Pelajaran 4 Triwulan III 2014


19-25 JULI*
Keselamatan
SABAT PETANG
Baca untuk Pelajaran Pekan Ini: Luk. 18:9-14; Yoh. 6:44; Luk. 15:3-10; Mat. 20:28; Yoh. 8:34-36; 6:35,47-51.
AYAT HAFALAN: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).
Kita sering mengatakan "kematian adalah hanya bagian dari hidup."Tidak. Kematian adalah peniadaan kehidupan, bukan bagian darinya.Namun, karena sudah biasa dengan kematian, kita salah memberikan­nya nama, menyebutnya bertentangan dari apa kematian itu sesungguhnya. Bagaimanapun kita memahaminya, satu hal yang pasti: Tanpa pertolongan Ila­hi, kematian kekal akan menjadi takdir kita semua.
Untungnya, pertolongan itu telah datang. Allah, dalam kasihnya yang tak terbatas, menawarkan kepada kita keselamatan melalui Kristus. Ketika malai­kat mengumumkan kelahiran Mesias, malaikat memberi-Nya nama "Yesus" (dari kata Ibrani yang berarti Keselamatan), "Karena Dialah yang akan menye­lamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Mat. 1:21).
Pekan ini kita akan meninjau pekerjaan penyelamatan Yesus. Pertama, per­hatian kita akan berfokus kepada dasar keselamatan kita, dan yang berikutnya kepada hasil-hasilnya.
Alkitab begitu jelas. Kita hanya mempunyai dua pilihan sehubungan dengan dosa kita: Apakah kita membayar dosa-dosa kila di lautan api, atau menerima penebusan Kristus bagi dosa-dosa kita di kayu salib. Sebagaimana kita meng­ulangi karunia yang murah hati dari anugerah Allah melalui Kristus, marilah kita sekali lagi dengan merendahkan hati memperbarui iman kita di dalam Ye­sus sebagai Juruselamat pribadi kita.
*Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 26 Juli.

Minggu, 20 Juli
Keselamatan adalah Karunia dari Allah

Dalam Yohanes 3:16 dua kata kerja digunakan untuk menjelaskan apa yang Allah lakukan bagi keselamatan kita. Bagaimanakah kedua kata kerja ini berkaitan satu dengan yang lain? Apa yang mereka nyatakan tentang asal mula keselamatan kita?
Yohanes 3:16
3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Kata kerja bahasa Inggris, "mencintai," khususnya cara yang sederhana se­ring digunakan saat ini, sama sekali tidaklah cukup untuk mengungkapkan da­lamnya keinginan kerinduan yang dinyatakan oleh kata kerja Yunani agapad, "mengasihi." Di Perjanjian Baru, istilah ini dan kata benda yang berkaitan agape, "kasih," menyatakan kasih Allah yang dalam dan terus-menerus ter­hadap ciptaan-Nya, yang sama sekali tidak layak menerima kasih ini. Kasih adalah atribut karakter Allah yang terunggul. Ia bukan hanya mengasihi kita, tetapi Ia adalah kasih (1 Yoh. 4:8).
Kasih Allah bukanlah sebuah gerakan hati berdasarkan pada perasaan atau pflihan-Nya. Kasihnya tidaklah membedakan, atau bergantung pada yang kita lakukan. Allah mengasihi dunia, seluruh manusia, termasuk mereka yang tidak mengasihi Dia.
Kasih yang sejati dikenal melalui perbuatan-perbuatan yang ia hasilkan. Terkadang sebagai manusia kita mungkin berkata, kita mengasihi seseorang, sementara tindakan-tindakan kita menunjukkan sebaliknya (1 Yoh. 3:17,18). Hal seperti ini tidak terjadi dengan Allah. Kasih-Nya terpantul dalam tindakan- tindakan-Nya. Dari kasih, Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal bagi ke­selamatan kita. Dengan melakukan ini, Allah memberikan kepada kita semua yang Ia miliki, yaitu Diri-Nya sendiri.
Bacalah Lukas 18:9-14. Apakah yang diajarkan oleh kisah ini kepa­da kita tentang bagaimana seharusnya sikap kita terhadap Allah dan anugerah-Nya?
Lukas 18:9-14
18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Kemungkinan besar kita sudah membaca perumpamaan ini berulang kali sehingga kita tidak terkejut oleh keputusan Yesus: "Aku berkata kepadamu, orang ini [pemungut cukai] pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenar­kan Allah dan orang lain itu tidak" (Luk. 18:14). Bagaimanapun juga, mereka yang mendengar Yesus ketika Ia menjatuhkan keputusan pastilah heran. Bu­kankah ini hasil yang tidak adil?
Ya, itu sungguh tidak pantas untuk diberikan. Itulah jalan keselamatan. Itu adalah karunia dari Allah. Karunia-karunia yang tidak usahakan; karunia yang hanya diterima saja. Kita tidak bisa membeli keselamatan; kita hanya bisa me­nerimanya. Meskipun Yesus jarang menggunakan istilah anugerah, Ia jelas mengajarkan bahwa keselamatan adalah oleh anugerah, dan karunia sedang diberikan di mana engkau tidak pantas untuk menerimanya.
Jika Allah memberikan kepada Anda apa yang Anda patut terima, apa­kah itu, dan mengapa?
Senin, 21 Juli
Keselamatan: Inisiatif Allah

Membaca keempat Kitab Injil dengan lugas menunjukkan bahwa kita ber­utang keselamatan sepenuhnya kepada Allah. Yesus tidak datang ke dunia ini karena kita mengundang-Nya, tetapi oleh sebab Bapa, karena kasih kepada kita, mengutus Dia. Inisiatif Bapa ditegaskan oleh ungkapan yang Kristus sering gunakan "Dia yang mengutus Aku" dan "Bapa yang mengutus Aku." (Baca Yoh. 7:28; 8:29; 12:49).
Yoh. 7:28; 8:29; 12:49
7:28 Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal.
8:29 Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."
12:49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.

