Pelajaran 4 Triwulan III 2012


(1 Tesalonika 1:1-10)

SABAT PETANG
BACA UNTUK PELAJARAN MINGGU INI: 1 Tes. 1:1-10; 1 Korintus 13; 1 Tim. 1:15; Gal. 5:19-23; Dan. 12:2.
AYAT HAFALAN: Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami. Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengha­rapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita" (1 Tesalonika 1:2, 3).
Pokok Pikiran: Paulus memiliki banyak hal yang baik untuk dikatakan kepa­dajemaat di Tesalonika, setidaknya saat dia mulai menuliskan kata-kata pertama dalam suratnya untuk mereka. Kita perlu memberikan perhatian kepada berbagai aspek kehidupan jemaat di Tesalonika yang mendapat pujian dari Paulus.
Paulus mengawali suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika de­ngan menekankan peranan doa, seberapa sering dia berdoa untuk mereka, hal itu menunjukkan kasih dan perhatian mendalam yang dia miliki untuk jemaat di sana. Pada bagian ini Paulus bersukacita karena jemaat Tesalonika, secara keseluruhan, nampaknya setia. Kehidupan yang mereka tunjukkan mem­berikan cukup banyak bukti dari kuasa Roh Kudus yang mengubahkan hidup manusia, meskipun banyak tantangan yang mereka hadapi.
Paulus menyimpulkan pasal pertamanya dengan menyatakan bagaimana keterbukaan di jemaat Tesalonika kepada Paulus dan ajarannya menuntun me­reka menjadi jemaat yang setia menantikan kedatangan Tuhan Yesus. Mereka adalah umat percaya yang selalu bersedia bagi hari kedatangan Yesus dari sur­ga untuk membebaskan mereka dari "murka yang akan datang."
Dalam pelajaran ini kita mendapatkan gambaran sekilas tentang bagaima­na umat yang baru bertobat menghadapi berbagai tantangan yang datang sete­lah penginjilan.
* Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 28 Juli.
Minggu 22 Juli
DOA BERKAT (1TES. 1:1-3)
Dalam kata-kata pembukaan surat 1 Tesalonika, kita menangkap gambar­an dari sifat tidak mementingkan diri yang ada pada Paulus. Sementara sudah jelas bahwa dialah penulis surat ini (1 Tes. 2:18, 3:5, 5:27), dia memberikan penghargaan kepada rekan kerjanya Silas dan Timotius.
Baca 1 Tesalonika 1:1-3. Dalam hal apakah Paulus, Silas, dan Timoti­us mengucap syukur? Apakah makna hal-hal ini dalam kehidupan sehari- hari? Artinya, bagaimanakah hal ini dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari? Sebagai contoh, bagaimanakah pekerjaan iman dapat dinya­takan dalam cara hidup kita?
1 Tesalonika 1:1-3
1:1. Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.
1:2. Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami.
1:3 Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.

Pembukaan suratnya ini menampilkan ciri khas huruf Yunani kuno, namun dengan paduan yang menarik. Untuk salam pembuka dengan pola Yunani (kasih karunia), Paulus menambahkan salam Yahudi yang sangat popular yaitu damai (shalom dalam bahasa Ibrani). Kasih karunia dan damai sejahtera memberikan gambaran yang tepat tentang pengalaman yang didapatkan bersama Yesus.
Siapakah Silwanus? Nama ini mencerminkan nama Latin untuk "Silas" da­lam bahasa Aram. Orang Yahudi yang tinggal di luar Palestina biasanya meng­adopsi nama Yunani atau nama Latin untuk disandingkan dengan nama-nama Yahudi (itulah sebabnya "Saulus" menjadi "Paulus"). Silas adalah seorang Kris­ten di Yerusalem seperti Markus, yang menjadi teman seperjalanan Paulus yang mula-mula. Dengan keikutsertaan salah seorang pemimpin gereja di Yerusalem dalam berbagai perjalanan misionarisnya, Paulus telah melakukan upaya yang terbaik untuk mempertahankan kesatuan dalam gereja.
Kata-kata apakah yang terdapat dalam 1 Tesalonika 1:1-3 menjadi le­bih populer karena penggunaannya di 1 Korintus 13? Kata apakah yang menjadi fokus penekanan surat 1 Korintus, mengapa demikian?
1 Kor. 13:13
13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Dalam doa-doanya, Paulus berfokus hanya pada kenyataan, bukan pada ke­rohanian yang memusingkan. Iman menghasilkan perbuatan. Kasih yang tulus menghasilkan lebih banyak pekerjaan yang baik. Dan pengharapan menuntut kesabaran. Penekanan pada kata-kata ini adalah pada tindakan, bukan pada ide-ide yang abstrak. Susunan iman, kasih, dan pengharapan beraneka ragam di da­lam Perjanjian Baru, namun yang paling penting dari ketiganya dituliskan pada urutan terakhir (lihat 1 Kor. 13:13). Susunan pada ayat 3 menekankan penting­nya berbagai peristiwa akhir zaman dalam pemikiran Paulus dalam kedua su­ratnya kepada jemaat Tesalonika.
Paulus juga bersyukur di hadapan Allah karena dia mengingat bagaimana je­maat di Tesalonika telah menerima Injil. Kemungkinan dia juga berharap, bahwa tanggapan positif yang mereka berikan pada pujian Paulus akan membuat mereka lebih mudah terbuka kepada masalah yang ingin dia sampaikan kepada mereka.
Senin 23 Juli
ALLAH TELAH MEMILIH SAUDARA (1 TES. 1:4J
Baca 1 Tesalonika 1:4. Apakah artinya bahwa Allah telah memilih kita? Apakah itu berarti bahwa kita tidak lagi memiliki pilihan? Sebaliknya, apa­kah itu berarti bahwa seseorang yang tidak dipilih oleh Allah tidak dapat memiliki keselamatan sekalipun dia menginginkannya?
1 Tesalonika 1:4
1:4 Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu.

