(1 Tesalonika 2:13-3:13)
BACA UNTUK
PELAJARAN MINGGU INI: 1 Tes. 2:13-3:13; Rm. 9:1-5; 11:1-12, 24-32; Mat. 24:9-22; 10:42.
AYAT
HAFALAN: "Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di
hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan
semua orang kudus-Nya" (1 Tesalonika 3:13).
Pokok Pikiran: Paulus terus memuji anggota jemaat
Tesalonika atas hal-hal baik yang dia lihat dalam kehidupan mereka dan
menguatkan mereka di tengah-tengah penganiayaan yang sedang mereka hadapi.
Saat kita membaca pelajaran ini, kita dapat melihat bahwa, bagi Paulus, jemaat
Tesalonika bukan sekadar anggota jemaat; mereka adalah sahabat-sahabatnya. Ada
suatu ikatan emosi yang kuat, antara Paulus dan anggota jemaat setempat, dan
Paulus menekankan ikatan tersebut saat dia berusaha untuk mengingatkan mereka
akan kasih yang dia miliki untuk mereka. Meskipun dia menyampaikan pujiannya
dengan tulus, kata-katanya juga mempersiapkan mereka dalam menghadapi kritikan
yang akan datang berikutnya.
Paulus memulai dan mengakhiri pelajarannya dengan
sebuah doa. Dalam arti bahwa seluruh bagian surat itu ditulis dengan doa dalam
pikiran. Fokus penting yang ditekankan dalam doa ini adalah kerinduan Paulus
untuk jemaat di Tesalonika supaya menjadi suci dan tidak bercacat (1 Tes.
3:13, lihat 1 Tes. 2:19, 20) pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali.
Persahabatan
yang Paulus miliki lebih dalam daripada persahabatan dunia; ini adalah suatu
persahabatan yang menembusi batas-batas waktu dan sejarah di dunia ini. Paulus
melihat ke depan di mana dia dapat menikmati masa kekekalan dengan umat percaya
di Tesalonika. Kerinduan inilah, yang membuat dia lebih memberikan perhatian
dalam suratnya terhadap keyakinan dan perilaku mereka. Paulus mengasihi
orang-orang ini dan menghendaki mereka agar kedapatan bersedia untuk kedatangan
Yesus yang kedua kali.
* Pelajari pelajaran pekan ini
sebagai persiapan untuk Sabat, 11 Agustus.
Minggu 5 Agustus
CONTOH KEHIDUPAN ORANG YUDEA (1 TES. 2:13-16)
Satu Tesalonika 2:13-16 bila dibaca secara sepintas
seperti menyimpang dari tema sebelumnya yang menyukakan hati Allah dan
memelihara anggota baru (1 Tes. 2:1-12). Namun ayat 13 melanjutkan tema
bagaimana jemaat Tesalonika menanggapi para rasul dan Injil yang diberitakan
kepada jemaat Tesalonika.
Dengan ayat
14, Paulus kembali kepada tema meneladani. Penganiayaan di Tesalonika
menggemakan penganiayaan umat Kristen di Yudea. Beberapa orang Yahudi
menganiaya umat Kristen Yahudi di Yudea, sementara bangsa bukan Yahudi dan
kelompok Yahudi bersama-sama menganiaya umat Kristen yang mayoritas bukan
Yahudi di Tesalonika. Di sini Paulus menunjukkan bahwa penganiayaan umat
Kristen terikat kepada suatu pola yang lebih besar. Mereka yang mengikut
Kristus akan menghadapi perlawanan, bahkan penganiayaan.
Baca 1 Tesalonika 2:14-16. Apakah
pekabaran dari perikop ini untuk kita yang hidup pada saat ini? Apakah yang
tidak diajarkan oleh ayat ini?
1 Tesalonika
2:14-16
2:14 Sebab kamu, saudara-saudara, telah menjadi
penurut jemaat-jemaat Allah di Yudea, jemaat-jemaat di dalam Kristus Yesus,
karena kamu juga telah menderita dari teman-teman sebangsamu segala sesuatu
yang mereka derita dari orang-orang Yahudi.
