Pelajaran 6 Triwulan III 2014 dan Penuntun Guru

pelajaran 6       2-8 Agustus
Bertumbuh di Dalam Kristus
SABAT PETANG
Baca untuk Pelajaran Pekan Ini: Yoh. 3:1-15; Mat. 13:33; 2 Kor. 5:17; Yoh. 15:4-10; Mat. 6:9-13; Luk. 9:23, 24.
AYAT HAFALAN: "Yesus menjawab kata-Nya, "Aku berkata kepadamu, se­sungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah".  (Yohanes 3:3).
Nikodemus merasa tertarik kepada Yesus tetapi tidak berani mengun­jungi Dia secara terbuka. Ia menyapa Yesus dengan sopan, mengakui Dia sebagai seorang Guru dari Allah. Sang Guru mengetahui bahwa di balik sapaan yang santun ini ada seorang pencari kebenaran; oleh karena itu, tanpa membuang waktu, Ia berkata kepada N ikodemus bahwa ia tidak me­merlukan pengetahuan teoritis sebanyak yang ia perlukan dalam pembaruan rohani, yaitu kelahiran baru.
Konsep ini sangat susah untuk dimengerti oleh Nikodemus. Oleh karena ia adalah keturunan Abraham, ia merasa yakin bahwa ia memiliki sebuah tempat dalam kerajaan Allah; lagi pula, sebagai seorang Farisi yang sangat keras, ia sungguh layak menerima kemurahan Allah, bukan? Jadi, mengapa ia membu­tuhkan perubahan radikal seperti itu?
Dengan sabar, Yesus menjelaskan bahwa perubahan rohani adalah pekerjaan supra alami yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Meskipun kita tidak bisa melihat bagaimana itu terjadi, kita dapat melihat hasilnya. Kita menyebutnya pertobat­an, hidup baru di dalam Kristus.
Meskipun kita selalu harus mengingat bagaimana Tuhan memanggil kita dan mengubah kita, tantangan kita adalah untuk tetap tinggal di dalam Dia seti­ap hari sehingga Dia dapat mengubah kita lebih dan lebih lagi kepada gambar-Nya.
*Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 9 Agustus.

Minggu, 3 Agustus
Dilahirkan Kembali
Seorang Kristen yang tekun menghadapi seorang politikus dan bertanya ke­padanya: "Sudahkah Anda dilahirkan kembali?" Marah pada apa yang diang­gap sebuah pertanyaan pribadi, sang politikus menjawab: "Itu terjadi pertama kali, terima kasih."
Mungkin itu terjadi, namun mengingat sifat kejatuhan kita, kelahiran perta­ma kita tidaklah cukup, setidaknya bukan untuk kehidupan kekal. Untuk itu, kita harus "dilahirkan kembali."

Bacalah percakapan Yesus dengan Nikodemus dalam Yohanes 3:1-15. Bagaimanakah Yesus menjelaskan artinya dilahirkan kembali?
Yohanes 3:1-15
3:1 Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi.
3:2 Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."
3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
3:4 Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"
3:5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
3:6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
3:7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.
3:8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."
3:9 Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?"
3:10 Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?
3:11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami.
3:12 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?
3:13 Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.
3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
3:15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Tidak diragukan Nikodemus yang adalah seorang guru di Israel, mengeta­hui Kitab Suci Perjanjian Lama, berbicara tentang kebutuhan akan "hati baru" dan kerinduan Allah untuk menciptakannya di dalam kita (Mzm. 51:10; Yeh. 36:26). Yesus menjelaskan kepada Nikodemus kebenaran ini dan bagaimana itu terjadi.
Percakapan yang dicatat oleh Yohanes berakhir dengan perkataan Yesus. Ti­dak ada jawaban dari Nikodemus. Dia kemungkinan besar pulang ke rumah tenggelam dalam refleksi yang teramat dalam. Secara diam-diam, Roh Kudus bekerja dalam dirinya, dan tiga tahun kemudian ia siap menjadi murid Yesus secara terbuka.
Faktanya bahwa perlunya untuk dilahirkan kembali menunjukkan tanpa ke­raguan bahwa kelahiran kita sebelumnya tidaklah cukup dari sudut pandang rohani. Kelahiran baru haruslah dua namun satu: Dari air dan dari Roh. Berda­sarkan pelayanan Yohanes Pembaptis, Nikodemus dengan mudah memahami bahwa dilahirkan kembali dari air merujuk kepada baptisan air. Apa yang ia juga perlu ketahui adalah bahwa dilahirkan oleh Roh adalah pembaruan hati oleh Roh Kudus.
Ada persamaan antara kelahiran fisik dan rohani. Keduanya menandai per­mulaan kehidupan baru. Juga, kita tidak menghasilkan kelahiran kita sendiri; itu dilakukan bagi kita. Tetapi ada juga perbedaan yang penting di antara ke­duanya: Kita tidak bisa untuk memilih jika kita ingin dilahirkan secara fisik; kita bisa memilih untuk dilahirkan secara rohani. Hanya mereka memutuskan untuk mengizinkan Roh Kudus menghasilkan kerohanian yang baru dalam diri mereka yang dilahirkan kembali. Allah menghormati kebebasan kita dan, meskipun sangat rindu untuk mengubah kita, Ia tidak mengubah kita dengan paksa.

Pikirkanlah cara di mana Tuhan menghasilkan pertobatan Anda. Ti­dak peduli apakah itu melalui keadaan yang dramatis atau melalui pro­ses pembaruan yang panjang dan tak terlihat. Bagaimanakah Anda telah mengalami kelahiran baru?

