Pelajaran 2 Triwulan III 2014

Pelajaran 2 5-11  JULI*

Anak

SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Mat. 24:30; Dan. 7:13, 14; Mat: 11:27; Lukas 5:17-26; Yoh. 8:58; Mat. 20:28.
Ayat Hafalan: "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, me­lainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebus­an bagi banyak orang" (Markus 10:45).
Setelah lebih dua tahun pelayanan-Nya di masyarakat. Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?"
(Mat. 16:13). Tidaklah terlalu sulit bagi mereka untuk memberikan la­poran atas apa yang mereka telah dengar dari orang banyak tentang Yesus. Na­mun yang lebih menantang justru pertanyaan Yesus selanjutnya: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" (Mat. 16:15). Sekarang pertanyaan ini menjadi isu pribadi. Yesus tidak meminta pendapat mereka tentang penampilan luar- Nya atau seputar karakter-Nya. Sebaliknya, pertanyaan-Nya mengarah kepada esensi Yesus sendiri. Itu menuntut para murid untuk mengekspresikan keya­kinan dan iman mereka masing-masing.
Cepat atau lambat, setiap orang harus menjawab pertanyaan yang sama. Masing-masing harus memutuskan, secara pribadi, siapa Yesus itu. Sekadar mengulangi apa yang orang lain katakan atau yakini tidaklah membantu; ja­wabannya haruslah murni keyakinan kita pribadi. Dan, sudah barang tentu, pada jawaban itulah nasib setiap manusia tergantung.
Pekan ini kita akan mencari jawaban berdasarkan apa yang Yesus sendiri katakan dan lakukan. Tujuan kita untuk tiba, oleh iman, pada jawaban yang sama seperti yang Petrus berikan: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" (ayat 16).
*Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat, 12 Juli.

Minggu, 6 Juli
Anak Manusia
Gelar, "Anak Manusia," adalah sebutan favorit Yesus bagi Diri-Nya sendiri. Dia menyebut Diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia lebih dari delapan pu­luh kali. Orang lain tidak pernah memanggil Dia seperti itu. Dia, sudah pasti, memilih sebutan khusus ini bagi Diri-Nya dengan sebuah maksud di dalam pikirannya.
Ungkapan gaya bahasa ini umum di Perjanjian Lama. Dengan satu pengecu­alian, itu selalu merujuk kepada manusia; maka, Yesus menggunakan itu untuk menekankan kemanusiaan-Nya.
Kitab Suci menggambarkan Yesus sebagai manusia sejati. Dia lahir sebagai bayi, tumbuh sebagai seorang anak (di dalam hikmat dan fisik [Luk. 2:40,52]), dan memiliki saudara laki-laki dan perempuan (Mat. 13:55,56). lamakan (Mat. 9:11), tidur (Lvk. 8:23), lelah (Yoh. 4:6), dan menderita lapar dan haus (Mat/ 4:2, Yoh. 19:28). Dia juga mengalami kesedihan dan kesusahan (Mat. 26:37).
Bagi pengamat yang tidak mendalami, Yesus terlihat seperti orang biasa yang berjalan di kalangan masyarakat yang adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. Banyak orang sezaman-Nya yang tidak mengakui bahwa dalam diri- Nya ada sesuatu yang lebih daripada seorang manusia (Yoh. 7:46). Masyara­kat memperlakukan Dia seperti salah satu dari antara mereka; mereka mener- tawakan-Nya (Luk. 8:53), mengkritik-Nya (Mat. 11:19), bahkan mengolok dan memukuli-Nya (Luk. 22:63). Bagi mereka, Dia hanya seorang manusia.
Sayangnya, mereka gagal untuk melihat bahwa ada banyak yang dapat dite­mukan di dalam gelar ini. Menurut Daniel 7:13 dan 14, "Seorang seperti Anak Manusia" datang dengan awan-awan "kepada Yang Lanjut Usianya," dan me­nerima kekuasaan kekal, kemuliaan dan kerajaan. Orang Yahudi mengidentifi­kasikan Anak Manusia ini dengan Mesias. Jadi, ketika Yesus menggunakan ge­lar ini, Dia sedang mengungkapkan, dengan cara setengah menyembunyikan, bahwa Dia juga Mesias yang dijanjikan, Kristus yang menjelma.

