Pelajaran Sekolah Sabat ke-8 Triwulan II 2014, Berita Misi dan Penuntun Guru

Hukum Allah dan Hukum Kristus


Informasi : Materi ini dalam bentuk Audio, Ebook, Powerpoint, dan Berita Misi serta Penuntun Guru tersedia di sisi kanan blog ini.

SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini :  Matius 19:16-22; Yohanes 13:34, 35; Galatia 6:1-5; Kisah 17:31; Yohanes 5:30.
Ayat Hafalan: "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di da­lam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya "{Yohanes 15:10).
Hampir di semua bangsa ada hierarki hukum. Yang teratas adalah hukum-hukum yang dibuat oleh pemerintah pusat dan mengikat semua yang tinggal di nega­ra tersebut. Kemudian ada hukum yang berlaku pada tingkatan provinsi yang mengikat para penduduk di wilayah tersebut. Akhirnya, ada hukum setempat yang mengatur wilayah-wilayah yang terkecil. Sekalipun setiap pembagian teritori dalam satu negara diizinkan membuat hukum yang relevan dengan konstituante negara itu, ti­dak ada yang boleh membuat hukum yang bertentangan dengan hukum negara tersebut. Dan sekalipun keadaan dapat mendikte hukum tertentu untuk diaplikasikan dengan cara yang berbeda, tetapi penerapannya tidak boleh menyimpang dari inti hukum tersebut.
Penguasa tertinggi alam semesta, Sang Allah Pencipta telah membuat hukum bagi semua ciptaan-Nya. Yesus Kristus dengan sukarela mengubah diri-Nya menjadi daging manusia, lalu memberi hidup-Nya bagi penurutan terhadap Bapa-Nya (Filipi 2:5-11) dan bagi segala Perintah-Nya. Jadi, segala sesuatu yang Yesus ajarkan, sudut pandang- Nya terhadap hukum, bahkan perintah "baru" yang la berikan, selalu sepenuhnya sela­ras dengan hukum Allah.
Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk persiapan bagi Sabat, 24 Mei.

Minggu, 18 MEI   Hukum dan Para Nabi
Beberapa orang percaya bahwa Sepuluh Hukum yang diberikan melalui Musa di Sinai hanya relevan bagi orang-orang Israel sebelum Salib dan tidak mengikat di zaman kasih karunia Perjanjian Baru. Orang yang lainnya meng­ajarkan bahwa orang-orang Kristen bebas dari hukum yang lama, dan hanya keturunan Yahudi, bukan orang Kristen, yang masih diharapkan mematuhi hu­kum. Kita telah mempelajari demikian pula Alkitab mengajarkan bahwa pe­kerjaan hukum tidak dapat menyelamatkan (hukum tidak dapat mengerjakan keselamatan) siapa pun, tetapi tidak ada ayat yang memberikan izin kepada siapa pun untuk melanggar hukum Allah. Jika ada ayat yang sedemikian, maka ayat itu adalah satu izin untuk berbuat dosa, dan dengan begitu, Alkitab akan secara terang-terangan bertentangan dengan dirinya sendiri tentang hal yang sangat penting.
Dalam konteks ini, kita ingat bahwa Allah mengungkapkan perkataan-per- kataan Firman-Nya dalam loh batu yang berisi hukum-Nya kepada orang Isra­el. Walaupun demikian, Alkitab berisi perintah-perintah lainnya berupa rincian yang tidak terdapat dalam Sepuluh Hukum. Dalam mencari pengertian yang utuh akan kehendak Allah, para rabi mencatat 613 hukum-hukum Alkitabiah, yang mereka jangkarkan pada Sepuluh Hukum. Yesus tampaknya melampaui para rabi ketika Ia berkata bahwa Dia tidak datang untuk "meniadakan hukum  taurat atau kitab para nabi" (Matius 5:17). Sementara ringkasannya ada dalam Sepuluh Hukum, hukum Allah berisi setiap perintah yang secara langsung di­ampaikan kepada atau melalui para nabi-Nya.

Bandingkan Matius 19:16-22, dan 22:34-40! Apakah yang ayat-ayat ini Katakan kepada kita tentang Yesus dan Sepuluh Hukum?
Matius 19:16-22, dan 22:34-40
19:16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
19:20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"
19:21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

22:34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
22:35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:
22:36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."


