Bapa Surgawi Kita yang Pengasih
SABAT PETANG
Bacalah
untuk Pelajaran Pekan Ini: Mat. 7:9-1 1;Yoh. 14:8-10; Luk. 15:11-24; Mat.
6:25-34; Ibr. 9:14.
AYAT HAFALAN: "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa
kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia
tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia"(1 Yoh. 3:1).
Yesus suka untuk
menyatakan Allah sebagai Bapa. Menurut keempat buku Injil, Yesus menggunakan nama Bapa kepada
Allah lebih dari seratus tiga
puluh kali. Dalam berbagai kesempatan, Ia menambahkan kata sifat: "Bapa di
surga" (Mat. 6:14), "Bapa yang hidup" (Yoh. 6:57),
"Bapa yang kudus" (Yoh. 17:11), dan "Bapa yang adil"
(Yoh. 17:25). Nama menjelaskan hubungan yang intim yang seharusnya
menyatukan kita kepada Tuhan kita.
Secara tradisi, "bapa" berarti kasih,
perlindungan, keamanan, penopang, dan identitas bagi keluarga. Seorang bapa
memberikan sebuah nama kepada keluarga dan menjaga anggota keluarga
bersama-sama. Kita dapat menikmati hal-hal ini dan banyak lagi keuntungan yang
lain ketika kita menerima Allah sebagai Bapa surgawi kita.
Meskipun sangat mendasar bagi kita untuk mengenal
Bapa itu, tujuan kita seharusnya bukanlah sekadar pengetahuan intelektual dan
teori. Di dalam Alkitab, untuk mengenal seseorang berarti memiliki hubungan
pribadi yang intim dengan orang tersebut. Bukankah kita akan lebih lagi dengan
Bapa surgawi kita?
Minggu ini kita akan menggali apa yang Yesus ajarkan tentang Bapa kita dan
tentang kasih-Nya yang tak terbatas bagi kita. Kita juga akan melihat hubungan
yang erat antara Bapa dengan Anak dan dengan Roh Kudus.
*Pelajari
Pelajaran Pekan ini untuk persiapan Sabat. 5 Juli
Minggu, 29 Juni
Bapa Kami di
Surga
Bapa bukanlah
nama baru bagi Allah. Perjanjian Lama beberapa kali menghadirkannya
sebagai Bapa kita (Yes. 63:16; 64:8; Yer. 3:4,19; Mzm. 103:13). Tetapi, itu bukanlah nama yang paling banyak
digunakan bagi Dia. Bagi Israel, nama pribadi Allah adalah YHWH (kemungkinan diucapkan
Yahweh), yang muncul lebih dari enam ribu delapan ratus kali di Perjanjian
Lama. Yesus datang bukan untuk menyatakan Allah yang berbeda dari YHWH. Sebaliknya,
misi-Nya adalah menggenapi wahyu yang Allah telah buat tentang Diri-Nya di
Perjanjian Lama. Dengan melakukan ini, la memperkenalkan Allah sebagai Bapa
surgawi kita.
Yesus
memperjelas bahwa Bapa berada "di surga." Penting untuk mengingat
kebenaran ini agar dapat memiliki sikap yang benar terhadap Allah. Kita
mempunyai Allah yang pengasih yang peduli dengan kebutuhan anak-anak- Nya. Pada
saat yang sama, kita mengakui bahwa Allah pemelihara ini berada "di
surga," di mana jutaan malaikat menyembah-Nya karena Ia adalah satu-satunya
Penguasa alam semesta, Kudus dan Mahakuasa. Faktanya bahwa Ia adalah Bapa kita
yang mengundang kita untuk mendekati-Nya dengan keyakinan seorang anak. Di
sisi yang lain, kebenaran bahwa Dia. berada di surga mengingatkan kita akan
ketidakterbatasan-Nya dan perlunya untuk menyembah Dia dengan rasa hormat.
Untuk menekankan salah satu dari aspek-aspek ini dengan mengorbankan yang lain
akan menuntun kita kepada konsep yang menyimpang tentang Allah, dengan
konsekuensi-konsekuensi yang luas bagi kehidupan praktis sehari-hari.
Bacalah Matius 7:9-11. Apakah
yang ayat ini sampaikan kepada kita tentang bagaimana seorang bapa jasmani
dapat menggambarkan karakter Bapa surgawi kita?
