TERIMA
KASIH BANYAK KEPADA Keluarga Manueke-Senduk di Bandung-Indonesia YANG
TELAH MEMBERIKAN BANTUAN Rp. 1.000.000 KEPADA TIGA KELUARGA KORBAN BANJIR TERPARAH
GMAHK PAAL DUA MANADO YANG TELAH DISERAHKAN KEPADA PARA KORBAN SABAT 8
Februari 2014.
Pelajaran 7
:
Yesus dan Orang Buangan
Yesus dan Orang Buangan
Materi ini dalam bentuk ebook/epub untuk
iphone/ipad/samsumg/android download di sini
Sabat Petang
Bacalah untuk Pelajaran Pekan Ini: Mat. 2l:28-32;Yoh. 8:1-11; Mrk. 5:1- 20; Yoh. 4:5-32; Mat. 9:9-13.
Ayat Hafalan: "Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke
kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:'Mari, lihat! Di sana ada
seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.
Mungkinkah Dia Kristus itu?'"(Yohanes 4:28-29).
Seorang wanita muda—berasal dari latar belakang yang luar biasa menyedihkan
dan mengerikan (yang termasuk dengan dua anak di luar nikah sejak dia berusia 15 tahun)—duduk di penjara, menunggu pengadilan karena telah membunuh seorang
pekerja dinas sosial yang datang untuk mengambil bayinya dari tangannya,
satu-satunya orang yang pernah ia rasakan pernah mengasihi dia.
|
Tanpa ibu, bapak, suami, kerabat, atau bahkan teman, dia menghadapi masa
depan yang menakutkan sendirian. Melalui kunjungan seorang pendeta, wanita
yang putus asa ini belajar bahwa—meskipun semua kesalahan, meskipun
keputusasaan dalam situasi ini, dan meski apa pun yang menjulang di
cakrawala—Kristus mengasihi dan telah mengampuni dia. Tidak peduli bagaimana
masyarakat memandang perempuan ini, dia tahu, bagi dirinya, kasih kekal Allah.
Orang yang terbuang ini menemukan makna dan tujuan dalam Tuhannya, yang
mengasihi dan penerimaannya melampaui norma dan adat istiadat masyarakat,
bahkan sesuatu yang baik.
* Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan
untuk Sabat, 15 Februari.
Minggu, 9 Februari
Masyarakat Kelas Bawah
Masyarakat membangun hierarki. Orang kaya atau yang
berpendidikan biasanya mendapatkan posisi yang tertinggi. Penduduk bermoral
baik, orang biasa, umumnya menempati anak tangga menengah pada tangga sosial.
Tinggallah masyarakat kelas paling bawah, seperti pelacur, pengguna narkoba,
penjahat, tunawisma, dan lainnya. Pada zaman Kristus, pada daftar itu termasuk
juga orang yang berpenyakit kusta dan pemungut pajak.
Bacalah Matius 21:28-32 dan Lukas
15:1-10. Apakah yang diajarkan ayat ini tentang sikap Yesus terhadap orang yang
dikucilkan?
Matius 21:28-32
21:28. "Tetapi apakah pendapatmu
tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang
sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.
21:29 Jawab anak itu: Baik, bapa.
Tetapi ia tidak pergi.
21:30 Lalu orang itu pergi kepada anak
yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau.
Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.
21:31 Siapakah di antara kedua orang
itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir."
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu
masuk ke dalam Kerajaan Allah.
21:32 Sebab Yohanes datang untuk
menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi
pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan
meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak
juga percaya kepadanya."
Lukas 15:1-10
15:1. Para pemungut cukai dan orang-orang
berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
15:2 Maka bersungut-sungutlah
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang
berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."
15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini
kepada mereka:
15:4 "Siapakah di antara kamu yang
mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya,
tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi
mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
15:5 Dan kalau ia telah menemukannya,
ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
15:6 dan setibanya di rumah ia
memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetanggan serta berkata kepada mereka:
Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah
kutemukan.
15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian
juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih
dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak
memerlukan pertobatan."
15:8 "Atau perempuan manakah yang
mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak
menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia
menemukannya?
15:9 Dan kalau ia telah menemukannya,
ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata:
Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah
kutemukan.
15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian
juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa
yang bertobat."
Apakah yang terjadi yang
mendorong masyarakat bawah mencari pembenaran diri sendiri? Apakah yang
ditemukan masyarakat kelas bawah yang sering dilewatkan oleh para elit sosial?