2:15 Bahkan orang-orang Yahudi itu telah membunuh
Tuhan Yesus dan para nabi dan telah menganiaya kami. Apa yang berkenan kepada
Allah tidak mereka pedulikan dan semua manusia mereka musuhi,
2:16 karena mereka mau menghalang-halangi kami
memberitakan firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka.
Demikianlah mereka terus-menerus menambah dosa mereka sampai genap jumlahnya
dan sekarang murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya.
Di sini Paulus menyatakan perasaannya terhadap
sekelompok orang Yahudi tertentu yang mengikuti jejak penginjilannya dari satu
tempat ke tempat yang lain, menabur bibit-bibit perselisihan dan perlawanan
terhadap rasul-rasul. Perikop yang mirip seperti ini (lihat juga Mat.
23:29-38) telah diselewengkan untuk membenarkan penganiayaan terhadap
orang-orang Yahudi. Namun penerapan umum dari ayat-ayat ini tidak sejalan
dengan apa yang Paulus maksudkan di sini. Paulus berbicara secara khusus di
sini tentang otoritas Yudea (kata yang diterjemahkan 'Yahudi' dalam /
Tesalonika 2:14 dapat juga diterjemahkan dengan 'orang Yu- dea')yang
bekerjasama dengan bangsa Roma dalam kematian Yesus dan berusaha untuk
menghalangi pemberitaan Injil di mana pun dan kapan pun mereka dapat lakukan.
Ternyata, Paulus nampaknya mengumandangkan apa yang Yesus sudah katakan tentang
mereka yang berusaha membunuh-Nya (Mat. 23:29-36).
Kita perlu mengingat bahwa Paulus sendiri adalah
seorang Yahudi. Dia tidak menjelekkan seluruh orang Yahudi. Yesus sendiri
dilahirkan sebagai orang Yahudi. Murid-murid yang pertama adalah orang Yahudi.
Orang Yahudi merupakan inti dari gereja yang mula-mula. Dalam pengamatan
Paulus, setiap orang Yahudi yang dia temui, seperti Silas, Bamabas, and
Timotius, berpotensi untuk menjadi sahabat sampai pada masa kekekalan (lihat
Rm. 9:1-5; 11:1-12, 24-32).
Setiap orang
di dunia ini adalah merupakan jiwa yang berharga karena untuknya Kristus telah
mati (Rm. 14:15; 1 Kor. 8:11). Prasangka terhadap berbagai golongan
umat manusia tidaklah cocok bagi mereka yang tinggal di kaki salib.
Sangatlah
mudah untuk mempersalahkan gereja atas kegagalan dalam memberikan perlakuan
yang sama untuk berbagai kelompok umat manusia. Bagaimanakah dengan diri kita
sendiri? Masih seberapa tebalkah prasangka etnis yang ada dalam hati kita?
Senin 6 Agustus
HARAPAN DAN SUKACITA PAULUS (1 TES. 2:17-20)
Dalam empat belas ayat yang ada mulai dari 1
Tesalonika 2:17 sampai 3:10, Paulus memberikan urutan peristiwa mengenai
pemisahannya dari umat percaya di Tesalonika. Tema tentang persahabatan mengisi
perikop itu. Orang-orang Tesalonika bukan saja anggota jemaat Paulus; mereka
adalah sahabat-sahabatnya. Seluruh pasal itu berisikan ekspresi perasaan yang
mendalam.
Paulus
menginginkan agar seluruh nasihatnya, dan kritikannya, terhadap gereja (dalam 1
Tesalonika 4 dan 5) dapat dibaca dalam terang kasih dan perhatiannya bagi
mereka. Dan oleh karena kasihnya ini, dia memiliki hak untuk menasihati gereja
di sana. Pemberian saran yang terbaik diterima bila didasarkan pada cinta.
Baca 1
Tesalonika 2:17-20. Apakah yang Paulus katakan di sini yang sangat relevan
untuk kita hari ini?
1 Tesalonika
2:17-20
2:17. Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika
terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh,
dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu.
2:18 Sebab kami telah berniat untuk datang kepada
kamu--aku, Paulus, malahan lebih dari sekali--,tetapi Iblis telah mencegah
kami.
2:19 Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita
kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu
kedatangan-Nya, kalau bukan kamu?
