19-25 JULI*
Keselamatan
SABAT PETANG
Baca untuk Pelajaran Pekan Ini: Luk.
18:9-14; Yoh. 6:44; Luk. 15:3-10; Mat. 20:28; Yoh. 8:34-36; 6:35,47-51.
AYAT HAFALAN: "Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).
Kita sering mengatakan "kematian adalah hanya bagian dari hidup."Tidak. Kematian adalah peniadaan kehidupan, bukan
bagian darinya.Namun, karena
sudah biasa dengan kematian, kita salah memberikannya nama, menyebutnya
bertentangan dari apa kematian itu sesungguhnya. Bagaimanapun kita memahaminya,
satu hal yang pasti: Tanpa pertolongan Ilahi, kematian kekal akan menjadi
takdir kita semua.
Untungnya,
pertolongan itu telah datang. Allah, dalam kasihnya yang tak terbatas,
menawarkan kepada kita keselamatan melalui Kristus. Ketika malaikat
mengumumkan kelahiran Mesias, malaikat memberi-Nya nama "Yesus" (dari
kata Ibrani yang berarti Keselamatan), "Karena Dialah yang akan menyelamatkan
umat-Nya dari dosa mereka" (Mat. 1:21).
Pekan ini kita
akan meninjau pekerjaan penyelamatan Yesus. Pertama, perhatian kita akan
berfokus kepada dasar keselamatan kita, dan yang berikutnya kepada
hasil-hasilnya.
Alkitab begitu jelas. Kita hanya mempunyai dua
pilihan sehubungan dengan dosa kita: Apakah kita membayar dosa-dosa kila di
lautan api, atau menerima penebusan Kristus bagi dosa-dosa kita di kayu salib.
Sebagaimana kita mengulangi karunia yang murah hati dari anugerah Allah
melalui Kristus, marilah kita sekali lagi dengan merendahkan hati memperbarui
iman kita di dalam Yesus sebagai Juruselamat pribadi kita.
*Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 26 Juli.
Minggu, 20 Juli
Keselamatan adalah Karunia dari Allah
Dalam Yohanes
3:16 dua kata kerja digunakan untuk menjelaskan apa yang Allah lakukan bagi
keselamatan kita. Bagaimanakah kedua kata kerja ini berkaitan satu dengan yang
lain? Apa yang mereka nyatakan tentang asal mula keselamatan kita?
Yohanes 3:16
3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Kata kerja
bahasa Inggris, "mencintai," khususnya cara yang sederhana sering
digunakan saat ini, sama sekali tidaklah cukup untuk mengungkapkan dalamnya
keinginan kerinduan yang dinyatakan oleh kata kerja Yunani agapad, "mengasihi." Di Perjanjian Baru, istilah ini dan kata benda yang
berkaitan agape, "kasih," menyatakan kasih Allah yang dalam dan terus-menerus terhadap
ciptaan-Nya, yang sama sekali tidak layak menerima kasih ini. Kasih adalah
atribut karakter Allah yang terunggul. Ia bukan hanya mengasihi kita, tetapi Ia
adalah kasih (1 Yoh. 4:8).
Kasih Allah
bukanlah sebuah gerakan hati berdasarkan pada perasaan atau pflihan-Nya.
Kasihnya tidaklah membedakan, atau bergantung pada yang kita lakukan. Allah
mengasihi dunia, seluruh manusia, termasuk mereka yang tidak mengasihi Dia.
Kasih yang sejati dikenal melalui
perbuatan-perbuatan yang ia hasilkan. Terkadang sebagai manusia kita mungkin
berkata, kita mengasihi seseorang, sementara tindakan-tindakan kita menunjukkan
sebaliknya (1 Yoh. 3:17,18). Hal seperti ini tidak terjadi
dengan Allah. Kasih-Nya terpantul dalam tindakan- tindakan-Nya. Dari kasih, Ia
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal bagi keselamatan kita. Dengan melakukan
ini, Allah memberikan kepada kita semua yang Ia miliki, yaitu Diri-Nya sendiri.
Bacalah Lukas 18:9-14. Apakah
yang diajarkan oleh kisah ini kepada kita tentang bagaimana seharusnya sikap
kita terhadap Allah dan anugerah-Nya?
Lukas 18:9-14
18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan
memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang
seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya
Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang
lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti
pemungut cukai ini;
18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh
dari segala penghasilanku.
18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak
berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah,
kasihanilah aku orang berdosa ini.
18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai
orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan
diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan
ditinggikan."
Kemungkinan
besar kita sudah membaca perumpamaan ini berulang kali sehingga kita tidak
terkejut oleh keputusan Yesus: "Aku berkata kepadamu, orang ini [pemungut
cukai] pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain
itu tidak" (Luk. 18:14). Bagaimanapun juga, mereka yang mendengar Yesus
ketika Ia menjatuhkan keputusan pastilah heran. Bukankah ini hasil yang tidak
adil?
Ya, itu sungguh tidak pantas untuk diberikan.
Itulah jalan keselamatan. Itu adalah karunia dari Allah. Karunia-karunia yang
tidak usahakan; karunia yang hanya diterima saja. Kita tidak bisa membeli
keselamatan; kita hanya bisa menerimanya. Meskipun Yesus jarang menggunakan
istilah anugerah, Ia jelas mengajarkan bahwa keselamatan adalah oleh anugerah,
dan karunia sedang diberikan di mana engkau tidak pantas untuk menerimanya.