Senin, 4 Agustus
Hidup Baru di dalam Kristus
Dilahirkan kembali bisa terjadi hanya melalui pekerjaan Roh Kudus. Yesus memanfaatkan fakta bahwa kata Yunani pneuma yang berarti "Roh" dan "an­gin" untuk menggambarkan proses pertobatan (Yoh. 3:8). Angin yang bertiup; tidak ada seorang pun di antara kita dapat memulai, mengarahkan atau meng­hentikannya. Kekuatannya yang besar berada di luar kendali manusia. Kita ha­nya bisa beraksi kepadanya, entah menolaknya atau memanfaatkan potensinya untuk keuntungan kita.
Demikian juga, Roh Kudus terus-menerus bekerja pada hati setiap manu­sia, menarik pria dan wanita kepada Kristus. Tidak ada seorang pun memiliki kendali atas kuasa penyelamatan dan pembaruannya yang besar. Kita bisa me­nolaknya atau menyerah kepadanya. Ketika kita menyerahkan diri kica kepada pengaruh penghukuman-Nya, Roh Kudus menghasilkan hidup baru di dalam kita.
Adakah cara untuk mengetahui apakah kita telah mengalami kelahiran baru? Ya. Roh tidak terlihat bekerja, tetapi hasil-hasil aktivitasnya terlihat. Mereka yang di sekitar kita akan mengetahui bahwa Yesus menciptakan hati baru di dalam kita. Roh selalu menghasilkan demonstrasi luar dari pembaruan di da­lam yang Ia lakukan dalam kita. Itulah sebabnya Yesus berkata, "jadi dari bu- ahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Mat. 7:20).
Hidup baru di dalam Kristus bukanlah kehidupan tambal sulam dengan sedi­kit pembaruan secara luar. Itu bukanlah sebuah modifikasi atau perbaikan dari kehidupan lama tetapi pembaruan yang sempurna.
Apakah yang ayat-ayat berikut katakan tentang yang akan digenapi kelahiran baru di dalam kita? Titus 3:5-7; 2 Kor. 5:17; Gal. 6:15.
Titus 3:5-7;
3:5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
3:6 yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,
3:7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.

2 Kor. 5:17;
5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Gal. 6:15.
6:15 Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.

Melalui Roh Kudus, Kristus menanamkan di dalam kita pemikiran, perasa­an, dan motivasi baru. Ia membangkitkan hati nurani kita, mengubah pikiran "kita, menundukkan setiap keinginan yang tidak suci, dan mengisi kita dengan kedamaian surga. Meskipun perubahan tidak terjadi seketika, dari waktu ke. waktu kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus. Kita harus, karena versi yang asli, orang yang keluar dari rahim, tidak benar bersama Allah.

Renungkanlah hidup Anda selama dua puluh empat jam terakhir. Ke tingkat berapakah mereka yang berhubungan dengan Anda melihat Kris­tus di dalam kata-kata, sikap, dan tindakan Anda? Berdoalah untuk tabi­at-tabiat yang masih perlu dibentuk oleh Roh Kudus?
Selasa, 5 Agustus
Tinggal di dalam Kristus

Kehidupan rohani yang berkembang hanya terjadi oleh kebergantungan yang terus-menerus pada Kristus. Yesus menggunakan ilustrasi pokok anggur untuk mengajar kita bagaimana mencapai hal ini: "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya," kata Yesus (Yoh. 15:5). Dalam Perjanjian Lama, Israel digambarkan sebagai pokok anggur yang Tuhan telah tanam (Tes. 5:1-7; Mzm. 80:8, 9; Yer. 2:21), tetapi Yesus menampilkan diri-Nya sendiri sebagai "pokok anggur yang benar" (Yoh. 15:1) dan mendorong para pengikut-Nya un­tuk disatukan dengan Dia sama seperti cabang tinggal pada pokok anggur.

Apakah yang ayat-ayat ini ajarkan kepada kita tentang tinggal di da­lam Kristus terus-menerus? Lihat Yohanes 15:4-10.
Yohanes 15:4-10.
15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
15:9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.
15:10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Sebuah cabang yang baru saja terpisah dari pokok anggur mungkin tampak hidup untuk sementara waktu, tetapi ia pasti akan kering dan mati karena telah terputus dari sumber kehidupan. Dengan cara yang sama, kita bisa menerima kehidupan hanya melalui hubungan kita dengan Kristus. Tetapi untuk menjadi efektif, kesatuan ini harus dipertahankan. Kebaktian di pagi hari adalah pen­ting, tetapi persekutuan kita dengan Tuhan harus terus berlanjut di sepanjang hari. Tinggal di dalam Kristus berarti mencari-Nya terus menerus, meminta bimbingan-Nya, berdoa untuk kekuatan-Nya untuk menuruti kehendak-Nya, dan memohon kasih-Nya untuk mengisi kita.
Salah satu perangkap yang paling licik adalah mencoba untuk menjalani ke­hidupan Kristiani di luar Tuhan. "Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh. 15:5). Tanpa Dia, kita tidak dapat menahan bahkan satu pen­cobaan sekalipun, mengalahkan satu dosa, atau mengembangkan satu karakter dalam tabiat-Nya. Kehidupan rohani yang baru bisa tumbuh hanya melalui sebuah hubungan yang tak terputus dengan Kristus.
Oleh membaca Firman dan merenungkannya, kita dipelihara dan dikuatkan. "Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup," kata Yesus (Yoh. 6:63). Dengan menyimpannya di dalam hati dan pikiran kita, per­kataan ini akan menginspirasi doa-doa kita untuk menjaga kita tetap terhubung dengan Tuhan. Meskipun mudah dibingungkan oleh "kekhawatiran dunia" (Mrk. 4:19), kita harus membuat suatu usaha yang terfokus untuk tinggal di dalam Yesus.
Apakah penghalang terbesar yang menghalangi Anda untuk tinggal terus-menerus di dalam Kristus?
Rabu, 6 Agustus
Doa
Seiring dengan mempelajari Alkitab, doa sangat diperlukan bagi kita untuk tinggal di dalam Kristus dan bertumbuh secara rohani. Bahkan Yesus sendiri membutuhkan doa untuk bersatu dengan Bapa. Ia meninggalkan kepada kita satu contoh kehidupan berdoa. Doa menandai saat-saat penting dari kehidu- pan-Nya. Ia berdoa ketika dibaptiskan. Ia sering berdoa di tempat-tempat yang sunyi sebelum pagi hari atau di atas bukit setelah matahari terbenam. Kadang Ia menghabiskan malam hari dengan doa, seperti ketika Ia memilih dua belas rasul. Ia berdoa untuk membangkitkan Lazarus. Bahkan salib pun tidak meng­halangi Dia dari berdoa.
Jika "Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya" (Mat. 6:8), mengapa kita perlu memberitahukan kebutuhan kita kepada-Nya dalam doa? Karena melalui doa, kita belajar untuk mengosongkan diri dari diri kita sendiri dan menjadi lebih bergantung pada-Nya.
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan men­dapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu" adalah janji Yesus (Mat. 7:7). Meskipun kita tidak perlu mengesankan-Nya dengan doa-doa yang tiada akhir dengan pengulangan yang sia-sia (Mat. 6:5-9), kita perlu bertekun dalam •doa, berpegang teguh kepada janji-janji-Nya (Yoh. 15:7; 16:24) apa pun kea­daannya.

