INJIL DATANG KE TESALONIKA
AYAT
HAFALAN: "Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga
kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu,
bukan sebagai perkataan manusia, tetapi—dan memang sungguh-sungguh
demikian—sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang
percaya" (1 Tesalonika 2:13).
Pokok
Pikiran: Kepastian yang kita
miliki akan janji-janji Allah haruslah didasarkan atas keyakinan kita pada
Kitab Suci-Nya.
Seorang pendeta
muda duduk di luar dengan seorang wanita muda yang baru saja dibaptis. Pendeta
itu terkejut ketika wanita itu berkata, "Saya perlu dibaptis
kembali."
Ketika pendeta itu bertanya, wanita itu menjawab,
"Ada beberapa hal yang saya tidak utarakan kepada pendeta senior tentang
masa lalu saya."
Demikianlah awal dari sebuah percakapan yang panjang
tentang pengampunan dalam Kristus, yang sangat diminati oleh wanita ini.
Ketika pendeta ini selesai berdoa untuknya, hujan yang lebat membasahi mereka
berdua. Mata mereka bersinar, wanita muda itu berkata, "Saya sedang
dibaptis kembali!"
Allah yang penuh
rahmat seringkali menyediakan pemberian-pemberian, seperti halnya hujan yang
tak terduga, untuk meyakinkan umat yang percaya bahwa mereka ada dalam jalur
yang benar. Namun keyakinan kita pada Allah akan memiliki dasar yang lebih kuat
ketika hal itu didasarkan pada ajaran Firman- Nya. Dalam pelajaran pekan ini
kita akan melihat bahwa kegenapan nubuatan menyediakan jaminan yang kuat bagi
umat yang baru percaya di Tesalonika.
* Pelajari pelajaran pekan ini
sebagai persiapan untuk Sabat, 7 Juli.
PARA PENGINJIL MEMBAYAR HARGA YANG
MAHAL
Bacalah Kisah 16:9-40. Menurut ayat
tersebut, mengapa orang di Pilipi memberikan reaksi yang negatif terhadap
Injil? Prinsip apakah yang kita temukan dalam reaksi mereka yang dapat
menyadarkan kita agar selalu memiliki sikap mawas diri? Dalam cara apakah lagi
prinsip ini dapat dinyatakan, bahkan dalam kehidupan orang yang mengaku Kristen?
Injil merupakan kabar baik tentang pekerjaan Allah
yang hebat di dalam Kristus yang menuntun kepada pengampunan, penerimaan, dan
perubahan (Rm 1 : 16, 17). Melalui dosa, seluruh dunia telah terkutuk;
melalui kematian dan kebangkitan Yesus, seluruh dunia diberikan satu
kesempatan yang baru untuk memiliki kehidupan yang kekal yang merupakan
rencana Allah sejak semula bagi seluruh umat manusia. Pekerjaan Allah yang
besar telah dilakukan untuk kita saat kita masih berdosa (Rm. 5:8).
Karya penebusan ini terlaksana oleh Yesus tanpa campur tangan kita, dan kita
tidak dapat menambahkan apa pun untuk hal itu. Namun, Injil menjadi nyata dalam
kehidupan kita hanya bila kita menerima tidak hanya hukuman atas dosa-dosa kita
melainkan juga pengampunan Allah atas dosa-dosa itu melalui Yesus.
Pada kenyataannya Injil itu adalah kabar baik dan
merupakan suatu hal yang cuma-cuma, mengapa masih ada orang yang menghindarinya
atau menentangnya? Jawabannya sederhana: dengan menerima Injil kita diajak
untuk mengesampingkan kepercayaan kita pada diri sendiri dan dalam hal-hal
duniawi seperti uang, kekuasaan, dan daya tarik seksual. Uang, seks, dan
kekuasaan adalah hal yang baik jika diserahkan pada kehendak dan jalan Allah.
Namun bilamana manusia bergantung pada hal-hal sepele gantinya pada jaminan
Injil, maka Injil dan mereka yang memberitakannya menjadi sebuah ancaman.