Jika Allah memberikan kepada Anda
apa yang Anda patut terima, apakah itu, dan mengapa?
Senin, 21 Juli
Keselamatan: Inisiatif Allah
Membaca keempat
Kitab Injil dengan lugas menunjukkan bahwa kita berutang keselamatan
sepenuhnya kepada Allah. Yesus tidak datang ke dunia ini karena kita
mengundang-Nya, tetapi oleh sebab Bapa, karena kasih kepada kita, mengutus Dia.
Inisiatif Bapa ditegaskan oleh ungkapan yang Kristus sering gunakan "Dia
yang mengutus Aku" dan "Bapa yang mengutus Aku." (Baca Yoh. 7:28; 8:29; 12:49).
Yoh. 7:28;
8:29; 12:49
7:28 Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang
Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas
kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu
kenal.
8:29 Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak
membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan
kepada-Nya."
12:49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi
Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa
yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.
Apakah lagi
yang Bapa lakukan bagi keselamatan kita menurut Yohanes 6:44?
Yohanes 6:44
6:44 Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia
tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir
zaman.
Terlepas dari
kenyataan bahwa kita adalah orang berdosa dan tidak mengasihi Allah, Ia
mengasihi kita dan menyediakan sarana pengampunan bagi dosa kita melalui
Anak-Nya (1 Yoh. 4:10). Kasih yang menakjubkan inilah yang menarik kita
kepada-Nya.
Tidak hanya
Bapa yang terlibat, tetapi Anak juga memiliki peran yang sangat aktif dalam
keselamatan kita. Dia datang dengan misi tertentu. "Sebab Anak Manusia
datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Luk. 19:10). Setiap kali kita merenungkan Dia diangkat dari
bumi, Ia menarik kita kepada-Nya (Yoh, 12:32).
Seberapa jauhkah Tuhan bersedia untuk pergi dalam upaya-Nya untuk
menyelamatkan kita? Lihat Lukas 15:3-10.
Lukas 15:3-10
15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor
domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang
sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu
sampai ia menemukannya?
15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas
bahunya dengan gembira,
15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan
tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama
dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di
sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena
sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
15:8 "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham,
dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu
rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?
15:9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat
dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku,
sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.
15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada
malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."
Perumpamaan
yang kembar ini menunjukkan bahwa Allah tidak menunggu kita secara pasif untuk
datang kepada-Nya tetapi secara aktif mencari kita. Kita memiliki Allah yang
mencari. Tidak masalah jika kita tersesat, jauh berada di tempat yang berbahaya
atau bahkan hilang di rumah; Tuhan akan mencari kita tanpa kenal lelah hingga
Dia menemukan kita.
"Tidak,
begitu domba itu tersesat, gembala itu merasa sedih dan cemas. Ia menghitung
dan menghitung kembali kawanan domba itu. Bilamana ia sudah merasa pasti bahwa
seekor domba telah hilang, ia tidak akan berlambat-lambat. Ia meninggalkan
kesembilan puluh sembilan domba yang berada di kandang dan pergi mencari domba
yang tersesat. Semakin gelap dan semakin ganas badai di malam hari itu semakin
berbahaya jalan itu, semakin besar kegelisahan gembala dan semakin tekun ia
mencari. Ia berusaha sekuat-kuatnya mencari domba yang hilang itu.
Betapa lega
hatinya manakala ia mendengar tidak seberapa jauh suara mengembik samar-samar,
yang pertama. Sambil mengikuti arah suara, ia menaiki tebing-tebing yang
terjal, ia mencapai tepi tebing, dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.
Begitulah ia mencari sementara suara domba yang mengembik terdengar semakin
lemah, ini memberitahukan kepadanya bahwa dombanya sudah dekat dengan ajalnya.
Akhirnya usahanya itu diberi pahala; yang hilang telah ditemukan."—Ellen
G. White, Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus, hlm. 131,132.
Selasa, 22 Juli
Kematian yang Diharuskan
Yohanes
Pembaptis menggambarkan Yesus sebagai "Anak Domba Allah yang menghapus
dosa dunia" (Yoh. 1:29). Gambaran ini
mudah untuk dimengerti oleh bangsa Israel yang terbiasa dengan korban yang
dipersembahkan di Bait Suci dan sejarah suci tercatat di Perjanjian Lama.
Abraham telah menunjukkan imannya yaitu bahwa "Allah akan menyediakan
bagi Diri-Nya sendiri anak domba korban bakaran"; dan Tuhan sungguh
menyediakan binatang untuk dikorbankan pengganti Ishak (Kej.
22:8,13). Di Mesir, domba disembelih oleh orang Israel sebagai lambang pembebasan
Allah bagi mereka dari perhambaan dosa (Kel. 12:1-13). Kemudian, ketika pelayanan Bait Suci ditetapkan, dua domba harus
dikorbankan di atas mezbah setiap hari, terus-menerus: satu di pagi hari dan
satu di petang hari (Kel. 29:38,39). Semua korban
ini adalah melambangkan Mesias yang akan datang, yang "seperti anak domba
yang dibawa ke pembantaian" karena "Tuhan telah menimpakan kepadanya
kejahatan kita sekalian" (Yes. 53:6, 7). Oleh karena itu, oleh memperkenalkan Yesus sebagai "Anak Domba Allah
yang menghapus dosa dunia" (Yoh. 1:29), Yohanes Pembaptis sedang menyatakan penggantian dengan kematian pendamaian
Kristus.
