Pelajaran 2
5-11 April*
Kristus dan Hukum Musa
Kristus dan Hukum Musa
Materi ini dalam bentuk ebook/epub untuk Iphone, Ipad, Samsung dan Android download di sini (Pengguna Android gunakan aplikasi FB Reader atau Moon Reader yang dapat di download dari play store Android secara gratis)
SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Lukas 2:21-24; Keluaran 13:2, 12; Lukas 2:41-52; Matius 17:24-27; Yohanes 8:1-11; Ulangan 22:23,24
Ayat Hafalan:
"Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku" (Yohanes 5:46).
Banyak orang
Kristen yang telah bertumbuh dengan cerita tentang Yesus memiliki hubungan
yang negatif terhadap agama orang Yahudi, sayangnya pengertian salah ini hanya
menyuburkan paham anti-Semit sepanjang abad. Yesus berbicara menentang
pelecehan agama, itu benar, dan bukan menentang agama itu sendiri. Lebih dari
semua, Dia adalah pendiri agama itu.
|
Sudah tentu, catatan-catatan Injil tentang kehidupan
dan pelayanan-Nya memperlihatkan bahwa Yesus adalah seorang Yahudi yang setia
yang sepenuh- nya terbenam dalam budaya Yahudi sejak saat kelahiran sampai pada
pekan terakhir kehidupan-Nya dalam daging manusia.
Seperti setiap orang Yahudi yang setia, Yesus tunduk
kepada hukum Musa. Dibesarkan dalam sebuah rumah tangga oleh orangtua Yahudi
yang setia, Dia sangat menghormati warisan dunia-Nya yang mulia, yang berakar
pada pemeliharaan Ilahi. Dia mengetahui bahwa Allah sendirilah yang telah
mengilhami Musa untuk menulis hukum-hukum tersebut, dengan maksud menciptakan
satu kumpulan masyarakat yang memancarkan kehendak-Nya dan melayani sebagai
suatu mercusuar bagi bangsa-bangsa. Dia dengan setia taat kepada setiap huruf
hukum itu. Dari penyunatan sampai pada kunjungan-Nya ke Bait Suci untuk mengikuti
perayaan-perayaan dan perilaku-Nya terhadap pajak-pajak, Yesus tetap dengan
teguh setia kepada tatanan yang Dia tahu akan tiba masa-nya dipenuhi melalui
kematian-Nya dan pelayanan-Nya di surga.
Pekan ini kita
akan melihat lebih jauh tentang hukum-hukum yang Yesus sendiri pelihara.
*Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk persiapan bagi
Sabat, 12 April
Sunat dan Penyerahan (Lukas 2:21-24)
Allah menetapkan perjanjian-Nya dengan Abraham,
mengatakan bahwa dia akan menjadi bapa banyak bangsa (Kejadian 17:4). Ketika Allah
membuat perjanjian ini, Abraham yang berumur sembilan puluh sembilan tahun baru
saja menjadi ayah Ismael dan belum melihat kelahiran anak perjanjiannya, Ishak.
Walaupun demikian, dia diperintahkan untuk menyunat dirinya bersama dengan
setiap laki-laki yang ada dalam rumahnya, dan dia diinstruksikan untuk
memastikan bahwa setiap anak laki-laki yang dilahirkan dalam rumahnya mulai
hari itu dan seterusnya disunat pada hari kedelapan (Kejadian 17:9-12). Lambang ini
sangatlah penting sehingga sunat dilakukan sekalipun hari kedelapan itu jatuh
pada hari Sabat (Imamat 12:3, Yohanes 7:22).
Kebenaran ini memberikan kita satu pengertian yang
lebih baik tentang hari-hari permulaan kehidupan Yesus. Kitab-kitab Injil
memperlihatkan bahwa Yusuf dan Maria dipilih menjadi orangtua Yesus di dunia
paling tidak karena kesalehan mereka. Yusuf digambarkan sebagai "tulus
hati" (Matius 1:19), dan Maria dikatakan "beroleh kasih karunia di
hadapan Allah" (Lukas 1:30). Ketika Yesus berumur delapan hari,
orangtua-Nya mengadakan upacara pemberian nama dan penyunatan dengan cara yang
sama seperti yang dialami oleh semua lelaki Ibrani yang tak terkatakan
jumlahnya di masa lampau.
Bayangkanlah,
Sang Anak Allah yang tak bernoda, sekarang dalam bentuk manusia, melaksanakan suatu
ritual yang Dia sendiri telah Iembagakan berabad-abad sebelumnya!
Bacalah Lukas 2:21-24 sehubungan dengan Keluaran
13:2,12 dan Imamat 12:1-8. Apakah lagi yang ayat-ayat ini ceritakan kepada
kita tentang Yusuf dan Maria? Apakah yang dapat kita pelajari bagi diri kita,
dalam waktu dan lingkungan kita, dari teladan hidup mereka?
Lukas 2:21-24
2:21. Dan ketika genap delapan hari dan
Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh
malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
2:22 Dan ketika genap waktu pentahiran,
menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk
menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
2:23 seperti ada tertulis dalam hukum
Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",
2:24 dan untuk mempersembahkan korban
menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur
atau dua ekor anak burung merpati.
Keluaran 13:2,12
13:2 "Kuduskanlah bagi-Ku semua
anak sulung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang Israel, baik
pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka."
13:12 maka haruslah kaupersembahkan
bagi TUHAN segala yang lahir terdahulu dari kandungan; juga setiap kali ada
hewan yang kaupunyai beranak pertama kali, anak jantan yang sulung adalah bagi
TUHAN.