Baca I
Tesalonika 2:1,2. Paulus dan Silas memasuki Kota Tesalonika dalam keadaan
sakit, tubuh mereka dipenuhi luka dan memar yang mereka peroleh akibat pemukulan
dan pemenjaraan di Filipi (Kis. 16:22-24). Tetapi bukti dari kekuasaan
Allah (Kis. 16:26, 30, 36) telah menguatkan hati mereka. Dengan berani
mereka memasuki rumah ibadah di Tesalonika, meskipun mereka merasa sakit,
mereka berbicara lagi tentang Mesias, yang telah mengubah hidup mereka dan
mengutus mereka dalam sebuah misi untuk memberitakan kabar baik di
tempat-tempat yang belum pernah mendengar Injil sebelumnya.
Apakah hal-hal duniawi yang, jika kita tidak
berhati-hati, dapat menjauhkan kita dari Tuhan? Mengapa, begitu penting bagi
kita untuk menjaga agar salib dan maknanya selalu berada di dalam benak kita,
terutama pada saat godaan dunia nampaknya begitu kuat?
Senin 2 Juli
STRATEGI KHOTBAH PAULUS
Apakah yang Kisah 17:1-3 katakan pada kita tentang di mana, kapan, dan
bagaimana strategi khotbah Paulus di Tesalonika?
17:1. Paulus dan
Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di
situ ada
sebuah rumah
ibadat orang Yahudi.
17:2 Seperti
biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia
membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.
17:3 Ia
menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan
bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: "Inilah Mesias, yaitu
Yesus, yang kuberitakan kepadamu."
Meskipun kitab 1 Tesalonika berada di antara
surat-surat Paulus yang sebelumnya, namun teologi dan strategi penginjilannya
dia kembangkan pada saat dia tiba di Tesalonika. Langkah pertama dalam strategi
misionaris Paulus adalah menghadiri perbaktian di rumah ibadah setempat pada
hari Sabat. Hal ini sangat lumrah karena hari Sabat adalah waktu yang sangat
baik untuk menjangkau orang-orang Yahudi dalam jumlah yang besar. Namun, lebih
daripada sebuah strategi misionaris yang sedang dia terapkan. Paulus akan
mengambil waktu untuk berdoa dan berbakti pada hari Sabat meskipun tidak ada
orang Yahudi atau rumah ibadat yang tersedia (lihat Kis, 16:13).
Bukanlah sesuatu yang aneh pada waktu itu bagi bangsa
Yahudi untuk mengundang para pengunjung rumah ibadah untuk berbicara, terutama
jika mereka tinggal di Yerusalem, seperti Paulus dan Silas. Jemaat akan sangat
bersemangat untuk mendengar berita tentang kehidupan bangsa Yahudi di tempat
lain. Mereka juga akan sangat tertarik pada ide-ide baru yang telah ditemukan
oleh para pengunjung dari hasil penyelidikan mereka akan Kitab Suci. Demikianlah,
strategi Paulus sangat cocok dengan keadaan lingkungan rumah ibadah pada saat
itu.
Langkah kedua dalam strategi Paulus adalah dengan
berkhotbah secara langsung dari Kitab Suci yang mereka gunakan, yaitu
Perjanjian Lama. Dia juga memulainya dengan sebuah topik yang menarik bagi
bangsa Yahudi pada saat itu, Mesias (Kristus dalam bahasa Yunani setara
dengan Mesias dalam bahasa Ibrani; lihat Kis. 17:3). Dengan menggunakan
ayat dalam Perjanjian-Lama, Paulus mendemonstrasikan bahwa Mesias harus
menderita terlebih dulu sebelum mendapatkan kemuliaan, hal ini sudah tidak
asing lagi bagi bangsa Yahudi. Dengan kata lain, versi populer, dan agung
tentang misi Mesias hanyalah bagian dari gambaran saja. Pada saat Mesias
muncul untuk pertama kali, Dia akan menjadi hamba yang menderita dan bukan
sebagai raja penakluk.
Ketiga,
sesudah memberikan gambaran yang segar tentang Mesias dalam pikiran mereka,
Paulus melanjutkannya dengan kisah tentang Yesus. Dia menjelaskan bagaimana
kehidupan Yesus sesuai dengan nubuatan Kitab Suci yang baru saja dia bagikan
kepada mereka. Tidak diragukan lagi, dia pasti menambahkan kisah kehidupannya,
bagaimana pada awalnya dia ragu-ragu dan bagaimana dia menentang Injil dan juga
menceritakan tentang kuasa yang meyakinkan dari pertemuannya dengan Kristus
yang telah dimuliakan. Menurut Lukas (Luk. 24:25-27, 44-46), strategi
khotbah Paulus di Tesalonika mengikuti pola yang sama dengan pola yang Yesus
gunakan bersama murid-murid-Nya setelah kebangkitan.
