Tuhan atas Hari Sabat
Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kej. 2:1-3; Kel. 20:8-12; Ul.
5:12-15; Mat. 12:1-13; Yah. 9, 19:30.
AYAT HAFALAN: "Lalu kata Yesus kepada
mereka: 'Hari Sabat di-adakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,
jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat"' (Markus 2:27,28).
Pokok Pikiran: Sabat hari ketujuh, dalam segala hal,
memfokuskan kita kepada Yesus, Pencipta kita dan Penebus kita.
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, la pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia
tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia
ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglahseorangyangdiutus
Allah, namanyaYohanes;iadatang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang
terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. la bukan terang itu,
tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang
sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. la
telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak
mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya
itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa
supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;
orang-orang yang diperanakkan bukan dari da-rah atau dari daging, bukan pula
secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah''
(Yoh. 1:1-13).
Ayat-ayat ini, tentu saja, menunjuk kepada
Yesus, Yesus sebagai Oknum yang menjadikan "segala sesuatu" dan Yesus
sebagai Oknum yang memberikan keselamatan kepada mereka yang "percaya
dalam nama-Nya." Jadi, Yesus adalah Peacipta dan Yesus adalah Penebus.
Dan, sebagaimana Alkitab nyata-kan kepada kita, kedua aspek penting yang telah
Yesus lakukan ini ditemukan dalam perintah Sabat.
*Pelajari
pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 18 Februari.
Minggu 12 Februari
SABAT DALAM KITAB
KEJAD1AN
Salah satu kebenaran Alkitab yang tertanam
paling kuat ialah kembali ke Taman Eden, satu dunia yang sempurna diciptakan
oleh Allah yang sempurna, di sana hari ketujuh telah diasingkan dari hari-hari
lainnya dalam sepekan dan menguduskannya. Demikianlah jauhnya latar belakang dan dasar dari Sabat hari ketujuh. Dari sudut pandang dunia
ini, Anda tidak dapat menelusuri lebih jauh daripada itu. Kemudian, dengan
Sabat, kita sedang berhubungan dengan salah satu yang paling pokok dan paling
mendasar dari seluruh kebenaran Alkitab.
Apakah empat tindakan Allah yang dicatat dalam
kejadian 2:1-3 sementara Dia menciptakan hari Sabat?
2:1. Demikianlah
diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
2:2 Ketika Allah
pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu,
berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya
itu.
2:3 Lalu Allah
memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia
berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Allah menciptakan satu hari, Dia
beristirahat pada hari itu, Dia memberkati hari ketujuh itu, dan Dia
menguduskannya, yang artinya Dia membuatnya kudus atau diasingkan untuk
kegunaan yang kudus. Betapa mengagumkan bahwa Allah sendiri "beristirahat"
pada hari ketujuh. Apa pun artinya, itu menunjukkan betapa seriusnya hari itu
dibuat, karena Allah sendiri beristirahat pada hari tersebut.
Kejadian 2:3 juga menjelaskan bahwa
Pencipta "memberkati" hari ketujuh, sebagaimana Dia juga memberkati
binatang dan manusia di hari sebelumnya (Kej. 1:22, 28). Allah
menyebutkan berkat Sabat ini dalam hukum keempat dari sepuluh hukum-Nya,
selama-lamanya menghubungkan Sabat penciptaan dengan Sabat mingguan.
Perhatikan berapa kali ungkapan "hari
ketujuh" diulang dalam Kejadian 2:1-3. Apakah arti yang terkandung dalam
pengulangan itu?
Tiga kali hari istimewa itu disebutkan.
Hal ini menekankan sifat yang luar biasa dari Sabat hari ketujuh dan dengan
jelas mengasingkannya dari hari-hari lainnya. Hal itu seharusnya selalu mengingatkan
kita bahwa Allah tidak membuat hari pertama menjadi spesial, atau hari yang
lain. Berkat spesial ialah untuk hari ketujuh dan tidak ada untuk hari yang
lain.