Apakah lagi yang Bapa lakukan bagi keselamatan kita menurut Yohanes 6:44?
Yohanes 6:44
6:44 Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.

Terlepas dari kenyataan bahwa kita adalah orang berdosa dan tidak menga­sihi Allah, Ia mengasihi kita dan menyediakan sarana pengampunan bagi dosa kita melalui Anak-Nya (1 Yoh. 4:10). Kasih yang menakjubkan inilah yang menarik kita kepada-Nya.
Tidak hanya Bapa yang terlibat, tetapi Anak juga memiliki peran yang sa­ngat aktif dalam keselamatan kita. Dia datang dengan misi tertentu. "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Luk. 19:10). Setiap kali kita merenungkan Dia diangkat dari bumi, Ia menarik kita kepada-Nya (Yoh, 12:32).

Seberapa jauhkah Tuhan bersedia untuk pergi dalam upaya-Nya untuk menyelamatkan kita? Lihat Lukas 15:3-10.
Lukas 15:3-10
15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
15:8 "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?
15:9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.
15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."

Perumpamaan yang kembar ini menunjukkan bahwa Allah tidak menunggu kita secara pasif untuk datang kepada-Nya tetapi secara aktif mencari kita. Kita memiliki Allah yang mencari. Tidak masalah jika kita tersesat, jauh berada di tempat yang berbahaya atau bahkan hilang di rumah; Tuhan akan mencari kita tanpa kenal lelah hingga Dia menemukan kita.
"Tidak, begitu domba itu tersesat, gembala itu merasa sedih dan cemas. Ia menghitung dan menghitung kembali kawanan domba itu. Bilamana ia sudah merasa pasti bahwa seekor domba telah hilang, ia tidak akan berlambat-lambat. Ia meninggalkan kesembilan puluh sembilan domba yang berada di kandang dan pergi mencari domba yang tersesat. Semakin gelap dan semakin ganas ba­dai di malam hari itu semakin berbahaya jalan itu, semakin besar kegelisahan gembala dan semakin tekun ia mencari. Ia berusaha sekuat-kuatnya mencari domba yang hilang itu.
Betapa lega hatinya manakala ia mendengar tidak seberapa jauh suara me­ngembik samar-samar, yang pertama. Sambil mengikuti arah suara, ia menaiki tebing-tebing yang terjal, ia mencapai tepi tebing, dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri. Begitulah ia mencari sementara suara domba yang mengem­bik terdengar semakin lemah, ini memberitahukan kepadanya bahwa domba­nya sudah dekat dengan ajalnya. Akhirnya usahanya itu diberi pahala; yang hi­lang telah ditemukan."—Ellen G. White, Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus, hlm. 131,132.

Selasa, 22 Juli
Kematian yang Diharuskan
Yohanes Pembaptis menggambarkan Yesus sebagai "Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yoh. 1:29). Gambaran ini mudah untuk dimengerti oleh bangsa Israel yang terbiasa dengan korban yang dipersembahkan di Bait Suci dan sejarah suci tercatat di Perjanjian Lama. Abraham telah menunjukkan imannya ya­itu bahwa "Allah akan menyediakan bagi Diri-Nya sendiri anak domba korban bakaran"; dan Tuhan sungguh menyediakan binatang untuk dikorbankan pengganti Ishak (Kej. 22:8,13). Di Mesir, domba disembelih oleh orang Israel sebagai lam­bang pembebasan Allah bagi mereka dari perhambaan dosa (Kel. 12:1-13). Ke­mudian, ketika pelayanan Bait Suci ditetapkan, dua domba harus dikorbankan di atas mezbah setiap hari, terus-menerus: satu di pagi hari dan satu di petang hari (Kel. 29:38,39). Semua korban ini adalah melambangkan Mesias yang akan da­tang, yang "seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian" karena "Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian" (Yes. 53:6, 7). Oleh karena itu, oleh memperkenalkan Yesus sebagai "Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yoh. 1:29), Yohanes Pembaptis sedang menyatakan penggantian dengan kematian pendamaian Kristus.
Selama pelayanan-Nya, Yesus berulang kali mengumumkan kematian-Nya, meskipun itu sulit bagi para murid untuk memahami mengapa Ia harus mati (Mal. 16:22). Secara bertahap, Yesus menjelaskan tujuan besar kematian-Nya.

Apakah ilustrasi-ilustrasi yang Yesus gunakan untuk menunjukkan bahwa Ia akan mati sebagai Pengganti bagi kita? Lihatlah Matius 20:28; Yohanes 10:11.

