. 21:24; Im. 24:20; UI. 19:21) dan kemudian
muncul untuk membantah hal itu. Apakah Yesus mendiskredit- kan hukum? Tentu
tidak. Dengan lebih memperjelas dan memperluas apa yang para pemimpin agama
telah mempersempit kepada formalitas, Ia hanya sekadar membandingkan
pengajaran orang Farisi dengan makna sesungguhnya dari hukum.
Para rabi
menyebut tradisi sebagai otoritas mereka untuk interpretasi mereka akan hukum.
Sebaliknya, Kristus berbicara atas otoritas-Nya sendiri, sebagai Si Pemberi
Hukum. Ungkapan "tetapi Aku berkata kepadamu" muncul enam kali di
pasal ini. Siapa lagi selain Tuhan sendiri yang dapat membuat suatu pernyataan
seperti itu?
Yang menarik
adalah bahwa tuntutan Kristus secara radikal jauh melampaui bentuk sederhana
dari hukum. Pengajaran-Nya termasuk semangat di balik huruf-huruf hukum. Roh
yang mengajarkan arti dan kehidupan yang jika tidak hanya bisa menjadi
formalitas belaka. Menuruti hukum, di dalam dan dari dirinya sendiri,
sebagaimana berakhir di dalam dirinya sendiri, tidak memimpin kepada apa-apa
selain kematian jika hukum tidak dimengerti sebagai satu ekspresi dari artinya
diselamatkan oleh kasih karunia.
Pertimbangkan
sikap ahli-ahli Taurat dan orang Farisi sebagaimana dijelaskan dalam Matius
23:5, 23-28. Bagaimanakah kita bisa menuruti perintah-perintah Allah dengan
segenap jiwa tanpa jatuh ke dalam kemunafikan dan legalisme yang sama? Peran
penting apakah yang pemahaman akan kasih karunia mainkan dalam menghindarkan
kita dari legalisme?
Selasa, 2 September
Yesus dan Hukum Ketujuh
Bagaimanakah
Yesus memperluas makna hukum, sebagaimana terlihat dalam Matius 5:27, 28?
Apakah yang Ia katakan di ayat 29 dan 30? Bagaimana kita menyikapi kata-kata
ini?
Matius 5:27, 28, 29, 30
5:27 Kamu telah mendengar firman: Jangan
berzinah.
5:28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia
di dalam hatinya.
5:29 Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika
satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke
dalam neraka.
5:30 Dan jika tanganmu yang kanan
menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika
satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
Di perikop ini
Kristus merujuk kepada dua hukum: ketujuh dan kesepuluh. Sampai saat itu, orang
Israel menganggap berzina hanya kepada tindakan fisik seksual secara terbuka
dengan pasangan orang lain. Yesus menunjukkan bahwa dalam kenyataannya, oleh
karena perintah kesepuluh, perzinaan juga mencakup pikiran dan keinginan nafsu.
Di ayat 29 dan
30, Kristus menggunakan kiasan. Tentu saja, seseorang bisa saja menyanggah
bahwa akan lebih baik menjalani hidup dimutilasi daripada kehilangan kekekalan
bersama Kristus. Namun, daripada menunjuk kepada mutilasi, yang akan
bertentangan kepada pengajaran Alkitab lainnya (lihat Ini. 19:27, 28;
21:17-20), Yesus sedang merujuk kepada pengendalian pikiran dan gerakan hati
seseorang. Dalam referensi-referensi-Nya untuk mencabut mata atau memotong
tangan, Kristus sedang berbicara secara kiasan tentang pentingnya mengambil
keputusan dan tindakan tegas untuk menjadi diri sendiri melawan godaan dan
dosa.
Apakah yang
ditanyakan orang Farisi pada Yesus dalam Matius 19:3, dan mengapa itu sebuah
pertanyaan yang menjebak? (Lihat ayat 7). Apakah jawaban Yesus?
(Lihat Mat. 19:4-9; bandingkan dengan Mat. 5:31, 32).
Matius 19:3
19:3 Maka datanglah orang-orang Farisi
kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan
orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"
ayat 7
19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika
demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika
orang menceraikan isterinya?"
Mat. 19:4-9;
19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu
baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka
laki-laki dan perempuan?
19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki
akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging.
19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia."
19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika
demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika
orang menceraikan isterinya?"
19:8 Kata Yesus kepada mereka:
"Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu,
tetapi sejak semula tidaklah demikian.
19:9 Tetapi Aku berkata kepadamu:
Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan
perempuan lain, ia berbuat zinah."
Mat. 5:31, 32
5:31 Telah difirmankan juga: Siapa yang
menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
5:32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya
berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat
zinah.
