Hidup Seperti Yesus
SABAT
PETANG
Baca untuk Pelajaran Pekan Ini: Mat. 9:36; Mrk.
10:21; Luk. 10:30- 37; Mat. 25:31-46; Luk. 6:32-35; Yoh. 15:4-12.
AYAT HAFALAN: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling
mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus
saling mengasihi" (Yoh. 13:34).
Bertolak belakang dengan apa yang
banyak orang pikirkan, perintah untuk mengasihi sesama kita bukanlah sesuatu
yang baru yang diajarkan oleh Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Allah
telah memerintahkan umat-Nya untuk "mengasihi sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri" (Im. 19:18) dan untuk "mengasihi [orang asing]" seperti
dirimu sendiri (Im. 19:34).
Lalu mengapa
Yesus berkata, "Perintah baru Aku berikan kepadamu"? Hal baru dari
pengajaran Yesus adalah bahwa di dalamnya ada ukuran yang baru
"sebagaimana Aku telah mengasihimu." Sebelum penjelmaan Kristus, manusia
tidak memiliki manifestasi yang lengkap akan kasih Allah. Sekarang, melalui
hidup yang tidak mementingkan diri dan kematian-Nya, Yesus mendemonstrasikan
arti yang sebenarnya dan yang terdalam dari kasih itu.
"Kasih
adalah unsur di mana Kristus bergerak dan berjalan dan bekerja. Ia datang untuk
merangkul dunia dalam lengan kasih-Nya.... Kita harus mengikuti teladan yang
ditetapkan oleh Kristus, dan menjadikan-Nya pola kita, sampai kita akan
memiliki kasih yang sama bagi sesama sebagaimana Ia telah tunjukkan kepada
kita."—Ellen G. White, Oar Father Cares, hlm. 27.
Pekan ini, sebagaimana kita merenungkan kelembutan,
rasa simpatik, perhatian, dan kehidupan kasih Yesus yang penuh, biarlah hati
kita dijamah dan dibentuk oleh prinsip aktif kasih Ilahi-Nya, yang adalah cap
air dari Kekris- tenan yang sejati.
* Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 16 Agustus.
Minggu, 10 Agustus
Bagaimana
Yesus Hidup
Meskipun terus-menerus berada di bawah serangan
sengit Setan, Yesus menghidupkan kehidupan pelayanan kasih tidak mementingkan
diri. Prioritasnya selalu berpusat pada orang lain, bukan diri-Nya sendiri.
Dari masa kanak- kanak hingga salib, Ia menunjukkan tabiat lembut yang stabil
untuk melayani orang lain. Tangan-Nya selalu bersedia meredakan setiap kasus
penderitaan yang Ia rasakan. Dengan penuh cinta Ia merawat mereka yang dianggap
oleh masyarakat tidak berharga, seperti anak-anak, perempuan, orang asing,
penderita kusta, pemungut cukai. Ia "datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani" (Mat. 20:28). Oleh karena itu, Ia "yang
berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang
dikuasai Iblis" (Kisah. 10:38). Simpati dan minat penuh kemurahan
bagi kesejahteraan orang lain adalah lebih penting bagi-Nya daripada memuaskan
kebutuhan fisik-Nya sendiri dalam hal makanan atau tempat berlindung.
Sesungguhnya, bahkan di kayu salib, dia lebih peduli kepada ibu-Nya daripada
yang Ia lakukan terhadap penderitaan-Nya sendiri (Yoh. 19:2-27).
Apakah yang Matius 9:36; 14:14
dan 15:32 ajarkan kepada kita tentang bagaimana Yesus memandang manusia?
Matius 9:36; 14:14 dan 15:32
9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus
oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti
domba yang tidak bergembala.
14:14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak
yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada
mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
15:32 Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan
berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu.
Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku
tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di
jalan."
Yesus peka terhadap kebutuhan manusia, dan Ia
benar-benar peduli tentang mereka. Hati-Nya menjangkau dengan kasih sayang
kepada orang banyak yang lelah dan terlantar. Ia digerakkan oleh belas kasihan
kepada pribadi-pribadi yang tak berdaya, seperti dua orang buta dekat Yerikho
(Mat. 20:34), penderita kusta yang memohon (Mrk. 1:40,41), dan
seorang janda yang baru saja kehilangan anaknya satu-satunya (Luk.
7:12,13).
Apakah prinsip tindakan yang
menuntun Yesus saat Dia berinteraksi dengan orang yang berbeda-beda? Lihatlah
Markus 10:21 dan Yohanes 11:5.
Markus 10:21
10:21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih
kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu:
pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan
ikutlah Aku."
Yohanes 11:5
11:5 Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan
Lazarus.
Setiap tindakan kemurahan, setiap mukjizat, setiap
perkataan Yesus dimotivasi oleh kasih-Nya yang tak terbatas, kasih yang tak
tergoyahkan dan kekal. Pada akhir hidup-Nya, Ia secara gamblang menunjukkan
kepada murid-murid- Nya bahwa, setelah mengasihi mereka dari awal, "Ia
mengasihi mereka sampai pada kesudahan" (Yoh. 13:1). Dengan
kematian-Nya di kayu salib, Ia mendemonstrasikan ke seluruh alam semesta bahwa
kasih yang tidak mengasihi diri menang atas sikap egois. Dalam terang Golgota,
jelas bahwa prinsip kasih yang menyangkal diri adalah satu-satunya dasar yang
benar dari kehidupan di bumi dan di surga.
