Allah Pemberi Hukum
Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: lbrani 12:21;Roma 7:8-13; Ayub 24:14, 15;
Keluaran 16:4-30; lbrani 8:10, 10: 16; Roma 13:8-10.
AYAT HAFALAN:
"Sebab TUHAN ialah Hakim kita, TUHAN ialah yang memberi hukum bagi kita;
TUHAN ialah Raja kita, Dia akan menyelamatkan kita" (Yesaya 33:22).
Pokok Pikiran: Hukum Allah adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari seluruh isi Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Itu juga merupakan ekspresi dari kasih-Nya. Dengan demikian, ketika
kita mengasihi, kita menyatakan kesempurnaan dan keindahan hukum Allah.
Sebagai umat Masehi Advent Hari Ketujuh,
kita sering mendengar pernyataan bahwa hukum ialah catatan dari tabiat Allah. (Jika demikian, maka karena Allah tidak
berubah, hukum, yang menyatakan tabiat-Nya— seharusnya tidak
berubah juga). Namun demikian, itukah arti dari pernyataan bahwa hukum adalah
ekspresi dari tabiat Allah?
Andaikan Anda tinggal di satu negeri
dengan seorang raja yang perkataannya adalah hukum. ("Negara, itulah
saya" seorang raja Perancis terkenal berkata). Sekarang, andaikan raja
mengeluarkan hukum yang menindas, keji, penuh rasa benci, diskriminasi, dan
seterusnya. Bukankah hukum ini akan menjadi gambaran dari sifat raja itu;
tidakkah hukum itu akan menyatakan karakternya?
Pikirkan beberapa sejarah raja lalim yang
paling buruk. Bagaimanakah hukum-hukum yang mereka keluarkan menyatakan orang
seperti apa mereka?
Dalam pengertian ini, hukum menyatakan
tabiat dari pemberi hukum itu. Kemudian, apakah yang dinyatakan hukum Allah
mengenai Allah? Bilamana kita memahami hukum Allah sebagai pagar, sebuah
perlindungan, sesuatu yang diciptakan untuk kita, demi kebaikan kita, maka kita
akan lebih mengerti seperti apakah Allah itu.
Pekan ini kita akan mempelajari tentang
hukum dan Pemberi hukum itu.
*Pelajari
pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 11 Februari
Minggu 5 Februari
HUKUM DI SINAI
Baca Keluaran
19:18,19; 20:18; Ulangan 5:22; dan lbrani 12:21, gambaran tentang pemberian
hukum di Gunung Sinai. Mengapa hal itu menjadi sesuatu yang sangat mengerikan?
Keluaran
19:18,19; 20:18;
19:18 Gunung
Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api;
asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar
sangat.
19:19 Bunyi
sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya
dalam guruh.
20:18. Seluruh
bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala
berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka
berdiri jauh-jauh.
Ulangan 5:22;
5:22 Firman
itulah yang diucapkan TUHAN kepada seluruh jemaahmu dengan suara nyaring di
gunung, dari tengah-tengah api, awan dan kegelapan, dan tidak ditambahkan-Nya
apa-apa lagi. Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, lalu diberikan-Nya
kepadaku."
lbrani 12:21
12:21 Dan sangat
mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan
dan sangat gemetar."
"Bangsa Israel diliputi oleh
kegentaran. Kuasa Allah yang hebat dalam mengucapkan hukum itu kelihatannya
lebih besar daripada apa yang dapat ditanggung oleh hati mereka yang dipenuhi
kegentaran itu. Oleh karena apabila undang-undang yang agung itu dihadapkan
kepada mereka, mereka baru menyadari tentang kejinya sifat dosa itu, dan juga
kesalahan mereka dalam pemandangan Allah. Mereka undur dari bukit itu dengan
rasa gentar dan takut."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld.
1, hlm. 363.
Ada hal yang sangat kuat dalam kutipan
Ellen White di atas. Sementara hukum diberikan kepada mereka, bangsa itu
menyadari "tidak pernah sebelumnya" betapa buruknya dosa dan
kesalahan mereka sendiri di mata Allah.
