Keith Augustus Burton adalah
profesor ilmu agama di Universitas Oakwood di mana dia juga melayani
sebagai koordinator Pusat Hubungan Orang Advent dan Muslim (Center for
Adventist-Muslim Relations). Disertasi pendidikan strata tiga (S3)-nya di
Universitas Northwestern dipusatkan pada peran hukum dalam surat Paulus bagi
orang-orang Kristen di Roma.
Pelajaran 1
29 Maret-4 April*
Materi ini dalam bentuk ebook/epub untuk Ipad, Iphone. Samsung dan Android download di sini
Sabat Petang
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Lukas 2:1 -5; Ibrani 10:28; Ulangan 17:2-6;
Imamat 1:1-9; Lukas 14:1-6; Yakobus 2:8-12.
Ayat Hafalan: "Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak
memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut
hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi
hukum Taurat bagi diri mereka sendiri"(Roma 2:14).
Dalam hampir semua kumpulan masyarakat, berbagai hukum digunakan pada saat
bersamaan. Ada hukum-hukum umum yang berlaku pada setiap orang; dan pada saat
bersamaan, ada hukum-hukum setempat yang berlaku dalam satu komunitas tetapi
tidak berlaku dalam komunitas lainnya.
Dalam zaman Perjanjian Baru, ketika seorang
menggunakan kata umum untuk "hukum" {nomos dalam bahasa
Yunani, lex dalam bahasa Latin, dan Torah dalam bahasa Ibrani),
orang tersebut bisa saja sedang merujuk pada salah satu dari sekian banyak
hukum. Sering kali satu-satunya petunjuk bagi hukum tertentu'yang sedang
dibicarakan adalah konteks percakapan itu sendiri. Jadi, di saat kita
mempelajari pelajaran triwulan ini, kita harus terus menyimpan konteks
langsung (konteks utama) dalam benak, sehingga dengan baik dapat mengerti
hukum apa yang sedang dibicarakan.
Pelajaran pekan ini menyelidiki berbagai hukum yang berlaku di masyarakat
pada zaman Kristus dan gereja yang mula-mula. Kita akan mempelajari pelbagai
hukum tersebut tetapi hanya dalam konteks yang dapat menolong kita meletakkan
fondasi bagi penelitian tentang hukum yang akan menjadi fokus utama pelajaran
triwulan ini, yaitu hukum moral Allah, Sepuluh Hukum.
*Pelajarilah pelajaran pekan ini untuk persiapan
bagi Sabat, 5 April.
Minggu, 30
Maret Hukum Roma
Bacalah Lukas 2:1-5. Pelajaran-pelajaran apa
sajakah yang dapat kita peiajari dari cara-cara berinteraksi dua pengikut Tuhan
yang setia ini dengan lingkungan politik mereka?
Lukas 2:1-5
2:1. Pada waktu itu Kaisar Agustus
mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh
dunia.
2:2 Inilah pendaftaran yang pertama
kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.
2:3 Maka pergilah semua orang
mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.
2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota
Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia
berasal dari keluarga dan keturunan Daud--
2:5 supaya didaftarkan bersama-sama
dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.
Sejak zaman republik yang mula-mula, orang-orang
Roma telah menyadari betapa pentingnya hukum-hukum tertulis bagi keteraturan pemerintahan
masyarakat. Faktanya, sistem hukum konstitusional yang dibentuk oleh orang-
orang Roma tetap menjadi dasar sistem hukum yang banyak ditemukan dalam
masyarakat demokratis saat ini.
Bagi hampir semua bagian, Romawi mengizinkan
kerajaan-kerajnan jajahan untuk mempertahankan kebiasaan-kebiasaan mereka
sendiri, tetapi semua yang ditaklukkan diharapkan tunduk kepada hukum
kekaisaran dan pembuat hukum. Sudah tentu, termasuk juga Yusuf dan Maria.
