Pelajaran 1 Triwulan III 2012


INJIL DATANG KE TESALONIKA

BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kis. 16:9-40; 17:1-4, 12; Yer. 23:1-6; Yes. 9:1-7; Yes. 53; Rm. 1:16.
AYAT HAFALAN: "Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima fir­man Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi—dan memang sungguh-sungguh demikian—sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya" (1 Tesalonika 2:13).
Pokok Pikiran: Kepastian yang kita miliki akan janji-janji Allah haruslah didasarkan atas keyakinan kita pada Kitab Suci-Nya.
Seorang pendeta muda duduk di luar dengan seorang wanita muda yang baru saja dibaptis. Pendeta itu terkejut ketika wanita itu berkata, "Saya perlu dibaptis kembali."
Ketika pendeta itu bertanya, wanita itu menjawab, "Ada beberapa hal yang saya tidak utarakan kepada pendeta senior tentang masa lalu saya."
Demikianlah awal dari sebuah percakapan yang panjang tentang pengam­punan dalam Kristus, yang sangat diminati oleh wanita ini. Ketika pendeta ini selesai berdoa untuknya, hujan yang lebat membasahi mereka berdua. Mata me­reka bersinar, wanita muda itu berkata, "Saya sedang dibaptis kembali!"
Allah yang penuh rahmat seringkali menyediakan pemberian-pemberian, se­perti halnya hujan yang tak terduga, untuk meyakinkan umat yang percaya bah­wa mereka ada dalam jalur yang benar. Namun keyakinan kita pada Allah akan memiliki dasar yang lebih kuat ketika hal itu didasarkan pada ajaran Firman- Nya. Dalam pelajaran pekan ini kita akan melihat bahwa kegenapan nubuatan menyediakan jaminan yang kuat bagi umat yang baru percaya di Tesalonika.
* Pelajari pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 7 Juli.
Minggu 1 Juli
PARA PENGINJIL MEMBAYAR HARGA YANG MAHAL
Bacalah Kisah 16:9-40. Menurut ayat tersebut, mengapa orang di Pilipi memberikan reaksi yang negatif terhadap Injil? Prinsip apakah yang kita temukan dalam reaksi mereka yang dapat menyadarkan kita agar selalu memiliki sikap mawas diri? Dalam cara apakah lagi prinsip ini dapat di­nyatakan, bahkan dalam kehidupan orang yang mengaku Kristen?
Injil merupakan kabar baik tentang pekerjaan Allah yang hebat di dalam Kristus yang menuntun kepada pengampunan, penerimaan, dan perubahan (Rm 1 : 16, 17). Melalui dosa, seluruh dunia telah terkutuk; melalui kematian dan ke­bangkitan Yesus, seluruh dunia diberikan satu kesempatan yang baru untuk me­miliki kehidupan yang kekal yang merupakan rencana Allah sejak semula bagi seluruh umat manusia. Pekerjaan Allah yang besar telah dilakukan untuk kita saat kita masih berdosa (Rm. 5:8). Karya penebusan ini terlaksana oleh Yesus tanpa campur tangan kita, dan kita tidak dapat menambahkan apa pun untuk hal itu. Namun, Injil menjadi nyata dalam kehidupan kita hanya bila kita menerima tidak hanya hukuman atas dosa-dosa kita melainkan juga pengampunan Allah atas dosa-dosa itu melalui Yesus.
Pada kenyataannya Injil itu adalah kabar baik dan merupakan suatu hal yang cuma-cuma, mengapa masih ada orang yang menghindarinya atau menentang­nya? Jawabannya sederhana: dengan menerima Injil kita diajak untuk menge­sampingkan kepercayaan kita pada diri sendiri dan dalam hal-hal duniawi se­perti uang, kekuasaan, dan daya tarik seksual. Uang, seks, dan kekuasaan adalah hal yang baik jika diserahkan pada kehendak dan jalan Allah. Namun bilamana manusia bergantung pada hal-hal sepele gantinya pada jaminan Injil, maka Injil dan mereka yang memberitakannya menjadi sebuah ancaman.
Baca I Tesalonika 2:1,2. Paulus dan Silas memasuki Kota Tesalonika dalam keadaan sakit, tubuh mereka dipenuhi luka dan memar yang mereka peroleh akibat pemukulan dan pemenjaraan di Filipi (Kis. 16:22-24). Tetapi bukti dari kekuasaan Allah (Kis. 16:26, 30, 36) telah menguatkan hati mereka. Dengan berani mereka memasuki rumah ibadah di Tesalonika, meskipun mereka merasa sakit, mereka berbicara lagi tentang Mesias, yang telah mengubah hidup mere­ka dan mengutus mereka dalam sebuah misi untuk memberitakan kabar baik di tempat-tempat yang belum pernah mendengar Injil sebelumnya.
Apakah hal-hal duniawi yang, jika kita tidak berhati-hati, dapat men­jauhkan kita dari Tuhan? Mengapa, begitu penting bagi kita untuk menja­ga agar salib dan maknanya selalu berada di dalam benak kita, terutama pada saat godaan dunia nampaknya begitu kuat?
Senin 2 Juli
STRATEGI KHOTBAH PAULUS
Apakah yang Kisah 17:1-3 katakan pada kita tentang di mana, kapan, dan bagaimana strategi khotbah Paulus di Tesalonika?
17:1. Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada

sebuah rumah ibadat orang Yahudi.
17:2 Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.
17:3 Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: "Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu."

Meskipun kitab 1 Tesalonika berada di antara surat-surat Paulus yang sebe­lumnya, namun teologi dan strategi penginjilannya dia kembangkan pada saat dia tiba di Tesalonika. Langkah pertama dalam strategi misionaris Paulus ada­lah menghadiri perbaktian di rumah ibadah setempat pada hari Sabat. Hal ini sangat lumrah karena hari Sabat adalah waktu yang sangat baik untuk men­jangkau orang-orang Yahudi dalam jumlah yang besar. Namun, lebih daripada sebuah strategi misionaris yang sedang dia terapkan. Paulus akan mengambil waktu untuk berdoa dan berbakti pada hari Sabat meskipun tidak ada orang Ya­hudi atau rumah ibadat yang tersedia (lihat Kis, 16:13).
Bukanlah sesuatu yang aneh pada waktu itu bagi bangsa Yahudi untuk meng­undang para pengunjung rumah ibadah untuk berbicara, terutama jika mereka ting­gal di Yerusalem, seperti Paulus dan Silas. Jemaat akan sangat bersemangat untuk mendengar berita tentang kehidupan bangsa Yahudi di tempat lain. Mereka juga akan sangat tertarik pada ide-ide baru yang telah ditemukan oleh para pengunjung dari hasil penyelidikan mereka akan Kitab Suci. Demikianlah, strategi Paulus sa­ngat cocok dengan keadaan lingkungan rumah ibadah pada saat itu.
Langkah kedua dalam strategi Paulus adalah dengan berkhotbah secara lang­sung dari Kitab Suci yang mereka gunakan, yaitu Perjanjian Lama. Dia juga memulainya dengan sebuah topik yang menarik bagi bangsa Yahudi pada saat itu, Mesias (Kristus dalam bahasa Yunani setara dengan Mesias dalam baha­sa Ibrani; lihat Kis. 17:3). Dengan menggunakan ayat dalam Perjanjian-Lama, Paulus mendemonstrasikan bahwa Mesias harus menderita terlebih dulu sebe­lum mendapatkan kemuliaan, hal ini sudah tidak asing lagi bagi bangsa Yahudi. Dengan kata lain, versi populer, dan agung tentang misi Mesias hanyalah bagi­an dari gambaran saja. Pada saat Mesias muncul untuk pertama kali, Dia akan menjadi hamba yang menderita dan bukan sebagai raja penakluk.
Ketiga, sesudah memberikan gambaran yang segar tentang Mesias dalam pi­kiran mereka, Paulus melanjutkannya dengan kisah tentang Yesus. Dia menjelas­kan bagaimana kehidupan Yesus sesuai dengan nubuatan Kitab Suci yang baru saja dia bagikan kepada mereka. Tidak diragukan lagi, dia pasti menambahkan kisah kehidupannya, bagaimana pada awalnya dia ragu-ragu dan bagaimana dia menentang Injil dan juga menceritakan tentang kuasa yang meyakinkan dari per­temuannya dengan Kristus yang telah dimuliakan. Menurut Lukas (Luk. 24:25-27, 44-46), strategi khotbah Paulus di Tesalonika mengikuti pola yang sama dengan pola yang Yesus gunakan bersama murid-murid-Nya setelah kebangkitan.
Perhatikan bahwa Paulus berusaha menjangkau orang-orang di mana mereka berada, dengan menggunakan hal-hal yang mereka sudah pahami sebelumnya. Mengapa strategi ini sangat penting? Pikirkanlah orang-orang yang Anda coba jangkau. Bagaimanakah Anda belajar memulai dari tempat di mana mereka berada dan bukan dari tempat di mana Anda berada?