Keduanya
(Mat. 5:31 dan 19:7) mengutip Ulangan 24:1. Di zaman Yesus ada dua sekolah
rabi-rabi yang menginterpretasikan ayat ini dalam dua cara yang berbeda:
Hillel memahaminya untuk mengizinkan perceraian dengan alasan apa saja,
sementara Shammai menginterpretasikan itu dengan arti hanya perzinaan
yang jelas. Orang Farisi mencoba menjebak Yesus untuk memihak kepada salah satu
sekolah. Namun, mereka telah mengabaikan fakta bahwa bukanlah rencana awal
Allah bagi siapa saja untuk bercerai, sesungguhnya, itulah sebabnya Yesus
berkata: "apakah yang telah dipersatukan oleh Allah, lidak boleh
diceraikan manusia" (Mat. 19:6). Kemudian, karena
"kekerasan" hati mereka, mereka bertanya, mengapa Allah mengizinkan
seorang pria memberikan kepada istrinya "surat cerai" "jika ia
mendapati yang tidak senonoh padanya" (UI. 24:1). Kristus
mengoreksi penyalahgunaan ayat ini dengan mengangkat kekudusan dan keabadian
pernikahan: Satu-satunya penyebab perceraian, di hadapan Allah, adalah
"pelanggaran susila seksual" atau "perzinaan" (dalam bahasa
Yunani, harfiah "zina").
Seberapa
seriuskah kita menuruti amaran Yesus tentang mencongkel mata kita atau memotong
tangan? Berapa seriuskah sebuah amaran yang Ia bisa berikan kepada kita tentang
apa yang bisa dilakukan oleh dosa terhadap kehidupan kekal kita? Jika amaran
ini menakutkan Anda, bagus. Demikianlah seharusnya.
Rabu, 3 September
Yesus dan Hukum Kelima
Dalam pertemuan
lain yang Yesus alami dengan para ahli Taurat dan orang Farisi (Mat.
15:1-20; lihat juga Mrk. 7:1-13), mereka menanyakan kepada- Nya tentang satu tradisi
dari para nenek moyang, yang tidak ditemukan dalam Hukum Musa. Tradisi ini
menetapkan bahwa seseorang harus secara ritual mencuci tangannya sebelum makan,
sesuatu yang telah abaikan oleh murid-murid Yesus. Kristus segera merespons
dengan mengutip tradisi lainnya dari orang Farisi, sesuatu yang membatalkan
hukum kelima.
Sebelum
menganalisis tanggapan Kristus, kita perlu memahami bahwa tradisi yang orang
Farisi telah tetapkan, disebut Corban, berasal dari sebuah kata yang
berarti "sebuah pemberian." Ketika seseorang menerapkan kata-kata,.
"Ini adalah Corban" untuk apa saja, itu dianggap sebagai
sebuah sumpah; itu adalah sesuatu yang didedikasikan kepada Allah dan Bait
Suci.
Baca Markus
7:9-13. Dalam hal-hal apakah tradisi orang Farisi merupakan pelanggaran hukum
kelima yang begitu halus? Pertimbangkan pentingnya membawa persembahan di
hadapan Allah (Kel. 23:15; 34:20) dan kekudusan sebuah sumpah yang
dibuat di hadapan Allah (Ul. 23:21- 23).
Markus 7:9-13
7:9 Yesus berkata pula kepada mereka:
"Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat
memelihara adat istiadatmu sendiri.
7:10 Karena Musa telah berkata:
Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya
harus mati.
7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang
berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan
untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada
Allah --,
7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi
berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
7:13 Dengan demikian firman Allah kamu
nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal
lain seperti itu yang kamu lakukan."
Kel. 23:15;
34:20
23:15 Hari raya Roti Tidak Beragi
haruslah kaupelihara; tujuh hari lamanya engkau harus makan roti yang tidak
beragi, seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu, pada waktu yang ditetapkan
dalam bulan Abib, sebab dalam bulan itulah engkau keluar dari Mesir, tetapi
janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa.
34:20 Tetapi anak yang lahir terdahulu
dari keledai haruslah kautebus dengan seekor domba; jika tidak kautebus,
haruslah kaupatahkan batang lehernya. Setiap yang sulung dari antara
anak-anakmu haruslah kautebus, dan janganlah orang menghadap ke hadirat-Ku
dengan tangan hampa.
Ul. 23:21- 23
23:21 "Apabila engkau bernazar
kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab
tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi
dosa bagimu.
23:22 Tetapi apabila engkau tidak bernazar,
maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu.
23:23 Apa yang keluar dari bibirmu
haruslah kaulakukan dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada
TUHAN, Allahmu, sesuatu yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri."
