BACA UNTUK
PELAJARAN MINGGU INI: Yoh. 11:48-50; 1 Yoh. 2:15-17; 1 Kor. 9:19-27; Yoh. 3:3-8; 1 Kor. 16:19.
AYAT
HAFALAN: "Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku
hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin
orang" (1 Korintus
9:19).
Pokok
Pikiran: Sebuah
studi singkat mengenai konteks Tesalonika pada zaman dulu menunjukkan bahwa
pendekatan Paulus kepada penduduk di Tesalonika sangat unik dan dibuat dengan
sangat hati-hati.
Fokus utama dari
pelajaran ini akan menjadi rangkuman dari apa yang sejarah, literatur, dan
arkeologi katakan pada kita tentang Tesalonika.
Materi ini menjadi sangat penting karena dua hal.
Pertama, hal itu menolong kita untuk memahami bagaimana pendengar dan pembaca
surat Paulus yang mula-mula memahami dia. Dengan demikian, hal itu memperjelas
arti dari tulisannya dan pengaruh yang diberikan tulisan itu baik kepada gereja
maupun masyarakat.
Kedua, semakin kita mengetahui ide-ide dan kepercayaan
masyarakat di Tesalonika, semakin baik kita mengerti apa yang menjadi
tantangan Rasul Paulus. Dalam menyebarkan Injil, Paulus juga perlu meluruskan
ide-ide yang salah. Jadi, sementara pelajaran ini tidak langsung berfokus pada
Kitab Suci, hal ini mempersiapkan kita pada waktu membaca ayat-ayat dari 1 dan
2 Tesalonika sepanjang pelajaran triwulan ini.
* Pelajari pelajaran pekan ini
sebagai persiapan untuk Sabat, 21 Juli.
Minggu 15 Juli
BANGSA ROMA TIBA DI TESALONIKA
Baca Yohanes
11:48-50. Bagaimanakah keputusan-keputusan politik dan agama mengenai pelayanan
Yesus dipengaruhi oleh kedatangan bangsa Roma pada abad pertama di Palestina
dan Yerusalem? Pikirkanlah logika yang diungkapkan di sini. Dalam cara
menakutkan yang bagaimanakah hal itu menjadi masuk akal?
Yohanes
11:48-50
11:48 Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang
akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas
tempat suci kita serta bangsa kita."
11:49 Tetapi seorang di antara mereka, yaitu
Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak
tahu apa-apa,
11:50 dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna
bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini
binasa."
Dalam konteks perang saudara antara negara-kota
Yunani, orang Tesalonika mengundang Roma untuk mengambil alih kota mereka dan
melindunginya dari musuh-musuh setempat di sekitar tahun 168 S. M. Bangsa Roma
memberi upah kepada orang Tesalonika karena ada di "pihak yang benar"
dalam perang saudara itu dengan jalan memungkinkan kota itu untuk memerintah
sendiri. Itu menjadi kota bebas dalam kerajaan Roma, itu berarti mereka dapat
mengendalikan masalah-masalah internal mereka dan menentukan nasib mereka.
Akibatnya, golongan yang kaya dan berkuasa dalam kota itu diizinkan untuk
menjalani kehidupan seperti yang mereka miliki sebelumnya. Itulah sebabnya,
pada zaman Paulus mereka berpihak kepada Roma dan berpihak pada kaisar. Namun
kehidupan tidak terlalu menyenangkan bagi kebanyakan masyarakat, khususnya
kelas pekerja.
Ada tiga aspek negatif akibat pemerintahan Roma di
Tesalonika. Pertama, kedatangan bangsa Roma membawa pergeseran ekonomi. Pasar
tradisional terganggu akibat perang dan perubahan pemerintahan, baik secara
lokal maupun regional. Gangguan-gangguan ini lebih dirasakan oleh mereka yang
ada di kelas yang paling bawah daripada oleh orang-orang kaya. Dengan
berlalunya waktu, aspek negatif ini menjadi tidak terlalu penting.
Kedua, meskipun Tesalonika menjalankan pemerintahan
sendiri, masih dirasakan ketidakberdayaan politik. Beberapa pemimpin lokal
digantikan oleh orang asing di mana kesetiaannya lebih tertuju kepada kota
Roma, gantinya kepada Tesalonika. Tidak peduli betapapun jinaknya, pendudukan
asing tidak dapat terus popular untuk jangka waktu yang lama.
