KEMATIAN KRISTUS DAN HUKUM
Audio Sekolah Sabat ke 6 download di SINI
SABAT PETANG
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Roma 7:1-6; 8:5-8; Roma 7:7-13; Roma 4:15; Kisah 13:38,39; Galatia 3:10.
AYAT HAFALAN: ”Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah” (Roma 7:4).
Seorang perempuan sedang berkendara dengan kecepatan yang sudah melampaui batas. Tiba-tiba di kaca spion, terlihat kilatan cahaya lampu biru dan merah dari mobil polisi dan terdengar sirene mobil polisi. Dia kemudian menepi, mengambil dompet, dan mengambil SIM-nya. Sang polisi menghampiri, mengambil SIM-nya, lalu kembali ke mobil polisi.
Dia bertanya-tanya, berapa kita-kira harga tilang nantinya(dia telah mengemudi melampaui batas kecepatan yang diizinkan); dia juga khawatir tentang bagaimana dia dapat membayar tilang tersebut. Beberapa menit kemudian, sang polisi kembali dan berkata, “Baik, Nona, apa yang akan kita lakukan, supaya Anda tidak menghadapi hukuman lagi adalah dengan menghapus hukum. Dengan begitu, Anda tidak perlu lagi khawatir dengan batas kecepatan.” Yang sama lucunya dengan cerita tadi adalah tidak lebih daripada teologi yang mengajarkan bahwa setelah Yesus mati, maka hukum, yaitu Sepuluh Hukum, telah dihapuskan.
Pekan ini kita akan melihat pada kematian Kristus dan apa arti kematian-Nya terkait dengan hukum.
*Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk persiapan bagi Sabat, 10 Mei.
Minggu, 4 Mei
Mati bagi Hukum (Roma 7:1-6)
Kajilah dengan hati-hati Roma 7:1-6 dan ringkaskan sebaik mungkin apa yang Paulus sedang katakan. Bacalah dengan teliti, sambil tetap memikirkan ayat-ayat Alkitab lainnya tentang hukum.
Roma 7:1-6
1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, — sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum — bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup?
2 Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu.
3 Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.
4 Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.
5 Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut.
6 Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat.
Sekalipun beberapa versi terjemahan Alkitab tidak tepat menerjemahkan ayat satu sehingga terbaca bahwa hukum mengikat sampai pada kematian, satu tafsiran literal adalah: “Setiap manusia yang hidup ada di bawah pengaturan hukum." Penekanannya bukanlah pada orang yang mati, tetapi pada orang yang hidup. Contoh yang diambil dari pernikahan menunjukkan bahwa setiap orang yang menikah dan memiliki hubungan yang intim dengan orang lain selain pasangan suami atau istrinya telah melanggar hukum dan telah berzina. Hanya jika istri atau suaminya telah meninggal maka dia dapat menjalin hubungan dengan orang lain tanpa melanggar hukum.
Yang lain juga beranggapan bahwa ayat-ayat ini menunjukkan kematian hukum; tetapi, sebenarnya ialah ayat ini menunjukkan kematian seseorang terhadap hukum melalui tubuh Kristus (Roma 7:4). Menurut Roma 6:6, bagian dari seseorang yang telah mati adalah “manusia lama.” Ketika seseorang menghidupkan kehidupan lama, orang itu dipersalahkan oleh hukum dan terjerat dalam satu hubungan yang mengerikan (Roma 7:9-11,24). Tetapi setelah manusia lama mati, orang tersebut bebas untuk menjalin satu hubungan dengan yang lain – yaitu Kristus yang telah dibangkitkan (Roma 7:4).
Apa yang sedang dikatakan Paulus di sini adalah karena hukum mengikat setiap orang yang hidup, maka hukum Allah juga mengatur persatuan yang baru. Faktanya adalah seorang percaya sekarang dinikahkan dengan Kristus berarti bahwa hukum bukanlah lagi alat penghukuman; orang percaya tersebut dalam Yesus telah merdeka dari kutukan hukum karena dia dibungkus oleh kebenaran Kristus.
Paulus tidak menulis bahwa Sepuluh Hukum yang menyatakan dosa, sekarang telah dihapus; karena itu akan sangat bertentangan dengan banyak ayat Alkitab, termasuk tulisan Paulus sendiri. Gantinya, dia berbicara tentang satu hubungan baru yang seseorang miliki dengan hukum melalui iman dalam Yesus. Hukum tetap mengikat; mengikat mereka yang ada dalam Yesus, seseorang yang telah menyangkal diri dan mati bagi dosa – hukum tidak mengikat seseorang dalam genggaman penghukuman, karena sekarang dia adalah “milik orang lain,” yaitu milik Yesus.