Dengan menciptakan Sabat hari ketujuh,
Allah mengakhiri pekerjaan kreatif-Nya. Lalu Dia mengambil tujuh hari itu dan memasukkannya
dalam satu pekan. Perputaran pekan ini telah diikuti sepanjang sejarah dan di
seluruh catatan Alkitab. Jadi, Allah menunjukkan kuasa-Nya tidak hanya
terhadap ruang dan segala sesuatu yang ada pada ruang itu tetapi juga terhadap
waktu. Tidak satu pun dari kita dapat mengendalikan satu jam, atau bahkan satu
menit. Waktu berjalan terus dengan tepat, sama sekali di luar akal kita. Jadi,
betapa pentingnya kita belajar untuk percaya kepada Allah dengan jumlah waktu
kita yang sedikit di dunia ini.
Pikirkan mengenai perputaran waktu, bagaimanakah itu
melewati kita dari peristiwa ke peristiwa, hari demi hari dan tahun demi tahun.
Meskipun kita tidak mengendalikan waktu, namun kita dapat mengendalikan segala
sesuatu yang kita lakukan dengan waktu itu. Seberapa baikkah Anda menggunakan
waktu Anda? Apakah yang mengisi waktu Anda? Bagaimanakah Anda menggunakan
lebih baik waktu Anda yang hanya sedikit saja di dunia ini?
Senin13 Februari
SABAT DALAM
KITAB KELUARAN
Baca Keluaran 20:8-11. Apakah yang Allah katakan untuk
kita lakukan, dan mengapa kita disuruh untuk melakukannya?
20:8 Ingatlah
dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9 enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi
hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat
kediamanmu.
20:11 Sebab enam
hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia
berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.
Seisi rumah, termasuk beberapa pembantu
apa pun jenis kelaminnya, golongan pekerjaan setara dengan "bos" harus
istirahat bersama. Sabat ialah penyeimbang yang hebat, pembebas dari segala ketidakadilan
dari struktur sosial. Di hadapan Allah, semua manusia adalah sama, dan Sabat
adalah cara yang unik untuk menyatakan kebenaran penting ini, terutama dalam
sebuah dunia yang didominasi oleh struktur kelas yang menimbulkan berbagai
macam kelompok "di atas" atau "di bawah" yang lain.
Perintah ini juga merupakan suatu unit
sastra yang tersusun secara teliti:
A.
Pendahuluan: "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat" (ayat8).
B.
Perintah: "Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala
pekerjaanmu" (ayat 9).
C. Motivasi: "Tetapi hari ketujuh
adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu" (ayat 10a).
B1. Perintah: "Maka jangan melakukan
sesuatu pekerjaan, engkau atau anak-mu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau...." (ayat 10b).
CI. Motivasi: "Sebab enam hari
lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut, ... dan ia berhenti...." (ayat 11a).
D. Kesimpulan: "Itulah sebabnya TUHAN
memberkati hari Sabat dan menguduskannya" (ayat 11b).
(A)
Berisi, sebuah pernyataan pendahuluan, prinsip penting dari perintah
Sabat sebagai satu keutuhan.
(B) Menyampaikan perintah positif untuk
bekerja selama enam hari.
(Bl) Memberikan perintah larangan yang
sama untuk menahan diri dari segala pekerjaan pada hari Sabat, termasuk semua
yang tergabung dalam keluarga. Bahkan pembantu maupun hewan, atau tamu yang
berada di rumah.
(C) dan (CI) memberikan motivasi kepada
perintah-perintah itu.
(C) Menyatakan faktor waktu dalam enam
hari/rangkaian hari ketujuh dengan menekankan bahwa "hari ketujuh adalah
Sabat TUHAN Allahmu."
(CI) Berisi motivasi formal dengan
pendahuluan "Sebab" atau "Karena." Hal itu menunjukkan
motivasi rinci dalam masa enam hari Allah bekerja dan berhenti pada hari
ketujuh, dilembagakan secara langsung dalam Sabat pertama pada pekan
penciptaan.
(D) Adalah kalimat bebas, dimulai dengan
"Itulah sebabnya" dan juga membentuk kesimpulan. Kata terakhir dari perintah itu, "dan
menguduskannya," dapat disamakan dengan nasihat pada pembukaan.
(A) "Kuduskanlah." Berhubungan
dengan kekudusan Allah yang memberkati hari Sabat dalam Kejadian 2:3.
