Kristus dan Hukum dalam Khotbah
di Atas Bukit
Materi
ini dalam bentuk Ebook/Epub untuk Ipad/Iphone/Samsung/Android download Di Sini.
Untuk
pengguna Android gunakan aplikasi MoonReader atau FBReader yang dapat di
download dari playstore.
SABAT
PETANG
Bacalah
untuk Pelajaran Pekan Ini: Matius 5:17-20; Lukas 16:16;
Matius
5:21-32;
Roma
7:24;
Matius
5:33-37;
5:38-48.
Ayat Hafalan: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota
atau
satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi" (Matius 5:17,18).
Manakala
kebanyakan orang berpikir tentang Khotbah di Atas Bukit, secara otomatis mereka
memikirkan "Kata-kata Bahagia" (Matius 5:1-12). Walaupun demikian, Khotbah di Atas Bukit sebenarnya
mencakup tiga pasal yang dibagi dalam empat bagian. Kata-kata Bahagia hanyalah
terdiri dari satu bagian. Pada bagian kedua, Yesus membandingkan orang-orang
Kristen dengan terang dan garam (Matius 5:13-16). Yang ketiga, Matius 5:17-48, adalah di
mana Yesus memberikan kita suatu pandangan baru yang lebih dalam tentang hukum.
Lalu, bagian yang terakhir dan terpanjang, Matius 6:1-7:23, di mana Yesus menyediakan pengajaran yang jelas tentang perilaku Kristen, Pembicaraan
terakhir berakhir dengan perumpamaan tentang pembangun rumah yang bijak dan
yang bodoh (Matius 7:24-27), yang menekankan
pentingnya penurutan terhadap panggilan kita, yaitu apa yang Allah ' ingin kita
lakukan.
|
Pekan ini kita akan
menyelidiki bagian ketiga, Matius 5:17-48 (yang disebut
oleh para ahli teologi sebagai antitesis, yaitu kasus-kasus di mana hal-hal
yang bertentangan dengan tajam ditampilkan), untuk melihat apa yang
diajarkannya bagi kita tentang hukum.
*Pelajarilah Pelajaran Pekan ini untuk Persiapan Sabat, 26 April.
"Satu Iota atau Satu Titik"
Bacalah kembali Matius 5:17-20. Betapa menariknya bahwa di sini
Yesus dengan jelas menekankan tentang hukum, sementara dalam waktu bersamaan
membuat pernyataan tertuju kepada para ahli Taurat dan orang Farisi yang juga
terang-terangan menekankan pada hukum. Apakah yang ayat-ayat ini ajarkan
tentang penurutan yang sejati terhadap hukum?
Matius 5:17-20
5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap
langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari
hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum
Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang
lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga;
tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum
Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih
benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Yesus memulai bagian ini dengan kepastian bahwa Dia datang bukan untuk
"meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi" (Matius 5:17). Banyak ahli
kitab yakin bahwa ungkapan ini merupakan ungkapan formula yang merujuk kepada
seluruh kitab Perjanjian Lama, sekalipun tidak ada referensi untuk hal tersebut {lihat juga Matius 7:12;
11:13; 22:40; Lukas 16:16;
Kisah 13:15; 24:14; Roma 3:21). Mengabaikan
tuntutan para penentang-Nya, Yesus tidak menyerang buku yang mengungkap
kehendak Bapa-Nya. Sebagai gantinya, tujuan Yesus berada di bumi adalah untuk
"memenuhi" hukum Taurat dan kitab para nabi, bukan melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan buku tersebut.
Kata yang digunakan untuk "memenuhi" (plero) secara
harfiah berarti "mengisi," atau "melengkapi." Ini membawa
pengertian "mengisi sampai penuh hingga ke puncaknya." Ada dua cara
untuk mengerti kata memenuhi. Pertama adalah dengan menempatkan penekanan pada
Yesus sebagai pemenuhan Kitab Suci (contohnya Lukas 24:25-27, Yohanes 5:39). Kedua, kunci untuk mengerti ayat ini terletak pada
latar belakang langsung dari ayat tersebut, yang menunjukkan bahwa Yesus datang
bukan untuk menghancurkan Kitab Suci tetapi untuk mengungkapkan makna intinya.
Setelah membentuk keseluruhan maksud-Nya, Yesus memindahkan penekanan dari
yang umum yaitu Perjanjian Lama kepada yang khusus yaitu hukum. Yesus tahu
bahwa satu hari nanti orang akan menuduh atau menyatakan bahwa Dia telah
meniadakan hukum, Dia mengamarkan bahwa selama langit dan bumi belum lenyap,
hukum akan terus ada sebelum semuanya "terjadi" (Matius 5:18). Dengan pernyataan ini, Yesus menguatkan kekekalan hukum.
Bagi Yesus, hukum sangatlah
penting sehingga mereka yang melanggar aturan-aturannya akan disebut sebagai
yang "menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga" (Mat 5:19). Ini hanyalah
satu gaya penyampaian bahwa mereka yang seperti itu tidak akan berada dalam
kerajaan Allah; di lain pihak, mereka yang melaksanakan hukum akan berada dalam
kerajaan itu. Yesus dengan cepat menekankan bahwa Dia bukan mempromosikan kebenaran
yang kosong seperti para ahli Taurat dan orang Farisi, tetapi satu kebe uaran
yang keluar dari dalam hati yang mengasihi Allah dan berusaha unluk melakukan
kehendak-Nya.
