Pelajaran 1 Triwulan II 2014

Keith Augustus Burton adalah profesor ilmu agama di Universitas Oakwood di mana dia juga melayani sebagai koordinator Pusat Hubungan Orang Advent dan Muslim (Center for Adventist-Muslim Relations). Disertasi pendidikan strata tiga (S3)-nya di Universitas Northwestern dipusatkan pada peran hukum dalam surat Paulus bagi orang-orang Kristen di Roma.

Pelajaran 1
29 Maret-4 April*

Hukum-hukum di Zaman Kristus
Materi ini dalam bentuk ebook/epub untuk Ipad, Iphone. Samsung dan Android download di sini

Sabat Petang
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Lukas 2:1 -5; Ibrani 10:28; Ulang­an 17:2-6; Imamat 1:1-9; Lukas 14:1-6; Yakobus 2:8-12.
Ayat Hafalan: "Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Tau­rat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hu­kum Taurat bagi diri mereka sendiri"(Roma 2:14).


Dalam hampir semua kumpulan masyarakat, berbagai hukum digunakan pada saat bersamaan. Ada hukum-hukum umum yang berlaku pada se­tiap orang; dan pada saat bersamaan, ada hukum-hukum setempat yang berlaku dalam satu komunitas tetapi tidak berlaku dalam komunitas lainnya.
Dalam zaman Perjanjian Baru, ketika seorang menggunakan kata umum un­tuk "hukum" {nomos dalam bahasa Yunani, lex dalam bahasa Latin, dan Torah dalam bahasa Ibrani), orang tersebut bisa saja sedang merujuk pada salah satu dari sekian banyak hukum. Sering kali satu-satunya petunjuk bagi hukum ter­tentu'yang sedang dibicarakan adalah konteks percakapan itu sendiri. Jadi, di saat kita mempelajari pelajaran triwulan ini, kita harus terus menyimpan kon­teks langsung (konteks utama) dalam benak, sehingga dengan baik dapat me­ngerti hukum apa yang sedang dibicarakan.
Pelajaran pekan ini menyelidiki berbagai hukum yang berlaku di masyara­kat pada zaman Kristus dan gereja yang mula-mula. Kita akan mempelajari pelbagai hukum tersebut tetapi hanya dalam konteks yang dapat menolong kita meletakkan fondasi bagi penelitian tentang hukum yang akan menjadi fokus utama pelajaran triwulan ini, yaitu hukum moral Allah, Sepuluh Hukum.
*Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk persiapan bagi Sabat, 5 April.

Minggu, 30 Maret   Hukum Roma

Bacalah Lukas 2:1-5. Pelajaran-pelajaran apa sajakah yang dapat kita peiajari dari cara-cara berinteraksi dua pengikut Tuhan yang setia ini de­ngan lingkungan politik mereka?
Lukas 2:1-5

2:1. Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.
2:2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.
2:3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.
2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud--
2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.

Sejak zaman republik yang mula-mula, orang-orang Roma telah menyadari betapa pentingnya hukum-hukum tertulis bagi keteraturan pemerintahan ma­syarakat. Faktanya, sistem hukum konstitusional yang dibentuk oleh orang- orang Roma tetap menjadi dasar sistem hukum yang banyak ditemukan dalam masyarakat demokratis saat ini.
Bagi hampir semua bagian, Romawi mengizinkan kerajaan-kerajnan jajah­an untuk mempertahankan kebiasaan-kebiasaan mereka sendiri, tetapi semua yang ditaklukkan diharapkan tunduk kepada hukum kekaisaran dan pembuat hukum. Sudah tentu, termasuk juga Yusuf dan Maria.
Hukum Roma berkenaan dengan aturan dalam masyarakat. Hukum itu ti­dak hanya tertuju pada hal-hal pemerintahan, tetapi juga pada perilaku hukum dalam ruang lingkup setempat. Sebagai tambahan, terkait tata cara pemilihan orang untuk jabatan publik, hukum Roma juga berhubungan dengan hul-hal seperti perzinaan dan hubungan tuan dengan hamba. Banyak aturan sosial mi­rip dengan apa yang ada dalam Perjanjian Lama dan masyarakat lainnya.
Semua usaha untuk mengerti kebudayaan sebagaimana telah tersusun pada kitab Perjanjian Baru harus memperhitungkan kenyataan bahwa Kekaisaran Romawi telah membentuk latar belakang politik bagi dunia yang dalamnya Yesus dan gereja yang mula-mula pernah hidup. Banyak hal yang terjadi dalam perjanjian baru mulai dari kematian Yesus sampai pada pemenjaraan Paulus, akan memberi makna yang lebih jelas ketika kita dapat memahami lingkungan di zaman mereka. Tentu seseorang tidak perlu menjadi ahli sejarah Roma un­tuk memahami bahwa kita membutuhkan keselamatan. Walaupun demikian, kalau kita dapat memperolehnya, maka pengetahuan sejarah tentu akan sangat membantu.