Mengapakah kelihatannya Yesus lebih efektif dalam menjangkau strata bawah
daripada kepada eselon atas?
Meskipun dikeraskan oleh
kenikmatan yang penuh dosa, terkadang dibungkus oleh bagian luar yang keras
yang dibangun sendiri, mereka yang terabaikan masih lebih mudah dijangkau
daripada orang elit yang angkuh, sombong, dan membenarkan diri. Seringkah, di
bawah keberanian orang buangan, terletak kekosongan emosi yang ditandai dengan
miskinnya harga diri. Seringkah, khususnya selama usia remaja, orang-orang
seperti ini memberontak secara terbuka, dengan penuh ketakutan berusaha
membangun identitas pribadi untuk mengimbangi ketidakamanan yang dirasakan di
dalam. Identitas itu sengaja dibangun bertentangan dengan keinginan mereka yang
memiliki otoritas bagi orang itu (seringkah orangtua).
Yesus tidak menyia-nyiakan upaya merusak rasa harga
diri mereka yang sudah kurang. Gantinya, Yesus menciptakan perasaan yang
dibarui terhadap harga diri. Dia membangun dasar itu dengan selalu mengasihi
dan menerima mereka yang terbuang, di mana hati mereka telah luluh oleh
kehangatan dan kasih yang telah mereka terima dari Kristus.
Bagaimanakah
sikap Anda secara pribadi terhadap orang yang kelihatannya dianggap orang
dikucilkan oleh lingkungan Anda? Jujurlah: Dalam banyak kasus, apakah Anda
merasa lebih unggul? Jika ya, pikirkanlah maksud dari perasaan-perasaan itu.
Senin, 10 Februari
"Dalam Tindakan"
Bacalah Yohanes 8:1-11. Apakah yang diajarkan oleh
ayat ini kepada kita tentang Yesus dan orang yang terbuang secara sosial?
Yohanes
8:1-11
8:1. tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang
kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang
perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada
Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat
zinah.
8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari
perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh
sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan
jari-Nya di tanah.
8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit
berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak
berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang
demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri
dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan,
di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun
tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang."
Setelah disegarkan secara rohani
melalui istirahat di Bukit Zaitun, Yesus kembali ke Bait Suci. Orang banyak
telah berkumpul. Selama Yesus mengajar, orang Farisi menyeret seorang wanita
pezina ke hadapan-Nya. Mereka bertanya kepada Yesus tentang hukum Musa
mengenai perzinaan, yang ditentukan untuk dihukum mati. Yesus tahu bahwa
pertanyaan ini tidak tulus. Tujuannya adalah menjebak, bukan mencari kebenaran.
Modal (hukuman mati) telah mereka dapatkan dari pengadilan Yahudi. Pemimpin
Yahudi berpendapat bahwa kepatriotan Yahudi Yesus berikutnya mungkin akan
berkompromi, Dia secara terbuka akan menolak melempari wanita itu dengan batu.
Sebaliknya, Dia harus mendukung hukuman mati, tuduhan mereka adalah bahwa
Kristus telah melanggar otoritas Roma.
Tertangkap di antara intrik para
pemimpin politik, wanita ini tak berdaya dan bersalah. Tidak terbiasa dengan
pelayanan Yesus, dia bisa saja tidak mengenal sifat-Nya yang berkemurahan.
Ironisnya, Dia muncul untuk mengatakan kalimat kematian perempuan itu; namun
Dia mendahului pernyataan-Nya dengan kata-kata yang tidak terlupakan, "Dia
yang tidak memiliki dosa...."
Kata-kata ini dituliskan di
lapangan bermain. Orang yang tidak berdosa diizinkan tanpa belas kasihan
melakukan eksekusi. Namun, orang berdosa ada di sana, dalam arti, diwajibkan
untuk murah hati. Tetapi, dengan pengecualian dari Yesus, tidak ada orang yang
tidak berdosa yang hadir. Perlahan-lahan para pemimpin agama membubarkan diri
dan orang yang terbuang ini—berdosa sebagaimana dia sebelumnya—menerima kasih
karunia.
"Dalam tindakan-Nya memaafkan wanita ini serta
memberanikan dia untuk hidup lebih baik, tabiat Yesus bersinar dalam keindahan
kebenaran yang sempurna. Meskipun Ia tidak memaafkan dosa, ataupun mengurangi
perasaan bersalah, namun Ia tidak berusaha menghukum, melainkan menyelamatkan.