"Tidak ada kasih yang lebih
besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya" (Yoh. 15:13). Bagaimanakah Anda memahami
maknanya dalam kehidupan sehari-hari, untuk hal- hal praktis? Bagaimanakah
seseorang, hari demi hari, melakukan ini?
Senin, 11 Agustus
Kasihi
Sesamamu
Untuk hidup
seperti Yesus berarti menunjukkan kasih yang sama yang Ia telah tunjukkan. Ia
menggambarkan jenis cinta ini melalui perumpamaan orang Samaria yang baik hati
(Luk. 10:30-37), yang Ia sampaikan dalam percakapan dengan seorang ahli
Taurat. Sang ahli Taurat meringkaskan tanggung jawab kita kepada Allah dan sesama
manusia: "Kasihilah Tuhan, Aliahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu,
dan kasihilah sesamamu manusia, seperti dirimu sendiri" (Luk. 10:27).
Si ahli taurat mengetahui Alkitab-Nya dengan baik (ia mengutip dengan
perasaan, Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18), tetapi ia pasti memiliki perasaan
bersalah karena tidak menunjukkan kasih kepada sesamanya. Dalam usaha untuk
membenarkan dirinya sendiri, ia bertanya kepada Yesus: "Siapakah sesamaku
manusia"? (Luk. 10:29).
Bagaimanakah
Yesus menjelaskan siapakah sesama kita? Apakah implikasi yang dimiliki
perumpamaan orang Samaria yang baik hati bagi kita? Lihat Lukas 10:30-37.
Bagaimanakah perintah "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri" terkait dengan peraturan emas? Matius 7:12.
Lukas 10:30-37
10:30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun
dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja
merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu
pergi meninggalkannya setengah mati.
10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan
itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu;
ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam
perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya
oleh belas kasihan.
10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya,
sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang
itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan
dan merawatnya.
10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada
pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari
ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
10:36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut
pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun
itu?"
10:37 Jawab orang itu: "Orang yang telah
menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya:
"Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Matius 7:12
7:12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya
orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi
seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Untuk
pertanyaan: "Siapakah sesamaku manusia?" Yesus menjawab, pada
dasarnya, bahwa sesama kita manusia adalah setiap orang yang membutuhkan
pertolongan kita. Maka, gantinya bertanya: "Apakah yang sesamaku bisa lakukan
kepadaku?" Kita seharusnya bertanya: "Apakah yang bisa kulakukan bagi
sesamaku?"
Yesus jauh
melampaui penyampaian lazim yang negatif terhadap hukum ini pada saat itu:
"Jangan lakukan kepada orang lain apa yang engkau sendiri tidak sukai."
Oleh menyajikannya dalam cara yang positif, Ia berbicara tidak hanya apa yang
perlu kita hindari tetapi khususnya yang kita harus lakukan. Kita perlu secara
khusus mengingat bahwa prinsip ini tidak berkata kepada kita untuk
memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukan kita. Bagaimanapun,
adalah mudah untuk bersikap baik kepada mereka yang bersikap baik kepada kita
atau bersikap jahat kepada mereka yang bersikap jahat kepada kita. Sebaliknya,
kasih kita terhadap sesama kita harus selalu bebas dari cara sesama kita
memperlakukan kita.
Pikirkanlah seseorang yang telah
memperlakukan Anda dalam cara yang buruk. Bagaimanakah Anda memperlakukan
mereka sebagai balasannya? Apakah yang diajarkan teladan Kristus, dan
bagaimana Dia memperlakukan mereka yang telah menganiaya Dia mengajarkan kepadamu
tentang bagaimana Anda bisa lebih baik berhubungan dengan orang-orang tidak
memperlakukan Anda dengan hormat?
Selasa, 12 Agustus
Suka Melayani
Apakah pekabaran mendasar Matius 25:31-46?
Matius 25:31-46
25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam
kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan
bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di
hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama
seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah
kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di
sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah
Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan;
ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi
Aku tumpangan;
25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian;
ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu
mengunjungi Aku.
25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia,
katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau
makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang
asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi
Engkau pakaian?
25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam
penjara dan kami mengunjungi Engkau?
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang
dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di
sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk,
enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya.
25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;
25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku
tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku
sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.
25:44 Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya:
Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang
asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani
Engkau?
25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari
yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang
kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."
Pada akhir
zaman akan banyak kejutan. Mereka yang berada pada sisi kanan Anak Manusia
tidak pernah membayangkan bahwa manifestasi cinta mereka yang tidak
mementingkan diri akan menjadi penentu. Kristus tidak akan memuji mereka
karena khotbah yang mengesankan yang mereka telah sampaikan, karya berharga
yang mereka telah lakukan, atau sumbangan yang dermawan yang mereka telah
berikan. Sebaliknya, Kristus akan menyambut mereka di surga karena
perhatian-perhatian kecil yang dilakukan kepada mereka yang terkecil dari
saudara-saudara-Nya.
Mereka yang
berada pada sisi sebelah kiri juga akan dikejutkan pada alasan yang diberikan
oleh Sang Raja untuk putusan-Nya. Bahkan beberapa di antara mereka akan
berkata: "Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi* nama- Mu, dan
mengusir Setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu
juga?" (Mat. 7:22). Meskipun ini adalah perbuatan-perbuatan yang
diinginkan, tanpa sikap kasih segalanya adalah sia-sia. Orang-orang ini mengaku
melayani Kristus, tetapi Tuhan tidak pernah mengenal mereka (Mat. 7:23)
karena mereka tidak pernah sungguh-sungguh mengasihi Dia atau sau-
dara-saudara-Nya. Mereka tidak mempraktikkan prinsip-prinsip agama yang benar
(lihat Yak. 1:27).
