Pelajaran 7 Triwulan III 2012


BACA UNTUK PELAJARAN MINGGU INI: 1 Tes. 4:1-12; Mat. 25:34-46; Kej. 39:9; Yoh. 13:34, 35.
AYAT HAFALAN: "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus" (1 Tesalonika 4:7).
Pokok Pikiran: Meskipun seksualitas manusia adalah karunia dari Allah, seperti karunia yang lainnya, namun semua hal itu sering disalahgunakan.
Tiga pasal pembuka dari 1 Tesalonika berfokus pada hal-hal yang sudah berlalu. Dalam pasal 4 dan 5, bagaimanapun juga, Paulus beralih ke masa depan. Ada hal-hal yang masih kurang dalam iman umat percaya di Tesa­lonika (1 Tes. 3:10), dan dia rindu untuk menolong mereka memperbaiki keku­rangan ini. Surat ini memulai proses tersebut, namun hal ini akan lebih sempurna dilaksanakan saat Paulus dan jemaat Tesalonika dapat bersama-sama lagi.
Dimulai dengan 1 Tesalonika 4:1, Paulus membangun persahabatan yang dia sudah sampaikan dalam tiga pasal terdahulu dengan menawarkan nasihat-nasihat praktis yang berguna bagi kehidupan sehari-hari jemaat Tesalonika.
Perhatian yang terutama (namun bukan satu-satunya) dalam ayat-ayat pekan ini berhubungan dengan penyimpangan seks. Meskipun kita tidak mendapatkan penjelasan tentang apa yang membuat sehingga nasihat ini diberikan, Paulus berbicara dengan sangat jelas tentang perlunya menghindari percabulan. Dia menggunakan bahasa yang sangat jelas di sini, dengan mengatakan bahwa me­reka yang menolak petunjuknya, sesungguhnya, tidak menolak dia tetapi me­nolak Allah. Yang perlu dilakukan adalah, dengan memperhatikan penderitaan yang disebabkan oleh penyimpangan seksual dalam kehidupan banyak orang akan membuat orang itu mengerti mengapa Tuhan berbicara begitu kuat mela­lui Paulus mengenai topik ini.
* Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 18 Agustus.
Minggu 12 Agustus
LEBIH BERLIMPAH LAGI (1 TES. 4:1, 2)
Baca 1 Tesalonika 3:11-13 dan 4:1-18. Bagaimanakah isi dari pasal 4 memperluas berbagai aspek doa yang ada di 1 Tesalonika 3:11-13? Apa­kah hubungan antara doa Paulus dan kata-kata inspirasi kepada jemaat Tesalonika?
1 Tesalonika 3:11-13
3:11. Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.
3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.
3:13 Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.
4:1-18
4:1. Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.
4:2 Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus.
4:3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,
4:4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan,
4:5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah,
4:6 dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu.
4:7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
4:8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.
4:9. Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.
4:10 Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.
4:11 Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu,
4:12 sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka.
4:13. Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.
4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.
4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
4:18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.
Doa Paulus dalam I Tesalonika 3:11-13 berisi sejumlah kata kunci yang mengantisipasi isi dari 1 Tesalonika 4:1-18. Doanya mengenai kelimpahan da­lam kekudusan dan saling mengasihi dalam konteks kedatangan Yesus yang ke­dua kali. Semua tema ini menunjuk pada pokok istimewa dalam pasal 4.
Dalam ayat kita pada hari ini (1 Tes. 4:1, 2) Paulus menggunakan bahasa "berkelimpahan" dalam 1 Tesalonika 3:12, meskipun hubungan itu disamarkan oleh penerjemah modern. Terjemahan modern bertujuan agar segalanya lebih mudah dimengerti dalam bahasa yang digunakan pada saat ini, namun ada ke­mungkinan mereka menyamarkan hubungan yang tadinya sangat jelas dalam terjemahan aslinya. Dalam King James Version, persamaan antara 1 Tesaloni- ka3:12 dan 1 Tesalonika 4:1 sangat jelas; Paulus mengajak jemaat Tesalonika dalam kedua ayat itu untuk bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih untuk saudara seiman dan untuk setiap orang.
