Pelajaran 6 Triwulan III 2013

Pelajaran 6 Sekolah Sabat dalam bentuk ebook untuk Iphone, Ipad, Samsung, dan Android download di sini

Pengakuan dan Pertobatan:
Syarat-Syarat Kebangunan
Sabat Petang
Bacalah Untuk Pfxajaran Pekan Ini: Kisah. 5:30-32, 2 Kor. 7:9-11, Im. 5:5, 1 Yoh. 1:9, Ibr. 12:17, Mzm.
Ayat Hafalan: "Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan di­sayangi" Amsal 28:13.
Di seluruh Alkitab, baik pertobatan dan pengakuan telah mempersiapkan jalan bagi kebangunan rohani. Allah selalu menyiapkan umat-Nya untuk melakukan pekerjaan besar bagi-Nya oleh menuntun mereka merasakan dukacita menurut kehendak Allah atas dosa-dosa mereka. Setelah kita menyadari dosa kita dan mengakuinya, kita berada dalam jalur yang benar untuk memperoleh kemenangan atasnya.
"Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang mengang­gapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghen­daki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat" (2 Ptr. 3:9). Pertobatan dan pengakuan adalah dua prasyarat yang dibutuhkan bagi kita untuk menerima kuasa Roh dalam kelimpahan.
Dalam pelajaran pekan m, kita akan menelusuri pentingnya pertobatan se­jati dalam pencurahan Roh Kudus sebagaimana dinyatakan dalam buku Ki­sah Para Rasul. Kita juga akan membandingkan pertobatan yang sejati dengan pertobatan yang palsu. Lebih dari itu, kita akan menemukan bahwa pertobatan adalah sebuah karunia yang Roh Kudus berikan untuk membantu kita meman­tulkan kasih Yesus kepada orang-orang di sekitar kita.
*Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 10 Agustus.

Minggu 4 Agustus
PERTOBATAN: KARUNIA ALLAH
Sepanjang beberapa pekan sebelum Pentakosta, para murid sungguh-sung­guh mencari Tuhan dalam doa. Kisah Para Rasul 1:14 mengatakan bahwa me­reka dalam "sehati dalam doa dan permohonan." Pengalaman "sehati" meng­ungkapkan kesatuan yang kuat dan keharmonisan di antara pengikut-pengikut Kristus yang tidak akan mungkin terjadi tanpa pertobatan dan pengakuan. Doa dan pengakuan mempersiapkan mereka untuk apa yang akan datang.
Bacalah Kisah. 5:30-32. Apakah hal-hal penting yang bisa kita ambil dari apa yang Petrus sampaikan di sini?
5:30 Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh.
5:31 Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.
5:32 Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia."

Petrus membuat dua hal yang kritis. Pertama, pertobatan adalah sebuah ka­runia. Sebagaimana kita membuka hati kita kepada bisikan Roh Kudus, Yesus memberikan kita karunia pertobatan. Kedua, murid-murid itu sendiri adalah saksi-saksi dalam kehidupan mereka sendiri atas realitas pertobatan. Mereka tidak hanya mengkhotbahkan pertobatan, mereka mengalaminya.
"Sementara murid-murid menunggu kegenapan perjanjian itu, mereka me­rendahkan hati dalam pertobatan yang sebenarnya dan mengaku kekurangpercayaan mereka. Sementara mereka teringat akan perkataan yang diucapkan oleh Kristus kepada mereka sebelum kematian-Nya, mereka pun lebih mengerti akan maksud sebenarnya....Sementara mereka merenungkan tentangkehidupan-Nya yang suci, mereka merasa bahwa tidak ada pekerjaan yang terlalu sukar, tidak ada pengorbanan yang terlampau besar, kalau saja mereka dapat bersaksi da­lam kehidupan mereka kepada keindahan tabiat Kristus"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 31.
Pertobatan dan pengakuan adalah tema umum di seluruh buku Kisah para Rasul (Kisah. 17:30, 31; 26:19, 20). Ini adalah "kebaikan Allah" yang memim­pin kita kepada pertobatan; ini adalah kuasa menegur Roh Kudus yang mem­bawa kita kepada realisasi kebutuhan kita akan seorang Juruselamat yang meng­ampuni dosa. Pada saat yang sama, kita harus mengingat bahwa Roh Kudus tidak memenuhi hati yang tidak bertobat (Roma 2:8; Kisah. 2:38, 39; 3:19). Roh Kudus memenuhi hati yang dikosongkan dari ambisi yang mementingkan diri sendiri, keinginan untuk penghargaan pribadi dan dari kampanye untuk kemuliaan pribadi.
Mengapakah begitu sulit untuk mengakui dosa-dosa kita dan bertobat dari semua itu? Mengapa begitu mudah untuk membiarkan diri masuk ke dalam jalan pertobatan yang benar?