Imamat 12:1-8
12:1. TUHAN berfirman kepada Musa,
demikian:
12:2 "Katakanlah kepada orang
Israel: Apabila seorang perempuan bersalin dan melahirkan anak laki-laki, maka
najislah ia selama tujuh hari. Sama seperti pada hari-hari ia bercemar kain ia
najis.
12:3 Dan pada hari yang kedelapan
haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu.
12:4 Selanjutnya tiga puluh tiga hari
lamanya perempuan itu harus tinggal menantikan pentahiran dari darah nifas,
tidak boleh ia kena kepada sesuatu apapun yang kudus dan tidak boleh ia masuk
ke tempat kudus, sampai sudah genap hari-hari pentahirannya.
12:5 Tetapi jikalau ia melahirkan anak
perempuan, maka najislah ia selama dua minggu, sama seperti pada waktu ia
bercemar kain; selanjutnya enam puluh enam hari lamanya ia harus tinggal
menantikan pentahiran dari darah nifas.
12:6. Bila sudah genap hari-hari
pentahirannya, maka untuk anak laki-laki atau anak perempuan haruslah dibawanya
seekor domba berumur setahun sebagai korban bakaran dan seekor anak burung
merpati atau burung tekukur sebagai korban penghapus dosa ke pintu Kemah Pertemuan,
dengan menyerahkannya kepada imam.
12:7 Imam itu harus mempersembahkannya
ke hadapan TUHAN dan mengadakan pendamaian bagi perempuan itu. Demikianlah
perempuan itu ditahirkan dari leleran darahnya. Itulah hukum tentang perempuan
yang melahirkan anak laki-laki atau anak perempuan.
12:8 Tetapi jikalau ia tidak mampu
untuk menyediakan seekor kambing atau domba, maka haruslah ia mengambil dua
ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang seekor sebagai
korban bakaran dan yang seekor lagi sebagai korban penghapus dosa, dan imam itu
harus mengadakan pendamaian bagi perempuan itu, maka tahirlah ia."
Alkitab begitu
jelas mengatakan bahwa Maria adalah seorang perawan ketika ia dipilih menjadi
ibu Yesus {Lukas 1:27); jadi, Yesus adalah anak yang pertama-tama
"membuka rahimnya." Menurut Keluaran 13, setiap anak pertama dari
antara orang Israel (entah hewan atau manusia) harus dipersembahkan kepada
Tuhan. Hukum itu juga menetapkan dalam Imamat 12:2-5 bahwa setelah melahirkan
anak laki-laki, seorang perempuan secara resmi menjadi najis selama total empat
puluh hari (delapan puluh hari bagi anak perempuan). Pada akhir periode itu, ia
dituntut untuk memperlihatkan dirinya kepada imam dan mempersembahkan korban.
Sebagai umat Yahudi yang saleh, Yusuf dan Maria dengan teliti memenuhi
kewajiban-kewajiban yang dituntut oleh hukum Musa dan memastikan bahwa Sang
Anak Allah melaksanakan lambang-lambang perjanjian tersebut.
SENIN, 7 April
Perayaan-Perayaan Yahudi (Yohanes 5:1)
"Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem"
(Yohanes 5:1).
Periode utama pertama dalam perayaan di kalender tahun
Yahudi adalah tujuh hari perayaan Roti Tidak Beragi, yang dimulai dengan hari
raya Paskah. Perayaan ini memperingati kelepasan orang Israel dari perbudakan
di Mesir, ketika malaikat kematian melewati rumah-rumah yang di ambang pintunya
dioleskan darah. Kitab-kitab Injil menuliskan tigaperistiwadi mana Yesus merayakan
Paskah (Lukas 2:41-43; Yohanes 2:13-23; Matius 26:17-20).
Lima puluh hari setelah perayaan Paskah, datang
perayaan Shavuot, sering dirujuk dalam bahasa Yunaninya, Pentakosta. Sekalipun Kitab
Suci tidak menyediakan alasan bagi Pentakosta, para rabi percaya bahwa perayaan
itu memperingati pemberian hukum kepada Musa. Tidak ada catatan dalam Injil
bahwa Yesus merayakan Pentakosta. Walaupun demikian, sebelum kenaikan- Nya, Dia
menasihatkan murid-murid-Nya untuk menunggu baptisan Roh Kudus di Yerusalem (Kisah 1:4,
5). Peristiwa ini terjadi pada Hari Pentakosta (Kisah 2:1-4). .
Musim perayaan terakhir dalam kalender Yahudi adalah
perayaan Pondok Daun (Tabernacles) dan Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur). Hari Raya Pendamaian
menandakan hari di mana dosa dibersihkan dari perkemahan dan umat didamaikan
dengan Allah. Perayaan Pondok Daun memperingati saat di mana orang Israel harus
tinggal dalam kemah-kemah di padang belantara.
Sebagai tambahan kepada perayaan hukum Musa, orang
Yahudi memiliki dua perayaan lainnya yang memperingati campur tangan Allah
dalam sejarah. Yang pertama adalah Purim, yang menandai kelepasan orang Israel dari pembunuhan
massal, ketika Ester memohon kepada raja Persia kelepasan. Yang kedua adalah Hanukah, juga dikenal
sebagai perayaan Penahbisan (Yohanes 10:22), untuk merayakan kemenangan pasukan
Makabi atas orang-orang Yunani pada tahun 164 S.M.