Senin, 5 Mei
Hukum Dosa dan Kematian (Roma 8:1-8)
Paulus menjamin orang Kristen bahwa “sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” (Roma 8:1,2). Jika kita membaca ayat-ayat ini terpisah dari konteks langsungnya, akan tampak bahwa Paulus sedang merujuk pada dua hukum yang bertentangan: hukum kehidupan serta hukum dosa dan kematian. Namun, perbedaannya bukan pada hukum, melainkan pada sebelum atau sesudah individu tersebut menerima Kristus.
Dengan cara apakah pembicaraan Paulus dalam Roma 7:7-13 menjelaskan tentang peran hukum?
Roma 7:7-13
7 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!"
8 Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati.
9 Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup,
10 sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian.
11 Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku.
12 Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.
13 Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa.
Fungsi hukum tergantung pada pribadi siapa hukum itu terkait. lbarat sebuah pisau, contohnya, dapat digunakan untuk menyembuhkan oleh seorang ahli bedah, tetapi juga dapat digunakan untuk membunuh oleh seorang pembunuh. Begitu pula, hubungan seorang pencuri dan hukum dimana hukum bermaksud untuk menghukumnya (ia melanggar hukum melalui mencuri dompet seseorang) berbeda dengan hubungan seseorang dan hukum di mana hukum itu bermaksud untuk melindunginya (sang pemilik dompet yang kecurian). Hukum itu sendiri digambarkan “hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik” (Roma 7:12), atau sebagai “hukum dosa dan hukum maut” (Roma 8:2). Walaupun demikian, dengan cara yang sama bahwa hukuman Allah sebagai ganjaran tidak menghentikan-Nya sebagai Allah pengasih; fungsi hukum sebagai suatu agen dosa dan kematian tidaklah membuat hukum itu berdosa.
Menurut Roma 8:5-8, hukum adalah instrumen “dosa dan maut” bagi mereka yang “memikirkan hal-hal yang dari daging” (Roma 8:5). lni menggambarkan seseorang yang masih menikah dengan “manusia lama” dan tidak memiliki tanda-tanda keinginan untuk memutuskan hubungan tersebut dan disatukan dengan Kristus yang telah dibangkitkan. Sebagai hasil dari hubungan yang penuh dosa, orang itu mendapati dirinya pada “perseteruan” melawan Allah dan hukum-Nya karena dia berada pada sisi yang berlawanan (Roma 8: 7).
Paulus kemudian menekankan bahwa tidak mungkin bagi orang yang “memikirkan hal-hal yang dari daging” untuk tunduk di bawah hukum Allah, atau bahkan menyenangkan-Nya (Roma 8:7, 8). Hal ini jelas bukanlah satu rujukan kepada pergumulan pribadi seperti dalam Roma 7:13-25, karena orang tersebut melayani hukum Allah “dengan akal budiku” (Roma 7:26). Barangkali Paulus sedang merujuk kepada mereka yang dengan kejahatan mereka “menindas kebenaran” (Roma 1:18). Karena pemberontakan-pemberontakan melawan kedaulatan Allahlah sehingga hukum menjadi alat dosa dan maut (Roma 2:12).
Bagaimanakah Anda berhubungan dengan hukum di saat Anda melanggarnya?
Selasa, 6 Mei
Kuasa Hukum
Menurut Roma 4:15; 5:13; dan 7:7, apakah fungsi hukum? Juga apakah yang Roma 7:8-11 katakan tentang akibat seorang yang melanggar hukum?
Roma 4:15 Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.
Roma 5:13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.
Roma 7:7 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!"
Roma 7:8-11
8 Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati.
9 Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup,
10 sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian.
11 Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku.
Setiap instrumen memiliki tujuan tersendiri. Seperti halnya kunci digunakan untuk membuka pintu atau pisau digunakan untuk memotong, begitulah hukum digunakan untuk menunjukkan dosa. Jika bukan karena hukum Allah, tidak akan ada cara yang mutlak untuk mengerti apa yang berkenan dan tidak berkenan kepada Allah. Dan meskipun dosa tidak akan ada tanpa hukum, Paulus menyatakan dengan jelas bahwa hukum bukanlah sahabat dosa: “Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa” (Roma 7:13).
Dengan cara bagaimanakah ayat-ayat di atas menolong memberikan penjelasan kepada 1 Korintus 15:54-58?
1 Korintus 15:54-58
54 Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis:"Maut telah ditelan dalam kemenangan.
