12-18 April*
Kristus dan Tradisi Keagamaan
Materi ini dalam bentuk Ebook/Epub untuk
Ipad/Iphone/Samsung/Android download di sini. Untuk Android gunakan aplikasi MoonReader atau
FBReader yang dapat di download dari play store untuk membaca layaknya buku.
Sabat Petang
Bacalah
untuk Pelajaran Pekan Ini: Matius 23:1-7; Matius 15:1-6; Yesaya 29:13; Matius
5:17-20; Roma 10:3.
Ayat Hafalan: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya,
padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku,
sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia"(Matius 15:8, 9).
John Wesley, pendiri gereja Methodist, menyatakan bahwa teologi seseo-
rang dipengaruhi oleh empat unsur: Iman, pertimbangan, Kitab Suci, dan tradisi.
Walaupun demikian, dia tidak bermaksud bahwa semua unsur tersebut memiliki
otoritas yang sama. Dia mengakui bahwa Alkitab adalah dasar, tetapi dia juga
menyadari bahwa iman pribadi seseorang, kemampuan untuk memahami, dan tradisi
agama seseorang mempengaruhi cara menafsirkan Alkitab. Sekiranya Wesley hidup
kembali dalam kehidupan saat ini, maka dia akan digoncang pada kenyataan bahwa
banyak pakar Alkitab modern dalam tradisi Wesleyan itu sendiri (dan juga
tradisi-tradisi lainnya) sekarang lebih mengutamakan akal, tradisi, dan
pendapat pribadi daripada pengajaran Alkitab yang jelas.
|
Pelajaran pekan ini menelusuri
tradisi-tradisi keagamaan yang atasnya ahli-ahli Taurat dan orang Farisi
mendasari banyak ajaran mereka. Para rabi yang awalnya menulis tradisi-tradisi
tersebut sangat menghormati Kitab Suci dan tidak pernah bermaksud bahwa apa
yang mereka tuliskan akan diangkat setara dengan status Firman Allah. Walaupun
demikian, para pengikut setia mereka mengacaukan metode dan pekabarannya
sehingga dengan melakukan hal tersebut mereka menggeser posisi wahyu Allah
yang tertulis menjadi di bawah tradisi manusia.
Pelajarilah pelajaran pekan ini
untuk persiapan bagi Sabat, 19 April
Minggu, 13 April
Kedudukan Musa
Sementara "ahli Taurat dan
orang Farisi" kelihatannya terbagi dalam dua kelompok berbeda yang baru
saja disatukan bersama, para ahli Taurat bisa saja bagian orang Farisi (lihat Kisah
23:9), Orang-orang Farisi menjadi kelompok terlihat pada
masa Kekaisaran Yunani. Mereka dipercaya sebagai umat yang sisa dari sekte
saleh orang-orang Yahudi, dikenal dengan sebutan Hasidim. yang membantu berperang dalam revolusi kelompok Makabe terhadap bangsa Yunani.
Nama Farisi berasal dari kata
Ibrani paras, yang berarti "memisahkan." Dalam satu masa
ketika orang-orang Yahudi secara besar dipengaruhi oleh budaya kekafiran,
orang-orang Farisi melihat bahwa tugas mereka untuk me- mastikan bahwa hukum
harus diajarkan kepada setiap laki-laki Yahudi. Untuk memastikan akan hal ini,
maka mereka membentuk satu posisi dari rabi, yang secara harfiah berarti
"orangku yang besar" atau "guruku."
Dapat dikatakan bahwa "ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
telah menduduki kursi Musa," Yesus mengakui jabatan mereka sebagai guru
bangsa itu (Matius 23:2, 3). Setelah semuanya itu, paling
tidak mereka memiliki tang- gung-jawab untuk memastikan bahwa umat telah diajar
dalam jalan hukum.
Bacalah Matius 23:1-7. Dari ayat-ayat ini, apakah
salah satu masalah Yesus yang paling besar berkaitan dengan ahli-ahli Taurat
dan orang Farisi?
Matius 23:1-7
23:1. Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya,
kata-Nya:
23:2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi
Musa.
23:3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan
kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
23:4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu
orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
23:5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat
orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;
23:6 mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat
terdepan di rumah ibadat;
23:7 mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
Hampir semua referensi terhadap ahli-ahli Taurat dan orang Farisi dalam
In- jil adalah negatif, dan perihal keterlibatan mereka, kebanyakan (tetapi
tidak semua) adalah terkait dengan kematian Yesus dan penganiayaan para
pengikut-Nya, meskipun seharusnya tidak mereka terima. Anggota
kelompok-kelompok ini sepertinya bersembunyi di sudut-sudut dan di balik pohon
menanti umat yang melakukan kesalahan sehingga hukum dapat dijaiankan melawan
yang melakukan kesalahan. Gambaran tentang orang Farisi ini sangat sering
muncul dalam Alkitab sehingga kata yang paling sering digunakan adalah kata
yang sinonim dengan kata legalis. Bilamana kita perhatikan ayat ini, kita akan
menemukan bahwa masalah besar yang Yesus temukan dari orang-orang Farisi
bukanlah keinginan mereka agar semua orang menuruti hukum Musa, tetapi masalah
yang terutama adalah mereka sendiri tidak memeliharanya. Mereka adalah
orang-orang munafik—mereka mengatakan hal ini, tetapi melakukan hal itu—dan
sekalipun mereka melakukan hal yang benar. hal benar tersebut dilakukan untuk
maksud yang salah.