Dunia memberikan hanya penghinaan dan ejekan kepada wanita yang bersalah ini.;
tetapi Yesus mengucapkan perkataan penghiburan dan harapan."—Ellen G. White, Alfa dan
Omega, jld. 6. hlm. 74.
Meskipun
Ellen G. White tidak memberikan rincian yang lebih jauh tentang intrik
sehubungan dengan wanita ini, bagaimanapun wanita ini, adalah seorang pezina,
"tertangkap basah." Para pemimpin yang licik tidak mengubah fakta.
Namun, dia masih diampuni! Bagaimanakah kita dapat belajar menunjukkan kasih,
bahkan kepada orang berdosa, namun tidak "meringankan" dosa?
Selasa, 11 Februari
Yang Terendah dari yang Rendah
Bacalah Markus 5:1-20.
Bandingkanlah keadaan laki-laki ini dengan penderitaan tunawisma modern.
Bandingkan gambarannya dengan penyakit mentalnya. Apakah persamaan dan
perbedaan yang muncul? Bagaimanakah masyarakat modern memperlakukan mereka yang
sakit mental? Apakah yang menjelaskan nasihat Kristus untuk memublikasikan
kejadian itu, walaupun Dia dengan konsisten menasihatkan orang lain untuk
menjaga rahasia?
Markus 5:1-20
5:1. Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa.
5:2 Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh
jahat dari pekuburan menemui Dia.
5:3 Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup
mengikatnya, sekalipun dengan rantai,
5:4 karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya
diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun
yang cukup kuat untuk menjinakkannya.
5:5 Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil
berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.
5:6 Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu
menyembah-Nya,
5:7 dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai
Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!"
5:8 Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh
jahat! Keluar dari orang ini!"
5:9 Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?"
Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak."
5:10 Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu
keluar dari daerah itu.
5:11 Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari
makan,
5:12 lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami
pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!"
5:13 Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu
dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu
terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.
5:14 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di
kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa
yang terjadi.
5:15 Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk,
sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka
takutlah mereka.
5:16 Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada
mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan
tentang babi-babi itu.
5:17 Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.
5:18 Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya
kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia.
5:19 Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu:
"Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah
kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan
bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"
5:20 Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis
segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi
heran.
Dari banyak persepsi kita saat
ini, adalah sangat sulit membayangkan seseorang dalam keadaan yang begitu
mengerikan, bahkan tinggal di pekuburan. Walaupun beberapa orang berpendapat
bahwa orang ini hanyalah gila, ayat ini mengajarkan yang lain. (Di samping itu,
bagaimana ide itu cocok dengan apa yang terjadi kepada bagi-babi).
Sebuah poin penting bagi kita
dalam cerita ini adalah bahwa tidak ada orang, tidak peduli berapa
gila—meskipun karena dirasuk Setan, sakit jiwa, pengguna obat-obatan—yang boleh
diabaikan. Dalam beberapa kasus, bantuan profesional diperlukan dan jika
memungkinkan harus diberikan.
Sebagai orang Kristen kita harus mengingat bahwa
Kristus mati bagi semua orang, dan bahkan bagi mereka yang mungkin kita anggap
di luar kemampuan kita membantu, masih memerlukan kemurahan, penghargaan, dan
kebaikan sebanyak mungkin. Di samping itu, siapakah kita yang menghakimi seseorang
menjadi tidak berpengharapan dan di luar kuasa Allah? Dari sudut pandang kita
semuanya kelihatan buruk, tetapi dari sudut pandang Allah, setiap orang
memiliki harga yang tidak terbatas. Kalau bukan karena salib, semua kasus kita
akan tidak berpengharapan, satu poin yang layak diingat saat kita berhadapan
dengan orang yang sangat mengganggu dan rusak.
Pikirkanlah
beberapa orang yang Anda kenal yang benar-benar dalam keadaan buruk, baik
secara mental, rohani, dan fisik, dan karena alasan apa pun. Cobalah melihat
mereka dengan cara yang Anda bayangkan bagaimana Allah yang mengasihi tanpa
syarat memandang mereka. Di samping berdoa bagi mereka, apakah yang dapat kamu
lakukan dalam berbagai cara, untuk melayani kebutuhan mereka dan menunjukkan sesuatu
dari kasih Allah.