Terlepas dari pemeliharaan yang ajaib dalam kehamilan Maria dan campur tangan Tuhan yang jelas dalam kehamilan itu, dua orang terse­but (Yusuf dan Maria) tetap patuh pada hukum negara yang menuntut mereka meninggalkan rumah mereka, bahkan ketika Maria sedang ha­mil tua. Mengingat keadaan yang luar biasa itu, bukankah akan lebih baik untuk tinggal saja di rumah? Apakah yang dikatakan oleh tindakan mereka kepada kita tentang bagaimana kita harus berperilaku terhadap hukum sipil? (Pikirkanlah bahwa begitu mudah bagi mereka untuk ber­alasan agar tidak menurut).
Senin, 31 Maret  Hukum Musa: Sipil
Sekalipun orang-orang Yahudi berada di bawah pemerintahan Bangsa Roma pada zaman Yesus, mereka diberikan kewenangan terkait hal-hal khusus se­hubungan dengan adat-istiadat dan agama mereka (lihat Kisah 18:15). Badan legislatif yang bertanggungjawab untuk mengatur hukum Yahudi disebut San- hedrin. Dewan ini terkadang disebut juga mahkamah (Yohanes 11:47, Kisah 5:27), mahkamah Sanhedrin terdiri dari 71 orang yang dipilih dari antara para imam, tua-tua, serta para rabi dan diketuai oleh imam besar. Dewan ini ber­fungsi sebagai mahkamah tertinggi yang berhubungan dengan kebiasaan-kebi­asaan, adat-istiadat, dan hukum-hukum orang Yahudi.
Hukum kemasyarakatan Yahudi didirikan atas undang-undang sipil yang di­nyatakan dalam lima kitab Musa. Karena Musa adalah penulis lima kitab per­tama dalam Alkitab, hukum-hukum tersebut dianggap sebagai hukum Musa. Ketika Allah awalnya memberikan hukum-hukum tersebut kepada Musa, Dia mendambakan satu negara di mana Dia akan menjadi Kepalanya dan rakyatnya akan menjalankan perintah legal-Nya. Pada zaman Yesus, orang-orang Yahudi tunduk kepada hukum Roma. Walaupun demikian, pemerintah Romawi meng­izinkan mereka menggunakan hukum Musa untuk mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan mereka. Dengan demikian pe­kerjaan Sanhedrin secara istimewa begitu penting.
Perjanjian Baru menyediakan beberapa contoh hukum Musa diaplikasikan atau dihubungkan dengan kewarganegaraan: Para lelaki Yahudi masih tetap membayar pajak Bait Suci sejumlah setengah syikal (Matius 17:24-27; Kelu­aran 30:13); semua perceraian diatur oleh ketentuan-ketentuan yang ditetap­kan oleh Musa (Matius 19:7; Ulangan 24: 1-4); rakyat masih tetap taat kepada hukum pernikahan levirat, yaitu seorang janda menikahi saudara lelaki suami­nya (Matius 22:24; Ulangan 25:5); bocah lelaki disunat pada hari kedelapan setelah kelahiran (Yohanes 7:23; Imamat 12:3); dan para pezina dihukum de­ngan cara dilontari batu (Yohanes 8:5; Ulangan 22:23, 24).
Bacalah Matius 26:59-61, Ibrani 10:28, dan Ulangan 17:2-6. Apakah prinsip penting yang terlihat di sini? Apakah yang hal ini katakan kepada kita tentang konsep Alkitab perihal peradilan dan keadilan?
Matius 26:59-61,
26:59 Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati,
26:60 tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang,
26:61 yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."
Ibrani 10:28,
10:28 Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi.
Ulangan 17:2-6
17:2 "Apabila di tengah-tengahmu di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjian-Nya,
17:3 dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu;
17:4 dan apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang Israel,
17:5 maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu sampai mati.
17:6 Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia dihukum mati.
Bacalah beberapa undang-undang sipil yang ada dalam buku-buku Al­kitab yang paling awal. Beberapa dari hukum tersebut terlihat aneh bagi kita, bukankah demikian? (Lihatlah, contohnya Ulangan 21). Mengingat siapa pengarang hukum-hukum tersebut, apakah yang semestinya hal ini ajarkan kepada kita tentang bagaimana kita harus belajar untuk percaya kepada Tuhan dalam segala hal, khususnya untuk hal-hal yang tidak se­penuhnya kita mengerti?
Selasa, 1 April   Hukum Musa: Upacara