Paulus mulai bekerja membangun kerangka Kekristenan mereka sementara dia ada bersama dengan mereka, namun dengan inspirasi Roh Kudus dia rindu untuk mengisi kesenjangan (/ Tes. 3:10) dan memperjelas pengertian mereka. Hasilnya akan lebih dan lebih lagi dari apa yang mereka sudah coba lakukan, yaitu menghidupkan suatu kehidupan yang layak dengan panggilan mereka.
Paulus memulai pasal 4 dengan kata, "Akhirnya." Di pasal 4 dan 5 dia mem­bangun ide yang ada pada pasal sebelumnya, di mana persahabatannya dengan mereka merupakan dasar bagi nasihat praktis yang sekarang dia akan berikan. Mereka telah membuat langkah awal yang baik. Sekarang dia mau agar mereka terus bertumbuh dalam kebenaran yang sudah mereka terima dari dia.
Sangat menarik mendapati bahwa ada dua kali nama Yesus disebutkan da­lam perikop ini (1 Tes. 4:1, 15). Hal itu menunjukkan bahwa Paulus sedang mengajarkan ajaran dan kata-kata Yesus sendiri (yang kemudian dituliskan da­lam keempat Injil). Paulus tidak sekadar memberikan nasihat yang baik. Yesus sendiri memerintahkan perilaku yang diajarkan Paulus. Paulus, sebagai hamba Kristus, membagikan kebenaran yang dia telah pelajari dari Kristus.
Baca lagi 1 Tesalonika 4:1. Apakah artinya hidup yang dapat "berke­nan kepada Allah?" Apakah Pencipta alam semesta benar-benar peduli dengan perilaku kita? Bagaimanakah tindakan kita dapat "menyukakan hati Allah?" Apakah implikasi dari jawaban Anda?
1 Tesalonika 4:1
4:1. Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi.


Senin 13 Agustus
KEHENDAK ALLAH: PENGUDUSAN (1 TES. 4:3)
1 Tesalonika 4:3-8 membentuk satu pemikiran yang lengkap. Kehendak Allah bagi setiap orang percaya di Tesalonika adalah "kekudusan" atau "pengudusan" (1 Tes. 4:3, 4, 7). Apa yang Paulus maksudkan dengan pengudusan di sini dijelaskan oleh dua pernyataan berikut. Setiap umat percaya diharapkan untuk menghindar­kan diri dari hubungan seksual yang tidak bermoral dan mengendalikan tubuhnya (1 Tes. 4:3, 4). Paulus menyimpulkan pemikirannya dengan tiga motivasi utama untuk kehidupan yang kudus (1 Tes. 4:6-8): (1) Allah adalah pembalas dari se­muanya ini, (2) Allah telah memanggil kita kepada kekudusan, dan (3) Dia juga mencurahkan Roh Kudus-Nya untuk menolong kita. Dalam pelajaran hari ini dan dua pelajaran selanjutnya, kita akan melihat bagian ini dengan lebih rinci.
Baca 1 Tesalonika 4:3 dan 7. Bagaimanakah kedua ayat tersebut dihu­bungkan? Apakah pekabaran utama dari kedua ayat itu, dan bagaimana­kah hal itu dapat diterapkan saat ini?
1 Tesalonika 4:3 dan 7
4:3 Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,
4:7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.

Ayat 3 dibangun atas ayat 1, di mana Paulus mengingatkan bagaimana jemaat Tesalonika harus hidup, dalam banyak terjemahan merupakan satu konsep Ibrani untuk menggambarkan moralitas sehari-hari dan perilaku etis. Dalam ayat 3 dia menggunakan konsep Ibrani lainnya untuk menggambarkan kehidupan rohani dan pertumbuhan, kekudusan atau penyucian.