Para komentator telah menyarankan berbagai
penafsiran tentang siapa yang "terkecil dari saudara-saudara-Ku ini"
(Mat. 25:40). Adalah penting menen7 tukan siapa mereka untuk
mengetahui sejauh mana tanggung jawab Kekris- tenan kita. Beberapa penafsir
berpendapat bahwa "saudara-saudara terkecil" dari Yesus adalah para
rasul dan misionaris-misionaris Kristen lainnya. Mereka menemukan dukungan
untuk pandangan ini dalam Matius 10:40-42 dan menyimpulkan bahwa nasib semua
umat manusia bergantung pada bagaimana mereka memperlakukan para misionaris
Kristen. Para ahli yang lain menyatakan, berdasarkan Matius 12:48-50, bahwa
"saudara-saudara yang terkecil" Yesus adalah pengikut-Nya secara
umum. Tidak ada keraguan bahwa semua murid Yesus adalah saudara-saudara-Nya;
tetapi ruang lingkup perkataan Yesus kelihatannya lebih luas lagi. Kristus
"menyamakan Diri-Nya dengan setiap anak manusia.... Ialah Anak Manusia,
dan dengan demikian menjadi saudara bagi anak laki-laki dan perempuan
Adam"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 276.
Pikirkanlah saat ketika Anda
sangat membutuhkan bantuan, dan seseorang datang untuk membantu Anda. Apakah
arti bantuan itu bagi Anda dalam penderitaan dan rasa sakit Anda itu?
Bagaimanakah pengalaman itu menunjukkan mengapa begitu penting agar kita
bersedia untuk membantu orang lain yang membutuhkan dengan cara apa pun yang
dapat kita lakukan?
Rabu, 13 Agustus
Kasihilah
Musuhmu
Bukti tertinggi
dari Kekristenan yang sejati adalah mengasihi musuh-musuh kita. Yesus
menetapkan standar yang tinggi ini bertentangan dengan ide yang lazim di
zaman-Nya. Dari perintah, "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri" (bn. 19:18), banyak yang telah menyimpulkan sesuatu yang
Tuhan tidak pernah katakan atau rencanakan: Bencilah musuhmu. Tentu saja, itu
tidak tersirat dalam teks itu sendiri.
Dalam hal praktis apakah kasih
terhadap musuh kita diwujudkan, menurut Kristus? Lihat Lukas 6:27, 28.
Lukas 6:27, 28
6:27 "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku,
Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci
kamu;
6:28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu;
berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Musuh dapat
menunjukkan kepada kita perseteruan dalam tiga cara yang berbeda: Dengan sikap
bermusuhan ("benci kamu"), melalui kata-kata buruk ("mengutuki
kamu") dan dengan tindakan kasar (dengan dengki memanfaatkan dan
menganiaya kamu" [Mat. 5:44]). Kepada ketiga pernyataan perseteruan
ini, Yesus menginstruksikan kita untuk menanggapinya dengan manifestasi kasih:
Melakukan perbuatan-perbuatan baik kepada mereka ("berbuat baik"
kepada mereka), berbicara dengan baik kepada mereka ("memberkati" mereka),
dan menjadi perantara di hadapan Allah bagi mereka ("berdoa" bagi
mereka"). Jawaban orang Kristen kepada permusuhan dan kebencian adalah
"kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Roma 12:21).
Perhatikan:
Yesus meminta kita pertama untuk mengasihi musuh kita dan kemudian, sebagai
hasilnya, untuk mendemonstrasikan kasih ini melalui per- buatan-perbuatan baik,
perkataan-perkataan yang baik, doa pengantaraan. Tanpa kasih yang
diinspirasikan surga, semua tindakan tersebut, perkataan, dan doa-doa akan
menjadi sebuah serangan dan pemalsuan kemunafikan terhadap Kekristenan sejati.
Alasan-alasan apakah yang Yesus
sampaikan untuk menjelaskan mengapa kita harus mengasihi musuh-musuh kita?
Lihat Lukas 6:32-35.
6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi
kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang
yang mengasihi mereka.
6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang
berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat
demikian.
6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada
orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu?
Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka
menerima kembali sama banyak.
6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah
baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu
akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik
terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang
jahat.
Untuk membantu kita memahami perintah yang agung
ini, Tuhan menggunakan tiga argumen. Pertama, kita harus hidup di atas standar
dunia yang rendah. Bahkan orang-orang berdosa saling mengasihi satu dengan yang
lain, dan bahkan penjahat saling tolong menolong. Jika mengikuti Kristus tidak
mengangkat kita untuk hidup dan mengasihi dalam cara yang lebih unggul dari
kebaikan-kebaikan anak-anak dunia ini, apakah yang akan menjadi nilai
lebihnya? Kedua, Allah akan membalas kita karena mengasihi musuh kita; walaupun
kita tidak mengasihi karena upah, la akan mengabulkannya dengan sukacita kepada
kita. Dan ketiga, tipe kasih seperti ini adalah bukti hubungan kita yang erat
dengan Bapa surgawi kita, yang "baik terhadap.orang-orang yang tidak tahu
berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat" (Luk. 6:35) .
kamis, 14 Agustus
Bagaimana
untuk Hidup Seperti Yesus
Pengajaran
Yesus meletakkan begitu tinggi sifat tidak mementingkan diri, hidup mengasihi
yang kebanyakan dari kita kemungkinan besar merasa kewalahan dan putus asa.