Hukum Roma berkenaan dengan aturan dalam
masyarakat. Hukum itu tidak hanya tertuju pada hal-hal pemerintahan, tetapi
juga pada perilaku hukum dalam ruang lingkup setempat. Sebagai tambahan,
terkait tata cara pemilihan orang untuk jabatan publik, hukum Roma juga
berhubungan dengan hul-hal seperti perzinaan dan hubungan tuan dengan hamba.
Banyak aturan sosial mirip dengan apa yang ada dalam Perjanjian Lama dan
masyarakat lainnya.
Semua usaha untuk mengerti kebudayaan sebagaimana
telah tersusun pada kitab Perjanjian Baru harus memperhitungkan kenyataan bahwa
Kekaisaran Romawi telah membentuk latar belakang politik bagi dunia yang
dalamnya Yesus dan gereja yang mula-mula pernah hidup. Banyak hal yang terjadi
dalam perjanjian baru mulai dari kematian Yesus sampai pada pemenjaraan Paulus,
akan memberi makna yang lebih jelas ketika kita dapat memahami lingkungan di
zaman mereka. Tentu seseorang tidak perlu menjadi ahli sejarah Roma untuk
memahami bahwa kita membutuhkan keselamatan. Walaupun demikian, kalau kita
dapat memperolehnya, maka pengetahuan sejarah tentu akan sangat membantu.
Terlepas dari pemeliharaan yang ajaib dalam kehamilan Maria dan campur
tangan Tuhan yang jelas dalam kehamilan itu, dua orang tersebut (Yusuf dan
Maria) tetap patuh pada hukum negara yang menuntut mereka meninggalkan rumah
mereka, bahkan ketika Maria sedang hamil tua. Mengingat keadaan yang luar
biasa itu, bukankah akan lebih baik untuk tinggal saja di rumah? Apakah yang
dikatakan oleh tindakan mereka kepada kita tentang bagaimana kita harus
berperilaku terhadap hukum sipil? (Pikirkanlah bahwa begitu mudah bagi mereka
untuk beralasan agar tidak menurut).
Senin, 31 Maret
Hukum Musa: Sipil
Sekalipun orang-orang Yahudi berada di bawah
pemerintahan Bangsa Roma pada zaman Yesus, mereka diberikan kewenangan terkait
hal-hal khusus sehubungan dengan adat-istiadat dan agama mereka (lihat
Kisah 18:15). Badan legislatif yang bertanggungjawab untuk mengatur hukum
Yahudi disebut San- hedrin. Dewan ini terkadang disebut juga mahkamah
(Yohanes 11:47, Kisah 5:27), mahkamah Sanhedrin terdiri dari 71 orang yang
dipilih dari antara para imam, tua-tua, serta para rabi dan diketuai oleh imam
besar. Dewan ini berfungsi sebagai mahkamah tertinggi yang berhubungan dengan
kebiasaan-kebiasaan, adat-istiadat, dan hukum-hukum orang Yahudi.
Hukum kemasyarakatan Yahudi didirikan atas
undang-undang sipil yang dinyatakan dalam lima kitab Musa. Karena Musa adalah
penulis lima kitab pertama dalam Alkitab, hukum-hukum tersebut dianggap
sebagai hukum Musa. Ketika Allah awalnya memberikan hukum-hukum tersebut kepada
Musa, Dia mendambakan satu negara di mana Dia akan menjadi Kepalanya dan
rakyatnya akan menjalankan perintah legal-Nya. Pada zaman Yesus, orang-orang
Yahudi tunduk kepada hukum Roma. Walaupun demikian, pemerintah Romawi mengizinkan
mereka menggunakan hukum Musa untuk mengatur masalah-masalah yang berhubungan
dengan kebiasaan-kebiasaan mereka. Dengan demikian pekerjaan Sanhedrin secara
istimewa begitu penting.