Baca kembali apa yang Yesus katakan tentang ahli
Taurat dan orang Farisi. Bagaimanakah kita dapat memastikan bahwa kita tidak
bersalah dengan melakukan perilaku yang sama seperti yang mereka buat?
Senin, 14 April
Perintah
Manusia
Sekalipun ahli Taurat dan orang
Farisi "duduk di kursi Musa," sumber oto- ritas pengajaran agamawi
mereka telah melampaui Perjanjian l.ama. Hukum yang digunakan orang Farisi
berisi tafsiran-tafsiran Alkitabiah dari para rabi terkemuka. Tafsiran-tafsiran
ini tidaklah dimaksudkan untuk menggantikan Alkitab, tetapi untuk melengkapinya.
Awainya, tafsiran-tafsiran tcrscbut diedarkan secara lisan; di waktu kemudian,
para rabi tersebut mulai menyusunnya ke dalam kitab-kitab.
Terbitan resmi hukum para rabi yang pertama tidak muncul sampai akhir
abad ke-2 T.M., sampai Rabi Yehuda, Ha-Nasi (Yehuda Si Pangeran) menerbitkan
Mishnah. Hukum-hukum yang dicatat dalam Mishnah memantulkan tafsiran rabi-rabi
selama empat abad. Banyak rabi yang termasuk pemberi kontribusi pada Mishnah
adalah mereka yang hidup di zaman Yesus, yang sangat masyhur adalah Hillel dan
Shammai. Ada juga Gamaliel, cucu Hillel yang adalah juga guru Paulus.
Bacalah Matius 15:1-6. Apakah masalah yang
kontroversial di sini? Kesalahan apakah yang Yesus usahakan untuk diperbaiki?
Matius 15:1-6
15:1. Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari
Yerusalem kepada Yesus dan berkata:
15:2 "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang
kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."
15:3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar
perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?
15:4 Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa
yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.
15:5 Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada
ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah
digunakan untuk persembahan kepada Allah,
15:6 orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan
demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.
Dalam pelajaran satu, kita
pelajari bahwa hukum-hukum para rabi disebut halakah, yang berarti
"berjalan." Para rabi merasa bahwa jika seseorang berjalan di atas
hukum-hukum kecil, mereka akan serta merta memelihara hukum-hukum utama.
Tetapi, dalam perjalanannya, hukum-hukum kecil ini telah menjadi hukum-hukum utama, dan dalam waktu singkat, telah menjadi sulit untuk membedakan
antara yang bersifat tradisi dan Alkitabiah.
Tidaklah tampak bahwa Yesus mempermasalahkan orang Farisi karena memiliki
aturan-aturan mereka sendiri. Yang Dia persoalkan adalah pengangkatan
aturan-aturan tersebut pada status "doktrin." Tidak ada seorang
manusia memiliki otoritas untuk menciptakan larangan-larangan agama lalu mengangkatnya
menjadi mandat Ilahi. Tetapi, hal ini tidaklah menyatakan bahwa kumpulan orang
percaya dilarang menciptakan ketentuan-ketentuan yang dapat menolong pengaturan
perilaku komunitas. Arahan praktis dapat membantu orang dalam memelihara hukum.
Tetapi, arahan tersebut jangan pernah diizinkan untuk mengambil tempat hukum
itu sendiri.
Sebagai Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, apakah
aturan-aturan, tradisi-tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang kita miliki yang
kita percayai dapat menolong kita untuk hidup lebih setia dan lebih menurut
hukum? Tuliskanlah semuanya itu dan bawalah itu ke kelas pada hari Sabat, lalu
tanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang peranan yang dima- inkan dalam kehidupan
komunitas iman Anda.
Selasa, 15 April
Tradisi Para
Petiatua
Seperti yang telah kita lihat, beberapa rabi memberi perhatian terlalu
besar kepada aturan-aturan dan tradisi-tradisi yang sebetulnya diciptakan untuk
membantu dalam memelihara hukum Musa, namun mereka akhirnya gagal membedakan antara
hukum dan kebiasaan. Dalam waktu singkat, kata-kata para rabi telah memperoleh
status kanon; karena umat menganggap bahwa kata-kata para rabi adalah mengikat
sama seperti Kitab Suci. Dalam segala kemungkinan, para rabi yang mula-mula
menulis komentar mereka tidak bermaksud menambahkan komentar- komentar tersebut
pada halaman-halaman Kitab Suci. Walaupun demikian, para murid mereka yang
setia barangkali melihat bahwa tugas mereka untuk membagikan tafsiran-tafsiran
tersebut kepada khalayak umum.