Jadi, dari awal hubungan perjanjian Bangsa
Israel dengan Allah, kita dapat melihat sebuah penyataan Injil dalam hukum.
Hukum tidak pernah mengartikan suatu keselamatan, bahkan di Sinai; itu lebih
menunjukkan kepada bangsa itu kebutuhan mereka akan keselamatan. Tepat sesudah
pemberian hukum, kepada mereka diberikan perintah untuk membangun kemah suci,
yang menyatakan kepada mereka rencana keselamatan. Hukum menuntun manusia
kepada salib, kepada kebutuhan mereka akan pendamaian dan penebusan. Maka,
tidak heran, bahwa mereka gemetar di depan hukum, karena hukum menunjukkan
kepada mereka betapa berdosanya dan betapa dalamnya mereka telah jatuh.
Baca Roma 7:8-13.
Bagaimanakah ayat-ayat tersebut mengungkapkan kebenaran penting ini?
Apakah yang Paulus katakan
tentang hukum? Lihat juga Mazmur 119:6.
Roma 7:8-13
7:8 Tetapi dalam
perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku
rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati.
7:9 Dahulu aku
hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai
hidup,
7:10 sebaliknya
aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku
justru membawa kepada kematian.
7:11 Sebab dalam
perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu
ia membunuh aku.
7:12 Jadi hukum
Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.
7:13 Jika
demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak!
Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik
untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata
lagi keadaannya sebagai dosa.
Mazmur 119:6
119:6 Maka aku
tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat-amati segala perintah-Mu.
Dalam satu pengertian, Paulus di sini
sedang membicarakan tentang apa yang Ellen White katakan terjadi di Sinai. Masalahnya
bukan dengan hukum Allah; masalahnya ialah dengan orang berdosa yang telah
melanggar hukum, sebagaimana kita semua telah melanggarnya. Paulus menunjukkan
bagaimana hukum tidak dapat dipisahkan dari Injil, bahwa hukum menunjukkan
kepada kita betapa berdosa dan jatuh kita ini.
Baca Keluaran 20:1-17. Apakah Anda pernah
merasa gemetar berhadapan dengan hukum Allah?
Apakah Anda menemukan diri Anda
sendiri diyakinkan oleh hukum itu?
Perasaan apakah yang Anda rasakan sementara membaca hukum dan membandingkan
diri Anda dengannya?
20:1. Lalu Allah
mengucapkan segala firman ini:
20:2
"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari
tempat perbudakan.
20:3 Jangan ada
padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan
membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau
yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan
sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu,
adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya,
kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku
menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi
Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
20:7 Jangan
menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang
bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
20:8 Ingatlah
dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9 enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi
hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat
kediamanmu.
20:11 Sebab enam
hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia
berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.
20:12.
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu.
20:13 Jangan
membunuh.
20:14 Jangan
berzinah.
20:15 Jangan
mencuri.
20:16 Jangan
mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
20:17 Jangan
mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya
laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun
yang dipunyai sesamamu."
Senin 6 Februari
HUKUM SEBELUM SINAI
Sebagaimana umat Masehi Advent Hari Ketujuh
ketahui, manakala kita berbicara mengenai hukum, sepuluh hukum, dan Sinai, kita akan segera mendengar komentar bahwa karena Sepuluh
Hukum diberikan pertama kali kepada orang Yahudi di Sinai, maka, hukum itu
adalah untuk orang Yahudi atau sebuah lembaga Perjanjian Lama dan tidak dapat
dipakai untuk zaman kita sekarang ini.
Tentu saja, banyak masalah terjadi dengan
teologi tersebut, persoalan terbesar jika ini benar, bagaimanakah mungkin ada
dosa sebelum Sinai, "sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah" (1
Yohanes 3:4)? Kenyataannya ialah bahwa buku Kejadian jauh sebelumnya telah
memberi sebuah kesaksian yang menak-jubkan akan keberadaan hukum Allah sebelum
Sinai.
Kejadian 1 dan 2 menjelaskan karya
penciptaan Allah yang sempurna. Kejadian 3 mencatat kejatuhan Adam dan Hawa.
Dalam pasal berikutnya, Kejadian 4, mencatat tentang pembunuh pertama.