Selasa 3 Juli
DUA SUDUT PANDANG TENTANG MESIAS
Sejak dulu, para pembaca Perjanjian Lama telah melihat berbagai perspektif dalam berbagai nubuat yang menunjuk ke arah Mesias. Pada umumnya orang Yahudi dan orang Kristen yang mula-mula mengenali dua aliran utama dalam nubuatan tentang Mesias. Di satu sisi, ada ayat-ayat yang menunjuk pada seorang Mesias yang datang sebagai Raja: seorang raja penakluk yang akan membawa keadilan kepada orang banyak dan memperluas pemerintahan Israel sampai ke ujung bumi. Pada sisi yang lain, ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Mesi­as akan menjadi hamba yang menderita, dihina dan ditolak. Kesalahan banyak orang adalah karena mereka tidak mengerti bahwa semua ayat ini menunjuk kepada Oknum yang sama dengan pekerjaan dan waktu yang berbeda.
Baca Yeremia 23:1-6; Yesaya 9:1-7; 53:1-6; Zakharia 9:9.Tulislah karakter­istik dari pembebas pada masa depan yang Anda temukan dalam ayat-ayat ter­sebut. Gambaran apakah yang nampaknya bertentangan dalam ayat itu?
Yeremia 23:1-6;
23:1. "Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!" --demikianlah firman TUHAN.
23:2 Sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: "Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman TUHAN.
23:3 Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku menceraiberaikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak.
23:4 Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekorpun, demikianlah firman TUHAN.
23:5 Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.
23:6 Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN--keadilan kita.

Yesaya 9:1-7;
9:1. (8-23) Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain.
9:2 (9-1) Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.
9:3 (9-2) Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan.
9:4 (9-3) Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian.
9:5 (9-4) Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api.
9:6 (9-5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
9:7 (9-6) Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

53:1-6;
53:1. Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?
53:2 Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.
53:3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

53:4. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Zakharia 9:9
9:9. Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.