Bagaimanakah bagian-bagian yang berbeda dari Doa Bapa Kami bisa menolong kita untuk bertumbuh di dalam Kristus? Lihat Mat. 6:9-13.
Mat. 6:9-13
6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]


Yesus adalah Pengantara kita di surga. Oleh karena itu, Ia memerintahkan kita untuk mengalamatkan doa-doa kita kepada Bapa dalam nama-Nya. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku" (Yoh. 16:23). Kristus mengajarkan bahwa ada kondisi-kondisi tertentu agar janji indah ini dipenuhi. Kita harus percaya bahwa Allah dapat menjawab kita (Mat. 21:22). Sikap pengampunan terhadap sesama manusia diperlukan (Mrk. 11:25). Yang pa­ling penting, keinginan kita harus selalu tunduk kepada kehendak Bapa (Mat. 6:10; Luk. 22:42). Dan setiap "penundaan" dalam jawaban seharusnya tidak mengecilkan hati kita; sebaliknya, kita perlu selalu berdoa dan tidak menyerah (Luk. 18:1).

"Tuhan, ajarlah kami berdoa" (Luk. 11:1) adalah sebuah permohonan yang relevan, tidak peduli berapa lama kita menerima Kristus sebagai Juruselamat kita. Dalam aspek apakah dari kehidupan doa Anda, Anda masih perlu untuk bertumbuh oleh kasih karunia Allah?
Kamis, 7 Agustus
Mati bagi Diri Setiap Hari
Paradoksnya, hanya dengan mati kita dapat benar-benar hidup. Ketika di­baptis, kita (idealnya) mati kepada sifat lama kita, dan bangkit kembali kepada kehidupan baru. Ini akan menjadi indah jika manusia lama yang berdosa telah mati secara permanen ketika kita dikuburkan di bawah air baptisan. Cepat atau lambat, semua kita telah menemukan bahwa kebiasaan dan kecenderungan masa lalu kita masih tetap hidup dan sungguh berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas kehidupan kita. Setelah pembaptisan kita, sifat lama kita harus dihukum mati lagi dan lagi. Itu sebabnya mengapa Yesus mengaitkan kehidupan Kekristenan dengan salib.
Apakah maksud Lukas 9:23, 24?

Lukas 9:23, 24
9:23 Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
9:24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.

Banyak yang berpikir-salib yang mereka harus pikul adalah penyakit yang serius, keadaan yang tidak menguntungkan dalam hidup, atau cacat permanen. Sementara salah satu dari hal-hal tersebut sungguhlah berat, arti dari perkataan Yesus melampaui itu. Untuk memikul salib kita berarti menyangkal diri sendiri setiap hari. Bukan hanya sekali-kali tetapi setiap hari; bukan hanya sebagian dari kita tetapi seluruh keberadaan kita.
Kehidupan Kristen adalah kehidupan salib. "Aku telah disalibkan dengan Kristus; ...bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2:19, 20). Di dunia kuno, korban-korban penyaliban ti­dak langsung mati. Biasanya, mereka menderita selama berjam-jam, kadang- kadang beberapa jam, sementara tergantung di kayu salib. Sifat lama kita, mes­kipun disalibkan, berjuang untuk bertahan hidup dan turun dari salib.
Tidaklah mudah untuk menyangkal diri sendiri. Sifat lama kita tetap hidup; manusia lama kita tidak mau mati. Selain itu, kita tidak bisa memakukan diri kita sendiri ke salib. "Tidak ada seorang pun yang bisa mengosongkan diri dari dirinya sendiri. Kita hanya dapat mengizinkan Kristus untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Kemudian bahasa jiwa adalah menjadi: Tuhan, ambillah hatiku; karena aku tidak dapat memberikannya. Ini adalah milik-Mu. Jagalah tetap murni, karena aku tidak dapat menjaganya bagi-Mu. Selamatkanlah aku, le­pas dari diriku sendiri, kelemahanku, diriku yang tidak seperti Kristus. Bentuk aku, perindah aku, angkat aku ke dalam suasana yang murni dan suci, di mana kekayaan kasih-Mu saat ini dapat mengalir melalui jiwaku.
"Bukan hanya pada permulaan kehidupan Kekristenan yang membuat pe­nyangkalan diri ini terjadi. Dalam setiap langkah maju menuju surga harus diperbarui.... Hanya oleh penyangkalan diri yang tetap dan bergantung kepada Kristus kita dapat berjalan dengan aman."—Ellen G. White, Perumpamaan- perumpamaan Tuhan Yesus, hlm. 112. Harus ada penyerahan setiap hari ke­pada Tuhan.
Kapan terakhir kali Anda mati bagi diri sendiri? Apa yang jawaban Anda katakan tentang Anda, khususnya dalam mengingat ayat-ayat hari ini?

