Pelajaran 5 Triwulan III 2012


(1 Tesalonika 2:1-12)

SABAT PETANG
BACA UNTUK PELAJARAN MINGGU INI: 1 Tes. 2:1-12; Kis. 16; UI. 10:16; Mzm. 51:1-10; 2 Kor. 8:1-5; Luk. 11:11-13.

AYAT HAFALAN: "Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk me­nyukakan Allah yang menguji hati kita" (1 Tesalonika 2:4).

Pokok Pikiran: Dengan mengungkapkan apa motif yang seharusnya di­miliki dalam pelayanan, Paulus dapat menolong kita semua menguji hati kita dan hidup dalam terang Injil.

Pelajaran pekan ini menandakan suatu peralihan yang besar kepada beberapa argumen yang dia sampaikan dalam surat yang pertama untuk jemaat di Tesalonika. Paulus beralih dari fokus sebelumnya tentang gereja (1 Tes. 1:2-10) kepada fokus berikutnya yaitu tentang dirinya dan pengalamannya di Tesalonika (2:1-12). Pada pasal pendahuluan Paulus mengucap syukur kepada Allah sebab umat percaya di Tesalonika meniru teladan hidup Paulus, selan­jutnya, mereka sendiri dapat menjadi contoh dan teladan. Sekarang, dalam 1 Tesalonika 2:1-12, Paulus meneliti lebih dalam lagi tentang kehidupan yang memungkinkan rasul itu berperan sebagai teladan.
. Sementara ada begitu banyak motivasi untuk mengajar, berkhotbah, dan melayani, Paulus menunjuk pada hal yang paling penting: bahwa pelayanan itu menyenangkan hati Allah. Paulus kurang begitu peduli dengan pertumbuhan gereja secara jumlah ketimbang pertumbuhan oleh kasih karunia Allah, menu­ju prinsip-prinsip rohani yang benar.
Dalam pelajaran pekan ini kita melihat sekilas kehidupan Paulus yang pa­ling dalam. Paulus membuka kehidupannya sedemikian rupa sehingga hal itu dapat mengajak kita untuk menyesuaikan harapan rohani, impian, dan motiva­si yang ada pada kita agar semuanya itu dapat menyukakan hati Allah dan me­miliki pengaruh yang benar terhadap orang lain.
* Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 4 Agustus.
Minggu 29 Juli
KEBERANIAN DALAM PENDERITAAN (1 TES.  2:1, 2)
Baca 1 Tesalonika 2:1, 2 dengan penjelasan yang ada dalam Kisah 16. Hubungan apakah yang Paulus buat di antara pelayanannya di Filipi dan pelayanannya di Tesalonika?
1 Tesalonika 2:1, 2
2:1. Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia.
2:2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.
Kisah 16
16:1. Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani.
16:2 Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium,
16:3 dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani.
16:4 Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya.
16:5 Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya.
16:6. Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia.
16:7 Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.
16:8 Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas.
16:9 Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!"
16:10 Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.
16:11 Lalu kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis;
16:12 dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari.
16:13 Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.
16:14 Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.
16:15 Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." Ia mendesak sampai kami menerimanya.

16:16. Pada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar.
16:17 Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: "Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan."
16:18 Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: "Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini." Seketika itu juga keluarlah roh itu.
16:19 Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa.
16:20 Setelah mereka membawa keduanya menghadap pembesar-pembesar kota itu, berkatalah mereka, katanya: "Orang-orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka orang Yahudi,
16:21 dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya."
16:22 Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka.
16:23 Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh.
16:24 Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.
16:25. Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.
16:26 Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
16:27 Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.
16:28 Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!"
16:29 Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas.
16:30 Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?"
16:31 Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."
16:32 Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.
16:33 Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis.
16:34 Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.