Senin 5 Agustus
PERTOBATAN SEJATI DIDEFINISIKAN

Bagaimanakah rasul Paulus menggambarkan pertobatan yang sejati?2 Kor. 7:9-11.
7:9 namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikit pun tidak dirugikan oleh karena kami.
7:10 Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.
7:11 Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu.

Pertobatan adalah suatu dukacita yang diprakarsai Allah bagi dosa. Ini juga termasuk keputusan untuk meninggalkan apa pun dosa khusus yang Roh Kudus bawa ke dalam pikiran (Yeh. 14:6; Za 1:4). Pertobatan yang murni tidak me­nuntun orang-orang Kristen kepada keadaan depresi berat karena sifat alamiah atau perbuatan-perbuatan dosa. "Dukacit amenurut kehendak Allah menghasil­kan pertobatan yang membawa keselamatan" (2 Kor. 7:10). Itu menuntun kita, sebaliknya, untuk fokus kepada kebenaran Yesus, bukan kepada dosa kita. Itu menghasilkan "ketekunan" dalam "memandang kepada Yesus, "yang memulai dan yang menyempurnakan iman kita.
Sepanjang Perjanjian Baru, besarnya dosa kita tidak pernah lebih besar dari besarnya kasih karunia-Nya. Karena "di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah" (Roma 5:20). Ini memang benar da­lam pengalaman rasul Paulus.
Bacalah 1 Timotius 1:14-17 dan Kisah. 26:10-16. Apakah yang ayat- ayat ini katakan kepada saudara tentang kebobrokan Paulus, dan kebe­naran Yesus?
1 Timotius 1:14-17
1:14 Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
1:15 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.
1:16 Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.
1:17 Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.

Kisah. 26:10-16
26:10 Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati.
26:11 Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing."
26:12 "Dan dalam keadaan demikian, ketika aku dengan kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik,
26:13 tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.
26:14 Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.
26:15 Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kau aniaya itu.
26:16 Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.

Ketika rasul Paulus menyadari bahwa ia sedang menganiaya Tuhan Kemu­liaan, ia didorong untuk berlutut dalam pertobatan sejati dan pengakuan. Se­panjang hidupnya ia tidak pernah lelah menceritakan kisah kehidupannya yang berdosa dan kasih karunia Allah. Pertobatannya tidak membiarkannya dalam keadaan depresi, melainkan mengantarkannya ke dalam lengan Seorang Juruselamat yang mengasihi dan mengampuni semua. Pengakuan dosa-dosanya ti­dak membiarkannya merasa lebih bersalah daripada sebelumnya. Perhatiannya bukan pada betapa tidak benarnya dia tetapi pada betapa benarnya Yesus.
Pernahkah saudara merasa bahwa saudara adalah "pemimpin" orang-orang berdosa? Atau, jika bukan pemimpin, masih terlalu berdosakah untuk diselamatkan? Bagaimanakah saudara dapat belajar untuk ber­sandar dalam jaminan bahwa kebenaran Kristus cukup untuk menyela­matkan saudara?

Selasa 6 Agustus
PERTOBATAN SEJATI DAN PENGAKUAN

Prinsip-prinsip rohani apakah yang kita pelajari dari Imamat 5:5; I Yohanes 1:9; Yesaya 1:16-18; dan Kisah Para Rasul 26:19, 20 tentang si­fat dasar pertobatan sejati dan pengakuan?
Imamat 5:5
5:5 Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu,

 I Yohanes 1:9
1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Yesaya 1:16-18
1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,
1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!
1:18 Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
Kisah Para Rasul 26:19, 2
26:19 Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.
26:20 Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.