Baca kembali
Matius 15:1,2. Atas ayat manakah dalam lima kitab pertama yang ditulis Musa
tradisi ini didasarkan? Apakah makna penting dari jawabanmu? Lihat juga Markus
7:3, 4 dan Matius 15:11.
Matius 15:1,2
15:1. Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari
Yerusalem kepada Yesus dan berkata:
15:2 "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang
kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."
Markus 7:3,4
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan
kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang
pada adat istiadat nenek moyang mereka;
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih
dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang,
umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
Matius 15:11
15:11 "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang
menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan
orang."
Seseorang tidak mudah untuk
menemukan satu ayat Alkitab yang memerintahkan, "Kamu harus membasuh
tanganmu sebelum kamu makan." Walaupun demikian, perintah ini tidak
mengejutkan karena ketika ahli Taurat dan orang-orang Farisi menentang Yesus,
mereka menyatakan dengan jelas bahwa murid-murid tidak melanggar hukum Musa
tetapi "adat istiadat nenek moyang kita" (Matius 15:2). Tujuan pertanyaan mereka membuat jelas bahwa, bagi orang-orang Farisi,
apa yang dilakukan oleh murid-murid adalah pelanggaran agama yang serius.
Para ahli kesehatan dan orang tua
akan memberikan alasan kebersihan atau psikologis terkait dengan paksaan yang
kelihatannya bersifat obsesif dari orang-orang Yahudi untuk mencuci tangan.
Walaupun demikian, para pakar Alkitab percaya bahwa masalah ini benar-benar
terkait dengan ritual kenajisan. Kelihatannya, orang-orang Farisi
memperhatikan bahwa ketika umat pergi untuk melakukan pekerjaan sehari-hari,
mereka bisa saja menyentuh benda-benda yang telah najis. Akibatnya, jika mereka
tidak cuci tangan lalu menyentuh makanan yang akan mereka makan, maka secara
ritual mereka menajiskan diri mereka.
Karena bukti yang diberikan bahwa
orang-orang Farisi mengarahkan tuntutan mereka melawan murid-murid Yesus, kita
dapat menyimpulkan bahwa Yesus sendiri tidak melanggar tradisi yang terkenal
itu (Markus 7:3). Sekalipun demikian, Yesus
benar-benar sadar bahwa orang-orang Farisi membesar-besarkan hal-hal yang
kecil.
Bacalah Yesaya 29:13. Prinsip-prinsip Alkitabiah
penting manakah yang dinyatakan di sini? Mengapakah sangat penting bagi kita
untuk mengingat prinsip-prinsip tersebut?
Yesaya 29:13
29:13 Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang
mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya
menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang
dihafalkan,
Rabu, 16 April
Aturan Manusia
"Penggantian Hukum Allah dengan ajaran manusia belum berhenti. Di
kalangan orang Kristen sekalipun terdapat kebiasaan dan adat istiadat yang
beralaskan tidak lebih baik daripada tradisi-tradisi nenek moyang. Kebiasaan
dan adat istiadat seperti itu yang bertumpu hanya di atas kekuasaan manusia,
telah menggantikan hukum yang ditetapkan oleh Allah. Manusia berpaut pada
tradisi-tradisi mereka, dan menghormati adat-istiadat mereka, serta menyimpan
kebencian dalam hati terhadap orang yang berusaha menunjukkan kesalahan mereka.
... Gantinya kekuasaan dari apa yang disebut bapa-bapa gereja, Allah menyuruh
kita menerima sabda Bapa yang kekal, Tuhan langit dan bumi."—Ellen G.
White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 433.
Bacalah Matius 15:3-6 tetapi dalam konteks Keluaran 20:12; Ulangan 5:16;
Matius 19:19, dan Efesus 6:2. Apakah dua bantahan serius yang Yesus lakukan
melawan orang Farisi?
Matius 15:3-6
15:3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar
perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu?
15:4 Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa
yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati.
15:5 Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada
ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah
digunakan untuk persembahan kepada Allah,
15:6 orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan
demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.
Keluaran 20:12;
20:12. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Ulangan 5:16;
5:16 Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh
TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu.
Matius 19:19,
19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri."
Efesus 6:2
6:2 Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini:
Ketika orang-orang Farisi
menentang Yesus pada peristiwa yang terkait dengan aturan cuci tangan, mereka
berharap Yesus langsung bereaksi melawan tuntutan mereka. Walaupun demikian,
dalam gaya-Nya yang unik, Yesus menentang mereka
dengan satu pertanyaan langsung pada inti permasalahan. Yesus ingin agar mereka
mengetahui bahwa masalahnya bukanlah tentang cuci tangan atau pengembalian
persepuluhan, tetapi mengangkat kebiasaan manusia lebih tinggi daripada hukum
Ilahi. Orang-orang Farisi dapat menyediakan penjelasan logis tentang pendirian
mereka terkait aturan cuci tangan. Tak diragukan, mereka juga barangkali beralasan
bahwa lebih baik membagikan harta mereka untuk pekerjaan Allah daripada kepada
orangtua mereka, adalah satu ungkapan kasih mereka kepada Allah yang tidak
dapat disetarakan dengan apa pun.
