KRISTUS, KEGENAPAN HUKUM TAURAT
Berita Misi dan Ebook/Epub untuk Iphone/Ipad/Samsung/Android terdapat di bagian kanan blog ini.
SABAT PETANG
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Roma 5:12-21; 6:15-23; 7:13-25; 9:30-10:4; Galatia 3:19-24.
AYAT HAFALAN: ”Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya” (Roma 10:4).
Sebuah majalah terkenal menerbitkan iklan satu halaman penuh pada berita utamanya, berbunyi: “Capailah Kebakaan! (Kami tidak bergurau)." Dalam pengertian bahwa mereka sedang bergurau, karena iklan berlanjut dan berbunyi, “agar Anda dapat meninggalkan kenangan indah dengan membuat hadiah atas namamu selamanya, hubungilah kami untuk mendapatkan brosur gratis!”
Para penulis, cendekiawan, filsuf, dan ahli kitab selama beribu tahun telah bergulat dengan pertanyaan tentang kematian dan apa yang kematian lakukan bagi arti hidup kita. Sekiranya orang-orang tersebut benar-benar tidak berhasil memberi jalan keluar, maka reklame tadi adalah satu cara cerdik untuk menolong manusia berurusan dengan ketidakbakaan mereka.
Sebaliknya, dalam Perjanjian Baru telah diperlihatkan kepada kita satu-satunya cara untuk memperoleh kebakaan, dan cara itu adalah melalui iman dalam Yesus, berbeda dari pemeliharaan hukum – walaupun kita mesti menuruti hukum. Sudah tentu bahwa menurut hukum tidak bertentangan dengan kasih karunia; sebaliknya, ini adalah sesuatu yang kita lakukan sebagai hasil penerimaan kasih karunia.
Pekan ini kita akan terus meneliti tentang hukum dan kasih karunia.
*Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 17 Mei.
Minggu, 11 Mei
Di Mana Dosa Bertambah Banyak (Roma 5:12-21)
Sekalipun hukum menyatakan dosa, tetapi hukum tidak berkuasa menyelamatkan kita dari dosa. Ketidakberdayaan hukum menunjukkkan kepada kita bahwa kita memerlukan Yesus, jalan keluar satu-satunya dari dosa.
Bacalah Roma 5:12-21. Dengan cara bagaimanakah pekabaran tentang kasih karunia Allah dinyatakan dalam ayat-ayat ini?
Roma 5:12-21
12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.
13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.
14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.
15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.
16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.
17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.
18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.
19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.
20 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,
21 supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Perhatikan dalam ayat-ayat ini tentang keterikatan dosa dan kematian. Selalu dan selalu keduanya muncul dalam hubungan yang mesra satu dengan yang lain. Dan dosa, yang adalah pelanggaran terhadap hukum Allah, menuntun kepada kematian.
Bacalah sekarang Roma 5:20. Ketika hukum “ditambahkan,” dosa melimpah-limpah, dengan pengertian bahwa hukum dengan jelas menyatakan apa itu dosa. Walaupun demikian, gantinya membawa akibat alamiah dosa, yaitu maut, Paulus berkata: “Dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,” Dengan kata lain, tidak peduli seberapa buruknya dosa itu, kasih karunia Allah cukup untuk menutupi dosa, yaitu bagi mereka yang menuntut janji-janjinya melalui iman.
Dipengaruhi oleh terjemahan 1 Yohanes 3:4 dalam Alkitab King James Version (“dosa adalah pelanggaran hukum”), banyak yang membatasi dosa sampai pada pelanggaran Sepuluh Hukum saja. Walaupun demikian, terjemahan yang lebih harï¬ah berbunyi: “Dosa adalah pelanggaran hukum” (anomia). Segala sesuatu yang dilakukan bertentangan dengan prinsip-prinsip Allah adalah dosa. Jadi, sekalipun Sepuluh Hukum belum secara formal dinyatakan kepada Adam ketika dia memakan buah larangan, dia telah melanggar satu perintah Allah (Kejadian 2:17) dan sebagai akibatnya bersalah karena telah berdosa. Jadi, melalui dosa Adam kutukan dosa yaitu maut telah mempengaruhi semua generasi manusia (Roma 5:12,17,21).