Perjanjian Baru menyediakan beberapa contoh hukum Musa diaplikasikan atau
dihubungkan dengan kewarganegaraan: Para lelaki Yahudi masih tetap membayar
pajak Bait Suci sejumlah setengah syikal (Matius 17:24-27; Keluaran 30:13);
semua perceraian diatur oleh ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Musa
(Matius 19:7; Ulangan 24: 1-4); rakyat masih tetap taat kepada hukum
pernikahan levirat, yaitu seorang janda menikahi saudara lelaki suaminya
(Matius 22:24; Ulangan 25:5); bocah lelaki disunat pada hari kedelapan
setelah kelahiran (Yohanes 7:23; Imamat 12:3); dan para pezina dihukum
dengan cara dilontari batu (Yohanes 8:5; Ulangan 22:23, 24).
Bacalah Matius 26:59-61, Ibrani 10:28, dan Ulangan 17:2-6. Apakah prinsip
penting yang terlihat di sini? Apakah yang hal ini katakan kepada kita tentang
konsep Alkitab perihal peradilan dan keadilan?
Matius 26:59-61,
26:59 Imam-imam kepala, malah seluruh
Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum
mati,
26:60 tetapi mereka tidak
memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah
dua orang,
26:61 yang mengatakan: "Orang ini
berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga
hari."
Ibrani 10:28,
10:28 Jika ada orang yang menolak hukum
Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang
saksi.
Ulangan 17:2-6
17:2 "Apabila di tengah-tengahmu
di salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada
terdapat seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN, Allahmu, dengan melangkahi perjanjian-Nya,
17:3 dan yang pergi beribadah kepada
allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau
segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu;
17:4 dan apabila hal itu diberitahukan
atau terdengar kepadamu, maka engkau harus memeriksanya baik-baik. Jikalau
ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian itu dilakukan di antara orang
Israel,
17:5 maka engkau harus membawa
laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke
pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan
batu sampai mati.
17:6 Atas keterangan dua atau tiga
orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu
orang saksi saja janganlah ia dihukum mati.
Bacalah beberapa undang-undang sipil yang ada dalam buku-buku Alkitab yang
paling awal. Beberapa dari hukum tersebut terlihat aneh bagi kita, bukankah
demikian? (Lihatlah, contohnya Ulangan 21). Mengingat siapa pengarang
hukum-hukum tersebut, apakah yang semestinya hal ini ajarkan kepada kita
tentang bagaimana kita harus belajar untuk percaya kepada Tuhan dalam segala
hal, khususnya untuk hal-hal yang tidak sepenuhnya kita mengerti?
Selasa, 1
April Hukum Musa: Upacara
Bacalah Imamat 1:1-9; 2:14-16; 5:11-13. Kepada
apakah hukum-hukum ini sedang merujuk? Apakah tujuan hukum itu? Kebenaran-kebenaran
penting apa sajakah yang perlu diajarkan?
Imamat 1:1-9; 2:14-16; 5:11-13
1:1. TUHAN memanggil Musa dan berfirman
kepadanya dari dalam Kemah Pertemuan:
1:2 "Berbicaralah kepada orang
Israel dan katakan kepada mereka: Apabila seseorang di antaramu hendak
mempersembahkan persembahan kepada TUHAN, haruslah persembahanmu yang kamu persembahkan
itu dari ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba.
1:3. Jikalau persembahannya merupakan
korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak
bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan
akan dia.
1:4 Lalu ia harus meletakkan tangannya
ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenan
untuk mengadakan pendamaian baginya.
1:5 Kemudian haruslah ia menyembelih
lembu itu di hadapan TUHAN, dan anak-anak Harun, imam-imam itu, harus
mempersembahkan darah lembu itu dan menyiramkannya pada sekeliling mezbah yang
di depan pintu Kemah Pertemuan.
1:6 Kemudian haruslah ia menguliti korban
bakaran itu dan memotong-motongnya menurut bagian-bagian tertentu.
1:7 Anak-anak imam Harun haruslah
menaruh api di atas mezbah dan menyusun kayu di atas api itu.
