Pelajaran 5 Triwulan III 2013

Pelajaran 5 sekolah sabat dalam bentuk ebook untuk Iphone, Ipad, Samsung dan Android download di sini

Penurutan: Buah Dari Kebangunan
Sabat Petang
Bacalah Untuk Pelajaran Pekan Ini: Mat. 26:69-74, Kisah 5:28-32, 6:3-10, 9:1-9, Flp. 2:5-8.
AYAT HAFALAN: "Karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami me­matahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang di­bangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:4, 5).
Sebuah ilustrasi tentang dampak kebangunan pada kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Kebangunan di Welsh tahun 1904. Evan Roberts dan beberapa temannya mulai dengan sungguh-sungguh  berdoa untuk pencurahan Roh Kudus. Mereka mengantarai, belajar Alkitab, dan membagikan iman mereka.
Sebagai jawaban Roh Kudus dicurahkan. Kehidupan berubah. Dalam enam bulan ada seratus ribu yang bertobat di negara yang kecil Wafes. Hasil dari kebangunan ini terlihat di seluruh negeri. Sepanjang hari orang berbondong- bondong ke gereja-gereja oleh ribuan untuk berdoa. Para penambang batu bara yang kasar diubahkan kepada baik hati, pria-pria yang sopan. Bahkan kuda-ku­da yang ada di lubang tambang-tambang batubara harus belajar perintah yang baru karena para penambang tidak mengutuk mereka lagi. Berubah, ketaatan hidup muncul dari hati yang sudah bertobat. Ini adalah bukti tak terbantahkan dari kebangunan yang sesungguhnya.

*Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, Agustus

Minggu 28 Juli
HIDUP YANG DIUBAHKAN
Kebangunan tidak hanya sekadar menghasilkan beberapa perasaan, pera­saan yang tidak jelas oleh merasa dekat kepada Yesus, Itu menghasilkan peru­bahan hidup. Ada saat ketika para penulis Alkitab merasa sangat dekat dengan Yesus, dan pada waktu lain mereka merasa sangat jauh. Ada saat-saat ketika roh mereka melonjak dalam kegembiraan yang luar biasa, dan mereka merasa senang dalam sukacita kehadiran-Nya. Di lain waktu, mereka tidak merasakan sama sekali kedekatan dengan kehadiran-Nya.
Hasil-hasil dari kebangunan tidaklah selalu perasaan yang positif. Itu ada­lah kehidupan yang diubahkan. Perasaan kita bukanlah buah dari kebangunan. Kembali, penurutan adalah buahnya. Ini adalah bukti dalam kehidupan murid-murid setelah Pentakosta.

Analisalah reaksi Petrus sebelum salib, setelah kebangkitan, dan sete­lah Pentakosta. Apakah yang saudara lihat? Apakah perbedaan yang sa­lib, kebangkitan dan Pentakosta buat dalam sikap Petrus?
Mat. 26:69-74: Reaksi Petrus sebelum Salib.
26:69 Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu."
26:70 Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud."
26:71 Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu."
26:72 Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu."
26:73 Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu."
26:74 Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam.
26:75 Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.



Yoh. 21:15—19: Reaksi Petrus setelah Kebangkitan.
21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Kisah. 5:28-32: Reaksi Petrus setelah Pentakosta.
5:28 katanya: "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami."
5:29 Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
5:30 Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh.
5:31 Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.
5:32 Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia."


Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta membuat perubahan yang dramatis dalam kehidupan Petrus. Itu mengubah dia dari seorang yang lemah, percaya namun bimbang kepada seorang penuh iman, murid yang taat. Pernah penuh dengan kata-kata yang kurang ajar dan janji- janji kosong, Petrus sekarang menjadi penuh dengan iman, keberanian, semangat untuk bersaksi. Ini adalah contoh yang sangat luar biasa atas apa yang Roh Kudus dapat lakukan bagi siapa saja yang menyerah dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan kita.

Senin 29 Juli
PENGORBANAN YANG BESAR DARI KETAATAN
Salah satu contoh awal dari iman, dan pengorbanan iman, dapat dilihat da­lam kehidupan Stefanus.
Bagaimanakah Stefanus dijelaskan dalam ayat-ayat berikut? Kisah. 6:3-10,7:55.
6:3 Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,
6:4 dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."
6:5 Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.
6:6 Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.
6:7 Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.
6:8 Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.
6:9 Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini -- anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria -- bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus,
6:10 tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.

