Pelajaran 11 Triwulan III 2012

Download SSD 11 dalam bentuk ebook di sini.

Janji bagi yang Teraniaya (2 Tesalonika 1:1-12)

SABAT PETANG
BACA UNTUK PELAJARAN MINGGU INI: 2 Tes. 1:1-12; Yoh. 1:18; Rm. 2:5; 12:19; Why. 16:4-7; 20:1-6; Yoh. 14:1-3.
AYAT HAFALAN: "Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk ber­buat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu" (2 Tesa­lonika 1:11).
Pokok Pikiran: Kedatangan Yesus yang kedua kali adalah puncak dari se­mua pengharapan umat Kristen.
Karena pada saat itu komunikasi sangat lambat, jemaat yang ingin berbicara dengan Paulus harus melacak keberadaannya dan mengirimkan pesan kepadanya, yang pasti, hal ini bukanlah suatu proses yang mudah. Jika pada akhirnya mereka berhasil menghubunginya, rasul itu akan menuliskan surat balasan lalu mengirimkan surat itu kembali ke jemaat tersebut. Proses ini bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan. Pada saat yang sama berbagai aliran kepercayaan yang palsu memiliki cukup waktu untuk berkembang dan menyebar.
Nampaknya hal ini yang terjadi di Tesalonika, di mana masalah baru telah timbul di dalam gereja. Masalah ini menjadi lebih buruk karena penyalahgunaan tulisan Paulus dalam suratnya yang pertama. Surat yang kedua kepada jemaat Tesalonika adalah upaya Paulus untuk memperbaiki situasi.
Kata-kata Paulus dalam pelajaran pekan ini datang dari frase berikut: pada kedatangan yang kedua, umat percaya akan diselamatkan oleh intervensi Tuhan yang sangat spektakuler dalam Kristus. Bagian ini menyediakan informasi le­bih lanjut tentang sifat kedatangan-Nya.
*Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 15 September.
Minggu 9 September
SALAM HANGAT (2 TES. 1:1, 2)
"Dari Paulus, Silwanus, dan Timotius, kepada jemaat orang-orang Tesalonika di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia, dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu" (2 Tes. 1:1, 2). Pengharapan dan janji apakah yang diperoleh dari ucapan yang sangat sederhana ini? Berapa banyak­kah teologi di sana, berapa banyakkah pengharapan, berapa banyakkah janji? Bagaimanakah kita dapat belajar membuat pengharapan dan janji ini menjadi milik kita?

Paulus, seperti yang sering dia lakukan, berbicara tentang kasih karunia dan damai. Di satu sisi, apakah keduanya tidak terkait? Bukankah realisasi dari rah­mat Allah, dan janji pengampunan dalam Yesus, membawa damai dalam ke­hidupan kita? Betapa pentingnya bagi kita, tidak peduli apa pun keadaan kita, kita semua menyediakan waktu untuk memikirkan rencana keselamatan yang dibuat untuk kita dan kasih karunia yang ditawarkan kepada kita, terlepas dari ketidaklayakan kita. Apakah cara yang lebih baik untuk mengalami damai yang dijanjikan pada kita? Kita perlu mengalihkan fokus perhatian kita dari diri kita kepada Yesus dan apa yang telah Dia berikan kepada kita.
Bandingkan 1 Tesalonika 1:1 dengan 2 Tesalonika 1:1, 2. Ada sedikit perbedaan dalam kata-kata yang digunakan. Apakah hal penting yang di­temukan dalam perbedaan itu?
1 Tesalonika 1:1
1:1. Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.
2 Tesalonika 1:1, 2
1:1. Dari Paulus, Silwanus dan Timotius, kepada jemaat orang-orang Tesalonika di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
1:2 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.

