Pelajaran 7 Triwulan IV 2012



Ebook  SSD 7 untuk pengguna Android, BlackBerry, Ipad Apple & Samsung download di sini
*10-16  November 2012

Diperlengkapi untuk Kemenangan
SABAT PETANG
Baca Untuk Pelajaran Pekan Ini: Ef. 6:14-18; 2 Kor. 6:7; Ef. 5:9; Rm. 10:15; 1 Tes. 5:8; Mrk. 14:38.
AYAT HAFALAN: "Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senja­ta Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesu­atu." (Efesus 6:13).
Pokok Pikiran: Setiap umat percaya harus diperlengkapi secara priba­di dan perorangan, sebagaimana kita secara perorangan mendapati diri kita berada dalam pertentangan besar.
            Tujuan utama Setan adalah merebut kesetiaan yang diberikan umat percaya kepada Kristus. Sebelum pertobatan,manusia menjadi milik Setan; dia menguasai mereka. Meskipun pertobatan pada Kristus telah melepaskan umat percaya dari pengendalian si jahat, hal itu tidak sepenuhnya menghancurkan kekuasaan Iblis. Sebaliknya, Setan meningkatkan usahanya untuk menghan­curkan iman kita dan menarik kita kembali kepadanya. Dia memiliki banyak tipu muslihat; Alkitab mencatatnya sebagai tipu muslihat Iblis (Ef. 6:11). Pada akhirnya, apa pun muslihat Iblis, jerat, dan daya pikat yang diberikan, dia tidak dapat mengambil seorang pun dari Kristus yaitu orang yang telah memutuskan untuk tetap setia pada Tuhan (Setan bisa saja membuat hidup kita sengsara, namun itu masalah lain, sama sekali).
Pelajaran pekan ini berfokus pada senjata umat Kristen dalam peperangan rohani. Mengenakan seluruh senjata Allah adalah satu-satunya perlindungan kita. Demikianlah, kita perlu memahami senjata itu, tanpanya, kita akan men­jadi mangsa musuh; dengan senjata itu, kemenangan kita pastilah terjamin.
*Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 17 November.
Minggu 11 November
PERLUNYA MEMPERSENJATAI DIRI
Dalam Efesus 6:12, Paulus menggambarkan kehidupan Kristen sebagai se­buah pergumulan, dengan mengatakan "karena perjuangan kita." Perhatikan, dia menggunakan istilah jamak. Secara harfiah ayat itu memiliki arti, "kita tidak berjuang melawan daging dan darah. " Setiap orang Kristen termasuk di dalam­nya. Di ayat 13 dia menyarankan pembacanya untuk mengenakan seluruh per­lengkapan senjata Allah. Hanya dengan senjata Allah kita dapat memperlengkapi diri kita, dan senjata itu siap untuk kita gunakan. Paulus mengawali ayat itu de­ngan kata "sebab itu," menunjukkan bahwa, persenjataan itu sangat diperlukan dalam konflik tersebut. Kemudian Paulus, menggambarkan bagaimana orang Kristen harus dipersenjatai dan melukiskannya dengan menggunakan kiasan bagaimana seorang tentara Roma yang sudah siap untuk berperang.
Pikirkan kiasan dalam Efesus 6:14-17 dengan saksama. Apakah yang berkesan bagi Anda dari kenyataan bahwa ada pergumulan yang melibat­kan setiap orang Kristen, yang pada dasarnya, membutuhkan keterlibat­an langsung secara pribadi? Apakah artinya bagi Anda, bahwa Anda se­cara pribadi memiliki pertempuran yang harus dihadapi?
Efesus 6:14-17
6:14 Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan,
6:15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera;
6:16 dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat,
6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,
Kata yang diterjemahkan sebagai "perjuangan" pada awalnya memiliki arti bertarung dengan tangan kosong namun kemudian digunakan untuk jenis per­tarungan yang lain. Sebagaimana yang digunakan di sini, meskipun pergulatan dengan Iblis tidak dapat dilihat, kata ini menunjukkan adanya sebuah pergu­mulan secara pribadi.
Perumpamaan sepuluh anak dara dalam Matius 25:1-13, meskipun dalam konteks yang berbeda dari apa yang dipertimbangkan di sini, bagaimanapun juga menyinggung tentang keterlibatan pribadi dalam perkara-perkara rohani. Ellen White menerapkan kondisi rohani lima anak dara pada gambaran Paulus atas sekelompok orang pada akhir zaman yang menjalankan ibadah secara lahiriah tetapi pada hakikatnya memungkiri kekuatannya (2 Tim. 3:1-5). "Inilah golong­an yang waktu masa kesukaran ternyata berseru, Damai dan sejahtera. Mereka membuai hatinya dalam perasaan aman dan tidak mengimpikan datangnya ba­haya. Ketika terkejut dari tidur yang terlena mereka menyadari kemiskinannya dan memohon kepada orang lain untuk menutupi kekurangannya; tetapi dalam perkara-perkara rohani tidak seorang pun dapat menutupi kekurangan orang lain."—Ellen G. White, Membina Kehidupan Abadi, hlm. 318.
Apakah hal-hal yang harus Anda lakukan sendiri? (Contoh, tidak ada orang yang bisa makan untuk Anda, bukan?) Bagaimanakah Anda mene­rapkan prinsip-prinsip yang sama dalam mempersenjatai diri untuk pe­perangan rohani yang mana kita semua terlibat dalamnya?
Senin 12 November
IKAT PINGGANG KEBENARAN, BAJU ZIRAH KEADILAN
"Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan" (Ef 6:14).
Meskipun agak sukar untuk mengetahui bentuk asli dari ikat pinggang yang dimaksud, nampaknya dalam Efesus 6:14 Paulus menunjuk pada ikat pinggang kulit yang memberikan perlindungan pada perut bagian bawah dan juga mem­berikan keleluasaan dalam bergerak dan kesiapan untuk bertindak. Dalam hal ini, ikat pinggang merupakan sepotong baju besi. Dan senjata itu, kata Paulus, adalah "kebenaran." Bersamaan dengan ikat pinggang kebenaran adalah baju zirah keadilan. Demikianlah, dalam ayat ini Paulus menghubungkan konsep-konsep kebenaran dan keadilan.
Bacalah ayat-ayat berikut. Bagaimanakah ayat-ayat itu dapat menolong kita memahami hubungan antara kebenaran dan keadilan, dan mengapa itu sangat penting bagi perlindungan rohani kita dalam pertentangan be­sar? 1 Raj.3:6;Mzm. 15:2; 96:13; Ams. 12:17; Yes. 48:1; 2 Kor. 6:7; Ef 5:9.
1 Raj.3:6;
3:6 Lalu Salomo berkata: "Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini.