Pertobatan yang murni selalu dibarengi dengan pengakuan atas dosa-dosa yang khusus. Roh Kudus tidak memberikan kepada kita perasaan yang samar-samar atas dosa. Ia menginsafkan kita akan kelemahan-kelemahan kita yang nyata.
"Pengakuan yang sesungguhnya selalu bersifat unik, serta mengakui dosa-dosa yang khusus pula. Barangkali keadaan dosanya itu demikian rupa sehingga harus dibawa ke hadapan Allah saja; mungkin itu harus diakui kepada orang-orang yang telah menderita karenanya, atau mungkin pula kesalahan yang di­lakukan di hadapan orang banyak sehingga perlu diakui di hadapan orang ba­nyak. Tetapi semua pengakuan haruslah pasti dan langsung pada sasarannya, mengakui dosa yang nyata-nyata telah dilakukan"—Ellen G. White, Kebaha­giaan Sejati, hlm. 42,43.
Maksud dari kuasa menegur dari Roh Kudus adalah untuk mengungkapkan kebutuhan kita akan kasih karunia penyelamatan Kristus. Pertobatan tidak mem­buat Allah lebih mengasihi kita; melainkan, itu memampukan kita untuk lebih menghargai kasih-Nya. Pengakuan tidak untuk memperoleh pengampunan Allah; melainkan memampukan kita untuk menerima pengampunan-Nya. Tuhan tidak lebih mencintai kita ketika kita bertobat atau kurang mengasihi kita saat kita gagal. Kasihnya bagi kita adalah tetap. Satu-satunya faktor yang tidak tetap adalah sambutan kita kepada pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan kita.
Yang benar adalah bahwa hati kita terhalang dari menerima berkat-berkat yang limpah yang Allah sediakan bagi kita ketika nadi kerohanian kita tersumbat dengan lumpur dosa. Dosa mematikan kita terhadap dorongan Roh dan mem­buat itu lebih sukar bagi kita untuk menyambut Dia. Pertobatan dan pengakuan membuka saluran yang tersumbat kerohanian kita sehingga kita boleh mene­rima kehadiran dan kuasa Roh Kudus yang berlimpah.
Namun semakin kita merindukan pengampunan ketika kita mengaku dan bertobat, kita harus ingat bahwa ini adalah jalan dua arah. Artinya, bagaimana kita menyikapi mereka yang sudah memperlakukan kita de­ngan tidak baik dan siapa yang meminta maaf? Siapakah, meskipun sama sekali tidak layak atas pengampunan kita, kita perlu mengampuni juga, dan mengapa begitu penting bagi kita untuk mengampuni?

Rabu 7 Agustus
PERTOBATAN YANG BENAR DAN PALSU DIBANDINGKAN
Ada beberapa contoh yang sangat spesifik di dalam Alkitab tentang orang-orang yang mencari pertobatan tetapi tidak diampuni oleh Allah, Mereka mena­ngis. Mereka sedih. Mereka mengaku dosa mereka tetapi tidak diampuni. Baca catatan-catatan dari Firaun, Bileam, Esau, Yudas dalam Keluaran 12:29-32, Bi­langan 22:32-35, Ibrani 12:17, dan Matius 27:4.
Keluaran 12:29-32
12:29 Maka pada tengah malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tutupan, beserta segala anak sulung hewan.
12:30 Lalu bangunlah Firaun pada malam itu, bersama semua pegawainya dan semua orang Mesir; dan kedengaranlah seruan yang hebat di Mesir, sebab tidak ada rumah yang tidak kematian.
12:31 Lalu pada malam itu dipanggilnyalah Musa dan Harun, katanya: "Bangunlah, keluarlah dari tengah-tengah bangsaku, baik kamu maupun orang Israel; pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, seperti katamu itu.
12:32 Bawalah juga kambing dombamu dan lembu sapimu, seperti katamu itu, tetapi pergilah! Dan pohonkanlah juga berkat bagiku."
Bi­langan 22:32-35
22:32 Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: "Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandangan-Ku menuju kepada kebinasaan.
22:33 Ketika keledai ini melihat Aku, telah tiga kali ia menyimpang dari hadapan-Ku; jika ia tidak menyimpang dari hadapan-Ku, tentulah engkau yang Kubunuh pada waktu itu juga dan dia Kubiarkan hidup."
22:34 Lalu berkatalah Bileam kepada Malaikat TUHAN: "Aku telah berdosa, karena aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku. Maka sekarang, jika hal itu jahat di mata-Mu, aku mau pulang."
22:35 Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: "Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan." Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu.
Ibrani 12:17
12:17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Matius 27:4.
27:4 dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!"