Ketiga, ada eksploitasi kolonial yang tidak dapat
dihindari menyertai pendudukan bangsa Roma. Bangsa Roma menuntut sejumlah
pajak ekspor. Persentase tanaman, mineral, dan berbagai produk lokal lainnya
akan tersedot dan dikirim ke Roma untuk mendukung kebutuhan yang lebih besar
dari kekaisaran Roma.
Jadi,
sementara Tesalonika sedikit lebih baik daripada Yerusalem, misalnya,
pemerintahan dan pendudukan Roma memberikan tekanan yang nyata bagi masyarakat
lokal. Di Tesalonika, kecemasan ini sangat menekan kaum miskin dan golongan
pekerja. Sementara tahun-tahun berlalu, penduduk Tesalonika mengalami
frustrasi dan merindukan perubahan situasi.
Bagaimanakah situasi politik di komunitas Anda pada
saat ini mempengaruhi pekerjaan jemaat? Apakah yang dapat dan harus
dibuat,-oleh jemaat Anda untuk meningkatkan posisi mereka menjadi lebih baik
lagi di tengah-tengah masyarakat luas?
Senin 16 Juli
RESPONS PENYEMBAH BERHALA TERHADAP ROMA
Tanggapan penyembah berhala terhadap ketidakberdayaan
yang dirasakan oleh banyak orang di Tesalonika adalah merupakan pergerakan
spiritual yang dikenal dengan aliran Cabirus. Aliran ini didasarkan pada
seorang pria bernama Cabirus yang menjadi jurubicara dari kelompok yang
tersisih yang akhirnya dibunuh oleh kedua saudaranya. Dia dikuburkan dengan
simbol-simbol kerajaan, dan pengikut aliran itu menganggap dia sebagai pahlawan
dan martir.
Orang yang berada di kelas bawah percaya bahwa Cabirus
menunjukkan kekuatan gaib ketika dia masih hidup. Mereka juga percaya bahwa
dari waktu ke waktu Cabirus secara diam-diam kembali hidup untuk menolong orang
banyak, dan dia akan kembali untuk membawa keadilan kepada kelas yang paling
bawah memulihkan kota itu kepada masa kejayaan dan kemerdekaannya. Pengikut
aliran Cabirus menyediakan harapan bagi mereka yang tertindas dengan jalan
mengingatkan harapan yang Alkitabiah.
Hal ini menjadi lebih menarik ketika kita mendapati
bahwa pemujaan Cabirus termasuk mempersembahkan darah untuk memperingati
kemartirannya. Mengingatkan Paulus, bahwa jemaat di Tesalonika membicarakan
tentang "mengambil bagian dalam darah-Nya." Dengan jalan ini mereka
mendapatkan pembebasan dari rasa bersalah; perbedaan kelas juga dihapuskan.
Dalam aliran Cabirus semua kelompok masyarakat mendapat perlakuan yang sama.
Namun ada suatu perkembangan yang lebih lanjut. Ketika
kultus kaisar muncul pada zaman Kaisar Agustus, kerajaan Roma memproklamasikan
bahwa Cabirus telah datang dalam pribadi kaisar. Dengan kata lain, otoritas
Roma mengambil alih harapan masyarakat yang tertindas. Sebagai hasilnya,
kehidupan spiritual Tesalonika tidak lagi memberikan bantuan kepada golongan
pekerja. Masyarakat biasa ditinggalkan tanpa harapan dan tanpa agama yang
berarti. Adanya kultus kaisar juga berarti jika ada orang yang menyerupai
Cabirus tiba di kota itu, maka dia segera menjadi suatu ancaman.
Tanggapan
Roma pada aliran Cabirus meninggalkan kekosongan rohani dalam hati orang
banyak, kekosongan yang hanya dapat diisi dengan Injil. Kristus adalah
kegenapan yang sesungguhnya dari harapan dan impian yang dimiliki oleh
masyarakat Tesalonika pada Cabirus. Injil itu menyediakan rasa damai dalam
hati pada saat sekarang ini, pada saat kedatangan Yesus yang kedua kali, dan
merupakan pembalikan realitas ekonomi dan politik pada saat ini.
Baca 1 Yohanes 2:15-17 (lihat juga Pengkhotbah 2:1-11).