Selasa 14 Februari
SABAT DALAM KITAB
ULANGAN
Meskipun umat Masehi Advent Hari Ketujuh
telah begitu akrab dengan perintah Sabat yang diuraikan dalam kitab Keluaran,
namun TUHAN memberikan perintah itu lagi (dan semua perintah lain) dalam kitab
Ulangan. Betapa mengagumkan, walaupun perintah itu muncul dalam kata-kata yang
sangat mirip, tetapi kata-kata itu tidak persis sama. Selain itu, perintah
dalam kitab Ulangan memberikan motivasi yang lain, satu hal yang tidak tampak
dalam kitab Keluaran.
Baca Ulangan
5:12-15. Bandingkan dengan Keluaran 20:8-11. Persamaan apakah yang ada di
antara keduanya, apakah perbedaannya, dan mengapa kedua hal ini penting?
5:12 Tetaplah
ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh
TUHAN, Allahmu.
5:13 Enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
5:14 tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu
yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu
laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga.
5:15 Sebab
haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau
dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan
yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan
hari Sabat.
Meskipun banyak persamaan di antara keduanya,
ada unsur dan penekanan yang baru. Ketika kedua perintah tersebut berbicara
mengenai para hamba yang harus berhenti pada hari Sabat, kitab Ulangan lebih
jauh menekankannya. Ayat itu menyebutkan bahwa mereka harus memelihara hari
Sabat "atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan... seperti engkau juga" (Ul. 5:14, NIV). Di sini
kita melihat apa yang ditekankan pada hari lainnya: bagaimana hari Sabat
menolong membawa majikan dan hamba bersama-sama dalam martabat yang sama;
keduanya berhenti di hari yang sama. Hari Sabat, pada tingkat pelaksanaan yang
murni, memberikan kepada para hamba beberapa perlindungan dari majikan yang
ingin mempekerjakan mereka nonstop—sebuah perlindungan yang benar sesuai
dengan perintah yang asli pada saat penciptaan.
Tentu, ini menimbulkan pertanyaan yang
menarik. Ketika hari Sabat pertama kali dilembagakan, itu menjadi peringatan
akan penciptaan dalam satu duniayang belum jatuh ke dalam dosa. Itu tidak
berlaku bagi hamba laki-laki maupun hamba perempuan dan apalagi dengan
perbudakan di Mesir, yang merupakan simbol perbudakan dosa, dan pembebasan dari
perbudakan itu. Unsur baru ini, kemudian telah ditambahkan ke dalam perintah
itu sesudah Kejatuhan; artinya, aturan yang asli digabungkan dengan
sesuatu yang tidak dimuat pada mulanya.
Jadi, sebagaimana arti semula, hari Sabat
ialah sebuah simbol untuk penciptaan; sesudah dosa, menjadi simbol baik untuk
penciptaan maupun Pene-busan, yang mana keduanya adalah tipe dari penciptaan
kembali (2 Kor. 5:17; Gal. 6:15; Why. 21:1). Penciptaan dan penebusan
sangat berhubungan erat dalam Alkitab; hanya Allah Pencipta dapat menjadi
Allah Penebus, dan kita dapat memiliki keduanya dalam Yesus (lihat Yoh.
1:1-14). Kedua versi perintah ini menunjukkan bahwa Sabat hari ketujuh
adalah simbol dari pekerjaan Yesus, Pencipta kita dan Penebus kita.
Pikirkan tentang
perbudakan yang dari padanya Kristus akan membebaskan kita.
Janji kebebasan apakah yang Anda miliki
dalam Yesus? Bagaimanakah Anda
belajar menuntut kebebasan itu dan kemudian
mengizinkan Allah membuat kebebasan
itu nyata dalam kehidupan Anda?
Rabu 15 Februari
YESUS DAN SABAT-NYA:
BAGIAN 1
Banyak buku telah ditulis, dan masih akan
ditulis, untuk menunjukkan bahwa Yesus, ketika di dunia ini dalam daging, telah
menuntun orang-orang meninggalkan Sabat hari ketujuh, dan mengarahkan mereka
kepada peribadatan hari Minggu atau (lebih umum hari ini) terhadap pendapat
bahwa hari ketujuh telah diganti dengan satu hari "perhentian" yang
lebih umum di dalam Kristus.