Perhatikan bahwa Paulus berusaha menjangkau orang-orang di mana mereka
berada, dengan menggunakan hal-hal yang mereka sudah pahami sebelumnya. Mengapa
strategi ini sangat penting? Pikirkanlah orang-orang yang Anda coba jangkau.
Bagaimanakah Anda belajar memulai dari tempat di mana mereka berada dan bukan
dari tempat di mana Anda berada?
Selasa 3 Juli
DUA SUDUT
PANDANG TENTANG MESIAS
Sejak dulu,
para pembaca Perjanjian Lama telah melihat berbagai perspektif dalam berbagai
nubuat yang menunjuk ke arah Mesias. Pada umumnya orang Yahudi dan orang
Kristen yang mula-mula mengenali dua aliran utama dalam nubuatan tentang
Mesias. Di satu sisi, ada ayat-ayat yang menunjuk pada seorang Mesias yang
datang sebagai Raja: seorang raja penakluk yang akan membawa keadilan kepada
orang banyak dan memperluas pemerintahan Israel sampai ke ujung bumi. Pada sisi
yang lain, ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Mesias akan menjadi hamba yang
menderita, dihina dan ditolak. Kesalahan banyak orang adalah karena mereka
tidak mengerti bahwa semua ayat ini menunjuk kepada Oknum yang sama dengan
pekerjaan dan waktu yang berbeda.
Baca Yeremia 23:1-6; Yesaya 9:1-7; 53:1-6; Zakharia 9:9.Tulislah karakteristik
dari pembebas pada masa depan yang Anda temukan dalam ayat-ayat tersebut.
Gambaran apakah yang nampaknya bertentangan dalam ayat itu?
Yeremia
23:1-6;
23:1.
"Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang
dan terserak!" --demikianlah firman TUHAN.
23:2 Sebab itu
beginilah firman TUHAN, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan
bangsaku: "Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan
tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan
membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman
TUHAN.
23:3 Dan Aku
sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana
Aku menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang
mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak.
23:4 Aku akan
mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka,
sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun,
demikianlah firman TUHAN.
23:5
Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan
menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang
bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.
23:6 Dalam
zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan
inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN--keadilan kita.
Yesaya
9:1-7;
9:1. (8-23)
Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau
dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari
Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah
bangsa-bangsa lain.
9:2 (9-1) Bangsa
yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang
diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.
9:3 (9-2) Engkau
telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah
bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang
bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan.
9:4 (9-3) Sebab
kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas
telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian.
9:5 (9-4) Sebab
setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran
darah akan menjadi umpan api.
9:6 (9-5) Sebab
seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita;
lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat
Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
9:7 (9-6) Besar
kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud
dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan
keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN
semesta alam akan melakukan hal ini.
53:1-6;
53:1. Siapakah
yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan
kekuasaan TUHAN dinyatakan?
53:2 Sebagai
taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak
tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun
tidak, sehingga kita menginginkannya.
53:3 Ia dihina
dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita
kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan
bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.
53:4. Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
53:5 Tetapi dia
tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan
kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
53:6 Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Zakharia 9:9
9:9.
Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai
puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah
lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.
Ayat-ayat ini nampaknya membingungkan sebelum Mesias
itu datang. Di satu sisi, ayat-ayat yang menunjuk pada Mesias rajani
tidak mencantumkan sedikit pun gambaran penderitaan atau penghinaan. Pada sisi
lain, ayat-ayat mengenai Hamba Yang Menderita biasanya menggambarkan Mesias
yang hanya memiliki sedikit kekuasaan dan otoritas dunia. Salah satu cara
bangsa Yahudi pada zaman Yesus menyelesaikan masalah ini ialah dengan melihat
Hamba Yang Menderita sebagai suatu lambang bangsa Israel secara keseluruhan dan
penderitaan yang mereka alami pada masa pembuangan dan penjajahan. Dengan
membuang ayat-ayat ini dari nubuatan tentang Mesias, kebanyakan orang Yahudi
mengharapkan kedatangan Mesias sebagai Raja penakluk. Seorang Raja, seperti
Raja Daud, yang akan menyingkirkan penjajah dan memulihkan kedudukan Israel di
antara bangsa-bangsa lain.