Kebenaran penting apakah yang diungkapkan di sini? Bagaimanakah Anda mengalami
realitas dari ayat ini? Bagaimanakah Anda mengalami realitas ayat ini,
sehubungan dengan betapa singkat dan tidak memuaskannya perkara- perkara dunia
ini?
1 Yohanes
2:15-17
2:15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada
di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di
dalam orang itu.
2:16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu
keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal
dari Bapa, melainkan dari dunia.
2:17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan
keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup
selama-lamanya.
Pengkhotbah 2:1-11
2:1. Aku berkata dalam hati: "Mari, aku hendak
menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itupun
sia-sia."
2:2 Tentang tertawa aku berkata: "Itu
bodoh!", dan mengenai kegirangan: "Apa gunanya?"
2:3 Aku menyelidiki diriku dengan menyegarkan
tubuhku dengan anggur, --sedang akal budiku tetap memimpin dengan hikmat--,dan
dengan memperoleh kebebalan, sampai aku mengetahui apa yang baik bagi anak-anak
manusia untuk dilakukan di bawah langit selama hidup mereka yang pendek itu.
2:4 Aku melakukan pekerjaan-pekerjaan besar,
mendirikan bagiku rumah-rumah, menanami bagiku kebun-kebun anggur;
2:5 aku mengusahakan bagiku kebun-kebun dan
taman-taman, dan menanaminya dengan rupa-rupa pohon buah-buahan;
2:6 aku menggali bagiku kolam-kolam untuk mengairi
dari situ tanaman pohon-pohon muda.
2:7 Aku membeli budak-budak laki-laki dan perempuan,
dan ada budak-budak yang lahir di rumahku; aku mempunyai juga banyak sapi dan
kambing domba melebihi siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku.
2:8 Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas,
harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan
biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni banyak
gundik.
2:9 Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih
besar dari pada siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada
itu hikmatku tinggal tetap padaku.
2:10 Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang
dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku
bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku.
2:11 Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah
dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih
payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin;
memang tak ada keuntungan di bawah matahari.
Selasa 17 Juli
INJIL SEBAGAI TITIK TEMU
Mengingat pelajaran kita kemarin, tidak sulit melihat
mengapa ketika Injil datang ke Tesalonika banyak orang dari golongan bukan
Yahudi memberikan tanggapan positif. Apakah Paulus sebelum tiba di kota itu
sudah mengetahui tentang Cabirus atau tidak, pendekatan Mesianik yang dia buat
di rumah ibadat memiliki gema yang sama dengan kerinduan rohani yang unik dari
tradisi setempat.
Ketika Injil
datang ke Tesalonika, kelas pekerja di kota itu sudah siap untuk menerimanya,
dan mereka memberikan respons yang cukup besar. Mereka juga siap untuk
interpertasi Injil yang paling ekstrem. Pemujaan terhadap Cabirus telah
menanamkan suatu roh pemberontakan terhadap penguasa setempat yang mungkin
telah menjadi sumber perilaku yang tidak tertib yang Paulus sebutkan dalam
kedua suratnya kepada mereka. (1 Tes. 4:11, 12; 5:14; 2 Tes. 3:6,
7, 11).
Baca 1
Korintus 9:19-27. Apakah strategi misionaris yang mendasar yang Paulus berikan
dalam ayat-ayat ini? Apakah potensi bahaya yang mengintai dalam metode ini?
Bagaimanakah kedua prinsip dalam ayat- -ayat ini dapat dipelihara dalam
keseimbangan yang tepat?
1 Korintus
9:19-27
9:19. Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku
menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak
mungkin orang.
9:20 Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi
seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi
orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang
hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum
Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.
9:21 Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah
hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat,
sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum
Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum
Taurat.
9:22 Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti
orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua
orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan
beberapa orang dari antara mereka.
9:23 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil,
supaya aku mendapat bagian dalamnya.
9:24. Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang
pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja
yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu
memperolehnya!
9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian
dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian
untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu
mahkota yang abadi.
9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan
aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan
menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain,
jangan aku sendiri ditolak.