Mzm. 15:2; 96:13;
15:2 Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,
96:13 di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya.

Ams. 12:17;
12:17. Siapa mengatakan kebenaran, menyatakan apa yang adil, tetapi saksi dusta menyatakan tipu daya.

Yes. 48:1;
48:1. Dengarlah firman ini, hai kaum keturunan Yakub, yang menyebutkan dirinya dengan nama Israel dan yang adalah keturunan Yehuda, yang bersumpah demi nama TUHAN dan mengakui Allah Israel--tetapi bukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tulus hati--

2 Kor. 6:7;
6:7 dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela

Ef 5:9.
5:9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,

Ketika Rasul Paulus mengatakan bahwa keadilan sebagai baju zirah dalam konteks peperangan rohani, dia memiliki isu-isu moral di sini. Melakukan kebe­naran dan keadilan, atau dengan kata lain, menghidupkan kebenaran itu, sangat penting bagi orang Kristen dalam peperangan melawan kuasa-kuasa kejahatan seperti pentingnya baju zirah bagi seorang prajurit dalam medan pertempuran. Saat kita tidak peduli untuk melakukan apa yang benar, saat kita berpaling dari apa yang kita ketahui sebagai kebenaran, maka kita dengan mudah menjadi mangsa dari serangan-serangan Setan, karena kita meninggalkan membiarkan sebuah lubang terbuka dalam baju besi kita.
Pada saat yang sama, meskipun kebenaran yang dimaksud mencakup hi­dup dalam suatu kehidupan yang benar, kita harus melihat bahwa aspek lain dari kebenaran, yaitu kebenaran Kristus, yang meliputi umat percaya dan tetap merupakan satu-satunya harapan keselamatan bagi umat percaya. Selama kita bergantung pada kebenaran ini yaitu bahwa keselamatan kita hanya pada Yesus, kita dapat dilindungi dari salah satu serangan rohani Setan yang paling efisien melawan kita: yakni keputusasaan.
Pernahkah Anda tergoda untuk menyerah dalam perjalanan iman Anda bersama Yesus sebab Anda putus asa atas kehidupan, karakter, dan tindakan Anda? Jika demikian, mengapa pemahaman tentang kebenaran Kristus sangat penting untuk dapat menjadi pertahanan yang kuat dalam melawan serangan Setan?
Selasa 13 November
PERSIAPAN DAN PERISAI IMAN
Para prajurit Romawi mempersenjatai diri untuk memastikan bahwa langkah- langkahnya tidak akan terhambat dalam medan yang kasar. Untuk memudahkan gerakan di segala jenis jalan, para prajurit Romawi sering menggunakan sepa­tu yang dipenuhi oleh paku yang tajam. Sepatu yang demikian memungkinkan mereka untuk menjejakkan kaki dengan baik, dan Paulus menyamakan sepatu itu dengan kesiapan, atau persiapan, Injil damai sejahtera (Ef. 6:15).