Ayat-ayat ini nampaknya membingungkan sebelum Mesias itu datang. Di satu sisi, ayat-ayat yang menunjuk pada Mesias rajani tidak mencantumkan se­dikit pun gambaran penderitaan atau penghinaan. Pada sisi lain, ayat-ayat me­ngenai Hamba Yang Menderita biasanya menggambarkan Mesias yang hanya memiliki sedikit kekuasaan dan otoritas dunia. Salah satu cara bangsa Yahu­di pada zaman Yesus menyelesaikan masalah ini ialah dengan melihat Hamba Yang Menderita sebagai suatu lambang bangsa Israel secara keseluruhan dan penderitaan yang mereka alami pada masa pembuangan dan penjajahan. Dengan membuang ayat-ayat ini dari nubuatan tentang Mesias, kebanyakan orang Ya­hudi mengharapkan kedatangan Mesias sebagai Raja penakluk. Seorang Raja, seperti Raja Daud, yang akan menyingkirkan penjajah dan memulihkan kedu­dukan Israel di antara bangsa-bangsa lain.
Tentu saja, masalah yang utama adalah dengan menghapuskan ayat-ayat me­ngenai Hamba Yang Menderita dari persamaan yang memang ada, bahkan, se­cara jelas ayat-ayat Perjanjian Lama menggabungkan kedua karakteristik yang utama dari seorang Mesias. Ayat-ayat itu menggambarkan orang yang sama. Apa yang kurang jelas pada awalnya adalah urutan peristiwanya, apakah kedua karakteristik itu muncul pada saat yang bersamaan ataukah satu demi satu.
Sebagaimana ditunjukkan dalam Kisah 17:2,3, Paulus menjangkau orang Ya­hudi di Tesalonika melalui ayat-ayat tentang Mesias di Perjanjian Lama dan se­cara bersama-sama mendalami makna penting yang terkandung di dalamnya.
Pada zaman kuno, orang Yahudi mengalami kebingungan tentang keda­tangan Mesias yang pertama kali. Pada hari ini, kita juga mengalami kebi­ngungan mengenai kedatangan Yesus yang kedua kali. Apakah yang diajarkan oleh pengalaman ini kepada kita tentang pentingnya memahami kebenaran Alkitab? Mengapa doktrin palsu menimbulkan banyak masalah?
Rabu 4 Juli
PENDERITAAN SEBELUM KEMULIAAN
Sebagaimana Paulus, Yesus juga mempelajari Perjanjian Lama dan menarik kesimpulan bahwa Mesias akan mengalami berbagai penderitaan barulah kemu­dian masuk dalam kemuliaan-Nya (Luk. 24:26). Lukas 24:26 ini menerjemah­kan dengan menggunakan kata yang sama seperti yang terdapat dalam Kisah 17:3, di mana Paulus mengatakan bahwa Mesias harus menderita. Bagi Yesus dan Paulus, prioritas urutan penderitaan datang terlebih dulu sebelum kemulia­an dituliskan dalam nubuatan jauh sebelum peristiwa itu terjadi. Pertanyaannya ialah, Ayat-ayat Perjanjian Lama manakah yang mereka gunakan sebagai dasar sehingga mereka dapat tiba pada kesimpulan tersebut?
Mereka mungkin telah memperhatikan bahwa tokoh utama terpenting dalam Perjanjian Lama memiliki periode penderitaan yang panjang sebelum memasuki masa kemuliaan dalam hidup mereka. Yusuf menghabiskan waktu hampir 13 tahun di dalam penjara sebelum menjabat perdana menteri Mesir. Musa menghabiskan waktu mengejar domba-domba di padang gurun sebelum menerima peran sebagai pemimpin yang berpengaruh untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Daud menghabiskan waktu sebagai seorang buronan, bahkan sempat melarikan diri ke negeri asing, sebelum diangkat menjadi raja. Daniel adalah seorang tawan­an perang, bahkan pernah dijatuhkan hukuman mati, sebelum diangkat menjadi perdana menteri kerajaan Babel. Dalam kisah-kisah yang terdapat dalam Perjan- j ian Lama para hamba Allah memberikan gambaran kehidupan Mesias, yang juga menderita dan dihina sebelum menjalankan peran-Nya sebagai Raja.
Puncak iman dalam Perjanjian Baru ditemukan dalam ayat Perjanjian Lama yang paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru: Yesaya 53. Hamba Yang Men­derita dalam kitab Yesaya sangat dihina, ditolak, dan penuh dengan kesedihan (Tes. 53:2-4). Seperti domba yang dipersembahkan di bait suci, Dia dibantai oleh karena dosa-dosa kita (Yes. 53:5-7), sesuai dengan kehendak Tuhan (Yes. 53:8- 10). Namun sesudah kesusahan j iwa-Nya (Yes. 53:11), Dia akan membenarkan banyak orang dan menerima suatu warisan yang amat berharga (Yes. 53:12).
