Pelajaran 6 Triwulan 1 2013

SSD 6 dalam bentuk ebook bagi pengguna Ipad (Apple), Samsung dan Android download di sini
SSD 6 bagi pengguna BlackBerry atau Handphone Java download di sini
SSD 6 dalam bentuk powerpoint (disediakan oleh Pdt. Togu F. Tampubolon) download di sini

Penciptaan dan Kejatuhan




SABAT PETANG
BACA UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kej. 3:1-15; Mat. 4:3-10; Kol. 2:20-23; Yoh. 3:17; Why. 14:6, 7.

AYAT HAFALAN: "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kejadian 3:15).

Sebuah komik pernah memainkan tokoh wanita yang disebut Geraldine.  Di satu monolog dia adalah istri pendeta yang pulang ke rumah dengan baju baru yang mahal.  Suaminya (juga dilakonkan oleh pelawak yang sama) marah.  Geraldine kemudian menjawab dengan terbahak-bahak: "Iblis membuat saya membeli gaun ini! Saya tidak ingin membeli gaun ini.  Iblis terus-menerus mengganggu saya."
    Itu dianggap lucu.  Tetapi dunia kita, dan kejahatannya, menunjukkkan bahwa Setan bukan bahan tertawaan.
   Bagi sebagian orang, ide bahwa Iblis adalah takhyul kuno tidak dianggap serius.  Namun Alkitab tegas: meskipun Setan adalah musuh yang dikalahkan (Why. 12:12; 1 Yoh. 3:8),  dia ada di bumi ini, dan ia bertekad untuk mendatangkan malapetaka dan kehancuran sebanyak mungkin terhadap ciptaan Allah.
   Pekan ini kita akan melihat serangan asli Setan dan apa yang bisa kita pelajari dari hal itu sehingga walaupun kita masih di bawah serangannya, kita dapat memperoleh kemenangan yang menjadi milik kita dalam Kristrus.

*Pelajari  pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 9 Februari.

Minggu  3 Februari
ULAR ITU LEBIH CERDIK

   Baca Kejadian 3:1.  Bagaimanakah Setan, dalam bentuk ular, digambarkan?  Bagaimanakah kebenaran dari gambaran tersebut diungkapkan bahkan dalam satu ayat itu?
Kejadian 3:1
3:1. Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

   Tipu daya ular ini terlihat dalam cara dia memasukkan godaannya.  Dia tidak membuat serangan langsung tetapi berupaya untuk melibatkan perempuan itu dalam percakapan.  Perhatikan bahwa kata-kata ular itu mencakup setidaknya dua aspek bermasalah.  Pertama, ia bertanya apakah Tuhan benar-benar membuat pernyataan tertentu.  Pada saat yang sama, ia susun pertanyaannya untuk membangkitkan keraguan tentang kemurahan hati Allah.  Akibatnya, dia bertanya, "Apakah Tuhan benar-benar menahan sesuatu dari padamu? Apakah Ia tidak mengizinkan kamu makan dari setiap pohon di taman?"   Dengan sengaja salah mengutip instruksi Allah, ular membujuk wanita itu untuk membenarkan pernyataannya dan berhasil menariknya ke dalam percakapan.  Strategi ular ini tentulah "licik."
   Tentu saja, tidak ada yang mengejutkan.  Yesus menyebut Iblis itu pendusta dan bapa segala dusta (Yoh. 8:44).  Dalam Wahyu 12:9, Iblis menyesatkan seluruh dunia, yang berarti bahwa tidak satu pun dari kita, bahkan orang Kristen Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, yang luput.  Jelas, Setan tidak kehilangan sedikit pun kelicikan atau penipuannya.  Dia memunculkan pertanyaan tentang Firman Allah dan maksud baik Allah, berharap untuk membangkitkan keraguan dan menarik kita ke dalam "percakapan."  Kita harus waspada (1 Ptr. 5:8) untuk melawan muslihatnya.

   Bandingkan Matius 4:3-10 dengan Kejadian 3:1.  Apakah cara yang sama yang Setan coba pada Yesus, dan mengapa ia gagal?  Pelajaran apakah yang bisa kita pelajari dari cara Yesus menjawab serangan Iblis di padang gurun? Dalam hal apakah Setan mencoba hal yang sama kepada kita, sekarang?
Matius 4:3-10
4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
4:5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
4:6 lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
4:7 Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
4:9 dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"


Senin 4 Februari
PEREMPUAN DAN ULAR


Baca Kejadian 3:2, 3.  Bagaimanakah perempuan itu menanggapi ular? Kesalahan apakah yang dia buat?

Kejadian 3:2, 3
3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." 