Selama
pelayanan-Nya, Yesus berulang kali mengumumkan kematian-Nya, meskipun itu sulit
bagi para murid untuk memahami mengapa Ia harus mati (Mal. 16:22). Secara bertahap, Yesus menjelaskan tujuan besar kematian-Nya.
Apakah
ilustrasi-ilustrasi yang Yesus gunakan untuk menunjukkan bahwa Ia akan mati
sebagai Pengganti bagi kita? Lihatlah Matius 20:28; Yohanes 10:11.
Matius 20:28;
20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang."
Yohanes 10:11
10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan
nyawanya bagi domba-dombanya;
"Tidak ada
kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya" (Yoh. 15:13)-, ini tetap benar sekalipun mereka tidak memahami atau menerima pengorbanan
itu. Di salib, Yesus mencurahkan darah-Nya "bagi banyak orang untuk
pengampunan dosanya" (Mal. 26:28).
Penting untuk
diperhatikan bahwa Yesus mati secara sukarela. Seperti Bapa mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, demikian Anak memberikan nyawa-Nya sendiri untuk menebus
umat manusia. Tidak ada yang memaksa Dia untuk melakukannya. "Tidak ada
seorang pun mengambilnya (hidupku) dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya
menurut kehendak-Ku sendiri," kata Yesus (Yoh. 10:18).
Bahkan Kayafas,
yang secara terbuka menolak Yesus dan memimpin komplotan untuk membunuh-Nya,
tanpa sadar mengakui kematian Yesus sebagai pengganti (Yoh.
11:49-51).
Bayangkanlah
berapa banyak rasa tidak berterima kasih yang manusia miliki terhadap Allah dan
apa yang Ia telah berikan kepada kita di dalam Kristus. Bagaimanakah kita bisa
memastikan kita tidak jatuh ke dalam perangkap itu? Mengapakah hal ini begitu
mudah dilakukan, khususnya ketika kita sedang menjalani saat-saat yang sulit?
Rabu, 23 Juli
Bebas dari Dosa
Tanpa Kristus,
kita adalah hamba dosa, hamba kepada dorongan-dorongan jahat dari sifat alami
manusia yang telah jatuh. Kita hidup dengan egois, menyenangkan diri sendiri di
mana seharusnya hidup untuk kemuliaan Allah. Akibat yang tak terhindarkan dari
perhambaan rohani ini adalah kematian, karena upah dosa adalah maut.
Tetapi Yesus datang
"untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan..., untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas" (Lak. 4:19). Ini bukanlah tawanan-tawanan harfiah, tetapi tawanan-tawanan rohani Setan (lihat Mrk. 5:1 - 20; Luk, 8:1,2). Yesus tidak
melepaskan Yohanes Pembaptis dari penjara Herodes, tetapi Ia sungguh melepaskan
mereka yang diikat oleh rantai kehidupan dosa dan membebaskan mereka dari rasa
bersalah yang berat dan hukuman kekal.
Janji besar
apakah yang ditemukan di ayat-ayat berikut? Lihat Yohanes 8:34-36.
Yohanes 8:34-36
8:34 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.
8:35 Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap
tinggal dalam rumah.
8:36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar
merdeka."
Penggunaan kata
"benar-benar" pada ayat 36 menunjukkan bahwa ada juga jenis
kebebasan yang salah, kebebasan palsu yang benar-benar membelenggu umat manusia
untuk lebih jauh tidak taat kepada Allah. Para pendengar Yesus percaya bahwa
mereka sebagai keturunan Abraham padanya digantungkan pengharapan untuk
kebebasan. Kita menjalani risiko yang sama. Musuh menginginkan kita untuk
bergantung pada apa saja—sebagai contoh, pengetahuan doktrinal kita, kesalehan
pribadi kita, atau catatan pelayanan kita bagi Allah—apa saja selain Kristus
bagi keselamatan kita. Tetapi tak satu pun dari ini, bagaimana penting pun
semua itu, mempunyai kuasa untuk membebaskan kita dari dosa dan hukumannya.
Satu- satunya Pembebas sejati adalah Anak, yang tidak pernah diperbudak oleh
dosa.
Yesus sangat
gembira dalam mengampuni dosa-dosa. Ketika empat orang membawa seorang yang
lumpuh kepada-Nya, Ia mengetahui bahwa orang ini sakit sebagai akibat hidup
tak bermoral, namun lajuga tahu bahwa orang ini telah bertobat. Di mata orang
yang memohon ini, Yesus melihat kerinduan hatinya terhadap pengampunan dan
imannya di dalam Yesus sebagai satu-satunya Penolongnya. Dengan lembut, Yesus
berkata kepadanya: "Anak-Ku, dosamu sudah diampuni" (Mrk. 2:5). Itulah kata-kata paling manis yang orang ini
pernah dengarkan. Beban putus asa menghilang dari pikirannya, dan damai
pengampunan memenuhi rohnya. Di dalam Kristus ia menemukan kesembuhan rohani
dan fisik.
Di rumah
seorang Farisi,- seorang wanita berdosa membasuh kaki Yesus dengan air matanya
dan meminyakinya dengan minyak wangi {Luk. 7:37,38). Karena mengetahui ketidaksetujuan orang Farisi, Yesus menjelaskan
kepadanya bahwa: "dosanya, yang banyak itu, diampuni" (Luk. 7:47). Lalu Ia berkata kepada perempuan itu, "Dosamu
telah diampuni" (Luk. 7:48).