Apakah benang merah yang saudara lihat melalui setiap cerita berke­naan kepada pertobatan dan atau pengakuan?
Satu frase dalam Ibrani 12:17, ringkaskan dengan baik. Bicara mengenai Esau, ayat itu berkata bahwa "ketika ia hendak menerima berkat itu," dia berto­bat. Seperti Firaun, Bileam, Yudas, hati Esau tidak hancur atas penderitaan yang dosanya telah bawa ke dalam keluarganya atau kepada hati Allah. Perhatiannya hanya atas hak kesulungan yang telah hilang darinya, la menyesal bahwa ia ti­dak menerima apa yang ia yakini sebagai miliknya. Motifnya tidak murni. Ke­sedihannya adalah untuk dirinya sendiri. Pertobatan yang palsu fokus kepada konsekuensi dosa yang bertentangan dengan dosa itu sendiri.

Ibrani 12:17
12:17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Hukum menabur dan menuai adalah hukum Ilahi. Memang benar bahwa dosa membawa konsekuensi yang mengerikan, tetapi pertobatan tidak habis bersama hasil negatif dari dosa. Ini berkaitan, sebaliknya, dengan aib dan ke­sedihan yang dosa kita telah bawa kepada Allah.
Pertobatan yang sejati selalu ditandai oleh setidaknya tiga hal: Pertama, ke­sedihan bahwa dosa kita telah menghancurkan hati Allah, Kita terluka karena kita melukai Dia yang sangat mengasihi k ita. Kedua, ada pengakuan yang jujur dari dosa tertentu yang telah kita lakukan. Pertobatan yang sejati tidak dicam­pur dengan alasan untuk perilaku kita. Itu tidak menempatkan kesalahan pada orang lain. Itu mengambil tanggung jawab atas tindakan-tindakan kita. Ketiga, pertobatan yang sejati selalu mencakup keputusan untuk berpaling dari dosa kita. Tidak akan ada pertobatan sejati kecuali ada pembaruan yang sesuai de­ngan kehidupan. Pertobatan palsu, di sisi yang lain, adalah egois. Itu berkaitan dengan konsekuensi-konsekuensi dosa kita. Itu adalah keadaan emosional ke­sedihan karena dosa-dosa kita sering membawa konsekuensi-konsekuensi ne­gatif. Itu membuat alasan-alasan dan meletakkan kesalahan pada orang lain. Itu tidak peduli akan perubahan perilaku kecuali perubahan itu secara pribadi akan membawa manfaatnya sendiri.

Kamis 8 Agustus
KUASA PENYEMBUHAN DARI PENGAKUAN
Pengakuan tombak yang panas bagi kesalahan dan memungkinkan nanah beracun dosa mengering. Pengakuan menyembuhkan dalam banyak cara. Itu membuka hati kita untuk menerima kasih karunia Allah. Melalui pengakuan kita menerima pengampunan yang Kristus tawarkan dengan cuma-cuma ke­pada kita dari Salib. Pengakuan adalah penyembuhan karena itu mengizinkan kita untuk menerima kasih karunia. Pengakuan juga merubuhkan penghalang antara kita dengan orang lain. Itu menyembuhkan hubungan.
Bacalah Mazmur 32:1-8. Apakah yang ayat ini ajarkan kepada kita tentang pengakuan dari pertobatan?

2:1 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!
32:2 Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!
32:3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;
32:4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. S e l a
32:5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. S e l a
32:6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.
32:7 Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. S e l a
32:8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.