1:8 Dan mereka harus mengatur
potongan-potongan korban itu dan kepala serta lemaknya di atas kayu yang sedang
menyala di atas mezbah.
1:9 Tetapi isi perutnya dan betisnya
haruslah dibasuh dengan air dan seluruhnya itu harus dibakar oleh imam di atas
mezbah sebagai korban bakaran, sebagai korban api-apian yang baunya
menyenangkan bagi TUHAN.
2:14 Jikalau engkau hendak
mempersembahkan korban sajian dari hulu hasil kepada TUHAN, haruslah engkau
mempersembahkan bulir gandum yang dipanggang di atas api, emping gandum baru,
sebagai korban sajian dari hulu hasil gandummu.
2:15 Haruslah kaububuh minyak dan
kautaruh kemenyan ke atasnya; itulah korban sajian.
2:16 Haruslah imam membakar sebagai
ingat-ingatannya, sebagian dari emping gandumnya dan minyaknya beserta seluruh
kemenyannya sebagai korban api-apian bagi TUHAN."
5:11 Tetapi jikalau ia tidak mampu
menyediakan dua ekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, maka
haruslah ia membawa sebagai persembahannya karena dosanya itu sepersepuluh efa
tepung yang terbaik menjadi korban penghapus dosa. Tidak boleh ditaruhnya
minyak dan dibubuhnya kemenyan di atasnya, karena itulah korban penghapus dosa.
5:12 Lalu haruslah itu dibawanya kepada
imam dan imam itu haruslah mengambil dari padanya segenggam sebagai bagian
ingat-ingatannya, lalu membakarnya di atas mezbah di atas segala korban.
5:13 Dengan demikian imam mengadakan
pendamaian bagi orang itu karena dosanya dalam salah satu perkara itu, sehingga
ia menerima pengampunan. Selebihnya adalah bagian imam, sama seperti korban
sajian."
Di samping hukum-hukum sipil di dalam masyarakat
Israel purba, ada juga yang sering disebut "hukum upacara." Hukum ini
berpusat pada kemah pertemuan dan bentuk-bentuk pelayanannya, yang sudah tentu
semuanya dirancang untuk mengajar anak-anak Israel tentang rencana keselamatan
dan menunjukkan kepada mereka Sang Mesias yang akan datang. Dalam ayat-ayat
untuk hari ini, dua kali disebutkan bahwa melalui pelayanan-pelayanan tersebut
"pendamaian" akan dibuat. Dalam cara pelayanan tersebut, hukum-hukum
ini dianggap "nubuatan-nubuatan mini" tentang Kristus dan pekerjaan
penebusan-Nya karena dosa-dosa umat-Nya.
"Hukum upacara telah diberikan oleh Kristus.
Setelah hukum itu tidak berlaku sekalipun, Paulus mengemukakannya di hadapan
bangsa Yahudi dalam nilai serta kedudukan yang sebenarnya menunjukkan tempatnya
di dalam rencana penebusan dan hubungannya kepada pekerjaan Kristus; dan rasul
yang besar itu menyatakan bahwa hukum ini mulia, sesuai dengan asalnya yang
dari Ilahi. Upacara Bait Suci yang hikmat itu melambangkan kebenaran-kebenaran
yang agung yang harus dinyatakan sepanjang generasi-generasi berikutnya....
Dengan demikian sepanjang zaman kegelapan dan kemurtadan iman tetap hidup
dalam hati manusia sampai saatnya tiba bagi kedatangan Mesias yang dijanjikan
itu."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 436.
Sekalipun dilembagakan oleh Yesus, sistem upacara tersebut dimaksudkan
berfungsi hanya sebagai contoh, yaitu suatu lambang tentang kenyataan masa
depan—kedatangan Yesus dan kematian serta pelayanan Imam Besar-Nya. Sekali Dia
telah memenuhi pekerjaan-Nya di atas dunia, sistem yang kuno ini—sekaligus
dengan korban-korban, ritual-ritual, dan perayaan-perayaan- nya-—tidak lagi
diperlukan (lihat Ibrani 9:9-12). Sekalipun saat ini kita tidak lagi
melaksanakan hukum upacara itu, dengan mempelajarinya kita dapat mengumpulkan
pengertian perihal rencana keselamatan.