Tampaknya
seolah-olah orang Farisi telah menemukan alasan yang sempurna untuk menyangkal
hak orangtua mendapatkan bantuan. Mereka telah memperluas prinsip-prinsip yang
solid yang ditemukan di dalam lima kitab Taurat dan mengubahnya menjadi
perintah buatan manusia, yang, dalam pemikiran para pemimpin mereka sendiri,
dapat menggantikan salah satu dari perintah- perintah Allah. Ini bukan
satu-satunya kesempatan Yesus berurusan dengan penyimpangan rohani yang sama:
"Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar
persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu
mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain
jangan diabaikan" (Luk. 11:42). Mereka harus menuruti kedua
perintah itu, pertama oleh menghormati ayah dan ibu mereka, tanpa
mengesampingkan pemberian mereka kepada Tuhan.
Tidak heran
Yesus menyimpulkan argumen-Nya dengan menerapkan kepada orang Farisi sebuah
penjelasan yang Yesaya buat 700 tahun sebelumnya: "Bangsa ini memuliakan
Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada- Ku. Percuma mereka
beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia" (Mat. 15:8, 9). Kembali, Kristus meninggikan menegakkan
Sepuluh Hukum dan membandingkan posisi-Nya dengan orang- orang Farisi.
Dalam hal
apakah, Anda mungkin mencari sedikit celah untuk menghindar agar melakukan apa
yang jelas menjadi tugas Anda?
Kamis, 4 September
Yesus dan Inti Hukum
Bacalah Matius
19:16-22. Dari rincian langsung kisah khusus ini, kebenaran luas dan penting
apakah yang bisa kita peroleh dari catatan ini tentang hukum dan apa yang
diperlukan untuk menuruti hukum?
Matius 19:16-22
19:16 Ada seorang datang kepada Yesus,
dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?"
19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya
engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi
jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah
Allah."
19:18 Kata orang itu kepada-Nya:
"Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan
berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya:
"Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
19:21 Kata Yesus kepadanya:
"Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan
berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di
sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
19:22 Ketika orang muda itu mendengar
perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Orang muda yang
kaya tidak dapat memahami bahwa keselamatan dari dosa tidak datang dari
mengikuti hukum, meskipun dengan ketat. Sebaliknya, itu datang dari si Pemberi
hukum, Juruselamat. Orang Israel telah mengetahui kebenaran ini sejak mulanya,
tetapi mereka telah melupakannya. Sekarang Yesus menetapkan apa yang mereka
seharusnya perhatikan dari awal: Bahwa penu- rutan dan penyerahan yang penuh
kepada Allah begitu menyatu sehingga yang satu tanpa yang lainnya hanya menjadi
kehidupan Kristen yang berpura-pura. "Penurutan yang kurang dari itu tidak
dapat diterima. Penyerahan diri sendiri merupakan bahan ajaran Kristus. Sering
ajaran itu dikemukakan dan diperintahkan dalam bahasa yang tampaknya bersifat
memerintah, sebab tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia daripada
menghilangkan perkara- perkara yang, jika diberi peluang, akan menurunkan
akhlak segenap tubuh."— Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld 6, hlm. 140.
Dalam pertemuan
lainnya, orang Saduki telah menanyai Kristus tentang kebangkitan, dan Yesus
telah mengejutkan dan membungkam mereka dengan jawaban-Nya. Jadi, sekarang
orang-orang Farisi berkumpul bersama, siap untuk membuat upaya terakhir guna
menuntun Juruselamat agar mengatakan sesuatu yang mereka bisa tafsirkan
sebagai yang melawan hukum. Mereka memilih seorang pengacara menanyai Yesus
tentang hukum mana yang paling penting (Mat. 22:35-40).
Pertanyaan sang
pengacara kemungkinan besar muncul dari usaha para rabi untuk menyusun semua
perintah berdasarkan urutan pentingnya. Jika dua perintah tampaknya berada
dalam konflik, satu yang lebih penting akan diprioritaskan dan membiarkan
seseorang bebas untuk melanggar yang kurang penting. Orang-orang Farisi
terutama sekali meninggikan empat hukum pertama dari Sepuluh Hukum sebagai
lebih penting dari enam hukum yang terakhir dan, akibatnya, mereka gagal ketika
tiba kepada masalah-masalah praktik keagamaan.
Yesus menjawab
dengan cara yang luar biasa: Pertama, dan yang paling penting, harus ada cinta
di dalam hati sebelum seseorang bisa mulai menuruti hukum Allah. Penurutan
tanpa kasih adalah mustahil dan tak berarti. Namun, di mana ada kasih sejati
kepada Allah, seseorang akan tanpa syarat menempatkan hidupnya selaras dengan
kehendak Allah seperti yang diungkapkan dalam seluruh sepuluh perintah-Nya.