Injil memiliki dampak yang sangat besar ketika hal itu
mempengaruhi kebutuhan, harapan, dan impian para pendengarnya. Ketika Roh
Kudus mampu menyediakan jembatan bagi Injil, pada umumnya hal ini merupakan
hasil dari banyak mendengar, serta doa dan usaha yang dilakukan oleh penginjil
itu sendiri. Pengalaman telah mengajarkan kepada kita bahwa orang-orang sangat
terbuka kepada pekabaran Advent pada masa-masa krisis. Beberapa perubahan yang
membuat orang terbuka kepada ide-ide baru adalah krisis ekonomi, pergulatan
politik, peperangan, pernikahan, perceraian, perpindahan (pindah dari satu
tempat ke tempat yang lain), perubahan kesehatan, dan kematian. Penduduk di
Tesalonika telah mengalami perubahan, hal ini telah memudahkan Injil itu untuk
dapat berakar.
Tetapi orang
yang dibaptis pada masa-masa perubahan juga memiliki kecenderungan untuk tidak
stabil, paling tidak pada awalnya. Kemurtadan banyak terjadi pada bulan-bulan
pertama setelah pertobatan. Surat kepada jemaat Tesalonika menunjukkan adanya
ketidakstabilan dalam skala yang cukup besar dalam jemaat itu setelah Paulus
pergi.
Apakah yang bisa kita lakukan untuk menolong anggota
jemaat yang masih bergumul untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka
di dalam Kristus? Carilah seseorang, yang dapat Anda tolong. Apakah yang dapat
Anda lakukan untuk membuat orang itu berakar dan setia pada Tuhan? Anda akan
takjub pada saat mendapati bahwa pelayanan ini akan dapat menguatkan kerohanian
Anda secara pribadi.
Rabu 18 Juli
PAULUS, "PENGKHOTBAH JALANAN"
Di dalam konteks Yunani-Romawi pada abad pertama ada
beberapa filsuf ternama yang berbicara di tempat-tempat umum untuk
mempengaruhi orang, baik secara individu maupun kelompok seperti halnya yang
dilakukan oleh para orator dan juru kampanye pada saat sekarang ini.
Para filsuf ini percaya bahwa setiap orang memiliki
kapasitas untuk mengubah kehidupan mereka (sebagai bentuk pertobatan). Para
ahli filsuf ini akan menggunakan pidato publik dan percakapan pribadi untuk
mengubah murid-murid mereka. Mereka berusaha menciptakan keraguan dalam hati
para pendengar mereka terhadap ide-ide dan keyakinan yang mereka yakini selama
ini. Dengan cara ini, para pendengar akan menjadi terbuka untuk ide-ide baru
dan lebih terbuka kepada perubahan. Tujuannya ialah untuk meningkatkan
kemandirian dan perkembangan moralitas. Diharapkan bahwa filsuf-filsuf ternama
ini akan mendapatkan kesempatan untuk berbicara terlebih dulu dengan memperoleh
kebebasan moral dalam kehidupan batin mereka sendiri. "Dokter, sembuhkan
dulu dirimu" adalah suatu sebutan yang sangat terkenal pada zaman dulu
kala.
Para filsuf ternama ini juga menyadari pentingnya
untuk membuat pekabaran yang bervariasi dalam rangka menjangkau pikiran yang
berbeda-beda, dan pentingnya mempertahankan integritas karakter guru dan
pekabaran yang sedang diajarkan. Dengan demikian, ada beberapa kesejajaran di
antara guru-guru ternama ini dengan karya Paulus, yang juga berjalan
berkeliling dan berkhotbah di tempat-tempat umum (Kis. 17:17; 19:9, 10).
Bagaimanapun juga, ada dua perbedaan yang sangat nyata
di antara pendekatan Paulus dan pendekatan para filsuf terkenal ini. Pertama,
Paulus tidak hanya bekerja di tempat umum; dia juga berusaha membentuk suatu
komunitas abadi. Hal ini menuntut suatu pemisahan dari dunia, dan pada saat
yang sama suatu ikatan emosional dan komitmen yang lebih mendalam kepada
kelompok. Kedua, Paulus mengajarkan bahwa pertobatan bukanlah keputusan pribadi
yang dipengaruhi oleh pidato yang bijaksana; sebaliknya, itu lebih merupakan
suatu karya supra alami dari Tuhan (lihat Gal. 4:19; Yoh. 3:3-8; Flp.
1:6). Ajaran Paulus lebih daripada sekadar filsafat; itu merupakan
proklamasi kebenaran dan pernyataan Allah yang luar biasa tentang pekerjaan
Allah dalam menyelamatkan umat manusia.
