PELAJARAN 6 Triwulan III 2012


(1 Tesalonika 2:13-3:13)
BACA UNTUK PELAJARAN MINGGU INI: 1 Tes. 2:13-3:13; Rm. 9:1-5; 11:1-12, 24-32; Mat. 24:9-22; 10:42.
AYAT HAFALAN: "Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Ye­sus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya" (1 Tesalonika 3:13).
Pokok Pikiran: Paulus terus memuji anggota jemaat Tesalonika atas hal-hal baik yang dia lihat dalam kehidupan mereka dan menguatkan mereka di tengah-tengah penganiayaan yang sedang mereka hadapi.
Saat kita membaca pelajaran ini, kita dapat melihat bahwa, bagi Paulus, jemaat Tesalonika bukan sekadar anggota jemaat; mereka adalah sahabat-sahabatnya. Ada suatu ikatan emosi yang kuat, antara Paulus dan anggota jemaat setempat, dan Paulus menekankan ikatan tersebut saat dia berusaha un­tuk mengingatkan mereka akan kasih yang dia miliki untuk mereka. Meskipun dia menyampaikan pujiannya dengan tulus, kata-katanya juga mempersiapkan mereka dalam menghadapi kritikan yang akan datang berikutnya.
Paulus memulai dan mengakhiri pelajarannya dengan sebuah doa. Dalam arti bahwa seluruh bagian surat itu ditulis dengan doa dalam pikiran. Fokus penting yang ditekankan dalam doa ini adalah kerinduan Paulus untuk jemaat di Tesalonika supaya menjadi suci dan tidak bercacat (1 Tes. 3:13, lihat 1 Tes. 2:19, 20) pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali.
Persahabatan yang Paulus miliki lebih dalam daripada persahabatan dunia; ini adalah suatu persahabatan yang menembusi batas-batas waktu dan sejarah di dunia ini. Paulus melihat ke depan di mana dia dapat menikmati masa ke­kekalan dengan umat percaya di Tesalonika. Kerinduan inilah, yang membuat dia lebih memberikan perhatian dalam suratnya terhadap keyakinan dan peri­laku mereka. Paulus mengasihi orang-orang ini dan menghendaki mereka agar kedapatan bersedia untuk kedatangan Yesus yang kedua kali.
* Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 11 Agustus.
Minggu 5 Agustus
CONTOH KEHIDUPAN ORANG YUDEA (1 TES. 2:13-16)
Satu Tesalonika 2:13-16 bila dibaca secara sepintas seperti menyimpang dari tema sebelumnya yang menyukakan hati Allah dan memelihara anggota baru (1 Tes. 2:1-12). Namun ayat 13 melanjutkan tema bagaimana jemaat Tesalonika menanggapi para rasul dan Injil yang diberitakan kepada jemaat Tesalonika.
Dengan ayat 14, Paulus kembali kepada tema meneladani. Penganiayaan di Tesalonika menggemakan penganiayaan umat Kristen di Yudea. Beberapa orang Yahudi menganiaya umat Kristen Yahudi di Yudea, sementara bangsa bukan Ya­hudi dan kelompok Yahudi bersama-sama menganiaya umat Kristen yang ma­yoritas bukan Yahudi di Tesalonika. Di sini Paulus menunjukkan bahwa peng­aniayaan umat Kristen terikat kepada suatu pola yang lebih besar. Mereka yang mengikut Kristus akan menghadapi perlawanan, bahkan penganiayaan.
Baca 1 Tesalonika 2:14-16. Apakah pekabaran dari perikop ini untuk kita yang hidup pada saat ini? Apakah yang tidak diajarkan oleh ayat ini?
1 Tesalonika 2:14-16
2:14 Sebab kamu, saudara-saudara, telah menjadi penurut jemaat-jemaat Allah di Yudea, jemaat-jemaat di dalam Kristus Yesus, karena kamu juga telah menderita dari teman-teman sebangsamu segala sesuatu yang mereka derita dari orang-orang Yahudi.
2:15 Bahkan orang-orang Yahudi itu telah membunuh Tuhan Yesus dan para nabi dan telah menganiaya kami. Apa yang berkenan kepada Allah tidak mereka pedulikan dan semua manusia mereka musuhi,
2:16 karena mereka mau menghalang-halangi kami memberitakan firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka. Demikianlah mereka terus-menerus menambah dosa mereka sampai genap jumlahnya dan sekarang murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya.