Jumat, 8 Agustus
Pendalaman: Ellen G. White, "Penyerahan Diri," hlm. 48-55, dalam Keba­hagiaan Sejati; "Nikodemus," hlm. 168-178, dalam Alfa dan Omega, jld. 5.
"Peperangan melawan diri sendiri adalah peperangan terbesar yang pernah berlangsung. Penyerahan diri sendiri, memasrahkan sepenuhnya kepada ke­hendak Allah, memerlukan satu pergumulan; tetapi jiwa itu harus lebih dulu diserahkan kepada Allah barulah dapat dibarui di dalam kesucian."—Ellen G. White, Kebahagiaan Sejati, hlm. 48.
"Kita tidak bisa mempertahankan diri kita sendiri dan dipenuhi dengan ke­penuhan Allah. Kita harus mengosongkan diri. Jika surga diperoleh oleh kita pada akhirnya, itu hanya mungkin melalui penolakan diri dan menerima pikir­an, roh, dan kehendak Yesus Kristus."—Ellen G. White, In Heavenly Places, hlm. 155.
"Apabila Roh Allah sudah memiliki hati, maka kehidupan pun diubahkan- Nya. Segala pikiran yang penuh dosa dibuang jauh, segala perbuatan jahat di­tinggalkan; kasih, kerendahan hati, dan damai menggantikan amarah, iri hati, dan perselisihan. Sukacita menggantikan dukacita, dan wajah memantulkan cahaya surga.... Berkat itu datang apabila oleh iman jiwa menyerahkan dirinya kepada Allah. Lalu kuasa yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia itu pun menciptakan satu makhluk yang baru menurut peta Allah."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 173.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.      Apakah pengalaman pribadi Anda yang berarti tinggal di dalam Kristus? Apakah yang terjadi ketika Anda terhubung dengan Ye­sus? Apakah yang terjadi ketika Anda tidak terhubung?
2.     Siapakah yang tidak bergumul dengan isu doa-doa yang tidak di­jawab, setidaknya seperti yang kita telah doakan? Bagaimanakah Anda mempertahankan iman pada Allah dan pada janji-janji-Nya dalam menghadapi permintaan yang belum dijawab sebagaimana yang Anda mau? Apakah hal-hal penting yang harus selalu kita ingat dalam situasi-situasi seperti itu?
3.    Apakah itu tentang diri, tentang sifat alami diri, yang padanya kita dipanggil untuk menyangkalnya setiap hari? Lihatlah dengan cara seperti ini: Jika Anda tidak menyangkal diri, jika Anda membiar­kan diri mendominasi semua yang Anda pikirkan atau lakukan, tipe kehidupan apakah yang Anda akan jalani? Akankah itu, da­lam cara apa pun, menyerupai Guru kita? Apakah yang jawaban Anda katakan kepada Anda tentang diri Anda sendiri yang terpi­sah dari Kristus?