"Dosamu
diampuni." Mengapakah ini adalah kata-kata terbaik yang kita masing-masing
pernah dengar?
Kamis, 24 Juli
Kristus Memberikan Hidup Kekal kepada Kita
Oleh karena
dosa-dosa kita, kita pantas mati. Namun Kristus mengambil tempat kita di kayu
salib dan membayar hukuman mati yang sebenarnya ditanggungkan pada kita. Ia,
yang tidak berdosa, mengambil kesalahan kita dan menerima hukuman kita sehingga
kita yang berdosa, bisa dinyatakan tidak bersalah. Melalui Dia, gantinya binasa
kita menerima hidup kekal. Yohanes 3:15 membuat janji yang menakjubkan ini bagi
kita. Bunyinya, "supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup
yang kekal," sebuah janji yang diulangi di akhir Yohanes 3:16.
Beberapa
berpikir bahwa, bahkan setelah menerima Yesus sebagai Jurusela- mat, janji
kehidupan kekal akan menjadi nyata hanya setelah kedatangan-Nya yang kedua.
Namun, janji keselamatan dinyatakan dalam bentuk sekarang: "Barangsiapa
percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal" (Yoh. 3:36). Barang siapa percaya kepada Anak sekarang "mempunyai hidup yang
kekal," "dan tidak turut dihukum" di akhir zaman, "sebab ia
sudah pindah dari dalam maut ke dalam kehidupan" (Yoh. 5:24). Jadi walaupun kita mati dan tidur dalam kubur, istirahat yang sementara
ini tidak akan menggantikan kehidupan yang kekal.
Saat Yesus menjadi Juruselamat kita, hidup kita
memperoleh makna baru yang sepenuhnya, dan kita bisa menikmati keberadaan yang
lebih kaya dan lebih lengkap. "Aku datang," Yesus berkata,
"supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan" (Yoh. 10:10). Gantinya
kesenangan dunia yang fana, yang mengisi kita tanpa benar-benar memuaskan kita,
Ia menawarkan kepada kita suatu kehidupan yang dihidupkan dalam cara yang sama
sekali berbeda, penuh dengan kepuasan yang tiada habis-habisnya di dalam Dia.
Hidup baru yang berkelimpahan ini mencakup seluruh keberadaan kita. Yesus
melakukan banyak mukjizat untuk memulihkan kehidupan fisik banyak orang. Tetapi
di atas semuanya, Ia ingin memberikan mereka kehidupan rohani yang diperbarui,
bebas dari dosa, dipenuhi dengan iman kepada-Nya dan kepastian keselamatan.
Kiasan apakah yang
Yesus gunakan untuk menyatakan upah menerima Dia? Apakah maknanya dalam
kehidupan praktis kita sehari-hari? Lihat Yohanes 6:35, 47-51.
Yohanes 6:35, 47-51
6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup;
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia
mempunyai hidup yang kekal.
6:48 Akulah roti hidup.
6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka
telah mati.
6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari
padanya, ia tidak akan mati.
6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau
seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang
Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
Renungkanlah
konsep hidup kekal. Itu bukan hanya sebuah hidup yang abadi tetapi di atas.
semuanya, hidup yang menyenangkan, memuaskan, dan berbahagia dalam persekutuan
yang penuh kasih dengan Allah di dunia yang baru. Meskipun kita masih hidup di
dunia ini, bagaimanakah kita bisa mulai untuk menikmati, meskipun hanya
sebagian, apa artinya memiliki hidup kekal?
Jumat, 25 Juli
Pendalaman: Ellen G. White, "Keperluan Orang Berdosa," hlm. 17-25, dalam Kebahagiaan Sejati; "The Subject Presented in 1883," hlm. 350-354, dalam Selectecl Messages, buku 1.
"Sambil
memandang kepada penebus yang sudah disalibkan, kita lebih mengerti besarnya
dan maknanya pengorbanan yang diadakan oleh Yang Mahamulia di surga. Rencana
keselamatan dimuliakan di hadapan kita, dan pikiran tentang Golgota menggugah
hidup dan emosi yang suci dalam hati kita. Puji-pujian kepada Allah dan Anak
Domba akan ada dalam hati kita dan pada bibir kita; karena kesombongan dan
pemujaan diri sendiri tidak dapat tumbuh subur dalam jiwa yang senantiasa
mengenangkan peristiwa di Golgota."
"Ia yang memandang kasih Juruselamat yang
tiada taranya akan diangkat derajatnya dalam pikiran, disucikan dalam hati,
diubahkan dalam tabiat. Ia akan pergi keluar menjadi suatu terang bagi dunia,
memantulkan sedapat-dapatnya kasih yang gaib ini. Lebih banyak kita merenungkan
salib Kristus, lebih sempurna pula kita akan menerima bahasa rasul ketika ia
mengatakan, 'tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib
Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku
bagi dunia.' Gal. 6:14."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 303.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1)
Keselamatan adalah karunia, yang
berarti bahwa itu adalah cuma- cuma. Pada saat yang sama, apakah keselamatan
itu tidak ada biaya sama sekali? Berapakah biaya untuk menerima karunia ini,
dan mengapa—apa pun biayanya—apakah itu lebih daripada layak?
2)
Pada hari Senin kita membaca
ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan adalah hasil inisiatif Allah. Dia
membuat setiap usaha untuk menyelamatkan kita. Namun, Yesus juga berkata bahwa
kita perlu untuk mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (Mat. 6:33).