55 Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
56 Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
57 Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Jika dibaca secara terpisah, 1 Korintus 15:54-58 tampaknya seperti mengangkat hal negatif tentang hukum Allah. Penekanan Paulus adalah hukum “menguatkan” dosa hanya karena dosa dinyatakan oleh hukum. Dan, sudah tentu, “upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Jika bukan karena hukum, tidak akan ada maut, karena tidak mungkin menentukan dosa tanpa ada hukum. Tujuan Paulus dalam 1 Korintus 15 bukan untuk memperlihatkan pada kita bahwa hukum itu jahat, tetapi, untuk memperlihatkan bahwa melalui kematian dan kebangkitan Kristus, semua yang percaya dapat mengalami kemenangan atas kematian, satu kematian yang muncul karena pelanggaran hukum.
Kapankah terakhir kali orang lain berdosa terhadap Anda, yaitu, terakhir kali seorang melanggar hukum Allah dengan cara menyakiti Anda? Bagaimanakah pengalaman itu menolong Anda mengerti pada pemikiran yang menyatakan bahwa hukum Allah telah ditiadakan setelah penyaliban, adalah sangat tidak benar?
Rabu, 7 Mei
Hukum yang Tidak Berdaya
Walaupun dari satu arti, seperti yang telah kita lihat, bahwa hukum “menguatkan” dosa, dalam hal nyata lainnya hukum benar-benar tidak berdaya. Bagaimanakah boleh satu objek yang sama pada saat bersamaan bisa kedua-duanya, kuat dan tidak berdaya?
Lagi-lagi, perbedaan terletak bukan pada hukum melainkan pada pribadi. Bagi seseorang yang mendapati bahwa dirinya adalah seorang berdosa, hukum mendesak dia untuk mengakui bahwa dia sedang bergerak melawan kehendak Allah dan sebagai akibatnya berada di jalan maut. Setelah mendapati keberdosaannya, si orang berdosa boleh memutuskan untuk mengikuti hukum dengan tepat sampai mendetail. Walaupun demikian, kenyataannya adalah dia telah berdosa dan hal itu telah menjadikannya bakal menuju maut.
Bacalah Kisah 13:38,39; Roma 8:3; dan Galatia 3:21. Apakah yang ayat-ayat ini katakan tentang hukum dan keselamatan?
Kisah Para Rasul 13:38-39
38 Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa.
39 Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa.
Roma 8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,
Galatia 3:21 Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat.
Beberapa orang percaya bahwa ketaatan yang keras terhadap hukum akan menjamin keselamatan, tetapi ini bukanlah ajaran Alkitab. Hukum menyatakan dosa (Roma 7: 7); hukum tidak mengampuni dosa (Galatia 2:24). Lebih jauh, Paulus mengatakan bahwa hukum yang sama, yang menguatkan dosa adalah juga “tak berdaya” (Roma 8:3). Hukum dapat menghukum orang berdosa karena dosa-dosanya tetapi tidak dapat menjadikan orang berdosa benar. Sebuah cermin dapat menunjukkan kesalahan-kesalahan kita; tetapi cermin itu tidak dapat memperbaikinya. Seperti yang Ellen G. White tuliskan: “Hukum tidak dapat menyelamatkan mereka yang dihukumnya; hukum tidak dapat menyelamatkan mereka yang binasa.” – The Signs of the Times, November 10, 1890.
Ketika kita dengan seutuhnya memikirkan maksud dari hukum, maka akan lebih mudah bagi kita untuk mengerti mengapa Yesus menjadi korban penebusan bagi umat manusia. Kematian Yesus menempatkan umat manusia yang tadinya penuh dosa, pada hubungan yang benar dengan Allah dan dengan hukum yang “kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan balk” (Roma 7:12). Pada saat yang bersamaan juga, kematian-Nya memperlihatkan kesia-siaan keselamatan yang dikejar oleh pemeliharaan hukum. Akhirnya, jika penurutan kepada hukum dapat menyelamatkan kita, maka Yesus tidak perlu mati menggantikan kita. Buktinya adalah kematian Kristus menyatakan bahwa penurutan terhadap hukum tidak dapat menyelamatkan kita. Untuk keselamatan, kita memerlukan sesuatu yang lebih daripada sekadar penurutan hukum.
Walaupun kuasa untuk menurut hukum Allah secara berulang-ulang dijanjikan kepada kita, mengapakah penurutan hukum tidak cukup untuk menjamin keselamatan kita? Dari satu pengertian, jawabannya tidak begitu sukar. Lihatlah pada diri Anda dan pemeliharaan Anda terhadap hukum. Jika keselamatan Anda tergantung pada penurutan Anda, berapa besarkah harapan yang Anda miliki?