Bagaimanakah kita, yang egois secara alamiah, bisa mengasihi sesama kita tanpa
pamrih? Selain itu, apakah mungkin bagi kita untuk mengasihi musuh kita? Dari
sudut pandang manusia itu sama sekali tidak mungkin.
Tetapi Tuhan
tidak akan pernah meminta kita untuk mengasihi dan melayani orang-orang yang
penuh kebencian dan tiada kasih tanpa menyediakan bagi kita dengan
sarana-sarana untuk mencapainya. "Standar ini bukanlah standar yang tidak
dapat kita capai. Dalam setiap komando atau perintah yang diberikan Allah
terdapat suatu janji, komando yang positif dan mendasar. Allah telah membuat
ketentuan bahwa kita bisa menjadi seperti Dia, dan Dia akan melaksanakan hal
ini bagi semua orang yang tidak menghalangi kehendak jahat dan dengan demikian
menggagalkan kasih karunia-Nya."—Ellen G. White, Khotbah di Atas
Bukit, hlm. 87.
Apakah janji
yang mendasari perintah untuk mengasihi musuh kita? Ini adalah jaminan bahwa
Allah adalah baik dan penuh belas kasihan kepada yang tidak tahu berterima
kasih dan jahat (Luk. 6:35,36), termasuk juga kita. Kita bisa mengasihi
musuh kita karena Allah terlebih dulu mengasihi kita, meskipun kita adalah
musuh-musuh-Nya (Roma 5:10). Saat kita setiap hari menegaskan kembali
penerimaan kita akan pengorbanan kasih-Nya bagi kita di kayu salib, kasih
penyangkalan diri-Nya melingkupi kehidupan kita. Semakin kita menyadari dan
mengalami kasih Allah bagi kita, semakin banyak kasih-Nya akan mengalir dari
kita kepada sesama, bahkan kepada musuh-musuh kita.
Apakah hubungan
antara tinggal di dalam Kristus dan kasih-Nya, dan mengasihi sesama kita? Lihat
Yohanes 15:4-12.
Yohanes 15:4-12
15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak
tinggal di dalam Aku.
15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia
dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang
dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku
tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan
menerimanya.
15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu
jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
15:9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku,
demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.
15:10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan
tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di
dalam kasih-Nya.
15:11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya
sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
15:12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling
mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.
Kebutuhan kita
setiap hari bukan hanya menerima kembali kematian Yesus bagi kita tetapi untuk menyerahkan
kehendak kita kepada-Nya dan tinggal di dalam Dia. Dengan cara ini Yesus
Sendiri tidak mencari kehendak-Nya sendiri melainkan kehendak Bapa (Yoh.
5:30), jadi kita perlu bergantung pada Yesus dan kehendak-Nya. Karena tanpa
Dia, kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Sebagaimana
kita memilih untuk menyerahkan diri kita setiap hari kepada Yesus, Ia tinggal
di dalam kita dan melalui kita. Maka, "bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2:20) dan mengubah
sikap keegoisan saya kepada kehidupan kasih tanpa pamrih.
Bacalah kembali
Yohanes 15:4-12. Apakah sukacita yang Yesus sedang bicarakan di sini?
Bagaimanakah kita bisa mengalami sukacita yang datang karena melayani Dia,
bahkan ketika kita tidak merasa senang akan keadaan di sekeliling kita?
Jumat, 15 Agustus
Pendalaman: Ellen G. White, "Orang Samaria yang Murah Hati," hlm. 114- 122;
dan "Seorang dari Saudaraku yang Paling Hina Ini," hlm. 274-280,
dalam Alfa dan Omega, jld. 6.
"Semua
orang di sekeliling kita adalah miskin, penuh cobaan yang memerlukan kata-kata
simpati dan pertolongan. Ada perempuan janda yang memerlukan kata-kata simpati
dan bantuan. Ada anak yatim yang telah diminta Kristus kepada pengikut-Nya
untuk menerimanya sebagai tanggungan Allah... mereka adalah anggota-anggota
dari isi rumah Allah yang besar dan orang-orang Kristen sebagai penatalayan-Nya
bertanggung jawab atas mereka itu. 'Jiwa mereka,' 'Akan Aku tuntut dari
tanganmu.'"—Ellen G. White, Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus,
hlm. 282, 283.
"Ini bukanlah besarnya pekerjaan yang kita
lakukan, tetapi kasih dan kesetiaan dengan mana kita melakukannya, yang
mendapatkan persetujuan dari Juruselamat."—Ellen G. White, In Heavenly
Places, hlm. 325.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.
Pada pandangan pertama,
perumpamaan tentang domba dan kambing tampaknya mengajarkan bahwa keselamatan
adalah oleh usaha; yaitu, makin banyak pekerjaan baik yang kita lakukan,
semakin baik kesempatan kita untuk masuk ke dalam kerajaan Allah. Tetapi kejutan
dari yang diselamatkan menunjukkan bahwa mereka tidak menunjukkan kasih untuk
mendapatkan jasa-jasa. Yesus dengan jelas mengajarkan bahwa kehidupan kekal
adalah hasil percaya pada-Nya (Yoh. 3:15; 6:40,47;
11:25,26). Perbuatan kasih yang sejati datang dari iman dan
kasih kepada Allah (Gal. 5:6). Perbuatan-perbuatan ini adalah bukti, bukan sebab, dari keselamatan.