Bagaimanakah Kain tahu bahwa dia bersalah telah membunuh saudaranya jika di
sana tidak ada hukum yang menegaskan pembunuhan sebagai dosa?
Jauh sebelum Sinai, Allah dengan tegas
mencela pembunuhan dalam perjanjian yang Dia tetapkan dengan Nuh sesudah air
bah (Kejadian 9:6), Dalam kitab Ayub, kitab tertua dalam Alkitab, kita
menemukan bahwa Allah memuji kebenaran Ayub dua kali. Apakah yang Dia nyatakan
tentang karakter Ayub? (Ayub 1:8; 2:3).
Ayub 1:8; 2:3
1:8 Lalu
bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?
Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang
takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
2:3 Firman TUHAN
kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada
seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan
Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun
engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan."
Sungguh di sana ada standar mengenai
perbualan yang benar dan salah. Ayub hidup jauh sebelum Keluaran, bahkan dia
belum termasuk dalam lingkup umat perjanjian.
Baca Ayub
24:14,15. Bagaimanakah ayat ini menolong kita memahami apa yang termasuk dalam
standar kebenaran dan kesalahan?
Ayub 24:14,15
24:14 Pada parak
siang bersiaplah si pembunuh, orang sengsara dan miskin dibunuhnya, dan waktu
malam ia berlaku seperti pencuri.
24:15 Orang yang
berzinah menunggu senja, pikirnya: Jangan seorangpun melihat aku; lalu
dikenakannya tudung muka.
Ketika Abraham berbohong mengenai Sara
kepada Abimelekh, Allah memarahi Abraham akan kebohongannya. Dan bahkan
meskipun Abimelekh adalah raja Gerar dan bukan keturunan Israel, Allah menuntun
dia kepada standar yang sama tentang kesucian pernikahan yang ditemukan dalam sepuluh perintah Allah dan
meminta Sara dikembalikan kepada Abraham (baca Kejadian 20:9).
Kesaksian apakah
yang Allah berikan kepada Ishak mengenai Abraham, ayahnya? Kejadian 26:4, 5.
Kejadian 26:4, 5
26:4 Aku akan
membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan
kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di
bumi akan mendapat berkat,
26:5 karena
Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku,
yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku."
Alangkah mengagumkan Kejadian 26:5 ini
sehingga Bahasa Ibrani menggunakan empat kata yang berbeda, mshmrt, mzvot, huqot,
dan torot (dari Torah, "hukum") untuk menjelaskan
apa yang Abraham turuti. Tentu saja di antara semua ini adalah sepuluh hukum.
Ketika Allah menyuruh Yakub kembali ke Betel
untuk membangun sebuah mezbah bagi-Nya, dia merasakan perlunya kebangunan rohani
dalam rumah tangganya. Apakah yang dia minta untuk dilakukan oleh seisi
rumahnya? (lihat Kej.35:2,3).
35:2 Lalu
berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama
dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu,
tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.
35:3 Marilah
kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah,
yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di
jalan yang kutempuh."
Dengan jelas, pemikiran bahwa tidak ada
hukum sebelum Tuhan memberikannya di Gunung Sinai akan menghapus begitu banyak
terang Alkitab yang mengajarkan mengenai kehidupan sebelum Sinai.
Selasa 7 Februari
SABAT SEBELUM SINAI
Allah tidak menyatakan bagaimana Diamenyampaikan prinsip kekal hukum-Nya
kepada manusia sebelum di Gunung Sinai, tetapi ada bukti yang jelas dan kuat
bahwa pemberian hukum di Sinai bukanlah awalnya dunia terbuka akan ajaran itu.
Banyak orang, terpaksa mengakui hal itu,
malahan menganjurkan bahwa yang pertama diberikan di Sinai hanyalah perintah
Sabat, tidak termasuk yang lainnya, dan itulah sebabnya hukum tersebut
semata-mata untuk orang Yahudi dan tidak tergolong untuk orang Kristen saat
ini. Seberapa absahkah pernyataan itu?
Baca Kejadian
2:1-3. Apakah yang ayat ini ajarkan kepada kita mengenai Sabat sebelum Sinai?