Tentu saja, masalah yang utama adalah dengan
menghapuskan ayat-ayat mengenai Hamba Yang Menderita dari persamaan yang
memang ada, bahkan, secara jelas ayat-ayat Perjanjian Lama menggabungkan kedua
karakteristik yang utama dari seorang Mesias. Ayat-ayat itu menggambarkan orang
yang sama. Apa yang kurang jelas pada awalnya adalah urutan peristiwanya,
apakah kedua karakteristik itu muncul pada saat yang bersamaan ataukah satu
demi satu.
Sebagaimana
ditunjukkan dalam Kisah 17:2,3, Paulus menjangkau orang Yahudi di Tesalonika
melalui ayat-ayat tentang Mesias di Perjanjian Lama dan secara bersama-sama
mendalami makna penting yang terkandung di dalamnya.
Pada zaman kuno, orang Yahudi mengalami kebingungan tentang kedatangan
Mesias yang pertama kali. Pada hari ini, kita juga mengalami kebingungan
mengenai kedatangan Yesus yang kedua kali. Apakah yang diajarkan oleh
pengalaman ini kepada kita tentang pentingnya memahami kebenaran Alkitab?
Mengapa doktrin palsu menimbulkan banyak masalah?
Rabu 4 Juli
PENDERITAAN
SEBELUM KEMULIAAN
Sebagaimana Paulus, Yesus juga mempelajari Perjanjian
Lama dan menarik kesimpulan bahwa Mesias akan mengalami berbagai penderitaan
barulah kemudian masuk dalam kemuliaan-Nya (Luk. 24:26). Lukas 24:26
ini menerjemahkan dengan menggunakan kata yang sama seperti yang terdapat
dalam Kisah 17:3, di mana Paulus mengatakan bahwa Mesias harus menderita. Bagi
Yesus dan Paulus, prioritas urutan penderitaan datang terlebih dulu sebelum
kemuliaan dituliskan dalam nubuatan jauh sebelum peristiwa itu terjadi.
Pertanyaannya ialah, Ayat-ayat Perjanjian Lama manakah yang mereka gunakan
sebagai dasar sehingga mereka dapat tiba pada kesimpulan tersebut?
Mereka mungkin telah memperhatikan bahwa tokoh utama
terpenting dalam Perjanjian Lama memiliki periode penderitaan yang panjang
sebelum memasuki masa kemuliaan dalam hidup mereka. Yusuf menghabiskan waktu
hampir 13 tahun di dalam penjara sebelum menjabat perdana menteri Mesir. Musa
menghabiskan waktu mengejar domba-domba di padang gurun sebelum menerima peran
sebagai pemimpin yang berpengaruh untuk memimpin bangsa Israel keluar dari
Mesir. Daud menghabiskan waktu sebagai seorang buronan, bahkan sempat melarikan
diri ke negeri asing, sebelum diangkat menjadi raja. Daniel adalah seorang
tawanan perang, bahkan pernah dijatuhkan hukuman mati, sebelum diangkat
menjadi perdana menteri kerajaan Babel. Dalam kisah-kisah yang terdapat dalam
Perjan- j ian Lama para hamba Allah memberikan gambaran kehidupan Mesias, yang
juga menderita dan dihina sebelum menjalankan peran-Nya sebagai Raja.
Puncak iman dalam Perjanjian Baru ditemukan dalam ayat
Perjanjian Lama yang paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru: Yesaya 53.
Hamba Yang Menderita dalam kitab Yesaya sangat dihina, ditolak, dan penuh
dengan kesedihan (Tes. 53:2-4). Seperti domba yang dipersembahkan di
bait suci, Dia dibantai oleh karena dosa-dosa kita (Yes. 53:5-7), sesuai
dengan kehendak Tuhan (Yes. 53:8- 10). Namun sesudah kesusahan j iwa-Nya
(Yes. 53:11), Dia akan membenarkan banyak orang dan menerima suatu warisan
yang amat berharga (Yes. 53:12).