Perkataan-Nya, "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu"
(Luk. 13:24) menyiratkan bahwa kita perlu untuk mencari keselamatan kita.
Bagaimanakah kita menjelaskan ini?
3)
Bagaimanakah kematian Kristus di
kayu salib menyatakan keadilan Allah? Bagaimanakah itu juga menyatakan rahmat
Allah?
4)
Jika kita bisa bekerja dengan
cara kita untuk kehidupan kekal, melalui usaha-usaha dan perbuatan baik kita,
dan bahkan penurutan kita akan hukum, apakah yang hal itu akan katakan tentang keseriusan
dosa? Sebaliknya, pikirkanlah seberapa buruk dosa itu hingga hanya kematian
Yesus yang bisa menebusnya?
5)
Orang Yahudi rohani melihat di
dalam Sabat rasa pendahuluan hidup kekal itu nantinya. Dalam hal apakah ide
itu—hidup kekal sebelumnya telah dirasakan dalam Sabat—dapat dimengerti?
Siklus Belajar
Ø Ayat Inti: Yohanes 3:16
Ø Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Memahami tawaran Tuhan akan hidup yang kekal
sebagai satu- satunya alternatif untuk mengatasi masalah universal tentang
kematian. Merasakan: Mengalami kebebasan dari hukuman dan kuasa dosa,
termasuk akibat langsung kematian.
Melakukan: Menerima tawaran kehidupan yang kekal yang telah dibeli dengan sangat
mahal, tetap dengan penuh kemurahan ditawarkan.
Ø Garis Besar Pelajaran:
I. Mengetahui: Tuhan Menawarkan Satu-satunya Alternatif yang
Layak Terhadap
Kematian.
A.
Menurut Anda mengapa Yohanes 3:16
menjadi ayat yang paling terkenal?
B.
Kerinduan jiwa manusia yang
manakah yang ditujukan melalui janji kehidupan yang kekal? Mengapakah demikian?
C.
Di dalam agama-agama yang bukan
Kristen, manusia berusaha untuk mencari dan memuaskan Tuhan. Di dalam agama
Kristen, Allah mengambil inisiatif untuk menemukan kita. Bagaimanakah Anda
menjelaskan perbedaannya?
II. Merasakan: Keselamatan Membebaskan Kita dari Hukuman dan
Kuasa Dosa.
A.
Bagaimanakah perasaan berdosa dan
malu menyiapkan kita untuk mencari keselamatan yang Tuhan telah tawarkan dengan
cuma- cuma?
B.
Bagaimanakah teologi-teologi yang
menekankan kebebasan dari hukuman dosa, tetapi bukan kebebasan dari kuasa dosa,
meremehkan pengalaman penganutnya?
C.
Bagaimanakah umat percaya dapat
menghadapi teror kematian ketika mereka telah mengalami karunia keselamatan?
III. Melakukan: Tawaran ilidup yang Kekal adalah Sia-sia Kalau Tidak Diterima.
A.
Hambatan-hambatan apa sajakah
yang diizinkan oleh orang banyak yang menghalangi mereka menerima tawaran
hidup kekal yang penuh kemurahan?
B. Bagaimanakah orang banyak dapat didorong untuk menerima pemberian hidup
yang kekal dari Kristus?
Garis
Besar: Keselamatan dari Allah memberikan kelepasan yang lengkap dari dosa dan
segala akibat-akibatnya.
Ø LANGKAH 1—Memotivasi
FOKUS ALKITAB: Yohanes 3:16.
Konsep Utama untuk Pertumbuhan
Rohani: Allah menawarkan kepada manusia pemulihan yang lengkap, menyediakan
keselamatan dari hukuman dosa, kuasanya, dan pada akhirnya kehadiran-Nya
sendiri.
Untuk
Guru: Seperti pentingnya setiap pelajaran di dalam seri ini, mungkin pelajaran
yang paling penting adalah pelajaran sekarang ini dan pelajaran berikutnya.
Kita akan menyelidiki harta yang tak pernah habis dari rahmat Ilahi yang dengan
penuh kemurahan menyediakan keselamatan kita sebelum kita menyelidiki
tahap-tahap oleh mana keselamatan itu diberikan secara pribadi.
Aktivitas Pembuka: Sebelum meninggalkan rumah, taruhlah satu mangkuk es krim di dalam sebuah
wadah yang nantinya akan dibungkus dengan kertas kado. Selama di kelas,
bagikanlah itu, dan beri kesempatan bagi anggota-anggota kelas untuk menebak
isinya. Cari tahu, "Siapakah yang senang menerima hadiah? Siapakah yang
senang untuk memberikan hadiah? Apakah yang ada di dalam wadah itu? Berapakah
yang mau wadah itu segera dibuka? (Ambil suara). Berapakah yang lebih suka
kalau hadiah itu dibukanya setelah selesai kelas? (Ambil suara). (Apa pun hasil
votingnya, biarkan hadiah itu tertutup hingga kesimpulan kelas. Lihatlah
aplikasinya pada akhir pelajaran ini, di Langkah 3).
Pilihan Lain untuk Kegiatan
Pembuka: Bayangkan Anda sedang mempersiapkan sebuah hadiah makanan untuk
sahabat-sahabat Anda. Apakah makanan tersebut lebih baik diberikan panas atau
dingin? Bayangkan bahwa pengiriman makanan tersebut secara tidak diharapkan
terlambat. Makanan yang panas menjadi dingin, atau yang dingin menjadi hangat, maka
kehilangan cita rasa seperti yang diharapkan. Bagaimanakah pengiriman dan
penerimaan hadiah-hadiah yang tepat waktu membedakan harapan dan penghargaan
terhadap hadiah-hadiah tersebut?