Bacalah Matius 24:30; 25:31; 26:64. Apakah unsur-unsur dalam per­kataan Yesus yang dicatat di tiga ayat ini yang mengingatkan kita kepada Daniel 7:13, 14?
Matius 24:30; 25:31; 26:64
24:30 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
26:64 Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit."

Mengapakah begitu penting bagi kita untuk mengetahui bahwa Yesus adalah sepenuhnya manusia? Apakah implikasi-implikasi dari kemanu­siaan-Nya yang sempurna bagi keselamatan kita? Apakah implikasi-implikasinya bagi kehidupan kita setiap hari, khususnya dalam pertempur­an kita menghadapi pencobaan dan dosa?

Senin, 7 Juli
Anak Allah
Gelar "Anak Allah" tidak hanya digunakan oleh Gabriel (Luk. 1:35) tetapi juga oleh beberapa orang ketika memanggil Yesus (Mat. 14:33; Mrk, 15:39; Yoh. 1:49; 11:27). Dia menerima gelar itu namun sangat berhati-hati untuk tidak menggunakannya secara langsung kepada di Diri Nya sendiri, jika de­mikian Ia akan dilempari batu hingga mati. Meskipun demikian, Alkitab me­nyatakan dalam cara yang berbeda hubungan yang khusus antara Yesus dan Bapa.
Pada saat pembaptisan-Nya, Bapa mengakui Yesus sebagai Anak-Nya (Mat. 3:17); demikian juga pada saat Yesus dipermuliakan (Mat. 17:5). Hubungan Mereka sebagai Bapa dan Anak sangatlah unik. Kristus adalah satu-satunya Oknum di alam semesta ini yang menikmati model hubungan yang seperti ini, sebab hanya Dia yang mempunyai sifat alamiah yang sama seperti Bapa. Seba­gai orang-orang percaya, kita telah diberikan hak istimewa menjadi anak-anak Allah. Namun Yesus selalu, sudah, sedang, dan akan menjadi Anak Allah.

Apakah yang ayat-ayat berikut nyatakan tentang kesatuan yang sem­purna dari Bapa dan Anak? Mat. 11:27; Yoh. 3:35; 5:17; dan 10:30.
11:27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.
3:35 Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.
5:17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga."
10:30 Aku dan Bapa adalah satu."

Kesatuan yang sempurna dari Yesus dan Bapa mencakup pengetahuan ber­sama dan sempurna satu dengan yang lain; kesatuan kehendak, maksud, dan tujuan. Sebagai tambahan, itu juga kesatuan sifat dasar. Anak dan Bapa adalah dua pribadi ("Aku dan Bapa") tetapi sifat yang sama ("adalah satu"), fakta yang ditekankan oleh kata ganti neuter satu (bandingkan dengan I Kor. 3:8).
Kita harus menyadari, bagaimanapun juga, karena Dia datang untuk hidup sebagai seorang manusia, Kristus sementara di bumi dengan sukarela meren­dahkan Diri-Nya kepada Bapa (Flp. 2:6-8). Keterbatasan ini adalah fungsional bukan bagian dari esensi Diri-Nya sendiri. Yesus merendahkan diri-Nya untuk maksud khusus, tujuan khusus. Dengan konsep seperti ini di dalam pikiran kita bisa memahami mengapa Yesus berkata: "Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau Dia tidak melihat Bapa mengerjakannya" (Yoh. 5:19); "Sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan ke­hendak Dia yang mengutus Aku" (Yoh. 5:30). Dari sudut pandang fungsional ini, Dia boleh berkata: "Sebab Bapa lebih besar dari pada Aku" (Yoh. 14:28).