2:20 Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita
kami.
Kata kerja utama di ayat 17 (biasanya diterjemahkan
sebagai "diambil" atau "dipisahkan") berakar dari konsep
menjadi seorang yatim piatu. Ketika Paulus dipaksa meninggalkan Tesalonika
secara tiba-tiba, dia merasa kehilangan hubungan yang begitu erat seolah-olah
orang tuanya telah meninggal dunia. Dia ingin sekali mengunjungi mereka sebab
dia benar-benar kehilangan mereka. Mereka tidak hadir secara fisik tetapi
mereka selalu hadir dalam hatinya. Dia menyalahkan keterlambatan ini pada
Setan, kata-katanya di sini dalam bagian lain di Alkitab menunjukkan realitas
pertentangan yang besar.
Kerinduan Paulus terhadap umat percaya di Tesalonika,
bagaimanapun juga, didasarkan lebih dari sekadar hubungan sehari-hari; hal itu
memiliki fokus akhir zaman. Paulus melihat jauh ke depan dan berharap untuk
dapat "menampilkan mereka" di hadapan Yesus saat kedatangan-Nya yang
kedua kali. Mereka adalah bukti pelayanannya bagi Kristus, mereka adalah
sukacita dan kebanggaan eskatologis yang dia miliki! Paulus menginginkan ada
bukti pada akhirnya bahwa hidupnya telah membuat perbedaan dalam kehidupan
orang lain.
Apakah yang
ditunjukkan oleh pasal ini, supaya kita menjaga prioritas kita tetap lurus.
Keberadaan kita di sini bagaikan "uap" (Yak. 4:14), namun itu
adalah uap dengan konsekuensi yang kekal. Fokus Paulus, prioritas Paulus, ada
pada hal-hal yang abadi, yang memiliki nilai-nilai penting dan bertahan
selamanya. Setelah semuanya ini, jika Anda memikirkan akhir dari dunia ini.
Apakah lagi yang penting selain dari keselamatan jiwa-jiwa yang terhilang?
Bagaimanakah seharusnya agar segala sesuatu yang kita
lakukan dalam hidup ini memberikan pengaruh, sedikit atau banyak, bagi
keselamatan jiwa yang terhilang? Meskipun sangat indah nampaknya untuk
berdiskusi mengenai tujuan ini, bagaimanakah supaya hidup kita dapat sesuai
dengan tujuan ini?
Selasa 7 Agustus
KUNJUNGAN TIMOTIUS SEBAGAI PENGGANTI (1 TES. 3:1-5)
Baca 1 Tesalonika 3:1-5 dan Matius 24:9-22. Dalam
konteks apakah Paulus melihat penderitaan jemaat Tesalonika dan dirinya?
1 Tesalonika 3:1-5
3:1. Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami
mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena.
3:2 Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang
bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk
menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu,
3:3 supaya jangan ada orang yang goyang imannya
karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk
itu.
3:4 Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu,
telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal
itu, seperti kamu tahu, telah terjadi.
3:5 Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat
tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku
kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha
kami menjadi sia-sia.
Matius 24:9-22
24:9 Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya
disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena
nama-Ku,
24:10 dan banyak orang akan murtad dan mereka akan
saling menyerahkan dan saling membenci.
24:11 Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan
banyak orang.
24:12 Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan,
maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.
24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai pada
kesudahannya akan selamat.
24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh
dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba
kesudahannya."
24:15 "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji
berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para
pembaca hendaklah memperhatikannya--
24:16 maka orang-orang yang di Yudea haruslah
melarikan diri ke pegunungan.
24:17 Orang yang sedang di peranginan di atas rumah
janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya,
24:18 dan orang yang sedang di ladang janganlah ia
kembali untuk mengambil pakaiannya.
24:19 Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang
menyusukan bayi pada masa itu.
24:20 Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri
itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.
24:21 Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang
dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan
yang tidak akan terjadi lagi.
24:22 Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat,
maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh
karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.
Paulus sangat tertekan atas ketidakhadirannya di
Tesalonika sehingga dia memutuskan untuk mengirimkan Timotius ke Atena untuk
mendapatkan berita langsung mengenai situasi mereka. Kerinduannya yang
mendalam terhadap mereka membuat dia memilih tidak bersama Timotius untuk
sementara daripada kehilangan berita tentang keadaan mereka.