Ayat 4 melanjutkan kalimat yang Paulus sudah mulai di ayat 2, dengan "ber­syukur." Salah satu alasan mengapa Paulus bersyukur pada Allah ialah karena Allah sudah "memilih" jemaat Tesalonika.
Beberapa orang Kristen telah mengambil sikap yang ekstrem dalam menang­gapi ide menjadi "umat pilihan." Mereka ingin agar umat pilihan tidak terlalu memikirkan pola hidup atau perilaku. Sebaliknya, mereka mengajarkan bahwa keselamatan bergantung pada pilihan Allah gantinya pada pilihan kita sendiri. Pengajaran yang demikian dapat juga menuntun pada ide-ide yang menyatakan bahwa kasih karunia Allah hanya untuk orang-orang tertentu dan bahwa, sekali diselamatkan, maka orang itu tidak dapat lagi memilih untuk tidak selamat.
Bagaimanakah ayat-ayat ini menolong kita untuk memahami bahwa keselamatan itu adalah pilihan kita? Yos. 24:15; 1 Tim. 2:4; Why. 3:20.
Yos. 24:15;
24:15. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"

1 Tim. 2:4;
2:4 yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.

Why. 3:20.
3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Iman tidak mungkin ada tanpa kuasa Allah yang bekerja dalam hati orang ter­sebut. Namun, pada akhirnya, Allah mengizinkan umat manusia untuk membuat pilihan dan menentukan sikap mereka pada Dia dan segala sesuatu yang Dia su­dah kerjakan untuk kita semua. Dan apa yang sudah Dia kerjakan untuk kita ialah dengan "memilih" kita di dalam Kristus. Kita semua telah "dipilih" untuk men­dapatkan keselamatan. Pada kenyataannya bila ada yang tidak selamat nantinya maka hal itu membuktikan bahwa itu mencerminkan pilihan mereka, dan bukan pilihan Allah. Pilihan Allah adalah agar setiap umat manusia mendapatkan kese­lamatan. Seperti yang Paulus katakan dalam 1 Timotius 2:4, Allah menginginkan agar setiap orang dapat diselamatkan, dan mengenal kebenaran.
Pikirkanlah lagi apa artinya bagi Anda jika Anda mengetahui bahwa Anda telah "dipilih" oleh Allah, bahwa Allah menginginkan agar Anda men­dapatkan keselamatan, dan bilamana Anda hilang maka hal itu merupakan penyimpangan dari rencana dan kerinduan Allah bagi kita semua. Dorong­an apakah yang dapat Anda ambil dari kebenaran yang indah ini?
Selasa 24 Juli
JAMINAN DI DALAM KRISTUS (1 TES. 1:5)
Baca 1 Tesalonika 1:5. Bagaimanakah kita mendapatkan jaminan bah­wa kita sudah benar dalam pemandangan Allah? Apakah tiga bukti utama yang telah ditunjukkan oleh jemaat di Tesalonika pada Paulus yang me­nyatakan bahwa mereka ada dalam keadaan benar di hadapan Allah?
1 Tesalonika 1:5
1:5 Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.
Ayat 5 dimulai dengan kata "sebab" atau "karena." Dalam ayat ini Paulus memberikan rincian dari dasar keyakinannya bahwa jemaat Tesalonika telah dipilih oleh Allah (1 Tes. 1:4). Dia juga memberikan alasan-alasan lebih lanjut mengapa doa-doanya dipenuhi dengan rasa syukur (1 Tes. 1:2). Paulus bersu- kacita atas bukti-bukti yang nyata bahwa jemaat Tesalonika telah memberikan sambutan pada Allah dan bahwa Allah telah menerima mereka.
Paulus memulai ayat ini dengan bersukacita atas tanda-tanda lahiriah yang dapat dilihat dari posisi jemaat Tesalonika di hadapan Tuhan. Penerimaan mere­ka akan Injil bukan hanya sekadar persetujuan mental terhadap berbagai ajaran dan doktrin. Kehidupan mereka sehari-hari menunjukkan kehadiran kuasa Allah. Dalam kehidupan gereja setiap hari, segala sesuatu dilihat sebagai bagian dari campur tangan Ilahi. Doa-doa dijawab dan kehidupan banyak orang diubahkan. Kenyataan iman mereka ditunjukkan dalam pekerjaan mereka.
Bagaimanakah kita dapat mengetahui bahwa Roh Kudus hadir dan nyata dalam kehidupan seseorang dan di dalam jemaat? Lihat Gal. 5:19- 23, 1 Kor. 12:1-11.
Gal. 5:19- 23,
5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