Pusat pelayanan kemah pertemuan
adalah pengorbanan hewan-hewan yang menunjuk kepada kematian Yesus. Pikirkanlah
apa artinya bahwa keselamatan kita hanya datang melalui kematian-Nya demi kita.
Apakah yang hal ini katakan kepada kita tentang betapa mahalnya dosa itu?
Rabu, 2 April
Hukum Rabi-rabi
Sebagai tambahan terhadap hukum-hukum Musa,
orang-orang Yahudi pada zaman Yesus juga telah terbiasa dengan hukum para rabi.
Para rabi adalah senjata cerdik dari orang Farisi. Tanggung jawab para rabi
ini adalah memastikan agar hukum Musa tetap relevan bagi umat Yahudi. Para rabi
menghitung ada 613 hukum dalam lima kitab Musa (termasuk 39 di antaranya
berkaitan dengan Sabat), dan mereka menggunakan hukum-hukum ini sebagai dasar
bagi perundang-undangan mereka. Mereka menambahkan hukum-hukum tertulis ini
dengan hukum lisan yang berisi tafsiran-tafsiran para rabi terkemuka.
Hukum lisan dikenal dengan halakah, yang
berarti "berjalan." Rabi-rabi merasa bahwa jika rakyat menaati
halakoth (bentuk jamak dari halakah) mereka yang banyak itu, maka
rakyat akan "berjalan" di jalur 613 hukum. Sekalipun berawal dari
hukum lisan, halakoth rabbinic tersebut disusun dan dicatat dalam bentuk
buku. Beberapa tafsiran dari zaman Yesus bertahan dalam komentar yang dikenal
sebagai Midrash, sedangkan yang lainnya dicatat dalam kumpulan hukum
yang disebut Mishnah. Banyak orang Yahudi yang saleh sepanjang zaman,
dan bahkan saat ini, berusaha secara ketat untuk menaati hukum-hukum ini.
Bacalah Lukas 14:1-6 dan Yohanes 9. Yesus telah
dituduh melanggar hari Sabat lewat mukjizat-mukjizat penyembuhan-Nya; walaupun
demikian, di manakah dalam Perjanjian Lama dapat Anda temukan bahwa menyembuhkan
pada hari Sabat adalah dosa? Bagaimanakah jawaban pertanyaan ini menolong kita
untuk mengerti beberapa persoalan yang dengan hal-hal itu Yesus mesti
berurusan? Lebih penting lagi, pelajaran- pelajaran apa sajakah yang dapat kita
simak dari peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat membantu kita untuk
memastikan bahwa kita tidak akan membuat kekeliruan yang sama dalam usaha kita
mencoba "berjalan di jalur" dengan setia?
Lukas 14:1-6
14:1. Pada suatu hari Sabat Yesus
datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di
situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
14:2 Tiba-tiba datanglah seorang yang
sakit busung air berdiri di hadapan-Nya.
14:3 Lalu Yesus berkata kepada
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: "Diperbolehkankah
menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?"
14:4 Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia
memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi.
14:5 Kemudian Ia berkata kepada mereka:
"Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau
lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari
Sabat?"
14:6 Mereka tidak sanggup
membantah-Nya.
Yohanes 9
9:1. Waktu Yesus sedang lewat, Ia
melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
9:2 Murid-murid-Nya bertanya
kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau
orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"
9:3 Jawab Yesus: "Bukan dia dan
bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus
dinyatakan di dalam dia.
9:4 Kita harus mengerjakan pekerjaan
Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada
seorangpun yang dapat bekerja.
9:5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah
terang dunia."