Senin, 21 April
Pembunuhan (Matius 5:21-26)
Setelah Dia menjelaskan
maksud-Nya menegakkan hukum, Yesus menjelaskan satu kebenaran yang melebihi
kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi. Dia mulai dengan mengutip perintah
keenam (Keluaran 20:13) dan meringkas dari hukum Musa, hukuman bagi
pelanggaran perintah tersebut (Keluaran 21:12; Imamat 24:17).
Perintah keenam tidak
merangkum semua kasus tentang seorang membunuh orang lain. Dalam kasus-kasus
pembunuhan manusia, seorang pembunuh boleh lari ke kota perlindungan dan
memperoleh suaka sementara (Keluaran 21:13; Bilangan 35:12). Namun, seorang yang sengaja mengambil nyawa orang lain akan segera menerima
penghukuman. Dalam penjelasan-Nya, Yesus tidak semata berpusat pada tindak
pembunuhan tetapi pada motif dan tujuan seorang yang melakukan tindak
pembunuhan. Seorang dapat dengan tidak sengaja mengambil nyawa orang lain, tetapi
seorang yang bermaksud mengambil nyawa seseorang lain telah melewati satu masa
perencanaan. Dalam kasus ini, dosa bahkan sudah terjadi sebelum orang itu
melaksanakan perbuatan yang mengerikan. Banyak orang yang berencana membunuh
tidak jadi membunuh hanya karena tidak ada kesempatan.
Bacalah Matius 5:22. Apakah yang Yesus setarakan
dengan pembunuhan? Bagaimanakah 1
Yohanes 3:15 menolong
menekankan intinya? Apakah masalah utama di sini yang Yesus sedang tekankan
dan apakah yang hal ini katakan pada kita tentang sentuhan sejati dari hukum
Allah?
Matius 5:22
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap
saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus
dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke
dalam neraka yang menyala-nyala.
1
Yohanes 3:15
3:15 Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang
pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap
memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.
Walaupun Alkitab sering berbicara tentang kuasa kata-kata, di sini Yesus
membawanya kepada tingkatan yang lebih dalam. Seringkah, maksud tunggal dari
kata-kata yang tajam atau kutuk adalah untuk membangkitkan perasaan- perasaan
negatif pada korbannya. Maksud Yesus di sini benar-benar jelas. Bukan hanya
mereka yang melakukan kejahatan pembunuhan yang membunuh tetapi juga mereka
yang berbicara kata-kata yang pedas kepada orang lain, atau bahkan mereka yang
memikirkan pembunuhan. Yesus menasihatkan agar mereka yang memikirkan
pemikiran-pemikiran seperti ini untuk datang berda- mai dengan para korban
mereka sebelum mereka datang ke mezbah (Matius 5:23-26).
Tinggallah
dalam maksud kata-kata Yesus pada ayat-ayat hari ini. Sudah sebaik apakah yang
Anda lakukan terkait hal ini? Apakah yang standar setinggi itu katakan terhadap
Anda tentang kebutuhan untuk dilingkupi oleh kebenaran Yesus Kristus pada
semua waktu?
Selasa, 22 April
Perzinaan (Matius 5:27-32)
Contoh yang Yesus berikan mencakup perintah tentang perzinaan. Pertama-
tama Ia mengutip perintah ketujuh, jangan berzina. Daiam konteks hukum Musa,
perzinaan terjadi ketika seorang yang telah menikah terlibat masalah seksual
dengan seorang yang bukan pasangannya. Sangat jelas hukum itu katakan bahwa
kedua orang yang terlibat dalam kesalahan perzinaan tersebut harus dijatuhi
hukuman mati. Sama halnya seperti untuk hukum keenam, di sini Yesus pun
memberikan implikasi lebih dalam lagi dari hukum yang satu ini.
Perzinaan seringkali terjadi jauh sebelum tindakan-tindakan tersebut dilakukan.
Dengan cara yang sama seperti pembunuhan yang berawal dari rencana untuk
mencelakakan seseorang secara permanen, perzinaan bermula pada saat seseorang
dengan berahinya menginginkan seorang lain yang bukan pasangannya, entah telah
menikah atau belum.
Bacalah Matius 5:29, 30. Bagaimanakah Yesus dapat lebih
keras lagi menggambarkan bahaya dosa? Setelah melihat ayat-ayat ini, bacalah
Roma 7:24. Kebenaran-kebenaran
apakah yang ditemukan di sini?
Matius 5:29, 30
5:29 Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah
dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu
binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.
5:30 Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah
dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu
binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.
Roma 7:24
7:24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari
tubuh maut ini?
Di sini juga, Yesus menyediakan satu obat instan bagi dosa-dosa yang dinyatakan
tersebut. Jalan keluarnya adalah bukan dengan mengikuti atau berpusat pada
dosa itu sendiri, tetapi dengan mengadakan pembedahan pribadi yang radikal.