Bagaimana kita bisa berusaha untuk bertindak dalam cara yang penuh kasih
ketika, di saat yang sama, menghindari perangkap pemikiran bahwa kita sedang
melakukan hal-hal ini untuk memperoleh hak kita ke surga? Mengapa kita harus
selalu membedakan antara buah keselamatan dan sarananya?
2.
Adalah merupakan satu hal untuk
mengasihi "musuhmu" ketika mereka hanyalah mengganggu, makhluk yang
tidak bersahabat; seperti rekan kerja yang menyulitkan, kenalan yang kasar,
atau tetangga yang tidak tahu berterima kasih. Itu cukup sulit. Tetapi
bagaimanakah dengan musuh-musuh yang sesungguhnya, orang-orang yang telah menyakiti
Anda atau yang ingin mencelakakan Anda atau keluarga Anda? Bagaimanakah kita
mengasihi mereka? Penghiburan apakah yang ada di sana, jika ada, dalam
kenyataan bahwa kita tidak diperintahkan untuk mengasihi mereka "seperti
dirimu sendiri."
3.
Orang-orang bisa berargumentasi
dengan kita atas teologi, doktrin, gaya hidup, hampir semua yang lain. Tetapi
siapakah bisa berargumentasi terhadap sikap tidak egois, kasih tanpa pamrih?
Kasih yang tidak mementingkan diri menyatakan satu kuasa yang melampaui argumen
rasional atau logis. Bagaimanakah kita bisa belajar untuk mengungkapkan kasih
ini, tidak peduli apa biayanya bagi kita?
Penuntun
Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Ringkasan Pelajaran
·
Ayat Inti: Yohanes 13:34
·
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Pelajarilah gaya hidup pribadi dan pengajaran Yesus untuk mendapatkan
pemahaman Alkitab tentang kasih.
Merasakan: Menginginkan untuk meniru gaya hidup Yesus melalui pilihan pribadi Anda.
Melakukan: Lakukanlah
perbuatan kasih melalui sikap sabar, sifat mengampuni, dan giat melayani.
I.
Mengetahui:
Gaya Hidup dan Ajaran-ajaran Yesus Mengartikan Kasih Sejati.
A.
Oleh karena mengasihi sebagaimana Yesus mengasihi,
jelas adalah dampak setelah mengetahui bagaimana Yesus mengasihi, tindakan-tindakan
kasih apakah yang Yesus buat yang Anda anggap paling mengesankan?
B.
Cerita atau perumpamaan Yesus manakah yang menurut
Anda paling mengartikan kasih?
C.
Mengasihi sesama dan orang asing mungkin cukup sulit,
tetapi bagaimanakah orang dapat mengasihi musuh-musuh mereka?
II.
Merasakan:
Allah Menaruh Kerinduan untuk Mengasihi Sebagaimana Yesus Mengasihi di Dalam Hati Umat
Percaya.
A.
Bagaimanakah mempelajari gaya hidup Kristus yang
penuh kasih mencabut akar sifat mementingkan diri kita yang telah melekat,
menggantikannya dengan belas kasihan yang aktii?
B.
Bagaimanakah orang-orang Kristen menghindar dari
penderitaan yang memisahkan mereka dari kesempatan untuk mengasihi mereka yang
tertindas?
C.
Bagaimanakah umat percaya mengalahkan perasaan
dendam terhadap mereka yang telah berbuat salah terhadap mereka, sebaliknya,
mengasihi mereka dengan sungguh-sungguh?
III.
Melakukan:
Kasih Kristus Dinyatakan Melalui Tindakan-tindakan Praktis dan Sikap yang Rendah Hati.
A.
Bagaimanakah umat percaya bersikap sabar pada
masa-masa tertekan?
B.
Bagaimanakah umat Kristen menanggapi
tuduhan-tuduhan bahwa mengampuni sesungguhnya mengizinkan dosa, oleh sebab itu
mendorong tindakan-tindakan menyakiti yang lebih jauh?
C.
Bagaimanakah orang Kristen bisa menjadi lebih aktif
di masyarakat mereka di dalam mengekspresikan kasih Kristus melalui pelayanan-pelayanan
yang praktis?
Rangkuman: Hidup seperti Kristus artinya mengasihi seperti Kristus oleh karena
Kristus adalah kasih.
·
Langkah 1—Memotivasi
Fokus
Alkitab: Yoh. 13:34; 15:4-12; Luk. 6:27-35; 10:30-37; Mar. 10:21
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Yesus Kristus adalah inti perwujudan kasih. Ketika para pengikut-Nya
menyaksikan tabiat kasih-Nya, mereka diubahkan menjadi seperti Dia sebagai
orang-orang Kristen yang penuh kasih dan dapat dikasihi.
Untuk Guru: "Kasih" jelas memiliki arti yang tidak bisa habis. Contohnya,
orang mengasihi harta mereka, makanan, atau masa-masa lalu tertentu. Jelas, mengasihi
bisa jadi membingungkan. Planet bumi perlu beberapa definisi standar tentang
kasih yang sejati. Para penulis Perjanjian Lama mengartikan kasih terhadap
sesama dan orang asing melalui aplikasi-aplikasi praktis yang terangkum di seluruh
Alkitab. Cerita-cerita Alkitab (misalnya: kisah tentang Rut atau Yusuf dan
saudara-saudaranya) memberikan pemikiran-pemikiran yang berharga tentang kasih.