Sudah tentu,
perayaan-perayaan Alkitabiah ini telah lama berakhir, paling tidak bagi orang Kristen.
Perayaan-perayaan ini telah mencapai pemenuhannya dalam Kristus. Walaupun
demikian, kita dapat belajar hal besar melalui pendalaman hari-hari raya itu
dan lewat pekabaran yang ada dalamnya karena semua perayaan itu mengajarkan
tentang karunia Allah yang menyelamatkan dan kuasa-Nya yang memberi kelepasan.
Sekalipun kita tidak lagi memelihara perayaan-perayaan itu, hal-hal apakah yang
dapat kita lakukan agar menolong kita untuk tetap memelihara di hadapan kita
kenyataan tentang Allah, apa yang telah Ia lakukan bagi kita, dan apa yang Ia
minta dari kita?
SELASA, 8 April
Yesus di Bait
Suci
Perjanjian Baru tidak menceritakan banyak hal kepada
kita tentang masa kanak-kanak Yesus. Walaupun demikian, satu catatan yang
memberi pengertian mendalam adalah Lukas 2:41-52, yaitu cerita kunjungan Yesus
dan orangtua-Nya ke Yerusalem selama perayaan Paskah. Bacalah ayat tersebut
hingga selesai dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Lukas 2:41-52
2:41. Tiap-tiap tahun orang tua Yesus
pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah.
2:42 Ketika Yesus telah berumur dua
belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.
2:43 Sehabis hari-hari perayaan itu,
ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui
orang tua-Nya.
2:44 Karena mereka menyangka bahwa Ia
ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari
perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan
mereka.
2:45 Karena mereka tidak menemukan Dia,
kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia.
2:46 Sesudah tiga hari mereka menemukan
Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil
mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
2:47 Dan semua orang yang mendengar Dia
sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya.
2:48 Dan ketika orang tua-Nya melihat
Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah
Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari
Engkau."
2:49 Jawab-Nya kepada mereka:
"Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di
dalam rumah Bapa-Ku?"
2:50 Tetapi mereka tidak mengerti apa
yang dikatakan-Nya kepada mereka.
2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka
ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua
perkara itu di dalam hatinya.
2:52 Dan Yesus makin bertambah besar
dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia.
Bagaimanakah cerita ini membantu mengilustrasikan
tabiat yang jelas orang Yahudi pada Kitab Injil dan seberapa pentingkah peran
agama se- bagai pusat terhadap semua hal yang terjadi?
Bagaimana pentingkah cerita yang terjadi selama
perayaan Paskah?
Untuk berapa harikah orangtua Yesus tidak dapat
menemukan-Nya? Tentang apakah yang diingatkan cerita ini kepada Anda?
Sekalipun Yesus adalah seorang anak yang penurut,
jawaban-Nya kepada orangtua-Nya kelihatan hampir sebuah teguran. Pokok penting
apakah yang termuat dalam jawaban-Nya? Apakah yang hal ini katakan bagi kita
semua tentang yang harus menjadi prioritas utama dalam kehi- dupan kita?
Bacalah Lukas 2:51. Apakah artinya bahwa Dia
"tunduk" kepada mereka? Bagaimanakah ayat ini bahkan memberikan kita
pemahaman yang lebih jauh tentang sikap merendahkan diri yang ajaib di pihak
Allah demi keselamatan kita? Apakah hal ini dapat ajarkan kepada kita tentang
kebutuhan untuk patuh di saat dan tempat yang tepat?
RABU, 9 April
Pajak
(Matius 17:24-27)
Seperti yang dicatat pada pelajaran pekan lalu, hukum
Musa memiliki komponen sipil dan upacara. Aspek upacara mengartikan bahwa Bait
Suci adalah pusat kehidupan keagamaan orang Yahudi. Buktinya, pada abad
pertama, Bait Suci barangkali merupakan satu-satunya bangunan yang tertinggal
yang dapat memberikan suatu rasa identitas nasional bagi orang Yahudi.
Pada waktu pelayanan Yesus, Bait Suci Yerusalem sedang
direnovasi. Hero- des Agung telah memulaikan proyek megah itu pada tahun 20
S,M., dan belum sepenuhnya diselesaikan hingga tahun 66 T.M. Menyadari banyak
orang Yahudi yang begitu serius dengan iman mereka, orang-orang Roma
mengizinkan orang Yahudi memungut pajak untuk menutupi pengeluaran termasuk
dalam perawatan Bait Suci. Tanpa memandang status ekonominya, setiap lelaki Yahudi
yang berusia di atas 20 tahun harus membayar pajak setengah syikal (Keluaran 30:13; 38:26).
Bacalah Matius 17:24-27. Apakah yang Yesus maksudkan
ketika la berkata: "...jangan kita menjadi batu sandungan bagi
mereka..." (Matius 17:27)? Prinsip apakah yang kita dapatkan di sini yang kita
harus terapkan juga dalam kehidupan kita?
Matius 17:24-27
17:24. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya
tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata:
"Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?"
17:25 Jawabnya: "Memang
membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan
pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini
memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?"
17:26 Jawab Petrus: "Dari orang
asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya.
17:27 Tetapi supaya jangan kita menjadi
batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang
kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata
uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka,
bagi-Ku dan bagimu juga."