Namun, ide ini tampaknya tidak dapat
ditemukan di mana pun dalam catatan Injil tentang Yesus dan Sabat. Di samping
alasan yang jelas untuk buku-buku seperti itu (satu kebutuhan untuk membenarkan
penolakan atas Sabat hari ketujuh oleh kebanyakan dunia Kristen selama tujuh
belas dan delapan belas abad yang lalu), mereka menganjurkan bahwa penyembuhan
Kristus pada hari Sabat telah mengumandangkan berakhirnya perintah itu.
Bagaimanakah dengan argumen ini? Suatu
penelitian terhadap apa yang Yesus lakukan pada hari Sabat sangat bertentangan
dengan pendapat para ahli teologi ini yang mencoba menjadikan peristiwa itu
sendiri untuk meniadakan Sabat.
Perlahan-lahan
bacalah Matius 12:1-13, terutama penyembuhan pada hari Sabat. Sementara Anda
membaca, tanya diri Anda sendiri, Apakah konteks dari penyembuhan itu, mengapa
Yesus melakukannya teristimewa pada hari itu, dan apakah poin penting yang
sedang Dia buat?
5:12 Tetaplah
ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh
TUHAN, Allahmu.
5:13 Enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
5:14 tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu
yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu
laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga.
5:15 Sebab
haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau
dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan
yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan
hari Sabat.
Barangkali ayat kunci, yang menjelaskan
semuanya itu, adalah ayat 7. Peristiwa itu adalah: mengenai kebutuhan
orang-orang, mengenai belas kasihan dan kebaikan dan mengasihi orang lain.
Renungkan baik-baik, Sabat mengizinkan kita lebih berkesempatan untuk
menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati kepada mereka yang membutuhkan dari
pada hari yang lain dalam satu pekan ketika kita dipaksa untuk mencari nafkah.
Masalahnya adalah Sabat telah dipersulit dengan peraturan-peraturan buatan
manusia yang bertujuan untuk kepentingan diri mereka sendiri daripada untuk
mengasihi Allah dan sesama manusia. Alkitab menerangkan, kasih adalah kegenapan
hukum, dan segala sesuatu yang mem-belokkan hukum untuk meniadakan kasih, atau
bahkan pekerjaan yang bertentangan dengan kasih, adalah sesuatu yang harus
dibuang. Penganut legalisme telah membuat Sabat menjadi hukum tanpa kasih.
Inilah yang ditentang Yesus dengan penyembuhan yang dilakukan-Nya pada hari
Sabat.
Kerasnya pendirian keagamaan itu dapat
dilihat dalam penyembuhan orang buta sejak lahir (Yohanes 9). Baca lebih
teliti ayat 16. Berbicara tentang hukum tanpa kasih! Dan akhirnya, jika Yesus
menggunakan penyembuhan pada hari Sabat untuk mulai mengarahkan manusia
meninggalkan Sabat hari ketujuh, tentu saja cara itu sangat aneh.
Tanyalah diri sendiri, apakah cara lain seseorang dapat menyatakan
hukum tanpa kasih? Mungkinkah Anda telah bersalah dalam
melakukan hal yang sama?
Kamis16 Februari
YESUS DAN SABAT-NYA:
BAGIAN 2
"Sudah
Selesai" (Yoh.
19:30).
Yesus, melalui mukjizat-mukjizat
Sabat-Nya, menunjukkan bagaimana Sabat yang sebenarnya. Itu adalah suatu hari
untuk penyembuhan dan pemulihan. Yesus bermaksud agar Sabat juga mengingatkan
kita akan kuasa Allah. Jadi, Sabat adalah hari di mana Dia membebaskan para
tawanan (Lukas 4:31-37), membuat orang lumpuh bisa berjalan (Lukas
13:10-17; Yoh. 5:1-9), dan memulihkan penglihatan orang buta (Yohanes
9).
Bagi Yesus, hari Sabat lebih fokus
mengenai manusia daripada mengenai peraturan, sehingga tidak ada bagian yang
diragukan mengapa Dia membuat pemyataan-Nya yang terkenal mengenai hari Sabat
dibuat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Pada waktu yang sama,
sebagaimana kita pelajari di awal pekan ini, jika kita menuruti dengan baik,
peraturan itu melindungi kita.