Ada satu perbedaan antara 1 dan 2 Tesalonika. Paulus beralih dari "di da­lam Allah Bapa" (1 Tes. 1:1) menjadi "di dalam Allah, Bapa kita" (2 Tes. 1:1). Ini menambah sentuhan relasional. Ada orang yang merasa dekat pada Yesus namun masih merasa takut pada Allah Bapa. Paulus memberi jaminan kepada jemaat Tesalonika bahwa mereka dapat memiliki keyakinan dalam hubungan mereka dengan Bapa seperti dengan Yesus. Yesus datang ke dunia ini untuk menunjukkan kepada kita seperti apakah Bapa itu.
Baca Yohanes 1:18 dan 14:7-11. Apakah jaminan dan harapan yang kita bisa ambil dari ayat-ayat ini, khususnya jika dikaitkan dengan 2 Te­salonika 1:1, 2?
Yohanes 1:18
1:18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
14:7-11
14:7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."
14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.
14:11 Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Senin 10 September
UCAPAN SYUKUR PAULUS (2 TES. 1:3, 4)
Paulus memiliki kecenderungan menggunakan kalimat yang panjang. Surat 2 Tesalonika 1:3-10 merupakan satu kalimat yang berfokus pada peristiwa yang ter­jadi di seputar kedatangan Yesus yang kedua kali. Inti kalimat itu, tidaklah berfo­kus pada kedatangan yang kedua kali (2 Tes. 1:3): "Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu." Komentar Paulus sehubungan dengan keda­tangan Yesus (2 Tes. 1:6-10) merupakan bagian dari alasan dia mengucap syukur kepada Allah sehubungan dengan mereka, yaitu jemaat Tesalonika itu sendiri.
Baca 2 Tesalonika 1:3,4. Apakah prinsip rohani yang kita temukan di sini sehubungan dengan masalah iman? Apakah yang terjadi pada iman jika iman itu tidak bertumbuh?
2 Tesalonika 1:3,4
1:3 Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu,
1:4 sehingga dalam jemaat-jemaat Allah kami sendiri bermegah tentang kamu karena ketabahanmu dan imanmu dalam segala penganiayaan dan penindasan yang kamu derita:
"Kami terikat," atau "kami harus, " mengucap syukur kepada Allah meru­pakan kata kerja utama dalam 2 Tesalonika 1:3-10. Paulus merasa wajib untuk bersyukur pada Allah atas jemaat Tesalonika karena iman mereka bertambah kuat dan semakin kuat. Sementara itu, kasih mereka terhadap satu sama lain bertambah meningkat, dan kedua kata kerja ini dalam bahasa aslinya mengam­bil bentuk masa sekarang (present tense). Ini berarti bahwa pertumbuhan iman dan kasih mereka sangat konsisten dan berkelanjutan. Jenis pertumbuhan se­perti ini sangat mendasar bagi setiap gereja yang sehat. Seperti tanaman, jika suatu jemaat tidak bertumbuh secara rohani, jemaat itu akan mati.
Paulus akan memberikan kritik yang sangat nyata pada gereja dalam pasal dua dan tiga dari surat ini. Namun dia mengetahui bahwa orang membutuhkan pujian sebelum mereka dapat menerima kritik yang konstruktif. Dia menyedia­kan pujian itu dalam pasal yang pertama.
Salah satu alasan bagi pujian Paulus adalah bahwa jemaat di Tesalonika se­lalu menderita aniaya. Dia memuji kesabaran mereka dalam penderitaan. Gan­tinya membicarakan iman, pengharapan, dan kasih, di sini Paulus berbicara ten­tang iman, kasih, dan kesabaran. Kesabaran di sini menjadi pengganti pengha­rapan, hal ini mengarahkan Paulus pada penjelasan tentang kedatangan Yesus yang kedua kali pada pasal ini.
Hasil dari peningkatan iman dan kasih mereka adalah ketabahan mereka dalam menghadapi penderitaan telah menjadi sumber yang dapat dibanggakan oleh para rasul kepada gereja-gereja yang mereka kunjungi. Jemaat Tesalonika telah menjadi model komitmen Kristen dalam api penganiayaan.