Dengan kiasan yang kuat, Yesus menasihatkan apa yang penting untuk dilakukan
oleh seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki masalah seperti itu jika
rindu masuk dalam kerajaan itu. Hal ini dapat berarti mengambil rute berbeda
untuk melanjutkan atau mengakhiri suatu persahabatan yang dihargai, namun
mendapatkan yang kekal lebih berharga daripada keinginan- keinginan saat ini.
Seperti yang kita lihat sebelumnya, Musa mengizinkan perceraian sekalipun
dia tahu bahwa itu bukanlah bagian rencana awal Allah. Setelah memberikan
nasihat kepada pria-pria menikah yang mata mereka suka melirik dan mengamarkan
mereka untuk mengendalikan gerakan hati mereka, Yesus mendorong memberi
semangat untuk kesetiaan terhadap keabadian pernikahan.
"Penyerahan kemauan
digambarkan sebagai mencongkel mata atau memotong tangan. Berserah kepada
kehendak Allah tampaknya bagi kita sering merupakan izin untuk mengalami
kehidupan ini dengan kaki buntung atau timpang. Tetapi Kristus mengatakan,
lebih baik diri buntung, luka, dan timpang jika dengan demikian engkau bisa
masuk ke dalam kehidupan. Sehingga apa yang engkau lihat sebagai bencana adalah
pintu kepada keuntungan yang paling tinggi."—Ellen G. White, Khotbah di Atas
Bukit, hlm. 72. Implikasi apakah yang diberikan oleh kata-kata ini bagi Anda?
Rabu, 23 April
Janji-janji, Janji-janji... (Matius 5:33-37)
Dua antitesis awal (membunuh
dan berzina) didasarkan atas Dekalog. Antitesis tentang perceraian dan hal-hal
yang berikutnya diambil dari bagian- bagian lain hukum Musa, termasuk perihal
bersumpah palsu dan melakukan pengangkatan sumpah kepada Tuhan.
Bacalah Imamat 19:11-13. Poin-poin spesifik apakah yang
kita temukan di sini? Lihat juga Keluaran 20:7.
Imamat 19:11-13
19:11 Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan
janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.
19:12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau
jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
19:13 Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah
engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok
harinya.
Keluaran 20:7
20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan,
sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan
sembarangan.
Hukum Musa, dari mana Yesus mengutip, didaftar dalam satu bagian kitab
Imamat yang mengutuk sekumpulan.praktik yang menyimpang. Kembali di sini
membuktikan bahwa perhatian Yesus adalah kepada tujuannya. Setiap orang yang
membuat satu janji tanpa bermaksud untuk memenuhinya telah dengan sadar
melakukan suatu keputusan untuk berdosa.
Meskipun perintah tentang
bersumpah palsu berhubungan dengan janji yang dibuat bagi sesama manusia,
perintah yang kedua berkaitan dengan janji-janji yang dibuat bagi Allah.
Bacalah Ulangan
23:21-23. Dalam cara apakah ayat-ayat ini berhubungan dengan kata-kata Yesus dalam
Matius 5:33-37? Lihat juga Kisah 5:1-11.
Ulangan 23:21-23
23:21 "Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu,
janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan
menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu.
23:22 Tetapi apabila engkau tidak bernazar, maka hal itu bukan
menjadi dosa bagimu.
23:23 Apa yang keluar dari bibirmu haruslah kaulakukan dengan
setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada TUHAN, Allahmu, sesuatu yang
kaukatakan dengan mulutmu sendiri."
Matius 5:33-37
5:33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek
moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan
Tuhan.
5:34 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah,
baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
5:35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya,
ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
5:36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau
tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
5:37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah
kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Kisah 5:1-11.
5:1 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya
Safira menjual sebidang tanah.
5:2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil
penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki
rasul-rasul.
5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai
Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil
penjualan tanah itu?
5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu,
dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau
merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi
mendustai Allah."
5:5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah
nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.
5:6 Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat
itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya.
5:7 Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia
tidak tahu apa yang telah terjadi.
5:8 Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga
sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul
sekian."
5:9 Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk
mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di
depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar."
5:10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki
Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka
mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di
samping suaminya.
5:11 Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang
mendengar hal itu.
Tidak seperti kesalahan seorang karena bersumpah palsu, orang yang membuat
janji dalam hal keuangan kepada Allah tidaklah semata-mata bermaksud untuk
menipu. Walaupun demikian. Yesus mengetahui sifat alamiah dan perhatian
manusia berlawanan dengan janjinya, bahwa kemudian yang bersangkutan bisa saja
menyesal. Cerita tentang Ananias dan Safira—yang membuat janji keuangan
kepada Allah dan bermaksud untuk memenuhi janji mereka tetapi mengubah pikiran
mereka dan menerima penghukuman Allah yang mematikan—adalah contoh
yang sangat jelas tentang bagaimana melihat dosa seperti ini. Gantinya membuat
janji yang tidak mampu untuk memenuhinya, seorang Kristen haruslah menjadi
seorang berintegritas yang berkata "ya" berarti "ya" dan
"tidak" berarti "tidak."
Pikirkanlah
ketika Anda membuat suatu janji (entah kepada seseorang atau kepada Allah) yang
Anda sendiri berencana untuk memenuhinya tetapi akhirnya tidak dipenuhi.
