Pelajaran 4 Triwulan II 2014 Dan Penuntun Guru

Kristus dan Hukum dalam Khotbah di Atas Bukit
Materi ini dalam bentuk Ebook/Epub untuk Ipad/Iphone/Samsung/Android download Di Sini.
Untuk pengguna Android gunakan aplikasi MoonReader atau FBReader yang dapat di download dari playstore.

SABAT PETANG
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Matius 5:17-20; Lukas 16:16; Matius 5:21-32; Roma 7:24; Matius 5:33-37; 5:38-48.
Ayat Hafalan: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meni­adakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meni­adakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepada­mu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi" (Matius 5:17,18).
Manakala kebanyakan orang berpikir tentang Khotbah di Atas Bukit, secara otomatis mereka memikirkan "Kata-kata Bahagia" (Mati­us 5:1-12). Walaupun demikian, Khotbah di Atas Bukit sebenarnya mencakup tiga pasal yang dibagi dalam empat bagian. Kata-kata Bahagia ha­nyalah terdiri dari satu bagian. Pada bagian kedua, Yesus membandingkan orang-orang Kristen dengan terang dan garam (Matius 5:13-16). Yang ketiga, Matius 5:17-48, adalah di mana Yesus memberikan kita suatu pandangan baru yang lebih dalam tentang hukum. Lalu, bagian yang terakhir dan terpanjang, Matius 6:1-7:23, di mana Yesus menyediakan pengajaran yang jelas tentang perilaku Kristen, Pembicaraan terakhir berakhir dengan perumpamaan tentang pembangun rumah yang bijak dan yang bodoh (Matius 7:24-27), yang mene­kankan pentingnya penurutan terhadap panggilan kita, yaitu apa yang Allah ' ingin kita lakukan.
Pekan ini kita akan menyelidiki bagian ketiga, Matius 5:17-48 (yang disebut oleh para ahli teologi sebagai antitesis, yaitu kasus-kasus di mana hal-hal yang bertentangan dengan tajam ditampilkan), untuk melihat apa yang diajarkannya bagi kita tentang hukum.
*Pelajarilah Pelajaran Pekan ini untuk Persiapan Sabat, 26 April.
Minggu, 20 April
"Satu Iota atau Satu Titik"
Bacalah kembali Matius 5:17-20. Betapa menariknya bahwa di sini Ye­sus dengan jelas menekankan tentang hukum, sementara dalam waktu bersamaan membuat pernyataan tertuju kepada para ahli Taurat dan orang Farisi yang juga terang-terangan menekankan pada hukum. Apa­kah yang ayat-ayat ini ajarkan tentang penurutan yang sejati terhadap hukum?
Matius 5:17-20
5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Yesus memulai bagian ini dengan kepastian bahwa Dia datang bukan untuk "meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi" (Matius 5:17). Banyak ahli kitab yakin bahwa ungkapan ini merupakan ungkapan formula yang merujuk kepada seluruh kitab Perjanjian Lama, sekalipun tidak ada referensi untuk hal tersebut {lihat juga Matius 7:12; 11:13; 22:40; Lukas 16:16; Kisah 13:15; 24:14; Roma 3:21). Mengabaikan tuntutan para penentang-Nya, Yesus tidak menyerang buku yang mengungkap kehendak Bapa-Nya. Sebagai gantinya, tujuan Yesus berada di bumi adalah untuk "memenuhi" hukum Taurat dan ki­tab para nabi, bukan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan buku ter­sebut.
Kata yang digunakan untuk "memenuhi" (plero) secara harfiah berarti "mengisi," atau "melengkapi." Ini membawa pengertian "mengisi sampai pe­nuh hingga ke puncaknya." Ada dua cara untuk mengerti kata memenuhi. Per­tama adalah dengan menempatkan penekanan pada Yesus sebagai pemenuhan Kitab Suci (contohnya Lukas 24:25-27, Yohanes 5:39). Kedua, kunci untuk mengerti ayat ini terletak pada latar belakang langsung dari ayat tersebut, yang menunjukkan bahwa Yesus datang bukan untuk menghancurkan Kitab Suci tetapi untuk mengungkapkan makna intinya.
Setelah membentuk keseluruhan maksud-Nya, Yesus memindahkan pene­kanan dari yang umum yaitu Perjanjian Lama kepada yang khusus yaitu hu­kum. Yesus tahu bahwa satu hari nanti orang akan menuduh atau menyatakan bahwa Dia telah meniadakan hukum, Dia mengamarkan bahwa selama langit dan bumi belum lenyap, hukum akan terus ada sebelum semuanya "terjadi" (Matius 5:18). Dengan pernyataan ini, Yesus menguatkan kekekalan hukum.
Bagi Yesus, hukum sangatlah penting sehingga mereka yang melanggar aturan-aturannya akan disebut sebagai yang "menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga" (Mat 5:19). Ini hanyalah satu gaya penyam­paian bahwa mereka yang seperti itu tidak akan berada dalam kerajaan Allah; di lain pihak, mereka yang melaksanakan hukum akan berada dalam kerajaan itu. Yesus dengan cepat menekankan bahwa Dia bukan mempromosikan kebe­naran yang kosong seperti para ahli Taurat dan orang Farisi, tetapi satu kebe uaran yang keluar dari dalam hati yang mengasihi Allah dan berusaha unluk melakukan kehendak-Nya.
Senin, 21 April
Pembunuhan (Matius 5:21-26)