Di sini Paulus menyatakan perasaannya terhadap sekelompok orang Yahu­di tertentu yang mengikuti jejak penginjilannya dari satu tempat ke tempat yang lain, menabur bibit-bibit perselisihan dan perlawanan terhadap rasul-rasul. Perikop yang mirip seperti ini (lihat juga Mat. 23:29-38) telah diselewengkan untuk mem­benarkan penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi. Namun penerapan umum dari ayat-ayat ini tidak sejalan dengan apa yang Paulus maksudkan di sini. Paulus berbicara secara khusus di sini tentang otoritas Yudea (kata yang diterjemahkan 'Yahudi' dalam / Tesalonika 2:14 dapat juga diterjemahkan dengan 'orang Yu- dea')yang bekerjasama dengan bangsa Roma dalam kematian Yesus dan berusaha untuk menghalangi pemberitaan Injil di mana pun dan kapan pun mereka dapat lakukan. Ternyata, Paulus nampaknya mengumandangkan apa yang Yesus sudah katakan tentang mereka yang berusaha membunuh-Nya (Mat. 23:29-36).
Kita perlu mengingat bahwa Paulus sendiri adalah seorang Yahudi. Dia tidak menjelekkan seluruh orang Yahudi. Yesus sendiri dilahirkan sebagai orang Yahu­di. Murid-murid yang pertama adalah orang Yahudi. Orang Yahudi merupakan inti dari gereja yang mula-mula. Dalam pengamatan Paulus, setiap orang Yahudi yang dia temui, seperti Silas, Bamabas, and Timotius, berpotensi untuk menjadi sahabat sampai pada masa kekekalan (lihat Rm. 9:1-5; 11:1-12, 24-32).
Setiap orang di dunia ini adalah merupakan jiwa yang berharga karena untuk­nya Kristus telah mati (Rm. 14:15; 1 Kor. 8:11). Prasangka terhadap berbagai go­longan umat manusia tidaklah cocok bagi mereka yang tinggal di kaki salib.
Sangatlah mudah untuk mempersalahkan gereja atas kegagalan dalam memberikan perlakuan yang sama untuk berbagai kelompok umat ma­nusia. Bagaimanakah dengan diri kita sendiri? Masih seberapa tebalkah prasangka etnis yang ada dalam hati kita?
Senin 6 Agustus
HARAPAN DAN SUKACITA PAULUS (1 TES. 2:17-20)
Dalam empat belas ayat yang ada mulai dari 1 Tesalonika 2:17 sampai 3:10, Paulus memberikan urutan peristiwa mengenai pemisahannya dari umat percaya di Tesalonika. Tema tentang persahabatan mengisi perikop itu. Orang-orang Te­salonika bukan saja anggota jemaat Paulus; mereka adalah sahabat-sahabatnya. Seluruh pasal itu berisikan ekspresi perasaan yang mendalam.
Paulus menginginkan agar seluruh nasihatnya, dan kritikannya, terhadap gereja (dalam 1 Tesalonika 4 dan 5) dapat dibaca dalam terang kasih dan per­hatiannya bagi mereka. Dan oleh karena kasihnya ini, dia memiliki hak untuk menasihati gereja di sana. Pemberian saran yang terbaik diterima bila didasar­kan pada cinta.
Baca 1 Tesalonika 2:17-20. Apakah yang Paulus katakan di sini yang sangat relevan untuk kita hari ini?
1 Tesalonika 2:17-20