Bagi para penulis Perjanjian Baru, Yesaya 53 adalah kunci bagi peran Me­sias. Paulus dipastikan telah mengkhotbahkan ayat ini di Tesalonika. Menurut Yesaya 53, Mesias tidak akan menampakkan diri sebagai raja atau oknum yang berkuasa pada penampilan-Nya yang pertama. Bahkan, Dia akan ditolak oleh orang-orang kepunyaan-Nya sendiri. Tetapi penolakan itu akan menjadi permu­laan dari kedatangan Mesias yang dipenuhi kemuliaan seperti harapan bangsa Yahudi. Dengan pemikiran ini, Paulus mampu menunjukkan bahwa Yesus yang telah datang dan yang dia sudah kenal secara pribadi, pada kenyataannya, ada­lah Mesias yang telah dinubuatkan dalam kitab Perjanjian Lama.
Sambil berdoa dalam hati bacalah Yesaya 53, menyadari bahwa ayat itu menceritakan apa yang dialami oleh Tuhan, Pencipta kita, supaya masing- masing kita, secara pribadi, dapat memiliki hidup kekal. Sesuai dengan apa yang terang kebenaran ajaib ini gambarkan tentang tabiat Allah, mengapa Kristus menjadi yang utama dan terutama dalam kehidupan kita?
Kamis 5 Juli
LAHIRNYA SEBUAH GEREJA
17:1. Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi.
17:2 Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.
17:3 Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: "Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu."
17:4 Beberapa orang dari mereka menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas dan juga sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-perempuan terkemuka.
17:12 Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani.
Salah satu bagian dari strategi misionaris Paulus adalah dengan menjangkau orang Yahudi terlebih dulu, dan juga bangsa Yunani (Rm. 1:16). Dalam pelayan­an Paulus, orang Yahudi secara teratur mendapatkan kesempatan pertama-tama untuk mendengarkan dan menerima Injil. Pada kenyataannya, menurut Alkitab, banyak orang Yahudi pada zaman Paulus menerima Yesus sebagai Mesias. Ke­mudian, ketika gereja mulai murtad dan menolak hukum, terutama hari Sabat, ini membuat orang Yahudi semakin sulit menerima Yesus sebagai Mesias kare­na, bagaimanakah mungkin Mesias meniadakan hukum, terutama hari Sabat?
Seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat tadi, beberapa orang Yahudi di Tesalo­nika diyakinkan oleh penjelasan Paulus mengenai ayat-ayat tentang Mesias dalam hubungannya dengan kisah Yesus. Salah satunya adalah, Aristarkus, yang kemu­dian menjadi teman sekerja Paulus bahkan, pernah dipenjarakan bersama Paulus (lihat Kol. 4:10,11; Kis. 20:4). Yang berikut adalah Yason, nampaknya cukup be­rada untuk menerima anggota jemaat untuk berbakti di rumahnya setelah mereka tidak lagi diterima di rumah ibadat, dan dia menyediakan sebagian dari jaminan yang diperlukan untuk mencegah penahanan Paulus (lihat Kis. 17:4-9).
Orang Yunani yang takut akan Tuhan (Kis. 17:4) biasanya dianggap sebagai orang kafir yang tertarik dengan Yudaisme dan hadir di rumah ibadat tetapi belum bertobat sepenuhnya. Inilah fenomena yang tersebar luas di zaman Paulus. Bangsa ini menjadi jembatan alami bagi Paulus untuk menjangkau bangsa-bangsa non- Yahudi yang tidak punya pengetahuan tentang Yudaisme atau Perjanjian Lama.
Orang Yahudi, yang cukup kaya, merupakan gambaran dari anggota yang mula-mula di Jemaat Tesalonika hal ini ditekankan dalam Kisah 17 (demiki­an juga dalam ayat 12), di mana seorang Yunani yang terkemuka juga menja­di umat percaya. Bagaimanapun juga, sangatlah jelas, bahwa pada saat surat 1 Tesalonika ditulis, jemaat penerima surat itu terdiri dari bangsa-bangsa bu­kan Yahudi (/ Tes. 1:9) dari golongan pekerja (1 Tes. 4:11).