 1 Kor. 12:1-11
12:1. Sekarang tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya.
12:2 Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.
12:3 Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
12:4 Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.
12:5 Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan.
12:6 Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.
12:7 Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.
12:8 Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan.
12:9 Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.
12:10 Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
12:11 Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.

"Buah" Roh adalah bukti kuat bahwa Allah sedang aktif bekeija. Kasih, suka­cita, dan damai hanya dapat dipalsukan untuk sementara waktu saja, namun mela­lui pergaulan sehari-hari di antara anggota jemaat, yang asli akan dipisahkan dari yang palsu. Pada saat Roh Kudus hadir, maka hal-hal yang tadinya tidak alami bagi manusia yang berdosa mulai menjadi suatu hal yang alami. Umat Kristen mendapati diri mereka melakukan kebajikan dan kebaikan yang tadinya mereka tidak pernah lakukan. Paulus melihat ada banyak bukti yang menyatakan bahwa kehidupan jemaat Tesalonika telah diubahkan oleh pekerjaan Roh Kudus.
Bagi Paulus, bukti akhir yang menyatakan bahwa Allah telah memilih je­maat di Tesalonika adalah keyakinan mereka yang mendalam kepada Injil se­bagai suatu kebenaran dan bahwa Allah benar-benar nyata di dalam kehidupan mereka. Meskipun keyakinan seperti itu tidak selalu benar dalam setiap kasus, suatu keyakinan yang sangat kuat tentang hubungan baik yang kita jalin dengan Allah biasanya menyertai Injil yang sejati.
Sudah berapa banyakkah jaminan keselamatan yang Anda miliki? Pada landasan apakah akhirnya, jaminan itu harus didirikan?
Rabu 25 Juli
MENGIKUTI TELADAN PAULUS (1 TES. 1:6, 7)
Baca 1 Tesalonika 1:6, 7. Apakah pekabaran Paulus di sana? Bagai­manakah kita dapat mengerti hal ini, mengingat bahwa Yesus adalah te­ladan utama kita?
1 Tesalonika 1:6, 7
1:6. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
1:7 sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya.
Kebanyakan terjemahan tidak menunjukkan hal ini, namun dalam ayat 6 Paul­us melanjutkan kalimat yang sama yang ia mulai dalam ayat 2 dan membawanya sampai ke ayat 10. Topik utama dari kalimat panjang adalah daftar alasan yang dimiliki Paulus sehingga dia mengucapkan syukur di dalam doanya. Ayat 6 dan 7 menambahkan dua hal ke dalam daftar pengucapan syukur, yang dibangun di atas dasar kata "karena" pada awal ayat 5. Paulus bersyukur (ay. 2) karena (ay. 5) jemaat Tesalonika telah mengikut teladan Paulus dan rekan-rekannya, dengan demikian membuat diri mereka menjadi contoh yang dapat diteladani (ay. 6, 7).
Kita sering mengamarkan orang lain bahaya dari meniru orang lain siapa pun itu kecuali Kristus. Hal itu benar karena, orang yang terbaik sekalipun kadang- kadang mengecewakan kita. Namun pada kenyataannya kita membutuhkan to­koh teladan. Semua orang pada suatu saat saling membutuhkan satu sama lain untuk bimbingan, nasihat, dan bantuan dalam mengerjakan suatu hal tertentu dan pada saat-saat sukar. Siapakah yang tidak merasakan berkat dari nasihat yang baik dan teladan yang baik? Demikian juga, apakah kita suka atau tidak, pada saat kita menjadi pemimpin di gereja, orang akan meniru teladan kita. Jika demikian, betapa pentingnya, seorang Kristen menghidupkan apa yang mereka khotbahkan dan menjadi teladan dari apa yang mereka katakan.
Pada saat yang sama, Paulus telah menempatkan beberapa pengamanan di sini. Pertama, menuruti teladan (ay. 6) menjadi bagian para penerima Injil (ay. 5). Fokus utama jemaat di Tesalonika adalah menerima Firman Allah dan menerapkannya secara langsung dalam kehidupan mereka dengan kuasa Roh Kudus. Firman Allah selalu dapat dipercaya. Kedua, Paulus mengarahkan mereka kepada Yesus sebagai model utama (ay. 6). Apa yang Yesus telah lakukan, dan akan lakukan, menjadi contoh yang lebih aman dari apa yang Paulus hendak kerjakan. Lagi pula, Paulus tidak di bawah pengaruh dirinya sendiri atau karakternya (1 Tim. 1:15).
Dengan demikian, Paulus menegaskan kerinduan mereka untuk meniru dia sebagai guru dan pembimbing yang mereka kasihi, dan juga menjadi model yang juga layak diteladani. Dalam hal ini, teladan yang sedang diberikan ada­lah sukacita di dalam penderitaan. Penderitaan dapat membuat hidup orang itu bertambah pahit atau bertambah baik. Dalam konteks Injil dan kuasa Roh Ku­dus, jemaat Tesalonika menemukan sukacita abadi di tengah-tengah penderita­an, sama seperti yang Paulus dan Silas miliki sebelumnya (Kis. 16:22-25).
Jenis keteladanan apakah yang Anda berikan di gereja? Hal apakah yang ada dalam hidup Anda yang dapat diteladani oleh orang lain? Dalam kehi­dupan kita apakah yang tidak dapat dijadikan contoh untuk orang lain?
Kamis 26 Juli
BUKTI TAMBAHAN DARI IMAN (1 Tes 1:8-10)
Baca 1 Tesalonika 1:8-10. Dalam hal apakah ayat-ayat ini memberikan bukti tambahan tentang iman jemaat Tesalonika?
1 Tesalonika 1:8-10
1:8 Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu.
1:9 Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar,
1:10 dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.