Kelihatannya bahwa para pengumpul pajak Bait Suci
berjalan ke semua pro- vinsi untuk memastikan bahwa setiap lelaki memenuhi
kewajiban hukum mereka. Tanggapan awal Petrus terhadap para pengumpul pajak
memberi kesan bahwa Yesus secara regular membayar pajak (Matius 17:24,
25). Walaupun demikian, sebagai Anak Allah, Yesus sepertinya mempertanyakan
kepantasan pembayaran pajak bagi perawatan rumah Bapa-Nya.
"Seandainya Yesus telah membayar cukai tanpa
protes, sudah tentu la telah mengakui keadilan tuntutan itu, dan dengan demikian
mengingkari Keilahian-Nya. Tetapi meskipun la melihat ada baiknya memenuhinya,
la menyangkal tuntutan itu yang atasnya hal itu didasarkan. Dalam menyediakan
pembayaran cukai la memberikan bukti tentang tabiat Ilahi-Nya. Sudah dinyatakan
bahwa la satu dengan Allah, dan itulah sebabnya tidak diwajibkan membayar cukai
sebagaimana seseorang yang hanya rakyat kerajaan itu."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, him.
44.
Walaupun demikian, Yesus memilih untuk mematuhi para
pemerintah dan menuntun Petrus untuk menemukan uang bayaran pajak dari mulut
ikan pertama yang ia tangkap. Uang syikal yang ada di mulut ikan cukup untuk
memenuhi kebutuhan keduanya, Yesus dan Petrus.
Yesus membayar pajak Bait Suci-Nya sekalipun Dia tahu
bahwa bangunan yang megah itu akan segera dihancurkan (Matius 24:1, 2).
Apakah yang seharusnya hal ini katakan kepada kita tentang kewajiban kita
menjadi setia dalam persepuluhan dan persembahan, terlepas dari masalah yang
kita percayai akan muncul?
KAMIS, 10 April
Pelaksanaan Hukum (Matius 5:17-20)
Seperti yang kita telah lihat, Yesus adalah seorang warga negara yang
setia memenuhi kewajiban-kewajiban-Nya sebagai seorang pria Yahudi, sekalipun
ketika kehidupan-Nya sedang dalam bahaya (lihat contohnya, Yohanes 7:1, 25,
26; 10:31). Buktinya, Yesus menyatakan dengan jelas bahwa bukanlah maksud-Nya untuk
menghapuskan "Hukum Taurat atau kitab para nabi" (Mat 5:17-20).
Kalau begitu, bagaimanakah kita mengerti Yohanes
8:1-11 dan Matius 19:1-9 sehubungan dengan Ulangan 22:23, 24 dan 24:1-4? Apakah
yang sedang terjadi di sini?
Yohanes 8:1-11
8:1. tetapi Yesus pergi ke bukit
Zaitun.
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di
Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat
zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di
tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap
basah ketika ia sedang berbuat zinah.
8:5 Musa dalam hukum Taurat
memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah
pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk
mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi
Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
8:7 Dan ketika mereka terus-menerus
bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka:
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama
melemparkan batu kepada perempuan itu."
8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis
di tanah.
8:9 Tetapi setelah mereka mendengar
perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua.
Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di
tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan
berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang
yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya: "Tidak ada,
Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah,
dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Matius 19:1-9
19:1. Setelah Yesus selesai dengan
pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang
di seberang sungai Yordan.
19:2 Orang banyak berbondong-bondong
mengikuti Dia dan Iapun menyembuhkan mereka di sana.
19:3. Maka datanglah orang-orang Farisi
kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan
orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"
19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu
baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka
laki-laki dan perempuan?
19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia."
19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika
demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika
orang menceraikan isterinya?"
19:8 Kata Yesus kepada mereka:
"Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu,
tetapi sejak semula tidaklah demikian.
19:9 Tetapi Aku berkata kepadamu:
Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan
lain, ia berbuat zinah."
Ulangan 22:23, 24 dan 24:1-4
22:23 Apabila ada seorang gadis yang
masih perawan dan yang sudah bertunangan--jika seorang laki-laki bertemu dengan
dia di kota dan tidur dengan dia,
22:24 maka haruslah mereka keduanya
kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga
mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan
laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah
harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.
24:1. "Apabila seseorang mengambil
seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai
lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia
menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu
menyuruh dia pergi dari rumahnya,
24:2 dan jika perempuan itu keluar dari
rumahnya dan pergi dari sana, lalu menjadi isteri orang lain,
24:3 dan jika laki-laki yang kemudian
ini tidak cinta lagi kepadanya, lalu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke
tangan perempuan itu serta menyuruh dia pergi dari rumahnya, atau jika
laki-laki yang kemudian mengambil dia menjadi isterinya itu mati,
24:4 maka suaminya yang pertama, yang
telah menyuruh dia pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi
isterinya, setelah perempuan itu dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di
hadapan TUHAN. Janganlah engkau mendatangkan dosa atas negeri yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.
Beberapa orang Farisi selalu mencoba untuk mengatakan
bahwa Yesus sebagai seorang pelanggar hukum (lihat sebagai contoh, Yohanes 8:6). Ketika mereka
membawa perempuan yang tertangkap berbuat zina, mereka mena- nyakan pertanyaan
ini: Musa berkata bahwa dia harus dilempari dengan batu, bagaimana menurut-Mu?