Setelah Dia menjelaskan maksud-Nya menegakkan hukum, Yesus menjelas­kan satu kebenaran yang melebihi kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi. Dia mulai dengan mengutip perintah keenam (Keluaran 20:13) dan mering­kas dari hukum Musa, hukuman bagi pelanggaran perintah tersebut (Keluaran 21:12; Imamat 24:17).
Perintah keenam tidak merangkum semua kasus tentang seorang membu­nuh orang lain. Dalam kasus-kasus pembunuhan manusia, seorang pembunuh boleh lari ke kota perlindungan dan memperoleh suaka sementara (Keluar­an 21:13; Bilangan 35:12). Namun, seorang yang sengaja mengambil nyawa orang lain akan segera menerima penghukuman. Dalam penjelasan-Nya, Yesus tidak semata berpusat pada tindak pembunuhan tetapi pada motif dan tujuan seorang yang melakukan tindak pembunuhan. Seorang dapat dengan tidak se­ngaja mengambil nyawa orang lain, tetapi seorang yang bermaksud mengam­bil nyawa seseorang lain telah melewati satu masa perencanaan. Dalam kasus ini, dosa bahkan sudah terjadi sebelum orang itu melaksanakan perbuatan yang mengerikan. Banyak orang yang berencana membunuh tidak jadi membunuh hanya karena tidak ada kesempatan.
Bacalah Matius 5:22. Apakah yang Yesus setarakan dengan pembunuh­an? Bagaimanakah 1 Yohanes 3:15 menolong menekankan intinya? Apa­kah masalah utama di sini yang Yesus sedang tekankan dan apakah yang hal ini katakan pada kita tentang sentuhan sejati dari hukum Allah?
Matius 5:22
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

1 Yohanes 3:15
3:15 Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.


Walaupun Alkitab sering berbicara tentang kuasa kata-kata, di sini Yesus membawanya kepada tingkatan yang lebih dalam. Seringkah, maksud tunggal dari kata-kata yang tajam atau kutuk adalah untuk membangkitkan perasaan- perasaan negatif pada korbannya. Maksud Yesus di sini benar-benar jelas. Bu­kan hanya mereka yang melakukan kejahatan pembunuhan yang membunuh tetapi juga mereka yang berbicara kata-kata yang pedas kepada orang lain, atau bahkan mereka yang memikirkan pembunuhan. Yesus menasihatkan agar mereka yang memikirkan pemikiran-pemikiran seperti ini untuk datang berda- mai dengan para korban mereka sebelum mereka datang ke mezbah (Matius 5:23-26).
Tinggallah dalam maksud kata-kata Yesus pada ayat-ayat hari ini. Sudah sebaik apakah yang Anda lakukan terkait hal ini? Apakah yang standar setinggi itu katakan terhadap Anda tentang kebutuhan untuk di­lingkupi oleh kebenaran Yesus Kristus pada semua waktu?

Selasa, 22 April
Perzinaan (Matius 5:27-32)
Contoh yang Yesus berikan mencakup perintah tentang perzinaan. Pertama- tama Ia mengutip perintah ketujuh, jangan berzina. Daiam konteks hukum Musa, perzinaan terjadi ketika seorang yang telah menikah terlibat masalah seksual dengan seorang yang bukan pasangannya. Sangat jelas hukum itu kata­kan bahwa kedua orang yang terlibat dalam kesalahan perzinaan tersebut harus dijatuhi hukuman mati. Sama halnya seperti untuk hukum keenam, di sini Ye­sus pun memberikan implikasi lebih dalam lagi dari hukum yang satu ini.
Perzinaan seringkali terjadi jauh sebelum tindakan-tindakan tersebut dila­kukan. Dengan cara yang sama seperti pembunuhan yang berawal dari rencana untuk mencelakakan seseorang secara permanen, perzinaan bermula pada saat seseorang dengan berahinya menginginkan seorang lain yang bukan pasangan­nya, entah telah menikah atau belum.

Bacalah Matius 5:29, 30. Bagaimanakah Yesus dapat lebih keras lagi menggambarkan bahaya dosa? Setelah melihat ayat-ayat ini, bacalah Roma 7:24. Kebenaran-kebenaran apakah yang ditemukan di sini?

Matius 5:29, 30
5:29 Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.
5:30 Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.

Roma 7:24
7:24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?