Rabu, 12 Februari
Wanita di Sumur
Pelajarilah Yohanes 4:5-32, dan
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
Yohanes 4:5-32
4:5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat
tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.
4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan,
karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.
4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus
kepadanya: "Berilah Aku minum."
4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.
4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau,
seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang
Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah
dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah
meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."
4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba
dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan
sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta
anak-anaknya dan ternaknya?"
4:13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus
lagi,
4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak
akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya,
akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai
kepada hidup yang kekal."
4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu,
supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba
air."
4:16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke
sini."
4:17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus
kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,
4:18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah
suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."
4:19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku,
bahwa Engkau seorang nabi.
4:20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan,
bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan,
saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan
juga di Yerusalem.
4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami
kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa
penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab
Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam
roh dan kebenaran."
4:25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan
datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan
segala sesuatu kepada kami."
4:26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata
dengan engkau."
4:27. Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia
sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang
berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan
dengan dia?"
4:28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota
dan berkata kepada orang-orang yang di situ:
4:29 "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala
sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?"
4:30 Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.
4:31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi,
makanlah."
4:32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang
tidak kamu kenal."
1. Apakah peraturan sosial yang
dilanggar Yesus dan mengapa? Apakah yang dikatakan kepada kita tentang
"peraturan sosial" dan cara di mana hal ini harus dihargai ketika
mempengaruhi kesaksian? Peraturan sosial apakah yang bisa menghambat
kesaksianmu bagi orang lain?
2. Dalam cara apakah Yesus
menghadapi wanita dengan kehidupannya yang penuh dosa? Pelajaran Apakah yang
dapat kita ambil dari pendeka- tan-Nya?
3. Apakah yang dinyatakan oleh
cerita ini tentang prasangka murid- murid Yesus? Sekali lagi kita harus
bertanya kepada diri kita, dalam cara apakah kita juga bersalah dalam hal yang
sama?
4. Meskipun dengan jelas terkesan
bahwa Yesus tahu bahwa wanita itu penganut seks bebas, apakah yang dikatakan
oleh wanita itu dalam kesaksiannya yang menunjukkan bahwa dia masih memiliki
beberapa pertanyaan tentang siapakah Yesus itu? Pelajaran apakah yang dapat
kita tarik tentang perlunya kita sabar saat itu terjadi ketika menjadikan murid?
Kamis, 13 Februari
Pemungut Cukai dan Orang Berdosa
Sulit untuk membayangkan seperti
apakah dunia kita ini jika tidak diganggu oleh dosa. Alam yang indah, bahkan
setelah beribu tahun, masih menyaksikan keagungan dan kuasa dan kebaikan Allah.
Dosa kita, pikiran yang digelapkan nyaris tidak dapat memahami apa itu
kemanusiaan dan hubungan manusia pada saat dunia belum jatuh. Satu hal yang
dapat kita pastikan adalah perbedaan kasta, prasangka, batasan budaya dan
etnis yang mempengaruhi semua masyarakat dan budaya tidak akan ada.
Sedih untuk mengatakan juga, sangat susah untuk
dilayakkan bahwa sebelum Yesus datang kembali batasan-batasan ini akan
dilenyapkan. Sebaliknya, sebagaimana dunia kita ini semakin buruk, tidak dapat
disangkal rintangan ini akan tetap ada. Sebagai orang Kristen, kita harus
melakukan apa yang kita dapat lakukan dalam setiap kemungkinan untuk berusaha
mengatasi hambatan- hambatan yang menyebabkan begitu banyak hati yang sakit dan
penderitaan dan kesakitan dalam dunia kita, khususnya kepada orang yang ditolak
oleh masyarakat.
Bacalah Matius 9:9-13. Dalam cara
apakah inti dari Kckristenan dinyatakan di sini? Khususnya fokuskanlah pada
firman-Nya yang diambil dari Perjanjian Lama: "Sebab Aku menyukai kasih setia,
dan bukan korban sembelihan" (Hosea 6:6). Khususnya, mengapakah kita harus sangat hati-hati bahwa kita tidak menjadi
bersalah karena memiliki sikap di mana sangat dikutuk oleh Yesus di
sini—khususnya pada saat kita semua untuk tingkatan ciptaan dalam masyarakat
tertentu, dan dengan demikian dipengaruhi oleh prasangka dan hambatan sosial
yang melekat dalam setiap masyarakat?
