Pelajaran 6 Triwulan II, 2012



Penginjilan dan Kesaksian Pribadi

SABAT PETANG
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kis. 4:13, 14; Yoh. 1:37- 50; Mzm. 139; 1 Ptr. 3:1-15; Yoh. 4:37, 38.
AYAT HAFALAN: "'Kamu inilah saksi-saksi-Ku,'demikianlah firman Tuhan, 'dan hamba-Ku yang telah Kupilih(Yesaya 43: 10a).

Pokok Pikiran: Mereka yang bersukacita karena memiliki jaminan kese­lamatan akan memiliki kerinduan untuk menuntun orang lain supaya dapat mengalami pengalaman yang sama.
Meskipun banyak orang akan mendengar kabar baik tentang Yesus me­lalui usaha jemaat dalam melakukan penginjilan, kita juga menyadari bahwa pengaruh individu dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberhasilan program-program jemaat. Dalam dekade terakhir ini, survey telah membuktikan bahwa sahabat, sanak saudara, tetangga, atau ke­nalan (semuanya dengan tuntunan kuasa Roh Kudus), merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam menuntun orang untuk menyerahkan hidupnya pada Kristus. Riset menunjukkan bahwa 83 persen dari anggota baru yang mengikuti survey menyatakan bahwa sahabat, sanak saudara, dan kenalan di gereja mereka memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pertobatan mereka. Dari antara me­reka yang mengikuti berbagai bentuk program penginjilan sebelum bergabung dengan jemaat, 64 persen menghadiri pertemuan itu atas undangan seseorang yang cukup dekat dengan mereka.
Pekan ini kita akan meninjau beberapa contoh Alkitabiah mengenai jaring­an sosial sambil memikirkan hubungan kita dengan Yesus dan pengaruh yang kita berikan pada mereka yang dekat dengan kita.
* Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 12 Mei.
Minggu 6 Mei

Hubungan pribadi kita dengan Yesus sangat menentukan keberhasilan kita dalam bersaksi bagi Dia. Sangat mudah untuk mempelajari berbagai tips da­lam bersaksi dan penginjilan kemudian maju dengan hikmat serta kekuatan kita sendiri. Sementara Allah masih dapat memberkati usaha kita, kita harus meng­ingatkan diri kita bahwa penginjilan itu adalah pekerjaan Allah, dan kita harus menyelesaikannya melalui kuasa-Nya. Apakah kita hendak membagikan pe­ngetahuan (meskipun pengetahuan itu penting), atau apakah kita mau mengu­tamakan hubungan rohani? Bagaimanakah mungkin kita membagikan kepada orang lain apa yang kita tidak miliki dalam kehidupan kita?
Pastilah, selalu ada contoh-contoh orang meskipun imannya tidak begitu kuat, meskipun hampir-hampir murtad masih digunakan Allah untuk menun­tun orang lain kepada Yesus. Beberapa tahun yang silam di sebuah kota besar, seorang wanita muda, bergabung dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, berupaya untuk menjangkau saudaranya laki-laki. Setelah beberapa tahun, sa­udaranya dibaptiskan. Satu bulan kemudian, wanita itu meninggalkan gereja, dan sampai sekarang, dia masih menyangkal imannya. Meskipun hal seperti ini mungkin saja terjadi, pada kenyataannya jika hubungan kita dengan Yesus se­makin kuat, maka kesaksian kita akan lebih berkuasa.
Baca Kisah 4:13, 14. Apakah yang dinyatakan oleh ayat-ayat ini me­ngenai hubungan Petrus dan Yohanes dengan Yesus Kristus, dan apakah yang dapat dikerjakan melalui hubungan ini? Renungkanlah apakah arti kalimat "mereka menyadari bahwa mereka telah bersama-sama dengan Yesus." Apakah artinya? Bagaimanakah seharusnya kehidupan orang yang "sudah bersama dengan Yesus?"
Kisah 4:13, 14
4:13 Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.
4:14 Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya.

Pelajaran dari Firman Allah begitu jelas. Pada saat kita memikirkan ladang penginjilan kita, ketika kita memperhatikan gandum yang mulai menguning dan perlunya penuai yang lebih banyak, kita perlu mengizinkan Tuhan me­narik kita lebih dekat lagi kepada-Nya ke dalam suatu hubungan yang sangat erat; suatu hubungan yang dapat memberikan kepada kita kuasa yang tadinya tidak kita miliki.
Bagaimanakah hubungan pribadi Anda dengan Tuhan? Bagaimana­kah kehadiran Anda, tutur kata Anda, tindak tanduk Anda, sikap Anda terhadap orang lain, menyatakan hubungan Anda dengan Allah? Cobalah bersikap jujur terhadap diri sendiri.