Di sini juga, Yesus menyediakan satu obat instan bagi dosa-dosa yang di­nyatakan tersebut. Jalan keluarnya adalah bukan dengan mengikuti atau ber­pusat pada dosa itu sendiri, tetapi dengan mengadakan pembedahan pribadi yang radikal. Dengan kiasan yang kuat, Yesus menasihatkan apa yang penting untuk dilakukan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki masalah seperti itu jika rindu masuk dalam kerajaan itu. Hal ini dapat berarti mengam­bil rute berbeda untuk melanjutkan atau mengakhiri suatu persahabatan yang dihargai, namun mendapatkan yang kekal lebih berharga daripada keinginan- keinginan saat ini.
Seperti yang kita lihat sebelumnya, Musa mengizinkan perceraian sekalipun dia tahu bahwa itu bukanlah bagian rencana awal Allah. Setelah memberikan nasihat kepada pria-pria menikah yang mata mereka suka melirik dan menga­markan mereka untuk mengendalikan gerakan hati mereka, Yesus mendorong memberi semangat untuk kesetiaan terhadap keabadian pernikahan.

"Penyerahan kemauan digambarkan sebagai mencongkel mata atau memotong tangan. Berserah kepada kehendak Allah tampaknya bagi kita sering merupakan izin untuk mengalami kehidupan ini dengan kaki bun­tung atau timpang. Tetapi Kristus mengatakan, lebih baik diri buntung, luka, dan timpang jika dengan demikian engkau bisa masuk ke dalam kehidupan. Sehingga apa yang engkau lihat sebagai bencana adalah pin­tu kepada keuntungan yang paling tinggi."—Ellen G. White, Khotbah di Atas Bukit, hlm. 72. Implikasi apakah yang diberikan oleh kata-kata ini bagi Anda?
Rabu, 23 April
Janji-janji, Janji-janji... (Matius 5:33-37)
Dua antitesis awal (membunuh dan berzina) didasarkan atas Dekalog. An­titesis tentang perceraian dan hal-hal yang berikutnya diambil dari bagian- bagian lain hukum Musa, termasuk perihal bersumpah palsu dan melakukan pengangkatan sumpah kepada Tuhan.
Bacalah Imamat 19:11-13. Poin-poin spesifik apakah yang kita temu­kan di sini? Lihat juga Keluaran 20:7.
Imamat 19:11-13
19:11 Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.
19:12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.
19:13 Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya.

Keluaran 20:7
20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.


Hukum Musa, dari mana Yesus mengutip, didaftar dalam satu bagian ki­tab Imamat yang mengutuk sekumpulan.praktik yang menyimpang. Kembali di sini membuktikan bahwa perhatian Yesus adalah kepada tujuannya. Setiap orang yang membuat satu janji tanpa bermaksud untuk memenuhinya telah dengan sadar melakukan suatu keputusan untuk berdosa.
Meskipun perintah tentang bersumpah palsu berhubungan dengan janji yang dibuat bagi sesama manusia, perintah yang kedua berkaitan dengan janji-janji yang dibuat bagi Allah.
Bacalah Ulangan 23:21-23. Dalam cara apakah ayat-ayat ini berhu­bungan dengan kata-kata Yesus dalam Matius 5:33-37? Lihat juga Kisah 5:1-11.

Ulangan 23:21-23
23:21 "Apabila engkau bernazar kepada TUHAN, Allahmu, janganlah engkau menunda-nunda memenuhinya, sebab tentulah TUHAN, Allahmu, akan menuntutnya dari padamu, sehingga hal itu menjadi dosa bagimu.
23:22 Tetapi apabila engkau tidak bernazar, maka hal itu bukan menjadi dosa bagimu.
23:23 Apa yang keluar dari bibirmu haruslah kaulakukan dengan setia, sebab dengan sukarela kaunazarkan kepada TUHAN, Allahmu, sesuatu yang kaukatakan dengan mulutmu sendiri."

Matius 5:33-37
5:33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
5:34 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
5:35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
5:36 janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
5:37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Kisah 5:1-11.
5:1 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah.
5:2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?
5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."
5:5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.
5:6 Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya.
5:7 Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi.
5:8 Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian."
5:9 Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar."
5:10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya.
5:11 Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.


Tidak seperti kesalahan seorang karena bersumpah palsu, orang yang mem­buat janji dalam hal keuangan kepada Allah tidaklah semata-mata bermaksud untuk menipu. Walaupun demikian. Yesus mengetahui sifat alamiah dan perha­tian manusia berlawanan dengan janjinya, bahwa kemudian yang bersangkut­an bisa saja menyesal. Cerita tentang Ananias dan Safirayang membuat janji keuangan kepada Allah dan bermaksud untuk memenuhi janji mereka tetapi mengubah pikiran mereka dan menerima penghukuman Allah yang memati­kanadalah contoh yang sangat jelas tentang bagaimana melihat dosa seperti ini. Gantinya membuat janji yang tidak mampu untuk memenuhinya, seorang Kristen haruslah menjadi seorang berintegritas yang berkata "ya" berarti "ya" dan "tidak" berarti "tidak."

Pikirkanlah ketika Anda membuat suatu janji (entah kepada seseorang atau kepada Allah) yang Anda sendiri berencana untuk memenuhinya te­tapi akhirnya tidak dipenuhi. Bagaimanakah Anda belajar untuk berha­ti-hati tentang masalah ini? Bagaimanakah dengan janji-janji yang Anda buat bagi diri Anda sendiri yang Anda ingkari?