Matius 7:9-11
7:9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya,
jika ia meminta roti,
7:10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
7:11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik
kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik
kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Tidak semua
orang memiliki bapa yang pengasih dan perhatian. Karena alasan yang berbeda,
beberapa bahkan tidak mengenal bapa mereka. Oleh karena itu, bagi mereka untuk
memanggil Allah, Bapaku, mungkin sangat sedikit maknanya jika ada.
Namun, semua kita memiliki gambaran bagaimana seorang bapa jasmani itu
sebenarnya. Di samping itu, kita mungkin telah mengetahui beberapa orang yang
telah menggambarkan ciri-ciri seorang bapa yang baik.
Kita mengetahui
bahwa bapa jasmani jauh dari kesempurnaan, tetapi kita juga tahu bahwa kita
mengasihi anak-anak kita dan, meskipun ada kelemahan-kelemahan kita, kita
berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada mereka yang dapat kita lakukan.
Maka, bayangkanlah apa yang Bapa kita yang di surga dapat lakukan bagi kita.
Apakah maknanya bagi Anda, secara
pribadi, memanggil Allah sebagai Bapa surgawi? Apakah seharusnya maknanya bagi
Anda?
Senin, 30 Juni
Dinyatakan oleh Anak
Berbicara
mengenai Bapa, Yohanes berkata: "Tidak seorang pun yang pernah melihat
Allah" (Yoh. 1:18). Sejak kejatuhan Adam dan Hawa, dosa telah
menghalangi kita untuk mengenal Allah. Musa ingin melihat Allah, tetapi Tuhan
menjelaskan kepadanya, "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab
tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup" (Kel. 33:20). Namun
demikian, prioritas utama kita seharusnya mengenal Allah, karena kehidupan
kekal adalah mengenal Allah (Yoh. 17:3).
Apakah yang
secara khusus kita perlu tahu tentang Allah? Bacalah Yer. 9:23, 24. Mengapakah
hal-hal ini penting untuk kita ketahui?
Yer. 9:23, 24
9:23 Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana
bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena
kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,
9:24 tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang
berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang
menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu
Kusukai, demikianlah firman TUHAN."
Dalam
pertentangan besar, serangan utama Setan adalah melawan karakter Allah. Iblis
membuat segala upaya untuk meyakinkan setiap orang bahwa Allah adalah egois,
bengis, dan sewenang-wenang. Cara yang terbaik untuk menghadapi tuduhan ini
adalah Dia hidup di dunia untuk menunjukkan kepalsuan tuduhan-tuduhan tersebut. Yesus
datang mewakili sifat dan karakter Allah dan memperbaiki konsep menyimpang yang
sudah banyak berkembang tentang Ketuhanan. "Anak Tunggal Allah, yang ada
di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya" (Yoh. 1:18).
Bacalah Yohanes
14:8-10. Perhatikanlah betapa sederhananya pengertian para murid tentang Bapa
walau telah bersama-sama dengan Yesus selama tiga tahun. Apakah yang dapat kita
pelajari dari pemahaman mereka yang minim tersebut?
Yohanes 14:8-10
14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu
kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."
14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku
bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah
melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa
itu kepada kami.
14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku
sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan
pekerjaan-Nya.
Yesus merasa
sedih dan heran mendengar pertanyaan Filipus. Teguran-Nya yang lembut
sesungguhnya menyatakan kesabaran kasih-Nya terhadap murid-Nya yang bodoh ini.
Jawaban Yesus menyiratkan sesuatu seperti ini: Apakah mungkin setelah berjalan
bersama-Ku, mendengarkan suara-Ku, menyaksikan mukjizat-Ku memberikan makan
banyak orang, menyembuhkan yang sakit dan membangkitkan orang mati, engkau
tidak mengenal Aku? Apakah mungkin engkau mengenal Bapa dalam
pekerjaan-pekerjaan yang Ia lakukan melalui Aku?
Kegagalan para
murid mengenal Bapa melalui Yesus tidak berarti bahwa Yesus telah salah
mengartikan Bapa. Sebaliknya, Yesus yakin bahwa Dia telah memenuhi misi-Nya
untuk menyatakan Bapa dalam cara yang lebih lengkap dari apa yang pernah
dilihat sebelumnya. Oleh karena itu, Dia dapat berkata kepada para
murid-Nya" "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal
Bapa-Ku;... Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh.