Bacalah Imamat 1:1-9; 2:14-16; 5:11-13. Kepada apakah hukum-hu­kum ini sedang merujuk? Apakah tujuan hukum itu? Kebenaran-kebe­naran penting apa sajakah yang perlu diajarkan?
Imamat 1:1-9; 2:14-16; 5:11-13
1:1. TUHAN memanggil Musa dan berfirman kepadanya dari dalam Kemah Pertemuan:
1:2 "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila seseorang di antaramu hendak mempersembahkan persembahan kepada TUHAN, haruslah persembahanmu yang kamu persembahkan itu dari ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba.
1:3. Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia.
1:4 Lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pendamaian baginya.
1:5 Kemudian haruslah ia menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN, dan anak-anak Harun, imam-imam itu, harus mempersembahkan darah lembu itu dan menyiramkannya pada sekeliling mezbah yang di depan pintu Kemah Pertemuan.
1:6 Kemudian haruslah ia menguliti korban bakaran itu dan memotong-motongnya menurut bagian-bagian tertentu.
1:7 Anak-anak imam Harun haruslah menaruh api di atas mezbah dan menyusun kayu di atas api itu.
1:8 Dan mereka harus mengatur potongan-potongan korban itu dan kepala serta lemaknya di atas kayu yang sedang menyala di atas mezbah.
1:9 Tetapi isi perutnya dan betisnya haruslah dibasuh dengan air dan seluruhnya itu harus dibakar oleh imam di atas mezbah sebagai korban bakaran, sebagai korban api-apian yang baunya menyenangkan bagi TUHAN.

2:14 Jikalau engkau hendak mempersembahkan korban sajian dari hulu hasil kepada TUHAN, haruslah engkau mempersembahkan bulir gandum yang dipanggang di atas api, emping gandum baru, sebagai korban sajian dari hulu hasil gandummu.
2:15 Haruslah kaububuh minyak dan kautaruh kemenyan ke atasnya; itulah korban sajian.
2:16 Haruslah imam membakar sebagai ingat-ingatannya, sebagian dari emping gandumnya dan minyaknya beserta seluruh kemenyannya sebagai korban api-apian bagi TUHAN."

5:11 Tetapi jikalau ia tidak mampu menyediakan dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, maka haruslah ia membawa sebagai persembahannya karena dosanya itu sepersepuluh efa tepung yang terbaik menjadi korban penghapus dosa. Tidak boleh ditaruhnya minyak dan dibubuhnya kemenyan di atasnya, karena itulah korban penghapus dosa.
5:12 Lalu haruslah itu dibawanya kepada imam dan imam itu haruslah mengambil dari padanya segenggam sebagai bagian ingat-ingatannya, lalu membakarnya di atas mezbah di atas segala korban.
5:13 Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosanya dalam salah satu perkara itu, sehingga ia menerima pengampunan. Selebihnya adalah bagian imam, sama seperti korban sajian."