Kamis, 8 Mei
Kutuk Hukum (Galatia 3:10-14)
Apakah yang ayat-ayat berikut katakan tentang sifat manusia? Bagaimanakah kita melihat kenyataan ini setiap hari? Mazmur 51:7; Yesaya 64:6; dan Roma 3:23.
Mazmur 51:7 (51-9) Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!
Yesaya 64:6 Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.
Roma 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
Dengan mengecualikan Kristus, semua umat manusia mengalami hal yang sama yaitu semua telah tertular oleh dosa Adam. Sebagai akibatnya, tidak ada manusia alamiah yang dapat menyatakan bahwa secara utuh dia orang benar. Ada beberapa pengecualian orang, seperti Elia dan Henokh, yang hidup dekat dengan Allah tetapi tidak seorang dari mereka yang sanggup hidup secara utuh tanpa kesalahan. Maka tentulah kenyataan ini yang ada dalam pemikiran Paulus, dia menyatakan: “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam Kitab hukum Taurat" “ (Galatia 3:10). Sesungguhnya adalah hukum menuntut agar semua menurut dengan penurutan mutlak dan utuh; siapakah yang telah melakukan hal ini selain Yesus?
Bagaimanakah Roma 6:23 membantu untuk mendefinisikan apa arti dari perkataan “kutuk hukum?” Lihat juga Kejadian 2:17 dan Yehezkiel 18:4.
Roma 6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Kejadian 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Yehezkiel 18:4 Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.
Secara alamiah setiap orang telah berada di bawah kutukan hukum. Karena hukum tidak memiliki garis batas kesalahan, maka tidak mungkin untuk memperbaiki dosa masa lampau. Sebagai akibatnya, maut adalah nasib manusia. Yakobus bahkan melukiskan satu gambaran yang lebih suram dangan memperingatkan kita bahwa pelanggaran terhadap satu bagian hukum sama buruknya dengan melanggar semua bagian hukum (Yakobus 2:10). Upah dosa ialah maut, dan maut tidak memiliki bandingan.
Ketika kita menyadari kondisi ketidakmampuan mereka yang berada di bawah kutukan, mana lebih mudah untuk menghargai luasnya kasih Allah: “Akan tetapi Allah menunjukkan kaslh-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8). Melalui kematian-Nya, “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" “ (Galatia 3:13).
Pikirkanlah apa yang Paulus katakan: “Karena semua orang, yang bergantung atas penurutan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." “ lni adalah karena hukum tidak dapat menyelamatkan kita; jadi, kita dikutuk dengan maut. Bagaimanakah pengakuan akan kebenaran ini membantu kita untuk lebih menghargai apa yang telah diberikan kepada kita dalam Yesus? Dengan cara bagaimanakah apakah kita memanifestasikan penghargaan seperti itu dalam kehidupan kita? Lihat 1 Yohanes 5:3.
1 Yohanes 5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,
Jumat, 9 Mei
Pendalaman
Ellen G. White, “Sudah Selesai” hlm. 419-418, dalam Alfa dan Omega, jld. 6.
“Hukum menuntut kebenaran – suatu kehidupan yang benar – suatu tabiat yang sempurna dan hal ini tidak diberikan oleh manusia. Ia tidak dapat memenuhi tuntutan hukum Allah yang suci. Tetapi Kristus, yang datang ke dunia ini sebagai manusia, hidup suci, dan mengembangkan satu tabiat yang sempurna. lnilah yang ditawarkan-Nya sebagai satu pemberian cuma-cuma kepada semua orang yang mau menerimanya. Hidup-Nya menggantikan hidup manusia. Dengan demikian mereka mendapat pengampunan dosa-dosa yang lampau, karena panjang sabar Allah. Lebih dari ini, Kristus memenuhi manusia dengan sifat-sifat Allah. la membangun tabiat manusia menurut tabiat llahi, suatu tenunan kekuatan clan keindahan rohani yang elok rupanya. Dengan demikian kebenaran hukum digenapi dalam orang yang percaya pada Kristus. Allah dapat "menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa la benar dan juga memberikan orang yang percaya kepada Yesus." (Roma 3:26).” – Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 415.