16:35. Setelah hari siang pembesar-pembesar kota menyuruh pejabat-pejabat kota pergi kepada kepala penjara dengan pesan: "Lepaskanlah kedua orang itu!"
16:36 Kepala penjara meneruskan pesan itu kepada Paulus, katanya: "Pembesar-pembesar kota telah menyuruh melepaskan kamu; jadi keluarlah kamu sekarang dan pergilah dengan selamat!"
16:37 Tetapi Paulus berkata kepada orang-orang itu: "Tanpa diadili mereka telah mendera kami, warganegara-warganegara Roma, di muka umum, lalu melemparkan kami ke dalam penjara. Sekarang mereka mau mengeluarkan kami dengan diam-diam? Tidak mungkin demikian! Biarlah mereka datang sendiri dan membawa kami ke luar."
16:38 Pejabat-pejabat itu menyampaikan perkataan itu kepada pembesar-pembesar kota. Ketika mereka mendengar, bahwa Paulus dan Silas adalah orang Rum, maka takutlah mereka.
16:39 Mereka datang minta maaf lalu membawa kedua rasul itu ke luar dan memohon, supaya mereka meninggalkan kota itu.
16:40 Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu.

1 Tesalonika 2:1 mengambil tema dari pasal pertama. Perkataan, "Kamu sen­diri pun memang tahu" pada ayat ini mengingatkan kita akan bahasa yang sama dalam 1 Tesalonika 1:5. Dan referensi Paulus untuk mendapatkan penerimaan jemaat mengingatkan kita pada 1 Tesalonika 1:9. Jadi, Paulus sedang melanjut­kan tema yang dia sudah munculkan pada bagian awal dari suratnya. Akhir dari pasal sebelumnya menunjukkan perhatiannya akan apa yang semua orang sudah ketahui tentang Tesalonika. Dalam pasal ini dia mendiskusikan apa yang para pembaca ketahui tentang rasul itu dan komitmen mereka terhadap iman.
Paulus mengenang kembali bagaimana dia dan Silas dipermalukan di Fili­pi oleh karena memberitakan Injil. Di sepanjang jalan yang panjang dari Filipi menuju Tesalonika, setiap langkah yang mereka ambil menjadi suatu kenangan yang sangat menyakitkan tentang perlakuan buruk yang mereka terima. Tidak diragukan lagi mereka memiliki tanda-tanda luar dari rasa sakit mereka, bahkan pada saat mereka tiba di Tesalonika. Dalam situasi itu tentu lebih mudah bagi para rasul untuk mengambil pendekatan penginjilan secara tidak langsung di kota yang baru. Setelah segala pengalaman pahit yang baru saja mereka lewati di Filipi, siapakah yang akan mempersalahkan mereka atas sikap itu?
Namun jemaat Tesalonika membuktikan bahwa mereka bersemangat dan ter­buka pada kebenaran. Realitas mengajak mereka, untuk tidak melanjutkan peng­injilan. Namun di tengah rasa sakit dan penderitaan, Allah sedang berkata kepada Paulus dan Silas: Jadilah berani. Jadilah kuat. Demikianlah, keberanian mereka timbul (1 Tes. 2:2) meskipun nampaknya penganiayaan akan timbul lagi. Di sini kita melihat adanya perbedaan yang kuat dan nyata antara keadaan mereka seba­gai manusia (dan segala kelemahannya) dan kekuatan yang datang dari Allah.
Pada akhirnya, Tuhan menggunakan keadaan ini untuk kemuliaan-Nya. Luka yang terlihat pada tubuh rasul-rasul itu membuktikan dua hal kepada jemaat Te­salonika. Pertama, Injil yang mereka khotbahkan benar-benar berasal dari keya­kinan mereka. Mereka melakukan hal itu bukan untuk keuntungan pribadi (lihat 1 Tes. 2:3-6). Kedua, sangatlah jelas bagi para pendengar bahwa Allah menyer­tai Paulus dan Silas dengan cara yang luar biasa. Injil yang mereka khotbahkan bukanlah hasil kecerdasan manusia belaka; namun hal itu disertai dengan kuasa Tuhan seperti yang dinyatakan dalam kehidupan para rasul (lihat ay. 13).