Sekalipun orang-orang Farisi boleh saja memiliki motif logis untuk
tindakan-tindakan mereka, Allah tidak berharap manusia mengasihi-Nya dengan
cara mereka sendiri. Adalah baik bahwa mereka peduli pada disiplin dan
kehidupan yang suci, tetapi kepedulian itu seharusnya tidak melebihi kehendak
Allah. Orang-orang Farisi semestinya mengingat kembali bahwa ke-613 hukum yang dicatat
dalam kitab Musa sejalan dan tidak bertentangan satu dengan yang lain. Tidak
ada satu hukum yang mencoba meniadakan hukum yang lain. Walaupun demikian,
desakan mereka untuk menuruti "tradisi para leluhur," menyebabkan
Firman Allah tidak berlaku (Matius 15:6), paling tidak,
ketika kita berbicara tentang kehidupan mereka. Tidak diragukan, dengan
melihat diri sebagai para pelindung hukum, mereka pasti telah digoncang hebat,
bahkan dipermalukan, dengan pernyataan bahwa mereka justru sedang melanggar hukum,
bahkan membuat hukum itu "tidak ber- pengaruh" melalui tradisi-tradisi
yang mereka pikir akan menolong umat untuk memelihara hukum dengan lebih baik!
Kamis, 17 April
Kebenaran yang
Berlebihatt (Matius 5:20)
Bacalah Matius 5:17-20. Dalam konteks pelajaran pekan ini, apakah cara-cara
dari sekian cara yang dapat digunakan sehingga nasihat Yesus dalam Matius 5:20
dapat dimengerti? Lihat juga Roma 10:3.
Matius 5:17-20
5:17. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit
dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum
Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat
sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia
akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa
yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan
menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar
dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Roma 10:3
10:3 Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh
karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka
tidak takluk kepada kebenaran Allah.
Jika dibaca secara terpisah,
Matius 5:20 dapat dilihat sebagai satu undangan untuk melampaui orang Farisi;
maksudnya, melakukan apa yang mereka lakukan, hanya berbuat lebih daripada
mereka.
Tetapi apakah ini yang Yesus
katakan? Syukurlah, jawaban pertanyaan ini ada dalam jangkauan kita. Pelajaran
kemarin menunjukkan bahwa tidaklah biasa bagi ahli-ahli taurat dan orang Farisi
untuk meninggikan tradisi lebih daripada Hukum Allah. Yesus harus mengatakan
pada mereka bahwa tindakan-tindakan mereka membuat Firman Allah yang jelas
tidak berlaku. Pelajaran .hari Senin juga menyatakan bahwa, sekalipun para ahli
Taurat dan orang Farisi mungkin memiliki isi yang baik dalam ajaran mereka,
namun banyak dari antara mereka yang menghidupkan kehidupan munafik.
Dengan latar belakang ini,
tidaklah sukar untuk melihat perasaan yang benar di balik pernyataan Yesus. Dia
dengan begitu tepat merujuk kepada apa yang Dia amarkan di ayat lain tentang:
"Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun
yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan
menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga" (Matius 5:19). Orang-orang Farisi sangat terpaku pada hukum-hukum yang bersumber dari
manusia sehingga mereka dengan terang-terangan menghancurkan Hukum Allah.
Kebenaran mereka didasarkan pada usaha mereka sendiri, sehingga dengan demikian
bercacat. Yesaya jauh sebelumnya menyatakan bahwa tidak ada kebenaran manusia,
hanya kain yang kotor (Yes. 64:6).
Jenis kebenaran yang Yesus angkat
adalah kebenaran yang dimulai dari dalam hati. Dalam peristiwa cuci tangan,
Yesus menunjuk kesalahan orang Farisi dengan mengutip kitab Yesaya:
"Bangsa ini ...memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh
dari pada-Ku" (Yes. 29:13). Kebenaran yang Allah cari jauh
lebih dalam daripada sekadar perbuatan yang kelihatan.
Yesus menginginkan kebenaran yang
melebihi kebenaran yang orang Farisi pikir telah mereka miliki. Kebenaran yang
dihitung tidak didapatkan dengan memeriksa semua hal dalam daftar tugas;
kebenaran yang hanya bisa didapat melalui iman dalam Yesus Kristus dan dengan
menuntut kebenaran-Nya bagi kita. Ini adalah kebenaran yang datang dari
penyerahan diri seutuhnya dan kesadaran yang menggebu-gebu bahwa kita
memerlukan Yesus sebagai Pengganti dan Teladan kita.
Bacalah Roma 10:3. Bagaimanakah ayat ini menolong kita
melihat apakah sesungguhnya kebenaran sejati itu?
Roma 10:3
10:3 Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh
karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka
tidak takluk kepada kebenaran Allah.