Cukup menarik, Yesus tidak secara langsung bereak- si terhadap pertanyaan
mereka. Kenyataannya, Dia menguatkan hukum Musa dengan pernyataan-Nya,
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama
melemparkan batu kepada perempuan itu" (Yohanes 8:7). Dia tidak
berkata bahwa perempuan itu tidak boleh dilontari dengan batu; Dia dengan
sederhana mendesak mereka untuk melihat pelanggaran mereka sendiri terhadap
hukum. Pembebasan perempuan itu juga seiaras dengan hukum Musa, karena tidak
ada yang menunjukkan jari untuk menuduh, karena untuk menjalankan keadilan,
sekurangnya ada dua saksi diperlukan (Ulangan 17:6).
Dalam peristiwa mengenai perceraian dan pernikahan kembali, Yesus seolah-olah
mempertentangkan hukum Musa dengan contoh yang Ia berikan bahwa sebenarnya
tidak ada dasar bagi perceraian (Matius 19:4-6). Ketika orang-orang Farisi
menunjukkan perintah Musa dalam Ulangan 24:1-4, Yesus menempatkan semuanya
dalam sudut pandangnya. Musa tidak pernah memerintahkan bahwa perceraian harus
diadakan. Tetapi karena ketegaran hati bangsa itu, Musa membuat izin bagi
perceraian (Matius 19:8). Jadi, kita melihat bahwa bahkan Yesus mengkritik
hukum Musa, Dia tidak mengesampingkan itu. Yesus adalah seorang Yahudi yang
setia dalam segala hal, Dia taat kepada hukum Musa.
Bagaimanakah kita belajar untuk menyeimbangkan
keadilan dan kasih karunia bagi mereka, yang seperti diri kita, jatuh ke dalam
dosa? Jika kita akan melakukan kesalahan, sebagai orang-orang berdosa kita
tidak dapat mengelakkannya, di sisi manakah kita lebih membuat kesalahan, dan
mengapa?
jumat,11 April
Pendalaman: Untuk informasi selanjutnya terkait judul pekan
ini, bacalah tulisan Ellen G. White, "Pada Hari Raya Pondok
Daun-daunan," hlm. 56-64; "Di Antara Jerat-jerat," hlm. 65-75, dalam Alfa dan
Omega, jld. 6.
"Tiga kali setahun orang Yahudi dituntut
berhimpun di Yerusalem untuk urusan keagamaan. Dalam keadaan terselubung dengan
tiang awan, Pemimpin Israel yang tidak kelihatan itu telah memberikan
petunjuk-petunjuk mengenai perhimpunan ini. Selama orang Yahudi dalam tawanan,
perhimpunan seperti itu tidak dapat diadakan; tetapi ketika bangsa itu
dikembalikan ke negeri mereka, pemeliharaan hari-hari ini dimulai sekali lagi.
Allah merencanakan agar hari ulang tahun ini hendaknya mengingatkan pikiran
orang banyak kepada-Nya."—Ellen G. White, Alfa dan
Omega, jld. 6, him. 56.
"Adalah wajar bagi orangtua Yesus untuk menganggap Dia sebagai anak
mereka sendiri. Ia ada di antara mereka setiap hari, kehidupan-Nya dalam banyak
hal adalah serupa+dengan kehidupan anak-anak yang lain, sehingga sukarkih
bagi mereka untuk menginsafi bahwa Ialah Putra Allah. Mereka hampir gagal untuk
menghargai berkat yang dikaruniakan kepada mereka dalam hadirat Penebus dunia.
Kesusahan hati akibat perpisahan mereka dari Dia, dan teguran halus yang
terkandung dalam perkataan-Nya itu, dimaksudkan untuk mengingatkan kepada
mereka betapa sucinya tanggung jawab yang diserahkan kepada mereka."—Ellen
G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, him. 73.
Pertanyaan-Pertanyaan
Diskusi:
1.
Tinggal di atas kebenaran yang ajaib, bahwa, sekalipun
Yesus yang melembagakan hukum-hukum ini, namun ketika Dia masuk ke dalam
kemanusiaan, Dia menempatkan dirinya di bawah hukum-hukum tersebut. Apakah yang
hal ini katakan kepada kita tentang tabiat Allah?
2.
Cobalah tempatkan dirimu pada posisi Yusuf dan Maria.
Apakah suatu keanehan bahwa mereka tidak sepenuhnya mengerti semua yang
berkaitan dengan Yesus? Bukankah masih banyak hal tentang Yesus yang kita juga
belum mengerti? Terlepas dari yang tidak kita ketahui, bagaimanakah cara kita
untuk percaya dan menurut?
3.
Apakah yang hendak Anda katakan kepada seorang Kristen
yang mengatakan bahwa kita harus tetap memelihara perayaan-perayaan tersebut?
(Petunjuk: Anda boleh memulai dengan mengatakan, "Bagaimanakah Anda
bermaksud memelihara perayaan-perayaan itu, sedangkan semua perayaan-perayaan
itu berpusat pada Bait Suci yang telah lama dihancurkan, dan penumpahan darah
yang telah lama diakhiri?").
Penuntun Guru Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
RINGKASAN
PELAJARAN
Ayat Inti: Yohanes 5:46
Anggota Kelas akan:
Mengetahui: Menyadari
bahwa Yesus memberikan hukum kepada Musa di Gunung Sinai.
Merasakan: Memandang hukum sebagai satu karunia positif dari Allah.
Melakukan: Mengikuti teladan Yesus yang secara dinamis hidup dalam hukum-hukum
Allah.