2:17. Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu.
2:18 Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu--aku, Paulus, malahan lebih dari sekali--,tetapi Iblis telah mencegah kami.
2:19 Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu?
2:20 Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.
Kata kerja utama di ayat 17 (biasanya diterjemahkan sebagai "diambil" atau "dipisahkan") berakar dari konsep menjadi seorang yatim piatu. Ketika Paulus dipaksa meninggalkan Tesalonika secara tiba-tiba, dia merasa kehilangan hu­bungan yang begitu erat seolah-olah orang tuanya telah meninggal dunia. Dia ingin sekali mengunjungi mereka sebab dia benar-benar kehilangan mereka. Mereka tidak hadir secara fisik tetapi mereka selalu hadir dalam hatinya. Dia menyalahkan keterlambatan ini pada Setan, kata-katanya di sini dalam bagian lain di Alkitab menunjukkan realitas pertentangan yang besar.
Kerinduan Paulus terhadap umat percaya di Tesalonika, bagaimanapun juga, didasarkan lebih dari sekadar hubungan sehari-hari; hal itu memiliki fokus akhir zaman. Paulus melihat jauh ke depan dan berharap untuk dapat "menampilkan mereka" di hadapan Yesus saat kedatangan-Nya yang kedua kali. Mereka ada­lah bukti pelayanannya bagi Kristus, mereka adalah sukacita dan kebanggaan eskatologis yang dia miliki! Paulus menginginkan ada bukti pada akhirnya bah­wa hidupnya telah membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain.
Apakah yang ditunjukkan oleh pasal ini, supaya kita menjaga prioritas kita tetap lurus. Keberadaan kita di sini bagaikan "uap" (Yak. 4:14), namun itu adalah uap dengan konsekuensi yang kekal. Fokus Paulus, prioritas Paulus, ada pada hal-hal yang abadi, yang memiliki nilai-nilai penting dan bertahan selamanya. Setelah semuanya ini, jika Anda memikirkan akhir dari dunia ini. Apakah lagi yang penting selain dari keselamatan jiwa-jiwa yang terhilang?
Bagaimanakah seharusnya agar segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup ini memberikan pengaruh, sedikit atau banyak, bagi keselamatan jiwa yang terhilang? Meskipun sangat indah nampaknya untuk berdiskusi mengenai tujuan ini, bagaimanakah supaya hidup kita dapat sesuai dengan tujuan ini?
Selasa 7 Agustus
KUNJUNGAN TIMOTIUS SEBAGAI PENGGANTI (1 TES. 3:1-5)
Baca 1 Tesalonika 3:1-5 dan Matius 24:9-22. Dalam konteks apakah Paulus melihat penderitaan jemaat Tesalonika dan dirinya?
1 Tesalonika 3:1-5
3:1. Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena.
3:2 Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu,
3:3 supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu.
3:4 Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi.
3:5 Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.