Yesus sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Apakah yang kebe­naran menakjubkan ini beritahukan kepada kita tentang hubungan yang erat antara surga dan dunia? Penghiburan apakah yang bisa kita tarik dari hubungan yang erat ini?

Selasa, 8 Juli
Sifat Ketuhanan Kristus: Bagian 1
Ketuhanan Kristus adalah fondasi iman kita. Manusia tidak akan bisa menjadi juruselamat kita, tidak peduli betapa hebatnya hidup yang ditunjukkan. Di seluruh Perjanjian Baru, kita memiliki bukti Keallahan-Nya. Kita akan berfokus pada apa yang Yesus sendiri ajarkan tentang hal ini.
Bagi para pemula, bukanlah hal yang mudah bagi Yesus untuk menjelaskan sia­pa diri-Nya? Misi-Nya menuntut-Nya memberitahukan bahwa Dia adalah Mesias, Allah di dalam daging; namun, tidak ada catatan tentang Ia menyatakan secara terbuka, Aku adalah Allah atau Aku adalah Mesias. Kalau Dia lakukan seperti itu, hidup-Nya bisa saja segera diambil. Oleh karena itu, Dia memilih untuk mengisya­ratkan sifat Keallahan-Nya dan secara tidak langsung menuntun para pendengar- Nya untuk mengetahui Keallahan-Nya.
Sebagaimana Yesus secara bertahap mengungkapkan sifat Keallahan-Nya, seba­gian besar pendengar-Nya memahami-Nya tetapi menolak untuk menerima tuntutan-Nya karena itu tidak sesuai dengan pertimbangan mereka sebelumnya akan ide Mesias. Hal ini jelas dari permohonan mereka: "Berapa lama lagi Engkau mem­biarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias katakanlah terus terang kepada kami" (Yoh. 10:24). Sayangnya, konteks ayat tersebut menunjukkan bahwa pertanyaan mereka tidak tulus.
Sebagaimana yang kita lihat kemarin, Yesus membuat banyak referensi kepada hubungan-Nya yang khusus dengan Bapa-Nya. Ini adalah salah satu metode yang Dia gunakan untuk mengungkapkan Keallahan-Nya. Banyak yang memahami de­ngan jelas bahwa saat Ia berkata bahwa Allah adalah Bapa-Nya, Dia sedang mem­buat dirinya setara dengan Allah (Yoh. 5:18).

Bacalah Lukas 5:17-26. Dalam cara-cara yang luar biasa manakah Yesus mengungkapkan Ketuhanan-Nya tanpa menyatakannya secara terbuka?
Lukas 5:17-26
5:17 Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit.
5:18 Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus.
5:19 Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus.
5:20 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni."
5:21 Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"
5:22 Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?
5:23 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah?
5:24 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
5:25 Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah.
5:26 Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan."

"Tidak ada lain, kecuali kuasa Ilahi yang dapat mengembalikan kesehatan ke­pada tubuh yang sedang menjadi busuk itu. Suara yang sama yang telah membe­rikan hidup pada waktu manusia dijadikan dari debu tanah, suara itu pulalah yang memberikan hidup pada orang yang sakit lumpuh yang hampir mati itu."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 283.
Yesus mengklaim hak prerogatif Ketuhanan untuk mengampuni dosa.nDia juga berkata bahwa Dia Sendiri "akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya" (Mat. 25:31) dan menghakimi segala bangsa, memutuskan nasib akhir setiap orang, se­suatu yang bertumpu pada otoritas Allah saja. Berapa banyak lagikah yang Ia bisa lakukan di sini untuk mengungkapkan siapa Dia sebenarnya?
Pikirkanlah bagaimana kekerasan hati para pemimpin terhadap Yesus. Dan orang-orang ini seharusnya menjadi penjaga-penjaga spiritual bagi rak­yat. Bagaimanakah kita bisa memastikan bahwa kita juga tidak menjadi ke­ras hati dalam langkah-langkah kita pribadi?