Garis Besar Pelajaran:
I. Mengetahui: Yesus Pendiri Hukum Perjanjian Lama.
A. Bagaimanakah Yesus menunjukkan ketaatan-Nya terhadap hukum?
B. Apakah hubungan yang dimiliki Yesus dengan Hukum Musa?
C. Bagaimanakah
hukum Yudaisme memberikan kontribusi terhadap pemahaman kita akan kasih karunia
dan kuasa Allah yang menye- lamatkan untuk membebaskan umat-Nya saat itu dan
sekarang?
II. Merasakan: Kasih akan Hukum Allah
a)
Bagaimanakah perasaan Yesus tentang Hukum?
b)
Mengapa penting untuk melihat hukum Allah sebagai satu
tanda positif terhadap perjanjian-Nya dengan kita?
c)
Teliti melalui Mazmur 119. Pilihlah kata kerja yang
digunakan Daud—seorang yang berkenan di hati Allah—untuk menggambar- kan
bagaimana perasaannya tentang hukum Allah?
III. Melakukan: Menghidupkan Hukum Kehidupan
a)
Bagaimanakah perasaan Anda terhadap hukum Allah? Jika
Anda memang tidak menyukainya, apakah yang dapat Anda buat untuk mengubah sikap
Anda?
b)
Bagaimanakah Anda bisa berhubungan dengan hukum
seperti yang dilakukan Yesus?
c)
Manakah dari pola perilaku Anda yang mungkin akan
memberikan kesan negatif kepada keluarga atau teman-teman Anda tentang hukum
Allah?
Rangkuman: Yesus sebagai
Pemberi Hukum, juga adalah seorang Ya- hudi yang tunduk kepada hukum. Meskipun
Yesus bersikap kritis terhadap peraturan-peraturan buatan manusia yang
membunuh semangat dari hukum itu, la menghormati hukum dan ditegaskan dalam
pelayanan-Nya pelajaran-pelajaran tentang kasih karunia dan kuasa Allah yang
menyelamatkan yang dinyatakan di dalam hukum.
SIKLUS BELAJAR
LANGKAH 1—Motivasi
Fokus Alkitab: Yohanes 5:46
Konsep Utama untuk Pertumbuhan
Rohani: Sebagai pengikut Kristus, kita harus berhubungan dengan hukum seperti
yang dilakukan-Nya, mema- hami keindahan dan kekuatan serta pantulan tabiat
Allah.
Dalam hal ini, tampaknya, terlalu sering hukum dan
Sang Pemberi hukum, dapat menerima tekanan buruk. Banyak orang melifiat Yesus
dalam Perjanjian Baru sebagai Orang yang baik dan pemaaf, sementara melihat
Allah dalam Perjanjian Lama sebagai seorang polisi surgawi yang tegas, dengan
daftar per- aturan yang dengan penuh semangat Dia mencoba untuk menegakkannya.
Kita lupa bahwa seluruh Ketuhanan/Trinitaslah yang menulis seluruh sistem hukum
dalam Perjanjian Lama. Yesus menghidupkan suatu kehidupan yang berdasar- kan
hukum. Dan hanya melalui kuasa Roh Kuduslah orang-orang Kristen yang mula-mula
itu dapat mengikuti teladan Yesus dalam menerapkan hukum Allah dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Ellen G. White menekankan pusat hukum Allah dengan mengatakan, "Adalah
merupakan godaan Setan bahwa kematian Kristus yang dibawa dalam kasih karunia
untuk mengambil tempat hukum. Kematian Yesus tidak mengubah atau membatalkan
atau mengurangi sedikit pun derajat Sepuluh Hukum Allah. Bahwa anugerah yang
sangat berharga yang ditawarkan kepada manusia melalui darah Juruselamat
menetapkan hukum Allah. Sejak kejatuhan manusia, pemerintahan moral Allah dan
rahmat-Nya tidak dapat dipisahkan. Mereka bergandengan tangan melewati semua
dispensasi, 'Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera
akan bercium-ciuman.' (Mazmur 85:11)"—Faith and Works, him. 30.
Kegiatan untuk Membuka Diskusi: Mintalah
kelas merenungkan mengapa para bintang dalam industri hiburan memiliki banyak
pengikut yang siap berpakaian dan berperilaku seperti para idola mereka, bahkan
hingga meniru gaya hidup mereka, sementara orang Kristen tampaknya, seringkali,
menolak untuk mengikuti gaya hidup Kristus untuk memelihara hukum. Cobalah
untuk mencari tahu motif yang ada dalam kedua kasus tersebut.
Pembuka Diskusi: Seorang perwira polisi yang merasa
jengkel pernah ber- kata: "Jika kita mau memiliki perbaikan sejati dalam
situasi kejahatan,*kita harus mengatasi akar penyebab kejahatan yang perlu kita
singkirkan dari hukum." Efek kejahatan apakah yang akan diimplementasikan
yang dimiliki oleh solusi ini ? Bila diperluas, dampak yang bagaimanakah
mungkin dimiliki solusi itu dalam ruang lingkup agama dapat diterapkan dalam
kaitannya dengan masalah dosa?
LANGKAH
2—Menyelidiki
KOMENTAR ALKITAB
Komentar ini berdasarkan pada Gerald A. Klingbeil, Bridging the
Gap: Ritual and Ritual Texts in the Bible, Bulletin for Biblical Research
Supplements 1.(Winona Lake, Ind.: Eisenbrauns, 2007).
I. Kuasa Ritual
(Pelajari kembali legalisasi korban dalam Imamat 4 & 16 dengan anggota
kelas).