Walaupun ada ratusan perintah yang Allah telah nyatakan dalam Firman- Nya, Sepuluh Hukum menyediakan prinsip-prinsip kukuh yang dapat diterap­kan kepada hukum-hukum lainnya. Selanjutnya, Yesus menyebutkan lima dari Sepuluh Hukum ketika Dia berbicara kepada orang muda kaya yang berkuasa. Bahkan ada ringkasan hukum Allah yang lebih tajam dalam perintah-perintah yang terdapat di Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Yesus menjelaskan, "Pada kedua hukum inilah ter­gantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Matius 22:40). Akhirnya, Yesus dan Bapa-Nya dipersatukan dalam maksud mendorong ciptaan Allah untuk mengasihi seperti mereka dikasihi, dan penurutan kepada hukum adalah dasar tentang bagaimana mestinya kasih itu diungkapkan.

Hal apakah yang ada dalam hidupmu yang memperlihatkan kasihmu kepada Allah dan sesamamu?
Senin, 19 MEI         Perintah-Perintah Kasih (Yohanes 15:10)
Alkitab menyediakan banyak contoh tentang kesetiaan Yesus kepada hukum Allah. Contohnya, meskipun kata-kata-Nya dalam Lukas 2:49 secara tidak langsung menyatakan bahwa pada usia muda Dia telah mengerti identitas-Nya, namun ketika ibu lahiriah-Nya mengungkapkan perasaannya yang terluka ka­rena Ia kesasar dari keluarga, dengan rendah hati Dia bergabung dengan keluar- ga-Nya untuk pulang ke rumah dan "patuh kepada mereka" (Lukas 2:51, NIV). Pada kesempatan yang lain, Yesus menolak untuk menyembah Setan ketika Ia dicobai di padang gurun karena penyembahan hanya layak diberikan kepada Allah saja (Lukas 4:8). Dan ada beberapa ilustrasi tentang pemeliharaan-Nya akan hari Sabat (sebagai contoh, Lukas 4:16). Paulus menulis bahwa seluruh kehidupan Yesus didasarkan pada penurutan kepada kehendak Allah (Filipi 2:5-11), dan kitab Ibrani berkata bahwa, sekalipun dicobai, Dia tidak pernah berbuat dosa (Ibrani 4:15). Jadi, ketika Dia mendekati jam-jam terakhir-Nya, Ia boleh berkata: "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya" (Yohanes 15:10).

Bacalah Yohanes 13:34, 35. Apakah yang Yesus maksudkan ketika Ia berkata bahwa ini adalah perintah yang "baru?"
Yohanes 13:34, 35
13:34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
13:35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."


Yesus mengerti bahwa ada hubungan antara penurutan terhadap perintah dan kasih. Sekalipun kita tidak terbiasa berbicara tentang "perintah-perintah" kasih, seseorang dapat berkata bahwa, dalam pengertian yang sesungguhnya, bahwa Sepuluh Hukum adalah perintah-perintah tersebut. Mereka memperli­hatkan bagaimana Allah ingin kita mengungkapkan kasih kita kepada-Nya dan kepada sesama.
Allah adalah kasih (/ Yohanes 4:16), demikian pula ketika menyatakan per- intah-Nya kepada murid-murid-Nya (Yohanes 13:34, 35), Yesus menjelaskan hukum kasih yang bermula dari Bapa-Nya (Yohanes 3:16). Sekarang, lebih dari sekadar mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, kita mesti me­ngasihi sama seperti Yesus mengasihi kita.
"Pada waktu perkataan ini diucapkan, murid-murid tidak dapat mengerti; tetapi sesudah mereka menyaksikan penderitaan Kristus, sesudah penyaliban dan kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga, sesudah Roh Kudus turun ke atas mereka pada hari Pentakosta, mereka mengerti lebih jelas akan kasih Al­lah, dan sifat kasih yang mereka harus miliki satu dengan yang lain."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 462.