Matius 9:9-13
9:9. Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius
duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka
berdirilah Matius lalu mengikut Dia.
9:10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut
cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
9:11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada
murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut
cukai dan orang berdosa?"
9:12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang
memerlukan tabib, tetapi orang sakit.
9:13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah
belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil
orang benar, melainkan orang berdosa."
"Orang Farisi melihat
Kristus duduk dan makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa. Dia tenang dan
percaya diri, baik, sopan dan ramah; dan sementara mereka tidak bisa namun
mengagumi gambaran yang disajikan, hal itu tidak seperti tindakan mereka
sendiri, mereka tidak sanggup melihatnya. Orang Farisi yang sombong meninggikan
diri mereka, dan memandang rendah mereka yang tidak diberkati dengan hak
istimewa dan terang yang mereka miliki. Mereka membenci dan memandang hina para
pemungut cukai dan orang berdosa. Namun di mata Allah kesalahan mereka lebih
besar. Terang surga memancar di jalan mereka, berkata, 'Ini adalah jalan yang
kamu jalani; tetapi mereka telah menolak pemberian itu."—Ellen G. White, The SDA Bible
Commentary, jld. 5, hlm. 1.088
Jumat, 14
Februari
Pendalaman: Bacalah buku Ellen G. White,
"Di Sumur Yakub," hlm. 185-198; "Diam, Tenanglah," hlm.
358-367; dalam Alfa dan Omega, jld. 5;
"Di Antara Jerat-jerat," hlm. 65-75; dalam Alfa dan
Omega, jld. 6; dan "Menolong yang Tergoda,"
hlm. 139-147; "Bekerja untuk yang tidak Bertarak," hlm. 149-160;
"Pertolongan bagi Tuna Karya dan Tuna Wisma," hlm. 161 -176, dalam Membina
Keluarga Sehat.
"Golongan yang tidak akan
pernah dipandang-Nya adalah mereka,yang berdiri terpisah di dalam gengsi mereka
dan memandang rendah terhadap orang lain....
Orang-orang yang telah jatuh ke dalam dosa harus
dituntun untuk merasakan bahwa belum terlalu terlambat bagi mereka untuk
menjadi laki-laki sejati. Tuhan menghormati manusia dengan kepercayaannya dan
dengan demikian menempatkan dia dalam kehormatannya. Bahkan mereka yang telah
jatuh paling dalam pun diperlakukan Tuhan dengan hormat. Adalah perasaan sakit
terus menerus bagi Tuhan kalau terpaksa dihadapkan dengan permusuhan, kebejatan
dan kecemaran; tetapi Ia tidak pernah mengucapkan satu pernyataan untuk
menunjukkan bahwa kepekaan-Nya tersentuh atau perasaan-Nya yang halus itu
tersinggung. Apa pun kebiasaan yang jahat, prasangka yang kuat, atau hawa nafsu
manusia yang berlebihan, Ia mengatasi semuanya itu dengan kelemahlembutan yang
mengharukan. Kalau kita mengambil bagian dalam Roh-Nya, kita akan menganggap
semua orang sebagai saudara kita, dengan godaan-godaan dan cobaan-cobaan yang
sama, seringkah jatuh dan berusaha untuk bangkit kembali, bergumul dengan
kekecewaan dan kesulitan, merindukan simpati dan pertolongan. Maka kita harus
menghadapi mereka bukan dengan cara yang melemahkan atau menolak mereka,
melainkan untuk membangkitkan harapan dalam hati mereka."—Ellen G. White, Membina
Keluarga Sehat, hlm. 142,143.
Pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Apakah sikap pribadi yang mungkin perlu diubah sehingga Anda dapat menjadi
saksi yang lebih efektif untuk orang buangan? Apakah praktik jemaat yang harus
diubah supaya jemaat Anda lebih efektif? Bagaimanakah seharusnya orang Kristen
modern membangun harapan yang masuk akal saat bekerja dengan kasus yang
dianggap paling sulit dan sukar?
2. Bagaimanakah Yesus menghindari memaafkan dosa juga mengutuk orang berdosa?
Dalam cara apakah Yesus menggunakan kepercayaan, dorongan, dan keyakinan untuk
membalikkan posisi para orang buangan? Karena buangan biasanya mencurigai para
pemimpin agama, bagaimanakah Kristus membuat calon murid ini nyaman dengan
diri-Nya?