Matius 20:28;
20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Yohanes 10:11
10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
"Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yoh. 15:13)-, ini tetap benar sekalipun mere­ka tidak memahami atau menerima pengorbanan itu. Di salib, Yesus mencurahkan darah-Nya "bagi banyak orang untuk pengampunan dosanya" (Mal. 26:28).
Penting untuk diperhatikan bahwa Yesus mati secara sukarela. Seperti Bapa mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, demikian Anak memberikan nyawa-Nya sendiri untuk menebus umat manusia. Tidak ada yang memaksa Dia untuk melaku­kannya. "Tidak ada seorang pun mengambilnya (hidupku) dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri," kata Yesus (Yoh. 10:18).
Bahkan Kayafas, yang secara terbuka menolak Yesus dan memimpin komplotan untuk membunuh-Nya, tanpa sadar mengakui kematian Yesus sebagai pengganti (Yoh. 11:49-51).

Bayangkanlah berapa banyak rasa tidak berterima kasih yang manusia miliki terhadap Allah dan apa yang Ia telah berikan kepada kita di dalam Kristus. Bagaimanakah kita bisa memastikan kita tidak jatuh ke dalam pe­rangkap itu? Mengapakah hal ini begitu mudah dilakukan, khususnya ketika kita sedang menjalani saat-saat yang sulit?

Rabu, 23 Juli
Bebas dari Dosa
Tanpa Kristus, kita adalah hamba dosa, hamba kepada dorongan-dorongan jahat dari sifat alami manusia yang telah jatuh. Kita hidup dengan egois, menyenangkan diri sendiri di mana seharusnya hidup untuk kemuliaan Allah. Akibat yang tak ter­hindarkan dari perhambaan rohani ini adalah kematian, karena upah dosa adalah maut.
Tetapi Yesus datang "untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang ta­wanan..., untuk membebaskan orang-orang yang tertindas" (Lak. 4:19). Ini bukan­lah tawanan-tawanan harfiah, tetapi tawanan-tawanan rohani Setan (lihat Mrk. 5:1 - 20; Luk, 8:1,2). Yesus tidak melepaskan Yohanes Pembaptis dari penjara Herodes, tetapi Ia sungguh melepaskan mereka yang diikat oleh rantai kehidupan dosa dan membebaskan mereka dari rasa bersalah yang berat dan hukuman kekal.

Janji besar apakah yang ditemukan di ayat-ayat berikut? Lihat Yohanes 8:34-36.
Yohanes 8:34-36
8:34 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.
8:35 Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.
8:36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka."

Penggunaan kata "benar-benar" pada ayat 36 menunjukkan bahwa ada juga je­nis kebebasan yang salah, kebebasan palsu yang benar-benar membelenggu umat manusia untuk lebih jauh tidak taat kepada Allah. Para pendengar Yesus percaya bahwa mereka sebagai keturunan Abraham padanya digantungkan pengharapan untuk kebebasan. Kita menjalani risiko yang sama. Musuh menginginkan kita un­tuk bergantung pada apa saja—sebagai contoh, pengetahuan doktrinal kita, kesa­lehan pribadi kita, atau catatan pelayanan kita bagi Allah—apa saja selain Kristus bagi keselamatan kita. Tetapi tak satu pun dari ini, bagaimana penting pun semua itu, mempunyai kuasa untuk membebaskan kita dari dosa dan hukumannya. Satu- satunya Pembebas sejati adalah Anak, yang tidak pernah diperbudak oleh dosa.
Yesus sangat gembira dalam mengampuni dosa-dosa. Ketika empat orang mem­bawa seorang yang lumpuh kepada-Nya, Ia mengetahui bahwa orang ini sakit se­bagai akibat hidup tak bermoral, namun lajuga tahu bahwa orang ini telah berto­bat. Di mata orang yang memohon ini, Yesus melihat kerinduan hatinya terhadap pengampunan dan imannya di dalam Yesus sebagai satu-satunya Penolongnya. Dengan lembut, Yesus berkata kepadanya: "Anak-Ku, dosamu sudah diampuni" (Mrk. 2:5). Itulah kata-kata paling manis yang orang ini pernah dengarkan. Beban putus asa menghilang dari pikirannya, dan damai pengampunan memenuhi rohnya. Di dalam Kristus ia menemukan kesembuhan rohani dan fisik.
Di rumah seorang Farisi,- seorang wanita berdosa membasuh kaki Yesus dengan air matanya dan meminyakinya dengan minyak wangi {Luk. 7:37,38). Karena me­ngetahui ketidaksetujuan orang Farisi, Yesus menjelaskan kepadanya bahwa: "do­sanya, yang banyak itu, diampuni" (Luk. 7:47). Lalu Ia berkata kepada perempuan itu, "Dosamu telah diampuni" (Luk. 7:48).

"Dosamu diampuni." Mengapakah ini adalah kata-kata terbaik yang kita masing-masing pernah dengar?