Kamis, 24 April
Lex Talionis (Matius 5:38-48)
Matius 5:38-48
5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
5:40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
5:41 Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."


Tampaknya bahwa tema umum di sini (Matius 5:38-48) adalah balas den­dam. Tema pertama ini adalah berhubungan dengan beberapa perintah dalam hukum Musa yang dibangun atas prinsip membalas kejahatan dengan hukum­an setimpal, satu paham yang disebut lex talionis, istilah bahasa Latin yang berarti "hukum pembalasan."

Seperti yang kita lihat dalam sejumlah ayat (Keluaran 21:22-25, Ima­mat 24:17-21, Bilangan 19:21), hukum ini menuntut bahwa yang melang­gar akan mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh sang korban. Jika si korban kehilangan satu mata, lengan, kaki, atau nyawamaka yang bersalah harus juga menerima hal yang sama. "Hukum pembalas­an" seperti ini adalah hal biasa di dalam beberapa masyarakat kuno. Mengapa tidak, karena hal ini tampaknya mengungkapkan satu prinsip keadilan yang sederhana?
Keluaran 21:22-25,
21:22 Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim.
21:23 Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa,
21:24 mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki,
21:25 lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.

Ima­mat 24:17-21,
24:17 Juga apabila seseorang membunuh seorang manusia, pastilah ia dihukum mati.
24:18 Tetapi siapa yang memukul mati seekor ternak, harus membayar gantinya, seekor ganti seekor.
24:19 Apabila seseorang membuat orang sesamanya bercacat, maka seperti yang telah dilakukannya, begitulah harus dilakukan kepadanya:
24:20 patah ganti patah, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat kepadanya.
24:21 Siapa yang memukul mati seekor ternak, ia harus membayar gantinya, tetapi siapa yang membunuh seorang manusia, ia harus dihukum mati.

Bilangan 19:21
19:21 Itulah yang harus menjadi ketetapan bagi mereka untuk selama-lamanya. Orang yang menyiramkan air penyuci itu, ia harus mencuci pakaiannya, dan orang yang kena kepada air penyuci itu, ia menjadi najis sampai matahari terbenam.


Penting untuk menyadari bahwa prinsip ini adalah untuk membatasi pemba­lasan, yaitu, menjaga seorang agar tidak mendapatkan lebih daripada yang dia layak dapatkan karena kesalahan yang dilakukannya. Jadi, dalam banyak hal, hukum ini adalah untuk menjaga agar keadilan tidak keluar dari jalur.
Oleh karena itu, dalam Matius 5:38-42, Yesus tidak menyerang keabsahan hukum yang menuntut seorang untuk dihukum oleh karena suatu kejahatan. Sebaliknya, Yesus lebih berfokus pada respons orang Kristen terhadap orang yang mencoba mencari keuntungan dari hukum itu. Gantinya berusaha balas dendam, orang Kristen harus "membalas" dengan kebaikan, suatu yang hanya dapat kita lakukan melalui kasih karunia Allah yang bekerja di dalam kita. Da­lam panggilan ini. Yesus membawa pengertian kita kepada tingkat yang lebih dalam tentang apa artinya menjadi pengikut Tuhan.
Antitesis terakhir yang Yesus sampaikan adalah perilaku yang mendorong kasih kepada sahabat dan rasa benci kepada musuh. Perintah untuk mengasihi sesama terdapat dalam Imamat 19:18. Tidak ada ayat yang jelas tentang mem­benci sesama, sekalipun Ulangan 23:3-6.
Dalam konteks di masa Yesus, orang Yahudi berada di bawah kekuasaan penjajah Roma dan masyarakat kelas dua di tanah mereka sendiri. Karena mendapatkan tekanan, mereka barangkali berpikir bahwa adil untuk memben­ci musuh mereka, yang saat itu dengan kejam menekan mereka. Yesus menunjukkan pada mereka cara yang lebih baik untuk hidup, sekalipun mereka dalam keadaan yang lebih rendah daripada keadaan yang ideal.