3. Apakah hambatan yang ada antara orang buangan dan jemaat Anda? Bagaimanakah
hambatan ini dapat dirubuhkan?
Pratinjau Pelajaran 8
15-21 Februari
Dengan
yang Kaya dan Terkenal
Sabat
Petang
Bacalah untuk Pelajaran Pekan
Ini: UI. 8:17, 18;Kej. 13:5, 6; Yoh. 3:1-15; Luk. 19:1-10; Mrk. 4:18, 19;Mat.
19:16-26.
Ayat Hafalan: "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu
uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan
berbagai-bagai duka." ( 1Timotius 6:10).
Orang-orang telah mengatakan bahwa, "menghabiskan uang yang tidak
mereka miliki untuk sesuatu yang tidak mereka butuhkan untuk memberi kesan
kepada orang yang mereka tidak suka." Betapa banyak kebenaran dari
pernyataan itu yang dapat diperdebatkan; apakah tidak dapat diperdebatkan,
bagaimanapun, bahwa uang itu memiliki pengaruh yang kuat bagi kita semua.
Karena kebiasaan dalam hal keuangan pribadi secara menyeluruh menggambarkan
nilai pribadi seseorang, lalu sebenarnya uang adalah masalah kerohanian. Tidak
dapat disangkal, itulah sebabnya mengapa Alkitab menggunakan banyak waktu untuk
berbicara tentang uang.
|
Demikian juga, ketenaran sering menyertai kekayaan.
Bintang film, atlet hebat, dan politikus negara sering memiliki keduanya. Orang
terkenal menggunakan pengaruh, satu bentuk kekuasaan. Namun Yesus, tidak
terkesan oleh kekayaan atau kekuasaan seseorang. Secara sederhana Dia berusaha
untuk menjangkau mereka untuk alasan yang sama yang Dia lakukan untuk semua
orang: Dia menginginkan mereka memiliki kekayaan yang tidak dapat dibeli oleh
uang.
*Pelajarilah pelajaran pekan ini
sebagai persiapan untuk Sabat, 22 Februari.
Minggu, 16 Februari
Diberkati dengan Kekayaan
Sebagai umat manusia yang telah jatuh, kita tunduk kepada kecemburuan,
khususnya terhadap mereka yang memiliki lebih banyak uang daripada kita
(terlepas berapa banyak uang yang sudah kita miliki). Bagaimana pun juga, Alkitab
tidak tanpa syarat meremehkan kekayaan. Sebagaimana dengan banyak hal lainnya
dalam kehidupan, masalah muncul bukan dari benda itu sendiri tetapi dari cara
kita berhubungan dengan benda tersebut.
Nasihat apakah yang diberikan
Alkitab sehubungan dengan kekayaan?
Ul. 8:17, 18; Kej. 13:5, 6; 41:41-43; Ayub 1:1-3; Dan. 4:28-31. Mengapakah hal itu sangat penting untuk tidak melupakan dari manakah
berkat itu berasal bagi Israel?
Tidak ada pertanyaan bahwa orang seperti Abraham,
Yusuf, Mordekhai, Ester, Hizkia, Yosia dan Yosafat adalah orang kaya dan
berpikiran rohani juga. Namun, contoh Nebukadnezar menunjukkan bahaya yang
datang jika membuat kekayaan sebagai berhala, di mana hal itu juga sangat
mudah bagi seseorang. Sebaliknya, bagi Israel purba, mengakui kemurahan Allah
dalam menyediakan kekayaan membawa berkat rohani dan materi. Mereka secara
khusus diperingatkan untuk tidak melupakan dari manakah berkat-berkat itu
datang (satu pelajaran yang bagus bagi kita semua bukan?).
Singkatnya, kekayaan itu sendiri tidak mengindikasikan kemiskinan rohani
atau ketidakpedulian. Ada beberapa orang kaya yang saleh dan setia dan ada juga
yang keji dan jahat. Jadi, kita tidak harus berbalik dari menginginkan uang
menjadi sebuah obsesi, atau kita tidak harus memandang rendah mereka yang kaya.
Mereka membutuhkan keselamatan seperti orang lain juga.
Apakah sikap pribadimu terhadap
orang kaya? Mudah untuk cemburu, bukan? Bagaimanakah Anda dapat belajar keluar
dari perasaan ini dan melihat pribadi orang kaya sebagaimana kita juga, jiwa
yang membutuhkan pengetahuan keselamatan dari Yesus?
No comments:
Post a Comment