Rabu, 9 Juli
Sifat Ketuhanan Kristus: Bagian 2
Yesus mengumumkan dan mendemonstrasikan bahwa Dia memiliki kuasa yang sama seperti Bapa untuk mengalahkan kematian. "Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki Nya" (Yoh. 5:21). Hanya Allah yang bisa menyatakan: "Akulah kebangkitan dan hidup" (Yoh. 11:25).
Indikasi nyata lainnya dari Keallahan-Nya ditemukan pada pernyataan-Nya yang tegas kepada praeksistensi. Dia "telah turun dari surga" (voh. 3:13) ka­rena Bapa mengutus-Nya (Yoh. 5:23). Kemudian, kembali, Ia menegaskan pra eksistensi-Nya: "Ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan ke­muliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada" (Yoh. 17:5).
Mengapakah Yohanes 8:58 adalah satu dari pernyataan-pernyataan Yesus yang lebih langsung dan tandas tentang Keallahan-Nya? Lihatlah juga Kel. 3:13,14.
Yohanes 8:58
8:58 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."
Kel. 3:13,14
3:13 Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?"
3:14 Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu."

Berbeda dengan Abraham, yang menjadi ada (yang adalah arti harfiah dari akar bahasa Yunani ginomai, di sini diterjemahkan sebagai "yang lalu,") Ye­sus mengumumkan Diri-Nya sebagai Yang ada dengan sendirinya. Dia bukan hanya sudah ada sebelum kelahiran Abraham, tetapi sudah ada sejak kekekal­an. "Aku ada" menyatakan secara tidak langsung keberadaan yang berkelan­jutan. Lebih jauh, AKU ADALAH adalah gelar Yahweh sendiri (Kel. 3:14). Para pemimpin memahami, tanpa ragu, bahwa Yesus mengklaim sebagai AKU ADALAH yang dinyatakan di semak belukar yang menyala. Bagi mereka, Dia bersalah karena menghujat dan oleh karena itu "mereka mengambil batu untuk melempari Dia" (Yoh. 8:58).
Empat Kilab Injil menunjukkan bahwa Yesus, tanpa menunjukkan ketidak­setujuan, menerima penyembahan dari manusia. Dia mengetahui dengan baik bahwa, menurut Kitab Suci, hanya Allah yang berhak menerima penyembahan manusia, karena la berkata kepada Setan: "Sebab ada tertulis, engkau harus menyembah Tuhan, Aliahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti" (Mat. 4:10). Oleh karena itu, oleh menerima penyembahan dari manusia, Dia sedang menyatakan Keallahan-Nya. Para murid di tepi pantai (Mat. 14:33), orang buta yang disembuhkan (Yoh. 9:38), perempuan di kubur Yesus (Mat. 28:9) dan murid-murid di Galilea (Mat. 28:17) semuanya menyembah Dia secara terbuka, mengakui Keallahan-Nya. Perkataan Thomas kepada Yesus, "Ya Tuhanku dan Aliahku!" (Yoh. 20:28) tidak pernah diucapkan oleh seorang Yahudi saat itu kecuali ia sungguh-sungguh memahami bahwa ia sedang ber­bicara kepada Allah.
Bacalah Yohanes 20:29. Apakah hal-hal yang Anda belum lihat, namun percayai? Apakah implikasi implikasi dari jawaban Anda bagi seluruh pertanyaan tentang Iman?
Yohanes 20:29
 20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