Berbeda dengan ketidaksetiaan Adam, kesetiaan Yesus pada hukum Allah menghasilkan pengharapan akan kehidupan kekal. Sekalipun dicobai, Yesus tidak melakukan dosa (Ibrani 4:15). Di sini, dalam kitab Roma, Paulus meninggikan penurutan yang benar oleh Kristus, yang telah menghasilkan kehidupan kekal (Roma 5:18-21) bagi mereka yang menerima kebenaran tersebut. Sebagai Adam Kedua, Yesus memelihara hukum dengan tepat dan dengan itu menghancurkan kutukan maut. Kebenaran-Nya sekarang dapat menjadi milik orang percaya. Seseorang yang terhukum kepada kematian oleh karena mewarisi dosa Adam pertama, sekarang dapat memeluk pemberian kehidupan dengan menerima kebenaran Adam Kedua yaitu, Yesus Kristus.
Senin, 12 Mei
Hukum dan Kasih Karunia (Roma 6:15-23)
Satu konsep yang paling sukar untuk dimengerti oleh orang-orang Kristen adalah kelanjutan peran hukum setelah seseorang diselamatkan oleh kasih karunia. Jika seseorang percaya beroleh kebenaran lewat penerimaan akan kehidupan dan kematian Yesus, mengapakah masih penting untuk memelihara hukum? Pertanyaan ini sebenarnya memberi peluang lainnya untuk mengulangi poin kunci yaitu: Hukum tidak pernah dimaksudkan untuk menyediakan keselamatan, fungsi hukum (setelah kejatuhan dalam dosa) adalah untuk menunjukkan dosa. Jadi, Salib tidak meniadakan perlunya bagi seseorang untuk mengikuti hukum Allah; sama seperti seorang yang diampuni karena melaju melewati batas kecepatan maksimal, tidak diampuni untuk terus-menerus melanggar aturan tersebut.
Menurut Roma 6:12, 15-23, apakah pengertian menghidupkan satu kehidupan yang menerima kasih karunia? Khususnya lihat Roma 6:12, 15, 17.
Roma 6:12-17
12 Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.
15 Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!
17 Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.
Kasih karunia dan hukum tidak bertentangan; keduanya tidak saling meniadakan. Gantinya, keduanya berhubungan erat. Hukum, karena itu tidak dapat menyelamatkan kita, memperlihatkan bahwa kita memerlukan kasih karunia. Yang dilawan oleh kasih karunia bukanlah hukum, melainkan maut. Masalah kita bukanlah hukum, tetapi kematian yang dihasilkan oleh pelanggaran terhadap hukum.
Rasul Paulus mengingatkan orang Kristen untuk berhati-hati menggunakan pemberian kasih karunia yang dijanjikan sebagai alasan untuk berbuat dosa (Roma 6:12,15). Karena dosa dinyatakan oleh hukum, maka ketika Paulus mengatakan agar orang Kristen tidak berbuat dosa, maka pada dasarnya dia sedang mengatakan pada mereka: Peliharalah hukum, turutilah perintah-perintahnya!
“Paulus selalu meninggikan hukum llahi. la menunjukkan bahwa di dalam hukum tidak ada kuasa untuk menyelamatkan umat manusia dari hukum dan pelanggaran. Orang-orang yang berbuat salah harus bertobat dari dosa-dosa mereka dan merendahkan diri di hadapan Allah, karena mereka melanggar hukum Allah menyebabkan murka-Nya; mereka harus melatih iman di dalam darah Yesus sebagai satu-satunya sarana pengampunan." – Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld 7, hlm. 330.
Mengapakah begitu mudah orang terperangkap dalam pemikiran menyimpang yang mengatakan bahwa karena kita tidak diselamatkan oleh hukum, maka kita tidak lagi perlu menurutinya?