Matius 24:9-22
24:9 Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,
24:10 dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci.
24:11 Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.
24:12 Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.
24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."
24:15 "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel--para pembaca hendaklah memperhatikannya--
24:16 maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan.
24:17 Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya,
24:18 dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya.
24:19 Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu.
24:20 Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.
24:21 Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.
24:22 Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.

Paulus sangat tertekan atas ketidakhadirannya di Tesalonika sehingga dia memutuskan untuk mengirimkan Timotius ke Atena untuk mendapatkan beri­ta langsung mengenai situasi mereka. Kerinduannya yang mendalam terhadap mereka membuat dia memilih tidak bersama Timotius untuk sementara daripa­da kehilangan berita tentang keadaan mereka.
Karena misi Timotius adalah untuk menjadi seorang pengganti bagi Paulus, Paulus berusaha sebaik mungkin untuk memberikan otoritas kepadanya atas ge­reja. Timotius adalah saudara Paulus, hamba Allah dan teman kerja dalam peng­injilan. Beberapa catatan Yunani menyebutkan bahwa Timotius adalah teman se­kerja Allah. Ini merupakan pujian yang sangat tinggi. Paulus mengetahui bahwa tugas ini sangat sukar, dan dia berusaha sebaik mungkin untuk membuka jalan agar Timotius dapat diterima seolah-olah Paulus sendiri yang telah datang.
Ayat 3 dan 4 memberikan ide tentang apa yang Paulus akan katakan kepada jemaat Tesalonika jika dia dapat mengunjungi mereka. Kata yang dipilih untuk menggambarkan penderitaan mereka adalah sama dengan yang dituliskan dalam pasal-pasal tentang akhir zaman, seperti dalam Matius 24:9-22. Penderitaan tidak harus datang dengan tiba-tiba. Kita semua telah diamarkan tentang hal itu.
Penderitaan umat Kristen membawa pikiran kita pada peristiwa akhirzaman, di mana semua pengikut Kristus yang sejati akan menghadapi penganiayaan (lihat Why. 13:14-17). Pada saat penderitaan itu benar-benar datang, kita harus melihatnya sebagai suatu kegenapan nubuatan dan suatu dorongan yang mem­beri semangat gantinya sebuah keputusasaan. Tujuan nubuat bukanlah untuk memuaskan rasa ingin tahu kita tentang masa depan melainkan menyediakan jaminan yang pasti di tengah semua tantangan yang kita hadapi setiap hari.
Dalam ayat 5, Paulus menyatakan bahwa dia memiliki motif tambahan da­lam mengirimkan Timotius. Dia khawatir bahwa kesulitan yang dialami oleh jemaat Tesalonika dapat menyebabkan mereka kehilangan iman. Dia khawatir bahwa misinya ke Tesalonika menjadi sia-sia atau tidak berhasil.
Apakah yang kita dapat buat setiap hari, untuk mempersiapkan diri kita secara rohani atas berbagai ujian kehidupan yang pasti kita alami?

Rabu 8 Agustus
HASIL KUNJUNGAN TIMOTIUS (1 TES. 3:6-10)
Baca 1 Tesalonika 3:6-8. Timotius dikirim untuk memberikan dorongan bagi jemaat Tesalonika. Apakah bagian dari laporan Timotius yang mem­bawa sukacita dan dorongan bagi Paulus? Artinya, apakah yang Timoti­us lihat di Tesalonika yang dianggap baik oleh Paulus?
1 Tesalonika 3:6-8
3:6. Tetapi sekarang, setelah Timotius datang kembali dari kamu dan membawa kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin untuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin untuk berjumpa dengan kamu,
3:7 maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu.
3:8 Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan.
Kata tetapi di ayat 6 sangat tegas. Paulus tidak membuang waktu dan sege­ra menulis surat untuk jemaat Tesalonika. Begitu dia mendapat berita dari Ti­motius, dia segera menulis surat 1 Tesalonika.

Apakah yang kita pelajari dari kehidupan doa Rasul Paulus dari 1 Te­salonika 3:9, 10? Pelajaran apakah yang kita dapat ambil untuk diri kita sendiri?
1 Te­salonika 3:9, 10
3:9 Sebab ucapan syukur apakah yang dapat kami persembahkan kepada Allah atas segala sukacita, yang kami peroleh karena kamu, di hadapan Allah kita?
3:10 Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.