Dengan alur pemikiran pelajaran hari ini dalam pemikiran kita, ba­calah 1 Yohanes 3:16. Bagaimanakah kita bisa memperoleh kasih yang seperti ini dalam kehidupan kita? Bagaimanakah kita bisa mati bagi diri sendiri, yaitu yang diperlukan agar kita dapat mengungkapkan kasih yang seperti itu?

1 Yohanes 3:16
3:16 Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

Selasa, 20 Mei  Segalanya untuk Semua Manusia
Perhatikanlah dengan saksama ayat yang berbicara tentang hukum dalam 1 Korintus 9:19-23. Apakah yang Paulus sedang katakan di sini? Mengapakah ada penekanan yang kuat seperti itu pada hukum?

1 Korintus 9:19-23
9:19 Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
9:20 Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.
9:21 Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.
9:22 Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
9:23 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.


Kerinduan Allah adalah agar semua orang menerima pemberian-Nya akan hidup kekal dan menjadi warga negara kerajaan kekal-Nya. Dalam 1 Korintus 9, Paulus menyatakan metodenya untuk memikat orang bagi kerajaan Allah. Dia mengerti bahwa ada halangan-halangan budaya yang membuat orang ter­halang untuk mengambil keputusan menerima Injil. Paulus rela mengadopsi budaya kelompok orang yang bagi mereka dia sedang bersaksi untuk maksud yang tidak dapat goyah yaitu melihat mereka diselamatkan.
Akhirnya, semua yang menjadi bagian kerajaan Allah adalah mereka yang akan tunduk pada hukum-Nya. Alhasil, mereka yang bekerja bagi Allah harus- lah juga sejalan dengan kehendak Allah. Paulus cepat menyatakan bahwa se- kalipun ia menggunakan metode kreatif dalam menjangkau orang-orang bagi Kristus, ia selalu waspada dengan cara tetap tinggal di bawah perintah-perintah hukum Allah. Kerinduannya untuk melihat manusia diselamatkan tidak mem- buat dia mengkompromikan hukum Allah, dia minta agar Allah dilayani oleh orang-orattg yang ia Injili. Dia hanya akan mengadopsi aturan-aturan budaya selama hal-hal itu tidak bertentangan dengan hukum tertinggi. Dasar yang me­ngendalikan metodenya adalah "hukum Kristus" (/ Korintus 9:21).
Kita juga dapat mengerti bagaimana Paulus merujuk kepada "hukum Kris- tus" sama seperti metode yang digunakan Yesus. Metode itu didasarkan pada kasih kepada semua orang, bukan hanya kepada sekumpulan orang saja. Pau­lus tidak memaksudkan agar hukum Kristus terlihat sebagai alternatif dari hu­kum Allah. Keduanya bekerja bersama secara harmonis sebagai hukum Kasih Kristus yang digunakan untuk memperkenalkan hukum Allah sang Pengasih kepada mereka yang diselamatkan oleh kasih karunia. Buktinya, seluruh bagi­an, yang di dalamnya Paulus secara terbuka menjelaskan semua yang ia ingin lakukan demi menjangkau mereka yang hilang, adalah contoh sempurna ten­ding kasih pengorbanan diri yang dinyatakan dalam "hukum Kristus."
Berapa banyakkah dari dirimu yang akan Anda korbankan demi men­jangkau orang lain bagi Kristus? Berapa banyakkah dari dirimu yang telah Anda sangkal demi menjangkau orang lain? Berapakah banyak "hu­kum Kristus" yang Anda turuti?
Rabu, 21 Mei   Memenuhi Hukum Kristus (Galatia 6:2)
Entah diungkapkan dalam arsip tertulis atau  lewat alam, hukum Allah me­nyingkapkan kehendak-Nya kepada setiap orang yang sanggup untuk mengerti (Roma 1:20; 2:12-16). Hasilnya, tidak ada orang yang dapat menyatakan bah­wa ia tidak tahu tuntutan Allah yang mendasar. "Karena semua orang telah ber­buat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23) dan dengan itu ditetapkan bagi kebinasaan (Roma 6:23; Yehezkiel 18:4). Walaupun demikian, tidak semua telah hilang: Kutukan itu telah diganti dengan pemberian kehidup­an kekal, yang telah disediakan melalui kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus (Efesus 2:8).
Menurut Rasul Paulus, kasih karunia akan menyanggupkan orang perca­ya untuk menghidupkan kehidupan penurutan (Roma 6:15; Efesus 2:10; Titus 2:11-14), walaupun, seperti yang kita sangat ketahui, bahwa kita tidak selalu hidup menurut dan setia seperti yang seharusnya.