Karena misi Timotius adalah untuk menjadi seorang
pengganti bagi Paulus, Paulus berusaha sebaik mungkin untuk memberikan otoritas
kepadanya atas gereja. Timotius adalah saudara Paulus, hamba Allah dan teman
kerja dalam penginjilan. Beberapa catatan Yunani menyebutkan bahwa Timotius
adalah teman sekerja Allah. Ini merupakan pujian yang sangat tinggi. Paulus
mengetahui bahwa tugas ini sangat sukar, dan dia berusaha sebaik mungkin untuk
membuka jalan agar Timotius dapat diterima seolah-olah Paulus sendiri yang
telah datang.
Ayat 3 dan 4 memberikan ide tentang apa yang Paulus
akan katakan kepada jemaat Tesalonika jika dia dapat mengunjungi mereka. Kata
yang dipilih untuk menggambarkan penderitaan mereka adalah sama dengan yang
dituliskan dalam pasal-pasal tentang akhir zaman, seperti dalam Matius 24:9-22.
Penderitaan tidak harus datang dengan tiba-tiba. Kita semua telah diamarkan
tentang hal itu.
Penderitaan umat Kristen membawa pikiran kita pada
peristiwa akhirzaman, di mana semua pengikut Kristus yang sejati akan
menghadapi penganiayaan (lihat Why. 13:14-17). Pada saat penderitaan itu
benar-benar datang, kita harus melihatnya sebagai suatu kegenapan nubuatan dan
suatu dorongan yang memberi semangat gantinya sebuah keputusasaan. Tujuan
nubuat bukanlah untuk memuaskan rasa ingin tahu kita tentang masa depan
melainkan menyediakan jaminan yang pasti di tengah semua tantangan yang kita
hadapi setiap hari.
Dalam ayat
5, Paulus menyatakan bahwa dia memiliki motif tambahan dalam mengirimkan
Timotius. Dia khawatir bahwa kesulitan yang dialami oleh jemaat Tesalonika
dapat menyebabkan mereka kehilangan iman. Dia khawatir bahwa misinya ke
Tesalonika menjadi sia-sia atau tidak berhasil.
Apakah yang kita dapat buat setiap
hari, untuk mempersiapkan diri kita secara rohani atas berbagai ujian kehidupan
yang pasti kita alami?
Rabu 8 Agustus
HASIL KUNJUNGAN TIMOTIUS (1 TES. 3:6-10)
Baca 1 Tesalonika 3:6-8. Timotius
dikirim untuk memberikan dorongan bagi jemaat Tesalonika. Apakah bagian dari
laporan Timotius yang membawa sukacita dan dorongan bagi Paulus? Artinya,
apakah yang Timotius lihat di Tesalonika yang dianggap baik oleh Paulus?
1 Tesalonika
3:6-8
3:6. Tetapi sekarang, setelah Timotius datang
kembali dari kamu dan membawa kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan
kasihmu, dan bahwa kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan
ingin untuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin untuk berjumpa dengan
kamu,
3:7 maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala
kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu.
3:8 Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu
teguh berdiri di dalam Tuhan.
Kata tetapi di ayat 6 sangat tegas. Paulus
tidak membuang waktu dan segera menulis surat untuk jemaat Tesalonika. Begitu
dia mendapat berita dari Timotius, dia segera menulis surat 1 Tesalonika.
Apakah yang kita pelajari dari kehidupan doa Rasul
Paulus dari 1 Tesalonika 3:9, 10? Pelajaran apakah yang kita dapat ambil untuk
diri kita sendiri?
1 Tesalonika
3:9, 10
3:9 Sebab ucapan syukur apakah yang dapat kami
persembahkan kepada Allah atas segala sukacita, yang kami peroleh karena kamu,
di hadapan Allah kita?
3:10 Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya
kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.