7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Dipenuhi oleh Roh Kudus menuntun murid-murid untuk hidup tidak me­mentingkan diri, hidup saleh. Iman mereka menuntun mereka kepada ketaatan, dan ketaatan datang dengan harga yang luar biasa tinggi. Semua murid-murid mati sebagai orang yang menderita mati syahid. Mereka dilempari batu, dipen­jarakan, dibakar di tiang, dan kapal karam. Masa itu peperangan rohani sangat sengit, tetapi Yesus, Juruselamat dan Tuhan mereka, berada di samping mereka untuk menguatkan iman mereka.
Dalam Kisah Para Rasul 7, Stefanus mengkhotbahkan khotbah yang luar biasa menguraikan sejarah bangsa Israel. Dia menggambarkan pengalaman Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Daud, dan Salomo. Sepanjang panggil­annya, Stefanus menggambarkan kesetiaan Allah dalam terang ketidaktaatan Israel. Stefanus menyimpulkan khotbahnya dengan tuduhan bahwa pemimpin-pemimpin rohani Israel melanggar perjanjian Allah dan menolak pengaruh Roh Kudus (Kisah. 7:51, 52),
Apakah yang terjadi kepada Stefanus karena kesaksiannya bagi Ye­sus? Apakah yang diajarkan kepada kita tentang apa harga kesetiaan yang mungkin terjadi? Kisah 7:54-60.
7:54 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi.
7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
7:56 Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah."
7:57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia.
7:58 Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.
7:59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku."
7:60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.


Stefanus taat kepada panggilan Allah dan setia kepada misi Allah, bahkan sampai kepada kematian. Meskipun kita tidak semua dipanggil untuk mati bagi iman kita, kita harus berkomitmen kepada Tuhan kita bahwa, jika kita dipang­gil untuk itu, kita tidak akan mundur tetapi, seperti Stefanus, tetap setia sampai akhir. Ini tidak keluar dari batas-batas kemungkinan bahwa seseorang mem­baca kata-kata ini sekarang akan suatu hari nanti harus memberikan hidupnya dijalan Tuhan.
Apakah yang akan terjadi saat saudara menghadapi situasi yang mengancam jiwa karena kuasa kesaksianmu? Meskipun saudara saat ini mungkin tidak dapat memprediksi apa yang akan saudara lakukan, ba­gaimana tindakanmu di masa lampau mengungkapkan cara di mana sa­udara akan bereaksi jika satu saat nanti saudara akan dibawa ke dalam situasi seperti ini?

SELASA 30 Juli
KETIKA ROH MENGEJUTKAN
Meskipun Saulus telah salah arah dalam penganiayaannya yang sengit atas orang-orang Kristen, ia berpikir ia sedang melakukan kehendak Allah dalam menghadapi apa yang dia yakini sebagai sekte yang fanatik. Sementara Saulus berangkat ke Damaskus untuk menangkap orang-orang Kristen dan menyeret mereka kembali ke Yerusalem, Yesus secara dramatis mengejutkannya. Peng­alaman perjalanan Saulus ke Damaskus mengubah bukan hanya hidupnya te­tapi juga mengubah dunia.
Bacalah catatan pengalaman pertobatan Paulus dalam Kisah Para Ra­sul Mengapakah Tuhan segera mengirimnya kepada Ananias setelah pengalaman ini? Apakah pelajaran penting di sini bagi kita?
"Banyak yang mempunyai buah pikiran bahwa mereka bertanggung jawab kepada Kristus saja untuk terang dan pengalaman mereka, tidak bergantung ke­pada pengikut-pengikut-Nya di dunia. Yesus adalah sahabat orang-orang berdosa, dan hati-Nya terjamah dengan kesengsaraan mereka. Ia mempunyai segala kuasa, baik di surga maupun: di dunia ini; tetapi Ia menghargai alat yang ditentukan- Nya untuk penerangan dan keselamatan manusia. Ia memimpin orang berdosa kepada sidang, yang telah dijadikan-Nya saluran terang kepada dunia ini."
"Bila di tengah: kebutaan, kesalahan, dan prasangkanya Saulus telah diberi kenyataan tentang Kristus yang telah dianiayanya, ia ditempatkan dalam hu­bungan yang langsung dengan sidang, yang menjadi terang dunia."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 103.
Bagaimanakah Yesus mengejutkan Ananias? Sikap apa yang seharus­nya Ananias miliki supaya mengikuti petunjuk-petunjuk Juruselamat?
Kisah 9:10-16.
9:10 Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"
9:11 Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa,
9:12 dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi."
9:13 Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.
9:14 Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu."
9:15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
9:16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."

Cobalah untuk menempatkan diri saudara dalam posisi Paulus setelah bertemu Yesus dalam perjalanan ke Damaskus. Sangat mengejutkan ba­ginya. Juga, coba tempatkan diri saudara dalam posisi Ananias. Itu juga pasti sangat mengejutkan baginya. Apa yang catatan-catatan ini ajarkan kepada kita tentang cara-cara di mana kita mungkin dipanggil oleh Tuhan untuk menghadapi dan melakukan hal-hal yang pada saat itu kita tidak mengerti. Mengapa, meskipun, kita harus mematuhi Tuhan apa pun itu?