14:7, 9).
Selasa, 1 Juli
Kasih Bapa Surgawi Kita
Yesus datang
untuk menekankan bahwa Perjanjian lama telah menegaskan: Bapa
memandang kita dengan kasih yang tak tertandingi (Yer. 31:3; Mzm. 103:13).
"Lihatlah,
betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita
disebut anak-anak Allah" (1 Yoh. 3:1). Suatu hal yang luar biasa
bahwa Tuhan yang Mahakuasa, yang memerintah alam semesta, mengizinkan kita,
orang berdosa yang tak berarti dan miskin ini yang hidup di sebuah planet kecil
di tengah-tengah miliaran galaksi, untuk memanggil Dia Bapa. Ia melakukannya
karena Dia mengasihi kita.
Apakah bukti tertinggi yang Bapa
berikan kepada kita untuk menunjukkan kasih-Nya? Lihat Yohanes 3:16,17.
Yohanes 3:16,17
3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
3:17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
Kristus tidak dipakukan ke salib
untuk menciptakan di dalam hati Allah kasih kepada manusia. Kematian penebusan
Yesus bukanlah untuk meyakinkan Bapa untuk mengasihi kita; itu terjadi karena
Bapa telah lebih dulu mengasihi kita, bahkan sebelum dunia dijadikan. Dan
apakah bukti terbesar yang kita miliki, yang dapat kita miliki, akan kasih-Nya
dibandingkan pengorbanan Yesus di kayu salib?
"Bapa
mengasihi kita bukan karena pendamaian-Nya yang besar itu, tetapi Dia
mengaruniakan pendamaian karena Dia mengasihi kita."—Ellen G. White, Kebahagiaan
Sejati, hlm. 13.
Beberapa
cenderung untuk berpikir bahwa Allah enggan mengasihi kita. Namun, kenyataan
bahwa Yesus adalah Pengantara kita tidak berarti bahwa Dia telah membujuk Bapa
untuk mengasihi kita. Kristus sendiri menghalau ide yang salah ini ketika Ia
berkata: "Bapa sendiri mengasihi kamu" (Yoh. 16:27).
Bacalah Lukas
15:11-24 dan renungkan kasih bapa kepada anak bungsu yang hilang. Buatlah
daftar bukti-bukti yang sang anak miliki tentang kasih bapanya.
Lukas 15:11-24
15:11 Yesus berkata lagi:
"Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
15:12 Kata yang bungsu
kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi
hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
15:13 Beberapa hari kemudian
anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh.
Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
15:14 Setelah dihabiskannya
semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai
melarat.
15:15 Lalu ia pergi dan
bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang
untuk menjaga babinya.
15:16 Lalu ia ingin mengisi
perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun
yang memberikannya kepadanya.
15:17 Lalu ia menyadari
keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah
makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
15:18 Aku akan bangkit dan
pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap
sorga dan terhadap bapa,
15:19 aku tidak layak lagi
disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
15:20 Maka bangkitlah ia dan
pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia
lalu merangkul dan mencium dia.
15:21 Kata anak itu
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak
layak lagi disebutkan anak bapa.
15:22 Tetapi ayah itu
berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik,
pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada
kakinya.
15:23 Dan ambillah anak
lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
15:24 Sebab anakku ini telah mati dan
menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah
mereka bersukaria.
Bagaimanakah kita, dalam hidup kita masing-masing,
seperti anak bungsu yang hilang? Dalam hal-hal apakah Anda telah mengalami sesuatu hal yang serupa dengan yang ia lakukan?
Rabu, 2 Juli
Pemeliharaan
yang Penuh Kasih dari Bapa Surgawi Kita
Adalah penting
untuk mengetahui bahwa kita diperhatikan. Meskipun beberapa orang mungkin acuh
tak acuh dan mengabaikan kita, Yesus mengajarkan bahwa Bapa surgawi kita
memperhatikan kita dalam setiap cara yang mungkin. Rahmat dan kelembutan-Nya
tidak tunduk kepada naik atau turunnya temperamen manusia; kasih-Nya teguh dan
tiada berubah, bebas dari persyaratan.
Bacalah Matius
6:25-34. Apakah kata-kata mendorong yang ditemukan di sini? Bagaimanakah kita
dapat belajar untuk lebih baik percaya kepada Allah, sebagaimana la dinyatakan
di ayat-ayat tersebut?