9:6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu,
Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu
mengoleskannya pada mata orang buta tadi
9:7 dan berkata kepadanya:
"Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya:
"Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu
kembali dengan matanya sudah melek.
9:8. Tetapi tetangga-tetangganya dan
mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata: "Bukankah dia
ini, yang selalu mengemis?"
9:9 Ada yang berkata: "Benar,
dialah ini." Ada pula yang berkata: "Bukan, tetapi ia serupa dengan
dia." Orang itu sendiri berkata: "Benar, akulah itu."
9:10 Kata mereka kepadanya:
"Bagaimana matamu menjadi melek?"
9:11 Jawabnya: "Orang yang disebut
Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku:
Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh
diriku, aku dapat melihat."
9:12 Lalu mereka berkata kepadanya:
"Di manakah Dia?" Jawabnya: "Aku tidak tahu."
9:13. Lalu mereka membawa orang yang
tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi.
9:14 Adapun hari waktu Yesus mengaduk
tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat.
9:15 Karena itu orang-orang Farisipun
bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: "Ia
mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang
aku dapat melihat."
9:16 Maka kata sebagian orang-orang
Farisi itu: "Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara
hari Sabat." Sebagian pula berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa
dapat membuat mujizat yang demikian?" Maka timbullah pertentangan di
antara mereka.
9:17 Lalu kata mereka pula kepada orang
buta itu: "Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah
memelekkan matamu?" Jawabnya: "Ia adalah seorang nabi."
9:18 Tetapi orang-orang Yahudi itu
tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka
memanggil orang tuanya
9:19 dan bertanya kepada mereka:
"Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu
bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?"
9:20 Jawab orang tua itu: "Yang
kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta,
9:21 tetapi bagaimana ia sekarang dapat
melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu
juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata
untuk dirinya sendiri."
9:22 Orang tuanya berkata demikian,
karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu
telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan
dikucilkan.
9:23 Itulah sebabnya maka orang tuanya
berkata: "Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri."
9:24 Lalu mereka memanggil sekali lagi
orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: "Katakanlah kebenaran
di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa."
9:25 Jawabnya: "Apakah orang itu
orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku
tadinya buta, dan sekarang dapat melihat."
9:26 Kata mereka kepadanya:
"Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?"
9:27 Jawabnya: "Telah kukatakan
kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya
lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?"
9:28 Sambil mengejek mereka berkata
kepadanya: "Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa.
9:29 Kami tahu, bahwa Allah telah
berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia
datang."
9:30 Jawab orang itu kepada mereka:
"Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah
memelekkan mataku.
9:31 Kita tahu, bahwa Allah tidak
mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang
melakukan kehendak-Nya.
9:32 Dari dahulu sampai sekarang tidak
pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta.
9:33 Jikalau orang itu tidak datang
dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."
9:34 Jawab mereka: "Engkau ini
lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka
mengusir dia ke luar.
9:35. Yesus mendengar bahwa ia telah
diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata:
"Percayakah engkau kepada Anak Manusia?"
9:36 Jawabnya: "Siapakah Dia,
Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya."
9:37 Kata Yesus kepadanya: "Engkau
bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau,
Dialah itu!"
9:38 Katanya: "Aku percaya,
Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya.
9:39. Kata Yesus: "Aku datang ke
dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat
melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta."
9:40 Kata-kata itu didengar oleh
beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya:
"Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?"
9:41 Jawab Yesus kepada mereka:
"Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami
melihat, maka tetaplah dosamu."
Meskipun mudah dari sudut pandang kita saat ini
untuk mencemooh hukum-hukum lisan tersebut, lebih khusus ketika itu digunakan
oleh mereka guna melawan Yesus, tetapi kesalahan lebih banyak muncul dari
perilaku para pemimpin Yahudi tersebut dan bukan dengan hukum-hukum itu
sendiri. Walaupun terkadang dipelihara secara legalis, halakoth
dimaksudkan untuk menjadikan seseorang sangat rohani, dengan memasukkan unsur
rohani ke dalam tindakan-tindakan duniawi, memberikan makna rohani bagi
tindakan mereka.