Banyak orang Kristen Protestan (termasuk beberapa anggota Advent) memiliki
hubungan yang dipaksakan dengan ritual atau upacara keagamaan. Namun, ritual
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari,
meskipun kita rnungkin sering tidak menyadari kehadirannya. Ritual
transformasi, perintah, inisiasi, fokus, mengomunikasikan, dan menggenapi
banyak fungsi lainnya dalam keagamaan (dan kehidupan) sehari-hari. Perhatikanlah
pentingnya ritual politik (misalnya, sumpah seorang presiden yang baru) atau
ritual yang menandai peralihan kehidupan yang penting (seperti bertambahnya
umur, pernikahan, atau kematian). Sifat umum sebagian besar ritual membantu
kita untuk memahami realitas yang kompleks. Coba bayangkan beberapa ritual
pengorbanan (misalnya, korban penghapus dosa yang di- jelaskan dalam Imamat 4)
pada zaman Perjanjian Lama dan bagaimana l%al itu disampaikan kepada mereka
yang tinggal di Israel (atau bahkan bangsa-bangsa sekitarnya). Kematian hewan
yang tidak bersalah dan yang mahal, secara jelas mengajarkan betapa mahalnya
dosa. Pengalihan dosa perorangan lewat meletakkan tangan di atas kepala
binatang itu merupakan simbolis. Orang lain harus membayar harganya. Darah
harus dikumpulkan dan dioleskan di atas mezbah, dan kemudian perlu dibawa ke
Bait Suci dan dipercikkan pada ti- rai yang memisahkan Bilik yang Suci dari Bilik
yang Mahasuci. Binatang itu harus dibakar dan, sekali setahun, Bait Suci, yang
tercemar oleh banyaknya "dosa yang dipercikkan," harus
"dibersihkan," yang terjadi pada upacara Hari Pendamaian (Imamat 16).
Pertimbangkan Ini: Apakah yang akan Anda rasa dan
pikirkan jika Anda bisa berpartisipasi dalam suatu upacara Hari Pendamaian pada
hari ini? Apakah yang akan dilakukannya untuk pemahaman Anda tentang dosa,
kasih karunia dan rencana keselamatan Allah? Bacalah Imamat 16 dengan cermat
dan bertin- daklah keluar dari tindakan utama. Perhatikanlah makna ritual dan
aplikasinya pada kematian dan pelayanan Yesus Kristus. (Banyak budaya non-Barat
me- ngandung ritual yang lebih banyak dan, sebagai akibatnya sering dapat
mereka lebih menghargai ritual Alkitabiah dan kekuatan pengajarannya).
II. Kritik Nabi terhadap Ritual
(Pelajari kembali 1 Samuel 15:22; Hosea 6:6; dan Amos
5:21-27 dengan anggota kelas).
Bagaimana mendidiknya pun, mungkin, upacara ini juga
bisa menjadi batu sandungan terutama bila menjadi hafalan yang diulang-ulangi .
Banyak nabi-nabi Alkitab mengkritik pola pikir ritual ibadah yang tanpa isi.
Sebagai con- toh 1 Samuel 15:22: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban
bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN?
Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan
lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." Samuel dengan keras menegur
Raja Saul yang telah memutuskan bahwa mematuhi petunjuk Ilahi itu bisa ditawar.
Dia telah meluputkan raja kafir, serta hewan terbaik dan semua yang berharga (1 Sam. 15:9). Ayat Alkitab
dengan tegas mengingatkan kita bahwa ritual tidak dapat menjadi sakramen,
tetapi itu perlu disertai sikap dan pola pikir yang tepat.
Dua abad kemudian Hosea mengikutinya: "Sebab Aku
menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan
Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran" (Hos. 6:6).
Kritikan Hosea tentang upacara pengorbanan berfokus
pada sikap dan tindakan. Nabi itu menggunakan dua istilah penting Ibrani yang
menunjukkan perjanjian kesetiaan (hesed) dan
pengetahuan relasional (da'at). Orang Israel sibuk mengadakan
upaGara korban tetapi lupa untuk menghubungkan pengorbanan kepada kehjdupan
nyata: Cara mereka memperlakukan janda, anak yatim, atau orang miskin, hal-hal
yang mereka sembah, pentingnya hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Entah
bagaimana, mereka tidak menunjukkan janji belas kasihan kepada satu sama lain,
melainkan terfokus pada pertunjuk- an kesalehan secara luar.
Konsep yang mirip dinyatakan dalam Amos 5:21-27 dan Yesaya 1:15-18. Para
nabi Israel mengingatkan umat perjanjian Allah bahwa tindakan ritual tidak
menggantikan sikap yang benar terhadap Allah dan sesama. Para nabi tidak
mengkritik hukum Ilahi yang diilhami dan ritual, melainkan aplikasi yang mereka
pikirkan.
Pertimbangkan Hal Ini: Mengingat fakta bahwa Allah
melembagakan, secara terperinci, sistem upacara korban, mengapa Dia
menginspirasikan para nabi untuk mengkritik hal itu?
III. Yesus, Ritual, dan Yudaisme Abad Pertama
(Pelajarilah kembali lembaga Perjamuan Terakhir dalam
Yohanes 13 dengan anggota kelas).
Ritual atau upacara, memainkan peranan yang penting
pada zaman Yesus. Bait Suci merupakan pusat teologi dan praktik orang Yahudi.