Bagaimanakah Anda belajar untuk berhati-hati tentang masalah ini? Bagaimanakah
dengan janji-janji yang Anda buat bagi diri Anda sendiri yang Anda ingkari?
Kamis, 24 April
Lex Talionis
(Matius 5:38-48)
Matius 5:38-48
5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti
gigi.
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang
yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu,
berilah juga kepadanya pipi kirimu.
5:40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena
mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
5:41 Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil,
berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah
menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan
bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang
di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah
upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu
saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak
mengenal Allah pun berbuat demikian?
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang
di sorga adalah sempurna."
Tampaknya bahwa tema umum di sini (Matius 5:38-48) adalah balas
dendam. Tema pertama ini adalah berhubungan dengan beberapa perintah dalam
hukum Musa yang dibangun atas prinsip membalas kejahatan dengan hukuman
setimpal, satu paham yang disebut lex talionis, istilah
bahasa Latin yang berarti "hukum pembalasan."
Seperti yang
kita lihat dalam sejumlah ayat (Keluaran 21:22-25,
Imamat 24:17-21, Bilangan 19:21), hukum ini
menuntut bahwa yang melanggar akan mengalami hal yang sama seperti yang
dialami oleh sang korban. Jika si korban kehilangan satu mata, lengan, kaki,
atau nyawa—maka yang
bersalah harus juga menerima hal yang sama. "Hukum pembalasan"
seperti ini adalah hal biasa di dalam beberapa masyarakat kuno. Mengapa tidak,
karena hal ini tampaknya mengungkapkan satu prinsip keadilan yang sederhana?
Keluaran 21:22-25,
21:22 Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka
tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran
kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia
didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya, dan ia
harus membayarnya menurut putusan hakim.
21:23 Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa
maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa,
21:24 mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki
ganti kaki,
21:25 lecur ganti
lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.
Imamat 24:17-21,
24:17 Juga apabila seseorang membunuh seorang manusia, pastilah ia
dihukum mati.
24:18 Tetapi siapa yang memukul mati seekor ternak, harus membayar
gantinya, seekor ganti seekor.
24:19 Apabila seseorang membuat orang sesamanya bercacat, maka
seperti yang telah dilakukannya, begitulah harus dilakukan kepadanya:
24:20 patah ganti patah, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti
dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat kepadanya.
24:21 Siapa yang memukul mati seekor ternak, ia harus membayar
gantinya, tetapi siapa yang membunuh seorang manusia, ia harus dihukum mati.
Bilangan 19:21
19:21 Itulah yang harus menjadi ketetapan bagi mereka untuk
selama-lamanya. Orang yang menyiramkan air penyuci itu, ia harus mencuci
pakaiannya, dan orang yang kena kepada air penyuci itu, ia menjadi najis sampai
matahari terbenam.
Penting untuk menyadari bahwa prinsip ini adalah untuk membatasi pembalasan,
yaitu, menjaga seorang agar tidak mendapatkan lebih daripada yang dia layak
dapatkan karena kesalahan yang dilakukannya. Jadi, dalam banyak hal, hukum ini
adalah untuk menjaga agar keadilan tidak keluar dari jalur.
Oleh karena itu, dalam Matius 5:38-42, Yesus tidak
menyerang keabsahan hukum yang menuntut seorang untuk dihukum oleh karena suatu
kejahatan. Sebaliknya, Yesus lebih berfokus pada respons orang Kristen terhadap
orang yang mencoba mencari keuntungan dari hukum itu. Gantinya berusaha balas
dendam, orang Kristen harus "membalas" dengan kebaikan, suatu yang
hanya dapat kita lakukan melalui kasih karunia Allah yang bekerja di dalam
kita. Dalam panggilan ini. Yesus membawa pengertian kita kepada tingkat yang
lebih dalam tentang apa artinya menjadi pengikut Tuhan.
Antitesis terakhir yang Yesus sampaikan adalah perilaku yang mendorong
kasih kepada sahabat dan rasa benci kepada musuh. Perintah untuk mengasihi
sesama terdapat dalam Imamat 19:18. Tidak ada ayat yang jelas tentang membenci sesama,
sekalipun Ulangan 23:3-6.
Dalam konteks di masa Yesus, orang Yahudi berada di bawah kekuasaan
penjajah Roma dan masyarakat kelas dua di tanah mereka sendiri. Karena
mendapatkan tekanan, mereka barangkali berpikir bahwa adil untuk membenci
musuh mereka, yang saat itu dengan kejam menekan mereka. Yesus menunjukkan pada
mereka cara yang lebih baik untuk hidup, sekalipun mereka dalam keadaan yang
lebih rendah daripada keadaan yang ideal.
Bacalah Matius 5:44, 45. Apakah yang sedang Yesus katakan
bagi kita di sini? Lebih penting lagi, dengan cara bagaimana Anda dapat menerapkan
ajaran ini dalam kehidupan Anda dan tindakan Anda terhadap orang yang melakukan
kesalahan terhadap Anda?
Matius 5:44, 45
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang
di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
Jumat, 25 April
Pendalaman Ellen G. White, "Khotbah
di Atas Bukit" hlm. 3 17-335 dalam Alfa dan Omega, jld. 5.