Sebagai rangkuman, kematian Kristus dengan penuh kuasa menunjukkan kekekalan hukum Allah. Ketika nenek moyang kita yang pertama berdosa, Allah dapat saja meniadakan hukum dan menarik semua penghukuman yang diakibatkan oleh pelanggaran hukum. Tetapi, hal ini hanya akan mengakibatkan adanya keadaan mengerikan bagi penghuni bumi karena akan hidup dalam lingkungan masyarakat tanpa hukum. Gantinya, Allah memilih untuk mengirim Anak-Nya sebagai Pengganti kita, dengan itu Dia menerima keadilan penghukuman atas dosa seperti yang dituntut oleh hukum demi semua manusia. Melalui kematian Kristus, semua orang berdiri di atas suatu hubungan yang baru dengan Allah. Ini berarti bahwa setiap orang dari antara kita, melalui iman dalam Yesus, dosanya dapat diampuni, dan kemudian berdiri sempurna di pemandangan Allah.
Pertanyaan-pertanyaan Diskusi:
1. Banyak agama mengajarkan bahwa pada akhir kehidupan seseorang, Allah menimbang perbuatan baik dan buruk orang tersebut untuk menentukan apakah orang tersebut akan diberikan upah bagi kehidupan berikutnya. Apakah kesalahan yang paling mengerikan dari pemikiran seperti ini?
2. Yesus, Seorang yang setara dengan Allah mati karena dosa-dosa kita. Jika kita berpikir bahwa penurutan terhadap hukum dapat menambahkan pada hal itu, yaitu kemampuan Yesus untuk menyelamatkan kita, apakah yang hal ini katakan kepada kita tentang kemujaraban pengorbanan Kristus?
3. Apakah beberapa alasan lainnya sehingga paham yang menyatakan bahwa hukum Allah telah dihapus setelah penyaliban adalah salah? Ketika orang-orang mengatakan hal itu, apakah yang sebenarnya mereka maksudkan, sudah dihapuskan; yaitu, perintah mana yang mereka pikir telah ditiadakan?
BERITA MISSION
Sabat VI, 10 Mei 2014
DARI PEMAKAN BABI MENJADI TSPM
(Oleh: Asha Dukpa)
Asha Dukpa (37 tahun) adalah
pionir Misi Global. Di gereja saya
dibesarkan, kami sering merayakan liburan dengan memotong beberapa ekor babi
dan pendeta kami membuat minuman keras dan kami meminumnya. Ketika saya dewasa
saya minum minuman keras dan menjualnya. Sekarang saya mempunyai 4 orang anak
dan anak tertua (9 tahun) sekolah di sekolah Advent dan satu-satunya sekolah
yang ada di daerah kami. Suatu hari anak saya pulang membawa literatur tentang
hari Sabat. Saya membacanya dan merasakan kerinduan yang kuat untuk mempelajari
lebih lanjut, karena belum pernah mendengar tentang itu sebelumnya.
Saya terus belajar dan kami
mengunjungi guru yang memberikan traktat itu dan mengajukan pertanyaan tentang
Alkitab. Guru itu senang melayani kami dan kami belajar Alkitab bersama-sama.khirnya setelah belajar dengan pendeta, suami saya,
saya dan empat orang kerabat lainnya semua dibaptiskan ke dalam gereja Advent.
Setelah dibaptis kami pergi ke rumah-rumah dan mengunjungi tetangga-tetangga
kami dan memberitahu mereka tentang hari Sabat dan kebenaran lainnya. Saya dan
suami saya mengadakan penginjilan di desa kecil kami dan delapan orang lainnya
juga dibaptiskan. Dan itu terjadi setelah enam bulan kami dibaptiskan.
Saya dan suami saya bekerja sebagai
TSPM Misi Global dan dalam sepuluh tahun terakhir kami telah mendirikan lima
jemaat Advent. Kami bergunjung dari satu tempat ke tempat yang lain dan bertemu
dengan banyak orang. Saya bertemu dengan
Namgey sambil berjalan untuk mengun Djungi keluarga lain. Dia merokok dan
ketika dia melihat saya dia membuang rokoknya dan saya bertanya kepadanya
mengapa dia merokok. Rupanya dia mempunyai masalah keluarga, ayahnya selalu
sakit dan Namgey menghabiskan banyal uang untuk perawatan dan membuat pengorban
untuk dewa ayahnya dan berharap ayahnya bisa lebih baik.
Kemudian saya menjelaskan
kepadanya bahwa ada seseorang yang dapat memberikan ketenangan kepadanya. Dia meminta saya daang ke rumahnya dan
bertemu dengan keluarganya. Saya mencerikan
tentang Yesus kepada mereka dan memberitahukan bahwa Allah mengasihinya. Saya
baru tahu bahwa mereka adalah beragama Hindu, didinding rumahnya banyak
tertempel gambar dewa-dewa Hindu.