   Meskipun Hawa jelas mengetahui perintah Allah, yang menunjukkan kesalahannya, dia membuat pernyataan yang melampaui apa yang Allah katakan setidaknya seperti yang tercatat dalam Alkitab.  Allah dengan jelas telah memerintahkan Adam dan Hawa agar jangan makan dari buah pohon itu; tidak ada disebut tentang jangan menyentuhnya.  Karena kita tidak tahu apa yang mendorong dia untuk mengatakan hal itu, adalah baik untuk tidak berspekulasi tentang sebab musababnya.  Namun tidak diragukan: dengan berpikir bahwa dia tidak boleh raba buah itu, ia akan kurang kecenderungan untuk memakannya, karena ia tidak bisa memakan apa yang tidak bisa ia raba.
   Berapa seringkah kita menghadapi hal yang sama dewasa ini: seseorang datang dengan ajaran, yang kebanyakan pendapatnya selaras dengan Alkitab, tapi tidak semua? Sebagian kecil saja yang tidak selaras dengan Alkitab tentu saja dapat merusak semua yang lain.  Kesalahan, sekalipun dicampur dengan kebenaran, tetap kesalahan.

   Baca Matius 15:7-9.  Teguran apakah yang Yesus berikan kepada ahli Taurat dan orang Farisi tentang menambahkan gagasan manusia kepada Firman Allah?  Bandingkan dengan Wahyu 22:18 dan Kolose 2:20-23.  Apakah bahaya yang muncul dari membuat aturan yang menurut kita aturan itu akan melindungi kita terhadap dosa?  ayat 23.

Matius 15:7-9
15:7 Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:
15:8 Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
15:9 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."

Wahyu 22:18
22:18 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.

Kolose 2:20-23

2:20 Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia:

2:21 jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini;
2:22 semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.
2:23 Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.

   Masalah dengan dosa itu bukan kurangnya aturan tetapi hati yang jahat.  Bahkan di masyarakat sekuler, kita sering mendengar permintaan agar ada lebih banyak hukum untuk melawan kejahatan padahal sudah ada undang-undang yang cukup memadai.  Kita tidak perlu undang-undang baru tapi kita perlu hati baru.

   Dalam hal apa kita berada dalam bahaya mengikuti hal-hal yang diamarkan di sini?  Standar yang didasarkan pada prinsip Alkitab sangatlah penting.  Pertanyaanya adalah, Bagaimanakah kita bisa yakin bahwa standar dan aturan yang kita terapkan tidak akan menyesatkan kita?  Bawalah jawaban Anda ke kelas.



Selasa  5 Februari

TERTIPU OLEH PETUNJUK


   Baca Kejadian 3:4-6.  Apakah prinsip-prinsip yang menyebabkan kejatuhan Adam dan Hawa? Apakah yang kita pelajari dari pengalaman mereka yang dapat membantu kita untuk mengatasi apa pun godaan yang kita hadapi?


Kejadian 3:4-6
3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

3:6. Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. 



   Setan berhasil menarik Hawa ke dalam percakapan dan meningkatkan keraguan tentang apa yang Allah katakan.  Sekarang Setan memberitahu Hawa bahwa Allah tidak mengatakan kebenaran dan memberikan penjelasan mengenai motif Allah melarang mereka makan buah.  Menurut Setan, bahwa Allah telah menahan sesuatu yang baik untuk membuat Adam dan Hawa tetap di bawah potensi mereka sepenuhnya.  Dengan demikikan, Setan menguatkan pertanyaannya sebelumnya tentang kemungkinan Tuhan telah menahan beberapa pohon dari mereka.
   Hawa menggunakan tiga macam bukti yang menuntun dia kepada kesimpulan bahwa ia akan mendapat keuntungan dari makan buah itu.  Pertama, ia melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan.  Mungkin dia telah melihat ular makan buah itu.  Mungkin ular itu telah menguraikan betapa enak rasanya.  Sungguh menarik bahwa meskipun Adam dan Hawa telah diberitahu untuk tidak makan buah itu, dia melihat bahwa buah itu "baik untuk dimakan."  Ini soal konflik antara pemikiran dan ungkapan yang jelas: "Beginilah firman Tuhan!"
   Bukti kedua yang meyakinkan Hawa untuk makan buah itu adalah bahwa buah itu sedap kelihatannya.  Tidak diragukan lagi semua buah di taman itu indah, tapi untuk beberapa alasan, Hawa secara khusus tertarik pada buah yang Setan tawarkan kepadanya.
   Perkiraan adanya kuasa pada buah itu yang menjadikan seseorang bijaksana merupakan alasan ketiga mengapa Hawa ingin makan buah itu.  Ular telah meyakinkan dia bahwa makan buah itu akan memperluas pengetahuan dan menjadikan dia seperti Allah.  Tentu saja, ironi menyedihkan di sini adalah, menurut Alkitab, ia sudah seperti Allah (Kej. 1:27).