Kamis, 24 Juli
Kristus Memberikan Hidup Kekal kepada Kita
Oleh karena dosa-dosa kita, kita pantas mati. Namun Kristus mengambil tempat kita di kayu salib dan membayar hukuman mati yang sebenarnya di­tanggungkan pada kita. Ia, yang tidak berdosa, mengambil kesalahan kita dan menerima hukuman kita sehingga kita yang berdosa, bisa dinyatakan tidak bersalah. Melalui Dia, gantinya binasa kita menerima hidup kekal. Yohanes 3:15 membuat janji yang menakjubkan ini bagi kita. Bunyinya, "supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal," sebuah janji yang diulangi di akhir Yohanes 3:16.
Beberapa berpikir bahwa, bahkan setelah menerima Yesus sebagai Jurusela- mat, janji kehidupan kekal akan menjadi nyata hanya setelah kedatangan-Nya yang kedua. Namun, janji keselamatan dinyatakan dalam bentuk sekarang: "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:36). Barang siapa percaya kepada Anak sekarang "mempunyai hidup yang kekal," "dan tidak turut dihukum" di akhir zaman, "sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam kehidupan" (Yoh. 5:24). Jadi walaupun kita mati dan tidur da­lam kubur, istirahat yang sementara ini tidak akan menggantikan kehidupan yang kekal.
Saat Yesus menjadi Juruselamat kita, hidup kita memperoleh makna baru yang sepenuhnya, dan kita bisa menikmati keberadaan yang lebih kaya dan lebih lengkap. "Aku datang," Yesus berkata, "supaya mereka mempunyai hi­dup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh. 10:10). Gantinya kesenangan dunia yang fana, yang mengisi kita tanpa benar-benar memuaskan kita, Ia menawarkan kepada kita suatu kehidupan yang dihidupkan dalam cara yang sama sekali berbeda, penuh dengan kepuasan yang tiada habis-habisnya di dalam Dia. Hidup baru yang berkelimpahan ini mencakup seluruh keberada­an kita. Yesus melakukan banyak mukjizat untuk memulihkan kehidupan fisik banyak orang. Tetapi di atas semuanya, Ia ingin memberikan mereka kehidup­an rohani yang diperbarui, bebas dari dosa, dipenuhi dengan iman kepada-Nya dan kepastian keselamatan.
Kiasan apakah yang Yesus gunakan untuk menyatakan upah meneri­ma Dia? Apakah maknanya dalam kehidupan praktis kita sehari-hari? Lihat Yohanes 6:35, 47-51.
Yohanes 6:35, 47-51
6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
6:48 Akulah roti hidup.
6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Renungkanlah konsep hidup kekal. Itu bukan hanya sebuah hidup yang abadi tetapi di atas. semuanya, hidup yang menyenangkan, memuaskan, dan berbahagia dalam persekutuan yang penuh kasih dengan Allah di dunia yang baru. Meskipun kita masih hidup di dunia ini, bagaimanakah kita bisa mulai untuk menikmati, meskipun hanya sebagian, apa artinya memiliki hidup kekal?


Jumat, 25 Juli
Pendalaman: Ellen G. White, "Keperluan Orang Berdosa," hlm. 17-25, dalam Kebahagiaan Sejati; "The Subject Presented in 1883," hlm. 350-354, dalam Selectecl Messages, buku 1.
"Sambil memandang kepada penebus yang sudah disalibkan, kita lebih mengerti besarnya dan maknanya pengorbanan yang diadakan oleh Yang Mahamulia di sur­ga. Rencana keselamatan dimuliakan di hadapan kita, dan pikiran tentang Golgota menggugah hidup dan emosi yang suci dalam hati kita. Puji-pujian kepada Allah dan Anak Domba akan ada dalam hati kita dan pada bibir kita; karena kesombong­an dan pemujaan diri sendiri tidak dapat tumbuh subur dalam jiwa yang senantiasa mengenangkan peristiwa di Golgota."
"Ia yang memandang kasih Juruselamat yang tiada taranya akan diangkat dera­jatnya dalam pikiran, disucikan dalam hati, diubahkan dalam tabiat. Ia akan pergi keluar menjadi suatu terang bagi dunia, memantulkan sedapat-dapatnya kasih yang gaib ini. Lebih banyak kita merenungkan salib Kristus, lebih sempurna pula kita akan menerima bahasa rasul ketika ia mengatakan, 'tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.' Gal. 6:14."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 303.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1)       Keselamatan adalah karunia, yang berarti bahwa itu adalah cuma- cuma. Pada saat yang sama, apakah keselamatan itu tidak ada bi­aya sama sekali? Berapakah biaya untuk menerima karunia ini, dan mengapa—apa pun biayanya—apakah itu lebih daripada la­yak?
2)       Pada hari Senin kita membaca ayat-ayat yang menunjukkan bah­wa keselamatan adalah hasil inisiatif Allah. Dia membuat setiap usaha untuk menyelamatkan kita. Namun, Yesus juga berkata bah­wa kita perlu untuk mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Mat. 6:33). Perkataan-Nya, "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu" (Luk. 13:24) menyiratkan bahwa kita perlu untuk mencari keselamatan kita. Bagaimanakah kita menjelaskan ini?
3)       Bagaimanakah kematian Kristus di kayu salib menyatakan keadil­an Allah? Bagaimanakah itu juga menyatakan rahmat Allah?
4)       Jika kita bisa bekerja dengan cara kita untuk kehidupan kekal, melalui usaha-usaha dan perbuatan baik kita, dan bahkan penurutan kita akan hukum, apakah yang hal itu akan katakan tentang keseriusan dosa? Sebaliknya, pikirkanlah seberapa buruk dosa itu hingga hanya kematian Yesus yang bisa menebusnya?
5)       Orang Yahudi rohani melihat di dalam Sabat rasa pendahuluan hidup kekal itu nantinya. Dalam hal apakah ide itu—hidup kekal sebelumnya telah dirasakan dalam Sabat—dapat dimengerti?