Bagaimanakah kita dapat belajar untuk memberi makna
rohani kepada tugas-tugas kita yang paling duniawi?
Kamis, 3 April
Hukum Moral
Sekalipun hukum Romawi, hukum Musa, dan hukum
rabi-rabi telah banyak memberi dampak bagi kehidupan orang Yahudi yang hidup di
Israel abad pertama, banyak orang yang mengikuti agama Israel yang hidup di
luar Palestina dan di seberang perbatasan Kekaisaran Romawi. Jadi, banyak dari
hukum- hukum tersebut tidak memainkan peran penting dalam kehidupan mereka.
Sekalipun demikian, pada saat bersamaan, setiap
orang yang mengaku sebagai pengikut Allah orang Israel tentulah telah
memelihara Sepuluh Hukum. "Sepuluh Hukum menyediakan kerangka moral bagi
Israel untuk memeliharanya. Metafora yang digunakan Alkitab untuk
mengungkapkan hubungan ini adalah perjanjian. Sementara metafora itu berasal
dari bidang hukum internasional, adalah salah jika dianggap bahwa
Perintah-Perintah tersebut hanyalah sebagai satu ringkasan kewajiban orang
Israel kepada Allah. ... Renurutan orang Israel kepada Perintah-Perintah itu
bukan saja masalah kepatuhan terhadap kehendak Allah, melainkan ini adalah
tanggapan untuk mengasihi."—Les- lie J. Hoppe, "Ten Commandments,
" Eerdmans Dictionary of the Bible (Grcmd Rapids, Mich.: Eerdmans,
2000), hlm. 1.285.
Sepuluh Hukum melampaui semua tatanan hukum yang diperkenalkan kepada
orang Yahudi di abad pertama. Sekalipun orang Farisi, yang dengan teliti
menghafal 613 hukum Musa, mereka mengakui pentingnya Sepuluh Hukum. Bagian
Mishnah yang disebut Tamid(5:1) berisi perintah rabi-rabi untuk membaca
Sepuluh Hukum setiap hari. Pada saat itu dipercayai bahwa semua hukum yang lain
telah termaktub dalam Sepuluh Hukum. Buktinya, filsuf Yahudi yang bernama
Philo, seorang yang sezaman dengan Yesus, menulis satu buku lengkap di mana
tertera semua hukum dan pada pusatnya adalah Sepuluh Hukum.
Bacalah Matius 19:16-19; Roma 13:8-10, dan Yakobus
2:8-12. Apakah yang ayat-ayat ini katakan tentang peran yang dimainkan oleh
Sepuluh Hukum dalam kehidupan mereka sebagai pengikut-pengikut Kristus?
Matius 19:16-19;
19:16. Ada seorang datang kepada Yesus,
dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?"
19:17 Jawab Yesus: "Apakah
sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik.
Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah
Allah."
19:18 Kata orang itu kepada-Nya:
"Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan
berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,
19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Roma 13:8-10,
13:8 Janganlah kamu berhutang apa-apa
kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa
mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
13:9 Karena firman: jangan berzinah,
jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun
juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri!
13:10 Kasih tidak berbuat jahat
terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
Yakobus 2:8-12
2:8. Akan tetapi, jikalau kamu
menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik.
2:9 Tetapi, jikalau kamu memandang
muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan
pelanggaran.
2:10 Sebab barangsiapa menuruti seluruh
hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap
seluruhnya.
2:11 Sebab Ia yang mengatakan:
"Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh".
Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar
hukum juga.
2:12 Berkatalah dan berlakulah seperti
orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.