Bagi para
penulis Perjanjian Baru, Yesaya 53 adalah kunci bagi peran Mesias. Paulus
dipastikan telah mengkhotbahkan ayat ini di Tesalonika. Menurut Yesaya 53,
Mesias tidak akan menampakkan diri sebagai raja atau oknum yang berkuasa pada
penampilan-Nya yang pertama. Bahkan, Dia akan ditolak oleh orang-orang
kepunyaan-Nya sendiri. Tetapi penolakan itu akan menjadi permulaan dari
kedatangan Mesias yang dipenuhi kemuliaan seperti harapan bangsa Yahudi. Dengan
pemikiran ini, Paulus mampu menunjukkan bahwa Yesus yang telah datang dan yang
dia sudah kenal secara pribadi, pada kenyataannya, adalah Mesias yang telah
dinubuatkan dalam kitab Perjanjian Lama.
Sambil berdoa dalam hati bacalah Yesaya 53, menyadari bahwa ayat itu
menceritakan apa yang dialami oleh Tuhan, Pencipta kita, supaya masing- masing
kita, secara pribadi, dapat memiliki hidup kekal. Sesuai dengan apa yang terang
kebenaran ajaib ini gambarkan tentang tabiat Allah, mengapa Kristus menjadi
yang utama dan terutama dalam kehidupan kita?
Kamis 5 Juli
LAHIRNYA SEBUAH GEREJA
17:1. Paulus dan
Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di
situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi.
17:2 Seperti
biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia
membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.
17:3 Ia menerangkannya
kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari
antara orang mati, lalu ia berkata: "Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang
kuberitakan kepadamu."
17:4 Beberapa
orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas
dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit
perempuan-perempuan terkemuka.
17:12
Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara
perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.
Salah satu bagian dari strategi misionaris Paulus
adalah dengan menjangkau orang Yahudi terlebih dulu, dan juga bangsa Yunani
(Rm. 1:16). Dalam pelayanan Paulus, orang Yahudi secara teratur
mendapatkan kesempatan pertama-tama untuk mendengarkan dan menerima Injil. Pada
kenyataannya, menurut Alkitab, banyak orang Yahudi pada zaman Paulus menerima
Yesus sebagai Mesias. Kemudian, ketika gereja mulai murtad dan menolak hukum,
terutama hari Sabat, ini membuat orang Yahudi semakin sulit menerima Yesus
sebagai Mesias karena, bagaimanakah mungkin Mesias meniadakan hukum, terutama
hari Sabat?
Seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat tadi, beberapa
orang Yahudi di Tesalonika diyakinkan oleh penjelasan Paulus mengenai
ayat-ayat tentang Mesias dalam hubungannya dengan kisah Yesus. Salah satunya
adalah, Aristarkus, yang kemudian menjadi teman sekerja Paulus bahkan, pernah
dipenjarakan bersama Paulus (lihat Kol. 4:10,11; Kis. 20:4). Yang
berikut adalah Yason, nampaknya cukup berada untuk menerima anggota jemaat
untuk berbakti di rumahnya setelah mereka tidak lagi diterima di rumah ibadat,
dan dia menyediakan sebagian dari jaminan yang diperlukan untuk mencegah
penahanan Paulus (lihat Kis. 17:4-9).
Orang Yunani yang takut akan Tuhan (Kis. 17:4)
biasanya dianggap sebagai orang kafir yang tertarik dengan Yudaisme dan hadir
di rumah ibadat tetapi belum bertobat sepenuhnya. Inilah fenomena yang tersebar
luas di zaman Paulus. Bangsa ini menjadi jembatan alami bagi Paulus untuk
menjangkau bangsa-bangsa non- Yahudi yang tidak punya pengetahuan tentang
Yudaisme atau Perjanjian Lama.
Orang Yahudi, yang cukup kaya, merupakan gambaran dari
anggota yang mula-mula di Jemaat Tesalonika hal ini ditekankan dalam Kisah 17
(demikian juga dalam ayat 12), di mana seorang Yunani yang terkemuka juga
menjadi umat percaya. Bagaimanapun juga, sangatlah jelas, bahwa pada saat
surat 1 Tesalonika ditulis, jemaat penerima surat itu terdiri dari bangsa-bangsa
bukan Yahudi (/ Tes. 1:9) dari golongan pekerja (1 Tes. 4:11).