Pertimbangkanlah
Ini: Mengapakah Allah suka menawarkan kepada kita pemberian kcselamatan-Nya?
Apakah yang hal ini nyatakan tentang silat kasih Allah?
Ø Langkah 2—Menyelidiki
Untuk
Guru: Musa mencatat penipuan Setan yang mula-mula: "Sekali-kali kamu tidak
akan mati." Penduduk bumi yang mula-mula, sayangnya,mempercayainya. Suatu
pepatah menyatakan, "Hal yang sudah lazim membuat jenuh." Mungkin
orangtua kita yang mula-mula itu secara tidak sadar sudah begitu terbiasa
terhadap kehadiran Allah sehingga mereka secara tidak sadar bersalah dengan
memperlakukan Allah sebagai manusia. Bagaimanakah mungkin mereka—cerdas,
berdikari, menguasai dunia—harus diperintah oleh yang lain? Apakah hak Yehovah,
yang hanyalah salah satu rekan mereka di taman, harus mengatur dan mendikte kegiatan-kegiatan
mereka? Secara lancang mereka berdosa, mengesampingkan perintah-perintah Allah
demi kepentingan- kepentingan pribadi. Buah yang mahal! Mempercayai Lusifer
telah membangkrutkan "tabungan hidup mereka" dan menempatkan planet
ini pada suatu pemberontakan yang berharga mahal. Kematian menguasai manusia
sepenuhnya. Pekerjaan-pekerjaan tambahan tercipta: dokter, perawat, ahli
pembuluh darah, pembuat peti mati, administrator rumah sakit. Mereka dan banyak
orang yang lain harus berterima kasih kepada mereka atas pekerjaan ini.
Kematian bertahta. Bagaimanakah keresahan yang disebabkan oleh penantian
datangnya kematian dapat dicegah? Siapakah yang dapat mengubah kepedihan kepada
pengharapan? Bagaimanakah anggota kelas mengalami kebebasan yang telah
diberikan di dalam seluruh Alkitab yang membebaskan mereka dari keberadaan
keresahan yang membingungkan?
Komentar Alkitab
I.
Keselamatan Disediakan Secara
Cuma-cuma
(Pelajari kembali bersama kelas, Yoh. 3:16, 6:44, dan Lu k. 18:9-14).
Para orangtua
yang menguburkan anak-anak mereka mengalami kepedihan yang tiada bandingan.
Bapa surgawi kita rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal, menyaksikannya,
terlihat tak berdaya, sementara Kristus hancur di bawah beban akumulasi
kesalahan-kesalahan manusia dan kepingan salib itu. Tuhan menyaksikan mahkota
duri itu dihujamkan kepada tubuh yang disia-siakan itu hingga darah, mengucur,
mewarnai tubuh Kristus hingga memerah. Para tentara pengejek—kejam, hina,
makhluk-makhluk kasar—mengejek Penyelamat mereka tanpa belas kasihan. Para
pemimpin agama yang membenarkan diri mereka berteriak-teriak "Salibkan
Dia!" Petugas-petugas negara yang tak berdaya, tidak tegas, menelantarkan
Yesus. Murid-murid dunia-Nya terpencar ke mana-mana. Ketika Kristus memohon kepada
Bapa-Nya, kebisuan meliputi Dia. Mungkinkah kepedihan menghujam dengan lebih
ganas lagi? Ribuan malaikat menangis menunggu dengan gelisah, siap untuk
menghancurkan musuh-musuh surga. Tegang di dalam dukacita, di sisi lain mereka
menatap heran, tidak dapat memahami mengapa Yesus, Panglima yang terhormat itu,
tidak memperoleh pertolongan mereka? Disia-siakan oleh para politikus yang
plin-plan, tokoh-tokoh agama yang berpura- pura, dan murid-murid yang tak
berkemauan tinggi adalah suatu hal—tetapi Bapa-Nya, juga,—yang tertidur ketika
dibutuhkan? Mengapakah Yesus harus mati bagi para imam yang memberontak,
pengikut yang tidak menghargai, para politikus yang penakut, dan semua massa
yang tak tahu apa-apa itu? Matahari hampir terbenam, menandai pend- eritaan-penderitaan
akhir Yesus. Sebentar lagi tubuh-Nya yang tanpa pakaian itu akan dilepas dari
salib, itu mencabik-cabik tubuhnya, menambah hancur bentuk rupa-Nya. Hanya
Yusuf, dari Arimatea, dan Nikodemus, dari Yerusalem, memberikan pemakaman
kepada Kristus sebagai seorang yang tidak berdosa. Itulah harga penebusan bagi
dosa-dosa kita.
Betapa tragisnya ironi di mana banyak orang
menganggap bahwa keselamatan itu adalah suatu jatah. Sungguh kepercayaan yang
berlebihan dan gegabah! Mereka berpikir bahwa oleh karena Tuhan telah
menjanjikan keselamatan, maka mereka berhak atas keselamatan. Betapa sikap ini
berkhianat di dalam kedangkalan rahmat yang murahan. Manusia berdosa, yang tak
layak, menggadaikan Penciptaalam semesta! Neraca surgawi menyatakan hal yang
berlawanan. Manusia tetap berutang selamanya, sepenuhnya tanpa hak, dan tanpa
harapan jika terpisah dari Tuhan. Kristus tidak berutang apa-apa. Manusia
berdosa yang berutang untuk semuanya.