Suatu definisi yang mirip dengan kekudusan ialah "diasingkan untuk suatu maksud khusus." Namun Paulus memberikan arti khusus pada istilah itu dalam surat ini. Kekudusan adalah kondisi jemaat Tesalonika pada saat kedatangan Ye­sus yang kedua kali (1 Tes. 3:13). Namun dalam pasal 4 Paulus memilih sebuah konsep yang menekankan proses daripada hasil. Ini merupakan kata benda dari tindakan: "Pengudusan" lebih dari sekadar "menyucikan." Itu adalah kehendak Allah agar kita terlibat dalam proses ini (1 Tes. 4:3).
Paulus dengan jelas tidak mendukung sebuah Injil tanpa hukum. Ada tuntut­an perilaku bagi mereka yang ada di dalam Kristus. Dalam ayat 7, kebalikan dari kekudusan adalah kecemaran. Ketika Paulus lebih lanjut lagi memberi penjelasan di ayat 3: untuk menghindari hubungan seksual yang tidak bermoral (1 Tes. 4:3). Kata yang digunakan untuk hubungan seksual yang menyimpang adalah porneia dalam bahasa Yunani, yang dewasa ini mencakup berbagai hal mulai dari porno­grafi sampai kepada prostitusi, dan hubungan seksual di luar pernikahan.
Sementara keselamatan adalah benar merupakan kasih karunia Allah melalui iman, kehidupan Kristen seharusnya bertumbuh, yang selalu berusaha mencapai kesempurnaan yang sudah dijanjikan kepada kita oleh Kristus.
Karunia seksualitas adalah bukti kuat kasih Allah bagi kita. Tetapi, ka­runia ini sudah disalahgunakan beberapa orang, dan menjadi kutuk, penye­bab berbagai kesedihan dan penderitaan. Apakah pilihan yang dapat kita buat untuk menolong kita dari berbagai potensi kehancuran akibat menyia-nyiakan karunia ini?
Selasa 14 Agustus
TIDAK SEPERTI BANGSA-BANGSA LAIN (1 TES. 4:4, 5)
Baca 1 Tesalonika 4:4,5. Pekabaran apakah yang Anda dapatkan dalam ayat-ayat ini? Apakah yang disampaikan kepada Anda, secara pribadi?
1 Tesalonika 4:4,5
4:4 supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan,
4:5 bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah,
Meskipun para filsuf yang dibicarakan dalam pelajaran 3 menyerang berba­gai bentuk penyimpangan seksual, masyarakat bukan Yahudi pada zaman Paulus secara keseluruhan memiliki sedikit aturan atau bahkan hampir tidak ada pantangan terhadap hubungan seks. Menurut orator ulung pada zaman itu yang bernama Cicero, "Jika ada yang berpikir bahwa orang muda harus dilarang ber­hubungan dengan wanita pelacur, maka tidak diragukan lagi pastilah dia men­dapat perlawanan yang keras... namun pendapatnya bertentangan bukan hanya dengan kebiasaan pada saat ini namun juga dengan kebiasaan dan hati nurani nenek moyang kita. Kapankah praktik seperti ini tidak umum dilakukan? Ka­pankah hal ini disalahkan? Kapankah hal ini dilarang?"—Dikutip dari tulisan Abraham Malherbe, The Letters to the Tesalonika, The Anchor Bible, jld. 32B (New York: Doubleday, 2000), hlm. 235, 236.
Pada zaman sekarang ini banyak orang tidak menyukai berbagai larangan seksual. Mereka merasa bahwa perikop 1 Tesalonika 4:4, 5 hanya berlaku pada waktu dan tempat tertentu. Namun dunia zaman dulu tidak lebih mengekang diri dalam hal seks dibandingkan dunia sekarang ini. Maka pekabaran Paulus tidak lebih berterima dalam masyarakat yang lebih luas daripada saat sekarang ini.