Selasa, 13 Mei
Manusia Celaka! (Roma 7:21-25)
Bacalah Roma 7:13-25. Bagaimanakah kita dapat mengerti ayat-ayat ini? Apakah Paulus berbicara tentang orang yang tidak bertobat, atau ini adalah pengalaman orang yang bertobat? Alasan-alasan apakah yang dapat Anda berikan bagi jawaban Anda?
Roma 7:13-25
13 Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa.
14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.
15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.
16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik.
17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.
18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.
21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (7-26) Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.
Jika Anda tidak bisa memastikan bagi siapa ayat-ayat ini merujuk, Anda tidak sendiri. Para ahli Alkitab juga sudah bergelut dengan pertanyaan ini untuk berabad-abad lamanya. Orang yang digambarkan di sini adalah dia yang bersukacita dalam hukum Allah (sukar untuk terdengar seperti seorang yang tidak percaya) tetapi yang terlihat seperti diperbudak oleh dosa (yang menjadi tidak berarti karena orang Kristen dijanjikan kuasa atas dosa). SDA Bible Commentary, setelah mempertimbangkan argumen dari dua sisi, berkata: “Tujuan utama Paulus dalam ayat ini kelihatannya untuk menunjukkan hubungan antara hukum, Injil, dan orang yang telah terbangun untuk pergumulan sengit melawan dosa dalam persiapan bagi keselamatan. Pekabaran Paulus adalah, sekalipun hukum boleh mempercepat dan meningkatkan kemampuan dalam pergumulan, namun hanya lnjil Yesus Kristus yang dapat membawa kemenangan dan kelepasan.” – The SDA Bible Commentary, jld. 6, hlm. 554.
Tanpa mempersoalkan bagaimana kita memandang ayat-ayat ini, kita harus selalu mengingat bahwa seseorang yang bergumul dengan dosa akan tetap sanggup membuat pilihan yang tepat. Jika tidak demikian, semua janji dalam tulisan-tulisan Paulus (seperti juga pada tulisan lainnya) tentang kuasa atas dosa akan tidak memiliki arti. Juga Matius 5 memperlihatkan bahwa dosa telah dimulai sebelum tindakan dosa dilakukan. Sebagai akibatnya, seseorang melanggar hukum oleh memikirkan hal-hal dosa. Luar biasanya, kenyataan ini bisa menjadi satu sumber frustasi. Walaupun demikian, dalam konteks Roma 7, orang tersebut bisa saja menjadi tanpa pertolongan, tetapi bukan tanpa harapan. Karena orang yang hidup dalam Roh, maka hukum yang selalu ada berfungsi terus-menerus sebagai pengingat bahwa kelepasan dari penghukuman datang melalui Yesus (Roma 7:24-8:2).
Bacalah kembali ayat-ayat untuk hari ini. Dengan cara bagaimanakah ayat-ayat ini menyejajarkan pengalaman pribadi Anda dengan Tuhan? Sekalipun ada pergumulan, bagaimanakah Anda mengalami pengharapan yang telah Paulus ungkapkan di sini?
Rabu, 14 Mei
Tujuan Hukum (Roma 9:30-10:4)
Judul dari pelajaran pekan ini berasal dari Roma 10:4 – “Kristus adalah kegenapan Hukum Taurat. Banyak yang telah terlebih dulu memiliki pemikiran yang tidak tepat tentang hukum dengan serta merta menafsirkan bahwa ayat ini bermakna, “Kristus menjadikan hukum tidak lagi terpakai.” Tetapi, tafsiran ini berlawanan dengan banyak ayat dalam kitab Roma dan kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru yang membicarakan kelanjutan keabsahan hukum.
Bacalah Roma 9:30-10:4. Bagaimanakah Paulus menjelaskan di sini bahwa keselamatan adalah melalui iman dan bukan melalui hukum?
Roma 9:30-33
30 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman.
31 Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.
32 Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan,
33 seperti ada tertulis: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
Roma 10:1-4
1 Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan.