Pertimbangkan
Ini: Kisah di Lukas 18:9-14 menggambarkan dua orang yang datang
berbakti. Yang manakah menunjukkan pengalaman Kristiani yang autentik? Ciri-
ciri sikap apakah yang diilustrasikan dari pengalaman itu?
II.
Dibebaskan dari Dosa
(Pelajari kembali bersama kelas, Lukas 4:8).
Yesus sengaja menunduk hingga tatapan penuh kasih
karunia-Nya mendapatkan perhatian darinya. Hampir tak berpakaian, secara kasar
dipaksa keluar dari suatu ruangan, dengan hina dipertontonkan, dia tidak bisa
mengharapkan wajah yang penuh
belas kasih seperti itu. Para pria biasanya memandang dia dengan penuh
nafsu dan (idak pernah dengan penuh kasih. Masa lalunya tidak menentu. Seorang
yang terbuang secara sosial, dia adalah pion di dalam genggaman orang-orang
Farisi yang penuh maksud dan legalistik, yang berharap bisa menggunakan dia
untuk maksud-maksud politik. Mencari kesempatan untuk menjerat Yesus, mereka
pun telah menjadwalkan sualu pertemuan tak bermoral, lalu, secara kebetulan
menemukan perselingkuhan wanita itu sedang terjadi. Mereka lalu membawa dia ke
hadapan Yesus. Dengan cerdik mereka mengutip tulisan-tulisan Musa, lalu meminta
opini Yesus. Kalau dia menghukum wanita ilu sesuai dengan aturan-aturan Musa,
maka reputasi-Nya bersama orang banyak akan lerkom- promi. Kalau Dia
membebaskannya, orang-orang Farisi yang munafik ini akan menuduh Yesus tidak
menuruti hukum. Tidak lama kemudian, Yesus berbicara. Dia (idak menyepelekan
tindakan immoral wanita itu dan tidak juga Dia membuat perhitungan hukuman
secara mudah. Dengan ringan dia menawarkan pengampunan dan dorongan yang
berakhir dengan nasihat yang penuh kasih ini, "Berhentilah berbuat
dosa."
Setiap orang Farisi yang hadir ketika itu juga sama
berdosanya. Mereka pergi, tertuduh, sebagai orang berdosa. Namun seorang
wanita, pergi diampuni, dimampukan untuk melawan pencobaan, dibebaskan dari
masa lalunya yang kotor. Maka, umat percaya mendapatkan modus operandi Kristus.
Pertama-tama Yesus tidak mengizinkan tuduhan Setan, membebaskan orang berdosa
yang bertobat dari masa lalu yang menghantui melalui pengampunan Ilahi. Kedua,
Kristus membebaskan orang-orang yang bertobat ini dari pencobaan-pencobaan
Lusifer yang kuat, menyanggupkan mereka untuk berjalan di dalam kehidupan
Ilahi. Pertama-tama dibenarkan, kemudian disucikan, dengan begitu umat Tuhan
disiapkan bagi surga.
Pertimbangkan Ini: Apakah yang biasanya terjadi ketika keselamatan hanya condong kepada
pengampunan saja? Mengalahkannya saja? Bagaimanakah umat percaya mempertahankan
keseimbangan di antara keduanya?
Ø Langkah 3—Menerapkan
Untuk Guru: Apabila hadiah-hadiah tidak dipergunakan maka itu semua tidak berguna.
Pelajaran kita sekarang ini merangkumkan kisah yang paling mulia yang pernah
diceritakan, yang paling megah yang pernah dibagikan. Belajar tentang
pengorbanan Allah yang tak terkira membutuhkan keputusan. Kalau guru-guru
mengizinkan kesempatan untuk mendorong keputusan ini berlalu begitu saja,
seseorang yang hadir mungkin akan berjalan menuju kekekalan tanpa ditebus.
Hidup adalah suatu transisi, menawarkan hanya sedikit kepastian. Ini mungkin
kesempatan akhir bagi seseorang. Seseorang guru mungkin bersikap pasif oleh
karena rekan-rekan kelasnya sudah menjadi anggota jemaat, selayaknya
orang-orang kudus adalah yang telah bertobat, atau orang-orang yang sudah
terdaftar di dalam pilihan itu. Asumsi semacam ini dapat dimengerti tetapi
berpotensi bahaya. Pepatah "lebih baik berhati-hati daripada
menyesal" jelas berlaku di sini. Menyuarakan panggilan ini juga memberikan
kepada umat percaya sesuatu yang berdedikasi suatu kesempatan untuk meneguhkan
komitmen rohani mereka. Pertimbangkanlah dengan penuh doa bagaimana undangan
Ilahi ini dapat disampaikan.
Kegiatan/Pertanyaan-Pertanyaan:
Ingat bahwa es krim vanili, stroberi, coklat, atau
neapolitan yang membungkus hadiah telah meleleh pada jam-jam terakhir? Sudah
saatnya untuk membukanya. Lakukan suatu undian Kristiani atau tunjuklah seorang
relawan di dalam kelas memutuskan siapa yang akan membuka paket hadiah itu.
Pergunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk menjelaskan ilustrasi ini.
ü Apakah akan lebih baik, lebih enak, dan lebih tepat kalau paket ini telah
dibuka pada awal kelas?
ü Apakah makanan pencuci mulut kita itu tetap memiliki nutrisi utama, dan
apakah tubuh tetap
diberkati dengan memakannya (atau mengemutnya)?