Solusi yang Paulus berikan untuk masalah akibat penyimpangan seksual ia­lah bahwa setiap orang harus memiliki bejananya sendiri (1 Tes. 4:4). Dalam bahasa Yunani, kata yang diterjemahkan "memiliki" berarti "mendapatkan." Arti dari mendapatkan bejananya tidak begitu jelas. Jika bejana yang dimaksudkan Paulus adalah istri (hal itu merupakan ekspresi umum untuk wanita; lihat I Ptr. 3:7), dia mengatakan bahwa setiap orang harus mengusahakan pernikahan yang terhormat untuk menghindari pergaulan seks bebas.
Namun kebanyakan terjemahan modern memahami bahwa kata bejana menya­takan tubuh manusia itu sendiri. Dalam hal ini, frase bahwa setiap orang harus me­miliki bejananya sendiri haruslah diartikan dengan menguasai dirinya sendiri.
Dalam kedua kasus tersebut, Paulus dengan jelas menegur kelalaian moral orang yang hidup pada zamannya. Orang Kristen janganlah berperilaku seperti orang yang tidak beragama. Norma yang diterima oleh masyarakat luas tidak­lah serta merta menjadi norma yang dapat kita terima. Seks itu suci, dikuduskan untuk pernikahan seorang pria dan seorang wanita. Seperti yang Paulus tun­jukkan dalam 1 Tesalonika 4:6, seks tidak akan pernah menjadi masalah yang biasa. Bilamana disalurkan di luar norma-norma yang Allah telah tetapkan, itu pasti merusak. Siapakah yang tidak menyaksikan dalam kehidupan orang lain, atau dalam kehidupannya sendiri, betapa merusaknya pemberian Allah ini jika disalahgunakan?

Rabu15 Agustus
MENURUT RANCANGAN ALLAH (1 TES. 4:6-8)
Baca 1 Tesalonika 4:6-8. Apakah yang Paulus katakan tentang pelang­garan susila seksual?
1 Tesalonika 4:6-8
4:6 dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu.
4:7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
4:8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.
Seorang pria yang berhubungan seks di luar pernikahan berkata kepada pende­ta: "Sebagai orang muda, saya melihat bahwa seks dan cinta adalah hal yang sama. Setelah saya menikah, saya dapati bahwa hubungan seks sebelum menikah merusak bukan hanya tubuh (saya mendapat penyakit kelamin) namun juga pikiran kami. Meskipun kami masih menjadi orang Kristen, istri saya dan saya masih bergumul secara pikiran dan emosional dengan perilaku kami sebelum menikah."
Larangan Alkitab dibuat bukan karena Allah tidak ingin agar kita dapat me­nikmati diri kita. Sebaliknya, larangan itu melindungi kita dari kerusakan fisik dan emosi yang timbul akibat dari amoralitas seksual. Kita membatasi diri kita secara seksual karena kita peduli akan dampak kehidupan kita pada orang lain. Setiap orang adalah jiwa yang untuknya Kristus telah mati; mereka tidak dieks­ploitasi secara seksual. Melakukan hal itu adalah dosa bukan hanya terhadap orang itu namun terhadap Allah juga (lihat Kej. 39:9). Seks tidak hanya tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain namun bagaimana kita memperla­kukan Kristus dalam pribadi orang lain (lihat juga Mat. 25:34-46).
Seks, pada akhirnya, merupakan gambaran hubungan kita dengan Allah. Orang yang tidak beragama dan tidak mengenal Allah yang hidup menuruti hawa nafsunya (1 Tes. 4:5). Tidak adanya pengenalan akan Allah menyebab­kan perilaku yang tidak bermoral. Mereka yang mengabaikan ajaran Alkitab mengenai hal ini bukan saja menolak ajarannya, namun juga menolak panggil­an Allah bahkan Allah itu sendiri (1 Tes. 4:8).