Tidak adanya kata selalu dan tetap (lihat 1 Tes. 1:2) menandakan adanya sesuatu hal yang baru dalam sukacita dan rasa syukur Paulus di sini melebihi sukacita dan rasa syukur yang senantiasa dia rasakan pada saat dia berdoa un­tuk jemaat Tesalonika. Sukacita dalam 1 Tesalonika 3:9, 10 merupakan reaksi langsung atas berita yang dibawa oleh Timotius.
Apakah yang kurang dalam iman mereka (1 Tes. 3:10)? Ayat tersebut tidak memberikan penjelasan. Namun dalam ayat-ayat selanjutnya, Paulus prihatin karena iman mereka sifatnya praktis dan bukan teologis. Pasal 4 dan 5 menun­jukkan bahwa mereka perlu menyesuaikan praktik kehidupan mereka agar sela­ras dengan keyakinan mereka. Meskipun mereka memiliki kasih dan iman dan berdiri teguh dalam Tuhan, namun di kemudian hari kelihatan bahwa mereka masih memiliki beberapa hal yang perlu diperkembang dan dilakukan.
Mengapa doa itu sangat penting dalam perjalanan kita dengan Tuhan? Berapa banyakkah waktu yang Anda sisihkan untuk berdoa? Apakah ja­waban Anda menyatakan betapa pentingnya doa dalam kehidupan Anda? Dalam cara apakah Anda dapat menguatkan kehidupan doamu?

Kamis 9 Agustus
DOA PAULUS YANG BARU (1 TES. 3:11-13)
Kedatangan Yesus yang kedua kali merupakan suatu kuasa yang membe­rikan dorongan kepada pertumbuhan rohani. Setiap tindakan penyelewengan atau penindasan akan dibawa ke pengadilan. Setiap tindakan kasih atau kebaik­an akan diakui dan dihargai (lihat, sebagai contoh, Mal. 10:42). Hal itu berarti bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun itu, memiliki makna dalam menentukan skema dari hal-hal yang terutama.
Namun sama pentingnya bagi Paulus, dan penekanan dalam pelajaran pekan ini, bahwa kedatangan Yesus yang kedua kali akan menjadi suatu pertemuan yang luar biasa dari keluarga dan sahabat-sahabat, di mana hubungan mereka akan berlanjut sampai masa kekekalan oleh karena apa yang Yesus telah kerja­kan. Hubungan Kristen tidak memiliki tanggal kedaluwarsa. Persahabatan itu ditentukan untuk bertahan sampai pada masa kekekalan.
Baca 1 Tesalonika 3:11-13. Hal-hal apa sajakah yang Paulus sebutkan dalam doanya untuk jemaat Tesalonika setelah kedatangan Timotius?
1 Tesalonika 3:11-13
3:11. Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.
3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.
3:13 Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.

1 Tesalonika 3:11-13 terdengar seperti doa berkat pada akhir kebaktian. Paul­us, sudah tentu berharap untuk kembali ke Tesalonika dan memperbaiki segala kekurangan dalam iman gereja (1 Tes. 3:10). Tetapi, meskipun dia tidak dapat kembali dia masih dapat meminta agar Allah dapat memotivasi dan menum­buhkan jemaat Tesalonika menjadi jemaat yang penuh kasih, bukan saja untuk satu sama lain namun juga untuk tetangga dan setiap orang yang mereka temui. Kasih ini menjadi komponen penting dari tabiat mereka saat Yesus kembali.
Komentar Paulus di ayat 13 agak membingungkan yang menyebutkan bah­wa Yesus akan datang "dengan semua orang kudus-Nya." Kata kudus atau suci sewajarnya digunakan untuk manusia dalam Perjanjian Baru. Pada sisi lain, ayat-ayat mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kali dalam Perjanjian Baru biasanya menggambarkan Yesus disertai malaikat-malaikat-Nya dan bukan manusia (Mal. 24:30, 31; Mrk. 8:38; 13:27). Jadi, siapakah orang kudus da­lam ayat ini?
Solusi untuk masalah ini ialah dengan mengakui bahwa dalam ayat 13 Paul­us mengadopsi bahasa Zakharia 14:5 dan diterapkan untuk kedatangan Ye­sus yang kedua kali. "Orang kudus" dalam Perjanjian Lama memiliki makna malaikat-malaikat (lihat juga UI. 33:2; Dan. 7:10). Perjanjian Baru, pada sisi lain, memberikan kata orang kudus arti baru: mereka adalah manusia yang ke­benarannya berasal dari Yesus. Dalam 1 Tesalonika 3:13, bagaimanapun juga, Paulus merujuk pada definisi Perjanjian Lama untuk kata kudus sebagai malai­kat yang berdiri di hadapan Allah. Dengan demikian, mereka akan menyertai Tuhan Yesus saat Dia datang kembali.