Sisi gelap dari filsuf ternama ini ialah bahwa mereka
menemukan cara mudah untuk mencari nafkah. Banyak yang memiliki latar belakang
pedagang keliling, tidak lebih dari itu. Beberapa di antara mereka melakukan
penyimpangan seksual dengan para pendengarnya. Meskipun ada juga guru-guru yang
jujur di antara mereka, ada banyak sindiran yang beredar sehubungan dengan para
pengkhotbah keliling pada zaman itu.
Paulus
berusaha menghindari sindiran itu dengan menolak bantuan dari para
pendengarnya, sebaliknya, dia melakukan pekerjaan kasar untuk menghidupi dirinya.
Hal ini, dengan penderitaannya, dia membuktikan bahwa dia benar-benar percaya
akan apa yang dia khotbahkan dan dia tidak melakukannya untuk keuntungan
pribadi. Dalam banyak hal, kehidupan Paulus menjadi khotbah yang paling nyata
yang dia dapat khotbahkan.
Kamis 19 Juli
GEREJA RUMAH
Baca Roma
16:5; 1 Korintus 16:19; Ko!ose4:15; dan Filemon 1,2. Apakah persamaan dari
ayat-ayat ini?
Roma 16:5;
16:5 Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam
kepada Epenetus, saudara yang kukasihi, yang adalah buah pertama dari daerah
Asia untuk Kristus.
1 Korintus
16:19;
16:19. Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia
Kecil. Akwila, Priskila dan Jemaat di rumah mereka menyampaikan
berlimpah-limpah salam kepadamu.
Kolose4:15;
4:15 Sampaikan salam kami kepada saudara-saudara di
Laodikia; juga kepada Nimfa dan jemaat yang ada di rumahnya.
Filemon 1,2.
1:1. Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus
Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman
sekerja kami
1:2 dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan
kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu:
Dalam budaya Romawi ada dua jenis tempat tinggal. Ada
yang disebut domus, rumah yang cukup besar, dikelilingi halaman
yang luas, biasanya dimiliki oleh orang-orang kaya. Rumah seperti itu dapat
menyediakan sebuah tempat pertemuan untuk 30-100 orang. Jenis lain dari tempat
tinggal pada waktu itu adalah insula, dengan menempatkan toko
atau tempat kerja pada lantai dasar yang menghadap ke jalan raya dan tempat
tinggal di lantai atas. Ini adalah perumahan kelas pekerja yang tinggal di
kota. Salah satu apartemen atau kantor ini dapat mengakomodasi jemaat dalam
jumlah yang lebih kecil.
Domus (rumah besar), dan insula (rumah
kecil), akan menampung anggota keluarga sampai dua atau tiga generasi
berikutnya, karyawan yang bekerja dalam usaha keluarga, pengunjung, bahkan
budak-budak. Jika seorang kepala rumah tangga dapat ditobatkan, hal itu dapat
membawa dampak yang besar pada orang yang tinggal di dalam rumah itu.
Lokasi yang ideal untuk sebuah gereja rumah berada
dekat dengan pusat kota. Bengkel dan toko yang terhubung dengan rumah akan
membuka kesempatan untuk mengadakan kontak dengan pengrajin, perdagangan
budak, pembeli, dan para pekerja kasar yang mencari pekerjaan. Inilah kondisi
di mana kebanyakan pekerjaan misionaris Paulus telah dilakukan.
Di beberapa
bagian dunia, masih banyak orang yang berbakti di gereja rumah, seringkah ini
disebabkan karena hanya itulah sarana yang mereka miliki. Atau, dalam beberapa
kasus, mereka tidak diizinkan untuk membangun gereja, demikianlah gereja rumah
merupakan pilihan satu-satunya.
Baca Kisah 18:1-3. Bagaimanakah ayat-ayat ini menolong
kita untuk memahami cara kerja Paulus?
Kisah 18:1-3
18:1. Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi
ke Korintus.
18:2 Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi
bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan
Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua
orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka.
18:3 Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang
sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama,
karena mereka sama-sama tukang kemah.
Sebagai
warga negara Roma, dan pernah menjadi anggota kelompok elit Yahudi, Paulus
pasti berasal dari keluarga berada (kaya). Dengan demikian, bekerja dengan
tangannya merupakan satu pengorbanan yang besar baginya; tetapi, dengan cara
seperti itu, dia menyamakan dirinya dengan kelas pekerja dan dapat menjangkau
mereka (lihat 1 Kor. 9:19-23).