Senin 7 Mei
LADANG PENGINJILAN PRIBADIKU
Pada saat Yesus melihat orang banyak itu, hati-Nya dipenuhi oleh perasaan belas kasihan (lihat Mal. 9:36). Kadangkala kita berpikir bahwa Yesus sekadar melihat orang banyak itu, tetapi, sesungguhnya, Dia melihat setiap individu dalam kumpulan orang banyak itu. Demikian jugalah, kita perlu memperhatikan setiap individu di tengah kumpulan orang banyak yang kita lewati. Jemaat kita dapat mengenal setiap individu di lengah kerumunan orang banyak bilamana anggota jemaat berhubungan secara pribadi dengan mereka yang ada di sekitar mereka.
Orang-orang yang memiliki hubungan pribadi dengan kita dalam lingkal an kedekatan yang berbeda-beda, ternyata, merupakan ladang penginjilan kita. Dari saudara kita yang terdekat kita dapat berpindah ke saudara yang lain, saha­bat, dan kenalan kita. Terkadang orang dapat berpindah-pindah dari hubungan yang jauh kepada hubungan yang lebih dekat atau sebaliknya, dan dalam wak­tu yang singkat, menjadi bagian dari ladang penginjilan kita.
Baca Yohanes 1:37-42. Mengapakah Andreas lebih dulu mengatakan kepada saudaranya bahwa dia telah menemukan Mesias sebelum dia men­ceritakan hal itu kepada orang lain?
Yohanes 1:37-42
1:37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.
1:38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?"
1:39 Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat.
1:40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. 1:41 Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)."
1:42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."