Bacalah Matius 5:44, 45. Apakah yang sedang Yesus katakan bagi kita di sini? Lebih penting lagi, dengan cara bagaimana Anda dapat mene­rapkan ajaran ini dalam kehidupan Anda dan tindakan Anda terhadap orang yang melakukan kesalahan terhadap Anda?
Matius 5:44, 45
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Jumat, 25 April
Pendalaman Ellen G. White, "Khotbah di Atas Bukit" hlm. 3 17-335 dalam Alfa dan Omega, jld. 5.
"Yesus mengambil hukum itu secara terpisah, dan menerangkan dalam dan lebarnya tuntutannya. Gantinya menghapuskan satu iota dari kekuasaannya, la menunjukkan be­tapa luas daya cakup prinsip-prinsip itu. dan menunjukkan kesalahan orang Yahudi da­lam penurutan mereka secara lahir. Dikatakan-Nya bahwa oleh pikiran jahat atau pan­dangan hawa nafsu, hukum Allah telah dilanggar. Barangsiapa yang menggabungkan diri kepada perbuatan yang tidak adil yang kecil berarti melanggar hukum dan meren­dahkan akhlaknya sendiri. Pembunuhan yang mula-mula terjadi dalam pikiran. Barang­siapa yang memberikan tempat kebencian di dalam hatinya ialah meletakkan kakinya pada jalan pembunuhan, dan persembahannya ialah kebencian kepada Allah."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 330.
Kasih adalah dasar yang mengikat dalam hukum Allah. Dalam setiap antitesis, Yesus mengangkat prinsip kasih: Kasih menjauhkan seseorang dari memelihara kebencian terhadap saudara atau saudarinya; kasih membuat pasangan suami istri tetap bersama; kasih memberikan tantangan kepada orang Kristen untuk selalu jujur terhadap Allah dan orang lain; kasih menyanggupkan seseorang untuk berbuat baik ketika ia diperla­kukan dengan tidak baik; dan kasih menyanggupkan seseorang untuk memperlakukan musuh sekalipun seperti dirinya sendiri ingin diperlakukan.
Pertanyaan-pertanyaan Diskusi:
1.      Dalam bagian pekan ini, Yesus berkata, "Kamu telah mendengar fir­man," dan setelah itu Dia berkata, "Tetapi Aku berkata kepadamu," lalu kemudian memberikan antitesis. Perhatikan bahwa beberapa dari perkataan "firman" adalah kutipan langsung Alkitab atau diam­bil dari ajaran Perjanjian Lama. Jadi, masalahnya adalah bukan pada sumbernya melainkan tentang bagaimana itu ditafsirkan. Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari sini tentang bagaimana cara kita menafsir ayat-ayat tersebut? Seberapa seringkah kita mungkin bera­da dalam bahaya dengan melihat hal-hal ini secara dangkal dan kehi­langan pengertian yang lebih dalam?
2.      Banyak yang telah jatuh dalam jerat menafsir ayat-ayat Alkitab ter­lepas dari ayat-ayat lainnya. Salah satu ayat tersebut adalah Matius 5:48, di mana dikatakan agar kita menjadi sempurna sama seperti Bapa di surga sempurna adanya. Bagaimanakah penafsiran ayat ini sesuai dengan konteksnya (Mat. 5:43-48) menunjukkan betapa pen­tingnya belajar Alkitab dengan teliti? Bagaimanakah Anda bereaksi kepada seseorang yang menyatakan bahwa ayat ini mengajarkan ten­tang keberadaan kita yang seharusnya tidak berdosa? Apakah yang sebenarnya diajarkan oleh ayat ini, dan mengapakah pengajaran ini mengungkapkan arti sebenarnya dari mengikut Yesus?

Matius 5:43-48
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

3.      Bagaimanakah ayat-ayat yang kita pelajari, khususnya tentang membunuh dan berzina, menolong menunjukkan betapa salahnya mereka yang menyatakan bahwa hukum telah ditiadakan di salib?