Paulus melanjutkan kalimatnya yang dia sudah mulai di ayat 2 dengan menje­laskan betapa dia menyadari bahwa jemaat Tesalonika telah menjadi teladan untuk umat percaya lainnya di Makedonia dan Akhaya (tempat Korintus berada).
Pertama, mereka menjadi teladan dalam usaha penginjilan dan teladan dalam keberhasilan. Dari jemaat inilah Firman Tuhan diberitakan hingga tersebar sampai ke kedua provinsi tersebut, dan bahkan sampai ke provinsi-provinsi lainnya. Paulus juga menganggap mereka menjadi teladan dalam iman karena keterbukaan mere­ka kepadanya dan kepada Injil. Mereka rela untuk diajar. Mereka juga rela untuk membuat perubahan yang radikal dalam kehidupan mereka, seperti meninggalkan berhala-berhala dan berbagai bentuk ibadah yang popular pada saat itu.
Komunikasi relatif cepat di daerah kekuasaan Romawi kuno, berkat ada­nya fasilitas jalan raya yang cukup baik dan transportasi yang cukup baik un­tuk menjangkau tempat-tempat yang jauh. Dengan demikian, pernyataan yang menyebutkan bahwa iman mereka telah tersiar "di mana-mana" mungkin me­nunjukkan bahwa orang-orang yang berada di Roma dan Antiokhia telah mem­benarkan hal itu saat mereka berkomunikasi dengan Paulus.
Adalah wajar jika orang ingin melakukan hal yang terbaik seperti yang di­harapkan oleh orang lain. Pujian berisi harapan-harapan yang tersirat. Dengan memuji iman mereka dengan cara yang luar biasa, Paulus mendorong mereka untuk terus bertumbuh dalam iman lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Kelihatannya ada sesuatu yang istimewa dalam pertobatan mereka. Seba­gai penyembah berhala mereka harus mengatasi dua hambatan utama. Pertama adalah sehubungan dengan "pekabaran yang tidak masuk akal" tentang bebera­pa orang yang sudah mati namun hidup kembali. Kemudian fakta yang berikut adalah bahwa itu adalah pekabaran orang Yahudi yang dianggap tidak waras. Banyak orang yang bukan Yahudi mungkin tertawa pada saat mereka mende­ngar pekabaran Kristen. Jemaat Tesalonika tidak menertawakan Injil. Sebalik­nya, mereka menata ulang kehidupan mereka sesuai dengan terang Injil.
"Orang-orang percaya di Tesalonika adalah para misionaris. Hati mereka menyala dengan semangat untuk Juruselamat mereka, yang telah meluputkan mereka dari 'murka yang akan datang.' Melalui rahmat Kristus perubahan yang ajaib ini telah terjadi dalam kehidupan mereka, dan perkataan Tuhan, sebagai­mana diucapkan kepada mereka, dipenuhi dengan kuasa. Hati dimenangkan oleh kebenaran yang dipersembahkan, dan jiwa-jiwa ditambahkan kepada jumlah orang percaya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 216.
Baca lagi 1 Tesalonika 1:10. Apakah yang Paulus bicarakan di sini? Apakah murka yang akan datang itu? Apakah yang telah dilakukan oleh kebangkitan Yesus untuk menjawab masalah itu? Mengapa janji ini sangat penting bagi iman kepercayaan kita? Lihat 1 Kor. 15:12-17-, Yoh. 11:24, 25; Dan. 12:2.
1 Tesalonika 1:10
1:10 dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.