Jumat 10 Agustus
PENDALAMAN: "Tibanya Silas dan Timotius dari Makedonia, selama persing­gahan Paulus di Korintus, telah menggembirakan rasul itu. Mereka membawa kepadanya 'kabar baik'tentang 'iman dan kasih' dari mereka yang telah menerima kebenaran selama kunjungan yang pertamadari pesuruh-pesuruh Injil kepada orang Tesalonika. Hati Paulus menunjukkan dengan lemah lembut terhadap orang-orang percaya ini, yang di tengah-tengah pencobaan dan kesengsaraan, telah tetap setia kepada Allah."— Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 215.
"Sesungguhnya, kasih yang dilahirkan surga tidak mementingkan diri dan tidak berubah. Ia tidak bergantung atas pujian manusia. Hati orang yang mene­rima rahmat Allah mengalir dengan cinta kepada Allah dan bagi mereka untuk siapa Kristus telah mati. Dirinya sendiri tidak berusaha mencari pengakuan. Ia tidak mengasihi orang lain karena mereka mengasihi dan menyenangkan dia, karena mereka menghargai jasa-jasanya. Tetapi sebab mereka adalah milik yang dibeli Yesus. Jika motifnya, perkataannya atau tindakannya disalahmengerti atau salah tafsir, ia tidak merasa kecil hati, tetapi meneruskan cara hidupnya itu. ia ramah dan bijaksana, rendah hati dalam menilai dirinya sendiri, namun penuh dengan harapan, selalu percaya kepada pengasihan dan kasih Allah."—Ellen G. White, Membina Kehidupan Abadi, hlm. 70.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1.        Dalam kutipan di atas, Ellen White menggunakan frase jiwa-jiwa yang untuknya Kristus telah mati. Seberapa luaskah penerapan frase itu? Apakah untuk semua orang di dunia? Atau hanya untuk sesama umat percaya dalam Kristus? Jika Kristus benar-benar mati untuk setiap orang, lalu mengapa tidak semua orang diselamatkan?
2.        Berapa pentingkah hubungan baik itu dikembangkan sebelum kita memberikan saran atau kritikan untuk sesama umat percaya? Apa­kah yang dapat kita pelajari tentang hal ini dari teladan Paulus dalam pelajaran pekan ini? Apakah yang dapat kita pelajari dari hal ini yang dapat menolong kita dalam pelayanan kita bagi orang lain?
3.        Kasih dan perhatian Paulus untuk umat percaya diTesalonika begitu nya­ta. Kasih ini mencerminkan kasih yang Yesus nyatakan saat Dia berada di dunia. Kasih itu sangat berkuasa untuk melembutkan dan membuka hati manusia kepada kasih karunia Allah. Apakah yang dapat kita pela­jari dalam mengasihi orang lain lebih dari apa yang kita sudah lakukan? Bagaimanakah kita juga dapat menyatakan lebih baik lagi kasih itu?
RANGKUMAN: Dalam 1 Tesalonika 2:13-3:13 Paulus menjelaskan ber­bagai peristiwa dan emosi yang menyertainya sejak dia dipaksa meninggalkan Tesalonika sampai pada waktu Timotius kembali ke Korintus dengan memba­wa berita tentang jemaat Tesalonika. Penekanan utama pasal ini adalah ikatan yang kuat antara Paulus dengan umat percaya di Tesalonika.


No comments:

Post a Comment