Sebaliknya, pada saat kita mengikuti rencana Allah, seks menjadi ilustrasi yang indah tentang kasih yang rela berkorban seperti yang Allah telah nyata­kan pada kita dalam Kristus (lihat juga Yoh. 13:34, 35). Itu adalah pemberian Allah dan, dinikmati sesuai dengan kehendak Allah bagi kita, itu dapat menya­takan kasih yang Allah miliki untuk manusia dan menggambarkan kedekatan yang Dia inginkan dengan umat-Nya.

Kita diajarkan dalam I Tesalonika 4:7 untuk menghidupkan suatu ke­hidupan yang kudus. Apakah pengertian Anda tentang hal ini? Apakah ini berbicara lebih dari sekadar perilaku seksual? Jika demikian, hal apakah lagi yang dapat ditambahkan?
Kamis 16 Agustus
URUSLAH URUSANMU (1 TES. 4:9-12)
Baca 1 Tesalonika 4:9-12 dan 3:11-13. Aspek apakah dari pasal sebe­lumnya yang Paulus tegaskan kembali dalam ayat hari ini?
1 Tesalonika 4:9-12
4:9. Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah.
4:10 Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.
4:11 Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu,
4:12 sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka.

3:11-13
3:11. Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.
3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.
3:13 Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.

Bangsa Yunani memiliki beberapa kata untuk "kasih," dua di antaranya ada di Perjanjian Baru. Eros (tidak ditemukan di Perjanjian Baru) adalah kata Yu­nani dari mana kita mendapatkan kata erotis. Hal itu menunjukkan sisi seksu­al dari cinta. Agape adalah bentuk yang seringkali digunakan dalam Perjanjian Baru, kata ini merujuk pada sisi pengorbanan diri dari kasih. Sering dikaitkan dengan kasih Kristus bagi kita seperti yang dinyatakan di atas salib.
Kata Yunani lainnya untuk kasih, philos, dimunculkan dalam pelajaran kita pada hari ini. Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika tentang apa yang mereka telah ketahui dari hal kasih persaudaraan. Kata Yunani di belakang kasih per­saudaraan adalah kata yang digunakan untuk nama kota Philadelphia. Dalam dunia non-Yahudi kata philadelphias menyatakan cinta untuk saudara sedarah. Namun gereja memperluas artinya mencakup kasih bagi sesama saudara seiman, keluarga Kristen pilihan. Jenis kasih persaudaraan ini diajarkan oleh Allah dan merupakan mukjizat kasih karunia Allah kapan pun hal itu terjadi.
Baca 1 Tesalonika 4:11, 12. Dalam kata-katamu sendiri, gambarkan nasihat Paulus kepada jemaat Tesalonika sehubungan dengan bisnis dan pekerjaan di dalam konteks perkotaan.
1 Tesalonika 4:11, 12
4:11 Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu,
4:12 sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada mereka.

Di jemaat Tesalonika ada sekelompok orang yang malas dan suka meng­ganggu orang lain. Semangat akan kedatangan Yesus yang kedua kali menye­babkan beberapa anggota jemaat meninggalkan pekerjaannya dan bergantung pada tetangga yang bukan Yahudi. Selalu bersedia bagi kedatangan Tuhan tidak berarti menjadi beban bagi orang lain, suka usil, atau malas dalam pekerjaan atau dalam lingkungan tempat tinggal. Bagi orang yang belum mengenal ke­benaran, hal yang paling mudah membuat mereka datang ke gereja ialah lewat kesan yang mereka dapat dari kehidupan orang-orang Kristen yang mereka ke­nal dalam kehidupan sehari-hari.