Apakah yang akan Anda berikan sebagai bukti bahwa Allah telah meng­ubah hidup Anda? Bagaimanakah bukti ini dapat dilihat oleh orang lain? Ataukah hal itu sudah dapat dilihat dengan jelas?
Senin 30 Juli
KARAKTER PARA RASUL (1 TES. 2:3)
Baca 1 Tesalonika 2:3. Apakah poin utama yang dia buat di sana ten­tang motif?
1 Tesalonika 2:3
2:3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya.
Pada zaman dulu ada tiga kunci utama yang biasa digunakan untuk membu­juk orang agar mau mengubah pendapat dan cara hidupnya. Orang-orang meni­lai kekuatan argumen pada karakter pembicara (dalam bahasa Yunani: ethos), kualitas atau logika argumen itu sendiri (logos), dan kemampuan pembicara untuk membangkitkan emosi si pendengar (pathos). Dalam 1 Tesalonika 2:3-6 Paulus menitikberatkan pada karakter para rasul sebagai kunci utama khotbah­nya yang menuntun pada perubahan yang radikal di Tesalonika.
Dalam ayat ini, Paulus membuat perbedaan antara dirinya dan para filsuf po­puler, yang sering berkhotbah oleh dorongan kepentingan diri sendiri (pelajaran 3). Paulus menggunakan tiga kata dalam ayat 3 untuk menjelaskan kemungkin­an adanya motivasi yang buruk dalam berkhotbah atau dalam melayani.
Yang pertama adalah "kekeliruan," suatu kesalahan intelektual. Seorang peng­khotbah mungkin saja menyukai suatu ide yang salah. Mungkin juga dia sangat tulus namun menipu dirinya sendiri. Mereka menganggap telah melakukan suatu kebaikan kepada orang lain namun dimotivasi oleh ide-ide yang salah.
Kata kedua yang dia gunakan adalah "tidak murni" atau "kecemaran." Ma­nusia tertarik kepada orang yang sangat dikenal kekuasaannya, ide-ide, atau ki­nerjanya. Beberapa tokoh masyarakat termotivasi dengan kesempatan untuk me­menuhi kebutuhan seksualnya yang datang bersamaan dengan ketenarannya.
Kata yang ketiga adalah "tipu daya", atau "tipu muslihat." Dalam hal ini pembicara menyadari bahwa ide-ide yang disajikan memang salah namun secara sadar berusaha menyesatkan orang-orang untuk menguntungkan diri sendiri.
Paulus dan Silas tidak termotivasi oleh salah satu alasan tersebut. J ika mereka memiliki motivasi yang demikian, pengalaman mereka di Filipi kemungkinan telah membuat mereka berhenti berkhotbah. Keberanian yang mereka tunjuk­kan di Tesalonika hanya dimungkinkan oleh kuasa Allah yang bekerja melalui mereka. Injil itu sangat berkuasa di Tesalonika (lihat 1 Tes. 1:5) sebagian besar disebabkan oleh karena karakter para rasul yang bersinar lewat ajaran-ajaran mereka. Argumen yang masuk akal dan daya tarik emosional tidaklah cukup. Tabiat mereka sesuai dengan pernyataan mereka. Keaslian yang sama memiliki kuasa yang dahsyat pada zaman sekarang ini, seperti pada zaman dahulu kala.
Pikirkanlah motif Anda dalam melakukan sesuatu. Seberapa murni­kah motif Anda, apakah motivasi itu sudah bebas dari kesalahan, penipu­an, dan kecemaran? Jika belum sesuai dengan yang semestinya, bagaima­nakah Anda dapat mengubahnya menjadi lebih baik lagi? Lihat juga Ul. 10:16; Flp. 4:13; Mzm. 51:1-10.
Ul. 10:16
10:16 Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.