"Yesus
mengambil hukum itu secara terpisah, dan menerangkan dalam dan lebarnya
tuntutannya. Gantinya menghapuskan satu iota
dari kekuasaannya, la menunjukkan betapa luas daya cakup prinsip-prinsip
itu. dan menunjukkan kesalahan orang Yahudi dalam penurutan mereka secara
lahir. Dikatakan-Nya bahwa oleh pikiran jahat atau pandangan hawa nafsu, hukum
Allah telah dilanggar. Barangsiapa yang menggabungkan diri kepada perbuatan
yang tidak adil yang kecil berarti melanggar hukum dan merendahkan akhlaknya
sendiri. Pembunuhan yang mula-mula terjadi dalam pikiran. Barangsiapa yang
memberikan tempat kebencian di dalam hatinya ialah meletakkan kakinya pada
jalan pembunuhan, dan persembahannya ialah kebencian kepada Allah."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 330.
Kasih adalah dasar yang mengikat dalam hukum Allah.
Dalam setiap antitesis, Yesus mengangkat prinsip kasih: Kasih menjauhkan
seseorang dari memelihara kebencian terhadap saudara atau saudarinya; kasih
membuat pasangan suami istri tetap bersama; kasih memberikan tantangan kepada
orang Kristen untuk selalu jujur terhadap Allah dan orang lain; kasih
menyanggupkan seseorang untuk berbuat baik ketika ia diperlakukan dengan tidak
baik; dan kasih menyanggupkan seseorang untuk memperlakukan musuh sekalipun
seperti dirinya sendiri ingin diperlakukan.
Pertanyaan-pertanyaan Diskusi:
1.
Dalam bagian pekan ini, Yesus
berkata, "Kamu telah mendengar firman," dan setelah itu Dia berkata,
"Tetapi Aku berkata kepadamu," lalu kemudian memberikan antitesis.
Perhatikan bahwa beberapa dari perkataan "firman" adalah kutipan
langsung Alkitab atau diambil dari ajaran Perjanjian Lama. Jadi, masalahnya
adalah bukan pada sumbernya melainkan tentang bagaimana itu ditafsirkan.
Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari sini tentang bagaimana cara kita
menafsir ayat-ayat tersebut? Seberapa seringkah kita mungkin berada dalam
bahaya dengan melihat hal-hal ini secara dangkal dan kehilangan pengertian
yang lebih dalam?
2.
Banyak yang telah jatuh dalam
jerat menafsir ayat-ayat Alkitab terlepas dari ayat-ayat lainnya. Salah satu
ayat tersebut adalah Matius 5:48,
di mana dikatakan agar kita menjadi sempurna sama seperti Bapa di surga
sempurna adanya. Bagaimanakah penafsiran ayat ini sesuai dengan konteksnya (Mat. 5:43-48)
menunjukkan betapa pentingnya belajar Alkitab dengan teliti? Bagaimanakah
Anda bereaksi kepada seseorang yang menyatakan bahwa ayat ini mengajarkan tentang
keberadaan kita yang seharusnya tidak berdosa? Apakah yang sebenarnya diajarkan
oleh ayat ini, dan mengapakah pengajaran ini mengungkapkan arti sebenarnya dari
mengikut Yesus?
Matius
5:43-48
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan
bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang
di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah
upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu
saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak
mengenal Allah pun berbuat demikian?
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang
di sorga adalah sempurna."
3.
Bagaimanakah ayat-ayat yang kita
pelajari, khususnya tentang membunuh dan berzina, menolong menunjukkan betapa
salahnya mereka yang menyatakan bahwa hukum telah ditiadakan di salib?
PENUNTUN GURU
Ringkasan Pelajaran
Ayat inti: Matius 22:37
Anggota Kelas Akan:
Mengetahui: Mengakui bahwa Yesus datang bukan untuk merusak hukum tetapi
untuk menyatakan esensi atau
hakikatnya yang terdalam.
Merasakan: Merasakan bahwa hukum dimaksudkan bukan sekadar perbuatan tetapi juga
motif.
Melakukan: Memperagakan perbuatan, pemikiran, dan motif yang dipimpin oleh Roh Kudus, daripada ketaatan secara lahiriah.
Garis Besar Pelajaran:
I.
Mengetahui: Memelihara Hukum
adalah Pekerjaan Hati.
A.
Mengapa musuh-musuh Yesus
mengklaim bahwa Yesus telah memusnahkan hukum?
B.
Apakah arti
"memenuhi" dalam Matius 5:18?
C.
Bagaimanakah cara Yesus
memelihara hukum berbeda daripada cara para ahli Taurat dan orang Farisi
memelihara hukum?
II.
Merasakan: Motif adalah
Segalanya.
A.
Sebagian orang mungkin telah
menuduh Yesus bersikap lunak terhadap dosa. Bagaimanakah pengajaran tegas
Yesus dalam Matius 5:29, 30 menunjukkan bahwa Yesus sangat membenci dosa?
B.
Bagaimanakah para murid
merasakan ajaran Yesus tentang motivasi memelihara hukum (Matins 19:10)1
C.
Bagaimanakah pengembangan
perintah Yesus terhadap sumpah palsu dalam Matius 5:33-37 menunjukkan kepada kita bahwa hubungan kita terhadap satu sama lain dan
terhadap Tuhan harus berdasarkan pada lebih daripada sekadar suatu perasaan
yang berubah- ubah atau yang naik turun?