Itulah sebabnya Yesus selanjutnya mengatakan: "Jikalau kamu mengasihi Aku,
kamu akan menuruti segala permtah-Ku" (Yoh. 14:15).
Jumat, 5 September
Pendalaman: Ellen G. White, "Makna Rohani Hukum Allah," hlm. 55-90, dalam
Khotbah di Atas Bukit; "Khotbah di Atas Bukit," hlm. 317-335,
dalam Alfa dan Omega, jld. 5, dan "Pertentangan," hlm.
227-127, dalam Alfa dan Omega, jld. 6.
"Menyatakan hukum itu, Yesus berkata, 'Aku
datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya'...; yakni
untuk memenuhi ukuran tuntutan hukum, untuk memberikan suatu contoh dari
persesuaian yang sempurna kepada kehendak Allah.... Misi-Nya adalah untuk
;memberi pengajaran-Nya yang besar dan mulia.' Yesaya 42:21. Dia harus
menunjukkan sikap rohani dari hukum itu, untuk menunjukkan prinsip-prinsipnya
yang luas dan untuk menjelaskan kewajiban yang abadi.... Yesus, citra yang
jelas dari diri Bapa itu, cahaya dari kemuliaan-Nya; Penebus yang menyangkal
diri, sepanjang perjalanan hidup-Nya yang penuh kasih di atas dunia adalah
suatu gambaran hidup dari sifat hukum Allah. Di dalam kehidupan-Nya dinyatakan
bahwa kasih yang lahir dari surga, prinsip-prinsip yang menyerupai Kristus,
mendasari hukum- hukum kejujuran yang abadi."—Ellen G. White, Khotbah
di Atas Bukit, hlm. 59, 60.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.
Dalam hal apakah kita dapat jatuh
ke dalam pencobaan menjadi legalistik demi ketaatan kita terhadap hukum,
sebagaimana orang-orang Farisi? Di sisi yang lain, apakah bahaya yang muncul
ketika kita beranggapan bahwa mengasihi Allah membebaskan kita dari menuruti
hukum-Nya? Buatlah sebuah daftar dari cara-cara praktis di mana kita bisa
menghindari jatuh ke dalam satu atau perangkap lainnya di masa ini. Bawalah ide
Anda untuk dibagikan dengan kelas Anda.
2.
Seperti yang kita ketahui,
pandangan terhadap keabsahan Sepuluh Hukum sering hanyalah sebuah upaya untuk
menyentuh Sabat hari ketujuh. Ulangi semua kisah penyembuhan pada juga Sabat
dalam kitab-kitab Injil. Bagaimana mereka menegaskan bukan hanya kelangsungan
keabsahan hukum Allah tetapi hari Sabat hari ketujuh? Mengapa kata-kata dan
teladan Yesus adalah tempat terakhir yang harus dituju oleh siapa saja yang
ingin menyangkal hari Sabat?
3.
Ahli-ahli teologi kadang
berbicara tentang "moral alam semesta." Apakah artinya itu?
Bagaimanakah alam semesta kita adalah tempat moral? Jika ya, menurut Anda apa
yang membuatnya demikian? Apakah peran yang hukum Allah miliki dalam moral
alam semesta ini? Mungkinkah alam semesta menjadi tempat moral tanpa Allah
yang memiliki hukum moral untuk mengaturnya? Diskusikan. Bagaimana ide hukum
Allah dalam moral alam semesta menolong menjelaskan usaha Setan untuk
melemahkan hukum itu?
penuntun guru
Ringkasan Pelajaran
Ayat Inti: Yohanes 14:15
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Memahami bahwa sifat hukum yang kekal memiliki implikasi yang besar bagi
komunikasi Kekristenan tentang keselamatan.
Merasakan: Berpeganglah dengan aman dalam pengetahuan bahwa orang percaya melayani
Allah yang konsisten di mana tabiat dan prinsip-prinsip-Nya tidak pernah
berubah.
Melakukan: Undanglah
Kristus, di mana kuasa-Nya yang mengubahkan saja yang dapat mendorong keinginan
untuk melakukan kehendak-Nya, setiap hari ke dalam hati.
Garis Besar Pelajaran:
1.
Mengetahui:
Kematian Kristus di Kalvari Menyaksikan Kekekalan Hukum Ilahi.
A.
Mengapakah Yesus tidak
mendefinisikan ulang pelanggaran hukum dengan cara mengubah hukum yang dengan
demikian menghindari pembayaran hukuman atas pelanggaran?
B.
Dengan cara bagaimanakah cara
hidup, ajaran, dan kematian Yesus di Kalvari memperdalam arti hukum dan
menegaskan kepentingannya?
2.