Yesus tidak
hanya memperkuat keabsahan dan pentingnya berhenti pada hari Sabat ketika Dia
masih hidup, tetapi juga dalam kematian-Nya. (Baca Mat. 27:57-28:1; Mrk. 15:42-16:1;
Luk. 23:52-24:1, dan Yoh. 19:31-20:1). Apakah satu hal yang umum dibuat oleh keempat penulis
Injil dalam ayat tersebut? Lebih penting, apakah yang dikatakan ini kepada
kita mengenai Sabat, terutama dalam konteks pertanyaan apakah hari Sabat masih
berlaku atau tidak?
Mat. 27:57-28:1;
27:57. Menjelang
malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang bernama Yusuf dan yang telah
menjadi murid Yesus juga.
27:58 Ia pergi
menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus memerintahkan untuk
menyerahkannya kepadanya.
27:59 Dan
Yusufpun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih,
27:60 lalu
membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit
batu, dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah
ia.
27:61 Tetapi
Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di depan kubur itu.
27:62 Keesokan
harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan
orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus,
27:63 dan mereka
berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya
berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit.
27:64 Karena itu
perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak,
murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada
rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang
terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama."
27:65 Kata
Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah
kubur itu sebaik-baiknya."
27:66 Maka
pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur
itu dan menjaganya.
8:1. Setelah
hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu,
pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
Mrk. 15:42-16:1;
15:42. Sementara
itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang
Sabat.
15:43 Karena itu
Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga
menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta
mayat Yesus.
15:44 Pilatus
heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan
dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati.
15:45 Sesudah
didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada
Yusuf.
15:46 Yusufpun
membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan
mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur
yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu
kubur itu.
15:47 Maria
Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan.
16:1. Setelah
lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli
rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.
Luk. 23:52-24:1,
23:52 Ia pergi
menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.
23:53 Dan
sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, lalu
membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum
pernah dibaringkan mayat.
23:54 Hari itu
adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai.
23:55 Dan
perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut
serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan.
23:56 Dan
setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. (23-56b) Dan
pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat,
24:1. tetapi
pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa
rempah-rempah yang telah disediakan mereka.
Yoh. 19:31-20:1
19:31. Karena
hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak
tinggal tergantung pada kayu salib--sebab Sabat itu adalah hari yang
besar--maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya
supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.
19:32 Maka
datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki
orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus;
19:33 tetapi ketika
mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak
mematahkan kaki-Nya,
19:34 tetapi
seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera
mengalir keluar darah dan air.
19:35 Dan orang
yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya
benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.
19:36 Sebab hal
itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada
tulang-Nya yang akan dipatahkan."
19:37 Dan ada
pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah
mereka tikam."
19:38. Sesudah
itu Yusuf dari Arimatea--ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut
kepada orang-orang Yahudi--meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan
menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu
datanglah ia dan menurunkan mayat itu.
19:39 Juga
Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada
Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima
puluh kati beratnya.
19:40 Mereka
mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan
rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.
19:41 Dekat
tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu
kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.
19:42 Karena
hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya,
maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.
20:1. Pada hari
pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria
Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.
Setelah Dia berkata, "Sudah
selesai!" (Yoh. 19:30), yaitu, sesudah pekerjaan penebusan-Nya
(sebelum pengantaraan surgawi-Nya) dilakukan, apakah yang Yesus lakukan?
Dia beristirahat pada hari ketujuh.
Kedengarannya lazim? Di manakah kita pernah melihatnya? Tentu saja, dalam
Kejadian 2:1-3. Sesudah Allah menyelesaikan pekerjaan penciptaan, Dia
beristirahat pada hari ketujuh. Sekarang, sesudah pekerjaan penebusan-Nya, Dia
melakukan hal yang sama.