Matius 6:25-34
6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan
hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula
akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting
dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan
tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan
oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat
menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga
bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya
pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang
hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi
mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan
kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari
besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari."
"Tiada
satu bagian pun dalam pengalaman kita yang terlalu gelap untuk dibaca Nya;
tiada kesukaran yang terlalu sulit untuk diselesaikan-Nya. Tiada derita yang
menimpa anak kecil sekalipun dari anak-anak-Nya, tiada kebimbangan yang
menyusahkan jiwa, tiada kegembiraan yang menyenangkan, tiada doa yang
sungguh-sungguh diucapkan bibir, yang tidak diperhatikan Bapa semawi itu atau
yang tidak segera diperhatikan-Nya. 'Ia menyembuhkan orang-orang yang patah
hati dan membalut luka-luka mereka.' Mazmur 147:3. Hubungan antara Allah dan
tiap-tiap jiwa adalah jelas dan sempurna seolah-olah tidak ada lagi jiwa lain
di dunia ini untuk menikmati penjagaan-Nya dan tiada jiwa lain untuk mana Dia
memberikan Anak-Nya yang tunggal itu."—Ellen G. White, Kebahagiaan
Sejati, hlm. 112,113.
Di
tengah-tengah semua kata-kata dorongan ini, kita tidak dapat mengabaikan fakta
bahwa tragedi dan penderitaan sungguh menyerang kita. Bahkan pada ayat-ayat
untuk hari ini, Yesus berbicara bagaimana "kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari" (Mat. 6:34), menyiratkan bahwa tidak semuanya akan berjalan
baik bagi kita. Kita sungguh harus hidup di tengah kejahatan dan konsekuensi
sedihnya. Intinya adalah, meskipun di tengah-tengah semuanya itu, kita yakin
pada kasih Bapa kepada kita, kasjh yang dinyatakan kepada kita dalam banyak
cara, dan di atas semuanya itu, melalui Salib. Betapa penting, selanjutnya,
bahwa kita tetap menjaga karunia-karunia dan berkat-berkat dari Bapa surgawi
kita di hadapan kita; jika tidak, kita dapat dengan mudah menjadi putus asa
ketika kejahatan menyerang, dan itu pasti terjadi.
Dalam hal
apakah, saat krisis berlangsung, Anda dapat melihat realitas kasih Allah bagi
Anda? Apakah yang Anda pelajari dari pengalaman itu yang Anda bisa bagikan
kepada orang lain yang mungkin sedang bergumul dan, di tengah-tengah
pergumulan itu, mempertanyakan realitas kasih Allah?
Kamis, 3 Juli
Bapa, Anak,
dan Roh Kudus
Dalam cara yang berbeda, Yesus mengajarkan dan
menunjukkan bahwa tiga Pribadi Ilahi merupakan Ketuhanan: Bapa, Anak, dan Roh
Kudus. Meskipun kita tidak bisa menjelaskan kebenaran ini secara rasional, kita
menerimanya oleh iman (seperti banyak kebenaran yang dinyatakan di dalam Kitab
Suci), dan bersama-sama dengan Paulus kita berusaha untuk mencapai
"pengetahuan rahasia Allah" yang penuh (Kol. 2:2, NKJV).
Artinya, meskipun banyak yang kita tidak mengerti, kita dapat mencari dengan
iman, penurutan, doa, dan belajar lebih banyak lagi.
Tiga Pribadi Ketuhanan aktif
dalam saat penting kehidupan Yesus. Ringkaskan peran masing-masing peristiwa
berikut ini:
Kelahiran: Lukas 1:26-35
1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi
ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang
bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata:
"Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di
dalam hatinya, apakah arti salam itu.
1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria,
sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang
Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa
leluhur-Nya,
1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai
selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu
mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun
atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak
yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Baptisan: Lukas 3:21, 22
3:21 Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika
Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit
3:22 dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya.
Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan."
Penyaliban: Ibr. 9:14
9:14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah
mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak
bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia,
supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.
Ketika
pelayanan Yesus di bumi hampir selesai, Dia berjanji kepada murid- murid-Nya
yang gelisah bahwa Ia akan mengirimkan Roh Kudus. Di sini kembali kita melihat
tiga Pribadi bekerja bersama-sama. "Aku akan minta kepada Bapa,"
Yesus meyakinkan mereka, "dan Ia akan memberikan kepadamu seorang
Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,... Roh
Kebenaran" (Yoh. 14:16,17; lihat juga Yoh. 14:26).