Rabu 31 Juli
SENSITIVITAS KEPADA PANGGILAN ROH
Sepanjang pelayanannya, Paulus dibimbing oleh Roh, ditegur oleh Roh, di­ajar oleh Roh, dan dikuasai oleh Roh. Dalam pembelaannya di hadapan Raja Agripa, dia menjelaskan penglihatan surga di jalan Damaskus. Dia kemudian menyaksikan bahwa tujuan pelayanannya baik kepada orang Yahudi dan bu­kan Yahudi adalah "'untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya me­reka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan men­dapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan"* (Kisah 26:18).
Dalam terang tuntunan Roh Kudus, apa yang sangat berarti tentang sambutan rasul Paulus kepada penglihatan di jalan Damaskus? Banding­kanlah sambutan Paulus kepada panggilan Roh Kudus kepada sambutan Agripa? Kisah 26:19-32.
26:19 Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.
26:20 Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.
26:21 Karena itulah orang-orang Yahudi menangkap aku di Bait Allah, dan mencoba membunuh aku.
26:22 Tetapi oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa,
26:23 yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain."
26:24 Sementara Paulus mengemukakan semuanya itu untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya, berkatalah Festus dengan suara keras: "Engkau gila, Paulus! Ilmumu yang banyak itu membuat engkau gila."
26:25 Tetapi Paulus menjawab: "Aku tidak gila, Festus yang mulia! Aku mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat!
26:26 Raja juga tahu tentang segala perkara ini, sebab itu aku berani berbicara terus terang kepadanya. Aku yakin, bahwa tidak ada sesuatu pun dari semuanya ini yang belum didengarnya, karena perkara ini tidak terjadi di tempat yang terpencil.
26:27 Percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi? Aku tahu, bahwa engkau percaya kepada mereka."
26:28 Jawab Agripa: "Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!"
26:29 Kata Paulus: "Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini."
26:30 Lalu bangkitlah raja dan wali negeri serta Bernike dan semua orang yang duduk bersama-sama mereka.
26:31 Sementara mereka keluar, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Orang itu tidak melakukan sesuatu yang setimpal dengan hukuman mati atau hukuman penjara."
26:32 Kata Agripa kepada Festus: "Orang itu sebenarnya sudah dapat dibebaskan sekiranya ia tidak naik banding kepada Kaisar."

Berbeda dengan Paulus, Raja Agripa tidak menyerah kepada kuasa mene­gur dari Roh Kudus. Perasaan merasa dirinya sendiri terhormat dan keinginan yang mementingkan diri sendiri bertentangan dengan dorongan Roh untuk hi­dup baru dalam Kristus.
Yesus menyatakannya dengan jelas: "'Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi. Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang'" (Yok 12:35, 36).
Sebagaimana kita taat menuruti tuntunan Roh Kudus dan berjalan dalam terang kebenaran Allah, Dia akan terus menerus mengungkapkan lebih banyak terang dan kebenaran. Pada saat yang sama juga, semakin kita menjauhkan do­rongan Roh Kudus, semakin kita menolak-Nya, hati kita akan menjadi sema­kin keras,
"Hampir-hampir saja kau yakinkan aku menjadi orang Kristen" (Kisah 26:28). Itu adalah kata-kata yang paling pedih, kuat, dan sedih di selu­ruh Alkitab. Dengan cara apa kita berada dalam bahaya menyembunyikan sikap yang sama? Misalnya, bagaimanakah kompromi dalam perjalanan kita bersama Tuhan mengungkapkan prinsip yang sama yang terlihat da­lam kata-kata Agripa?