Masih ingat keterangan bahwa Yesus telah
menggerakkan manusia untuk beralih dari Sabat hari ketujuh? Teladan-Nya
beristirahat dalam kubur pada hari Sabat, sesungguhnya, merupakan cara lain
menggugurkan pendapat tersebut. Jika ada, teristimewa karena kematian-Nya
memeteraikan perjanjian yang baru, dan perjanjian yang baru itu menurut dugaan
telah mengubah Sabat hari ketujuh, seseorang sangat sulit dipaksa untuk
memahami logika orang-orang yang mempercayai bahwa perintah Sabat telah
dihapuskan sesudah penyaliban. Jika itu telah dihapuskan, mengapa beristirahat
pada hari Sabat menjadi hal pertama yang Yesus lakukan sesudah kematian-Nya di
kayu salib?
Jadi, baik dalam kematian-Nya maupun dalam
kehidupan-Nya, Yesus menunjukkan kepada kita kesinambungan keabsahan dan
pentingnya hari Sabat.
Jumat 17 Februari
PENDALAMAN: "Haruskah Allah melarang matahari melakukan pekerjaannya pada hari
Sabat, memutuskan cahayanya untuk memanaskan bumi ini dan menghidupkan tumbuh-tumbuhan.
Haruskah sistem dunia ini berdiam sepanjang hari yang suci ini? Haruskah la
memerintahkan segala mata air jangan mengalirkan air kepada ladang-ladang dan
hutan-hutan dan melarang ombak-ombak lautan menghentikan pasang surutnya?
Haruskah gandum dan jagung itu berhenti bertumbuh? Haruskah pohon-pohon dan
kembang-kembang tidak mengeluarkan putik atau kembang pada hari Sabat?
"Jika hal-hal ini terjadi, maka
manusia tidak akan mendapat hasil bumi dan berkat-berkat yang diingini. Alam harus
melanjutkan tugasnya yang tidak berubah-ubah itu. Allah tidak dapat sedikit pun
menghentikan tangan-Nya, kalau tidak manusia itu akan pingsan dan mati. Maka
manusia pun mempunyai suatu pekerjaan yang patut dilakukan pada hari ini.
Kebutuhan hidup harus tetap diteruskan, orang sakit patut dirawat, keperluan
orang yang berkekurangan harus disediakan. la di-anggap bersalah jika tidak
menolong orang-orang yang menderita pada hari Sabat. Hari perhentian Allah
yang suci telah dijadikan bagi manusia, dan perbuatan kebajikan adalah sesuai
dengan maksud hari itu. Allah tidak mengingini makhluk kejadian-Nya menderita
kesakitan yang dapat disembuhkan pada hari Sabat atau pada hari yang lain."—Ellen
G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 212, 213.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.
Saat
ini mudah, menertawakan kerasnya dan dinginnya sikap para pemimpin agama yang
menyerang Yesus sebab penyembuhan-Nya pada hari Sabat. Dan tentu saja mereka
akan dihakimi atas tindakan-tindakan mereka. Dalam waktu yang sama, coba
tempatkan diri Anda pada diri mereka. Peraturan-peraturan buatan manusia ini
telah berlaku begitu lama sehingga pemikiran mereka tidak lain kecuali
pemeliharaan Sabatlah yang terpenting; oleh sebab itu, mereka sangat yakin
bahwa Yesus melanggar Sabat. Bagaimanakah perasaan kita terhadap seseorang yang membuat kemajuan hari
ini, dan menyatakan kebenaran dan terang besar, bahkan mengadakan mukjizat,
tetapi dalam pandangan kita dia menginjak-injak perintah keempat? Bagaimanakah
seharusnya tindakan kita? Pelajaran penting apa yang dapat kita pelajari dari
sini mengenai bagaimana memisahkan kebenaran dari tradisi semata dan mengapa
hal itu tidak selalu mudah untuk dilakukan?
2.
Tempatkan diri Anda pada diri seseorang yang percaya bahwa mukjizat
Yesus pada hari Sabat menunjukkan bahwa Dia telah menghapuskan Sabat. Apa yang menurut Alkitab Dia katakan dan lakukan, bandingkan dengan apa
yang Anda bayangkan yang Dia benar-benar lakukan untuk perubahan ini.
Menurut Anda apakah yang telah
Dia lakukan?
RANGKUM AN: Alkitab menyatakan Yesus sebagai Tuhan atas Sabat hari ketujuh, tanda
yang paling mendasar dari Dia sebagai Pencipta dan Penebus.
No comments:
Post a Comment