Tiga hari kemudian saya
mengunjungi keluarga ini dan kami belajar Alkitab bersama dan akhirnya Namgey,
suaminya, adik nya Jigmi mereka bertobat pada waktu kami mengadakan Kebaktian
Kebangunan Rohani mereka dibaptiskan.
Persembahan Sabat Ketigabelas triwulan ini sebagian akan membantu
menopang TSPM Misi Global seperti Asha yang membawa harapan bagi mereka yang
belum mengenal Yesus.
Penuntun Guru
RINGKASAN PELAJARAN
Ayat Inti: Roma 8:1 3
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Memahami bahwa kematian Yesus bukanlah meniadakan hukum.
Merasakan: Menyadari perlunya hubungan yang benar dengan Allah dan hukum-Nya yang suci.
Melakukan: Melalui iman, menerima pengampunan Yesus bagi dosa kita dan mengerti bahwa kita berdiri sempurna di hadapan Allah.
Garis Besar Pelajaran:
I. Mengetahui: Hukum Allah yang Kekal
A. Dalam cara bagaimanakah hukum itu "tidak berdaya" (Roma 8:3)?
B. Apakah kutuk dosa itu sehingga Kristus menebus kita dari dosa itu
(Gal. 3:13)?
C. Mengapakah Allah tidak dapat menjadikan hukum-Nya dan menyingkirkan hukuman akibat pelanggaran pada saat manusia itu berdosa?
II. Merasakan: Bagian Hukum Manakah yang Menjadi Pokok
Permasalahan?
A. Bagaimanakah hukum menolong kita menetapkan hubungan?
B. Jika hukum sudah tidak berlaku lagi di salib, mengapakah kita tidak ada hak untuk menuntut jika seseorang berbohong atau mencuri milik kita?
III. Melakukan: Dimerdekakan untuk Melayani.
A. Bagaimanakah tanggapan kita setelah melihat hukum sebagai cermin?
B. Mengapakah setelah menurut hukum, walaupun melalui kuasa Roh Kudus, tetap belum cukup untuk menyelamatkan kita?
C. Bagaimanakah saya dapat men unjukkan penerimaan saya, dan menghargainya, karena telah dibebaskan dari kutuk kematian?
Rangkuman: Kematian Yesus tidak menghapuskan hukum. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, semua orang yang percaya dapat mengalami kemenangan atas kematian, karena pelanggaran akan hukum.
Siklus Belajar
LANGKAH 1—Motivasi
Fokus Alkitab: Roma 8:1
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani:
Kematian Yesus tidak memusnahkan hukum tetapi membayar upah dosa, dan menempatkan kita dalam hubungan yang baru dengan Allah dan hukum-Nya.
Untuk Guru: Ahli agama yang mengajarkan bahwa, hukum setelah kematian Yesus, termasuk Sepuluh Hukum ,telah tidak berlaku, sangat lazim dalam lingkungan orang Kristen. Ajaran ini didasarkan pada ayat-ayat yang diambil dari konteks mereka sendiri. Sangatlah penting untuk tidak mendasarkan suatu ajaran pada satu ayat saja, tetapi selalu melihat konteks terdekat sebelumnya, demikian juga dengan tema yang lebih luas dari Alkitab, agar dapat mengerti arti ayat tersebut.
Peranan hukum dalam kehidupan orang Kristen telah lama diperdebatkan. Walaupun sejak gereja Kristen yang mula-mula beberapa orang merasa bahwa kese- . lamatan tergantung atas—paling sedikit sebagian—pada penurutan yang ketat terhadap hukum. Yang lain kelihatannya mengatakan bahwa kehidupan Kristen harus sepenuhnya bebas dari semua hukum dan aturan-aturan. Rasul Paulus menangani isu tentang hukum ini dan bagaimana arti kematian Yesus dalam banyak tulisannya kepada orang Kristen untuk menentang salah paham tentang hukum. Paulus menggunakan metafora pernikahan untuk menerangkan peranan hukum. Mungkin peristiwa modern ini menolong kita untuk mendapat gambaran yang lebih baik dalam masalah ini.
Pada tanggal 20 April 2010, sebuah ledakan pada kilang minyak di lepas pantai Deeper Horizon menewaskan 11 orang awaknya dan menyebabkan, bola api yang besar yang tampak dari kejauhan 35 mil (56 km). Akibatnya api yang menyala tidak dapat dipadamkan, dan pada 22 April 2010, Deepwater Horizon tenggelam, meninggalkan sebuah sumur berharga di lautan dan menyebabkan pencemaran minyak di lautan terbesar dalam sejarah Amerika.