III.
Melakukan: Berserah kepada
Pekerjaan Roh Kudus
A.
Mengapa tampaknya kita lebih
suka memiliki daftar hal-hal untuk ditandai daripada memiliki motif kita yang
berubah?
B. Bagaimanakah saya bisa hidup sehingga
"ya" akan berarti "ya" dan "tidak" akan berarti
"tidak" tanpa harus bersikap seperti mengucapkan sumpah untuk
membuat orang lain percaya kepada saya?
Rangkuman: Yesus menunjukkan dalam ajaran-Nya dalam Khotbah di Atas Bukit bahwa Dia
datang bukan untuk menyingkirkan hukum Taurat. Melainkan, Dia datang untuk
membesarkan hukum dan menunjukkan perlunya kehadiran Roh Kudus untuk
memeliharanya.
Siklus Belajar
LANGKAH 1—Motivasi Fokus Alkitab: Matius 22:37
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Hukum Allah tidak dapat dilihat hanya sebagai seperangkat aturan. Hal ini
adalah sebuah panggilan untuk komitmen gaya hidup yang lengkap, yang
diberdayakan oleh Roh Kudus di mana perbuatan, pemikiran yang terdalam serta
motivasi kita, akan dipimpin oleh Roh Kudus.
Untuk Guru: Dalam
pelajaran pekan ini, kita memahami jangkauan hukum Allah yang luas dan
pendekatan yang harus kita ambil untuk itu. Kita melihat bahwa hukum Allah
tidak dimaksudkan untuk diperdebatkan secara teoritis tetapi harus menembus
hati kita.
Diceritakan
seorang kaya yang memiliki rumah mewah yang terletak di sisi sebuah gunung
yang tinggi. Satu-satunya cara untuk mencapai rumah itu ialah melalui jalan di
sisi gunung yang berbahaya dan dengan tebing yang curam di satu sisi. Orang
kaya itu membutuhkan seorang sopir baru dan mengiklankan pekerjaan itu. Tiga
orang menanggapi iklan tersebut. Tom,
orang .pertama yang akan diwawancarai, cukup percaya diri, apalagi, ia
pernah menjadi seorang pembalap. Anehnya, selama wawancara orang kaya itu hanya
menanyakan satu pertanyaan:'"Seberapa dekat ke tepi jurang Anda bisa
mengemudi" Tom merasa bahwa
inilah saatnya memberitahukan kepada orang kaya itu tentang keahliannya
mengendalikan kendaraan dan menunjukkan bahwa ia tidak pernah kalah dalam
perlombaan atau kehilangan kendali atas mobil balapnya, bahkan pada saat
kecepatan yang tinggi sekalipun. "Tetapi seberapa dekat Anda bisa
mengemudi?" Desak orang kaya itu. Setelah melakukan beberapa perhitungan
dalam benak dengan cepat Tom menjawab:
"Saya pikir ■ saya mampu
menangani kendaraan sampai 1 meter (tiga kaki) dari tepi." Sam,
orang yang akan diwawancarai berikutnya, bahkan lebih percaya diri lagi.
Apalagi, dia telah melakukan berbagai aksi mengemudi untuk sebuah .film. Dia
tak kenal takut di belakang kemudi. Ketika ditanya seberapa dekat ke tepi
tebing dia bisa mengemudi, ia dengan cepat menjawab: "Saya bisa membawa
kendaraan apa pun hingga setengah meter (satu setengah kaki) dari tepi dan
bahkan ada roda yang agak terpeleset di bagian samping tanpa masalah" Joe!, orang terakhir diwawancarai,
tidak memiliki klaim keahlian atau kecakapan khusus dalam mengemudi.
"Jadi Joe, seberapa
dekatkah Anda ke tepi tebing bisa mengemudi?" Tanya orang kaya itu.
"Saya tidak tahu. Pak. Saya takut pada ketinggian, jadi saya hanya akan
berada sejauh mungkin dari tepi." Joe
pun mendapatkan pekerjaan itu.
Pembuka Diskusi: Setelah
membagikan cerita yang disajikan di atas, mintalah anggota kelas, apakah mereka
setuju dengan pilihan orang kaya itu untuk supirnya. Sikap apa yang ditampilkan
oleh Tom, Sam. dan Joe.terhadap hukum gravitasi? Apalagi, tidak satu pun
dari mereka dengan sengaja berencana untuk melanggar peraturan keselamatan
mengemudi.
Diskusi: Bagaimanakah sikap Tom dan Sam mirip dengan pemikiran orang Yahudi tentang hukum
Taurat pada zaman Kristus?
LANGKAH
2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I.
Khotbah Kerajaan Allah
(Pelajari kembali Matins 5:17-48 dengan anggota kelas).
Matius
5:17-48 menggambarkan saat pelayanan Yesus yang penting dan bagian yang lebih
besar dari Khotbah di Atas Bukit. Berada secara kronologis di awal
pelayanan-Nya, ide-ide dan konsep yang terkandung dalam bagian ini mewakili jalur
amsal atau ibarat di atas pasir sebagaimana Yesus membedakan kerajaan Allah
dari penguasa dunia ini. Kerajaan Allah adalah garam dan terang dan terdiri
dari orang-orang yang rela membuat suatu perbedaan (Matius 5:13-16).