Baca Yesaya 52:7, Roma 10:15, dan Efesus 6:15. Ide Paulus di sini nampak­nya adalah ketabahan dalam kehidupan Kristen yang sarat dengan peperang­an rohani. Dalam hal apakah Injil damai sejahtera mempersiapkan pegangan yang kuat bagi umat Kristen dalam menghadapi peperangan rohani?
Yesaya 52:7,
52:7. Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!"

Roma 10:15,
10:15 Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!"

Efesus 6:15
6:15 kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera;

Efesus 6:15 dapat diartikan dalam cara yang berbeda: "berkasutkan kerela­an untuk memberitakan Injil damai sejahtera," "kaki kita mengenakan kerelaan Injil damai sejahtera," atau "kaki yang mengenakan perlengkapan Injil damai sejahtera." Kuncinya adalah kata Yunani yang memiliki arti "kesiapan," seper­ti dalam persiapan sebuah fondasi atau dasar. Dengan demikian, Injil damai sejahtera sebagai "suatu dasar yang dipersiapkan" merupakan damai sejahtera yang dialami oleh orang Kristen sesudah diperdamaikan dengan Allah melalui darah Kristus. Perdamaian ini memberikan kepada umat Kristen pijakan yang kuat untuk terlibat dalam peperangan rohani yang kita semua hadapi.

Senjata berikut yang Paulus sebutkan adalah perisai, yang dia samakan de­ngan iman (Ef. 6:16). Dalam memperkenalkan senjata ini, rasul ini mendahului pokok yang akan dia sampaikan dengan ungkapan yang dapat diartikan "di atas segalanya," "di samping atau di atas semuanya." Menurut Anda apakah yang dimaksudkan Paulus dengan membuat kalimat pembuka seperti ini?