Ketidaksempurnaan manusia, sayangnya, terkadang menodai ilustrasi-ilustrasi
ini. Pertunjukan hidup Yesus saja yang mendefinisikan kasih secara murni.
Kiranya penyelidikan kita pada Alkitab akan menciptakan kerinduan yang tak
tertahankan yang akan mendorong umat percaya untuk mengasihi seperti Kristus.
Aktivitas Pembuka: Musik,
seringkah disebut sebagai bahasa cinta, mempersembahkan beberapa kesempatan
emas untuk memulai penyelidikan kita tentang "mengasihi seperti Yesus
mengasihi." Salah satu opsi bisa jadi adalah menelusuri buku Lagu Sion
Anda untuk melihat lagu-lagu yang mengagungkan tabiat kasih Kristus.
(Anggota-anggota yang lebih muda mungkin lebih memilih menelusuri lirik-lirik
lagu Kristen kontemporer dari beberapa situs internet, membagikan cetakannya
sebagai tambahan kepada lagu-lagu himne). Sudahkah para anggota membagikan
konsep-konsep dari lagu-lagu tersebut, menyaksikan bagaimana lirik-lirik
tersebut berdampak pada pengertian mereka tentang kasih. Seseorang mungkin
dapat ditunjuk untuk merekam dan mengelompokkan konsep-konsepnya. Sistem
pengelompokan yang paling sederhana mungkin memiliki tiga bagian: Kasih Allah
nampak melalui (1) Ciptaan, (2) Penebusan, dan melalui (3) pemeliharaan setiap
hari. Supaya dapat lebih berterima: Namun demikian, hindarkan pengelompokan
yang terlalu rumit.
Satu alternatif yang menarik bisa
dilakukan dengan membandingkan lirik-lirik sekular dengan lirik-lirik
Kristiani. Bagaimanakah kasih yang berpusat kepada Kristus dibandingkan dengan
konsep-konsep sekular tentang cinta? Manakah yang berpusat pada diri, dangkal,
sentimental, dan tidak pasti, dan mengapa? Manakah yang tidak menonjolkan diri,
peduli pada sesama, mengorbankan diri, serta selamanya, dan mengapa? Jenis
manakah yang menawarkan landasan yang paling kukuh untuk membangun kerajaan
kasih Allah? Berikan alasan-alasan bagi jawaban Anda.
·
Langkah 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Bagaimanakah sekiranya hidup sebagai seorang olahragawan misalnya
kehidupan bintang bola basket Kobe Braynt? Tentunya dengan meniru
gerakan-gerakan Kobe, menyamakan cara pengendalian bola menuju ke keranjang,
mengikuti caranya dalam menembak bola. Bagaimanakah hidup seperti Ratu Elizabeth? Sesuatu yang berhubungan dengan kerajaan—iring-iringan kerajaan,
mobil-mobil mewah, ajudan pribadi, dan simpanan bank raksasa.
Bagaimanakah hidup seperti yang Yesus ditampilkan?
Jawaban: Segala sesuatu berhubungan dengan kasih yang autentik. Sasaran kelas hari
ini adalah memperkenalkan Yesus yang pengasih dengan sangat efektif sehingga
anggota kelas akan haus untuk pengetahuan yang lebih besar dan dengan demikian
diubahkan menjadi orang Kristen yang penuh kasih.
Komentar Alkitab
I. Yesus Menghidupkan Kasih
(Pelajari
kembali bersama kelas, Matius 20:28; 25:31-46; Yohanes 11:5: 15:13; Lukas
10:30-37).
Kasih tanpa
tindakan adalah mati. Murid yang kekasih menulis, "Demikianlah kita
ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita;
jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita
kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah
kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi
bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam
kebenaran. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran.
Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah" (1 Yohanes 3:16-19). Penyangkalan diri, prioritas
pelayanan, dan kasih yang dipraktikkan adalah ciri-eiri pelayanan Kristus. Dari
sudut pandang Kristus, setiap orang masuk perhatian-Nya—orangtua, orang muda,
orang asing, anak-anak, kaum bangsawan, masyarakat yang terbuang, tentara, dan
nelayan. Gaya hidup-Nya yang tidak memihak mengarahkan kekuatan dan sumber
hidup-Nya ke dalam pelayanan yang penuh kasih.
Yesus
menghidupkan prinsip-prinsip dari kitab Imamat yang menasihatkan Israel untuk
mengasihi sesama dan orang asing (lm. 19:18, 34). Tetapi ketika Dia memulai pelayanan-Nya, konflik kedaerahan dan perpecahan
agama telah menenggelamkan setiap usaha realistik untuk menyadari hal-hal yang
ideal ini. Meskipun keadaannya sulit pada saat itu. Kristus, bertentangan
dengan sikap agama Yahudi yang tidak toleran, merangkul orang-orang Roma,
Yunani, Kanaan, Samaria, kerasukan Setan, penderita kusta, dan lain-lain.
Yesus menghidupkan kasih yang universal. Perumpamaan-Nya yang menegaskan kebaikan-kebaikan
dari seorang pejalan Samaria yang tidak disebutkan namanya menegaskan tentang
penerimaan yang universal. Tabiat, bukannya warna kulit yang menentukan
kebaikan. Sesama telah diartikan ulang sebagai setiap orang yang membutuhkan pertolongan dan,
lebih penting lagi, sebagai sesama yang kebutuhannya dilayani.