Menurut Galatia 6:1-5, apakah salah satu cara untuk mewujudkan "hukum Kristus?"

Galatia 6:1-5
6:1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.
6:2 Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
6:3 Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.
6:4 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.
6:5 Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.

Penting untuk mengingat bahwa setiap orang adalah sasaran pencobaan dan akan jatuh dalam dosa pada saat lemah. Dengan kesadaran akan hal ini, maka janganlah terlalu peka untuk menghakimi saudara kita, sesama orang Kristen yang telah jatuh. Sekalipun Yesus, yang tidak pernah berdosa, Ia rela meno­long mereka yang telah dikuasai oleh dosa. Seperti yang Ellen G. White tulis tentang Yesus, "Dia tidak mengritik kelemahan manusia."—Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 380. Paulus menasihatkan agar orang Kristen memberikan bantuan untuk maksud pemulihan (Galatia 6:1). Dengan kata lain, seorang yang telah berdosa harus didorong untuk sekali lagi hidup berdasarkan anjuran hukum Allah.
Hukum Kristus didorong oleh rahmat. Jika bukan karena pengorbanan ke- matian-Nya, tidak akan ada alasan bagi kita untuk memelihara hukum Allah. Karena Kristus telah menjadikan hidup kekal itu mungkin, maka itu menjadi pendorong bagi orang yang setia untuk mulai lagi memelihara hukum Allah setelah melewati saat-saat kelemahan. Orang-orang Kristen mesti mengguna­kan hukum Kristus sebagai sarana untuk memindahkan orang berdosa yang bertobat kembali dalam arena hukum kasih Allah.

Pikirkanlah satu waktu ketika Anda sedang kacau dan menerima kasih karunia meskipun Anda tidak layak untuk hal itu (karena kalau Anda layak menerimanya itu bukanlah kasih karunia). Bagaimanakah Anda pastikan bahwa Anda mengingat kasih karunia yang telah Anda terima setelah seseorang memohon kasih karunia dari Anda?
Kamis, 22 Mei   Hukum dan Penghakiman (Yohanes S:30)
Sekalipun hukum Allah adalah hukum rahmat, Allah pada akhirnya akan menggunakannya sebagai ukuran penghakiman. Allah secara berkesinam­bungan menyediakan kesempatan bagi orang berdosa untuk bertobat dan berjanji untuk setia kepada-Nya, tetapi waktunya akan datang ketika seruan akan berbunyi, "Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus me nguduskan dirinya!" (Wahyu 22:11). Pengumuman ini adalah pendahuluan bagi penghakiman terakhir.
Dalam Wahyu 14:7 malaikat yang pertama mengumandangkan peng­hakiman Allah, beberapa ayat menyatakan tentang penghakiman Kristus (sebagai contoh, Kisah 17:31; 2 Timotius 4:1; 2 Korintus. 5:10). Bagaima­nakah Yohanes 5:30 membantu kita untuk mengerti peran Yesus dalam penghakiman?
Yohanes 5:30
5:30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.