Merasakan:
Umat Percaya Diam dengan Tenang karena Mengetahui bahwa Mereka Melayani Seorang
Allah yang Tabiat dan Prinsip-prinsip-Nya, Sebagaimana yang Dinyatakan Melalui
Hukum Allah, Tidak Pernah Berubah.
A.
Bagaimanakah mungkin orang
Kristen merasa melayani Allah yang seperti bunglon yang bersikap mengubah-ubah
tuntutan-Nya?
B.
Bagaimanakah umat percaya
memastikan orang lain tentang konsistensi Allah ketika mereka telah bertumbuh
di lingkungan-ling- kungan jurang orang-orang yang tidak konsisten?
C.
Apakah dampak orang Kristen
"bunglon" bagi penyebaran Injil?
3.
Melakukan:
Meskipun Penurutan Tidak Bersandar pada Kuasa Kemauan Manusia, Roh Allah dapat
Menguatkan Kita untuk Menurut.
A.
Kebiasaan apakah yang kita
masukan ke dalam jadwal padat kita yang akan mendorong kebergantungan yang
penuh atas Roh Kudus untuk kuasa melakukan kehendak Allah?
B. Hal-hal apakah yang umat percaya dapat lakukan supaya orang yang tidak
percaya tertarik kepada kehidupan benar oleh karena melihat teladan-teladan
yang menghidupkan prinsip-prinsip Ilahi?
Rangkuman: Hukum Allah yang konsisten menyediakan kestabilan dan keamanan. Kasih
karunia Allah memfasilitasi kehidupan yang selaras oleh keberadaannya.
Siklus Pelajaran
Langkah 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: Matius 5:17-19.
Konsep
Kunci untuk Pertumbuhan Rohani: Orang Kristen yang menurut
hukum Allah yang abadi dengan sepenuh hati menempatkan diri mereka bagi, dan
menyatakan kepada orang lain, berkat surga yang terbesar.
Untuk
Guru: Alam semesta yang harmonis bergantung pada sesuatu yang tak berubah-ubah.
Hukum gravitasi sama berlakunya pada pagi dan malam hari, Februari dan
September, di Amsterdam dan di Marrakesh. Pembangunan tidak akan dapat berjalan
tanpa kebergantungan pada hukum alam. Demikian juga kekekalan hukum rohani,
berlaku secara menyeluruh. Perzinaan adalah tidak bermoral pada masa Daud
berkuasa di Yerusalem, dan perselingkuhan adalah tetap tidak bermoral di
Tallahassee, Florida USA, pada zaman sekarang ini. Pembunuhan terhadap Nabot
oleh Izebel sekitar tiga ribu tahun yang lalu di Samaria adalah kejahatan;
demikian juga pembunuhan di Montreal atau Oslo sekarang ini. Peraturan Ilahi
berlaku untuk semua, apa pun tingkat sosialnya, kebangsaannya, kemakmuran
pribadinya, hubungan politiknya, dan jenis kelaminnya. Di mana undang-undang
manusia menghadang peraturan Ilahi, moralitas akan menderita. Namun demikian
standar surgawi tetap tidak berubah. Hukum yang dibuat oleh manusia
berubah-ubah, terombang-ambing oleh buah pikiran manusiawi yang tidak tetap dan
tekanan-tekanan sosial. Tetapi, "Yesus .Kristus tetap sama, baik kemarin
maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibrani 13:8).
Kegiatan
Pembuka: Pilihlah beberapa kegiatan olahraga yang populer dengan yang peraturannya
Anda ketahui. Bahaslah apa yang akan terjadi kalau aturan-aturan itu berubah
dari pertandingan ke pertandingan. Pertimbangkan konsekuensi-konsekuensi oleh
karena adanya aturan-aturan yang berbeda dari satu tim atau kelompok.
Bagaimanakah konsep-konsep seperti keadilan, tak berpihak, dan keseimbangan
akan dikorbankan? Bagaimanakah pembatasan-pembatasan yang selalu berubah-ubah
dapat berdampak pada rencana jangka panjang? Apakah keuntungan-keuntungan yang
diperoleh dari keseragaman standar bagi setiap orang? Keuntungan-keuntungan
apakah yang dihasilkan dari pelaksanaan aturan-aturan secara konsisten?
Pertimbangkan
Ini: Pernahkah Anda ikut permainan meja, atau permainan-permainan yang
seperti itu, dan bermain bersama orang yang memaksakan aturan-aturan pribadi
mereka bukannya yang dibuat oleh pabrik atau yang secara tradisi telah diterima?
Mengapakah adalah mustahil bagi Anda untuk menghormati Allah apabila Dia
terus-menerus berubah dalam perintah-perintah-Nya?