Tidak adanya kata selalu dan tetap (lihat 1
Tes. 1:2) menandakan adanya sesuatu hal yang baru dalam sukacita dan rasa
syukur Paulus di sini melebihi sukacita dan rasa syukur yang senantiasa dia
rasakan pada saat dia berdoa untuk jemaat Tesalonika. Sukacita dalam 1
Tesalonika 3:9, 10 merupakan reaksi langsung atas berita yang dibawa oleh
Timotius.
Apakah yang
kurang dalam iman mereka (1 Tes. 3:10)? Ayat tersebut tidak memberikan
penjelasan. Namun dalam ayat-ayat selanjutnya, Paulus prihatin karena iman
mereka sifatnya praktis dan bukan teologis. Pasal 4 dan 5 menunjukkan bahwa
mereka perlu menyesuaikan praktik kehidupan mereka agar selaras dengan
keyakinan mereka. Meskipun mereka memiliki kasih dan iman dan berdiri teguh
dalam Tuhan, namun di kemudian hari kelihatan bahwa mereka masih memiliki
beberapa hal yang perlu diperkembang dan dilakukan.
Mengapa doa itu sangat penting dalam
perjalanan kita dengan Tuhan? Berapa banyakkah waktu yang Anda sisihkan untuk
berdoa? Apakah jawaban Anda menyatakan betapa pentingnya doa dalam kehidupan
Anda? Dalam cara apakah Anda dapat menguatkan kehidupan doamu?
Kamis 9 Agustus
DOA PAULUS YANG BARU (1 TES. 3:11-13)
Kedatangan Yesus yang kedua kali merupakan suatu kuasa
yang memberikan dorongan kepada pertumbuhan rohani. Setiap tindakan
penyelewengan atau penindasan akan dibawa ke pengadilan. Setiap tindakan kasih
atau kebaikan akan diakui dan dihargai (lihat, sebagai contoh, Mal. 10:42).
Hal itu berarti bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun itu, memiliki makna
dalam menentukan skema dari hal-hal yang terutama.
Namun sama
pentingnya bagi Paulus, dan penekanan dalam pelajaran pekan ini, bahwa
kedatangan Yesus yang kedua kali akan menjadi suatu pertemuan yang luar biasa
dari keluarga dan sahabat-sahabat, di mana hubungan mereka akan berlanjut
sampai masa kekekalan oleh karena apa yang Yesus telah kerjakan. Hubungan
Kristen tidak memiliki tanggal kedaluwarsa. Persahabatan itu ditentukan untuk
bertahan sampai pada masa kekekalan.
Baca 1
Tesalonika 3:11-13. Hal-hal apa sajakah yang Paulus sebutkan dalam doanya untuk
jemaat Tesalonika setelah kedatangan Timotius?
1 Tesalonika
3:11-13
3:11. Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus,
Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.
3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu
bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan
terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.
3:13 Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak
bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus,
Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.
1 Tesalonika 3:11-13 terdengar seperti doa berkat pada
akhir kebaktian. Paulus, sudah tentu berharap untuk kembali ke Tesalonika dan
memperbaiki segala kekurangan dalam iman gereja (1 Tes. 3:10). Tetapi,
meskipun dia tidak dapat kembali dia masih dapat meminta agar Allah dapat
memotivasi dan menumbuhkan jemaat Tesalonika menjadi jemaat yang penuh kasih,
bukan saja untuk satu sama lain namun juga untuk tetangga dan setiap orang yang
mereka temui. Kasih ini menjadi komponen penting dari tabiat mereka saat Yesus
kembali.
Komentar Paulus di ayat 13 agak membingungkan yang
menyebutkan bahwa Yesus akan datang "dengan semua orang kudus-Nya."
Kata kudus atau suci sewajarnya digunakan untuk manusia dalam
Perjanjian Baru. Pada sisi lain, ayat-ayat mengenai kedatangan Tuhan yang kedua
kali dalam Perjanjian Baru biasanya menggambarkan Yesus disertai malaikat-malaikat-Nya
dan bukan manusia (Mal. 24:30, 31; Mrk. 8:38; 13:27). Jadi, siapakah
orang kudus dalam ayat ini?
Solusi untuk masalah ini ialah dengan mengakui bahwa
dalam ayat 13 Paulus mengadopsi bahasa Zakharia 14:5 dan diterapkan untuk
kedatangan Yesus yang kedua kali. "Orang kudus" dalam Perjanjian
Lama memiliki makna malaikat-malaikat (lihat juga UI. 33:2; Dan. 7:10).