Di waktu kemudian, Yesus membentuk kepentingan
pelayanan di dalam konteks hari penghukuman. Interpretasi Yahudi yang Standard
tentang nubuatan ketika itu menunjuk pada satu peristiwa akhir di mana Allah
akan menghakimi bangsa-bangsa dengan berbagai hasil. Yesus menyatukan latar
belakang pemikiran tersebut dengan praktik-praktik beternak di dalam Matius dua
puluh lima. Sementara domba dan kambing merumput bersama pada siang hari, para
gembala di Palestina memisahkan mereka pada menjelang matahari tenggelam.
Kambing kelihatannya memerlukan tempat yang lebih hangat sementara domba
membutuhkan tempat terbuka. Yesus mengumpamakan hal ini kepada peristiwa akhir
ketika umat Allah yang setia dipisahkan dari mereka yang
akan dibinasakan. Hal yang menentukan adalah bagaimana mereka telah melayani
Kristus yang tampil dalam bentuk kelompok sosial yang terabaikan. Tindakan
semena-mena tidak pernah diduga melawan golongan terhukum. Penghukuman mereka
salu-satunya hanya berdasarkan pada sikap menahankan tindakan. Ketidaktahuan
tidak diizinkan menjadi satu faktor untuk mengurangi hukuman. Maka, Yesus
meninggikan dan menegaskan pentingnya melayani sesama tanpa membeda-bedakan.
Pertimbangkan Ini: Berdasarkan pada pelayanan
Kristus di dunia, definisikanlah arti dari pelayanan kasih.
II. Kasihi Musuhmu
(Pelajari kembali bersama kelas, Lukas 6:27-35; Matius 5:44; dan Roma
12:21).
Beberapa tahun yang lalu pekabaran Injil masuk ke
Kepulauan Solomon, mengubah para kanibal menjadi diaken-diaken hanya dalam satu
generasi. Di antara mereka yang bertobat ada dua kepala suku yang bernama Panap
dan Tamati. Sebelum pertobatan mereka, telah terjadi perang antar suku yang
melibatkan desa-desa mereka yang saling bertentangan. Meskipun hidup di lokasi
yang berbeda, mereka mendapati bahwa mereka berdua menghadiri gereja yang
sama. Perjamuan dilakukan. Emosi Tamati terbakar. Marah, dia keluar dari
gereja. Pemikiran bahwa pembunuh ayahnya merayakan Perjamuan, mengecewakan
dia. Sungguh munafik! Sebelum pergi terlalu jauh, Tamati mulai membalikkan
langkah-langkahnya ke bangunan di mana Perjamuan sedang dilaksanakan. Dia baru
saja mau duduk ketika kemarahannya muncul kembali dan dengan segera dia keluar.
Di luar gereja hati nuraninya terbangun. Dia renungkan kondisi rohaninya
sendiri dan menyadari bahwa apabila Injil hendak berkembang dan mengubah pulau
ini, dia harus belajar untuk mengampuni. Dengan kesulitan yang besar dia
kembali ke gereja lagi, tetap tersakiti oleh kehilangan ayahnya tetapi akhirnya
di dalam damai. Ketika ibadah selesai, orang-orang memeluk dia, dan satu pulau
itu dipersatukan. Dua orang yang telah dibebaskan ke luar dari ruangan gereja.
Panapa dibebaskan dari tindakan-tindakannya yang memalukan. Tamati dibebaskan
dari kehausan dendamnya.
Pertimbangkan: Mengapakah tidak mungkin untuk hidup dan
mengasihi seperti Yesus bila Anda belum mengampuni musuh Anda'? Beban apakah
yang harus Anda pikul oleh karena Anda tidak dapat mengampuni? Kebebasan apakah
yang Anda dapat nikmati apabila hal itu adalah sebaliknya?
·
Langkah 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Masyarakat modern penuh dengan hidup keagamaan yang superfisial. Ribuan
yang cuma bicara saja, tetapi di manakah mereka yang seperti Tamati yang
mengambil pilihan yang sulit, menjadi sama dengan Kristus, menghormati Allah?
Bapa surgawi kita tidak pernah berpura-pura bahwa ini akan mudah. Kristus
telah mengamarkan sebelumnya bahwa para muridnya akan menderita. Yesus juga
telah memberitahukan sebelumnya bahwa upah akan disertai penderitaan— upah di
surga nanti, tetapi sekarang derita, namun di dalam kedamaian. Bagaimanakah
orang percaya mengasihi seperti Yesus mengasihi dan hidup sedemikian rupa
supaya kasih mereka menjadi satu dorongan perubahan di tengah masyarakat
mereka?
Aktivitas: Berbagilah ke dalam kelompok yang terdiri dari dua atau empat orang dan
susunlah sebuah daftar tentang cara-cara yang praktis untuk mengasihi seperti
Yesus mengasihi. Pikirkanlah cerita Alkitab yang spesifik dan kenali
orang-orang yang Yesus layani. Temukan mereka yang paling mirip di masyarakat modern dan
diskusikan cara-cara yang seseorang atau mungkin kelas Anda dapat mengasihi
mereka seperti Yesus akan mengasihi. Kumpulkan kembali kelas dan ajak
kelompok-kelompok kecil tadi untuk membagikan ide-ide mereka dengan seluruh
kelas. (Beberapa buah pikiran dapat digunakan untuk kegiatan jangkauan keluar
di hari depan).