   Kita diberitahu bahwa Hawa tertipu, tapi Adam tidak (1 Tim. 2:14).  Jika Adam tidak tertipu, mengapa dia makan? Adam secara sadar tidak menaati Allah, memilih untuk mengikuti Hawa daripada Allah.  Seberapa seringkah perilaku semacam itu kelihatan sekarang ini?  Betapa mudahnya kita bisa tergoda oleh apa yang orang lain katakan dan lakukan, terlepas dari betapa bertentangannya kata-kata dan tindakan mereka dengan Firman Allah.  Adam mendengarkan Hawa bukannya Allah, dan kelanjutannya adalah mimpi buruk yang dikenal sebagai sejarah manusia (lihat Rm. 5:12-21).





Rabu  6 Februari

KASIH KARUNIA DAN PENGHAKIMAN DI EDEN: BAGIAN 1


   Dalam Kejadian 3, setelah kejatuhan, semua kata-kata pembuka dari Tuhan adalah pertanyaan: "Di manakah engkau?...Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang?  Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?...Apakah yang telah kauperbuat ini?" (Kej. 3:9, 11, 13, NIV).



   Sebaliknya, pernyataan deklaratif pertama Allah dalam pasal 3---pernyataan pertama-Nya tentang fakta---mengikuti pertanyaan-pertanyaan pertama-Nya tentang fakta---mengikuti pertanyaan-pertanyaan ini.  Ketika berbicara kepada ular itu, apakah yang Allah katakan, dan apakah arti kata-kata-Nya? Lihat Kej. 3:14, 15.


Kej. 3:14, 15
3:14. Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." 



   Pikirkan implikasi dari apa yang terjadi di sini.  Pernyataan deklaratif pertama Allah kepada dunia yang telah jatuh ini, pada kenyataannya, adalah sebuah kutukan terhadap Setan, bukan terhadap manusia.  Memang, bahkan dalam kutukan kepada Setan, Tuhan memberikan harapan dan janji Injil kepada umat manusia (ayat 15).  Saat dia menyatakan ajal Setan, Dia mengumumkan pengharapan umat manusia.  Meskipun mereka berdosa, Tuhan segera mengungkapkan janji penebusan kepada Adam dan Hawa.

   Perhatikan juga, bahwa hanya sesudah janji ini, hanya sesudah pengharapan kasih karunia dan keselamatan diberikan dalam ayat 15 (dikenal juga sebagai "Janji Injil Pertama"), barulah Tuhan mengumumkan hukuman bagi Adam dan Hawa: "Firman-Nya kepada perempuan itu: 'Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu';...Lalu firman-Nya kepada manusia itu: 'Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu...'" (Kej. 3:16, 17).
   Jangan lalalikan hal ini:  Janji keselamatan datang lebih dulu, baru diikuti oleh penghakiman.  Hanya dengan latar belakang Injil, maka penghakiman datang; jika tidak, maka penghakiman tidak berarti apa-apa kecuali hukuman, tetapi Alkitab jelas: "Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkan oleh Dia" (Yoh. 3:17).


   Mengapa begitu penting untuk selalu berpegang pada fakta bahwa tujuan Allah adalah untuk menyelamatkan kita, bukan untuk menghukum kita?  Bagaimanakah dosa dalam hidup kita menyebabkan kita melupakan kebenaran penting itu?  Artinya, bagaimanakah dosa menyebabkan kita berpaling dari Allah?




Kamis  7 Februari

KASIH KARUNIA DAN PENGHAKIMAN DI EDEN: BAGIAN 2


   Dalam Kejadian 1 dan 2, Allah mengucapkan pernyataan deklaratif (atau imperatif) seperti: "Jadilah terang pada cakrawala di langit....Hendaklah tanah mengeluarkan tunas-tunas muda.... Tidak baik manusia itu seorang diri. "Semua pernyataan ini menyangkut penciptaan itu.  Seperti yang kita lihat kemarin, pernyataan deklaratif berikutnya yang dicatat di Alkitab terdapat di Kejadian 3:14, 15, di mana Tuhan menawarkan Injil kepada manusia.
   Dengan demikian, dalam Alkitab, ungkapan deklaratif Allah yang mula-mula itu menyangkut penciptaan dan kemudian penebusan---dan penebusan ini muncul dalam konteks penghakiman itu sendiri.  Memang harus demikian.  Kalau begitu, apakah tujuan Injil, apakah "kabar baik" itu, jika tidak ada penghakiman, tidak ada penghukuman yang harus dihindari?  Konsep sesungguhnya dari "Injil" di dalamnya membawa konsep penghukuman, penghukuman yang tidak harus kita hadapi.  Itulah "kabar baik!"
   Meskipun kita telah melanggar hukum Allah dan meskipun Allah akan menghakimi pelanggaran-pelanggaran tersebut, dalam Kristus Yesus kita terhindar dari penghukuman yang pasti menyertai penghakiman ini.