Jumat, 18 April
Pendalaman: Untuk informasi
selanjutnya terkait judul pekan ini, bacalah buku Ellen G. White,
"Tradisi," hlm. 429-434, dalam Alfa dan Omega, jld. 5; "Celaka Atas Orang Farisi," hlm. 238-252, dalam Alfa dan Omega, jld. 6. Baca
juga Matius 23.
"Biarlah semua orang yang menerima kekuasaan manusia, tata cara
gereja, atau tradisi nenek moyang, memperhatikan amaran yang disampaikan dalam
perkataan Yesus, 'percuma mereka beribadah kepadaku.'"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 434.
Pertanyaan-pertanyaan
Diskusi:
1. Apakah tradisi-tradisi yang kita ikuti sebagai orang Advent? Mengapakah
penting untuk mengenali tradisi-tradisi tersebut? Mengapakah tradisi-tradisi
penting, dan peran apakah yang dimiliki tradisi-tradisi tersebut dalam
kehidupan komunitas kita? Manakah tradisi yang memiliki kepentingan universal
dan manakah yang didasarkan atas faktor-faktor lokal dan kultural?
2. "Tidak jarang orang-orang percaya mengizinkan musuh bekerja melalui
mereka justru saat mereka sepenuhnya sedang berkonsentrasi kepada Allah dan memajukan
pekerjaan-Nya. Tanpa sadar mereka telah mengembara jauh dari jalan kebenaran.
Dengan menghidupkan roh mengritik dan mencari-cari kesalahan, roh kesalehan dan
kesombongan orang Farisi, mereka telah sangat mendukakan Roh Allah dan sangat
memperlambat pekerjaan para utusan Allah."—Ellen G. White, Testimonies
for the Churchy jld. 9, hlm. 125. Bagaimanakah
seseorang "secara tidak sadar" mengembara jauh dari kebenaran?
Apakah langkah-Iangkah yang seseorang dapat gunakan untuk menghindar agar
tidak terjebak dalam rutinitas kebenaran pribadi?
3. Renungkanlah urutan pelayanan ibadah khotbah di gereja Anda. Mengapa
gereja Anda memiliki urutan seperti itu? Apakah arti dari setiap bagian dalam
rangkaian doa (contohnya doa-doa permohonan, pemujaan, berkat, dan lain-lain)?
Pelajaran apakah yang Anda temukan dalam pelayanan gereja yang dapat membantu
mengungkap betapa tradisi terjalin dalam iman kita? Pada saat bersamaan, kita
perlu menanyakan: Hanya karena itu semua adalah tradisi, dan tidak ada yang
lain, apakah hal itu buruk?
Ringkasan Pelajaran
Ayat
Inti: Matius 12:8,9
Anggota
Kelas Akan:
Mengetahui: Memahami bahwa
tradisi keagamaan tidak akan pernah dapat menggantikan Hukum Allah.
Merasakan: Diyakinkan
bahwa Hukum Allah lebih unggul daripada tradisi.
Melakukan: Membiarkan Roh Kudus mempromosikan jenis kebenaran
yang dimulai dari hati.
Garis
Besar Pelajaran:
I. Mengetahui: Standar dan Hukum Manusia Tidak akan Pernah
Melebihi Standar dan Hukum Ilahi.
A. Bagaimanakah tradisi keagamaan, yang pada awalnya diperkenal- kan dengan
niat baik, kemudian diangkat menjadi sama keduduk- annya dengan Firman Tuhan?
B. Bagaimanakah Yesus membedakan antara Hukum Allah dan tradisi manusia?
C. Mengapa Yesus sangat kritis terhadap pengajaran orang-orang Farisi?
D. Bagaimanakah tradisi yang dimaksudkan untuk membantu orang agar lebih
baik memelihara hukum namun membuat hal itu menjadi "tidak ada
pengaruhnya/"
II. Merasakan: Hukum Allah Mengalahkan Tradisi Manusia
A. Bagaimanakah kita dapat menghindari sikap "Saya lebih baik daripada
kamu" pada saat berhadapan dengan orang lain yang tidak mengikuti seluruh
ajaran hukum Allah?
B. Bagaimanakah saya bisa lepas dari rasa aman rutinitas yang diketa- hui
atau ritual untuk lebih dekat mengikuti aturan hukum Allah.
III. Melakukan: Kebenaran yang Dimulai di Dalam Hati dan di Rumah
A. Rabi artinya "milikku yang besar" atau "guruku."
Bagaimanakah seorang guru dapat menolong para siswanya untuk berpikir bagi diri
mereka sendiri?
B. Bagaimanakah kita dapat menghindari meninggikan penafsiran kita
terhadap hukum Allah kepada tingkat yang sama sebagaimana hukum itu sendiri?
Rangkuman: Tidak ada makhluk ciptaan memiliki hak untuk mengubah Hukum Allah.
Hukum-Nya kekal dan tidak dapat berubah.
Siklus Pelajaran
LANGKAH
1— Motivasi Fokus Alkitab: Matius 15:8,9
Konsep
untuk Pertumbuhan Rohani: Sementara tradisi memiliki tcmpatnya di gereja,
tidak ada manusia yang memiliki kewenangan untuk- membuat larangan- larangan
agama dan mengangkatnya setingkat hukum Allah.