Langkah 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Para pemimpin
gereja telah berdebat tentang topik hukum sejak awal sejarah Kekristenan.
Beberapa guru, berharap untuk menghindari sikap ekstrem Farisi, yang secara
jelas telah menghilangkan hukum dari ajaran-ajaran mereka. Para agamawan
sependapat melaksanakan penurutan pada beberapa hukum. Pezina ingin larangan
mencuri dilaksanakan, tetapi perzinaan tidak perlu dihukum. Mereka menyukai
permainan nafsu. Koruptor ingin agar undang-undang antipenyiksaan manusia
dijalankan, tetapi tidak untuk pencurian. Oleh karena penggelapan itu berarti
kehidupan mereka. Kelompok geng membunuh dengan sengaja tetapi menuntut kesetiaan sepenuhnya
dari sesama rekan. Bahkan para pendeta dan guru suka memilih hukum yang mana
untuk dituruti atau diabaikan. Tetapi sesungguhnya, setiap sikap pelanggaran
ada konsekuensinya.
Komentar Alkitab
I. Hukum Allah yang Kekal dan Hukum-Nya yang Tidak
Berubah
(Pelajari kembali bersama, kelas Matias 5:17-44).
Di sepanjang
sejarahnya, Kekristenan telah menghasilkan pertentangan yang meluas sehubungan
dengan pengertian hukum yang sebenarnya. Seorang penyesat di abad kedua,
Marcion, yang sebelumnya menuntut penurutan yang meluas di seluruh Asia Kecil,
berpendapat tentang perbedaan yang dibesar-besarkan antara hukum dan Injil.
Menurut dia, hukum adalah milik Allah Perjanjian Lama, yang berfokus pada
keadilan dan penghukuman. Berlawanan dengan itu, Injil adalah milik Allah
Perjanjian Baru, satu lembaga yang terpisah dari Allah Perjanjian Lama, yang
berfokus pada rahmat keselamatan. Sementara menyangkal tuduhan sebagai seorang
yang anti-hukum (menolak nilai penurutan kepada hukum Ilahi), pandangan
teologi Marcion secara efektif menghancurkan setiap peran yang tepat dari hukum
Ilahi.
Antinomianism (berasal dari anti "melawan" ditambah nomos
"hukum") berkembang selama Abad Pertengahan bagian akhir, ini adalah
sebuah reaksi terhadap legalisme monastik. Penentangan monastisisme terhadap
kegagalan moral adalah praktik asketik, di mana gairah kedagingan ditekan
melalui tindakan tidak berbicara, mencambuk diri, dan "perbuatan-perbuatan
pembenaran" lainnya. Ajaran-ajaran Kekristenan tentang kebebasan
menentang sikap menghukum diri sendiri dengan siksaan jiwa dan fisik seperti
ini; akan tetapi para ekstremis mulai mengajarkan bukan kebebasan terhadap tuntutan
hukum tetapi kebebasan dari penurutan kepada hukum. Secara menyedihkan, versi
yang ekstrem dari kebebasan rohani mengabaikan kebutuhan untuk pengakuan
pribadi dan dorongan kuasa Roh dan penyucian yang tertuntun. Akhirnya hal ini
menuntun kepada pencarian kesenangan yang tidak terkendali dan kesombongan
rohani.
Teologi
dispensasionalisme oleh John Darby secara sembrono memasukkan pemikiran
Marcion. Pandangan filosofinya adalah bahwa Tuhan berinteraksi dengan manusia
dengan cara yang berbeda-beda selama periode-periode sejarah yang berbeda. Ini
adalah serangan yang tidak tahu malu melawan konsistensi Ilahi, mirip yang
dicerminkan oleh keyakinan Marcion kepada Allah yang berbeda-beda, hanya saja
Darby membuat doktrinnya tentang satu Allah yang bertindak dengan dua cara yang
berbeda. Allah bertindak dengan penuh rahmat selama periode Injil,
menghancurkan keinginan untuk memelihara hukum. Tuhan pada akhirnya sadar bahwa
larangan-larangan-Nya pada hukum-hukum Musa tidak dapat dicapai, untuk
memperbaiki masalah itu demi generasi-generasi berikutnya Ia membatalkan
instruksi-instruksi Musa. Kalau begitu, kasihan sekali, para pengikut Musa
terlahir terlalu awal.
Bandingkan
teologi-teologi yang berbelit-belit ini dengan pernyataan tegas Kristus,
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap
langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari
hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah
satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya
demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di
dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala
perintah-perintah hukum Taurat, ia akan mendu
duki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga" (Matius 5:17-19).