Siklus Belajar
Ø  Ayat Inti: Yohanes 3:16
Ø  Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Memahami tawaran Tuhan akan hidup yang kekal sebagai satu- satunya alternatif untuk mengatasi masalah universal tentang kematian. Merasakan: Mengalami kebebasan dari hukuman dan kuasa dosa, termasuk akibat langsung kematian.
Melakukan: Menerima tawaran kehidupan yang kekal yang telah dibeli de­ngan sangat mahal, tetap dengan penuh kemurahan ditawarkan.
Ø   Garis Besar Pelajaran:
I. Mengetahui: Tuhan Menawarkan Satu-satunya Alternatif yang
Layak Terhadap Kematian.
A.       Menurut Anda mengapa Yohanes 3:16 menjadi ayat yang paling terkenal?
B.       Kerinduan jiwa manusia yang manakah yang ditujukan melalui janji kehidupan yang kekal? Mengapakah demikian?
C.       Di dalam agama-agama yang bukan Kristen, manusia berusaha un­tuk mencari dan memuaskan Tuhan. Di dalam agama Kristen, Al­lah mengambil inisiatif untuk menemukan kita. Bagaimanakah An­da menjelaskan perbedaannya?
II. Merasakan: Keselamatan Membebaskan Kita dari Hukuman dan
Kuasa Dosa.
A.       Bagaimanakah perasaan berdosa dan malu menyiapkan kita untuk mencari keselamatan yang Tuhan telah tawarkan dengan cuma- cuma?
B.       Bagaimanakah teologi-teologi yang menekankan kebebasan dari hukuman dosa, tetapi bukan kebebasan dari kuasa dosa, meremeh­kan pengalaman penganutnya?
C.       Bagaimanakah umat percaya dapat menghadapi teror kematian ke­tika mereka telah mengalami karunia keselamatan?
III. Melakukan: Tawaran ilidup yang Kekal adalah Sia-sia Kalau Tidak Diterima.
A.       Hambatan-hambatan apa sajakah yang diizinkan oleh orang ba­nyak yang menghalangi mereka menerima tawaran hidup kekal yang penuh kemurahan?
B.       Bagaimanakah orang banyak dapat didorong untuk menerima pem­berian hidup yang kekal dari Kristus?
Garis Besar: Keselamatan dari Allah memberikan kelepasan yang lengkap dari dosa dan segala akibat-akibatnya.
Ø  LANGKAH 1—Memotivasi
FOKUS ALKITAB: Yohanes 3:16.
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Allah menawarkan kepada manusia pemulihan yang lengkap, menyediakan keselamatan dari hukuman dosa, kuasanya, dan pada akhirnya kehadiran-Nya sendiri.
Untuk Guru: Seperti pentingnya setiap pelajaran di dalam seri ini, mungkin pela­jaran yang paling penting adalah pelajaran sekarang ini dan pelajaran berikutnya. Kita akan menyelidiki harta yang tak pernah habis dari rahmat Ilahi yang dengan penuh kemurahan menyediakan keselamatan kita sebelum kita menyelidiki tahap-tahap oleh mana keselamatan itu diberikan secara pribadi.
Aktivitas Pembuka: Sebelum meninggalkan rumah, taruhlah satu mangkuk es krim di dalam sebuah wadah yang nantinya akan dibungkus dengan kertas kado. Selama di kelas, bagikanlah itu, dan beri kesempatan bagi anggota-anggota kelas untuk menebak isinya. Cari tahu, "Siapakah yang senang menerima hadiah? Siapakah yang senang untuk memberikan hadiah? Apakah yang ada di dalam wadah itu? Berapakah yang mau wadah itu segera dibuka? (Ambil suara). Berapakah yang lebih suka kalau hadiah itu dibukanya setelah selesai kelas? (Ambil suara). (Apa pun hasil votingnya, biarkan hadiah itu tertutup hingga kesimpulan kelas. Lihatlah aplikasinya pada akhir pelajaran ini, di Langkah 3).
Pilihan Lain untuk Kegiatan Pembuka: Bayangkan Anda sedang mempersiapkan sebuah hadiah makanan untuk sahabat-sahabat Anda. Apakah makanan tersebut lebih baik diberikan panas atau dingin? Bayangkan bahwa pengiriman makanan tersebut se­cara tidak diharapkan terlambat. Makanan yang panas menjadi dingin, atau yang dingin menjadi hangat, maka kehilangan cita rasa seperti yang diharapkan. Bagaimanakah pe­ngiriman dan penerimaan hadiah-hadiah yang tepat waktu membedakan harapan dan penghargaan terhadap hadiah-hadiah tersebut?
Pertimbangkanlah Ini: Mengapakah Allah suka menawarkan kepada kita pemberi­an kcselamatan-Nya? Apakah yang hal ini nyatakan tentang silat kasih Allah?