Flp. 4:13
4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Mzm. 51:1-10
51:1. Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, (51-2) ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. (51-3) Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
51:2 (51-4) Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
51:3 (51-5) Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.
51:4 (51-6) Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.
51:5 (51-7) Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.
51:6 (51-8) Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
51:7. (51-9) Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!
51:8 (51-10) Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali!
51:9 (51-11) Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku!
51:10 (51-12) Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!


Selasa 31 Juli
MENYUKAKAN ALLAH (I  TES. 2:4-6)
Baca 1 Tesalonika 2:4-6. Berikan perbedaan antara motif Paulus da­lam pelayanan dan berbagai alternatif yang sifatnya duniawi seperti yang dia telah sebutkan. Mengapa tidak terlalu mudah untuk membedakannya; dan, bagaimanakah orang dapat menipu diri mereka sendiri sehubungan dengan motif mereka? Mengapa demikian mudah menipu diri sendiri?
1 Tesalonika 2:4-6
2:4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.
2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis--hal itu kamu ketahui--dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi--
2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
Kata yang sering diterjemahkan sebagai "layak" (1 Tes. 2:4) menunjukkan ada­nya suatu proses pengujian. Para rasul diizinkan Allah untuk menguji integritas dan niat mereka. Maksud dari pengujian itu adalah untuk memastikan bahwa pada saat mereka memberitakan Injil mereka tidak akan terganggu dengan adanya perbedaan dari apa yang mereka khotbahkan dan apa yang mereka hidupkan.
Para filsuf popular pada zaman itu menulis tentang pentingnya pemeriksaan diri. Jika Anda ingin membuat suatu perbedaan dalam dunia, mereka sarankan, agar senantiasa menyelidiki maksud dan niat yang ada padamu. Paulus mem­buat ide ini lebih sempurna lagi. Selain pemeriksaan diri, dia juga diuji oleh Allah. Allah menyatakan bahwa apa yang-Paulus khotbahkan sejalan dengan kehidupan batinnya. Dengan kata lain, Allah adalah satu-satunya yang layak untuk disenangkan lewat pelayanan kita.
Manusia membutuhkan rasa layak agar dapat berfungsi. Seringkali kita men­cari kelayakan ini dengan cara mengumpulkan harta, dengan pencapaian-pencapaian, atau melalui opini positif yang dinyatakan oleh orang lain mengenai kita. Namun semua penyebab kelayakan ini sangatlah rapuh dan bersifat sementara. Kelayakan yang sejati dan abadi hanya dapat ditemukan dalam Injil. Saat kita menyadari bahwa Kristus telah mati bagi kita, maka kita memperoleh rasa layak yang tidak dapat dilenyapkan oleh segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Apakah yang 1 Tesalonika 2:5,6 tambahkan kepada tiga motivasi yang dituliskan dalam ayat 3?
1 Tesalonika 2:5,6
2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis--hal itu kamu ketahui--dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi--Allah adalah saksi--
2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
Pujian yang bertujuan menyenangkan manusia, adalah landasan yang sangat buruk untuk penginjilan. Paulus tidak termotivasi dengan apa yang orang lain pi­kirkan tentang dirinya. Dia juga menyingkirkan segala motivasi duniawi untuk pelayanan: uang. Orang yang merasa diberkati oleh suatu pelayanan biasanya sa­ngat suka untuk memberikan uang kepada pelayanan itu atau membeli produknya. Hal ini dapat menggoda para pekerja Tuhan untuk kehilangan fokus mereka dari hal yang terutama yaitu motivasi yang paling benar, menyukakan Allah.
Hal apakah yang ada dalam kehidupan Anda yang menyukakan hati Allah, dan mengapa? Apakah yang membuat Allah tidak senang, dan me­ngapa Allah tidak senang?
Rabu 1 Agustus
MERAWAT DENGAN BAIK (1 TES. 2:7, 8)
Dalam 1 Tesalonika 2:4, motivasi Paulus yang terutama dalam pelayanan adalah untuk menyenangkan hati Allah. Apakah motivasi tambahan yang Paulus berikan pada ayat-ayat selanjutnya? Lihat 1 Tes. 2:6-8.
1 Tes. 2:6-8
2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
2:7. Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
2:8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.
Di dalam dunia saat ini, uang, seks, dan kekuasaan sering dinilai sebagai motivasi utama dalam kehidupan manusia, paling tidak bagi mereka yang suka mencari kepentingan diri sendiri. Dalam 1 Tesalonika 2:3-6, Paulus menggu­nakan sejumlah kata-kata yang berbeda untuk menyingkirkan motivasi yang serupa dalam kaitannya dengan pelayanannya. Keserakahan, tidak bermoral, penipuan, dan pujian yang sia-sia tidak memiliki tempat di dalam kehidupan dan pelayanan Kristen. Para rasul dimotivasi semata-mata oleh kerinduan untuk menyenangkan Allah dalam segala sesuatu yang mereka perbuat.
Dalam ayat 6 Paulus mencatat bahwa rasul-rasul itu dapat saja menjadi tanggungan dari jemaat Tesalonika, atau dengan kata lain mereka dapat membagikan beban mereka pada orang lain. Sebagai rasul dan pengajar mereka dapat saja me­nuntut pengakuan atas status mereka. Mereka dapat saja mengharapkan bantuan materi dan harus diperlakukan dengan suatu penghormatan khusus. Namun di Te­salonika Paulus menolak segala sesuatu yang dapat menodai motif pelayanannya, atau yang dapat membuat batu sandungan bagi orang-orang yang baru bertobat.
Sementara motif utama Paulus adalah menyukakan hati Allah, dalam ayat 7 dan 8 dia menyatakan motivasi tambahan, yaitu cinta kasih yang tulus untuk jemaat di Tesalonika. Ayat 8 menggunakan kata yang menyatakan kehangatan emosional. Bagi Paulus mengabarkan Injil itu lebih daripada sekadar tugas; dia memberikan hatinya, bahkan segala sesuatu yang ada padanya, untuk umat yang dia layani.
Bagaimanakah gereja di Makedonia, yang mana jemaat Tesalonika men­jadi bagian di dalam wilayahnya, merespons kebaikan para rasul? Lihat 2 Kor. 8:1-5. Apakah yang diajarkan kepada kita tentang pentingnya pengaruh karakter dalam kehidupan mereka yang bersaksi kepada orang lain?
2 Kor. 8:1-5
8:1. Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.
8:2 Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.
8:3 Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.
8:4 Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus.
8:5 Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.
Dalam pelajaran hari Senin kita telah sebutkan tiga kunci utama yang dapat meyakinkan orang lain: karakter pembicara (ethos), buah pikirannya (logos), dan kesanggupan untuk membangkitkan emosi atau daya tariknya (pathos). Dalam ayat 4-6 Paulus menekankan bahwa karakter para rasul merupakan faktor utama yang membuat ajarannya layak dituruti. Dalam ayat 7-8 kitamelihat sebuah ajakan (pathos), ikatan emosi yang berkembang antara para rasul dan jemaat Tesalonika. Injil itu sangat berkuasa pada saat hal itu menyentuh hati para pendengarnya.
Pikirkanlah karakter seseorang yang memberikan pengaruh positif da­lam hal rohani. Dalam hal apakah itu menjamah hati Anda? Bagaimana­kah Anda dapat meniru hal yang sama?
Kamis 2 Agustus
SUPAYA TIDAK MENJADI BEBAN (1 TES. 2:9-12)
Sementara Paulus berada di Tesalonika, selain memberitakan Injil, hal-hal apakah yang dia lakukan dan mengapa? Lihat 1 Tes. 2:9, 10.
1 Tes. 2:9, 10
2:9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.
2:10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya.