Perhatikanlah anak di bawah umur satu tahun membuka
hadiah. Besar kemung- kinan anak tersebut akan lebih tertarik dengan pembungkus
hadiahnya dan akan sangat senang b.ermain kertas yang berbunyi atau berderik
dan pita yang berwarna cerah sementara ia benar-benar mengabaikan hadiah dalam
kertas itu. Anak-anak kecil kadang-kadang bahkan menangis saat kertas itu
diambil dan tampaknya ia lebih memilih pembungkus itu daripada hadiah yang
dibungkusnya.
Banyak orang melihat Yesus bertentangan dengan
pengajar hukum sehingga menganggap Yesus tidak mengindahkan hukum. Saat kita
belajar pekan ini, kita melihat bahwa, Yesus bukannya mengabaikan hukum, Yesus
bermaksud untuk me- lueuti "pembungkus" tradisi keagamaan dan
penyajian hukum kepada masyarakat sebagai karunia Allah yang sejati, yang
mencapai ke bagian yang sangat dalam motif hati mereka.
Kegiatan
Pembuka Diskusi: Bayangkanlah sebuah tanda berhenti yang baru ditempatkan di kota Anda.
Tugas Anda adalah melihat kendaraan-kendaraan yang berhenti pada tanda berhenti
itu. Diskusikanlah pilihan yang berbeda-beda, seperti adanya Jampu peringatan
sebelum tanda berhenti itu, kursus mengemudi, iklan di media lokal, keberadaan
seseorang yang duduk di sana untuk memperhatikan para pelanggar, atau hukuman
yang berbeda untuk tidak berhenti. Metode yang mana atau metode-metode apakah
yang Anda pikir yang akan paling efektif dalam mem- bantu orang agar berhenti
pada tanda itu? Mengapa?
Diskusi: Kita berpikir
bahwa pencemaran sebagai sesuatu yang berasal dari luar. Jika kita menyentuh
atau memakan sesuatu yang tercemar bakteri, kita akan sakit. Yesus mengajarkan
bahwa pencemaran rohani merupakan suatu hal yang berbeda. Apakah itu, dan
menurut Yesus dari manakah asalnya itu (Matius 15:10-20)?
LANGKAH
2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
Banyak orang yang sudah menonton film klasik "Fiddler
on the Roof." Film ini menceritakan kisah keluarga Yahudi, yang
tinggal di suatu tempat di Rusia pada masa pembantaian Yahudi pada awal abad
kedua puluh. Tampak satu keluarga yang menyaksikan anak perempuan mereka
menikah dan, pada saat yang sama, melangkah keluar dari tradisi. Si orangtua,
Tevye dan Golde, meratapi kehilangan mereka, dan diabaikan, tradisi dalam dunia
baru yang mereka miliki, suatu saat yang sulit untuk dipahami.
Yesus dan gereja mula-mula bergumul dengan tradisi di
mana hal ini menandai sebuah titik balik penting dalam sejarah keselamatan.
Dalam banyak hal, "membungkus" tradisi telah mengaburkan persepsi
orang-orang Yahudi ketika tiba kepada
hukum Tuhan dan Mesias.
Setelah
kebangkitan dan kenaikan Yesus, gereja Kristen yang baru lahir itu membuat
langkah-langkah kecil untuk sepenuhnya memahami pentingnya kedatangan dan misi
Mesias. Dengan dipimpin Roh, mereka, secara perlahan tetapi pasti, membongkar
tradisi yang telah lama dipegang dan membuat terobosan teologis yang tidak
selalu mudah. Pada bagian berikut, kita akan melihat pada dua waktu yang
penting di mana tradisi dan Kitab Suci bertentangan dalam pertumbuhan teologis
gereja mula-mula.
Pertimbangkan Hal Ini: Strategi
apakah yang digunakan gereja Kristen mula- mula untuk menguraikan hubungan
antara hukum Allah dan tradisi manusia? Bagaimanakah strategi-strategi ini akan
membantu dalam diskusi kita tentang hubungan antara hukum dan gaya hidup?
I. Bait Suci dan
Gereja Mula-mula
(Pelajari kembali Kisah 2:46, 47 dan
Kisah 3 dengan anggota kelas).
Yerusalem bukan hanya pusat Yudaisme tetapi juga
tempat lahirnya agama Kristen. Setelah kenaikan Yesus, para rasul dan
murid-murid lainnya berada di Bait Suci setiap hari, sementara pada saat yang
sama memecahkan roti secara bergiliran di rumah-rumah (Kisah Para
Rasul 2:46, 47). Konteksnya menunjukkan bahwa doa mungkin membaca (dan menafsirkan)
Kitab Suci—adalah hal yang lebih khas untuk sebuah sinagog (rumah ibadat)
daripada Bait Suci, yang merupakan pusat bagi korban sembelihan dan
persembahan. Apa yang terpenting, bagaimanapun, adalah doa dan belajar
mempengaruhi umum, yang menyebabkan orang lain untuk meng- hiraukannya dan
bergabung dengan kelompok.