Ø  Langkah 2—Menyelidiki
Untuk Guru: Musa mencatat penipuan Setan yang mula-mula: "Sekali-kali kamu tidak akan mati." Penduduk bumi yang mula-mula, sayangnya,mempercayainya. Suatu pepatah menyatakan, "Hal yang sudah lazim membuat jenuh." Mungkin orangtua kita yang mula-mula itu secara tidak sadar sudah begitu terbiasa terhadap kehadiran Al­lah sehingga mereka secara tidak sadar bersalah dengan memperlakukan Allah sebagai manusia. Bagaimanakah mungkin mereka—cerdas, berdikari, menguasai dunia—harus diperintah oleh yang lain? Apakah hak Yehovah, yang hanyalah salah satu rekan me­reka di taman, harus mengatur dan mendikte kegiatan-kegiatan mereka? Secara lan­cang mereka berdosa, mengesampingkan perintah-perintah Allah demi kepentingan- kepentingan pribadi. Buah yang mahal! Mempercayai Lusifer telah membangkrutkan "tabungan hidup mereka" dan menempatkan planet ini pada suatu pemberontakan yang berharga mahal. Kematian menguasai manusia sepenuhnya. Pekerjaan-pekerjaan tam­bahan tercipta: dokter, perawat, ahli pembuluh darah, pembuat peti mati, administrator rumah sakit. Mereka dan banyak orang yang lain harus berterima kasih kepada mereka atas pekerjaan ini. Kematian bertahta. Bagaimanakah keresahan yang disebabkan oleh penantian datangnya kematian dapat dicegah? Siapakah yang dapat mengubah kepedihan kepada pengharapan? Bagaimanakah anggota kelas mengalami kebebasan yang telah diberikan di dalam seluruh Alkitab yang membebaskan mereka dari keberadaan keresahan yang membingungkan?
Komentar Alkitab
I.                    Keselamatan Disediakan Secara Cuma-cuma
(Pelajari kembali bersama kelas, Yoh. 3:16, 6:44, dan Lu k. 18:9-14).
Para orangtua yang menguburkan anak-anak mereka mengalami kepedihan yang ti­ada bandingan. Bapa surgawi kita rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal, menyak­sikannya, terlihat tak berdaya, sementara Kristus hancur di bawah beban akumulasi kesalahan-kesalahan manusia dan kepingan salib itu. Tuhan menyaksikan mahkota duri itu dihujamkan kepada tubuh yang disia-siakan itu hingga darah, mengucur, mewarnai tubuh Kristus hingga memerah. Para tentara pengejek—kejam, hina, makhluk-makhluk kasar—mengejek Penyelamat mereka tanpa belas kasihan. Para pemimpin agama yang membenarkan diri mereka berteriak-teriak "Salibkan Dia!" Petugas-petugas negara yang tak berdaya, tidak tegas, menelantarkan Yesus. Murid-murid dunia-Nya terpen­car ke mana-mana. Ketika Kristus memohon kepada Bapa-Nya, kebisuan meliputi Dia. Mungkinkah kepedihan menghujam dengan lebih ganas lagi? Ribuan malaikat menangis menunggu dengan gelisah, siap untuk menghancurkan musuh-musuh surga. Tegang di dalam dukacita, di sisi lain mereka menatap heran, tidak dapat memahami mengapa Yesus, Panglima yang terhormat itu, tidak memperoleh pertolongan mere­ka? Disia-siakan oleh para politikus yang plin-plan, tokoh-tokoh agama yang berpura- pura, dan murid-murid yang tak berkemauan tinggi adalah suatu hal—tetapi Bapa-Nya, juga,—yang tertidur ketika dibutuhkan? Mengapakah Yesus harus mati bagi para imam yang memberontak, pengikut yang tidak menghargai, para politikus yang penakut, dan semua massa yang tak tahu apa-apa itu? Matahari hampir terbenam, menandai pend- eritaan-penderitaan akhir Yesus. Sebentar lagi tubuh-Nya yang tanpa pakaian itu akan dilepas dari salib, itu mencabik-cabik tubuhnya, menambah hancur bentuk rupa-Nya. Hanya Yusuf, dari Arimatea, dan Nikodemus, dari Yerusalem, memberikan pemakam­an kepada Kristus sebagai seorang yang tidak berdosa. Itulah harga penebusan bagi dosa-dosa kita.
Betapa tragisnya ironi di mana banyak orang menganggap bahwa keselamatan itu adalah suatu jatah. Sungguh kepercayaan yang berlebihan dan gegabah! Mereka berpi­kir bahwa oleh karena Tuhan telah menjanjikan keselamatan, maka mereka berhak atas keselamatan. Betapa sikap ini berkhianat di dalam kedangkalan rahmat yang murahan. Manusia berdosa, yang tak layak, menggadaikan Penciptaalam semesta! Neraca surga­wi menyatakan hal yang berlawanan. Manusia tetap berutang selamanya, sepenuhnya tanpa hak, dan tanpa harapan jika terpisah dari Tuhan. Kristus tidak berutang apa-apa. Manusia berdosa yang berutang untuk semuanya.
Pertimbangkan Ini: Kisah di Lukas 18:9-14 menggambarkan dua orang yang da­tang berbakti. Yang manakah menunjukkan pengalaman Kristiani yang autentik? Ciri- ciri sikap apakah yang diilustrasikan dari pengalaman itu?