Andreas telah menjadi murid Yohanes Pembaptis, sebagaimana pelayanan Yohanes adalah untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus, dapat dipahami bahwa beberapa dari murid Yohanes membuat peralihan untuk mengikut Yesus. Per­cakapan Andreas dengan Yesus membuat dia sangat bersukacita sehingga dia segera mencari orang yang paling dekat dengannya, yaitu saudaranya, yang su­dah sekian lama bersama-sama menjala ikan di Danau Galilea.
Baca Yohanes 1:43-50. Perhatikan apa yang terjadi di sana. Jenis hu­bungan apakah yang dituliskan dalam kisah ini? Dengan cara apakah Filipus menanggapi keraguan Natanael? Pelajaran apakah yang bisa kita ambil dari kisah ini yang dapat menolong kita untuk lebih mengerti ten­tang metode penginjilan pribadi?
Yohanes 1:43-50
1:43 Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!"
1:44 Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus.
1:45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."
1:46 Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"
1:47 Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
1:48 Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
1:49 Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"
1:50 Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."
Pada awalnya gerakan untuk mengikut Yesus nampaknya mendapatkan mo­mentum lewat jaringan sosial di sekitar wilayah Kapernaum dan Betsaida. Per­hatikan bahwa Filipus tidak berargumentsi ketika Natanael tidak yakin bahwa Mesias akan datang dari sebuah desa yang kecil, tidak terkenal, dan sangat terpencil. Dia hanya memberikan undangan yang sederhana, "Mari dan lihatlah."
Kepada siapakah Anda dapat bersaksi dengan lebih baik? Seberapa banyakkah pengorbanan diri yang Anda harus lakukan agar dapat men­jadi saksi yang lebih baik lagi bagi mereka?
Selasa 8 Mei
POTENSI PRIBADIKU
Pada saat pemimpin pelayanan perorangan memanggil para relawan untuk dapat terlibat dalam kegiatan penginjilan dan kesaksian, kita sering memiliki pikiran bahwa ada banyak orang yang lebih layak dan lebih bertalenta jika di­bandingkan dengan diri kita sendiri. Yang lain merasa lebih percaya diri dan memiliki kesanggupan. Tetapi, Alkitab menyatakan kepada kita bahwa Allah tidak mencari mereka yang paling layak tetapi Dia mencari orang yang mau di­gunakan, tanpa memandang karunia dan talenta apa yang mereka miliki.
Suatu contoh yang baik mengenai hal ini terjadi pada saat Allah memang­gil Musa untuk membebaskan umat-Nyu dari perbudakan di Mesir. Musa bisa melihat banyak alasan mengapa orang lain akan lebih memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan yang Tuhan telah rencanakan itu (lihat Kel. 3:11, 4:10). Dalam pemikiran Musa, dia punya alasan yang dia anggap baik untuk tidak me­ngerjakan apa yang Tuhan minta dia lakukan.
Sebagai sambutan atas panggilan untuk melakukan penginjilan kebanyakan dari umat percaya saat ini menggemakan alasan yang telah disampaikan oleh Musa—"Siapakah aku ini sampai aku harus melakukan tugas yang begitu be­sar?" "Bagaimanakah seandainya mereka menanyakan pertanyaan yang sukar?" "Saya bukanlah pembicara yang hebat." Mungkin kita dapat tersenyum kepada Musa dan berpikir bahwa Allah perlu memikirkan kembali strategi rekrutmen personil-Nya, tetapi Allah mengetahui potensi Musa, meskipun dia memiliki kekhawatiran dan rasa takut, dia adalah orang yang tepat untuk tugas ini.
Panggilan bagi Musa untuk memimpin umat Allah merupakan s\iatu hal yang dapat memberikan keyakinan bagi kita bahwa Allah mengetahui diri kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri. Allah tidak berfokus pada kinerja kita pada masa lalu tetapi lebih kepada potensi kita masing-masing. Setiap umat percaya memiliki potensi yang dapat diberikan bagi pekerjaan Tuhan.
Pada sisi lain, kita harus berhati-hati untuk tidak terlalu percaya diri dan ber­lari mendahului Tuhan. Meski memang benar bahwa kita perlu menyelidiki hati kita masing-masing untuk mengetahui kondisi kerohanian kita, kita juga perlu mengerti bahwa manusia seringkali tidak objektif dalam mengevaluasi diri sen­diri. Itulah sebabnya merupakan hal yang baik meminta Allah untuk menguji kita dan menunjukkan kepada kita kondisi kita yang sebenarnya, sebab kondisi kita mempengaruhi potensi kita.
Baca Mazmur 139. Mengapakah Daud meminta supaya Allah menguji hatinya? Pelajaran apakah yang kita dapatkan di sini, bukan saja supaya kita dapat bersaksi tetapi bagi perjalanan iman kita dengan Tuhan secara keseluruhan? Apakah yang kita dapat ambil dari mazmur ini untuk kehi­dupan kita sekarang? Penghiburan, harapan, dan dorongan apakah yang tersedia bagi Anda? Pada saat yang sama, apakah yang dikatakan kepada Anda tentang perubahan yang Anda perlukan di dalam hidup Anda?
Mazmur 139
139:1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
139:2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
139:3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
139:4 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.
139:5 Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.
139:6 Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.
139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.
139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
139:11 Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,"
139:12 maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.
139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
139:14 Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
139:15 Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
139:16 mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.
139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!
139:18 Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.
139:19 Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah,
139:20 yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia.
139:21 Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau?
139:22 Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.
139:23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;
139:24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!