2 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
3 Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.
4 Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.
Seperti halnya pada surat Paulus yang sisa bagi orang-orang Roma, tujuan Paulus dalam ayat-ayat ini adalah untuk menunjukkan sumber kebenaran yang sesungguhnya. Hukum adalah satu lndikator kebenaran, tetapi hukum tidak sanggup membuat orang menjadi benar. Selanjutnya, Paulus menggambarkan satu paradoks: bangsa-bangsa (orang non-Yahudi) yang tidak berjuang untuk kebenaran telah menerimanya, sedangkan Israel, yang berjuang memelihara hukum yang benar, tidak menerimanya. Paulus tidak mengeluarkan orang Yahudi dari kebenaran; dia juga tidak mengatakan bahwa setiap orang non-Yahudi adalah orang benar. Yang dia katakan adalah hukum tidak membawa pembenaran ke atas orang berdosa entah orang Yahudi atau orang bukan Yahudi.
Banyak orang Yahudi yang sangat peduli pada pembenaran mereka, tetapi pencarian mereka sia-sia (Roma 10:2). Mereka sungguh-sungguh melayani Allah tetapi melakukannya seperti yang mereka inginkan. Mereka telah mengambil satu objek pewahyuan Allah (hukum) dan mengacaukannya dengan sumber keselamatan versi mereka. Sebagus-bagusnya hukum, tetapi hukum tidak cukup bagus untuk menyelamatkan siapa saja. Buktinya, gantinya membuat seorang menjadi benar, hukum memperjelas dosa seseorang; hal ini menguatkan keperluan akan pembenaran. ltulah sebabnya Paulus menggambarkan Yesus sebagai “penggenapan” dari hukum. Yesus bukanlah “penggenapan” hukum dalam arti membatalkannya, tetapi dalam arti sebagai “tujuan” hukum, yaitu Dia yang ditunjuk oleh hukum. Hukum menuntun seseorang kepada Kristus, yaitu orang berdosa yang bertobat dituntun untuk mencari keselamatan dari- Nya. Hukum mengingatkan semua orang Kristen bahwa Kristus adalah kebenaran kita (Roma 10:4).
Orang yang selalu menekankan hukum secara kaku dalam bahaya legalisme, yaitu yang mencoba untuk membuat “kebenaran mereka sendiri.” Manakala kita sedang berusaha menuruti hukum Allah, bagaimanakah kita bisa waspada untuk tidak jatuh dalam jerat yang sangat halus?
Kamis, 15 Mei
Yang Berpegang pada Disiplin (Galatia 3:19-24)
Sejalan dengan kitab Roma, Paulus sangat berhati-hati untuk menetapkan dalam kitab Galatia bahwa tujuan hukum adalah untuk menyatakan dosa dan bukan untuk membuat orang jadi benar (Galatia 3: 19,21).
Bacalah Galatia 3:23, 24. Gambaran-gambaran apakah yang Paulus gunakan untuk menjelaskan tujuan hukum? Apakah yang Anda pikirkan tentang makna gambaran-gambaran itu?
Galatia 3:23-24
23 Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
24 Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
Tergantung pada terjemahan, di antara pengertian lainnya, hukum dinyatakan dalam ayat 24 sebagai “guru,” “pengawas,” “pendidik,“ dan “pemelihara.” Istilah Yunani yang digunakan untuk merujuk pada hamba yang dipekerjakan oleh seorang kaya untuk menjadi pembimbing anaknya. Adalah tugas sang pembimbing untuk memastikan Bahwa anak tersebut belajar kedisiplinan diri. Meskipun seorang hamba, seorang pembimbing diberikan kesanggupan untuk melakukan hal yang penting agar sang anak tetap berada pada jalur, sekalipun harus ada pemberian hukuman ï¬sik. Ketika sang anak telah mencapai usia dewasa, sang pembimbing tidak lagi memiliki kuasa atas anak tersebut.
Dalam konteks tugas pembimbing, apakah yang Anda pikirkan tentang tujuan hukum bagi seseorang yang telah menerima keselamatan dari Kristus?