Gagasan bahwa Paulus bekerja "siang dan malam" akan menjadi hal yang berlebihan jika diartikan secara harfiah. Orang Yunani, menyatakan ide kuali­tas yang diberikan dan bukan jumlah waktu yang dipergunakan. Dengan kata lain, Paulus mengatakan bahwa dia bekerja di luar panggilan tugas agar tidak menjadi beban bagi orang lain; Paulus tidak menginginkan ada sesuatu hal yang menghalangi kesaksiannya kepada mereka.
Sebagai tambahan, dia sangat berhati-hati untuk tidak bertindak sedemikian rupa agar tidak melakukan pelanggaran, baik di hadapan Allah maupun di ha­dapan orang lain (lihat 1 Tes. 2:10; Luk. 2:52). Paulus dan para rasul berusaha untuk tidak melakukan kesalahan dalam hubungan mereka agar Injil itu men­jadi fokus perhatian yang terutama.
Apakah perumpamaan yang digunakan oleh Paulus dalam 1 Tesaloni­ka 2:11, 12 untuk menggambarkan sikapnya kepada jemaat di Tesalonika? Lihat juga Luk. 11:11-13. Apakah yang diajarkan oleh perumpamaan itu?
1 Tesaloni­ka 2:11, 12
2:11 Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang,
2:12 dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.

Luk. 11:11-13
11:11 Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?
11:12 Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking?
11:13 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."