Solusi yang ditawarkan Paulus kepada masalah di jemaat Tesalonika adalah dengan mendorong mereka untuk lebih ambisius (memiliki cita-cita yang tinggi), bukan untuk kekuasaan atau pengaruh namun untuk hidup tenang (4:11) yang mencakup mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan­nya. Pada zaman dulu, bekerja secara manual dengan tangan adalah pekerjaan utama untuk menafkahi diri. Pada zaman sekarang Paulus kemungkinan akan mengatakan, "Carilah nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan diri sen­diri sambil menabung sedikit untuk menolong mereka yang membutuhkan."
Bagaimanakah kita dapat menerapkan kata-kata Paulus dalam ayat-ayat ini untuk kehidupan kita, dan dalam konteks yang kita alami sekarang?
Jumat 17 Agustus
PENDALAMAN: "Kasih adalah prinsip yang murni dan suci, tetapi nafsu birahi tidak akan menerima pengekangan dan tidak akan tunduk kepada atau diken­dalikan oleh pertimbangan. Nafsu birahi buta terhadap konsekuensi; ia tidak mempertimbangkan dari sebab sampai akibatnya."—Ellen G. White, Pikiran, Karakter, dan Kepribadian, jld. 1, hlm. 269.
"[Kasih] adalah murni dan suci. Tetapi naluri hati merupakan hal yang ber­beda. Sementara kasih yang murni melibatkan Allah dalam segala perencanaan­nya, dan akan selaras dengan Roh Allah, sebaliknya hawa nafsu akan membuat orang menjadi keras kepala, kasar, tidak masuk akal, menghindari semua aturan, dan membuat objek pilihannya sebagai suatu ilah. Dalam semua tindak-tanduk orang yang dipenuhi kasih, kasih karunia Allah akan dinyatakan."—Ellen G. White, The Advent Review andSabbath Herald, 25 September 1888.
"Mereka yang tidak mau jatuh ke dalam tipu muslihat Setan, harus menjaga baik-baik jalan masuk ke dalam jiwa; mereka harus menghindarkan membaca, melihat, atau mendengar sesuatu yang mengusulkan buah pikiran yang tidak suci. Pikiran jangan hendaknya dibiarkan memikirkan secara serampangan se­tiap persoalan yang dianjurkan oleh musuh jiwa-jiwa. Hati harus dijaga dengan setia, kalau tidak kejahatan yang di luar akan membangkitkan kejahatan yang di dalam, dan jiwa itu akan mengembara dalam kegelapan."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 437, 438.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1.        Dalam buku Alfa dan Omega, jld. 7 (lihat di atas), Ellen White berbica­ra mengenai pentingnya menjaga pintu masuk ke dalam jiwa. Apakah hal-hal praktis yang dapat dilakukan oleh umat yang percaya? Apa­kah implikasi yang diberikan prinsip ini untuk pilihan kita dalam hal hiburan dan pendidikan?
2.        Dalam 1 Tesalonika, Paulus seringkali menggunakan frase lebili lagi untuk menggambarkan pertumbuhan karakter dan perilaku Kristen. Apakah yang gereja dapat lakukan untuk mendorong anggota jemaat supaya melakukan yang lebih lagi?
3.        Jika orang muda meminta Anda untuk memberikan dua alasan praktis mengapa dia harus "menunggu sampai menikah" sebelum melakukan hubungan seks, apakah yang Anda katakan, dan mengapa?
RANGKUMAN: Dalam dua belas ayat pertama di pasal 4, Paulus membahas beberapa masalah yang paling sulit di beberapa gereja, khususnya gereja-gereja perkotaan. Seksualitas adalah masalah yang sangat pribadi; namun, ada banyak bahaya yang dihadapi gereja jika asusila seksual tidak ditentang. Hal yang sama pentingnya adalah jenis gereja yang bagaimana yang dilihat oleh dunia di tempat kerja dan di sekitar lingkungan mereka. Petunjuk yang Paulus berikan tentang hal ini sama pentingnya pada zamannya dan zaman kita sekarang ini.






No comments:

Post a Comment