Rabu 9 Mei
KESAKSIAN KEHIDUPAN YANG BENAR
Apakah benar perbuatan berbicara lebih nyaring daripada perkataan? Ya, de­mikianlah sepatutnya. Hal itu memang benar, sementara pekabaran dapat disam­paikan melalui perbuatan tanpa menggunakan kata-kata, demikian pula pekabaran yang benar dapat diberikan melalui perkataan tanpa disertai perbuatan. Sebuah pe­kabaran yang dipadukan dengan perbuatan memiliki pengaruh yang sangat besar. Mengaku mengasihi Allah kemudian bertindak seolah-olah Anda tidak mengasihi-Nya, itu adalah kemunafikan; dan kesaksian terburuk yang dapat diberikan oleh seseorang ialah pada saat pengakuan dan perbuatannya tidak sejalan.
Kemantapan dalam bertindak nyaring bunyinya. Sementara keluarga dan sahabat nampaknya tidak mau mendengar apa yang Anda katakan, mereka sedang memper­hatikan apakah perkataan Anda selaras dengan perbuatan dan kehidupan Anda.
Baca 1 Petrus 3:1-15. Apakah yang ayat-ayat ini katakan kepada kita tentang pengaruh dari satu kehidupan Kristiani dan potensinya untuk me­menangkan jiwa-jiwa bagi Kristus? Coba bayangkan betapa besar kuasa yang menyertai kesaksian kita bilamana kita menghidupkan apa yang kita ajarkan. Pekabaran khusus apakah yang diberikan dalam ayat 15 sehu­bungan dengan konteks kesaksian pribadi kita? Lihat juga Mat. 5:16.
1 Petrus 3:1-15
3:1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
3:2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.
3:3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
3:4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
3:5 Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,
3:6 sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
3:8 Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati,
3:9 dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab:
3:10 "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.
3:11 Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.
3:12 Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."
3:13 Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?
3:14 Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar.
3:15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
Mat. 5:16
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Kita dapat bayangkan perselisihan yang mungkin terjadi pada saat seorang wanita yang tadinya di luar kebenaran kemudian menerima Yesus sebagai Juruselamatnya sementara suaminya masih belum bersedia menerima kebenaran. Beban yang dia rasakan untuk menyelamatkan suaminya dapat menuntun wani­ta ini untuk cenderung berargumentasi dan mengomel karena dia menganggap suaminya sebagai ladang penginjilannya. Dari sudut pandang yang lain, seba­gaimana yang disarankan oleh Petrus, dia dapat tetap setia kepada Allah sambil berharap dan berdoa agar kehidupannya yang saleh akan dapat menuntun sua­minya kepada Tuhan. Dengan kata lain, dia dapat membiarkan kehidupannya sehari-hari menjadi suatu kesaksian yang sangat berkuasa.
Membiarkan terang kita bercahaya mencakup setiap kesempatan untuk mem­pengaruhi setiap pria dan wanita bagi kerajaan Allah. Mereka yang ada di se­kitar kita seharusnya tidak hanya mendengar perkataan kita yang baik, mereka harus melihat perbuatan baik kita, sebab dengan cara demikianlah mereka da­pat melihat kuasa Allah bekerja melalui kita, dan Roh Kudus akan membujuk mereka agar mau mengakui adanya berkat penyertaan Allah dalam kehidup­an manusia. Orang harus diyakinkan bahwa Kekristenan bukan hanya sebuah nama yang kita miliki tetapi juga merupakan suatu hubungan yang kita nikmati. Menggunakan contoh merupakan metode mengajar yang sangat penting, dan orang-orang Kristen baik secara sengaja ataupun tidak sengaja telah menjadi contoh. Kita bersaksi lewat apa yang kita lakukan, siapakah kita sebenarnya lebih berarti daripada pengakuan kita atau apa yang kita ucapkan. Apabila hal itu nampaknya menakutkan, itulah kenyataan yang sebenarnya.
Kamis 10 Mei
KONTRIBUSI SAYA UNTUK SEMUA
Dalam pekan ini kita memikirkan ladang penginjilan kita, potensi kita dalam bersaksi, dan potensi dalam penginjilan. Kita perlu menyadari, karena gereja terdiri dari seluruh anggota, maka usaha dari setiap anggota memberikan kon­tribusi kepada penginjilan gereja secara keseluruhan. Apakah Anda mengetahui strategi apa yang gereja miliki untuk menuntun orang kepada Yesus? Anda da­pat mengundang orang-orang yang ada dalam ladang penginjilan Anda untuk menghadiri kegiatan dan program-program gereja. Sebaliknya, apakah koordi­nator penginjilan di gereja Anda mengetahui apa yang Anda lakukan dalam la­dang penginjilan Anda? Mungkin saja mereka dapat mendukung Anda melalui doa dan segala sesuatu yang dapat diberikan.
Baca Yohanes 4:37,38. Dorongan apakah yang kita dapatkan dari per­kataan Yesus, "Yang satu menabur dan yang lain menuai?" Apakah yang Dia katakan dan bagaimanakah Anda melihat kenyataan itu digenapi da­lam kehidupan Anda?
Yohanes 4:37,38
4:37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai.
4:38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka."