   Penciptaan, Injil, dan penghakiman tidak hanya muncul di halaman-halaman awal dari Alkitab tetapi di bagian akhirnya juga.  Baca Wahyu 14:6, 7.  dalam hal apakah ayat-ayat ini terkait dengan tiga pasal pertama kitab Kejadian?  Artinya, apakah ide-ide paralel yang ditemukan di ayat-ayat ini?


Wahyu 14:6, 7

14:6. Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum,

14:7 dan ia berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."


   Dalam Wahyu 14:6, 7 kita melihat deklarasi dari Allah Pencipta, sebuah tema kunci di halaman pembuka kitab Kejadian.  Namun dalam Wahyu 14, "Injil yang kekal" muncul lebih dulu dan kemudian diikuti dengan pengumuman penghakiman, seperti dalam Kejadian 3.  Penghakiman ada, tetapi tidak sebelum Injil kasih karunia, kabar baik bahwa meskipun kita layak dihukum, kita masih dapat diampuni, disucikan, dan dibenarkan melalui Yesus.  Tanpa Injil, nasib kita akan sama dengan ular dan keturunannya, bukan nasib dari perempuan dan keturunannya.  Dan, cukup mengagumkan, berita besar ini bahkan muncul di Eden, dalam kata-kata deklaratif pertama Allah kepada dunia yang telah jatuh.



Jumat  8 Februari



PENDALAMAN: "Allah memberikan kepada orangtua pertama kita makanan yang Dia rancang harus menjadi makanan manusia.  Mengambil nyawa makhluk lain itu bertentangan dengan rencana-Nya.  Tidak ada kematian di Eden....."---Ellen G. White, Counsels for the Church, hlm. 228.
   "Setan menggambarkan hukum kasih Allah sebagai hukum yang berdasarkan sifat mementingkan diri.  Ia menyatakan bahwa sungguh mustahil bagi kita untuk menurut segala ajarannya.  Kejatuhan nenek moyang kita yang pertama, bersama segala malapetaka yang telah timbul, dituduhkannya ke atas Khalik, menyebabkan manusia memandang Allah sebagai sumber dosa, penderitaan, dan maut.  Yesus harus menyingkap tabir penipuan ini."---Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 18.
   "Tapi manusia tidak dibiarkan dengan hasil kejatahan yang telah ia pilih.  Dalam kalimat yang diucapkan pada Setan telah disampaikan suatu berita penebusan.... Kalimat ini  yang didengarkan oleh orangtua pertama kita, bagi mereka merupakan suatu janji.  Sebelum mereka mendengar tentang onak dan duri, tentang kerja keras dan penderitaan yang harus menjadi bagian mereka, atau dari debu kembali kepada debu, mereka mendengarkan kata-kata yang tidak akan gagal memberi mereka harapan.  Semua yang telah hilang oleh menyerah kepada Setan dapat memperoleh kembali melalui Kristus."---Ellen G. White, Pendidikan, hlm. 27.


PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:

1. Di kelas, kembalilah kepada jawaban Anda untuk pertanyaan terakhir hari Senin.  Aturang-aturan apakah yang kita buat yang dapat mengubah kita menjadi orang-orang yang dipersalahkan Yesus?  Pada saat yang sama, bagaimanakah kita bisa membuat komitmen yang mungkin dapat membantu kita lebih baik dalam mengikuti prinsip-prinsip kebenaran yang diilhamkan dalam Alkitab?

2. Hawa mempercayai pikirannya bukannya mempercayai perintah yang sangat jelas dari Alla.  Mengapa kita merasa begitu mudah untuk melakukan hal yang sama?
3. Pikirkanlah perbedaan yang jelas antara kisah penciptaan dan bermacam ide evolusi yang menggambarkan kejahatan alamiah sebagai bagian dari proses daya cipta Allah.  Mengapa tidak mungkin untuk menyelaraskan pandangan yang bertentangan seperti asal-usul kita tanpa pada akhirnya merusak arti yang jelas dari Alkitab?  Mengapa suatu pemahaman yang benar akan penciptaan penting untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang kejatuhan?
4. Beberapa budaya menemukan gagasan tentang Setan harfiah tidak lain dari kebodohan, sebaliknya, yang lainnya dapat terobsesi dengan kekuatan Setan dan roh jahat.  Bagaimanakah dengan budaya Anda? Apakah kecenderungannya, dan bagaimanakah Anda bisa belajar untuk menemukan keseimbangan yang tepat ketika berhadapan dengan realitas pertempuran supra alami di mana kita terlibat di dalamnya?


No comments:

Post a Comment