Bacalah Kisah. 24:16. Rasul Paulus berjuang untuk "hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." Apakah artinya itu?
Kisah. 24:16
24:16 Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.
Apakah rasa bersalah baik atau buruk. Itu semua bergantung. Jika Roh Ku­dus menginsafkan kita akan dosa, dan rasa bersalah akan dosa mendorong kita kepada Yesus, rasa bersalah adalah baik. Jika kita telah mengaku dosa kita dan tetap merasakan rasa bersalah, rasa bersalah dapat merusak. "Perasaan bersalah harus diletakkan di kaki salib Kalvari. Perasaan berdosa telah meracuni mata air kehidupan dan kebahagiaan sejati. Sekarang Yesus berkata,4 letakkan semuanya pada-Ku. Aku akan mengambil dosa-dosamu. Aku akan memberikan kepadamu damai. Buang rasa tidak berharga atas dirimu, karena Aku telah membeli engkau dengan harga darah-Ku sendiri. Engkau adalah milik-Ku. Kehendakmu yang lemah Aku akan kuatkan; penyesalanmu akan dosa Aku akan hapuskan.'"— Ellen G. White, Manuscript Releases, vol. 9, p. 305. Jawaban kepada rasa ber­salah adalah Yesus. Kasih karunia-Nya menghapuskan rasa bersalah terhadap dosa yang menghancurkan yang ada pada kita.
Ada saat kita telah mengaku dosa kita dan kita masih merasa bersalah. Me­ngapa? Salah satu alasan mungkin bahwa Setan berusaha untuk merampas kita dari jaminan keselamatan. Dia suka mencuri jaminan berkat pengampunan dan keselamatan yang kita miliki di dalam Yesus. Kedua, Roh Kudus mungkin se­dang menunjuk sesuatu antara kita dan orang lain. Jika kita telah menyakiti orang lain, hati nurani kita yang bermasalah akan berkurang ketika kita meng­aku kesalahan kita kepada orang yang kita telah sakiti.
Bagaimanakah rasa bersalah telah mempengaruhi hubungan saudara dengan Tuhan dan sesama? Apa yang saudara dapat lakukan untuk mem­bantu meringankan beban rasa bersalah yang saudara pikul? Bahkan jika saudara telah melakukan kesalahan dan rasa bersalah itu sedikit banyak dibenarkan, janji-janji apakah yang saudara dapat tuntut dari Alkitab un­tuk menolong saudara agar maju terus?

Jumat 9 Agustus
Pendalaman: uTanpa pertobatan dan pembaruan yang sejati pengakuannya tidak akan diterima Allah. Harus ada perubahan yang pasti di dalam kehidupan, segala sesuatu yang sifatnya menentang Allah harus dibuang. Inilah hasil yang murni dari penyesalan kita akan dosa itu. Tugas yang hendak kita lakukan amat jelas dipaparkan di hadapan kita: 'basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mataku. Berhentilah berbuat ja­hat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang ke­jam, belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda.' Yesaya 1:16,17. Orang jahat itu mengembalikan gadaian orang, ia membayar ganti rampasannya, menuruti peraturan-peraturan pemberi hidup, tidak berbuat cu­rang lagi, ia pasti hidup, ia tidak akan mati" (Yehezkiel 33:15).—Ellen G. White, Kebahagiaan Sejati, 43.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.              Apakah pelajaran penting mengenai pengampunan yang dapat kita peiajari dari kesediaan Yesus untuk mengampuni mereka yang me­nyalibkan Dia ke kayu salib? Jika Ia bersedia melakukan itu, bukan­kah seharusnya kita lebih bersedia untuk mengampuni mereka yang telah menyakiti kita?
2.                Dalam pengalamanmu sendiri, bagaimanakah pengakuan akan dosa telah menjadi berkat bagimu? Dalam hal apakah itu telah membantu saudara dalam hubunganmu, bukan hanya dengan Tuhan tetapi de­ngan sesama?
3.                Meskipun kita membaca pekan ini tentang kebutuhan, di satu waktu, untuk mengaku kepada orang lain yang atasnya kita telah melaku­kan kesalahan, mengapakah kita harus selalu berhati-hati dalam apa yang kita katakan kepada orang lain?
4.                Pertobatan sejati, kita sudah baca, mencakup membuang dosa. Apa­kah yang terjadi, bagaimana pun juga. jika kita-bergumul dengan dosa itu-jatuh ke dalamnya kembali? Apakah itu berarti pertobatan kita sungguh-sungguh? Apakah itu berarti kita tidak dapat diampuni kembali? Kalau ini benar, pengharapan apakah yang kita bisa mi­liki? Bagaimanakah kita mengerti sifat pertobatan yang Alkitabiah ketika sementara terus menyimpan dalam pikiran kenyataan dari si­fat alamiah dosa kita?

5.                Dari apa yang kita sudah peiajari pekan ini, mengapakah pertobatan adalah komponen yang vital dalam seluruh isu tentang kebangunan dan pembaruan? Bagaimanakah kata kebangunan dan pembaruan yang tercakup dalam diri mereka sendiri ide bahwa kita sungguh me­merlukan pertobatan?

No comments:

Post a Comment