Kamis, 10 Juli
Misi Kristus
Setelah mengingat siapa Yesus sebelum Dia lahir, kita berada dalam posisi yang lebih baik untuk memahami apa yang Ia lakukan bagi kita.
Setan membuat tuduhan-tuduhan melawan Allah. Dalam rangka memenuhi tuduhan-tuduhan itu, Yesus datang untuk menggambarkan karakter Bapa, dan memperbaiki konsep yang salah tentang Ketuhanan yang telah banyak ber­kembang. Dia ingin kita mengenal Allah, karena mengenal Dia adalah sangat perlu untuk memiliki hidup kekal (Yoh. 17:3).
Bagaimanapun juga, kita membutuhkan lebih daripada sekadar pengeta­huan agar diselamatkan. Kita membutuhkan Allah untuk menyediakan bagi kita Seorang Juruselamat, yang merupakan arti yang tepat dari nama Yesus: Yahweh adalah keselamatan (Mat. 1:21). Yesus menggambarkan misi-Nya de­ngan istilah yang sangat jelas: "Anak Manusia datang untuk mencari dan me­nyelamatkan yang hilang" (Luk. 19:10). Di Taman Eden, manusia kehilangan hubungan mereka dengan Allah, kehilangan kekudusan mereka, kehilangan rumah mereka, kehilangan kehidupan kekal. Yesus datang untuk memulihkan segalanya: Dia menegakkan kembali hubungan kita dengan Bapa (Yoh. 1:51); Dia mengampuni dosa-dosa kita (Mat. 26:28);, Dia memberikan kepada kita sebuah teladan bagaimana untuk hidup (I Ptr. 2:21); dan, sudah barang tentu, Dia memberikan hidup kekal kepada kita (Yoh. 3:16).

Bagaimanakah Yesus menegaskan intisari misi-Nya? Yoh. 10:11; Mat. 20:28. Mengapakah Yesus harus mati? Itu karena Dia dengan sukarela mengambil tempat kita dan menanggung hukuman dosa kita. Kita semua orang berdosa (Roma 3:10-12), dan, karena itu, patut menerima kematian kekal (Roma 6:23). Harga bagi keselamatan kita begitu tinggi sehingga hanya nyawa Anak Allah yang cukup untuk membayarnya.
Yoh. 10:11;
10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
Mat. 20:28
20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
"Hukum Allah yang telah dilanggar itu menuntut nyawa orang yang ber­dosa. Di seluruh alam semesta ini hanya ada Seorang saja yang dapat, sebagai pengganti manusia, memenuhi tuntutan hukum itu. Oleh karena hukum Ilahi sama sucinya seperti Allah sendiri, maka hanya Seorang yang setara dengan Tuhan saja dapat mengadakan tebusan bagi pelanggaran hukum. Tidak ada se­lain Kristus yang dapat menebus manusia yang telah jatuh dari kutuk hukum, dan memulihkan dia kembali kepada keselarasan dengan surga. "—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 62.

Lihatlah di sekeliling kita dan nasib kita semua di dunia ini. Jika se­galanya berakhir di kuburan, pengharapan apakah yang mungkin kita miliki? Kita tidak akan memiliki apa pun, jika itu bukan untuk rencana keselamatan. Lalu, bagaimanakah kita dapat menunjukkan terima ka­sih kita kepada Allah untuk apa yang Ia telah lakukan bagi kita melalui Kristus?