PENUNTUN GURU
Ringkasan Pelajaran
·         Ayat Inti: 2 Korintus 5:17.
·         Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Mengetahui bahwa Allah telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan orang Kristen.
Merasakan: Merasakan kepuasan pribadi dari sebuah hubungan, perubahan, dan pengenalan akan Allah yang mendorong pertumbuhan rohani pribadi.
Melakukan: Bertumbuh di dalam pengetahuan, hikmat, dan penghargaan bagi apa yang Allah sedang lakukan melalui kehidupan seseorang.
·         Ringkasan Pelajaran:
1.       Mengetahui: Pengalaman Kelahiran Baru Lebih Didorong oleh Kehendak Tuhan daripada oleh Inisiatif Manusia.
a.         Mengapakah penghargaan Allah terhadap kebebasan mencegah Dia memaksa kita menurut?
b.        Bagaimanakah kehidupan Kristus mendorong kerinduan kita untuk pertumbuhan dan pemuridan Kristen?
c.         Apakah yang terjadi dengan pertumbuhan rohani ketika kebergan­tungan kita secara terus-menerus kepada Kristus terganggu?
2.       Merasakan: Hubungan yang Sehat dan Memuaskan dengan Tuhan
Mendorong Pertumbuhan Rohani.
a.         Apakah yang mengubah sebuah pengakuan mental secara cerdas kepada Tuhan menjadi sebuah hubungan emosi yang memuaskan?
b.        Bagaimanakah hubungan rohani yang sehat berperan di dalam per­tumbuhan rohani kita?
c.         Bagaimanakah kehancuran emosi yang disebabkan oleh sikap- sikap legalistik kepada keselamatan dapat dipulihkan?
3.       Melakukan:Umat Percaya dapat Bertumbuh didalam Pengetahuan,
Hikmat, dan Pengalaman.
a.         Apakah yang umat percaya dapat lakukan untuk memastikan bah­wa mereka telah memiliki hubungan-hubungan rohani yang dewa­sa secara terus menerus?
b.        Bagaimanakah jadwal harian Anda dapat berubah apabila pertum­buhan Kristen menjadi tujuan utama Anda?
c.         Apakah yang orang-orang Kristen dapat lakukan untuk memeliha­ra pertumbuhan rohani pada orang lain?
Rangkuman: Pertumbuhan Kristen adalah dampak nyata dari hubungan- hubungan yang sehat dengan Allah dan suasana pemeliharaan jemaat. Bilama­na syarat-syarat ini ada, pertumbuhan pribadi berlipat ganda melalui pertum­buhan usaha penginjilan.
Siklus pelajaran
·         Langkah 1—Memotivasi
Fokus Alkitab: 2 Korintus 5:17
Konsep Kunci untuk Pertumbuhan Rohani: Pertumbuhan Kristen adalah dampak nyata dari hubungan-hubungan yang sehat dengan Allah dan suasana je­maat yang memelihara.
Untuk Guru: Pohon bisa bertumbuh atau mati. Jelas, pertumbuhan menunjuk­kan kehidupan. Demikian juga orang Kristen, bertumbuh atau mati. Iman Kristen adalah dinamis, progresif, dan kreatif. Apabila Orang Kristen melalaikan ciri-ciri ini, pertumbuhan Kristen menjadi terhambat.
Bagaimanakah iman yang hidup-hidup, berbuah, kuat ditumbuhkan? Berkebun, mungkin, memberikan ilustrasi yang utama. Pertumbuhan dimulai dengan bibit yang sehat dan tanah yang sehat. Cuaca yang mendukung memberikan keseim­bangan yang cukup untuk kelembapan dan sinar matahari. Penjadwalan juga sa­ngat penting. Temperatur yang lebih dingin daripada yang biasanya dapat menunda pengecambahan. Curah hujan yang berlebihan dapat menunda pertumbuhan. Curah hujan yang tidak cukup dapat menghentikan penuaian. Bahkan jumlah pengecam­bahan yang cukup namun datang tidak pada saat yang tepat dapat mematikan hasil panen. Spektrum untuk hambatan-hambatan yang datang adalah membingungkan pikiran. Berkebun yang berhasil adalah dampak dari gabungan strategi yang me­ngurangi hambatan-hambatan ini, sementara menyediakan sumber makanan yang cukup (pupuk, kelembapan, dan matahari) dan penuaian yang tepat waktu. Pertum­buhan rohani yang berhasil terjadi di bawah keadaan-keadaan yang sama. Hati yang rela (bibit) jatuh ke dalam lingkungan yang membangun (tanah) di mana mereka menerima dorongan rohani (matahari) dan ajakan-ajakan Ilahi yang ditunjukkan (pengecambahan). Berbagai jenis sumber pertumbuhan (doa, kesaksian-kesaksian Alkitabiah, kesaksian pribadi, bahkan karunia untuk menderita, dan faktor-faktor lainnya) menyuburkan bibit yang sedang berkembang. Tambahan sinar matahari menyediakan tumbuhan yang sedang berkembang untuk penuaian.
Keputusan-keputusan rohani adalah hasil (bibit yang dituai). Umat percaya yang segar ini (bibit yang baru dituai) masuk kembali ke dunia (tanah), dan proses dimulai kembali.
Aktivitas Pembuka: Bawalah ke kelas satu tumbuhan dalam pot dan disku­sikan hal-hal yang dapat menghancurkan tumbuhan itu. Jawabannya termasuk: Hambatan kelembapan, kelebihan pupuk, kekurangan nutrisi, gangguan tanah, ce­dera tumbuhan (misalnya, secara tidak sengaja terpotong), temperatur yang tinggi/ rendah, dan berbagai bahaya lingkungan lainnya.
Pilihan Lain untuk Kegiatan Pembuka: Bahaslah keadaan-keadaan yang mana tumbuhan bertumbuh subur atau menjadi rusak. Jawaban-jawaban bisa ter­masuk: Hambatan kelembaban, kelebihan pupuk, kekurangan nutrisi, gangguan ta­nah, cedera tumbuhan (misalnya, secara tidak sengaja terpotong), temperatur yang tinggi/rendah, dan berbagai bahaya lingkungan lainnya.
Pertimbangkan Ini (Untuk Kegiatan mana pun yang Dipilih): Alihkan diskusinya kepada pertumbuhan rohani. Bagaimanakah pertumbuhan rohani dapat dibi­na? Bagaimanakah kemajuan rohani terganggu? Apakah alat-alat yang Setan guna­kan untuk mengganggu pertumbuhan umat percaya? Sebaliknya, elemen-elemen apakah yang Allah gunakan untuk membuat orang Kristen berhasil bertumbuh?
·         Langkah 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Pertumbuhan Kristen adalah radikal dan sepenuhnya memba­wa perubahan. Keberdosaan manusia, di pihak lain, sepenuhnya merosot. Kea­daan sebenarnya hati manusia, betapapun "baik" kelihatannya, adalah kain kotor apabila dibandingkan dengan standar Ilahi. Penilaian surga tentang keadaan ma­nusia mendorong untuk perbaikan yang sepenuhnya: Hanya memberi cat kepada pagar tidaklah cukup. Meledakkan yang sisa-sisa dan membangun fondasi yang baru—menyalibkan makhluk kedagingan dan melahirkan makhluk rohani yang baru—adalah satu-satunya solusi. Penyelidikan Alkitab pada pekan ini mengajak kita untuk menghargai korban penyediaan surgawi bagi penebusan rohani, untuk menempatkan kekuatan-kekuatan Ilahi ini sementara kita memerangi pencobaan, dan untuk mengaplikasikan bagi diri kita sendiri langkah-langkah menuju pertum­buhan tubuh Kristus, jemaat-Nya. Kebutuhan dunia yang terbesar, di luar Kristus sendiri, adalah tubuh Kristus yang terdiri atas umat-umat percaya yang dengan je­las menyatakan tabiat-Nya yang penuh kemurahan. Alat Allah menuju sasaran itu adalah pertumbuhan rohani pribadi.
Komentar Alkitab :
I. Pengalaman Kelahiran Baru
(Pelajari kembali bersama kelas, Yohanes 3:1-16).
Meskipun kaya, berpendidikan, dan terhormat, anehnya Nikodemus tertarik ke­pada Orang Nazaret yang sederhana itu. Terbeban oleh karena hilangnya kepe­mimpinan rohani Israel, dia tertarik oleh tingkah laku Kristus yang tidak tercemar. Pembersihan Bait Suci yang dilakukan Yesus sebelumnya menarik perhatian dia. Dia kagum bahwa Seseorang yang tidak bersekolah memerintah dengan wewe­nang yang begitu mengagumkan. Mengingat bagaimana Israel di dalam sejarah telah memperlakukan jurukabar-jurukabar Allah yang bernubuat, Nikodemus ter­tekan oleh tindakan semena-mena rekan-rekannya terhadap Orang Galilea yang tidak dikenal ini. Meskipun Nikodemus telah mengamarkan mereka sehubungan dengan rencana mereka melawan Kristus, namun demikian, ragu-ragu untuk me­nyatakan secara terbuka dukungan terhadap Dia tanpa keragu-raguan. Sebaliknya, dia mengusahakan pertemuan pribadi dengan Yesus.
Sadar akan kedudukan sosial dan politiknya, Nikodemus menghindari perhati­an publik. Yesus menerima permohonannya untuk pertemuan pada suatu malam. Terhalang orang bayang-bayang, orang Farisi yang terkenal itu anehnya merasa takut-takut dan salah tempat. Mengerahkan segenap keberaniannya, dia berusaha mengawali perbincangannya dengan memuji-muji Yesus. Dia mengakui keunggul­an ajaran-Nya dan keajaiban pekerjaan mukjizat-Nya. Akan tetapi, Yesus meng­abaikan kenyamanan dan sanjungan-sanjungan itu, memanfaatkan kesempatan ini untuk memperdalam keyakinan rohani yang sedang bertumbuh di dalam hati Niko­demus. Dengan kepastian dia menyatakan, "Kamu harus dilahirkan dari atas." Kata Yunani, anothen, mengartikan, "dari atas," membawa dua arti. Permainan kata ini
dapat juga dimengerti sebagai "lahir kembali," yang, jelas, begitulah yang dipa­hami Nikodemus. Dia mengeluh bahwa kelahiran semacam itu tidaklah mungkin secara fisik. Yesus menanggapi dengan metafora, bukan secara biologis, mengi­ngatkan kembali pada ikatan perjanjian yang telah diucapkan bertahun-tahun sebe­lumnya oleh pelayanan Yeremia dan Yehezkiel. Janji Allah untuk hubungan "hati yang baru" tersedia pada malam itu. Dokter Ilahi itu siap untuk melakukan operasi transplantasi hati segera. Namun Nikodemus menunda, pergi dalam kebingungan, namun terus merenungkan kebenaran-kebenaran besar yang di kemudian hari akan berbunga bagi keselamatan.
Pengalaman "kelahiran baru" yang digambarkan oleh Yesus boleh jadi datang secara dramatis (contohnya, Paulus dengan pengalamannya di jalan menuju Da­maskus) atau secara tidak kelihatan (contohnya, Timotius yang pelan-pelan me­numbuhkan iman ibu dan neneknya). Bagaimanapun cara penyampaiannya, hasil yang identik: Ditebus, hidup yang berubah. "Kelahiran baru" menandai penyerah­an rohani dan pengakuan yang rendah hati bahwa, terlepas dari karunia Ilahi, ma­nusia bisa untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang mengherankan. Orang yang jelas-jelas terhormat, bahkan para pelayan Injil, telah dihukum oleh karena mem­bunuh pasangan, menyelundupkan kokain, menggelapkan uang pengikut, menga­niaya anak-anak. Kehormatan manusia tidaklah cukup. Pendidikan saja tidaklah cukup. Modifikasi moral terlalu dangkal. "Anda harus dilahirkan kembali."
Pertimbangkan Ini: Bagaimanakah Allah menghancurkan rintangan-rintangan itu yang menahan orang dari kemajuan rohani? Mengapakah kerendahan hati se­penuhnya penting bagi permulaan pertumbuhan rohani?
II. Kedekatan Rohani: Tinggal Dekat ke Hati Allah
(Pelajari kembali bersama kelas, Yohanes 15:4-10, Matius 6:9-13, dan Galatia 2:20).
Bagian ini berfokus pada praktik-praktik yang mempertahankan hubungan yang penuh semangat, sehat, dan menggairahkan dengan Allah.
Doa, dikatakan, adalah napas rohani. Kelaparan dapat mengakhiri hidup seseo­rang dalam beberapa minggu. Kekurangan air dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari. Sesak napas hanya melakukannya dalam beberapa menit. Tidak he­ran Paulus menasihatkan umat di Tesalonika untuk berdoa senantiasa. Bagi mereka yang menderita asma, yang mungkin seringkah menderita trauma napas pendek, kematian benar-benar dekat pada peristiwa-peristiwa seperti itu. Oleh karena doa adalah napas rohani dan manusia menderita asma rohani, perhatian besar harus di­lakukan untuk menjaga napas rohani tetap terbuka. Membentuk kebiasaan berdoa pada pagi dan petang hanya awal. Bercakap-cakap dengan Allah di sepanjang hari adalah sasaran kita.
Tetap berhubungan dengan Tuhan, selain doa, tetapi juga disiplin rohani untuk menyelidiki Alkitab dan bermeditasi. Pertumbuhan yang sehat membutuhkan nu­trisi yang seimbang. Alkitab mengajak kita untuk "rasakan dan lihat." Kristus dan Aikitab, dalam pengertian metafora, membentuk apa yang Firman Allah ajak kita untuk makan. Nutrisi Alkitab membuat rohani kita kebal terhadap ajaran-ajaran palsu, kepercayaan pada diri, dan belasan hal lain yang menghalangi pertumbuhan Kristen. Protein Alkitab membentuk bagian-bagian tubuh bangunan rohani demi pemulihan hati dan pertumbuhan sel rohani yang optimal. Mengawali dan menga­khiri hari dengan Alkitab melindungi kerohanian pribadi kita. Dengan bermeditasi pada janji-janji Allah, bimbingan-Nya di masa lalu, dan sejarah pernyataan diri- Nya (yang utama adalah Getsemani, Kalvari, dan kubur Yusuf), keberdosaan kita akan tersapu keluar, digantikan oleh pemikiran-pemikiran yang lebih mulia dan penilaian diri yang lebih kudus.
Menjadi mati tampaknya tidak masuk akal oleh karena orang menghabiskan seumur hidupnya dan hartanya dalam usaha untuk memperpanjang hidup bukan­nya malah memperpendek. Namun demikian Alkitab, menuntut agar umat perca­ya "mati." Paulus bersukacita bahwa dia "disalibkan bersama Kristus." Kematian Kristus, kebangkitan, dan kenaikan-Nya adalah penting supaya Roh dapat bertahta. Dengan konotasi yang sedikit saja berbeda, kematian umat percaya (terhadap sifat mereka yang suka memberontak) dan kenaikan (dari kesalahan, dosa, dan pembe­rontakan) adalah sama penting supaya Roh dapat berkuasa atas hidup kita.
Pertimbangkan Ini: Bagaimanakah kita memakai prinsip-prinsip ini di dalam jadwal hidup kita sehari-hari?