PENUNTUN GURU

Ringkasan Pelajaran
Ayat inti: Matius 22:37
Anggota Kelas Akan:
Mengetahui: Mengakui bahwa Yesus datang bukan untuk merusak hukum tetapi
untuk menyatakan esensi atau hakikatnya yang terdalam.
Merasakan: Merasakan bahwa hukum dimaksudkan bukan sekadar perbuatan te­tapi juga motif.
Melakukan: Memperagakan perbuatan, pemikiran, dan motif yang dipimpin oleh Roh Kudus, daripada ketaatan secara lahiriah.
Garis Besar Pelajaran:
I.        Mengetahui: Memelihara Hukum adalah Pekerjaan Hati.
A.    Mengapa musuh-musuh Yesus mengklaim bahwa Yesus telah me­musnahkan hukum?
B.    Apakah arti "memenuhi" dalam Matius 5:18?
C.    Bagaimanakah cara Yesus memelihara hukum berbeda daripada cara para ahli Taurat dan orang Farisi memelihara hukum?
II.      Merasakan: Motif adalah Segalanya.
A.    Sebagian orang mungkin telah menuduh Yesus bersikap lunak ter­hadap dosa. Bagaimanakah pengajaran tegas Yesus dalam Matius 5:29, 30 menunjukkan bahwa Yesus sangat membenci dosa?
B.    Bagaimanakah para murid merasakan ajaran Yesus tentang motiva­si memelihara hukum (Matins 19:10)1
C.    Bagaimanakah pengembangan perintah Yesus terhadap sumpah palsu dalam Matius 5:33-37 menunjukkan kepada kita bahwa hu­bungan kita terhadap satu sama lain dan terhadap Tuhan harus ber­dasarkan pada lebih daripada sekadar suatu perasaan yang berubah- ubah atau yang naik turun?
III.    Melakukan: Berserah kepada Pekerjaan Roh Kudus
A.    Mengapa tampaknya kita lebih suka memiliki daftar hal-hal untuk ditandai daripada memiliki motif kita yang berubah?
B.    Bagaimanakah saya bisa hidup sehingga "ya" akan berarti "ya" dan "tidak" akan berarti "tidak" tanpa harus bersikap seperti mengucap­kan sumpah untuk membuat orang lain percaya kepada saya?
Rangkuman: Yesus menunjukkan dalam ajaran-Nya dalam Khotbah di Atas Bu­kit bahwa Dia datang bukan untuk menyingkirkan hukum Taurat. Melainkan, Dia datang untuk membesarkan hukum dan menunjukkan perlunya kehadiran Roh Kudus untuk memeliharanya.
Siklus Belajar
LANGKAH 1—Motivasi Fokus Alkitab: Matius 22:37
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Hukum Allah tidak dapat dilihat hanya sebagai seperangkat aturan. Hal ini adalah sebuah panggilan untuk komitmen gaya hidup yang lengkap, yang diberdayakan oleh Roh Kudus di mana perbuatan, pemikiran yang terdalam serta motivasi kita, akan dipimpin oleh Roh Kudus.
Untuk Guru: Dalam pelajaran pekan ini, kita memahami jangkauan hukum Al­lah yang luas dan pendekatan yang harus kita ambil untuk itu. Kita melihat bahwa hukum Allah tidak dimaksudkan untuk diperdebatkan secara teoritis tetapi harus menembus hati kita.
Diceritakan seorang kaya yang memiliki rumah mewah yang terletak di sisi se­buah gunung yang tinggi. Satu-satunya cara untuk mencapai rumah itu ialah mela­lui jalan di sisi gunung yang berbahaya dan dengan tebing yang curam di satu sisi. Orang kaya itu membutuhkan seorang sopir baru dan mengiklankan pekerjaan itu. Tiga orang menanggapi iklan tersebut. Tom, orang .pertama yang akan diwawan­carai, cukup percaya diri, apalagi, ia pernah menjadi seorang pembalap. Anehnya, selama wawancara orang kaya itu hanya menanyakan satu pertanyaan:'"Seberapa dekat ke tepi jurang Anda bisa mengemudi" Tom merasa bahwa inilah saatnya mem­beritahukan kepada orang kaya itu tentang keahliannya mengendalikan kendaraan dan menunjukkan bahwa ia tidak pernah kalah dalam perlombaan atau kehilangan kendali atas mobil balapnya, bahkan pada saat kecepatan yang tinggi sekalipun. "Te­tapi seberapa dekat Anda bisa mengemudi?" Desak orang kaya itu. Setelah melaku­kan beberapa perhitungan dalam benak dengan cepat Tom menjawab: "Saya pikir saya mampu menangani kendaraan sampai 1 meter (tiga kaki) dari tepi." Sam, orang yang akan diwawancarai berikutnya, bahkan lebih percaya diri lagi. Apalagi, dia te­lah melakukan berbagai aksi mengemudi untuk sebuah .film. Dia tak kenal takut di belakang kemudi. Ketika ditanya seberapa dekat ke tepi tebing dia bisa mengemudi, ia dengan cepat menjawab: "Saya bisa membawa kendaraan apa pun hingga sete­ngah meter (satu setengah kaki) dari tepi dan bahkan ada roda yang agak terpeleset di bagian samping tanpa masalah" Joe!, orang terakhir diwawancarai, tidak memi­liki klaim keahlian atau kecakapan khusus dalam mengemudi. "Jadi Joe, seberapa dekatkah Anda ke tepi tebing bisa mengemudi?" Tanya orang kaya itu. "Saya tidak tahu. Pak. Saya takut pada ketinggian, jadi saya hanya akan berada sejauh mungkin dari tepi." Joe pun mendapatkan pekerjaan itu.