ü Kapankah waktu terbaik untuk "membuka" pemberian keselamatan dari
Tuhan? Kapankah pemberian ini terasa paling nikmat?
ü Kalau orang menyia-nyiakan kesempatan-kesempatan awal untuk keselamatan, haruskah
mereka kecewa dan membiarkan yang lewal pada waktu berikutnya juga? Apakah gizi
surgawi tetap tersedia meskipun kesempatan-kesempatan yang disia- siakan
mungkin telah mengizinkan Setan untuk menciptakan pengalaman-pengalaman yang
pahit?
Opsi Lain
Kegiatan/Pertanyaan-pertanyaan
Ingatkah
diskusi pembukaan kita tentang makanan-makanan yang telah disiapkan? Pikirkan
tentang hasil dari pengiriman makanan-makanan ini ketika makanan ini dapat
dihidangkan pada suhu yang optimal. Berikut, gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
bagi diskusi berikut ini untuk membandingkan menghidangkan makanan-makanan
lezat ini pada temperatur yang kurang ideal.
ü Apakah akan lebih baik, lebih enak, dan lebih tepat kalau paket ini telah
dibuka pada awal kelas?
ü Apakah makanan pencuci mulut kita itu tetap memiliki nutrisi utama, dan
apakah tubuh tetap terberkati dengan memakannya (atau mengemutnya) ?
ü Kapankah waktu terbaik untuk "membuka" pemberian keselamatan dari
Tuhan? Kapankah pemberian ini terasa paling nikmat?
ü Kalau orang menyia-nyiakan kesempatan-kesempatan awal untuk keselamatan,
haruskah mereka kecewa dan membiarkan yang lewat pada waktu berikutnya juga?
Apakah gizi surgawi tetap tersedia meskipun kesempatan-kesempatan yang disia-
siakan mungkin telah mengizinkan Setan untuk menciptakan pengalaman-penga-
laman yang pahit?
Pertimbangkan Ini: Kalau jemaat Anda mengizinkan, berbagilah satu makanan bersama, dengan
makanan yang ada pada suhu yang optimal. Hikmat Ilahi menghubungkan pengalaman
rohani dengan pengalaman-pengalaman fisik (sebagai contoh, makan pada hari raya
Paskah). Mengapakah umat percaya modern tidak melakukan hal yang sama?
Ø Langkah 4—Menciptakan
Untuk
Guru: Alkitab menawarkan umat percaya tiga alasan utama untuk menyembah Tuhan:
(1) Penciptaan, (2) pemeliharaan setiap hari, (3) penebusan. Penyelidikan pekan
ini berfokus padayang ketiga. Tantanglah kelas Anda untuk memberikan respons
yang kreatif terhadap keselamatan mereka.
Kegiatan: Bentuk aktivitas ini akan dibentuk oleh kesanggupan unik dan karunia-
karunia rohani kelas Anda. Tema utama adalah untuk menciptakan sesuatu di dalam
respons kepada keselamatan yang telah disediakan dengan penuh kemurahan.
Beberapa kelompok mungkin menciptakan lagu baru atau menulis lirik yang baru
untuk disesuaikan dengan satu lagu yang terkenal. Yang lain mungkin membuat
puisi atau menciptakan suatu gambar mosaik atau lukisan. Yang lain mungkin merancang
suatu sketsa drama, menampilkannya untuk suatu acara khusus nantinya. Yang lain
bisa ditantang untuk mengekspresikan penghargaan mereka bagi karunia Tuhan
dengan membagikannya melalui kesaksian.
Pelajaran 5 *26 JULI -1 Agustus
Bagaimana
Supaya Diselamatkan
SABAT
PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Lukas 5:27-32;
13:1-5; Mat. 22:2-14; Za. 3:1-5; Yoh. 8:30, 31;
Luk. 14:25-27.
AYAT HAFALAN: "Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus
ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang
kekal" (Yoh. 3:14, 15).
Saat orang
Israel dipagut ular di padang gurun, Allah memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga dan menempatkannya
pada sebuah tiang supaya barang siapa yang dipagut ular bisa melihat kepadanya
dan diselamatkan.
Apakah
khasiat-khasiat penyembuhan yang ular tembaga itu boleh miliki? Tidak ada.
Penyembuhan hanya datang dari Allah. Oleh melihat kepada patung tembaga,
bagaimanapun juga, orang Israel menunjukkan iman mereka pada Allah sebagai
satu-satunya pengharapan akan kehidupan dan keselamatan mereka.
Allah ingin
mengajarkan mereka sebuah pelajaran rohani. Ia mengubah simbol kematian menjadi
simbol kehidupan. Ular tembaga itu adalah simbol Kristus, yang menjadi
Penanggung dosa-dosa kita untuk menyelamatkan kita. Oleh iman, semua kita bisa
melihat kepada Kristus yang ditinggikan di kayu salib dan menemukan obat dari
sengatan mematikan ular tua, Setan. Jika tidak, kita ditakdirkan untuk mati
dalam dosa-dosa kita. Firman Tuhan menyatakan apa yang seharusnya sangat
menyakitkan: Sebagai manusia, kita adalah orang berdosa yang membutuhkan
anugerah. Anugerah itu telah ditawarkan kepada kita di dalam Yesus.
Pekan ini kita akan mempelajari pengajaran Yesus
tentang langkah-langkah praktis yang diperlukan untuk keselamatan kita.
*Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 2 Agustus.
No comments:
Post a Comment