Ya dari awal.
Yesus melemparkan pertanyaan yang mungkin muncul di benak orang-orang Farisi
dan ahli Taurat karena mereka pasti mendengarkan dengan sangat hati-hati
kepada rabi muda dari Nazaret. '"Jangan menyangka bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya " (Mat 5:17).
Istilah Yunani yang diterjemahkan "meniadakan" juga dapat
diterjemahkan "membatalkan," "menghapuskan,"
"menghancurkan," atau "membongkar." Yesus datang bukan
untuk menghancurkan atau meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi (yang
adalah istilah untuk wahyu Ilahi yang lengkap tentang Perjanjian Lama, dengan
kata lain. Kitab Suci), Dia datang untuk menggenapi.
Ya, pada saat ini akan lebih baik
berhenti sejenak dan mempertimbangkan etimologi Yunani "memenuhi."
Bentuk Bahasa Yunani menggenapi berhubungan
erat dengan mengisi, dan terjemahan
Perjanjian Lama bahasa Yunani (LXX atau Septua- ginta) menggunakan persis kata kerja ini untuk menggambarkan
perintah Pencipta bagi ciptaan-Nya untuk memenuhi bumi (Kej. 1:22,28). Firman yang berinkarnasi menciptakan dunia melalui firman-Nya (Yohanes 1:1-3) mengisi bagian yang kosong dengan perintah
"jangan engkau membunuh" atau yang sederhana "janganlah engkau
berzina" dibiarkan terbuka. Akal manusia akan menemukan perintah-perin-
tah ini cukup jelas, namun. Yesus sebagai Pemberi hukum menggali lebih dalam.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Mengapakah Yesus menekankan
bahwa Kerajaan Allah sudah datang?
II. "Kamu Sudah Mendengar... Tetapi Aku Berkata Kepada mu."
(Pelajarilah enam antitesis yang diusulkan Yesus dalam Matius 5 dengan anggota kelas).
Yesus menggunakan enam antitesis
yang membantu kita untuk memahami bahwa tindakan ini hanyalah salah satu unsur
ketaatan manusia kepada hukum Taurat Yesus tidak hanya mengingatkan kita bahwa
Allah menganggap motivasi dan pikiran sama pentingnya dengan tindakan, tetapi
juga menggunakan struktur antitesis. Ia juga secara tidak langsung mengklaim
sebagai Pemberi Hukum Ilahi. Antitesis melingkupi pembunuhan (Mathts 5:21-26), perzinaan (Matins 5:27-30),
perceraian (Matius 5:31, 32), sumpah (Matius 5:33-37), pembalasan (Matius 5:38-42), dan cinta kasih terhadap musuh (Matius 5:43-47). Hal ini-sangat penting untuk dicatat bahwa tidak
semua contoh mewakili Sepuluh Hukum Allah. Perceraian dan sumpah dapat
diklasifikasikan sebagai hukum sipil, sedangkan pembalasan dan mengasihi musuh
harus dianggap menjadi dasar teologi (atau filosofi). Yesus sangat sengaja
memilih tingkat yang berbeda dari hukum Jlahi untuk mengesankan pada pendengar-Nya
pada fakta bahwa pemeliharaan hukum tanpa Sang Pemberi hukum tidak dapat dalam
pemikiran manusia. Dengan kata lain: dengan menyertakan pemikiran, sikap, dan
motivasi yang mendasari dalam hukum. Yesus dengan jelas menyoroti kemustahilan
manusia—Anda dan saya—mampu
memelihara hukum (pada semua level yang berbeda dan motivasinya) oleh diri kita
sendiri. Bahkan dengan niat terbaik kita menemukan diri kita di kaki Sang
Pemberi hukum yang melangkah dari Sinai ke Golgota untuk menyediakan teladan
dan keselamatan yang sempurna yang tersedia bagi semua orang yang menerima
karunia-Nya.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam hal apakah Yesus
menantang kita untuk memelihara hukum lebih ketat daripada yang dilakukan oleh
orang-orang Farisi?
III. "Karena itu Haruslah Kamu
Sempurna, Sama Seperti Bapamu yang di Sorga adalah Sempurna."
(Pelajari kembali Matins
5:48 dengan anggota kelas).
Bagian sangat
penting ini diakhiri dengan pernyataan lainnya yang menggon- cang fondasi kita
dan, sayangnya, seringkah digunakan di luar konteks. "Karena itu haruslah
kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matins 5:48).
Bayangkan, bagaimanakah perasaan para pendengar Yesus saat mereka mencerna
pernyataan terakhir ini. Apakah mereka melihat Dia dengan mata yang tidak
percaya? Apakah mereka mengepalkan tangan mereka dengan erat saat mereka menatap-Nya
dengan mulut yang ternganga? Bagaimana perasaan orang-orang Farisi dan para
ahli Taurat pada saat mereka mendengar Yesus menjabarkan hukum secara
terperinci, yang diakhiri dengan suatu perintah untuk memiliki kesempurnaan
Ilahi? Apakah mereka menggeleng-gelengkan kepala mereka dalam ketidaksetujuan
atau mengangguk dengan setuju atau penegasan yang tenang?