Pembuka Diskusi: Setelah membagikan cerita yang disajikan di atas, mintalah anggota kelas, apakah mereka setuju dengan pilihan orang kaya itu untuk supirnya. Sikap apa yang ditampilkan oleh Tom, Sam. dan Joe.terhadap hukum gravitasi? Apalagi, tidak satu pun dari mereka dengan sengaja berencana untuk melanggar peraturan keselamatan mengemudi.
Diskusi: Bagaimanakah sikap Tom dan Sam mirip dengan pemikiran orang Ya­hudi tentang hukum Taurat pada zaman Kristus?
LANGKAH 2—Menyelidiki
Komentar Alkitab
I.        Khotbah Kerajaan Allah
(Pelajari kembali Matins 5:17-48 dengan anggota kelas).
Matius 5:17-48 menggambarkan saat pelayanan Yesus yang penting dan bagi­an yang lebih besar dari Khotbah di Atas Bukit. Berada secara kronologis di awal pelayanan-Nya, ide-ide dan konsep yang terkandung dalam bagian ini mewakili ja­lur amsal atau ibarat di atas pasir sebagaimana Yesus membedakan kerajaan Allah dari penguasa dunia ini. Kerajaan Allah adalah garam dan terang dan terdiri dari orang-orang yang rela membuat suatu perbedaan (Matius 5:13-16).
Ya dari awal. Yesus melemparkan pertanyaan yang mungkin muncul di benak orang-orang Farisi dan ahli Taurat karena mereka pasti mendengarkan dengan sa­ngat hati-hati kepada rabi muda dari Nazaret. '"Jangan menyangka bahwa Aku da­tang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya " (Mat 5:17). Istilah Yunani yang diterjemahkan "meniadakan" juga dapat diterjemahkan "membatalkan," "mengha­puskan," "menghancurkan," atau "membongkar." Yesus datang bukan untuk meng­hancurkan atau meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi (yang adalah istilah untuk wahyu Ilahi yang lengkap tentang Perjanjian Lama, dengan kata lain. Kitab Suci), Dia datang untuk menggenapi.
Ya, pada saat ini akan lebih baik berhenti sejenak dan mempertimbangkan eti­mologi Yunani "memenuhi." Bentuk Bahasa Yunani menggenapi berhubungan erat dengan mengisi, dan terjemahan Perjanjian Lama bahasa Yunani (LXX atau Septua- ginta) menggunakan persis kata kerja ini untuk menggambarkan perintah Pencipta bagi ciptaan-Nya untuk memenuhi bumi (Kej. 1:22,28). Firman yang berinkarnasi menciptakan dunia melalui firman-Nya (Yohanes 1:1-3) mengisi bagian yang ko­song dengan perintah "jangan engkau membunuh" atau yang sederhana "janganlah engkau berzina" dibiarkan terbuka. Akal manusia akan menemukan perintah-perin- tah ini cukup jelas, namun. Yesus sebagai Pemberi hukum menggali lebih dalam.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Mengapakah Yesus menekankan bahwa Kerajaan Allah sudah datang?
II.      "Kamu Sudah Mendengar... Tetapi Aku Berkata Kepada mu."
(Pelajarilah enam antitesis yang diusulkan Yesus dalam Matius 5 dengan anggota kelas).
Yesus menggunakan enam antitesis yang membantu kita untuk memahami bah­wa tindakan ini hanyalah salah satu unsur ketaatan manusia kepada hukum Taurat Yesus tidak hanya mengingatkan kita bahwa Allah menganggap motivasi dan pikir­an sama pentingnya dengan tindakan, tetapi juga menggunakan struktur antitesis. Ia juga secara tidak langsung mengklaim sebagai Pemberi Hukum Ilahi. Antitesis melingkupi pembunuhan (Mathts 5:21-26), perzinaan (Matins 5:27-30), percerai­an (Matius 5:31, 32), sumpah (Matius 5:33-37), pembalasan (Matius 5:38-42), dan cinta kasih terhadap musuh (Matius 5:43-47). Hal ini-sangat penting untuk dicatat bahwa tidak semua contoh mewakili Sepuluh Hukum Allah. Perceraian dan sumpah dapat diklasifikasikan sebagai hukum sipil, sedangkan pembalasan dan mengasihi musuh harus dianggap menjadi dasar teologi (atau filosofi). Yesus sangat sengaja memilih tingkat yang berbeda dari hukum Jlahi untuk mengesankan pada pendengar-Nya pada fakta bahwa pemeliharaan hukum tanpa Sang Pemberi hukum tidak dapat dalam pemikiran manusia. Dengan kata lain: dengan menyertakan pemikiran, sikap, dan motivasi yang mendasari dalam hukum. Yesus dengan jelas menyoroti kemustahilan manusia—Anda dan sayamampu memelihara hukum (pada semua level yang berbeda dan motivasinya) oleh diri kita sendiri. Bahkan dengan niat ter­baik kita menemukan diri kita di kaki Sang Pemberi hukum yang melangkah dari Sinai ke Golgota untuk menyediakan teladan dan keselamatan yang sempurna yang tersedia bagi semua orang yang menerima karunia-Nya.
Pertimbangkanlah Hal Ini: Dalam hal apakah Yesus menantang kita untuk memelihara hukum lebih ketat daripada yang dilakukan oleh orang-orang Farisi?