Jumat, 11 Juli
Pendalaman: Ellen G. White, "Divine-Human Saviour," hlm. 1126-128 da­lam The SDA Bible Commentary, jld. 5.
"Ketika Firman Allah berbicara tentang kemanusiaan Kristus saat berada di dunia ini, itu pasti berbicara juga tentang praeksistensi. Firman itu telah ada sebagai Oknum Ilahi, bahkan sebagai Anak Allah yang kekal, dalam perpadu­an dan kesatuan dengan Bapa-Nya.... Dunia diciptakan oleh-Nya, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan' (Yoh. 1:3). Jika Kristus menjadikan segala sesuatu, la ada sebelum segala sesuatu. Perkataan-perkataan yang disampaikan kepada hal ini begitu 'egas hingga tak seorang pun perlu ditinggalkan dalam keraguan. Kristus adalah Allah pada da­sarnya, dan dalam arti yang tertinggi. Ia bersama dengan Allah dari kekekal­an, Allah di atas segalanya, terpujilah selama-lamanya. Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah Ilahi, ada dari kekekalan, Pribadi yang berbeda, namun satu de­ngan Bapa."—Ellen G. White, Selected Messages, buku 1, hlm. 247.
"Dalam Kristus adalah hidup yang asli, tidak dipinjam, tidak diperoleh dari orang lain. 'Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup' 1 Yohanes 5:12. Keallahan Kristus merupakan jaminan hidup kekal bagi orang percaya."—El­len G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 149.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.       Setan mengetahui dan mengakui bahwa Yesus adalah "Yang Kudus dari Allah" (Mrk. 1:24), "Anak Allah" (Mrk. 3:11), "Anak Allah Yang Mahatinggi" (Mrk. 5:7). Lihat juga Yakobus 2:19. Mengapa­kah jenis pengakuan seperti ini tidak cukup bagi keselamatan kita? Bagaimanakah kita bisa menghindari perangkap menjadi puas de­ngan penerimaan akan Yesus Kristus yang sekadar intelektual?
2.       Ketika kepala pasukan, yang berdiri tepat di depan Yesus, meli­hat bagaimana Yesus mati, ia berkata: "Sungguh, Orang ini adalah Anak Allah" (Mrk. 15:39). Tempat terbaik untuk memahami Ye­sus adalah pada kaki salib-Nya. Seberapa seringkah Anda pergi ke sana? Kapankah terakhir kali Anda berada di sana? Mengapakah Anda tidak mengambil waktu sejenak, sekarang ini, untuk berme­ditasi atas pengorbanan yang tak terbatas yang Ia telah buat bagi keselamatanmu?
3.       Satu jumlah yang cukup dari orang-orang sezaman Yesus menolak- Nya karena mereka memiliki ide-ide yang salah tentang Mesias. Sayangnya, banyak orang saat ini menolak untuk menyerahkan hi­dup mereka kepada Yesus, oleh karena mereka memiliki prasangka atau konsep yang menyimpang tentang Dia. Bagaimana kita dapat menolong mereka untuk melihat Yesus sebagaimana Ia ada? Apa­kah yang kita miliki sebagai anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh secara khusus yang dapat menolong memberikan mereka suatu pandangan yang lebih jelas siapa Yesus itu sebenarnya?




Pelajaran 3 12-18 Juli*
Roh Kudus

SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: yoh. 14:16-18; 14:26; 15:26; mat. 12:31, 32; yoh. 16:8; 3:5-8; luk. 11:9-13.
AYAT HAFALAN: "Aku akan minta kepada Bapa, dan la akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya la menyertai kamu selama- lamanya" (Yoh. 14:16).
Dari tiga Pribadi Ketuhanan, Roh Kuduslah yang paling kurang dipaha­mi. Sungguh ironis bahwa Pribadi yang terdekat dengan kita, Oknum yang menghasilkan kelahiran baru pada kita, yang tinggal di dalam kita dan mengubah kita, adalah Oknum yang kita sangat sedikit ketahui. Me­ngapa? Pertama-tama, Alkitab kurang gamblang menjelaskan mengenai Roh Kudus dibandingkan tentang Bapa dan Anak. Ada banyak referensi Roh di dalam Kitab Suci, tetapi sedikit tentang sifat alamiah-Nya.
Alasan lain muncul dari pelayanan Roh Kudus. Ia secara tetap berusaha un­tuk memusatkan perhatian kita kepada Kristus, bukan pada Pribadi-Nya sen­diri. Dalam rencana keselamatan, Roh memainkan peran yang lebih rendah, melayani Bapa dan Anak, meskipun peran ini tidak mengisyaratkan keduduk­an yang lebih rendah.
Pekan ini, sebagaimana kita mendengar apa yang Yesus ajarkan tentang Roh, marilah kita berdoa dengan kerinduan yang lebih besar bagi kehadiran- Nya yang mengubah hidup kita.
*Pelajari Pelajaran Pekan ini untuk Persiapan Sabat, 19 Juli.



No comments:

Post a Comment