Kata yang diterjemahkan sebagai "perisai" berasal dari kata "pintu." Perisai, berukuran sekitar 4 x 2.5 kaki dan terdiri dari dua lapis kayu yang direkatkan, memiliki bentuk pintu. Sebab panah pada zaman itu dipasang di alat pelempar dan dibakar, perisai dari kayu ditutupi dengan kulit agar dapat memadamkan pa­nah yang sedang menyala dan menumpulkan ujung-ujungnya. Ini adalah senjata yang paling terkenal di antara semua senjata yang digunakan untuk bertahan.
Gambaran rohaninya tidak begitu sukar untuk dilihat: di antara "panah Setan yang menyala adalah hawa nafsu, keraguan, keserakahan, kesia-siaan, dan selanjut­nya. Tetapi iman pada Allah, yang diangkat tinggi-tinggi bagaikan sebuah perisai, menangkapnya, memadamkan apinya, dan membuatnyajatuh tidak berdaya ke atas tanah."—The SDA Bible Commentary, jld. 6, hlm. 1045. Jenis iman yang seperti ini merupakan iman dalam perbuatan, iman yang, meskipun mencakup doktrin ke­benaran, melebihi sekadar keyakinan. Merupakan iman yang menyatakan dirinya dalam sebuah pertahanan yang aktif melawan serangan musuh. Sudah tentu, kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri, dan kita tidak dapat melawan Setan sendirian; peperangan kita adalah setiap hari memilih Tuhan dan jalan-jalan-Nya di atas segala sesuatu yang Setan akan buat di hadapan kita.
Rabu 14 November
KETOPONG DAN PEDANG
Ketopong keselamatan dalam Efesus 6:17 kemungkinan besar diambil dari Yesaya 59:17, meskipun Paulus menerapkan dengan cara yang berbeda. Dalam Yesaya 59, Allah yang mengenakan ketopong keselamatan; dalam surat Efesus, orang Kristen diajak untuk menerimanya. Senjata yang sebelumnya diletakkan saja untuk kemudian diambil oleh para prajurit, namun ketopong diserahkan ke­padanya. Mungkin ini menekankan "pemberian" keselamatan secara mutlak.
Dalam 1 Tesalonika 5:8, Paulus berbicara tentang ketopong sebagai pengharapan keselamatan. Dalam Efesus 6:17, ketopong menggambarkan keselamatan. Bagaimanakah perubahan ini dapat membantu untuk mene­rangkan kenapa keselamatan dapat menjadi senjata pertahanan?
1 Tesalonika 5:8
5:8 Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan.
Efesus 6:17
6:17 dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,
Keselamatan dalam Perjanjian Baru adalah pengalaman saat sekarang yang akan mencapai puncaknya pada masa kekekalan dengan cara pembebasan dari segala jenis kejahatan. Ketopong keselamatan yang Allah kenakan (Yes. 59:17) diberikan kepada umat percaya sebagai suatu perlindungan. Sebab tujuan utama dari serangan Setan adalah untuk menghilangkan keselamatan orang-orang Kris­ten, jaminan keselamatan saat ini yang "diberikan" pada mereka terlepas dari usaha mereka sendiri menjadi sebuah senjata yang ampuh untuk dapat bertahan dalam konflik. Sesungguhnya dalam setiap konflik rohani, umat percaya dapat menya­takan bersama pemazmur, "Ya ALLAH, Tuhanku, kekuatan keselamatanku, Eng­kau menudungi kepalaku pada hari pertarungan senjata." (Mzm. 140:8).
Setelah menyebutkan ketopong keselamatan, Paulus kemudian berbica­ra tentang "pedang roh," yang adalah Firman Allah. Bandingkan ayat ter­sebut dengan Ibrani 4:12. Kebenaran pentingapakahyangdibawakan oleh ayat-ayat ini, khususnya dalam konteks peperangan kita dengan Setan?
Ibrani 4:12
4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Pencobaan yang dihadapi Kristus seperti yang dicatat dalam Matius 4:1-10 merupakan suatu ilustrasi yang indah mengenai bagaimana Firman Allah da­pat menjadi senjata yang ampuh. Perikop ini juga harus memberikan sebuah dorongan pada orang Kristen untuk dapat menopang diri mereka dengan kebe­naran-kebenaran yang dinyatakan dalam Firman Allah.
Ada banyak kuasa yang bekerja dalam upaya melemahkan keyakinan kita pada Alkitab. Apakah kuasa-kuasa yang ada dalam masyarakat, ge­reja, atau budaya Anda? Lebih penting lagi, bagaimanakah Anda mem­pertahankan diri terhadap setiap upaya (yang pada saat ini bekerja secara halus) untuk melemahkan keyakinan Anda pada Firman Allah?
Kamis 15 November
BERDOALAH SETIAP WAKTU
Efesus 6:18 dimulai dengan frase "berdoalah setiap waktu," ini menyatakan bahwa berdoa berhubungan dengan ayat-ayat sebelumnya. Idenya di sini adalah bahwa dalam mengenakan, mengambil, dan menerima senjata surga semuanya membutuhkan ketergantungan pada Allah. Dengan demikian, "doa bukanlah suatu senjata yang lain; melainkan roh, sikap, dalam mengenakan seluruh sen­jata dan cara kita bertempur. Di sini Paulus menyarankannya sebagai suatu ke­adaan pikiran yang terus-menerus, sikap komunikasi yang berkesinambungan dengan Allah."— The SDA Bible Commentary, jld. 6, hlm. 1046.
Pelajari dengan saksama Efesus 6:18. Kata-kata dan ungkapan apakah yang dihubungkan dengan nasihat Paulus kepada orang Kristen tentang doa yang menganjurkan kewaspadaan dan kedisiplinan?
Efesus 6:18
6:18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,