Seberapa baikkah jemaat Anda berinteraksi dengan
komunitas masyarakat di sekitarnya? Apakah Anda juga merupakan bagian dari
komunitas itu, apakah gereja Anda cukup terlibat dengan masyarakat sekitar,
ataukah terkurung dalam mentalitas yang cenderung mengurung diri dari bahaya-
bahaya dunia sehingga gereja itu kehilangan pengaruhnya sama sekali?
Jumat 20 Juli
PENDALAMAN: "Allah telah menuntun segala gerakan
bangsa-bangsa dan dorongan hati serta pengaruh umat manusia, hingga dunia sedia
menyambut kedatangan Pelepas itu....
"Pada waktu ini sistem agama kekafiran sudah
kehilangan pegangannya di antara orang banyak. Orang sudah bosan dengan
pertunjukan-pertunjukan ajaib dan dongeng-dongeng. Mereka merindukan suatu
agama yang dapat memuaskan hati."—Ellen G. White, Alfa dan Omega,
jld. 5, hlm. 29.
"Di luar bangsa Yahudi ada orang-orang yang
meramalkan datangnya seorang guru Ilahi. Orang-orang ini mencari kebenaran, dan
kepada mereka itu Roh Ilham dikaruniakan. Seorang demi seorang, laksana
bintang-bintang di langit yang gelap gulita, guru-guru serupa itu telah
muncul. Perkataan nubuatan mereka telah menghidupkan harapan dalam hati ribuan
orang di dunia kafir."—Hlm. 30.
"Ketika
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus, ia baru tahu bahwa terdapat
prasangka atas kehadiran orang asing di tengah-tengah mereka. Orang Yunani di
tepi pantai adalah pedagang kawakan. Begitu lama mereka melatih diri mereka
sendiri dalam praktik bisnis yang cekatan, sehingga mereka sampai percaya bahwa
keuntungan adalah kesalehan, dan bahwa mereka mencari uang, apakah dengan cara
yang adil maupun licik, adalah terpuji. Paulus telah mengetahui sifat- sifat
mereka, dan ia tidak mau memberi mereka kesempatan untuk mengatakan bahwa ia
memberitakan Injil supaya dapat memperkaya dirinya sendiri.... Ia akan berusaha
melenyapkan semua peluang salah tafsir, agar kekuatan pekabarannya jangan
sampai hilang."—Ellen G. White, Pelayan Injil, hlm. 208,209.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1.
Menurut pemikiran Anda apakah yang dimaksudkan oleh Ellen White pada saat
dia menulis kalimat (di atas) bahwa "Roh Inspirasi" dicurahkan
kepada guru-guru non-Yahudi? Sejauh manakah AHah dapat bekerja di luar konteks masyarakat Kristen?
Dapatkah seseorang diselamatkan bilamana dia tidak pernah mendengar nama
Yesus? Jika demikian, atas dasar apakah dia diselamatkan?
2.
Dalam konteks apakah rumah pribadi atau apartemen menjadi tempat yang efektif
dijadikan gereja dalam situasi dunia saat ini? Apakah berbakti di gedung
gereja yang sudah ditahbiskan selamanya merupakan cara yang terbaik untuk
beribadah? Mengapa, atau mengapa tidak?
3.
Bagaimanakah gereja Anda dapat belajar untuk menyesuaikan kegiatan
jangkauan keluarnya dengan masyarakat di sekitarnya? Mengapa kita harus selalu
ingat bahwa apa yang mungkin berhasil dalam suatu bidang belum tentu akan
berhasil dalam bidang yang lain?
RANGKUMAN: Catatan Kitab Suci tentang kegiatan
misionaris Paulus dibuat dalam konteks Romawi kuno. Seperti yang dapat kita
lihat dalam pergumulan Paulus dengan masalah sehari-hari, kita dapat belajar
untuk lebih baik lagi menerapkan prinsip dan pelajaran yang Allah berikan dalam
Kitab Suci untuk kita saat sekarang ini. Dalam surat 1 dan 2 Tesalonika, Paulus
menuntun umat Kristen pada zaman dulu untuk melewati masa-masa sulit mereka.
No comments:
Post a Comment