Apa yang kita dapat lihat di sini adalah sifat umum dari Injil yaitu ditujukan untuk semua orang, semua kelas, semua ras; kaya atau miskin, Yunani atau Ya­hudi, itu tidak menjadi masalah, karena kematian Kristus adalah untuk seluruh umat manusia di dunia. Itulah sebabnya mengapa pekabaran kita, sebagai umat Masehi Advent Hari Ketujuh, adalah untuk disampaikan ke seluruh dunia (Why. 14:6) Tidak ada pengecualian berdasarkan etnis, kebangsaan, kasta, atau status ekonomi. Betapa penting bagi kita untuk menjaga agar mandat itu selalu ada di hadapan kita. Betapa penting bagi kita untuk tidak menjadi picik, berpusat pada diri, dan lebih tertarik untuk mempertahankan apa yang ada pada kita daripada menjangkau orang-orang yang berada di luar batas-batas kenyamanan kita, yang secara tidak sadar, mungkin kita telah tetapkan untuk diri kita sendiri.
Jumat 6 Juli
PENDALAMAN: "Sejak zaman Paulus sampai saat ini, Allah dengan kuasa Roh Kudus-Nya telah memanggil bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. Paulus menyatakan bahwa Allah tidak pilih kasih. Rasul Paulus menganggap bahwa dirinya berutang baik kepada orang Yunani, kepada bangsa Barbar, demikian juga kepada bangsa Yahudi; tetapi dia tidak pernah kehilangan pandangan akan keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh bangsa Yahudi atas bangsa-bangsa lain, terutama, karena kepada mereka telah dipercayakan firman Allah. Injil yang dia beritakan, adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya; pertama-tama orang Yahudi, kemudian bangsa Yunani."—Ellen G. White, The Acts ofthe Apostles, hlm. 380.
"Dalam berkhotbah kepada orang-orang Tesalonika, Paulus mengutip nubuat- an Perjanjian Lama tentang Mesias.... Oleh kesaksian nabi Musa dan nabi-nabi yang diilhamkan dengan jelas ia membuktikan ciri-ciri Yesus orang Nazaret de­ngan Mesias dan menunjukkan bahwa pada zaman Adam adalah suara Kristus yang telah berbicara melalui para bapa dan nabi-nabi."—Halaman 221, 222. (lihat kumpulan ayat-ayat Perjanjian Lama yang ada di halaman 222-229).
"Pada akhir pekerjaan pengabaran Injil, pada saat pekerjaan khusus perlu dilakukan untuk sekelompok orang yang sampai sekarang masih terabaikan, Allah mengharapkan para utusan-Nya untuk menaruh minat secara khusus ke­pada bangsa Yahudi yang tersebar si seluruh muka bumi.... Sementara mereka melihat Kristus tergambar dalam tulisan-tulisan Perjanjian Lama, dan merasa betapa jelasnya Perjanjian Baru menerangkan Perjanjian Lama, segala kesang­gupan mereka yang tertidur akan dibangkitkan, dan mereka akan mengenal Kris­tus sebagai Juruselamat dunia. Banyak yang oleh iman akan menerima Kristus sebagai Penebus mereka."—Halaman 381.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1.    Paulus mendekati orang Yahudi pada zamannya berdasarkan nubuatan tentang Mesias di Perjanjian Lama. Sejauh manakah pendekatan serupa dapat digunakan saat ini, khususnya orang Yahudi sekuler yang mungkin - tidak memahami nubuatan Perjanjian Lama? Jenis pendekatan apakah yang patut dipertimbangkan untuk menjangkau orang Yahudi sekuler, maupun kelompok yang belum terjangkau pada saat ini?
2.     Bagaimanakah nubuatan dalam Alkitab dapat dihubungkan lebih efek­tif lagi kepada sahabat dan tetanggamu? Pendekatan apakah yang Anda harus lakukan untuk orang yang tidak percaya pada otoritas Alkitab? Bagaimanakah Daniel 2 dapat menolong seseorang yang memiliki pa­ham sekuler atau tidak percaya Kitab Suci agar dapat mulai memper­cayai Alkitab sebagai firman Allah?
RANGKUMAN: Sejumlah poin penting telah dibuat dalam pelajaran pekan ini. Hal utama yang perlu kita ingat dari pelajaran ini, adalah betapa pentingnya firman Allah bagi kehidupan kita, misi kita, dan kesaksian kita. Kita perlu berakar dalam Kitab Suci dan segala kebenaran yang diajarkannya, bukan hanya untuk diri kita sendiri namun kita harus saksikan kepada orang lain.


No comments:

Post a Comment