Dan. 12:2.
12:2 Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.


Jumat 27 Juli
PENDALAMAN: "Tibanya Silas dan Timotius dari Makedonia, selama persing­gahan Paulus di Korintus, telah menggembirakan rasul itu. Mereka membawa kepadanya' kabar baik' tentang' iman dan kasih' dari mereka yang telah menerima kebenaran selama kunjungan yang pertama dari pesuruh-pesuruh Injil kepada orang Tesalonika. Hati Paulus menunjukkan dengan lemah lembut terhadap orang-orang percaya ini, yang di tengah-tengah pencobaan dan kesengsaraan, telah tetap setia kepada Allah. Ia rindu untuk mengunjungi mereka secara pri­badi, tetapi sebab hal ini tidak mungkin, ia menulis kepada mereka.
"Dalam suratnya ini kepada sidang di Tesalonika rasul itu menyatakan terima kasihnya kepada Allah karena kabar yang baik dari pertambahan iman mereka....
"Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan me­nyebut kamu dalam doa kami. Sebab kami selalu mengingat pekerjaan iman­mu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.
"Banyak dari orang-orang percaya di Tesalonika telah 'berbalik dari berhala- berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar'.... Ra­sul mengatakan bahwa kesetiaan mereka mengikuti Tuhan 'menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya.'"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 215,216.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1.       Sehubungan dengan peran dari seorang yang menjadi teladan, selain Yesus. Apakah keuntungan dan kerugian yang datang kepada mereka?
2.       Paulus menghabiskan sebagian besar suratnya dengan ungkapan terima kasihnya kepada Tuhan atas keadaan jemaat Tesalonika. Apakah yang dapat dan harus, diperankan oleh pengucapan syukur dalam pengalam­an peribadatan kita, baik secara pribadi maupun secara jemaat?
3.    Jika orang-orang di sekitar Anda mencari bukti iman jemaat Anda, apa­kah yang akan mereka temukan? Bagaimanakah supaya ada perubahan yang lebih baik lagi? Mengapa pujian dari orang lain itu sangat penting? Mengapa juga kita harus lebih berhati-hati saat melakukannya?
4.      Pikirkanlah kembali seberapa pentingkah doktrin kedatangan Yesus yang kedua kali untuk iman kita. Apakah alasan yang baik yang kita miliki untuk mempercayai sesuatu yang begitu radikal, seperti halnya mempercayai sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya?
RANGKUMAN: Paulus menemukan sukacita dalam bersyukur kepada Allah atas segala bukti yang melimpah sehubungan dengan pekeijaan-Nya da­lam hidup umat percaya di Tesalonika. Dalam membagikan isi doanya dengan mereka, Paulus berharap dapat memotivasi mereka untuk terus bertumbuh da­lam iman dan dalam usaha mereka untuk menjangkau keluar.




No comments:

Post a Comment