Penyelidikan dimulai terhadap kecelakaan ini, walaupun biayanya sangat mahal karena sehubungan dengan jiwa manusia dan kerusakan lingkungan. Kesedihan berubah menjadi kemarahan ketika diketahui bahwa sistem tanda bahaya dalam alat pembor tidak berfungsi dan sistem pengaman ini dengan sengaja dimatikan.
Hukum selalu menjadi alarm bagi Allah, untuk memberikan peringatan adanya bahaya masalah dosa dalam kehidupan kita.
Diskusi: Apakah persamaan antara contoh ini dengan ajaran Kristen sekarang ini yang menyatakan bahwa kematian Yesus membebaskan kita dari hukum?
Pembuka Diskusi: Kegiatan berikut ini dapat membuat pelajaran ini lebih pribadi. Tanyakan pada anggota kelas, apa sesungguhnya dosa itu, tanpa menunjuk kepada Sepuluh Hukum atau hukum lainnya. Tujuan latihan ini bukan untuk mendapat definisi yang baik tanpa hukum.
Langkah 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I. Akibat Dosa
(Tinjau kembali Kejadian 3 dengan anggota kelas).
Dosa sangat menyakitkan dan mahal serta mengancam kehidupan. Ketika Hawa dan Adam memutuskan untuk memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat. (Kej. 3:6), mereka telah memasukkan virus yang masuk menembus segala sesuatu dan semua orang yang diciptakan dalam planet ini. Kematian masuk ke dalam dunia, dan hubungan erat muka dengan muka dengan Sang Pencipta tidak dapat dilakukan lagi. Dengan percaya kepada kehendak Setan gantinya kepada Sabda Allah, pasangan manusia yang pertama menghancurkan hubungan kasih dengan Pencipta mereka. Mereka menjadi takut dan mencoba menyembunyikan dirinya (Kej. 3:7, S). Namun demikian, Allah memanggil mereka dan tetap memanggil, "di manakah engkau?" Dalam percakapan mereka yang pertama dengan Penciptanya setelah memakan buah itu. Adam dan Hawa saling menuduh satu dengan yang lain. kepada ular. dan pada akhirnya kepada Allah. ("Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan" [Kej. 3:12]). Dalam konteks ini kita mendengar untuk pertama kali kabar baik tentang Injil sementara Allah mengumumkan hukuman bagi ular dan permusuhan dengan ular itu. "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya". (Kej. 3:15).
Seiring dengan pengumuman ini, Kejadian 3:21 mengatakan kepada kita dalam bentuk singkat bahwa Allah berbuat sesuatu untuk Adam dan Hawa. Ia membuat pakaian dari kulit domba dan mengenakan kepada mereka. Kebanyakan komentator Alkitab memberi tanggapan bahwa ini merupakan ayat pertama untuk pengorbanan. Seekor binatang yang tidak bersalah harus mati untuk menyediakan pakaian yang menutupi dan melindungi pasangan manusia yang pertama.
Sebagai kenyataan, istilah Ibrani, tentang "pakaian" dan kata kerja dalam bentuk "mengenakan" ada hubungannya dengan Bait Suci dan penyembahan serta digunakan untuk menggambarkan pakaian para imam dan imam besar (bandingkan Kel. 28:4: 2.9:5, 8.[untuk "pakaian"]: dan Kel. 29:8: 40:14: lm. 8:13 [untuk "mengenakan"]). Pasal berikut menerangkan pentingnya pengorbanan lebih dari itu ketika diceritakan tentang persembahan yang berkenan dan tidak berkenan. Karena dosa menuntut sebuah korban (Roma 6:23), Allah membentuk pelayanan korban sebagai gambaran yang kuat tentang mahalnya dan pentingnya sebuah pengorbanan. Tetapi ini bukanlah yang sebenarnya
Pertimbangkanlah Hal Ini: Hukum manakah yang menyatakan bahwa kematian adalah akibat dosa? Mengapa sebuah korban diperlukan untuk menjembatani antara Allah dan manusia? Pikirkanlah tentang cerita Alkitab atau sumber lain untuk menjadi dasar dalam.menjawab pertanyaan ini.
II. Harga Penebusan
(Tinjau kembali Roma 6:11-18 dengan anggota kelas).