Bagaimanakah ujian dan kesukaran dapat meningkatkan iman kita? Pada saat yang sama, siapakah yang tidak berjuang untuk memelihara imannya karena menghadapi ujian?
Selasa 11 September
PENDERITAAN SEBAGAI TANDA AKHIR (2 TES. 1:5, 6)
DuaTesalonika 1:5-10 dalam bahasa Yunani memiliki perasaan Peijanjian Lama (Alkitab umat Kristen Perjanjian Baru adalah Septuagint, terjemahan Perjanjian Lamadalam bahasa Yunani pada masa pra-Kristen). DuaTesalonika menunjukkan referensi yang lebih banyak pada Perjanjian Lama dibanding 1 Tesalonika.
Baca 2 Tesalonika 1:5, 6. Apakah yang Paulus katakan? Janji apakah yang ditemukan di sana?
2 Tesalonika 1:5, 6
1:5. suatu bukti tentang adilnya penghakiman Allah, yang menyatakan bahwa kamu layak menjadi warga Kerajaan Allah, kamu yang sekarang menderita karena Kerajaan itu.
1:6 Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu
Kata bukti berarti suatu indikasi yang jelas akan suatu hal. Apakah yang di­buktikan oleh penganiayaan umat Kristen (ay. 4). Ini bukanlah bukti dari peng­hakiman Allah atas umat-Nya. Sebaliknya, hal ini menunjukkan penghakiman pada masa mendatang, di mana umat Allah akan dibenarkan dan orang-orang yang menganiaya mereka akan menerima pengalaman yang sama seperti yang telah mereka lakukan pada orang lain.
Ada sebuah pekabaran di sini bagi kita. Kekerasan melahirkan kekerasan, dan mereka yang menggunakan kekerasan kepada orang lain memiliki alasan untuk takut akan masa depan. Penghakiman Allah akan meluruskan segala se­suatu. Mereka yang menganiaya umat Allah suatu hari nanti akan menerima keadilan dari Allah. Namun mereka yang menerima ketidakadilan oleh sebab iman mereka pada saat ini akan melihat penghakiman Allah pada masa menda­tang dengan penuh keyakinan. Pada hari itu, akan nyata bagi setiap orang bah­wa mereka menjadi sasaran kebaikan Allah. Perjanjian Baru mendorong umat percaya untuk menyatakan kasih karunia, belas kasihan, dan pengampunan ke­pada orang lain. Namun saat tindakan ini ditolak dan dibalas dengan kutukan, pukulan, dan pengurungan, kita sangat dikuatkan karena mengetahui bahwa ke­tidakadilan tidak akan berlangsung selamanya. Demikianlah, orang-orang kudus kepunyaan Allah diajak untuk memiliki kesabaran (lihat juga Why. 14:12).
Dalam 2 Tesalonika 1:5, 6, Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika yang teraniaya bahwa penghakiman yang sesungguhnya dari Allah pada masa men­datang akan menunjukkan persetujuan-Nya kepada mereka saat ini. Lebih da­ripada ini, kesabaran dan iman mereka dalam menghadapi ujian menjadi bukti yang membenarkan bahwa Allah telah memilih mereka. Dalam hal ini penderi­taan Kristen dapat menjadi dasar untuk bersukacita (1 Tes. 1:6, 7). Ini menjadi bukti nyata berada di pihak manakah kita pada saat Yesus datang kembali.
Ayat 5 menunjukkan penghakiman yang benar dari Allah dalam persetujuan- Nya kepada jemaat Tesalonika. Ayat 6 menunjukkan penghukuman dan peng­hancuran penganiaya mereka. Dalam dua kasus ini penghakiman adalah hasil akhir dari perilaku manusia pada saat ini.