Kejadian 2:1-3.
2:1. Demikianlah
diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
2:2 Ketika Allah
pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu,
berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya
itu.
2:3 Lalu Allah
memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia
berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Berikutnya, dalam Keluaran 5:1-5, Alkitab
menyatakan bahwa Musa dan Harun bergelut dengan Firaun dalam hal membiarkan
orang Israel pergi. Ayat lima secara khusus menjelaskannya.
Baca Keluaran
5:5. Petunjuk apakah di sana mengenai hari Sabat?
5:5 Lagi kata
Firaun: "Lihat, sekarang telah terlalu banyak bangsamu di negeri ini,
masakan kamu hendak menghentikan mereka dari kerja paksanya!"
Respons Firaun, "Kamu membuat mereka
beristirahat dari pekerjaan mereka!" (NKJV), nampaknya cukup keras. Bahasa aslinya bahkan menyebutnya
lebih tajam. Walaupun di sana ada beberapa kata untuk beristirahat, kata
kerja yang Firaun gunakan adalah mengembangkan kata untuk "Sabat."
Bahasa yang menarik dari Firaun kepada Musa dan Harun dibaca seperti ini,
"Kamu buat mereka berhari Sabat dari pekerjaan mereka!" suatu
petunjuk, jika tak ada yang lain, kepada kenyataan tentang Sabat hari
perhentian sebelum Sinai.
Walaupun demikian, bukti konkret Sabat
sebelum Sinai, lebih dulu muncul di Keluaran 16, ketika Allah dengan ajaib
menyediakan roti manna bagi Bangsa Israel di padang belantara. Keajaiban 40
tahun ini dimulai sebelum anak-anak Israel mencapai Gunung Sinai.
Baca Keluaran
16:4-30, terutama fokus pada ayat 23-30. Bagaimanakah ayat ini membuktikan
keberadaan Sabat hari ketujuh Sabat sebelum pengalaman di Gunung Sinai?
Keluaran 16:23-30
16:23 Lalu
berkatalah Musa kepada mereka: "Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok
adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu
kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala
kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi."
16:24 Mereka
membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang diperintahkan
Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya.
16:25
Selanjutnya kata Musa: "Makanlah itu pada hari ini, sebab hari ini adalah
sabat untuk TUHAN, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang.
16:26 Enam hari
lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti
itu tidak ada pada hari itu."
16:27 Tetapi
ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah
mereka mendapatnya.
16:28 Sebab itu
TUHAN berfirman kepada Musa: "Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti
segala perintah-Ku dan hukum-Ku?
16:29
Perhatikanlah, TUHAN telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada
hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di
tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari
ketujuh itu."
16:30 Lalu
beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh.
Perhatikan perkataan Allah kepada Musa
dalam ayat 28, "Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku
dan hukum-Ku?" Sebuah petunjuk yang jelas
bahwa hukum Allah dan perintah-perintah-Nya telah ada sebelum pe-nyataan di
Sinai, dan bahwadi antara perintah-perintah dan hukum itu ialah Sabat hari
ketujuh. Jadi, walaupun sesuatu yang sangat besar terjadi dengan pemberian
hukum di Sinai, Sepuluh Hukum itu sendiri dengan jelas tidaklah baru.
Bagaimanakah
pengalaman Sabat Anda? Apakah Anda mencintai hari Sabat, takut terhadapnya,
atau Anda merasa bertentangan dengannya? Apakah yang dapat Anda lakukari untuk
memiliki pengalaman yang lebih dalam dan lebih kaya dengan Allah melalui
karunia hari Sabat-Nya?
Rabu 8 Februari
HUKUM DAN NABI-NABI
Sedikit saja argumen yang menentang
keberadaan hukum sesudah Sinai. Tulisan-tulisan Perjanjian Lama penuh dengan
referensi terhadap hukum itu. Dan meskipun, sangat sering, referensi-referensi
ini berhubungan dengan pelanggaran Bangsa Israef terhadap hukum dan hukuman
yang datang sesudah itu, ayat yang lain menyatakan kasih yang besar dan
penghormatan orang Israel terhadap sepuluh hukum itu, bukan hanya sepuluh hukum
tetapi termasuk semua peraturan dan ketetapan-ketetapan yang Allah telah
berikan kepada umat-Nya.