Di samping hukum-hukum sipil di dalam masyarakat Israel purba, ada juga yang sering disebut "hukum upacara." Hukum ini berpusat pada kemah perte­muan dan bentuk-bentuk pelayanannya, yang sudah tentu semuanya dirancang untuk mengajar anak-anak Israel tentang rencana keselamatan dan menunjuk­kan kepada mereka Sang Mesias yang akan datang. Dalam ayat-ayat untuk hari ini, dua kali disebutkan bahwa melalui pelayanan-pelayanan tersebut "penda­maian" akan dibuat. Dalam cara pelayanan tersebut, hukum-hukum ini diang­gap "nubuatan-nubuatan mini" tentang Kristus dan pekerjaan penebusan-Nya karena dosa-dosa umat-Nya.
"Hukum upacara telah diberikan oleh Kristus. Setelah hukum itu tidak ber­laku sekalipun, Paulus mengemukakannya di hadapan bangsa Yahudi dalam nilai serta kedudukan yang sebenarnya menunjukkan tempatnya di dalam ren­cana penebusan dan hubungannya kepada pekerjaan Kristus; dan rasul yang besar itu menyatakan bahwa hukum ini mulia, sesuai dengan asalnya yang dari Ilahi. Upacara Bait Suci yang hikmat itu melambangkan kebenaran-kebenaran yang agung yang harus dinyatakan sepanjang generasi-generasi berikutnya.... Dengan demikian sepanjang zaman kegelapan dan kemurtadan iman tetap hi­dup dalam hati manusia sampai saatnya tiba bagi kedatangan Mesias yang di­janjikan itu."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 436.
Sekalipun dilembagakan oleh Yesus, sistem upacara tersebut dimaksudkan berfungsi hanya sebagai contoh, yaitu suatu lambang tentang kenyataan masa depan—kedatangan Yesus dan kematian serta pelayanan Imam Besar-Nya. Sekali Dia telah memenuhi pekerjaan-Nya di atas dunia, sistem yang kuno ini—sekaligus dengan korban-korban, ritual-ritual, dan perayaan-perayaan- nya-—tidak lagi diperlukan (lihat Ibrani 9:9-12). Sekalipun saat ini kita tidak lagi melaksanakan hukum upacara itu, dengan mempelajarinya kita dapat me­ngumpulkan pengertian perihal rencana keselamatan.
Pusat pelayanan kemah pertemuan adalah pengorbanan hewan-hewan yang menunjuk kepada kematian Yesus. Pikirkanlah apa artinya bahwa keselamatan kita hanya datang melalui kematian-Nya demi kita. Apakah yang hal ini katakan kepada kita tentang betapa mahalnya dosa itu?

Rabu, 2 April   Hukum Rabi-rabi
Sebagai tambahan terhadap hukum-hukum Musa, orang-orang Yahudi pada zaman Yesus juga telah terbiasa dengan hukum para rabi. Para rabi adalah sen­jata cerdik dari orang Farisi. Tanggung jawab para rabi ini adalah memastikan agar hukum Musa tetap relevan bagi umat Yahudi. Para rabi menghitung ada 613 hukum dalam lima kitab Musa (termasuk 39 di antaranya berkaitan de­ngan Sabat), dan mereka menggunakan hukum-hukum ini sebagai dasar bagi perundang-undangan mereka. Mereka menambahkan hukum-hukum tertulis ini dengan hukum lisan yang berisi tafsiran-tafsiran para rabi terkemuka.
Hukum lisan dikenal dengan halakah, yang berarti "berjalan." Rabi-rabi merasa bahwa jika rakyat menaati halakoth (bentuk jamak dari halakah) me­reka yang banyak itu, maka rakyat akan "berjalan" di jalur 613 hukum. Seka­lipun berawal dari hukum lisan, halakoth rabbinic tersebut disusun dan dicatat dalam bentuk buku. Beberapa tafsiran dari zaman Yesus bertahan dalam ko­mentar yang dikenal sebagai Midrash, sedangkan yang lainnya dicatat dalam kumpulan hukum yang disebut Mishnah. Banyak orang Yahudi yang saleh sepanjang zaman, dan bahkan saat ini, berusaha secara ketat untuk menaati hukum-hukum ini.