Sekalipun sang pembimbing tidak lagi memiliki kuasa atas anak yang dewasa, tetapi diharapkan agar pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari oleh sang anak akan menyanggupkan dia untuk membuat keputusan-keputusan yang dewasa. Demikian juga, karena orang Kristen tidak lagi berada di bawah kuasa penghukuman hukum, sama seperti orang yang telah mencapai usia dewasa, dia diharapkan untuk mengatur tindakan-tindakannya sesuai dengan prinsip hukum.
Sebagai tambahan bagi perannya sebagai pembimbing, hukum juga berfungsi sebagai pengurus sementara yang melindungi orang percaya sampai “iman” datang (Galatia 3:23). Lagi-lagi kita lihat di sini, Kristus adalah “penggenapan” atau tujuan hukum. Paulus dengan tegas menyatakan pokok tersebut ketika dia berkata, “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman” (Galatia 3:24).
Bacalah dengan teliti Galatia 3:21. Apakah maksud perkataan itu bahwa harus selama-lamanya berakhir paham keselamatan diterima melalui penurutan kepada hukum? Mengapakah ini adalah kabar baik? Bawalah jawabanmu ke kelas pada hari Sabat!
Galatia 3:21 Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat.
Jumat, 16 Mei
Pendalaman
“Hukum menunjukkan dosa kepada kita, dan membuat kita merasakan keperluan kita akan Kristus lalu berlari kepada-Nya meminta pengampunan dan damai dengan mempraktikkan pertobatan terhadap Allah dan iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus.”
“Sepuluh Hukum jangan dilihat hanya dari sisi larangan, tetapi juga dari sisi rahmat. Larangannya adalah jaminan pasti akan sukacita dalam penurutan. Ketika dalam Kristus kita menerimanya, hukum mengerjakan dalam kita pemurnian tabiat yang akan membawa sukacita bagi kita untuk masa kekekalan. Bagi penurut, hukum adalah tembok perlindungan. Di dalamnya kita melihat kebaikan Allah, melalui penyingkapan prinsip-prinsip kebenaran kepada manusia, yang berusaha melindungi kita dari kejahatan-kejahatan yang dihasilkan oleh pelanggaran.” – Ellen G. White, Select Messages, jld. 1, hlm. 234, 235.
Pertanyaan-pertanyaan Diskusi:
1. Dalam kelas, bicarakanlah pengharapan ajaib yang terdapat dalam Galatia 3:21. Bagaimanakah lnjil kasih karunia dengan jelas dipaparkan di sana? Mengapakah ayat ini merupakan penangkal utama bagi legalisme?
2. Kehidupan yang saleh bukanlah pilihan tetapi keharusan bagi mereka yang mengaku anak-anak Allah. Banyak orang berpengaruh yang menekankan kebutuhan kita akan “kesempurnaan” penurutan hukum bilamana rindu masuk dalam kerajaan Allah. Sayang, mereka yang memegang dogma ini tidak hanya mempromosikan kesanggupan pribadi sebagai kunci keselamatan; tetapi juga mengabaikan kenyataan sifat alamiah manusia adalah dosa. Manusia hidup dengan kecenderungan berdosa yang diwariskan dan secara terus-menerus dibombardir pencobaan. Bahkan lebih merepotkan lagi, kekecewaan yang datang kepada mereka yang terus-menerus melihat pada diri sebagai barometer keselamatan oleh melihat sudah sebaik apa mereka. Dibandingkan dengan kesucian Allah dan hukum-Nya, siapakah di antara kita yang dapat dibandingkan dengan Allah dan hukum-Nya? Kalau begitu, bagaimana kita dapat berhati-hati sehingga sambil hidup saleh, menghidupkan kesetiaan, kita tidak terperangkap dengan teologi yang menempatkan pengharapan keselamatan pada hal lain selain dari kebenaran Kristus yang menaungi kita?
3. Apakah tujuan hukum?
No comments:
Post a Comment