Dalam hal apakah ayat-ayat berikut memuji hukum? Sikap
apakah yang mereka nyatakan?
Yes. 48:17, 18
48:17 Beginilah
firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Akulah TUHAN,
Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun
engkau di jalan yang harus kautempuh.
48:18 Sekiranya
engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti
sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti
gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,
Mzm. 119:69-72
119:69. Orang
yang kurang ajar menodai aku dengan dusta, tetapi aku, dengan segenap hati aku
akan memegang titah-titah-Mu.
119:70 Hati
mereka tebal seperti lemak, tetapi aku, Taurat-Mu ialah kesukaanku.
119:71. Bahwa
aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.
119:72. Taurat
yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan
perak.
Mzm. 119:97-103
119:97. Betapa
kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.
119:98.
Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab
selama-lamanya itu ada padaku.
119:99 Aku lebih
berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu
kurenungkan.
119:100 Aku
lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu.
119:101.
Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada
firman-Mu.
119:102. Aku
tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.
119:103. Betapa
manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.
Yer 31:33
31:33 Tetapi
beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,
demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka
akan menjadi umat-Ku.
Berlawanan dengan kepercayaan populer,
walaupun orang Israel (idealnya) mencintai hukum, bagi mereka yang mengerti
fungsi hukum itu tidak pernah melihat hukum sebagai alat keselamatan. Agama
orang Ibrani selalu merupakan agama kasih karunia, bahkan walaupun orang-orang
beralih dari satu ekstrem kepada ekstrem yang lain: dari menginjak-injak hukum
secara terbuka dan mencolok, sebagaimana dalam periode bait suci pertama, kepada
legalisme ekstrem, sebagaimana terlihat sangat jelas dalam kehidupan pada zaman
Yesus.
Tetapi mengapa Bangsa Israel memiliki
cinta seperti itu terhadap hukum? Lagipula, jika seseorang mengerti bahwa hukum
bukan hanya meliputi sepuluh hukum tetapi seluruh pengajaran Kitab Perjanjian
Lama, terutama lima buku Musa, maka Anda mengerti bahwa yang mereka cintai
adalah pekabaran keselamatan, kasih karunia, dan penebusan. Mereka mencintai
"kebenaran" yang dinyatakan kepada mereka dan mereka betul-betul memahaminya.
Itu bukanlah cinta akan peraturan, tetapi cinta terhadap sekumpulan pedoman dan
prin-sip-prinsip, yang jika dipelihara, akan membuka jalan bagi banyak berkat
dan janji-janji, karena semua yang diberikan Allah kepada mereka adalah untuk
kebaikan dan kesejahteraan mereka.
Apakah ada perbedaan sekarang ini?
Pikirkan semua yang Allah telah berikan kepada kita
sebagai satu umat. Bagaimanakah kita dapat menghidupkan lebih baik lagi terang
indah yang olehnya kita telah diberkati?
Kamis 9 Februari
HUKUM DALAM PERJANJIAN BARU
Dari awalnya, prinsip-prinsip sepuluh
hukum telah diberikan kepada umat manusia di luar kasih Allah kepada bangsa
tertentu. Hukum selalu bertujuan menjadi suatu berkat. Anda menuruti hukum, dan
Anda terlindung dari pem-binasaan dosa; Anda tidak patuh, maka Anda akan
menghadapi konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dari penghukuman. Secara
pribadi, siapakah yang membutuhkan teologi hanya untuk mengetahui, betapa
sakitnya dosa dan akibatnya? Seberapa seringkah Anda dapat membaca
akibat-akibat dosa dalam menghadapi orang-orang yang telah dihancurkan oleh
dosa?
Walaupun bagian-bagian dari Perjanjian Baru—khususnya tulisan
Paulus— menangani orang-orang yang telah salah mengerti tentang tujuan hukum,
namun perintah-perintah Allah telah diberikan dalam Perjanjian Baru dengan cara
yang positif dan menggembirakan.