Pertimbangkan
Ini: Pelanggaran hukum (dosa) menyebabkan kematian Kristus. Mengapakah Yesus
tidak menghapuskan hukum-Nya. untuk menyesuaikan kepada praktik-praktik yang
berlaku dan lalu mengakhiri pelanggaran hukum? Tidakkah ini akan lebih sangat
mudah dan lebih sedikit menyakitkan? Bahaslah.
II. Aplikasi Spesifik dari Hukum yang Konsisten
(Pelajari kembali bersama kelas, Matius 5:27-30 dan Markus 7:1-13).
Ayat-ayat ini
mengungkapkan bagaimana Yesus mencapai tujuan dari hukum Ilahi. Aplikasi
pertama membahas hukum ke-tujuh. Penegasan Yesus terhadap dosa pikiran, bukan
sekadar tindakan, merefleksikan tujuan hukum yang lebih dalam di mana hanya
menginginkan istri orang lain saja adalah dosa. Kristus menggunakan prinsip
yang sama ini kepada hukum-hukum yang lain. Pembunuhan bukan hanya terbatas kepada
pembunuhan yang direncanakan tetapi termasuk kebencian, kemarahan yang menuduh
bahkan cercaan kasar. Bila dipahami dengan benar, hukum yang ke-enam ini tidak
mengizinkan dendam pribadi dan memerintahkan untuk mengasihi musuh. Kejujuran
dan kebaikan sama-sama ditinggikan. Tidak boleh lagi puas hanya dengan
melakukan kebaikan yang minimal. Motif mendorong tindakan. Pelayanan yang sepenuh
hati menjadi ukuran.
Di bagian lain Kristus menegur tradisi-tradisi
Farisi yang tidak Alkitabiah. Bantahan Yesus yang utama adalah upacara-upacara
pemurnian mereka telah menggantikan tingkah laku etis yang telah dinyatakan
oleh hukum-hukum Allah. Sementara para komentator Yahudi sangat menghargai
orangtua dan mengartikan hukum yang kelima sebagai termasuk menyokong orangtua
yang berumur lanjut, namun mereka juga mengizinkan Corban sebagai
pengganti tanggung jawab yang seperti itu. Di zaman dulu, Corban muncul
pada peralatan upacara korban, yang artinya "dikuduskan." Hal-hal
yang dinyatakan sebagai Corban dikhususkan hanya untuk Tuhan dan
dilarang bagi orang lain. Anak-anak yang serakah, dengan penuh semangat menahan
sokongan mereka untuk orangtua, lalu menyatakan bahwa sumber-sumber keuangan
mereka adalah Corban, dengan demikian terbatas hanya untuk donasi-donasi
upacara Bait Suci dan maka tidak bisa digunakan untuk menyokong orangtua.
Secara realistik, mereka menyimpan harta bagi mereka sendiri, memanfaatkan
celah-celah keagamaan untuk membenarkan keserakahan mereka. Sementara tunduk
kepada hukum Tuhan secara dangkal, pada prak- tiknya mereka melawan hukum
Tuhan. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh
dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka
ajarkan ialah perintah manusia" (Matius 15:8-9).
Pertimbangkan
Ini: Manakah anggapan yang lebih baik, pandangan antinomian (antihukum) dan
menyerang penurutan kepada hukum Ilahi atau di depan umum mengaku mendukung
hukum tetapi secara diam-diam meremehkan hukum? Bagaimanakah pertobatan
mengubah apa pun pandangan itu?
Langkah 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Manakah yang lebih mudah, secara verbal mendukung hukum Allah atau
bertindak mengaplikasikannya bagi hidup kita? "Berbicara adalah
murahan." "Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata."
Pernyataan-pertanyaan ini benar, bahkan, menggaris-bawahi pentingnya aplikasi.
Yesus mengangkat pertanyaan ini pada sebuah perumpamaan di mana dua anak di tugaskan untuk mengurus kebun anggur ayah mereka. Yang pertama mengeluh
tetapi akhirnya menyesal dan mengerjakannya. Yang kedua segera menyanggupi
tetapi sama sekali tidak melakukan apa-apa. Lalu Kristus bertanya kepada para
pendengarnya untuk menunjuk mana anak yang penurut. Bagaimanakah keanggotaan
Anda pada awalnya dikenal, suka melawan tetapi kemudian suka bekerja.sama;
segera menurut tetapi sesungguhnya menyesatkan; atau penurut yang tulus?
Kristus berkata, "Kalau engkau mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala
perintah-Ku" (Yohanes 14:15). Pernyataan yang paling fasih dalam mendukung
kekekalan hukum Allah datang bukan dari disertasi seminari tetapi dari
kehidupan orang-orang yang konsisten hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Bagaimanakah orang percaya hidup demikian?