·         Langkah 3—Mempraktikkan
Untuk Guru: Manfaatkan bagian-bagian penutup dari kelas untuk saling bertu­kar strategi-strategi rohani dalam mengatasi halangan-halangan terhadap pertum­buhan rohani. Tekankan hal-hal yang praktis. Bahaslah lebih jauh hal-hal penting yang telah dipelajari (pelajaran Alkitab, doa, meditasi) kepada aplikasi-aplikasi praktis dari prinsip-prinsip Alkitab. Contoh-contoh dapat termasuk: Mematikan televisi, mendaki di alam, puasa berinternet, menggunakan waktu-waktu istirahat kerja atau waktu-waktu tidur anak-anak untuk membaca Alkitab, retret, pribadi, mendengarkan musik rohani, memiliki sahabat yang dapat diandalkan, membaca yang reflektif, dan kelompok kecil. Anggota-anggota juga dapat membagikan se­buah ayat Alkitab yang penuh makna atau kalimat-kalimat dari Elien White, judul- judul khotbah, lokasi mendaki, judul-judul album musik, dan organisasi-organisasi pemuridan—yang telah berguna bagi mereka dan menjawab pertanyaan, "Bagai­manakah kita dapat lebih dekat kepada Kristus?"
Pertanyaan:
·         Bagaimanakah kita dapat melindungi diri dari godaan yang akan mengganti­kan kegiatan-kegiatan keagamaan dan kebaktian yang bermanfaat dengan pembi­naan rohani pribadi?
·         Hal-hal praktis apakah yang telah Anda gunakan dalam jadwal regular Anda untuk menciptakan saat bagi refleksi dan meditasi rohani?
·         Sumber-sumber apakah yang telah Anda temukan yang berguna untuk meme­lihara kehidupan rohani Anda?
·         Kepemilikan materi apakah yang Anda harus lepaskan atau buang demi men­dorong komunikasi rohani yang lebih efektif?
·         Bentuk emosi manakah yang Anda harus tinggalkan demi meningkatkan kehi­dupan rohani Anda?
Pertimbangkanlah Ini: Kadangkala kepemilikan memiliki kita. Orang be­kerja berlebihan, membiayai berbagai alat yang mereka tidak punya waktu untuk menggunakannya oleh karena sibuk bekerja. Mempertahankan barang-barang ini terkadang juga melelahkan, meski secara finansial dapat dijangkau. Melepaskan barang-barang tersebut sering kali dapat menyediakan suatu dorongan rohani. De ngan cara yang sama, jerat emosi dapat melemahkan kemajuan rohani. Apakah hubungan-hubungan kita memajukan ataukah melelahkan? Apakah suatu persa­habatan begitu berharga sehingga kita rela untuk kehilangan hidup yang kekal? Pikirkan cara-cara untuk menyederhanakan gaya hidup Anda.
·         Langkah 4—Menciptakan
Untuk Guru: Terus tekankan hal-hal praktis. Biarlah waktu ini digunakan un­tuk refleksi pribadi dan penyelidikan diri.
Kegiatan: Sediakan bagi anggota-anggota kelas Anda papan tulis kecil, alat- alat tulis, dan kertas-kertas tulis yang bagus. Ajaklah mereka untuk menulis sendiri surat yang menggariskan perubahan-perubahan yang mereka mau implementasi­kan di dalam gaya hidup, jadwal-jadwal, dan hubungan-hubungan mereka. Tujuan perubahan-perubahan ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan rohani mere­ka.
Opsi Lain Kegiatan/Diskusi: Ajaklah anggota-anggota kelas Anda untuk mem­buat garis besar perubahan-perubahan yang mereka ingin implementasikan di da­lam gaya hidup, jadwal-jadwal, dan hubungan-hubungan. Tujuan dari perubahan- perubahan ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan rohani mereka.