Sekarang
transisi kepada bagian kedua dari aktivitas. Anda memerlukan sepotong balok
(misalkan yang ukuran 2x4 inci) dan sebuah siku-siku besi yang cocok dengan
ukur balok yang Anda gunakan. Sebelum kelas, potonglah kayu tersebut sedalam seperempat
inci. Tunjukkan balok tersebut di kelas, tunjukkan potongan yang seperempat
inci. Tanyakan, "Apakah balok ini akan sekuat sebagaimana adanya bila
tanpa terpotong?" Jelas, jawabannya adalah Tidak! Berikutnya, tunjukkan
siku-siku dan tunjukkan bagaimana alat itu dapat memulihkan kekuatan yang
hilang. Pelajarannya adalah bahwa hampir setiap orang pernah terluka pada
keadaan-keadaan tertentu. Luka-luka tersebut akan menghambat kita kalau
dibiarkan. Orang timpang tidak dapat mengasihi seperti Yesus mengasihi, tetapi
kasih Kristus yang memulihkan dapat membangun kembali kekuatan sehingga kita
dapat mengasihi seperti Yesus mengasihi.
Pilihan yang Lain untuk Aktivitas: Berbagilah ke dalam kelompok yang terdiri dari dua atau empat orang dan
susunlah sebuah daftar tentang cara-cara yang praktis untuk mengasihi seperti
Yesus mengasihi. Pikirkanlah cerita Alkitab yang spesifik dan kenali
orang-orang yang Yesus layani. Temukan mereka yang paling mirip di masyarakat
modern dan diskusikan cara-cara yang seseorang atau mungkin kelas Anda dapat
mereka kasihi seperti Yesus mengasihi. Kumpulkan kembali kelas dan ajak
kelompok- kelompok kecil tadi untuk membagikan ide-ide mereka dengan seluruh
kelas. (Beberapa buah pikiran dapat digunakan untuk kegiatan jangkauan keluar
di hari depan).
Sekarang transisi kepada bagian kedua dari diskusi.
Setan melemahkan kelancaran dan keseimbangan kita melalui dosa. Setiap anggota
umat manusia memiliki dan mewarisi serta mengembangkan kelemahan-kelemahan.
Setiap orang memerlukan dukungan luar untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
tersebut. Yesus menyediakan dukungan tersebut, yang harus berasal dari luar
diri kita. Pelajarannya adalah bahwa hampir setiap orang pernah terluka pada
keadaan-keadaan tertentu. Luka-luka tersebut akan menghambat kita kalau
dibiarkan. Orang yang lumpuh tidak dapat mengasihi seperti Yesus mengasihi,
tetapi kasih Kristus yang memulihkan dapat membangun kembali kekuatan sehingga
kita dapat mengasihi seperti Yesus mengasihi.
·
Langkah 4—Menciptakan
Untuk Guru: Mengasihi
sebagaimana Yesus mengasihi, yang utama, membutuhkan penyerahan; tetapi
kreativitas memberikan tambahan yang indah untuk penyerahan.
Aktivitas: Pilihlah satu atau dua lagu
Kristen yang biasa digunakan untuk memulai kelas, berdasarkan pada pelajaran
pekan ini dan diskusi kelas, ciptakan lirik tambahan. Lirik-lirik itu bisa saja
penuh perbaktian, mengekspresikan penghargaan yang baru kepada kasih Kristus.
Atau mungkin penuh visi, mengungkapkan pendekatan yang segar untuk membagikan
kasih Kristus. Nyanyikan ayat-ayat yang baru tersebut pada kebak- tian
berikutnya atau pada acara gereja lainnya. Tutuplah kelas dengan doa bahwa Roh
Allah akan membuka kesempatan untuk mengasihi seperti Yesus mengasihi dan
supaya kelas Anda akan rela untuk menyambut panggilan tersebut.
Pratinjau Pelajaran 8
16-22
Agustus*
Gereja
SABAT
PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Ul. 32:4; Mzm. 28:1 ;Yoh.
17; Yoh. 15:1 -5; Mat.
7:1-5; Mat. 5:23, 24; 18:15-18.
AYAT
HAFALAN:"Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka
menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam
Engkau, agar mereka juga di dalam Kita supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku" (Yoh. 17:20,21).
Akar dari gereja Kristen dapat
ditelurusi kembali ke Adam, Abraham, dan anak-anak Israel. Tuhan telah
memanggil Abraham, dan kemudian
orang Israel, agar masuk ke dalam sebuah hubungan perjanjian den- gan-Nya
untuk memberkati dunia melalui mereka. Dalam perjalanan sejarah suci,
perjanjian hubungan itu dilanjutkan oleh gereja.
Gereja bukanlah
penemuan para rasul atau manusia lainnya. Selama pe- layanan-Nya, Kristus
Sendiri mengumumkan keinginan-Nya untuk mendirikan gereja-Nya: "Aku akan
mendirikan jemaat-Ku" (Mat. 16:18). Gereja berutang akan
keberadaannya kepada Yesus Kristus! Dialah yang memulainya.
Menurut keempat
Injil, istilah gereja muncul dari bibir Yesus hanya tiga kali (Mat.
16:18; 18:17). Ini tidak berarti, bagaimana pun juga, bahwa Ia tidak
berurusan dengan pokok tersebut. Kenyataannya, Ia mengajarkan konsep yang
sangat penting yang berkaitan dengan gereja. Pelajaran kita pekan ini akan berpusat
pada dua ide utama: Fondasi gereja dan kesatuan gereja.
*Pelajari Pelajaran Pekan ini antuk persiapan Sabat, 23 Agustus.
No comments:
Post a Comment