Para ayah yang baik memberikan batasan-batasan, dorongan, serta cinta kasih. Dia memilih metode yang sesuai dalam merawat dan mendisiplin anaknya sesuai dengan keunikan karakter dan kondisi emosional dari masing-masing anak. Ter­gantung dari situasi dan keadaan anak itu, si ayah dapat memberikan dorongan, peringatan yang keras, atau hukuman yang bersifat mendidik.
Ada ketegangan dalam pendekatan misionaris Paulus. Pada satu sisi, dia se­lalu berusaha untuk menyesuaikan pendekatannya dengan karakter yang unik dan situasi orang itu; pada sisi lain, dia sangat peduli dengan kemurnian, pe­rilaku secara luar dan manusia batiniah menjadi satu dan sama. Bagaimana­kah seseorang menjaga keasliannya namun masih menjadi segalanya "bagi semua orang?"
Kuncinya adalah kasih yang Paulus miliki bagi setiap orang yang dia tobatkan. Dia melakukan segala sesuatu yang dapat dia lakukan agar dapat menjadi teladan bagi mereka; namun, dia menyadari bahwa ada hal-hal tertentu yang mereka belum siap menerimanya (lihat juga Yoh. 16:12). Jadi, dia bekerja de­ngan tangannya dan menyesuaikan ajarannya, semuanya ini dilakukan untuk menghindari hambatan yang tidak perlu bagi mereka yang menerima Injil. Satu pelajaran yang sangat berkuasa dalam hal pengorbanan diri.
Jumat 3 Agustus
PENDALAMAN: "Bagaimanapun tingginya pekerjaan seseorang, yang hatinya tidak dipenuhi kasih kepada Allah dan sesamanya manusia dia bukanlah murid Kristus yang benar.... Dia mungkin menunjukkan kebaikan yang besar; tetapi seandainya dia, dari beberapa alasan yang lain daripada kasih sejati, menyerah­kan seluruh hartanya untuk menjamu orang miskin, perbuatan yang demikian tidak menjadi alasan untuk memperkenankan Allah."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 268.
"Ketika Paulus dengan hati-hati mengutarakan di hadapan orang yang ditobatkannya pengajaran Kitab Suci yang jelas mengenai pembiayaan memajukan pekerjaan Allah,... selama pekerjaannya di pusat-pusat peradaban yang besar, ia mengerjakan pekerjaan tangan untuk mencari nafkahnya sendiri....
"Di Tesalonika pertama kali kita membaca tentang Paulus yang bekerja ka­sar untuk mencari nafkah sambil memberitakan firman itu. [1 Tes. 2:6, 9; 2 Tes. 3:8, 9].... Tetapi Paulus tidak menganggap waktu itu hilang percuma be­gitu saja karena melakukan pekerjaan itu........................................................................... Ia memberi teman-teman seker­janya nasihat dalam masalah rohani, dan ia juga memberi contoh tentang ber­usaha dan ketelitian. Ia adalah seorang pekerja yang cepat dan cekatan, rajin dalam bisnis, 'dengan roh yang menyala-nyala dalam melayani Tuhan' (Roma 12:11)'"— Ellen G. White, Pelayan Injil, hlm. 208,209.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1.        Pikirkanlah saat-saat yang menyakitkan yang Anda sudah alami (fisik, rohani, emosi, atau perpaduan dari ketiga aspek itu). Dalam praktiknya, bagaimanakah seseorang dapat menemukan sukacita atau kebera­nian di tengah-tengah penderitaannya? Mengapa sangat mudah untuk mengucapkan keberanian dan sukacita daripada melakukannya?
2.        Pikirkanlah seseorang yang hidupnya tidak memantulkan kehidupan Kristiani. Bagaimanakah orang itu mempengaruhi perjalanan hidup Anda dengan Tuhan?
3.        Apakah perangkap yang timbul dari kedekatan emosional dengan orang-orang yang kita Injili? Bagaimanakah seseorang dapat mene­tapkan batasan-batasan untuk hubungan-hubungan yang berkembang setiap kali Anda bekerja sama dengan orang lain?
RANGKUMAN: Dalam bagian ini Paulus membuka hatinya untuk menyatakan motif yang paling benar untuk pelayanan. Motivasi yang terutama adalah untuk me­nyukakan hati Allah, tanpa melihat apakah orang yang kita layani menyukainya atau tidak. Motivasi uang, seks, dan kekuasaan tidak memiliki tempat di dalam hati yang telah dipersiapkan untuk menyukakan Allah. Motif berikutnya yang juga penting untuk pelayanan adalah kasih yang tulus terhadap orang yang membutuhkan kese­lamatan. Kedua motivasi ini sangat jelas dinyatakan dalam 1 Tesalonika 2:1-12.

No comments:

Post a Comment