Sangat mungkin pada saat itu Yesus sedang merujuk kepada benih Injil yang ditaburkan oleh Yesus sendiri, Yohanes Pembaptis, dan wanita Samaria. Murid- murid itu menuai di ladang yang sudah ditanami oleh orang lain, dan saatnya telah tiba di mana penabur dan penuai bersukacita bersama-sama.
Pada saat Yesus berkata "Yang satu menabur dan yang lain menuai," Dia ti­dak mengatakan bahwa secara individu kita berperan sebagai penabur atau pe­nuai. Meskipun gereja kita mungkin saja lebih mengutamakan para penuai, bi­lamana tidak ada penabur, maka sia-sialah para penuai menunggu saat panen. Kita semua dipanggil untuk menabur dan menuai, dan di dalam setiap jemaat ada banyak kombinasi antara kegiatan menabur dan menuai. Apa yang Anda taburkan di ladang penginjilan Anda akan dituai bersama dalam proses penuai- an di gereja. Mungkin juga benih yang telah ditaburkan oleh orang lain akan di tuai pada waktu orang itu berpindah ke dalam ladang penginjilan Anda.
Pada saat kita mempertimbangkan bagaimana setiap individu memberi­kan kontribusi untuk semua (lihat 1 Kor. 12:12-27), proses bercocok tanam ini mengingatkan kita bahwa sebelum benih itu ditaburkan ada orang yang sudah membersihkan tanah dan mencangkulnya.
Sudah jelas bahwa proses menabur dan menuai merupakan bagian yang te­rus berlangsung meskipun banyak orang telah bergabung ke dalam tubuh Kris­tus. Hasil panen itu janganlah ditinggalkan di ladang tetapi harus dikumpulkan ke dalam lumbung.
Bagaimanakah Anda dapat lebih terlibat dalam proses menabur dan menuai di jemaat Anda? Dengan cara apakah, Anda dapati bahwa dengan mengupayakan keselamatan orang lain, iman Anda dikuatkan? Mengapa­kah demikian?

Jumat 11 Mei
PENDALAMAN: Persiapan Rohani untuk Pelayanan Perorangan.
Kita tidak menyangkal pentingnya pengetahuan Alkitab dan prosedur da­lam kesaksian dan penginjilan, tetapi kita perlu berhati-hati untuk tidak meng­abaikan pentingnya persiapan rohani secara pribadi. Hal-hal yang penting un­tuk pertumbuhan kerohanian pribadi, adalah Roh Kudus, dan untuk merasakan kuasa Roh Kudus dalam usaha penginjilan kita harus menyediakan bagi-Nya jalan masuk ke dalam hidup kila.
Pada saat orang Kristen mulai melayani Allah, mereka mulai lebih menyadari kebutuhan rohaninya. Ketika mereka meminta, dan menerima, curahan Roh Ku­dus yang lebih besar lagi, mereka dipersiapkan untuk pelayanan selanjutnya.
Kuncinya adalah dengan menyerahkan kemauan kita pada Allah setiap hari, me­nyangkal diri setiap hari, memandang kasih karunia Kristus setiap hari, mengingat segala sesuatu yang kita telah terima di dalam Kristus dan mengingat segala sesu­atu yang Dia minta dari masing-masing kita sebagai respons atas karunia itu.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.       Sehubungan dengan penarikan jiwa, Ellen G. White menulis pernyataan berikut: "Keberhasilanmu tidak terlalu bergantung pada pengetahuanmu dan pencapaianmu, melainkan pada kesanggupanmu untuk menemukan jalan masuk ke dalam hati."—Gospel Workers, hlm. 193. Apakah poin pen­ting yang dia sampaikan? Lagipula, seringkah kita melihat orang berpa­ling dari bukti-bukti yang sangat menguatkan pekabaran kita. Seringkah doktrin—meskipun sangat Alkitabiah, masuk akal, meninggikan pikir­an, dapat diterima—tidak akan berpengaruh kepada orang yang hatinya belum terbuka. Bagaimanakah kita dapat menjangkau hati itu? Dalam hal ini, betapa pentingnya bagi kita untuk menghidupkan apa yang kita ajarkan daripada hanya sekadar mengajarkannya saja?
2.       Renungkanlah pernyataan berikut sementara Anda memikirkan cara- cara di mana Anda dapat membagikan pengalaman pribadimu dengan orang lain: "Sinar-sinar yang terakhir dari terang pengasihan, peka­baran pengasihan yang terakhiryang disampaikan kepada dunia, ada­lah suatu pernyataan dari tabiat-Nya yang penuh kasih. Anak-anak Allah harus menunjukkan kemuliaan-Nya. Dalam kehidupan mereka sendiri dan tabiat mereka harus dinyatakan apa yang telah diperbuat karunia Allah terhadap mereka."—Ellen G. White, Membina Kehidup­an Abadi, hlm. 321. Pertanyaannya adalah, Bagaimanakah supaya da­lam kehidupan setiap hari dan dengan cara yang sederhana kita dapat "menyatakan kemuliaan-Nya?" Dalam waktu 24 jam yang baru saja Anda lewati, berapa seringkah Anda menyatakan kemuliaan Allah dalam kehidupan Anda? Iman yang bagaimanakah yang Anda dapat saksikan lewat gaya hidup Anda? Bagaimanakah jemaat Anda secara keseluruhan dapat “menyatakan kemuliaan-Nya?”


No comments:

Post a Comment