Yesus menyoroti
dua bidang kesempurnaan: "Haruslah kamu sempurna" merujuk kepada
para pendengar-Nya. Hal ini berkaitan dengan bidang kesempurnaan yang lainnya,
"sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." Ellen G. White
menyatakan. "Dan sebagaimana Allah sempurna di dalam keadaan-Nya. demikian
pula kita harus menjadi sempurna di dalam keadaan kita " (Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 203) jelas
menyinggung tentang dua tingkat kesempurnaan yang berbeda. Ulangan 32:4 menggambarkan kesempurnaan Allah: Dia adalah
"Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna," sementara Yesaya 64:6 menggarisbawahi fakta bahwa "kesalehan kami
seperti kain kotor." Yesus Sang Pemberi Hukum. Pencipta, dan Juruselamat—bagaimanapun juga, menjembatani jurang pemisah yang
memisahkan kekurangsempurnaan kita dengan kesempurnaan Allah yang penuh.
"Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna
menjadi satu'" (Yolianes 17:23). Maka, kesempurnaan Alkitabiah, memiliki dua
tingkatan. Kesatuan Allah yang sempurna dalam Ketuhanan dan kesatuan sempurna
manusia dengan Kristus.
Berikut adalah
ilustrasi yang dapat membantu kesempurnaan kesatuan antara manusia dengan
Kristus yang diambil dari Robert J. Ross "Perfection" dalam Ad- ventist World (Desember 2009) hlm. 21. "Para
ilmuwan baru-baru ini menemukan cara pertama untuk membuat permukaan kaca mesin
yang benar-benar 100 persen rata dan
halus. Begitu rata dan halusnya ketika dua dari lembaran kaca yang tebal
meluncur satu dengan lainnya memindahkan semua udara, ikatan di antara molekul
menjadi begitu besar sehingga hampir mustahil untuk memisahkan kedua lembar
kaca. Kaca-kaca benar-benar menyatu. Kesatuan yang sempurna antara Yesus dengan
Bapa melalui ketaatan-Nya di bumi ini menjadi jubah kita, kebenaran-(Nya) akan
diperhitungkan kepada kita hingga kekekalan. Kebenaran yang ingin ditanam-
kan-Nya kepada kita adalah kesempurnaan kesatuan yang dapat kita miliki melalui
Roh-Nya yang memimpin. Ketaatan yang dimotivasi oleh kasih sejati memungkinkan
Nya setiap hari untuk mengasah dan memoles kita sampai kita benar-benar terikat
satu di dalam Dia bahwa kita akan hampir tidak mungkin untuk dipisahkan."
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah Khotbah di atas
Bukit secara keseluruhan membantu kita memahami panggilan Yesus untuk menjadi
sempurna?
LANGKAH 3—MENERAPKAN
Pertanyaan
untuk Dipikirkan:
1.
Dalam ajaran Yesus pada Matius 5, Ia menekankan motivasi dan pikiran di balik hukum.
Bagaimanakah kita dihakimi oleh motivasi kita atau perbuatan kita? Berilah
dukungan Alkitabiah untuk jawaban Anda. (Petunjuk: Lihat Yehezkiel 24:14). '
2. Jika dosa bukan hanya tindakan itu sendiri tetapi dimulai dalam pikiran,
kapankah suatu godaan bisa menjadi dosa?
3. Apakah perbedaan antara "berilah juga... pipi kirimu" atau
berjalan "sejauh dua mil" (Mat 5:38-42)
dan menjadi korban yang pasif? (Lihat diskusi hari Kamis mengenai
"pembalasan" Kristen).
Pertanyaan
Aplikasi:
1. Setelah membaca Matius 5:23-26 pertimbangkan seberapa jauh Anda harus pergi untuk mencoba memperbaiki
hubungan dengari seseorang yang menaruh dendam terhadap Anda? Bagaimanakah
kebutuhan rekonsiliasi mempengaruhi hubungan Anda dengan Tuhan?
2. Yesus membawa perintah untuk tidak terlalu jauh sehingga melakukan perzinaan
sesuai dengan perkataan bahwa siapa pun yang melihat dengan berahi telah
melanggar perintah ini. Apakah ajaran ini masih berlaku di dunia kita di mana
kita dibombardir oleh iklan yang dirancang untuk bermain pada hasrat seksual
kita?
3.
Menurut nasihat stiker populer "Jangan marah—jangan pernah" bagaimanakah kita bisa
mengatasi situasi yang membuat kita marah? Ajaran Yesus dalam Khotbah Atas
Bukit tidak memberitahu kita agar tenang menerima pelecehan, letapi
"membalas" dengan kebaikan yang tak terduga. Bagaimanakah hal ini
mungkin?
LANGKAH 4—MEMPRAKTIKKAN
Aktivitas: John memiliki tetangga yang menakutkan Pria itu membiarkan anjingnya
mengotori halaman John tanpa membersihkannya, memutar musik keras pada Jumat
malam sampai larut malam, dan bahkan terlihat dia melemparkan sampah melewati
tembok ke halaman John. Di kelas sarankan beberapa cara praktis di mana John
bisa "menimbun bara api di atas kepalanya" (Amsal 25:21 22).
No comments:
Post a Comment