Yesus menjelaskan bahwa ada keharmonisan dan
kerjasamayang lengkap di antara ketiga Oknum Ilahi dalam rencana keselamatan.
Sebagai Anak memuliakan Bapa, menunjukkan kasih-Nya (Yoh. 17:4),
demikian pula Roh Kudus memuliakan Anak, mengungkapkan kasih karunia-Nya (dan
kasih) kepada dunia (Yoh. 16:14).
Pikirkanlah
secara mendalam beberapa kebenaran lainnya yang diungkapkan yang sulit untuk
dipahami melalui pemikiran rasional saja. Pada saat yang sama, pikirkan tentang
banyak hal di alam yang sama- sama sulit untuk dipahami. Apakah yang hal-hal
misteri ini seharusnya nyatakan kepada kita tentang keterbatasan pemikiran
rasional kita dan perlunya untuk hidup oleh iman? Bawalah jawaban Anda ke kelas
pada hari Sabat.
Jumat, 4 Juli
Pendalaman: Ellen G. White, "A Personal God," hlm. 263-278, dalam Testimonies
for the Church, jld. 8.
"Untuk
menguatkan keyakinan kita kepada Allah, Kristus mengajarkan kepada kita untuk
menyebut dia dengan sebuah nama yang baru. Sebuah nama yang dijalin dengan hubungan
yang paling erat dari hati manusia. Ia memberikan kepada kita kesempatan untuk
menyebut Allah yang Mahakuasa dengan panggilan Bapa kita. Nama ini yang
diucapkan kepada Dia, dan tentang Dia, adalah sebuah tanda dari kasih dan
kepercayaan kita kepada-Nya, dan suatu janji dari perhatian serta hubungan-Nya
kepada kita. Berbicara memohon persetujuan atau berkat-Nya, seperti musik dalam
telinga-Nya. Agar kita tidak memikirkan hal itu sebagai tekebur untuk menyebut
Dia perantaraan nama ini, la telah mengulanginya berkali-kali. la ingin agar
kita mengenal nama itu.
Allah
menganggap kita sebagai anak-anak-Nya. Ia telah menebus kita dari dunia yang
ceroboh ini dan telah memilih kita untuk menjadi anggota dari keluarga
kerajaan, putra dan putri Raja surga. Ia mengundang kita supaya berharap Kepada-Nya
dengan kepercayaan yang lebih dalam dan lebih kuat daripada Kepercayaan seorang
anak kepada bapanya yang di dunia ini. Orangtua mencintai anak-anaknya,
tetapi kasih Allah adalah lebih besar, lebih luas, lebih dalam daripada
kemampuan kasih manusia. Tak dapat diukur."—Ellen G. White, Perumpamaan-perumpamaan
Tuhan Yesus, hlm. 97, 98.
"Bapa kita yang di surga telah menyatakan
kasih-Nya kepada kita secara individu di salib Golgota. Bapa mengasihi kita,
Ia penuh kasih sayang dan belas kasihan."—Ellen G. White, The Signs
of the Times, 30 September, 1889.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1.
Jika seseorang berkata kepada
Anda bahwa ia memiliki kesulitan dalam mengasihi Allah dan percaya kepada-Nya
sebagai Bapa surgawi oleh karena pengalaman yang buruk dengan bapa jasmaninya,
bagaimana Anda dapat menolong orang ini untuk mengasihi Allah dan memiliki
keyakinan dalam diri-Nya?
2.
Kita tahu bahwa Allah mengasihi
kita. Lalu, mengapa ada penderitaan?
3.
Bersama anggota kelas, kembalilah
kepada jawaban Anda pada pertanyaan terakhir hari Kamis.
4. Pikirkanlah tentang ukuran luar
biasa dari alam semesta ini. Pikirkan juga bahwa satu Oknum telah
menciptakannya, Yesus, adalah Oknum yang sama yang mati bagi kita di kayu
salib. Bagaimanakah kita membungkus pikiran kita perihal pekabaran pengharapan
yang luar biasa ini? Bagaimanakah kita bisa bersukacita, waktu demi waktu,
dalam penyataan kasih Allah yang luar biasa ini?
No comments:
Post a Comment