Pernahkah Anda menjadi korban ketidakadilan, dan pelakunya tidak me­nerima hukuman yang layak atas perbuatannya? Lalu, penghiburan apakah yang Anda dapatkan dalam janji penghakiman Allah? Atau lihatlah dengan cara ini: pernahkah Anda memperlakukan orang dengan buruk, tidak adil, dan terbebas dari hal itu (sampai sejauh ini)? Jika demikian, bagaimanakah Anda melihat janji penghakiman Allah pada masa mendatang?
Rabu 12 September
API DAN KEHANCURAN (2 TES. 1:7-9)
Baca 2 Tesalonika 1:7-9. Apakah yang menjadi alasan utama bagi ke­hancuran orang jahat pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali? Ba­gaimanakah kita dapat memahami ayat-ayat ini dengan gagasan bahwa Allah itu penuh cinta, kasih karunia, dan pengampunan?
2 Tesalonika 1:7-9
1:7 dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala,
1:8 dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita.
1:9 Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya,

Banyak orang tidak merasa nyaman dengan bahasa yang ditulis dalam ayat-ayat ini. Mereka merasa bahwa pembalasan, dendam, hukuman, dan cawan pen­deritaan yang diberikan itu tidak layak bagi Allah yang penuh cinta, kasih ka­runia, dan rahmat. Namun penghukuman dan pembalasan sering menjadi tema utama dari tulisan Paulus (Rm. 2:5, 12:19). Paulus sangat yakin bahwa: Kea­dilan Allah suatu saat nanti akan dinyatakan.
Mengapa tidak? Setiap pemerintahan yang baik pada saat ini dalam berba­gai hal telah menunjukkan kekuasaannya dalam menahan kejahatan. Meskipun kekuasaan itu tidak selalu dinyatakan dalam bentuk kekerasan (seperti pelang­garan lalu lintas atau dalam masalah pajak), dalam berbagai hal, pada saat pe­laku kejahatan menggunakan kekerasan, mereka harus dihadapi dengan keke­rasan. Pemerintah yang baik memberikan pengendalian yang diperlukan agar kita semua dapat hidup dalam damai. Seringkah kejahatan itu tidak menyerah begitu saja. Semakin besar kekuatan dan kebrutalan kejahatan itu, semakin be­sar kekuatan yang dibutuhkan untuk menghalanginya.
Gambaran dalam perikop ini nampaknya tidak indah, namun hal itu mem­beri jaminan kepada kita bahwa Allah akan melakukan segala sesuatu untuk mengakhiri kekerasan dan penindasan.
Baca Wahyu 16:4-7 dan Daniel 7:21,22. Apakah yang ayat-ayat ini ajar­kan sehubungan dengan yang Paulus tulis dalam 2 Tesalonika?
Wahyu 16:4-7
16:4 Dan malaikat yang ketiga menumpahkan cawannya atas sungai-sungai dan mata-mata air, dan semuanya menjadi darah.
16:5 Dan aku mendengar malaikat yang berkuasa atas air itu berkata: "Adil Engkau, Engkau yang ada dan yang sudah ada, Engkau yang kudus, yang telah menjatuhkan hukuman ini.
16:6 Karena mereka telah menumpahkan darah orang-orang kudus dan para nabi, Engkau juga telah memberi mereka minum darah; hal itu wajar bagi mereka!"
16:7 Dan aku mendengar mezbah itu berkata: "Ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, benar dan adil segala penghakiman-Mu."
Daniel 7:21,22
7:21 Dan aku melihat tanduk itu berperang melawan orang-orang kudus dan mengalahkan mereka,
7:22 sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus itu memegang pemerintahan
Lewat pengalaman-Nya sendiri, Yesus memahami harga dari sebuah pen­deritaan. Dia dapat dipercaya untuk menjalankan keadilan Ilahi, tetapi tanpa berlebihan. Keadilan Ilahi akan menghasilkan penderitaan, namun satu iota pun tidak akan diberikan lebih dari yang dibutuhkan. Jika kita dapat memper­cayai Allah dalam segala hal, kita juga dapat mempercayai bahwa keadilan- Nya akan menyatakan kebijaksanaan dan keadilan yang tidak dapat kita paha­mi pada saat ini.