Pratinjau Pelajaran 7
Hidup Seperti Yesus
SABAT PETANG
Baca untuk Pelajaran Pekan Ini: Mat. 9:36; Mrk. 10:21; Luk. 10:30- 37; Mat. 25:31-46; Luk. 6:32-35; Yoh. 15:4-12.
AYAT HAFALAN: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supa­ya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi" (Yoh. 13:34).
Bertolak belakang dengan apa yang banyak orang pikirkan, perintah un­tuk mengasihi sesama kita bukanlah sesuatu yang baru yang diajarkan oleh Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Allah telah memerintah­kan umat-Nya untuk "mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (7m. 19:18) dan untuk "mengasihi [orang asing]" seperti dirimu sendiri (Im. 19:34).
Lalu mengapa Yesus berkata, "Perintah baru Aku berikan kepadamu"? Hal baru dari pengajaran Yesus adalah bahwa di dalamnya ada ukuran yang baru "sebagaimana Aku telah mengasihimu." Sebelum penjelmaan Kristus, manu­sia tidak memiliki manifestasi yang lengkap akan kasih Allah. Sekarang, mela­lui hidup yang tidak mementingkan diri dan kematian-Nya, Yesus mendemon­strasikan arti yang sebenarnya dan yang terdalam dari kasih itu.
"Kasih adalah unsur di mana Kristus bergerak dan berjalan dan bekerja. Ia datang untuk merangkul dunia dalam lengan kasih-Nya.... Kita harus mengi­kuti teladan yang ditetapkan oleh Kristus, dan menjadikan-Nya pola kita, sam­pai kita akan memiliki kasih yang sama bagi sesama sebagaimana Ia telah tunjukkan kepada kita."—Ellen G. White, Oar Father Cares, hlm. 27.
Pekan ini, sebagaimana kita merenungkan kelembutan, rasa simpatik, per­hatian, dan kehidupan kasih Yesus yang penuh, biarlah hati kita dijamah dan dibentuk oleh prinsip aktif kasih Ilahi-Nya, yang adalah cap air dari Kekris- tenan yang sejati.
* Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 16 Agustus.
Minggu, 10 Agustus
Bagaimana Yesus Hidup
Meskipun terus-menerus berada di bawah serangan sengit Setan, Yesus menghidupkan kehidupan pelayanan kasih tidak mementingkan diri. Prioritas­nya selalu berpusat pada orang lain, bukan diri-Nya sendiri. Dari masa kanak- kanak hingga salib, Ia menunjukkan tabiat lembut yang stabil untuk melayani orang lain. Tangan-Nya selalu bersedia meredakan setiap kasus penderitaan yang Ia rasakan. Dengan penuh cinta Ia merawat mereka yang dianggap oleh masyarakat tidak berharga, seperti anak-anak, perempuan, orang asing, pende­rita kusta, pemungut cukai. Ia "datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani" (Mat. 20:28). Oleh karena itu, Ia "yang berjalan berkeliling sam­bil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis" (Ki­sah. 10:38). Simpati dan minat penuh kemurahan bagi kesejahteraan orang lain adalah lebih penting bagi-Nya daripada memuaskan kebutuhan fisik-Nya sendiri dalam hal makanan atau tempat berlindung. Sesungguhnya, bahkan di kayu salib, dia lebih peduli kepada ibu-Nya daripada yang Ia lakukan terhadap penderitaan-Nya sendiri (Yoh. 19:2-27).
Apakah yang Matius 9:36; 14:14 dan 15:32 ajarkan kepada kita ten­tang bagaimana Yesus memandang manusia?
Yesus peka terhadap kebutuhan manusia, dan Ia benar-benar peduli tentang mereka. Hati-Nya menjangkau dengan kasih sayang kepada orang banyak yang lelah dan terlantar. Ia digerakkan oleh belas kasihan kepada pribadi-pribadi yang tak berdaya, seperti dua orang buta dekat Yerikho (Mat. 20:34), penderita kusta yang memohon (Mrk. 1:40,41), dan seorang janda yang baru saja kehi­langan anaknya satu-satunya (Luk. 7:12,13).
Apakah prinsip tindakan yang menuntun Yesus saat Dia berinteraksi dengan orang yang berbeda-beda? Lihatlah Markus 10:21 dan Yohanes 11:5.
Setiap tindakan kemurahan, setiap mukjizat, setiap perkataan Yesus dimoti­vasi oleh kasih-Nya yang tak terbatas, kasih yang tak tergoyahkan dan kekal. Pada akhir hidup-Nya, Ia secara gamblang menunjukkan kepada murid-murid- Nya bahwa, setelah mengasihi mereka dari awal, "Ia mengasihi mereka sampai pada kesudahan" (Yoh. 13:1). Dengan kematian-Nya di kayu salib, Ia men­demonstrasikan ke seluruh alam semesta bahwa kasih yang tidak mengasihi diri menang atas sikap egois. Dalam terang Golgota, jelas bahwa prinsip kasih yang menyangkal diri adalah satu-satunya dasar yang benar dari kehidupan di bumi dan di surga.
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang mem­berikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yoh. 15:13). Bagaimana­kah Anda memahami maknanya dalam kehidupan sehari-hari, untuk hal- hal praktis? Bagaimanakah seseorang, hari demi hari, melakukan ini?
Senin, 11 Agustus
Kasihi Sesamamu
Untuk hidup seperti Yesus berarti menunjukkan kasih yang sama yang Ia te­lah tunjukkan. Ia menggambarkan jenis cinta ini melalui perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk. 10:30-37), yang Ia sampaikan dalam percakapan dengan seorang ahli Taurat. Sang ahli Taurat meringkaskan tanggung jawab kita kepada Allah dan sesama manusia: "Kasihilah Tuhan, Aliahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia, seperti dirimu sendiri" (Luk. 10:27). Si ahli taurat mengetahui Alkitab-Nya dengan baik (ia mengutip dengan perasaan, Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18), tetapi ia pasti memiliki perasaan bersalah karena tidak menunjukkan kasih kepada sesa­manya. Dalam usaha untuk membenarkan dirinya sendiri, ia bertanya kepada Yesus: "Siapakah sesamaku manusia"? (Luk. 10:29).