Baca Ibrani 8:10 dan 10:16. Bagaimanakah hukum Allah
dinyatakan dalam ayat ini? Apakah hal tersebut masih relevan, atau telah
ditiadakan oleh kasih karunia?
Ibrani 8:10 dan 10:16
8:10 "Maka
inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,"
demikianlah firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi
mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka
dan mereka akan menjadi umat-Ku.
10:16 sebab
setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka
sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di
dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,
Sangat sering, kita melihat manusia berusaha
menempatkan hukum bertentangan dengan kasih Allah atau kasih karunia Allah,
gagasan tersebut menekankan bahwa jika Anda benar-benar mengasihi, maka hukum
Allah tidak perlu dituruti. Dengan pengertian, seorang dapat menganjurkan bahwa
kasih lebih penting daripada hukum, dalam hal ini seorang yang benar-benar
mengasihi Allah dan orang lain telah menyatakan prinsip utama dari hukum.
Tetapi ini bukanlah alasan untuk meniadakan hukum. Sebaliknya, kasih memenuhi
hukum; kasih adalah ungkapan hukum dalam bentuknya yang paling murni.
Itu sama seperti bagian-bagian dari sebuah
mobil. Bagian-bagian itu tidak ada yang berdiri sendiri; setiap bagian
berhubungan satu sama lain sehingga mobil itu dapat pergi dari satu tempat ke
tempat yang lain. Itulah tujuannya sehingga mobil itu dapat bergerak. Namun,
tanpa peran masing-masing bagian itu, mobil tidak dapat berfungsi. Demikian
juga halnya dengan hukum: itu tidak dibuat untuk hukum itu sendiri, tetapi
dibuat untuk satu tujuan, dan tujuan itu adalah untuk menunjukkan ungkapan
kasih yang dalam, kasih kepada Allah dan kasih terhadap sesama manusia.
Bacalah ayat-ayat berikut ini. Bagaimanakah ayat-ayat
ini menolong kita mengerti hubungan antara kasih dan hukum? Rm. 13:8-10; Gal.
5:14; Yak. 2:8; 1 Yoh. 5:2,3.
Rm. 13:8-10;
13:8
Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu
saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah
memenuhi hukum Taurat. 13:9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh,
jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul
dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! 13:10
Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah
kegenapan hukum Taurat.
5:14 Sebab
seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
Yak.
2:8;
2:8. Akan
tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci:
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat
baik.
1
Yoh. 5:2,3
5:2 Inilah
tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi
Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.
5:3 Sebab inilah
kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya.
Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,
Renungkanlah
lebih dalam hubungan antara hukum dan kasih Allah. Apakah jadinya penurutan
hukum tanpa kasih? Juga apakah jadinya kasih tanpa penurutan hukum? Tuliskan
pemikiran Anda dan sampaikan di kelas Anda pada hari Sabat.
Jumat 10 Februari
PENDALAMAN: "Kesepuluh aturan kudus
yang difirmankan oleh Kristus di atas Bukit Sinai adalah penyataan tabiat
Allah, dan menunjukkan kepada dunia fakta bahwa Dia memiliki hak hukum atas
seluruh warisan umat manusia. Sepuluh hukum kasih yang besar itu yang diberikan
kepada manusia ialah suara Allah dari surgayang berbicara kepada jiwa dengan
janji. 'Turutilah ini, maka engkau tidak akan berada di bawah kuasa dan pengendalian
Setan.' Tidak ada perintah negatif dalam hukum, walaupun mungkin tertulis
begitu. Arti yang sesungguhnya adalah TURUTILAH, dan engkau akan HIDUP... Allah telah memberikan hukum-Nyayang
kudus menjadi sebuah benteng perlindungan di sekeliling umat ciptaan-Nya."—Ellen
G. White, Sons and Daughters of God, hlm. 53.
"Dalam pekerjaan penebusan tidak ada
paksaan. Tidak ada paksaan yang digunakan dari luar. Di bawah pengaruh Roh
Allah, manusiadiberi kebebasan memilih siapayang hendak dilayaninya. Dalam perubahan
yang terjadi bilajiwa berserah kepada Kristus, terdapatlah rasa kebebasan yang
paling tinggi.... Memang benar, kita tidak mempunyai kuasa untuk membebaskan
diri dari pengendalian Setan; tetapi bila kita ingin dibebas-kan dari dosa, dan
dalam keperluan kita yang besar berseru untuk mendapat kuasa di luar dan
melebihi kuasadiri sendiri, makakuasajiwadipenuhi dengan tenaga llahi dari Roh
Kudus, dan mereka mentaati bisikan dalam memenuhi kehendak Allah.