Kamis 1 Agustus
ROH MENUNTUN KETAATAN
Roh Kudus memainkan peran utama dalam setiap aspek kehidupan Yesus. Dia "dikandung dari Roh Kudus" saat lahir dan "diurapi... dengan Roh Kudus dan dengan kuasa" pada saat pembaptisan-awal mula pelayanan-Nya (Mat. 1:20; 3:16, 17; Kisah. 10:34-38). Sepanjang kehidupan Kristus, Dia taat ke­pada kehendak Bapa (Yoh. 8:29, Ibr. 10:7).
Bacalah Filipi 2:5-8. Apakah aspek-aspek kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus yang muncul dalam uraian khusus mengenai Yesus?
Filipi 2:5-8
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Dia yang "dalam rupa" atau esensi Allah, "membuat diri-Nya sendiri" (atau sebagaimana teks asli bahasa Yunani dari Perjanjian Baru katakan) "mengosong­kan diri-Nya" dari hak-hak-Nya dan hak istimewa sebagai yang sama dengan Allah dan, sebaliknya, menjadi "seorang hamba."
Yesus adalah seorang hamba kepada kehendak Bapa. Dia "merendahkan diri-Nya" dan menjadi "taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Flp. 2:8). Yesus memberikan contoh seperti apakah kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus itu. Itu adalah kehidupan ketaatan secara sukarela dan kepa­tuhan dengan kerendahan hati kepada kehendak Bapa. Itu adalah kehidupan berdoa yang ditujukan bagi pelayanan dan pemeliharaan, kehidupan yang di­habiskan dengari kerinduan yang meluap-luap melihat orang lain diselamatkan dalam kerajaan Bapa.                                                                                                                              s
Rasul Paulus menyatakan bahwa dipenuhi Roh, orang-orang percaya Per­janjian Baru telah "menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya" (Roma 1:5). Orang kafir, di sisi yang lain, "mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat ke­pada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman" (Roma 2:8).
Dalam Roma 6:15-23, Paulus menggunakan dua pernyataan yang ber­tolak belakang "hamba-hamba dosa" dan "hamba-hamba kebenaran." Da­lam Roma 8:12-17, ia menjelaskan "roh perbudakan" dan "Roh adopsi." Apa pengalaman saudara sendiri dengan Tuhan, dengan iman, dengan pergumulan melawan dosa, dan bagi penerimaan bersama Allah memberitahu saudara tentang arti ungkapan-ungkapan tersebut?
Roma 6:15-23
6:15 Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!
6:16 Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?
6:17 Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.
6:18 Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.
6:19 Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.
6:20 Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.
6:21 Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian.
6:22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.
6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Roma 8:12-17
8:12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Jumat 2 Agustus
Pendalaman: "Di gerbang pintu masuk jalan yang menuju kepada kehi­dupan kekal Allah menempatkan iman, dan Dia menggaris seluruh jalan de­ngan terang dan damai dan sukacita dari ketaatan yang sukarela. Dengan cara ini para wisatawan terus menerus menjaga di hadapannya tanda panggilan yang tinggi di dalam Kristus. Hadiah selalu terlihat. Baginya perintah Allah adalah kebenaran dan sukacita dan damai di dalam Roh Kudus."—Ellen G. White, In Heavenly Places, hlm.. 183.
" Janji Roh Kudus tidak terbatas pada satu zaman atau bangsa. Kristus menya­takan bahwa pengaruh Ilahi dari Roh-Nya harus menyertai para pengikut-Nya sampai kesudahan. Sejak hari Pentakosta sampai kepada waktu ini, Penghibur itu telah dikirim kepada semua orang yang menyerahkan diri mereka kepada Tuhan dan kepada pekerjaan-Nya. Kepada semua orang yang sudah menerima Kristus sebagai Juruselamat Pribadi, Roh Kudus datang sebagai penasihat, pe­nyuci, pembimbing dan saksi. Lebih dekat orang-orang percaya berjalan dengan Allah, lebih jelas dan berkuasa pulalah mereka menyaksikan kasih Penebus dan anugerah-Nya yang menyelamatkan. Pria dan wanita yang melalui abad-abad penganiayaan dan ujian yang panjang sebagian besar bersukacita karena hadirat Roh dalam kehidupan mereka, telah berdiri sebagai tanda-tanda dan mukjizat- mukjizat di dalam dunia. Di hadapan malaikat-malaikat dan manusia mereka telah menyatakan kuasa yang mengubahkan dari kasih penebus."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, }ld. 7, hlm. 41, 42.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.               Bacalah Kisah. 5:1-11. Apakah yang dapat kita pelajari dari hal yang berkuasa ini, dan untuk beberapa tingkatan, cerita yang mengeri­kan? Mengapa saudara berpikir bahwa mereka menghadapi konse­kuensi yang mengerikan seperti itu atas tindakan mereka?
Kisah. 5:1-11
5:1 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah.
5:2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?
5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."
5:5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.
5:6 Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya.
5:7 Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi.
5:8 Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian."
5:9 Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar."
5:10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya.
5:11 Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.

2.               Dalamilah pelajaran hari Kamis, yang berbicara mengenai bagai­mana Yesus telah "mengosongkan diri-Nya" untuk memenuhi apa yang Dia lakukan di sini. Bagaimanakah kita bisa mengambil prinsip itu dan mengaplikasikannya kepada diri kita sendiri, dalam perja­lanan kita bersama Allah? Mengapa terutama, sementara kita men­cari kebangunan dan pembaruan di dalam hidup kita dan di dalam gereja, apakah ini semacam penyangkalan diri dan mati bagi diri be­gitu penting?
3.               "Hampir saja kau yakinkan aku menjadi Kristen." Di dalam kelas, bicarakan lebih banyak tentang implikasi dari kata-kata yang me­nentukan itu.



No comments:

Post a Comment