   II.            Dibebaskan dari Dosa
(Pelajari kembali bersama kelas, Lukas 4:8).
Yesus sengaja menunduk hingga tatapan penuh kasih karunia-Nya mendapatkan perhatian darinya. Hampir tak berpakaian, secara kasar dipaksa keluar dari suatu ru­angan, dengan hina dipertontonkan, dia tidak bisa mengharapkan wajah yang penuh belas kasih seperti itu. Para pria biasanya memandang dia dengan penuh nafsu dan (idak pernah dengan penuh kasih. Masa lalunya tidak menentu. Seorang yang terbuang secara sosial, dia adalah pion di dalam genggaman orang-orang Farisi yang penuh maksud dan legalistik, yang berharap bisa menggunakan dia untuk maksud-maksud politik. Mencari kesempatan untuk menjerat Yesus, mereka pun telah menjadwalkan sualu pertemuan tak bermoral, lalu, secara kebetulan menemukan perselingkuhan wanita itu sedang terjadi. Mereka lalu membawa dia ke hadapan Yesus. Dengan cerdik mereka mengutip tulisan-tulisan Musa, lalu meminta opini Yesus. Kalau dia menghukum wanita ilu sesu­ai dengan aturan-aturan Musa, maka reputasi-Nya bersama orang banyak akan lerkom- promi. Kalau Dia membebaskannya, orang-orang Farisi yang munafik ini akan menu­duh Yesus tidak menuruti hukum. Tidak lama kemudian, Yesus berbicara. Dia (idak menyepelekan tindakan immoral wanita itu dan tidak juga Dia membuat perhitungan hukuman secara mudah. Dengan ringan dia menawarkan pengampunan dan dorongan yang berakhir dengan nasihat yang penuh kasih ini, "Berhentilah berbuat dosa."
Setiap orang Farisi yang hadir ketika itu juga sama berdosanya. Mereka pergi, tertu­duh, sebagai orang berdosa. Namun seorang wanita, pergi diampuni, dimampukan un­tuk melawan pencobaan, dibebaskan dari masa lalunya yang kotor. Maka, umat percaya mendapatkan modus operandi Kristus. Pertama-tama Yesus tidak mengizinkan tuduhan Setan, membebaskan orang berdosa yang bertobat dari masa lalu yang menghantui me­lalui pengampunan Ilahi. Kedua, Kristus membebaskan orang-orang yang bertobat ini dari pencobaan-pencobaan Lusifer yang kuat, menyanggupkan mereka untuk berjalan di dalam kehidupan Ilahi. Pertama-tama dibenarkan, kemudian disucikan, dengan begi­tu umat Tuhan disiapkan bagi surga.
Pertimbangkan Ini: Apakah yang biasanya terjadi ketika keselamatan hanya condong kepada pengampunan saja? Mengalahkannya saja? Bagaimanakah umat percaya mempertahankan keseimbangan di antara keduanya?

Ø  Langkah 3—Menerapkan
Untuk Guru: Apabila hadiah-hadiah tidak dipergunakan maka itu semua tidak ber­guna. Pelajaran kita sekarang ini merangkumkan kisah yang paling mulia yang pernah diceritakan, yang paling megah yang pernah dibagikan. Belajar tentang pengorbanan Allah yang tak terkira membutuhkan keputusan. Kalau guru-guru mengizinkan kesem­patan untuk mendorong keputusan ini berlalu begitu saja, seseorang yang hadir mungkin akan berjalan menuju kekekalan tanpa ditebus. Hidup adalah suatu transisi, menawar­kan hanya sedikit kepastian. Ini mungkin kesempatan akhir bagi seseorang. Seseorang guru mungkin bersikap pasif oleh karena rekan-rekan kelasnya sudah menjadi anggota jemaat, selayaknya orang-orang kudus adalah yang telah bertobat, atau orang-orang yang sudah terdaftar di dalam pilihan itu. Asumsi semacam ini dapat dimengerti tetapi berpotensi bahaya. Pepatah "lebih baik berhati-hati daripada menyesal" jelas berlaku di sini. Menyuarakan panggilan ini juga memberikan kepada umat percaya sesuatu yang berdedikasi suatu kesempatan untuk meneguhkan komitmen rohani mereka. Pertim­bangkanlah dengan penuh doa bagaimana undangan Ilahi ini dapat disampaikan.
Kegiatan/Pertanyaan-Pertanyaan:
Ingat bahwa es krim vanili, stroberi, coklat, atau neapolitan yang membungkus ha­diah telah meleleh pada jam-jam terakhir? Sudah saatnya untuk membukanya. Lakukan suatu undian Kristiani atau tunjuklah seorang relawan di dalam kelas memutuskan sia­pa yang akan membuka paket hadiah itu. Pergunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk menjelaskan ilustrasi ini.
ü  Apakah akan lebih baik, lebih enak, dan lebih tepat kalau paket ini telah dibuka pada awal kelas?
ü  Apakah makanan pencuci mulut kita itu tetap memiliki nutrisi utama, dan apakah tubuh tetap diberkati dengan memakannya (atau mengemutnya)?
ü  Kapankah waktu terbaik untuk "membuka" pemberian keselamatan dari Tuhan? Ka­pankah pemberian ini terasa paling nikmat?
ü  Kalau orang menyia-nyiakan kesempatan-kesempatan awal untuk keselamatan, ha­ruskah mereka kecewa dan membiarkan yang lewal pada waktu berikutnya juga? Apakah gizi surgawi tetap tersedia meskipun kesempatan-kesempatan yang disia- siakan mungkin telah mengizinkan Setan untuk menciptakan pengalaman-penga­laman yang pahit?