"Satu-satunya keadaan yang
memungkinkan kemerdekaan manusia ialah menjadi satu dengan Kristus. 'Kebenaran
itulah akan memerdekakan kamu,' dan Kristus ialah kebenaran itu. Dosa dapat
menang hanyaoleh melemahkan pikiran, dan membinasa-kan kebebasan jiwa. Takluk
kepada Allah ialah pemulihan kepada diri sendiri—kemuliaan sejati dan
keluhuran manusia. Hukum llahi, yang kepadanya kita harus takluk, adalah
'hukum yang memerdekakan orang.' Yak. 2: 12."—Ellen G. White, Alfa dan
Omega, jld. 6, hlm. 80.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKA1M:
1.
Diskusikan
jawaban Anda untuk pertanyaan hari Kamis tentang hukum dan kasih. Seperti
apakah memelihara hukum tanpa kasih? Bagaimanakah hal itu sering dinyatakan?
Dalam waktu yang sama, seperti apakah kasih tanpa memelihara hukum? Jenis
kasih seperti apakah itu, jika sama sekaii hanya kasih? Mengapa kedua hal itu
perlu dihubungkan?
2. Dalam
hal apakah hukum menyatakan karakter Pemberi hukum itu? Bagaimanakah hukum
Allah menyatakan kepada kita seperti apa Allah itu?
3. Apakah
maksud Ellen White ketika dia berbicara mengenai hukum menjadi suatu
"hukum kebebasan?" Bagaimanakah penurutan terhadap hukum itu dapat
disamakan dengan "kebebasan?"
4.
Contoh apakah yang dapat kita temukan di dunia
ini, dan di antara kita semua, mengenai apa yang terjadi ketika manusia
melanggar hukum Allah? Seberapa kuatkah nilai kesaksian dari contoh-contoh ini
dan mengesahkan kebenaran dari hukum tersebut?
RANGKUMAN: Hukum Allah ialah ungkapan
kasih-Nya, dan bilamana kita mengasihi sebagaimana Allah mengasihi kita, kita
akan benar-benar menyatakan hukum itu dalam segala keindahan dan kuasanya.
PRATINJAU Pelajaran 7
Tuhan atas Hari Sabat
Sab at Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kej. 2:1-3; Kel. 20:8-12; Ul.
5:12-15; Mat. 12:1-13; Yah. 9, 19:30.
AYAT HAFALAN: "Lalu kata Yesus kepada
mereka: 'Hari Sabat di-adakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,
jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat"' (Markus 2:27,28).
Pokok Pikiran: Sabat hari ketujuh, dalam segala hal,
memfokuskan kita kepada Yesus, Pencipta kita dan Penebus kita.
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, la pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia
tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia
ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglahseorangyangdiutus
Allah, namanyaYohanes;iadatang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang
terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. la bukan terang itu,
tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang
sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. la telah
ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak
mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang
kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya
diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya
dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari da-rah atau dari
daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan
dari Allah'' (Yoh. 1:1-13).
Ayat-ayat ini, tentu saja, menunjuk kepada
Yesus, Yesus sebagai Oknum yang menjadikan "segala sesuatu" dan Yesus
sebagai Oknum yang memberikan keselamatan kepada mereka yang "percaya
dalam nama-Nya." Jadi, Yesus adalah Peacipta dan Yesus adalah Penebus.
Dan, sebagaimana Alkitab nyata-kan kepada kita, kedua aspek penting yang telah
Yesus lakukan ini ditemukan dalam perintah Sabat.
*Pelajari
pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 18 Februari.
No comments:
Post a Comment