Bacalah Lukas 14:1-6 dan Yohanes 9. Yesus telah dituduh melanggar hari Sabat lewat mukjizat-mukjizat penyembuhan-Nya; walaupun demi­kian, di manakah dalam Perjanjian Lama dapat Anda temukan bahwa menyembuhkan pada hari Sabat adalah dosa? Bagaimanakah jawaban pertanyaan ini menolong kita untuk mengerti beberapa persoalan yang dengan hal-hal itu Yesus mesti berurusan? Lebih penting lagi, pelajaran- pelajaran apa sajakah yang dapat kita simak dari peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat membantu kita untuk memastikan bahwa kita tidak akan membuat kekeliruan yang sama dalam usaha kita mencoba "berja­lan di jalur" dengan setia?
Lukas 14:1-6
14:1. Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
14:2 Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya.
14:3 Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?"
14:4 Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi.
14:5 Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?"
14:6 Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Yohanes 9
9:1. Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
9:2 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"
9:3 Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
9:4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.
9:5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."
9:6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi
9:7 dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.
9:8. Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata: "Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?"
9:9 Ada yang berkata: "Benar, dialah ini." Ada pula yang berkata: "Bukan, tetapi ia serupa dengan dia." Orang itu sendiri berkata: "Benar, akulah itu."
9:10 Kata mereka kepadanya: "Bagaimana matamu menjadi melek?"
9:11 Jawabnya: "Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat."
9:12 Lalu mereka berkata kepadanya: "Di manakah Dia?" Jawabnya: "Aku tidak tahu."
9:13. Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi.
9:14 Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat.
9:15 Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: "Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat."
9:16 Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?" Maka timbullah pertentangan di antara mereka.
9:17 Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: "Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?" Jawabnya: "Ia adalah seorang nabi."
9:18 Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya
9:19 dan bertanya kepada mereka: "Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?"
9:20 Jawab orang tua itu: "Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta,
9:21 tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri."
9:22 Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan.
9:23 Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: "Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri."
9:24 Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa."
9:25 Jawabnya: "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat."
9:26 Kata mereka kepadanya: "Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?"
9:27 Jawabnya: "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?"
9:28 Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa.
9:29 Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang."
9:30 Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku.
9:31 Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya.
9:32 Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta.
9:33 Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
9:34 Jawab mereka: "Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia ke luar.
9:35. Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?"
9:36 Jawabnya: "Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya."
9:37 Kata Yesus kepadanya: "Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!"
9:38 Katanya: "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya.
9:39. Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta."
9:40 Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?"
9:41 Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu."

Meskipun mudah dari sudut pandang kita saat ini untuk mencemooh hu­kum-hukum lisan tersebut, lebih khusus ketika itu digunakan oleh mereka guna melawan Yesus, tetapi kesalahan lebih banyak muncul dari perilaku para pemimpin Yahudi tersebut dan bukan dengan hukum-hukum itu sendiri. Wa­laupun terkadang dipelihara secara legalis, halakoth dimaksudkan untuk men­jadikan seseorang sangat rohani, dengan memasukkan unsur rohani ke dalam tindakan-tindakan duniawi, memberikan makna rohani bagi tindakan mereka.

Bagaimanakah kita dapat belajar untuk memberi makna rohani kepa­da tugas-tugas kita yang paling duniawi?

Kamis, 3 April   Hukum Moral
Sekalipun hukum Romawi, hukum Musa, dan hukum rabi-rabi telah banyak memberi dampak bagi kehidupan orang Yahudi yang hidup di Israel abad per­tama, banyak orang yang mengikuti agama Israel yang hidup di luar Palestina dan di seberang perbatasan Kekaisaran Romawi. Jadi, banyak dari hukum- hukum tersebut tidak memainkan peran penting dalam kehidupan mereka.
Sekalipun demikian, pada saat bersamaan, setiap orang yang mengaku se­bagai pengikut Allah orang Israel tentulah telah memelihara Sepuluh Hukum. "Sepuluh Hukum menyediakan kerangka moral bagi Israel untuk memeliha­ranya. Metafora yang digunakan Alkitab untuk mengungkapkan hubungan ini adalah perjanjian. Sementara metafora itu berasal dari bidang hukum inter­nasional, adalah salah jika dianggap bahwa Perintah-Perintah tersebut hanya­lah sebagai satu ringkasan kewajiban orang Israel kepada Allah. ... Renurutan orang Israel kepada Perintah-Perintah itu bukan saja masalah kepatuhan terha­dap kehendak Allah, melainkan ini adalah tanggapan untuk mengasihi."—Les- lie J. Hoppe, "Ten Commandments, " Eerdmans Dictionary of the Bible (Grcmd Rapids, Mich.: Eerdmans, 2000), hlm. 1.285.
Sepuluh Hukum melampaui semua tatanan hukum yang diperkenalkan ke­pada orang Yahudi di abad pertama. Sekalipun orang Farisi, yang dengan teliti menghafal 613 hukum Musa, mereka mengakui pentingnya Sepuluh Hukum. Bagian Mishnah yang disebut Tamid(5:1) berisi perintah rabi-rabi untuk mem­baca Sepuluh Hukum setiap hari. Pada saat itu dipercayai bahwa semua hukum yang lain telah termaktub dalam Sepuluh Hukum. Buktinya, filsuf Yahudi yang bernama Philo, seorang yang sezaman dengan Yesus, menulis satu buku leng­kap di mana tertera semua hukum dan pada pusatnya adalah Sepuluh Hukum.
Bacalah Matius 19:16-19; Roma 13:8-10, dan Yakobus 2:8-12. Apakah yang ayat-ayat ini katakan tentang peran yang dimainkan oleh Sepuluh Hukum dalam kehidupan mereka sebagai pengikut-pengikut Kristus?