Opsi Lain Kegiatan/Pertanyaan-pertanyaan
Ingatkah diskusi pembukaan kita tentang makanan-makanan yang telah disiapkan? Pikirkan tentang hasil dari pengiriman makanan-makanan ini ketika makanan ini dapat dihidangkan pada suhu yang optimal. Berikut, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan bagi diskusi berikut ini untuk membandingkan menghidangkan makanan-makanan lezat ini pada temperatur yang kurang ideal.
ü  Apakah akan lebih baik, lebih enak, dan lebih tepat kalau paket ini telah dibuka pada awal kelas?
ü  Apakah makanan pencuci mulut kita itu tetap memiliki nutrisi utama, dan apakah tubuh tetap terberkati dengan memakannya (atau mengemutnya) ?
ü  Kapankah waktu terbaik untuk "membuka" pemberian keselamatan dari Tuhan? Ka­pankah pemberian ini terasa paling nikmat?
ü  Kalau orang menyia-nyiakan kesempatan-kesempatan awal untuk keselamatan, haruskah mereka kecewa dan membiarkan yang lewat pada waktu berikutnya juga? Apakah gizi surgawi tetap tersedia meskipun kesempatan-kesempatan yang disia- siakan mungkin telah mengizinkan Setan untuk menciptakan pengalaman-penga- laman yang pahit?
Pertimbangkan Ini: Kalau jemaat Anda mengizinkan, berbagilah satu makanan bersama, dengan makanan yang ada pada suhu yang optimal. Hikmat Ilahi menghu­bungkan pengalaman rohani dengan pengalaman-pengalaman fisik (sebagai contoh, makan pada hari raya Paskah). Mengapakah umat percaya modern tidak melakukan hal yang sama?
Ø  Langkah 4—Menciptakan
Untuk Guru: Alkitab menawarkan umat percaya tiga alasan utama untuk menyem­bah Tuhan: (1) Penciptaan, (2) pemeliharaan setiap hari, (3) penebusan. Penyelidikan pekan ini berfokus padayang ketiga. Tantanglah kelas Anda untuk memberikan respons yang kreatif terhadap keselamatan mereka.
Kegiatan: Bentuk aktivitas ini akan dibentuk oleh kesanggupan unik dan karunia- karunia rohani kelas Anda. Tema utama adalah untuk menciptakan sesuatu di dalam respons kepada keselamatan yang telah disediakan dengan penuh kemurahan. Beberapa kelompok mungkin menciptakan lagu baru atau menulis lirik yang baru untuk disesu­aikan dengan satu lagu yang terkenal. Yang lain mungkin membuat puisi atau mencip­takan suatu gambar mosaik atau lukisan. Yang lain mungkin merancang suatu sketsa drama, menampilkannya untuk suatu acara khusus nantinya. Yang lain bisa ditantang untuk mengekspresikan penghargaan mereka bagi karunia Tuhan dengan membagikan­nya melalui kesaksian.



Pelajaran 5 *26 JULI -1 Agustus
Bagaimana Supaya Diselamatkan


SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Lukas 5:27-32; 13:1-5; Mat. 22:2-14; Za. 3:1-5; Yoh. 8:30, 31; Luk. 14:25-27.
AYAT HAFALAN: "Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gu­run, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:14, 15).
Saat orang Israel dipagut ular di padang gurun, Allah memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga dan menempatkannya pada sebuah tiang supaya barang siapa yang dipagut ular bisa melihat kepadanya dan diselamatkan.
Apakah khasiat-khasiat penyembuhan yang ular tembaga itu boleh miliki? Tidak ada. Penyembuhan hanya datang dari Allah. Oleh melihat kepada patung tembaga, bagaimanapun juga, orang Israel menunjukkan iman mereka pada Allah sebagai satu-satunya pengharapan akan kehidupan dan keselamatan me­reka.
Allah ingin mengajarkan mereka sebuah pelajaran rohani. Ia mengubah simbol kematian menjadi simbol kehidupan. Ular tembaga itu adalah simbol Kristus, yang menjadi Penanggung dosa-dosa kita untuk menyelamatkan kita. Oleh iman, semua kita bisa melihat kepada Kristus yang ditinggikan di kayu salib dan menemukan obat dari sengatan mematikan ular tua, Setan. Jika tidak, kita ditakdirkan untuk mati dalam dosa-dosa kita. Firman Tuhan menyatakan apa yang seharusnya sangat menyakitkan: Sebagai manusia, kita adalah orang berdosa yang membutuhkan anugerah. Anugerah itu telah ditawarkan kepada kita di dalam Yesus.
Pekan ini kita akan mempelajari pengajaran Yesus tentang langkah-langkah praktis yang diperlukan untuk keselamatan kita.
*Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 2 Agustus.

No comments:

Post a Comment