Alkitab sering mengajak agar kita tidak jemu-jemu untuk berdoa (Luk. 18:1; Rm. 12:12; Flp. 4:6; Kol. 4:2; 1 Tes. 5:17). Namun dalam konteks berperang melawan kuasa-kuasa jahat yang Paulus sampaikan dalam Efesus 6, dia me­nekankan kenyataan bahwa setiap peristiwa dalam kehidupan perlu dibungkus dalam doa. Sikap doa yang seperti itu bukanlah suatu tuntutan yang kecil bagi orang Kristen, sebab kecenderungan kita pada saat kesukaran adalah bertanya kepada teman dekat dan kolega, yang sebenarnya hal ini juga baik dan ada wak­tunya. Walaupun demikian, doa, haruslah selalu menjadi barisan pertahanan pertama dan sesuatu yang harus selalu kita lakukan.
Efesus 6:18 dimulai dengan ungkapan "berdoalah setiap waktu" kemu­dian dilanjutkan dengan kata "berjaga-jagalah." Terhadap apakah kita patut berjaga-jaga, dan mengapa?
Ketika Yesus berada di Getsemani, Dia berkata pada Petrus dan murid-murid yang lain yang didapati-Nya sedang tertidur agar mereka berjaga-jaga dan berdoa (Mrk. 14:38). Sebelum hal ini terjadi, Yesus telah mengamarkan murid-murid- Nya untuk berjaga-jaga (Mrk. 13:33-37). Dari sudut pandang Lukas, berjaga- jaga memiliki kaitan dengan doa sebagai suatu hal yang perlu dilakukan secara tetap untuk dapat memberikan kekuatan kepada orang Kristen. Dalam Efesus 6:18 penekanannya adalah dalam berdoa untuk orang lain. Tidak diragukan, saat kita berdoa untuk orang lain, kita juga dikuatkan secara rohani, dan kita diper­senjatai lebih baik lagi untuk konflik berikutnya, apa pun bentuknya.
Mengapa berdoa untuk diri kita lebih penting bagi kita secara roha­ni daripada orang lain yang mendoakan kita (betapapun pentingnya hal ini)? Apakah manfaat yang dapat diberikan oleh doa pribadi terhadap diri Anda yang tidak dapat diberikan oleh doa orang lain?
Jumat 16 November
PENDALAMAN: Baca Ellen G. White, "Importance of Seeking True Knowledge," hlm. 312-314, dalam Testimonies for the Church, jld. 8; "The Color Line," hlm. 219, 220, dalam Testimonies for the Church, jld. 9; "O God! Help Me to Higher Levels," hlm. 105, dalam My Life Today', "Dipanggil untuk Mencapai Standar yang Tinggi," hlm. 260-271, dalam Alfa dan Omega, jld. 7.
"Dalam setiap jiwa ada dua kekuasaan yang berjuang meraih kemenangan. Pasukan yang tidak percaya, dipimpin oleh Setan, berusaha memisahkan kita dari Sumber kekuatan kita. Di pihak lain, pasukan iman, dipimpin oleh Kristus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman itu kepada kesempurnaan. Jam demi jam, dalam pemandangan surga, konflik itu berlangsung. Ini merupakan su- atu peperangan langsung, pertanyaannya adalah, Siapakah yang akan menang? Pertanyaan ini harus dijawab oleh diri kita sendiri. Dalam peperangan ini semua orang harus mengambil bagian, berperang di pihak yang satu atau pihak yang lain. Kita tidak dapat terhindar dari konflik ini. . . . Kita diminta untuk bersedia bagi konflik ini. Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, dan di dalam kekuatan kuasa- Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, agar kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Amaran ini diulangi kembali, 'Jadi kenakanlah se­luruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu, dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.'"—Ellen G. White, Sons and Daughters of God, hlm. 328.
"Kita harus mengenakan setiap senjata, dan berdiri teguh. Tuhan telah mem­berikan penghargaan pada kita dengan memilih kita sebagai prajurit-Nya. Mari­lah kita berperang dengan berani untuk Dia, mempertahankan kebenaran dalam setiap transaksi. Kejujuran dalam segala hal adalah penting bagi kesejahteraan jiwa. Ketika Anda berjuang untuk kemenangan atas kecenderungan Anda sendiri, Dia akan menolong Anda dengan Roh Kudus-Nya untuk berhati-hati dalam setiap tindakan, agar Anda tidak memberikan kesempatan pada musuh untuk berbicara jahat terhadap kebenaran. Kenakanlah baju zirah yaitu kebenaran Ilahi yang di­jaga, setiap orang berhak untuk dapat memakainya. Ini akan menjaga kehidupan rohanimu."—Ellen G. White, The SDA Bible Commentary, jld. 6, hlm. 1119.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.        Betapapun banyaknya pelajaran pekan ini menekankan aspek perjuang­an pribadi di mana semua terlibat, sebagai umat Kristen kita merupakan bagian dari masyarakat yang lebih besar. Bagaimanakah masyarakat se­cara keseluruhan dapat saling menolong satu sama lain dalam konflik perorangan yang mereka alami? Hal-hal praktis apa sajakah yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menolong mereka yang berada dalam kebutuhan rohani, yang mungkin datang dalam berbagai bentuk?
2.        Bagaimanakah gambaran militer yang Paulus gunakan dapat mem­perkuat realitas motif pertentangan besar yang sangat penting dalam Alkitab? Mengapa sangat penting untuk menjaga realitas konflik ini di hadapan kita? Siapakah yang dapat membayangkan seorang prajurit, dalam medan pertempuran, lupa bahwa dia juga sedang dalam pepe­rangan? Betapa lebih penting lagi agar kita juga tidak lupa?





No comments:

Post a Comment