Seperti halnya saudara kandung Yahudi mereka, para
penulis Perjanjian Baru yang diilhami menyadari tujuan Sepuluh Hukum bagi umat
Allah. Walaupun beberapa pelajaran dalam triwulan ini akan mendiskusikan
tentang bagaimana Yesus berinteraksi dengan tatanan-tatanan hukum lainnya pada
zuman-Nya, penekanan utama dalam triwulan ini adalah pada hubungan-Nya dengan
Sepuluh Hukum—yaitu apa yang sering disebut sebagai "Hukum Moral."
Jumat, 4 April
Pendalaman:
Bacalah juga buku Bllen G. White. "Oath Taking." hlm. 201-204. Testimomes
for the Church, jld. 1.
"Sekiranya Adam tidak melanggar hukum Allah,
hukum upacara tidak akan pernah dilembagakan. Injil tentang kabar baik pertama
kali diberikan kepada Adam dalam pernyataan yang dibuat baginya bahwa benih
perempuan itu akan meremukkan kepala ular; dan itu diturunkan terus bagi
angkatan-angkatan selanjutnya, kepada Nuh, Abraham. dan Musa. Pengetahuan
tentang hukum Allah dan rencana keselamatan diberikan kepada Adam dan Hawa oleh
Kristus sendiri. Mereka dengan teliti menyimpan pelajaran penting itu lalu
meneruskannya dengan kata-kata secara lisan kepada anak-anak mereka, dan kepada
anak-anak dari anak-anak mereka. Dengan begitu, pengetahuan tentang hukum Allah
telah dipelihara."—Ellen G. White. Selected Messages, jld. 1, hlm. 230.
Pertanyaan-pertanyaan Diskusi:
1. Jauh sebelum Musa menuliskan hukum-hukum untuk mengatur orang Is- • rael,
orang-orang Mesir dan Babel telah
memiliki tatanan hukum-hukum sosial, yang dalam beberapa kasus, sama isinya
dengan beberapa hukum Allah. Masyarakat ateis sekalipun memiliki hukum-hukum yang
melindungi manusia dan kepemilikan. Meskipun demikian, hukum sering didasarkan
pada konsep-konsep moral; yaitu, hukum mesti mendorong orang untuk berpantang
dari bentuk-bentuk kejahatan tertentu dan melakukan bentuk-bentuk kebaikan
tertentu. Kalau begitu, dari manakah kumpulan-kumpulan masyarakat ini
memperoleh pengertian tentang yang baik dan jahat?
2. Bagaimanakah seluruh konsep tentang yang baik dan jahat berdampak pada
pertanyaan tentang keberadaan Allah? Dengan kata lain, sekiranya Allah tidak
ada, dari manakah konsep tentang yang baik dan yang jahat itu datang? Dari
manakah satu-satunya tempat konsep itu dapat berasal jika Allah tidak ada?
3. Kita sering menggunakan konsep "hukum" dengan cara yang berbeda.
Kita berbicara tentang hukum gravitasi, hukum gerak. Kita berbicara tentang
hukum internasional. Kita berbicara tentang hukum negara. Kita berbicara
tentang hukum perpajakan. Apakah persamaan yang dimiiiki oleh semua hukum-hukum
ini? Dengan cara bagaimanakah itu berbeda? Apakah akibat yang mungkin diterima
dari pelanggaran terhadap hukum-hukum ini? Apakah keuntungan dari bekerja sama
dengan hukum- hukum ini? Bagaimanakah prinsip-prinsip hukum menolong Anda untuk
mengerti maksud Sepuluh Hukum manakala itu berhubungan dengan kehidupan
orang-orang percaya?
4. Di kelas, kembalilah ke pelajaran hari Rabu dan simaklah hal bagaimana kita
sebagai satu gereja perlu berhati-hati agar kita tidak melakukan kekeliruan
yang sama seperti yang dibuat oleh tua-tua orang Yahudi dengan menambahkan
beban kepada hukum sedangkan itu tidak pernah dimaksudkan ada di sana.
Mengapakah kesalahan seperti itu lebih mudah dibuat daripada yang kita
pikirkan, tak soal seberapa baik pun pengertian kita?
No comments:
Post a Comment