Kisah Para
Rasul 3:1 mencatat bahwa Petrus dan Yohanes pergi ke Bait Allah pada waktu
sembahyang. Bait Suci adalah pusat ibadah orang Yahudi yang tinggal di
Yerusalem, namun satu keheranan bagaimana orang Kristen yang mula-mula ber-
urusan dengan pelayanan korban dan korban sehari-hari orang Israel (atau tamid dalam bahasa
Ibrani). Menyusul penyembuhan orang lumpuh dalam Kisah Para Rasul 3:2-10,
kedua murid itu menggunakan sukacita yang dihasilkan oleh mukjizat untuk
memberitakan khotbah penginjilan lainnya (Kisah Para Rasul 3:11-26) yang penuh
dengan kutipan Perjanjian Lama. Setelah penangkapan mereka oleh pemim- pin Bait
Suci dan pembelaan mereka di hadapan Sanhedrin, para murid "selanjutnya
diancam" (Kisah Para Rasul 4:21) dan kemudian mereka dilepaskan. Bagaimana- kah
Yohanes dan Petrus dan yang lainnya terkait dengan larangan bahwa otoritas
tertinggi Yahudi telah disampaikan? Secara manusiawi, para nelayan yang sederhana
ini seharusnya dengan mudah dipaksa untuk taat atau setidaknya didiamkan.
Namun, hal seperti ini tidak terjadi. Paradigma teologis mereka telah berubah,
dan, diberdayakan oleh Roh Kudus, mereka memberitakan pekabaran Kristus yang
telah bangkit itu dengan berani (Kisah Para Rasul 4:31).^Gantinya terus-menerus mem-
pertahankan Bait Suci sebagai pusat teologi Yahudi. mereka mengerti bahwa Anak
Domba yang telah disembelih, Yesus, Kristus, harus menjadi pusat teologis
mereka. Bait Suci telah menjadi tempat yang nyaman untuk mengabarkan dan
menjangkau massa, tetapi telah kehilangan makna teologis dan keunikannya.
Pertimbangkan Hal Ini: Strategi
apakah yang digunakan gereja Kristen mula- mula untuk menguraikan hubungan
antara hukum Allah dan tradisi manusia? Bagaimanakah strategi-strategi ini akan
membantu, dalam diskusi kita. tentang hubungan
antara hukum dan gaya hidup?
II. Gereja
Kristen Mula-mula dan Orang-orang Kafir
(Pelajari kembali Kisah 6:1-7 Kisah
10 dengan anggota kelas).
Perubahan penting yang kedua yang muncul dalam
pemikiran gereja mula-mula mengenai sikap mereka terhadap non-Yahudi (atau
orang Kafir). Orang Yahudi yang hidup di abad pertama Masehi tidak seharusnya
memasuki rumah seorang kafir, hal itu akan mengakibatkan kenajisan seremonial
mereka. Yesus sendiri telah memba- tasi pelayanan-Nya kepada para pendengar
Yahudi yang terkemuka—kemungkinan besar karena Dia ingin menghindari prasangka
dan karena Injil itu pertama sekali perlu untuk diberitakan kepada umat perjanjian
Allah (Dan. 9:24, Rm. 1:16).
Gereja yang
mula-mula masih terdiri dari kelompok Yahudi yang terkemuka (bandingkan
referensi ke "Helenis"yang mengarah kepada pemilihan para diaken
dengan latar belakang Yunani, tercatat dalam Kisah Para Rasul 6:1-7). Mereka berkhotbah
di Bait Allah di Yerusalem (di mana sebagian besar orang Yahudi dan para proselit akan
menyembah) dan membagikan pekabaran Yesus kepada orang-orang yang ada di
Yerusalem. Filipus, salah seorang diaken yang baru ditunjuk (Kisah Para
Rasul 6:1-7) adalah orang yang pertama bergerak ke luar zona nyaman Yudaisme. Pergi
ke Samaria (di mana orang-orang Samaria tinggal), Dia mengkhotbahkan Injil
kepada orang banyak. Banyak yang mengindahkan ajarannya dan diyakinkan oleh
mukjizat yang menyertainya (Kisah Para Rasul 8:4-8). Kemudian kita menemukan Filipus
berada di jalan dari Yerusalem ke Gaza, bercakap-cakap dengan punggawa istana
Etiopia—yang kemungkinan besar seorang penganut agama Yahudi—yang sedang
membaca gulungan kitab Yesaya (Kisah Para Rasul 8:26-39). Setelah
memahami penjelasan tentang Mesias yang menderita sebagai referensi untuk Yesus
Kristus, punggawa Etiopia itu siap untuk.dibaptis. Filipus terus berkhotbah di
wilayah non-Yahudi di wilayah Palestina dan berakhir di Kaisarea, di mana ia
dikenal sebagai Filipus si penginjil (Kisah Para Rasul 21:8, 9). Sementara
Filipus telah menangani seorang penganut agama Yahudi proselite dan Samaria
(yang memiliki beberapa hubungan dengan orang-orang Yahudi, meskipun mereka
tidak begitu dihargai), Petrus membutuhkan campur tangan Ilahi langsung untuk
membantunya melewati ambang batas tradisi yang tinggi yang membuat gereja
mula-mula aktif berkhotbah kepada non-Yahudi. Kisah 10 menggambarkan kisah dari
dua penglihatan yang menakjubkan, seorang perwira Romawi dan seorang nelayan
Yahudi dan cara kerja Roh Kudus yang hebat. Sungguh luar biasa mengingat bahwa
ini adalah yang ditunjuk oleh Tuhan dan bukan digerakkan oleh sebuah komite
atau dewan manajemen. Ketika Petrus berdoa di soto rumah di Yope, ia melihat
dalam sebuah penglihatan sehelai kain yang besar yang penuh binatang dari
berbagai jenis yang turun dari langit. Dalam penglihatannya, Petrus mendengar
suara surgawi: "sembelihlah dan makanlah" (Kisah. 10:13). Dia
menentang dengan tegas usulan ini, helai kain itu berisi hewan halal dan haram.