Pertanyaan-Pertanyaan:
ü Bagaimanakah umat percaya secara aktif menghidupkan maksud-maksud yang positif
dari hukum ilahi? (Pengertian lain, maksud-maksud yang positif dari frasa negatif
perintah "Jangan berbuat zina" adalah kesetiaan pasangan. Maksud
positif dari frasa negatif "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang
sesamamu" adalah kejujuran sepenuhnya).
ü Bagaimanakah orang percaya dengan sukacita mengalami pemeliharaan hukum bukannya
mengeluh dalam menjalankan hukum-hukum Ilahi?
ü Bagaimanakah orang percaya mengkomunikasikan pentingnyapemeliharaan hukum kepada yang
non-percaya tanpa bersikap Farisi?
ü Perlindungan apakah yang bisa dipakai orang Kristen untuk memastikan bahwa
pe- nurutan yang murni tidak menjadi keselamatan yang berdasarkan hukum di satu
pihak atau penurutan yang di mulut saja di pihak lain?
ü Bagaimanakah Injil dapat dinyatakan supaya mereka yang tidak percaya
mengerti keselarasan Alkitab di antara Injil dan hukum?
Langkah 4—Menciptakan
Untuk
Guru: Kekristenan yang sejati bukanlah tentang apa yang orang percaya tidak
lakukan melainkan tentang apa yang secara positif mereka usahakan.
Aturan-aturan sifatnya terikat oleh keterbatasan bahasa: "Jangan melebihi
dua puluh lima mil per jam." "Jangan ambil barang-barang yang bukan
milik Anda." Keterbatasan-keterbatasan ini, syukurnya, menjaga
keteraturan. Hal-hal itu membatasi tindakan-tindakan yang menghancurkan
hubungan-hubungan. Kadang-kadang para suami secara teknik setia kepada
pasangannya tetapi juga kurang memperhatikan. Kadang-kadang orang menahan diri
dari mencuri tetapi melewati orang yang kelaparan, tidak tersentuh.
Prinsip-prinsip kasih dan berbagi tidaklah secara teknis melanggar dan tidak
juga secara aktif merangkul. Mengabaikan ekspresi-ekspresi positif dari
hukum-hukum Allah secara terus-menerus menuntun kepada legalisme.
Aktivitas: Ciptakan Sepuluh Hukum "positif' dengan cara menulis ulang yang aslinya
untuk mengekspresikan, secara proaktif, cara-cara untuk membangun hubungan yang
penuh kasih. Setelah menyelesaikan tugas-tugas ini, kumpulkan pendapat-pendapat
tentang cara-cara untuk menghidupkan secara aktif prinsip-prinsip ini melalui
tindakan-tindakan. Pilihlah, sedikitnya, satu tindakan yang Anda tetapkan
untuk berusaha lakukan pada pekan mendatang ini.
Pelajaran 11 6-12 September
Sabat
SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Yoh. 1:1-3; Mat. 12:1-5; Luk. 4:16-21; Yoh. 5:16,17; Mat. 24:20.
AYAT HAFALAN: "Lalu Yesus berkata kepada mereka,'Hari Sabat
diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia
adalah Tuhan atas hari Sabat'" (Mrk. 2:27,28).
elalui pelayanan-Nya, para pemimpin agama menantang pemelihara
sebagai Tuhan atas hari Sabat (Mat. 12:8; Mrk.
2:28; Luk. 6:5). Ia juga menunjukkan bahwa bagaimana seharusnya memelihara
hari Sabat.
Saat ini kita
dihadapkan bukan hanya dengan tantangan "pemeliharaan yang benar"
dari hari Sabat tetapi juga dengan keyakinan yang populer bahwa hari Minggu,
bukanlah hari Sabat, adalah hari perhentian. Mereka mendukung hari Minggu,
namun, tidak ada yang mendukung mereka di dalam kitab-kitab Injil.
Perdebatan-perdebatan Sabat dalam kitab-kitab Injil hanya berbicara tentang
bagaimana Sabat dipelihara, tidak pernah dengan kapan. Kehidupan dan pengajaran
Yesus tidak meninggalkan keraguan bahwa Sabat hari ketujuh akan berlangsung
sebagai hari perhentian Allah, bahkan setelah kematian dan kebangkitan-Nya.
Pekan ini kita
akan membahas hubungan Kristus kepada asal mula dan kepemilikan hari Sabat.
Selanjutnya, kita akan mempelajari teladan dan pengajaran Yesus mengenai
pemeliharaan hari Sabat. Akhirnya, kita akan melihat hari Sabat seperti yang
terlihat di dalam pengajaran-Nya dan dalam teladan para murid-Nya setelah
kebangkitan.
an Sabat Kristus. Ketika dikritik, Kristus menekankan otoritas-Nya.
Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 13 September.
No comments:
Post a Comment