Bagaimanakah Yesus menjelaskan siapakah sesama kita? Apakah im­plikasi yang dimiliki perumpamaan orang Samaria yang baik hati bagi kita? Lihat Lukas 10:30-37. Bagaimanakah perintah "kasihilah sesama­mu manusia seperti dirimu sendiri" terkait dengan peraturan emas? Ma- tius 7:12.
Untuk pertanyaan: "Siapakah sesamaku manusia?" Yesus menjawab, pada dasarnya, bahwa sesama kita manusia adalah setiap orang yang membutuhkan pertolongan kita. Maka, gantinya bertanya: "Apakah yang sesamaku bisa la­kukan kepadaku?" Kita seharusnya bertanya: "Apakah yang bisa kulakukan bagi sesamaku?"
Yesus jauh melampaui penyampaian lazim yang negatif terhadap hukum ini pada saat itu: "Jangan lakukan kepada orang lain apa yang engkau sendiri tidak sukai." Oleh menyajikannya dalam cara yang positif, Ia berbicara tidak hanya apa yang perlu kita hindari tetapi khususnya yang kita harus lakukan. Kita perlu secara khusus mengingat bahwa prinsip ini tidak berkata kepada kita untuk memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukan kita. Bagaimanapun, adalah mudah untuk bersikap baik kepada mereka yang bersikap baik kepada kita atau bersikap jahat kepada mereka yang bersikap ja­hat kepada kita. Sebaliknya, kasih kita terhadap sesama kita harus selalu bebas dari cara sesama kita memperlakukan kita.

Pikirkanlah seseorang yang telah memperlakukan Anda dalam cara yang buruk. Bagaimanakah Anda memperlakukan mereka sebagai ba­lasannya? Apakah yang diajarkan teladan Kristus, dan bagaimana Dia memperlakukan mereka yang telah menganiaya Dia mengajarkan ke­padamu tentang bagaimana Anda bisa lebih baik berhubungan dengan orang-orang tidak memperlakukan Anda dengan hormat?





No comments:

Post a Comment