Ketika kita mempertimbangkan naskah atau tulisan yang ditemukan di dekat
pemukiman di Khirbet Qumran, penanggalan atau waktu tersebut kira-kira ke abad
sebelum kedatangan Yesus, maka kita akan tiba kepada suatu pemahaman besarnya
kegunaan segala ritual dalam kehidupan orang-orang Yahudi yang hidup pada masa
itu.
Pemurnian, upacara-upacara pembasuhan,
berkat-berkat—semuanya hal-hal itu disajikan melalui tindakan ritual atau upacara.
Ahli Alkitab Robert Kugler menulis: "Dari cara mereka [penduduk Qumran]
mengukur waktu mereka dengan cara mereka mengonsumsi makanan mereka, dari
mereka bangun pagi hari sampai kepada mereka tidur di malam hari, dari cara
mereka berdoa sampai ke cara mereka melihat kepada kesucian tubuh mereka, dari
masuknya mereka ke masyarakat sampai kepada keluar dari masyarakat, tindakan
orang-orang Qumran berpola dalam 'urutan yang tidak berbeda yang lebih kurang
dari tindakan formal dan ungkapan-ungkapan yang' bertujuan untuk membawa mereka
lebih dekat kepada Allah."— "Making All Experience
Religious: The Hegemony of Ritual at Qumran, " Journal for the Study of
Judaism 33.2 (Leiden: Koninklijke Brill NV, 2002), hlm. 131-152.
Yesus lahir dan dibesarkan dalam konteks ini. Dia
telah disunat pada saat yang tepat (Lukas 2:21). Orangtuanya
membayar harga tebusan untuk anak sulung mereka (Lukas 2:22). Ia mengunjungi
Bait Suci dan ikut serta dalam merayakan Paskah. Namun, anehnya, ada saatnya
Yesus sadar menempatkan dirinya berlawanan dengan praktik ritual Yahudi (Matius 15:1,
2). Bila tiba saatnya untuk merayakan Paskah yang terakhir sebelum
kematian-Nya, Yesus mengubah upacara yang sudah ada (Paskah) dan
lembaga-lembaga ritual baru yang mengingatkan para murid-Nya tentang kematian
dan kebangkitan-Nya (Yohanes 13; Matius 26:17-30).
Qrang Kristen di seluruh dunia masih merayakan
Perjamuan Kudus. Khu- susnya, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, juga
menghidupkan kembali pelayanan kerendahan hati dengan cara membasuh kaki satu
sama lain seba- gaimana Yesus membasuh kaki para murid-Nya, pada setiap kali
merayakan Perjamuan Kudus. Melalui lembaga ini, Yesus membuat suatu pernyataan
pen- ting dan menggarisbawahi pentingnya kuasa komunikatif ritual: Ritual atau
upacara bukan hanya menunjuk kepada Mesias, tetapi juga merupakan alat yang disukai
untuk mengomunikasikan cara baru kerajaan. (Baptisan adalah contoh lain dari
sebuah ritual yang benar-benar menceritakan sebuah cerita dan mengomunikasikan
konsep-konsep kunci dari kehidupan Kristen).
Pertimbangkan Hal Ini: Bagaimana kita dapat membuat perayaan
Perjamuan Kudus lebih berarti? Unsur-unsur apakah yang dapat membantu kita untuk
"mengingat" dan kemudian "melakukan?"
LANGKAH 3—Menerapkan
Pertanyaan
untuk Dipikirkan:
1. Apakah yang dapat diberitahukan oleh hukum upacara
tentang Allah dan tabiat-Nya?
2. Pikirkanlah semua hubungan-hubungan ritual antara
Kematian Yesus dan sistem upacara korban bangsa Israel. Ambillah
catatan khusus mengenai waktu dan tempat kematian Yesus.
3. Perbedaan apakah yang akan terealisiasi bahwa Yesus
juga adalah Pembuat hukum dalam, sikap Anda
terhadap hukum?
Pertanyaan Aplikasi:
1. Yesus tidak hanya menghidupkan kehidupan-Nya dengan
hukum Allah, tetapi Dia juga menghidupkan
kehidupan-Nya dengan jadwal Allah bagi Dia (lihat Yohanes 7:8). Bagaimanakah
saya dapat hidup dalam hukum dan jadwal Allah di dalam kehidupan saya setiap hari?
2. Bagaimanakah saya memperlakukan orang-orang yang
menghidupkan gaya hidup yang bertentangan
dengan hukum Allah? Apakah saya akan memperlakukan mereka dengan cara berbeda, kalau
saja mereka itu adalah merupakan bagian dari keluarga gereja?
3. Yesus hidup sebagai seorang Yahudi dan Ia patuh kepada
semua bagian-bagian positif budaya Yahudi dan menghindari
aspek-aspek negatifnya. Apakah beberapa bagian positif dari budaya kita yang dapat
kita rayakan, dan apakah bagian-bagian negatif yang harus kita hindari?
LANGKAH 4—Mempraktikkan
Aktivitas: Sebagai kelas, bayangkanlah bagaimana
Yesus akan berhubungan dengan beberapa aspek budaya kita jika Dia hidup di sini
pada saat ini. Menurut Anda akan makan di luar manakah Yesus? Bagaimanakah
peran-Nya tentang politik dan olahraga? Apakah Dia akan punya akun Facebook atau
menghabiskan waktu untuk menonton film? Pastikan untuk membuat jawaban Anda
dengan contoh-contoh dari kehidupan Yesus, yang menunjukkan prinsip-prinsip
yang Dia hidupkan yang akan menginformasikan pilihan gaya hidup-Nya.
No comments:
Post a Comment