Kita heran mengapa dosa menyebabkan kematian dan mengapa penebusan juga menuntut kematian. Kejadian 2:16, 17 mencatat hukum pertama Ilahi yang diberi- , kan kepada Adam, dinyatakan dalam bentuk positif maupun negatif. Perintah "Setiap pohon... engkau boleh makan dengan bebas" membuktikan kebaikan dan kemurahan Pencipta. "Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati" (Kej. 2:17). Ayat ini suatu bentuk hukum yang jelas. Tindakan diperlukan, dan batasan telah dibuat. Lebih lanjut, akibat yang pasti ("pastilah engkau mati") ditetapkan. Hukum Ilahi ini berpusat pada penurutan dan percaya. Sangat disayangkan leluhur kita yang pertama tidak menurut dan gagal untuk percaya. Mengapa mereka mati? Tidak dan ya—Allah campur tangan dan tetap mengasihi dan memberikan pengharapan dan menambahkan hidup bertahun-tahun. Namun kematian mereka itu pasti. Mereka memulai proses kematian sejak mereka memakan buah pohon itu. Mereka menjadi tua; mereka melihat daun berguguran dari pohonnya; mereka menyaksikan kematian manusia yang pertama dalam keluarga mereka.
Dengan memperkenalkan upacara korban (setelah kejatuhan), Allah menunjukkan keadaan dosa yang kejam dan juga harga yang mahal untuk keselamatan. Pengganti adalah kunci keselamatan: seorang yang tidak berdosa menggantikan yang berdosa. Alkitab penuh dengan sumber mengenai pengganti yang besar ini (bandingkan Mark 10:45; 1 Kor. 6:20; Rm. 6:11-18). Pada kenyataannya. Yesus di salib, mati sebagai korban yang tidak bersalah untuk dunia (Yoh. 3:16) merupakan bagian rencana Allah untuk mengatasi masalah dosa dan para malaikat menjadi heran begitu juga seluruh jagat raya. Allah sendiri yang membayar utang dosa. Si Pemberi hukum memberikan hidup-Nya untuk orang berdosa yang karena dosa-dosa mereka, menyebabkan kematian-Nya. Hanya Seorang yang sederajat dengan hukum itu yang dapat membayar pelanggaran itu. Salib menggambarkan sifat alamiah Pemberi hukum lebih jelas lagi. Dia tidak membatalkan hukum, la memenuhi tuntutan hukum (Mat. 5:17), termasuk hukum Sabat.
Pertimbangkanlah Ini: Beberapa orang Kristen (dan, kemungkinan, beberapa kaum Masehi Advent Hari Ketujuh) telah salah mengerti tentang Salib sebagai bagian pembayaran dosa. Mereka menekankan pemikiran tentang salib, yang pertama dan utama, menggambarkan tabiat Allah. Diskusikan konsep ini dari sudut pandang Bait Suci dan upacara pelayanan korban.
Langkah 3—MENERAPKAN
Pertanyaan untuk Dipikirkan:
1. Bagaimanakah Paulus menggunakan hubungan pernikahan (Roma 7:1-6) untuk menjelaskan hubungan kita dengan hukum?
2. Mengapakah banyak orang Kristen menyatakan bahwa kematian Yesus di salib menghapuskan hukum?
3. Bagaimanakah fungsi hukum sebagai agen dosa dan kematian dan bukan dosa itu sendiri (Roma. 8:1, 2)?
4. Dalam banyak negara, hukum menuntut seorang bersalah jika terbukti bersalah; Apakah kita ini terdakwa atau berdosa di hadapan Allah? Mengapa?
Pertanyaan Aplikasi:
1. Bagaimanakah saya mengetahui tindakan yang dapat berkenan dan tidak berkenan kepada Allah?
2. Hukum menyatakan kita tentang dosa kita dan berbalik kepada Yesus. Apakah yang harus saya lakukan jika saya tetap merasa bersalah walaupun setelah saya telah menerima Yesus dalam hidup saya?
3. Ketika hukum menghadapkan orang berdosa dengan hidup mereka yang penuh dosa, pilihan apakah yang dapat dibuat untuk mereka'.'
STEP 4—MEMPRAKTIKKAN
Aktivitas: Bayangkan bersama kelas Anda skenario berikut ini: Tetangga Anda orang Buddha yang setia dan menekankan pentingnya kerukunan,perbuatan baik dan menaruh perhatian pada ciptaan Tuhan, la menemukan bahwa orang kristen berfokus pada darah dan korban yang berhubungan dengan darah, la ingin tahu bagaimana orang Kristen dapat mengajarkan tentang damai sedangkan mereka berpusat pada pembunuhan. Biarlah kelas Anda memberikan pandangan-pandangan yang dapat menolong tetangga Anda mengerti lebih baik inti kehidupan Kekristenan.
No comments:
Post a Comment