Apa yang
kita dapat lihat di sini adalah sifat umum dari Injil yaitu ditujukan untuk
semua orang, semua kelas, semua ras; kaya atau miskin, Yunani atau Yahudi, itu
tidak menjadi masalah, karena kematian Kristus adalah untuk seluruh umat
manusia di dunia. Itulah sebabnya mengapa pekabaran kita, sebagai umat Masehi
Advent Hari Ketujuh, adalah untuk disampaikan ke seluruh dunia (Why. 14:6)
Tidak ada pengecualian berdasarkan etnis, kebangsaan, kasta, atau status
ekonomi. Betapa penting bagi kita untuk menjaga agar mandat itu selalu ada di
hadapan kita. Betapa penting bagi kita untuk tidak menjadi picik, berpusat pada
diri, dan lebih tertarik untuk mempertahankan apa yang ada pada kita daripada menjangkau
orang-orang yang berada di luar batas-batas kenyamanan kita, yang secara tidak
sadar, mungkin kita telah tetapkan untuk diri kita sendiri.
Jumat 6 Juli
PENDALAMAN: "Sejak zaman Paulus sampai saat ini, Allah
dengan kuasa Roh Kudus-Nya telah memanggil bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa
lain. Paulus menyatakan bahwa Allah tidak pilih kasih. Rasul Paulus menganggap
bahwa dirinya berutang baik kepada orang Yunani, kepada bangsa Barbar, demikian
juga kepada bangsa Yahudi; tetapi dia tidak pernah kehilangan pandangan akan
keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh bangsa Yahudi atas bangsa-bangsa lain,
terutama, karena kepada mereka telah dipercayakan firman Allah. Injil yang dia
beritakan, adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya;
pertama-tama orang Yahudi, kemudian bangsa Yunani."—Ellen G. White, The
Acts ofthe Apostles, hlm. 380.
"Dalam berkhotbah kepada orang-orang Tesalonika,
Paulus mengutip nubuat- an Perjanjian Lama tentang Mesias.... Oleh kesaksian
nabi Musa dan nabi-nabi yang diilhamkan dengan jelas ia membuktikan ciri-ciri
Yesus orang Nazaret dengan Mesias dan menunjukkan bahwa pada zaman Adam adalah
suara Kristus yang telah berbicara melalui para bapa dan
nabi-nabi."—Halaman 221, 222. (lihat kumpulan ayat-ayat Perjanjian Lama
yang ada di halaman 222-229).
"Pada
akhir pekerjaan pengabaran Injil, pada saat pekerjaan khusus perlu dilakukan
untuk sekelompok orang yang sampai sekarang masih terabaikan, Allah
mengharapkan para utusan-Nya untuk menaruh minat secara khusus kepada bangsa
Yahudi yang tersebar si seluruh muka bumi.... Sementara mereka melihat Kristus
tergambar dalam tulisan-tulisan Perjanjian Lama, dan merasa betapa jelasnya
Perjanjian Baru menerangkan Perjanjian Lama, segala kesanggupan mereka yang
tertidur akan dibangkitkan, dan mereka akan mengenal Kristus sebagai
Juruselamat dunia. Banyak yang oleh iman akan menerima Kristus sebagai Penebus
mereka."—Halaman 381.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1. Paulus mendekati orang Yahudi pada zamannya berdasarkan nubuatan tentang
Mesias di Perjanjian Lama. Sejauh manakah pendekatan serupa dapat digunakan
saat ini, khususnya orang Yahudi sekuler yang mungkin - tidak memahami nubuatan
Perjanjian Lama? Jenis pendekatan apakah yang patut dipertimbangkan untuk
menjangkau orang Yahudi sekuler, maupun kelompok yang belum terjangkau pada
saat ini?
2. Bagaimanakah nubuatan dalam Alkitab dapat dihubungkan lebih efektif lagi
kepada sahabat dan tetanggamu? Pendekatan apakah yang Anda harus lakukan untuk
orang yang tidak percaya pada otoritas Alkitab? Bagaimanakah Daniel 2 dapat
menolong seseorang yang memiliki paham sekuler atau tidak percaya Kitab Suci
agar dapat mulai mempercayai Alkitab sebagai firman Allah?
RANGKUMAN: Sejumlah
poin penting telah dibuat dalam pelajaran pekan ini. Hal utama yang perlu kita
ingat dari pelajaran ini, adalah betapa pentingnya firman Allah bagi kehidupan
kita, misi kita, dan kesaksian kita. Kita perlu berakar dalam Kitab Suci dan
segala kebenaran yang diajarkannya, bukan hanya untuk diri kita sendiri namun
kita harus saksikan kepada orang lain.
No comments:
Post a Comment