Tujuan dari pelajaran kali ini bukanlah bersukacita dalam pembalasan tetapi menguatkan mereka yang dianiaya dan ditindas. Hari keadilan itu akan datang. Kita tidak perlu meraih keadilan dengan tangan kita sendiri.
Kamis 13 September
MEMULIAKAN KRISTUS  (2 TES. I:10-12)
Baca 2 Tesalonika 1:10-12. Apakah artinya bahwa Yesus Kristus akan dimuliakan dalam kehidupan orang-orang kudus-Nya?
2 Tesalonika 1:10-12
1:10 apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya, sebab kesaksian yang kami bawa kepadamu telah kamu percayai.
1:11. Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,
1:12 sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

Kalimat dalam perikop pekan ini (2 Tes. 1:3-10) memberikan sejumlah rinci­an penting tentang kedatangan Yesus yang kedua kali. Saat Yesus kembali, Dia akan menindas para penindas dan menyediakan kelegaan kepada yang ditindas (lihat 2 Tes. 1:6, 7). Dia akan turun dari surga disertai malaikat-malaikat-Nya (2 Tes. 1:7). Dia akan datang dengan api yang menyala-nyala dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang menolak Allah dan Injil Yesus Kristus (2 Tes. 1:7,8). Orang jahat akan dibinasakan (2 Tes. 1:8, 9) sementara orang be­nar akan memuliakan Kristus (2 Tes. 1:10).
Peristiwa-peristiwa di sekitar kedatangan Yesus yang kedua kali mempersi­apkan jalan bagi masa seribu tahun, di mana dunia ini akan dibiarkan dalam ke­adaan yang sunyi selama seribu tahun (Why. 20:1-6). Meskipun ayat-ayat yang kita pelajari sepanjang pekan ini tidak menyebutkan kepada kita apa yang akan terjadi kepada orang benar, 1 Tesalonika 4:16, 17 memberitahukan kepada kita bahwa orang-orang yang diselamatkan akan bergabung dengan Yesus di awan- awan pada saat Dia kembali. Yohanes 14:1-3 memberikan petunjuk lebih lanjut bahwa Yesus akan membawa orang benar bersama-Nya ke surga.
Bagaimanakah Paulus menginstruksikan umat percaya agar bersedia bagi kedatangan Yesus yang kedua kali? 2 Tes. 1:11.
2 Tes. 1:11
1:11. Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,
Dengan ayat 10 Paulus mengakhiri pembicaraannya tentang orang jahat dan kembali membahas nasib orang benar saat kedatangan Yesus yang kedua kali. Dalam ayat 10-12, kemuliaan Yesus ditunjukkan dalam karakter mereka yang percaya kepada-Nya. Paulus bersukacita karena doa dan usahanya untuk jemaat Tesalonika akan terbukti ketika Yesus datang kembali (lihat 1 Tes. 2:19, 20).
Di sini Paulus membuat persiapan untuk pasal dua, di mana dia menyatakan bah­wa hari Tuhan belum tiba saatnya. Jika hari itu tiba, akan ada api yang menghangus­kan, kehancuran orang fasik, dan semua mata akan melihat kemuliaan Yesus.
Pada bagian hari ini, Paulus beralih dari Allah kepada Yesus, menggunakan dua istilah secara bergantian. Menurut inspirasi, Yesus adalah Allah. Ajaran ini sangat penting bagi kita. Semakin besar dan berkuasa Yesus itu, semakin berkuasa juga keselamatan yang diberikan-Nya dan semakin jelas gambaran Allah .yang kita te­rima saat kita merenungkan hidup-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan ke- datangan-Nya. Jika Yesus benar-benar Allah, maka Bapa itu sama seperti Dia.