Sekalipun Yesus telah meninggalkan Keilahian-Nya ketika Ia menjadi manusia (Filipi 2:5-11), Dia tetap memiliki hubungan khusus dengan Sang Bapa. kelika para pemimpin agama menuduh Dia telah menghujat, Ia memberitahu para penuduh-Nya bahwa Allah telah memberikan-Nya kuasa untuk meme­nuhi beberapa tugas Ilahi (Yohanes 5:19-30), salah satu di antaranya adalah penghakiman. Kenyataan bahwa Yesus ditugaskan untuk bertanggung jawab atas penghakiman adalah untuk menunjukkan rahmat Allah. Karena Kristus telah menjadi satu dengan umat manusia, Dia berada dalam posisi tanpa berat sebelah memberikan penghakiman. Dengan diberikannya kesamaan dengan pengalaman manusia, Kristus tidak akan menghakimi manusia secara tidak adil. Sebagai bukti, Kristus menyatakan bahwa penghukuman tidak datang dari-Nya, sebab orang berdosa yang tidak bertobatlah yang telah menghukum dirinya sendiri ketika dia menolak untuk memperhatikan perintah Allah (Yo­hanes 12:48).
Banyak orang yang sudah mengetahui isi hukum Allah, tetapi tidak tahu bngaimana untuk memeliharanya. Hukum bukanlah satu daftar tentang sebe­rapa dekat kita sekarang dengan surga; melainkan, ini adalah alat yang meng­ungkapkan berbagai prinsip kasih. Memenuhi hukum tidaklah terbatas pada penurutan kita terhadap hukum agar Allah berpihak kepada kita, tetapi meng- isyaratkan agar setiap orang Kristen membagikan kasih Allah kepada mereka yang membutuhkannya. Sebagai ukuran penghakiman, hukum berfungsi untuk mengukur tingkatan kasih yang seorang telah berikan kepada Allah dan ma­nusia. Ketika Kristus memimpin penghakiman terakhir, Ia akan menggunakan hukum kasih Allah yang tidak berubah sebagai ukuran untuk menghakimi (Yakobus.2: 12).
Jumat, 23 Mei
Pendalaman: Bacalah tulisan Ellen G. White, "Church Discipline" hlm. 260-264; "Consider One Another" hlm. 260-266, dalam Testimonies for the Church, jId. 7.
"'Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu meme­nuhi hukum Kristus.' Di sini, sekali lagi, di hadapan kita dinyatakan dengan jelas tugas kita. Bagaimanakah mereka yang mengaku pengikut Kristus namun begitu menganggap enteng perintah-perintah yang diilhami ini?...
"Kita mengetahui tetapi sedikit saja menghayatinya, dan memiliki tetapi se­dikit saja merasakan kebutuhan kita akan rahmat Allah. Itulah sebabnya kita sedikit sekali menghargai kasih sayang yang Yesus tunjukkan kepada kita, dan yang seharusnya kita juga tunjukkan kepada orang lain. Kita harus ingat bahwa saudara-saudara kita lemah, orang fana yang bersalah, sama seperti dirimu. Se­andainya seorang saudara karena tidak berhati-hati telah ditindas oleh penco­baan, dan berlawanan dengan perilakunya yang biasa telah melakukan kesalah­an; hal apakah yang harus dilakukan padanya? Kita belajar dari sejarah Alkitab bahwa mereka yang Allah gunakan untuk melakukan pekerjaan-Nya yang baik dan mulia, melakukan dosa-dosa menyedihkan juga. Allah tidak membiarkan hal itu tanpa teguran, tetapi juga Ia tidak membuang para pelayan-Nya. Ke­tika mereka bertobat, Dia dengan penuh kebaikan mengampuni mereka, dan menyatakan kepada mereka kehadiran-Nya, dan menempa mereka. Kiranya orang-orang malang, orang-orang fana yang lemah, menyadari betapa besar­nya kebutuhan mereka akan pengasihan serta panjang sabar Allah dan dari para saudara. Biarlah mereka waspada agar tidak menghakimi dan menyalah­kan orang lain."-—Ellen G. White, The Signs of the Times, 25 Januari 1883.
Pertanyaan-pertanyaan Diskusi:
1.     Dengan merefleksikan paragraf di atas yang diambil dari Signs of the Times, mengapakah penting untuk memberi kemurahan kepa­da mereka yang jatuh ke dalam dosa?
2.     Cobalah pikirkan tentang tokoh Alkitab terkenal yang jatuh ke dalam dosa, tetapi Allah sanggup untuk mengampuni dan terus menggunakan mereka. Pelajaran penting apakah yang berikan contoh-contoh tersebut kepada kita?
3.     Dengan cara bagaimanakah kita mendorong disiplin jemaat se­mentara di saat yang sama memperlihatkan kemurahan dan peng­ampunan bagi mereka yang jatuh ke dalam dosa? Mengapakah kita harus melihat dua konsep, disiplin dan kemurahan, sebagai sesuatu yang tidak bertentangan satu dengan yang lain?


No comments:

Post a Comment