III. "Karena itu Haruslah Kamu Sempurna, Sama Seperti Bapamu yang di Sorga adalah Sempurna."
(Pelajari kembali Matins 5:48 dengan anggota kelas).
Bagian sangat penting ini diakhiri dengan pernyataan lainnya yang menggon- cang fondasi kita dan, sayangnya, seringkah digunakan di luar konteks. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matins 5:48). Bayangkan, bagaimanakah perasaan para pendengar Yesus saat mere­ka mencerna pernyataan terakhir ini. Apakah mereka melihat Dia dengan mata yang tidak percaya? Apakah mereka mengepalkan tangan mereka dengan erat saat mere­ka menatap-Nya dengan mulut yang ternganga? Bagaimana perasaan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat pada saat mereka mendengar Yesus menjabarkan hukum secara terperinci, yang diakhiri dengan suatu perintah untuk memiliki kesempurnaan Ilahi? Apakah mereka menggeleng-gelengkan kepala mereka dalam ketidaksetujuan atau mengangguk dengan setuju atau penegasan yang tenang?
Yesus menyoroti dua bidang kesempurnaan: "Haruslah kamu sempurna" me­rujuk kepada para pendengar-Nya. Hal ini berkaitan dengan bidang kesempurna­an yang lainnya, "sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." Ellen G. White menyatakan. "Dan sebagaimana Allah sempurna di dalam keadaan-Nya. de­mikian pula kita harus menjadi sempurna di dalam keadaan kita " (Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 203) jelas menyinggung tentang dua tingkat kesempurnaan yang berbe­da. Ulangan 32:4 menggambarkan kesempurnaan Allah: Dia adalah "Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna," sementara Yesaya 64:6 menggarisbawahi fakta bahwa "kesalehan kami seperti kain kotor." Yesus Sang Pemberi Hukum. Pencipta, dan Juruselamatbagaimanapun juga, menjembatani jurang pemisah yang memi­sahkan kekurangsempurnaan kita dengan kesempurnaan Allah yang penuh. "Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu'" (Yolianes 17:23). Maka, kesempurnaan Alkitabiah, memiliki dua tingkatan. Kesatu­an Allah yang sempurna dalam Ketuhanan dan kesatuan sempurna manusia dengan Kristus.
Berikut adalah ilustrasi yang dapat membantu kesempurnaan kesatuan antara manusia dengan Kristus yang diambil dari Robert J. Ross "Perfection" dalam Ad- ventist World (Desember 2009) hlm. 21. "Para ilmuwan baru-baru ini menemukan cara pertama untuk membuat permukaan kaca mesin yang benar-benar 100 persen rata dan halus. Begitu rata dan halusnya ketika dua dari lembaran kaca yang tebal meluncur satu dengan lainnya memindahkan semua udara, ikatan di antara molekul menjadi begitu besar sehingga hampir mustahil untuk memisahkan kedua lembar kaca. Kaca-kaca benar-benar menyatu. Kesatuan yang sempurna antara Yesus de­ngan Bapa melalui ketaatan-Nya di bumi ini menjadi jubah kita, kebenaran-(Nya) akan diperhitungkan kepada kita hingga kekekalan. Kebenaran yang ingin ditanam- kan-Nya kepada kita adalah kesempurnaan kesatuan yang dapat kita miliki melalui Roh-Nya yang memimpin. Ketaatan yang dimotivasi oleh kasih sejati memungkin­kan Nya setiap hari untuk mengasah dan memoles kita sampai kita benar-benar teri­kat satu di dalam Dia bahwa kita akan hampir tidak mungkin untuk dipisahkan."
Pertimbangkanlah Hal Ini: Bagaimanakah Khotbah di atas Bukit secara kese­luruhan membantu kita memahami panggilan Yesus untuk menjadi sempurna?
LANGKAH 3—MENERAPKAN
Pertanyaan untuk Dipikirkan:
1.       Dalam ajaran Yesus pada Matius 5, Ia menekankan motivasi dan pikiran di ba­lik hukum. Bagaimanakah kita dihakimi oleh motivasi kita atau perbuatan kita? Berilah dukungan Alkitabiah untuk jawaban Anda. (Petunjuk: Lihat Yehezkiel 24:14).         '
2.       Jika dosa bukan hanya tindakan itu sendiri tetapi dimulai dalam pikiran, kapan­kah suatu godaan bisa menjadi dosa?
3.       Apakah perbedaan antara "berilah juga... pipi kirimu" atau berjalan "sejauh dua mil" (Mat 5:38-42) dan menjadi korban yang pasif? (Lihat diskusi hari Kamis mengenai "pembalasan" Kristen).
Pertanyaan Aplikasi:
1.       Setelah membaca Matius 5:23-26 pertimbangkan seberapa jauh Anda harus pergi untuk mencoba memperbaiki hubungan dengari seseorang yang menaruh dendam terhadap Anda? Bagaimanakah kebutuhan rekonsiliasi mempengaruhi hubungan Anda dengan Tuhan?
2.       Yesus membawa perintah untuk tidak terlalu jauh sehingga melakukan perzina­an sesuai dengan perkataan bahwa siapa pun yang melihat dengan berahi telah melanggar perintah ini. Apakah ajaran ini masih berlaku di dunia kita di mana kita dibombardir oleh iklan yang dirancang untuk bermain pada hasrat seksual kita?
3.       Menurut nasihat stiker populer "Jangan marahjangan pernah" bagaimana­kah kita bisa mengatasi situasi yang membuat kita marah? Ajaran Yesus dalam Khotbah Atas Bukit tidak memberitahu kita agar tenang menerima pelecehan, letapi "membalas" dengan kebaikan yang tak terduga. Bagaimanakah hal ini mungkin?
LANGKAH 4—MEMPRAKTIKKAN

Aktivitas: John memiliki tetangga yang menakutkan Pria itu membiarkan an­jingnya mengotori halaman John tanpa membersihkannya, memutar musik keras pada Jumat malam sampai larut malam, dan bahkan terlihat dia melemparkan sam­pah melewati tembok ke halaman John. Di kelas sarankan beberapa cara praktis di mana John bisa "menimbun bara api di atas kepalanya" (Amsal 25:21 22).

No comments:

Post a Comment