Matius 19:16-19;
19:16. Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
19:17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."
19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Roma 13:8-10,
13:8 Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
13:9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!
13:10 Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

Yakobus 2:8-12
2:8. Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik.
2:9 Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.
2:10 Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
2:11 Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.
2:12 Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.


Seperti halnya saudara kandung Yahudi mereka, para penulis Perjanjian Baru yang diilhami menyadari tujuan Sepuluh Hukum bagi umat Allah. Walaupun beberapa pelajaran dalam triwulan ini akan mendiskusikan tentang bagaimana Yesus berinteraksi dengan tatanan-tatanan hukum lainnya pada zuman-Nya, penekanan utama dalam triwulan ini adalah pada hubungan-Nya dengan Sepu­luh Hukum—yaitu apa yang sering disebut sebagai "Hukum Moral."

Jumat, 4 April  Pendalaman:

Bacalah juga buku Bllen G. White. "Oath Taking." hlm. 201-204. Testimomes for the Church, jld. 1.
"Sekiranya Adam tidak melanggar hukum Allah, hukum upacara tidak akan per­nah dilembagakan. Injil tentang kabar baik pertama kali diberikan kepada Adam dalam pernyataan yang dibuat baginya bahwa benih perempuan itu akan meremukkan kepala ular; dan itu diturunkan terus bagi angkatan-angkatan selanjutnya, kepada Nuh, Abraham. dan Musa. Pengetahuan tentang hukum Allah dan rencana keselamatan diberikan kepada Adam dan Hawa oleh Kristus sendiri. Mereka dengan teliti menyimpan pela­jaran penting itu lalu meneruskannya dengan kata-kata secara lisan kepada anak-anak mereka, dan kepada anak-anak dari anak-anak mereka. Dengan begitu, pengetahuan tentang hukum Allah telah dipelihara."—Ellen G. White. Selected Messages, jld. 1, hlm. 230.
Pertanyaan-pertanyaan Diskusi:
1.  Jauh sebelum Musa menuliskan hukum-hukum untuk mengatur orang Is- • rael, orang-orang Mesir dan Babel   telah memiliki tatanan hukum-hukum sosial, yang dalam beberapa kasus, sama isinya dengan beberapa hukum Allah. Masyarakat ateis sekalipun memiliki hukum-hukum yang melin­dungi manusia dan kepemilikan. Meskipun demikian, hukum sering dida­sarkan pada konsep-konsep moral; yaitu, hukum mesti mendorong orang untuk berpantang dari bentuk-bentuk kejahatan tertentu dan melakukan bentuk-bentuk kebaikan tertentu. Kalau begitu, dari manakah kumpulan-kumpulan masyarakat ini memperoleh pengertian tentang yang baik dan jahat?

2.     Bagaimanakah seluruh konsep tentang yang baik dan jahat berdampak pada pertanyaan tentang keberadaan Allah? Dengan kata lain, sekiranya Allah tidak ada, dari manakah konsep tentang yang baik dan yang jahat itu datang? Dari manakah satu-satunya tempat konsep itu dapat berasal jika Allah tidak ada?

3.     Kita sering menggunakan konsep "hukum" dengan cara yang berbeda. Kita berbicara tentang hukum gravitasi, hukum gerak. Kita berbicara tentang hukum internasional. Kita berbicara tentang hukum negara. Kita berbicara tentang hukum perpajakan. Apakah persamaan yang dimiiiki oleh semua hukum-hukum ini? Dengan cara bagaimanakah itu berbeda? Apakah akibat yang mungkin diterima dari pelanggaran terhadap hu­kum-hukum ini? Apakah keuntungan dari bekerja sama dengan hukum- hukum ini? Bagaimanakah prinsip-prinsip hukum menolong Anda untuk mengerti maksud Sepuluh Hukum manakala itu berhubungan dengan ke­hidupan orang-orang percaya?

4.     Di kelas, kembalilah ke pelajaran hari Rabu dan simaklah hal bagaimana kita sebagai satu gereja perlu berhati-hati agar kita tidak melakukan ke­keliruan yang sama seperti yang dibuat oleh tua-tua orang Yahudi dengan menambahkan beban kepada hukum sedangkan itu tidak pernah dimak­sudkan ada di sana. Mengapakah kesalahan seperti itu lebih mudah dibuat daripada yang kita pikirkan, tak soal seberapa baik pun pengertian kita?




No comments:

Post a Comment