Tiga kali urutan ini diulangi dalam penglihatan Petrus, dan kemudian kita
mendapati Petrus bertanya-tanya tentang makna dari penglihatan itu. Makna ini
menjadi jelas bilamana utusan Kornelius, seorang perwira Romawi, mengetuk pintu
dan meminta Petrus untuk mengunjungi majikan mereka di Kaisarea. Petrus
memiliki hampir dua hari untuk merenungkan makna penglihatan itu, dan ketika
akhirnya ia bertemu dengan perwira Romawi yang rumahnya dipenuhi oleh orang-orang
kafir yang ingin mendengar Firman, sernuanya itu menjadi jelas. Misi yang
melampaui batas nasional maupun budaya dan tradisi.
Pertimbangkan
Hal Ini: Apakah langkah-langkah yang diperlukan untuk meyakinkan dan mengajar
Petrus betapa pentingnya memberitakan Injil kepada orang-orang kafir? Baca
Kisah 10 dengan saksama dan perhatikan poin pentingnya.
LANGKAH
3—Menerapkan
Pertanyaan
untuk Dipikirkan:
1. Pengaruh para rabi tidak selalu
negatif. Lihatlah Kisah 5:27-39. Apakah dasar yang digunakan Gamaliel untuk
pemikirannya itu? Apakah pengaruhnya kepada jemaat itu?
2. Di Inggris ada pepatah yang mengatakan: "Uruslah uang recehan (penny), maka uang
besar (poundsterling) akan mengurus dirinya sendiri." Apakah Anda
pikir jika seseorang bias memusatkan perhatiannya pada, misalnya, masalah gaya
hidup, maka isu-isu utama seperti Sepuluh Hukum Allah dapat dipelihara dengan
sendirinya? Diskusikanlah dengan saksama.
3. Dalam
kebanyakan budaya, kebijaksanaan dan pengalaman orang yang lebih tua dihormati
dan dihargai. Saran mereka diikuti, serta tradisi dan nilai-nilai diwariskan
dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam dunia modern kita, tampaknya kita
memiliki sedikit waktu atau tempat bagi orangtua kita atau bagi tradisi. Apakah
Anda pikir bahwa ini merupakan tren yang akan didukung oleh Yesus dalam bidang
agama? Mengapa ya, atau mengapa tidak? (Pikirkan penawar-Nya terhadap ajaran
para penatua di dalam Matius 15).
Pertanyaan
Aplikasi:
1. Persahabatan adalah jalan dua arah. Agar kita memiliki pengaruh kepada
orang lain, kita perlu mengenai mereka. Bagaimanakah kita bisa bersahabat
dengan orang yang tidak percaya dan memelihara persahabatan ini tanpa
membiarkan diri kita ditarik ke dalam dunia mereka?
2. Yesus berkata, "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada
hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu
tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (Matius 5:20). Harapan apakah
yang kita miliki untuk membuat ke surga?
3. Para rabi yang
awalnya menuliskan tradisi-tradisi sangat menghormati Kitab Suci dan tidak
berniat agar tulisan-tulisan mereka digunakan untuk mengalihkan perhatian dari
Firman Tuhan kepada tradisi manusia. Langkah-langkah praktis apakah yang bisa
kita ambil untuk memastikan bahwa kita tidak membiarkan para sarjana Alkitab,
para pengkhotbah, atau para pendeta menggantikan hubungan pribadi kita dengan
Firman Tuhan?
LANGKAH
4—MEMPRAKTIKKAN
Aktivitas:
Bayangkanlah bahwa Anda seorang misionaris yang berada di wilayah kelompok
orang yang belum dimasuki Injil. Anda ingin memulai sebuah kebaktian. Apakah
aspek-aspek tradisi ibadah Sabat Anda yang akan tetap Anda pertahan- kan, dan
manakah yang akan Anda ubah? Mengapa?
No comments:
Post a Comment