Bagaimanakah kita dapat belajar melakukan urusan kita sehari-hari, namun tetap berada dalam pengharapan akan kedatangan Yesus yang kedua kali? Mengapa begitu mudah bagi kita, untuk melupakan kedatangan-Nya di tengah kesibukan kita sehari-hari? Bagaimanakah kita belajar memeli­hara janji yang luar biasa ini sebelum memulai urusan kita setiap hari, dan memberikan waktu, perhatian, yang semestinya bagi pengharapan itu?
Jumat 14 September
PENDALAMAN: "Alkitab ditulis oleh orang-orang yang diilhami, tetapi itu bukanlah gaya pikiran dan ungkapan Allah. Itu adalah dari manusia. Allah, sebagai penulis, tidak diwakili. Manusia akan sering mengatakan ungkapan sedemikian rupa tidak seperti Allah. Tetapi Allah tidak menaruh diri-Nya sendiri dalam kata-kata, dalam logika, dalam kata-kata yang indah, pada percobaan dalam Alkitab. Para penulis Alkitab adalah manusia pena Allah, bukan pena-Nya....
"Bukan kata-kata Alkitab yang diilhamkan, namun penulis itu yang diilhami. Ilham tidak secara langsung mempengaruhi kata-kata atau ekspresi penulis te­tapi mempengaruhi penulis itu sendiri, yang di bawah pengaruh Roh Kudus, menerima berbagai gagasan dari Roh Kudus. Tetapi kata-kata menerima kesan dari pikiran orang yang diilhami. Demikianlah gagasan yang berasal dari Allah tersebar luas. Pikiran dan kehendak Ilahi digabungkan dengan pikiran dan ke­hendak manusia; sehingga ucapan-ucapan manusia adalah Firman Allah."— Ellen G. White, Selected Messages, jld. 1, hlm. 21.
"Nasihat yang dikirimkan oleh Paulus kepada orang-orang Tesalonika dalam suratnya yang pertama mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya adalah selaras benar dengan ajarannya yang dulu. Namun perkataannya disalahartikan oleh beberapa orang dari saudara-saudara orang Tesalonika....
"Dalam suratnya yang kedua Paulus berusaha membetulkan salah pengerti­annya tentang pengajarannya dan menunjukkan di hadapan mereka pendiriannya yang sebenarnya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 223.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1.     Apakah kebenaran Alkitab lebih dinyatakan lewat penyelidikan yang intensif kata demi kata atau lewat tema-tema besar yang dapat kita per­oleh dengan membaca konteks yang lebih luas? Atau adakah waktu dan tempat untuk keduanya? Diskusikan jawaban Anda di kelas.
2.   Baca kutipan Ellen White di atas sehubungan dengan bagaimana ilham itu bekerja. Bagaimanakah hal ini dapat menolong kita memahami pe­ran manusia yang muncul beberapa kali dalam Alkitab?
3.    Apakah kedatangan Yesus yang kedua kali membuat Anda cemas, atau­kah hal itu justru membawa pengharapan? Apakah yang direfleksikan oleh jawaban Anda tentang hubungan Anda dengan Allah atau tentang pemahaman Anda akan Injil? Atau keduanya?
4.    Betapapun banyaknya kebenaran yang ada dalam Firman Tuhan yang menyatakan bahwa ujian iman dapat memperkuat iman dan karak­ter kita, apakah yang akan Anda katakan kepada mereka yang oleh karena cobaan yang mereka alami tidak hanya menyebabkan mereka mengalami kepahitan, kebencian, dan marah (dengan kata lain, tidak membangun tabiat) bahkan kehilangan iman mereka?
Rangkuman: Pada pasal pendahuluan dari surat 2 Tesalonika, Paulus bersukacita atas kesetiaan umat percaya di Tesalonika meskipun mengalami banyak penderitaan. Dia menguatkan mereka dengan menunjuk pada anti klimaks yang besar saat kedatangan Yesus yang kedua kali. Apa pun yang terjadi pada seka­rang, kita memiliki janji bahwa Allah akan menyatakan keadilan-Nya.







No comments:

Post a Comment