Perjanjian Baru, pada sisi lain, memberikan kata orang kudus arti baru:
mereka adalah manusia yang kebenarannya berasal dari Yesus. Dalam 1 Tesalonika
3:13, bagaimanapun juga, Paulus merujuk pada definisi Perjanjian Lama untuk
kata kudus sebagai malaikat yang berdiri di hadapan Allah. Dengan
demikian, mereka akan menyertai Tuhan Yesus saat Dia datang kembali.
Jumat 10 Agustus
PENDALAMAN: "Tibanya Silas dan Timotius dari Makedonia,
selama persinggahan Paulus di Korintus, telah menggembirakan rasul itu. Mereka
membawa kepadanya 'kabar baik'tentang 'iman dan kasih' dari mereka yang telah
menerima kebenaran selama kunjungan yang pertamadari pesuruh-pesuruh Injil
kepada orang Tesalonika. Hati Paulus menunjukkan dengan lemah lembut terhadap
orang-orang percaya ini, yang di tengah-tengah pencobaan dan kesengsaraan,
telah tetap setia kepada Allah."— Ellen G. White, Alfa dan Omega,
jld. 7, hlm. 215.
"Sesungguhnya,
kasih yang dilahirkan surga tidak mementingkan diri dan tidak berubah. Ia tidak
bergantung atas pujian manusia. Hati orang yang menerima rahmat Allah mengalir
dengan cinta kepada Allah dan bagi mereka untuk siapa Kristus telah mati.
Dirinya sendiri tidak berusaha mencari pengakuan. Ia tidak mengasihi orang lain
karena mereka mengasihi dan menyenangkan dia, karena mereka menghargai
jasa-jasanya. Tetapi sebab mereka adalah milik yang dibeli Yesus. Jika
motifnya, perkataannya atau tindakannya disalahmengerti atau salah tafsir, ia
tidak merasa kecil hati, tetapi meneruskan cara hidupnya itu. ia ramah dan
bijaksana, rendah hati dalam menilai dirinya sendiri, namun penuh dengan
harapan, selalu percaya kepada pengasihan dan kasih Allah."—Ellen G.
White, Membina Kehidupan Abadi, hlm. 70.
PERTANYAAN UNTUK
DISKUSI:
1.
Dalam kutipan di atas, Ellen White menggunakan frase jiwa-jiwa yang
untuknya Kristus telah mati. Seberapa luaskah penerapan frase itu? Apakah untuk
semua orang di dunia? Atau hanya untuk sesama umat percaya dalam Kristus? Jika
Kristus benar-benar mati untuk setiap orang, lalu mengapa tidak semua orang
diselamatkan?
2.
Berapa pentingkah hubungan baik itu dikembangkan sebelum kita memberikan
saran atau kritikan untuk sesama umat percaya? Apakah yang dapat kita pelajari
tentang hal ini dari teladan Paulus dalam pelajaran pekan ini? Apakah yang
dapat kita pelajari dari hal ini yang dapat menolong kita dalam pelayanan kita
bagi orang lain?
3.
Kasih dan perhatian Paulus untuk umat percaya diTesalonika begitu nyata.
Kasih ini mencerminkan kasih yang Yesus nyatakan saat Dia berada di dunia.
Kasih itu sangat berkuasa untuk melembutkan dan membuka hati manusia kepada
kasih karunia Allah. Apakah yang dapat kita pelajari dalam mengasihi orang
lain lebih dari apa yang kita sudah lakukan? Bagaimanakah kita juga dapat
menyatakan lebih baik lagi kasih itu?
RANGKUMAN: Dalam 1 Tesalonika 2:13-3:13 Paulus menjelaskan berbagai
peristiwa dan emosi yang menyertainya sejak dia dipaksa meninggalkan Tesalonika
sampai pada waktu Timotius kembali ke Korintus dengan membawa berita tentang
jemaat Tesalonika. Penekanan utama pasal ini adalah ikatan yang kuat antara
Paulus dengan umat percaya di Tesalonika.
No comments:
Post a Comment