PELAJARAN 6 TRIWULAN I 2012


Allah Pemberi Hukum

Sabat Petang
BACALAH UNTUK  PELAJARAN PEKAN INI: lbrani 12:21;Roma 7:8-13; Ayub 24:14, 15; Keluaran 16:4-30; lbrani 8:10, 10: 16; Roma 13:8-10.

AYAT HAFALAN: "Sebab TUHAN ialah Hakim kita, TUHAN ialah yang memberi hukum bagi kita; TUHAN ialah Raja kita, Dia akan menyelamatkan kita" (Yesaya 33:22).

Pokok Pikiran: Hukum Allah adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh isi Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Itu juga  merupakan ekspresi dari kasih-Nya. Dengan demikian, ketika kita mengasihi, kita menyatakan kesempurnaan dan keindahan hukum Allah.

Sebagai umat Masehi Advent Hari Ketujuh, kita sering mendengar pernyataan bahwa hukum ialah catatan dari tabiat Allah. (Jika demikian, maka karena Allah tidak berubah, hukum, yang menyatakan tabiat-Nya— seharusnya tidak berubah juga). Namun demikian, itukah arti dari pernyataan bahwa hukum adalah ekspresi dari tabiat Allah?
Andaikan Anda tinggal di satu negeri dengan seorang raja yang perkataannya adalah hukum. ("Negara, itulah saya" seorang raja Perancis terkenal berkata). Sekarang, andaikan raja mengeluarkan hukum yang menindas, keji, penuh rasa benci, diskriminasi, dan seterusnya. Bukankah hukum ini akan menjadi gambaran dari sifat raja itu; tidakkah hukum itu akan menyatakan karakternya?
Pikirkan beberapa sejarah raja lalim yang paling buruk. Bagaimanakah hukum-hukum yang mereka keluarkan menyatakan orang seperti apa mereka?
Dalam pengertian ini, hukum menyatakan tabiat dari pemberi hukum itu. Kemudian, apakah yang dinyatakan hukum Allah mengenai Allah? Bilamana kita memahami hukum Allah sebagai pagar, sebuah perlindungan, sesuatu yang diciptakan untuk kita, demi kebaikan kita, maka kita akan lebih mengerti seperti apakah Allah itu.
Pekan ini kita akan mempelajari tentang hukum dan Pemberi hukum itu.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 11 Februari

Minggu 5 Februari
HUKUM DI SINAI

Baca Keluaran 19:18,19; 20:18; Ulangan 5:22; dan lbrani 12:21, gambaran tentang pemberian hukum di Gunung Sinai. Mengapa hal itu men­jadi sesuatu yang sangat mengerikan?
Keluaran 19:18,19; 20:18;
19:18 Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat.
19:19 Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh.
20:18. Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh.

Ulangan 5:22;
5:22 Firman itulah yang diucapkan TUHAN kepada seluruh jemaahmu dengan suara nyaring di gunung, dari tengah-tengah api, awan dan kegelapan, dan tidak ditambahkan-Nya apa-apa lagi. Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, lalu diberikan-Nya kepadaku."

lbrani 12:21
12:21 Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar."

"Bangsa Israel diliputi oleh kegentaran. Kuasa Allah yang hebat dalam mengucapkan hukum itu kelihatannya lebih besar daripada apa yang dapat ditanggung oleh hati mereka yang dipenuhi kegentaran itu. Oleh karena apabila undang-undang yang agung itu dihadapkan kepada mereka, mereka baru menyadari tentang kejinya sifat dosa itu, dan juga kesalahan mereka dalam pemandangan Allah. Me­reka undur dari bukit itu dengan rasa gentar dan takut."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 363.
Ada hal yang sangat kuat dalam kutipan Ellen White di atas. Sementara hu­kum diberikan kepada mereka, bangsa itu menyadari "tidak pernah sebelumnya" betapa buruknya dosa dan kesalahan mereka sendiri di mata Allah.
Jadi, dari awal hubungan perjanjian Bangsa Israel dengan Allah, kita dapat melihat sebuah penyataan Injil dalam hukum. Hukum tidak pernah mengartikan suatu keselamatan, bahkan di Sinai; itu lebih menunjukkan kepada bangsa itu kebutuhan mereka akan keselamatan. Tepat sesudah pemberian hukum, kepa­da mereka diberikan perintah untuk membangun kemah suci, yang menyatakan kepada mereka rencana keselamatan. Hukum menuntun manusia kepada salib, kepada kebutuhan mereka akan pendamaian dan penebusan. Maka, tidak heran, bahwa mereka gemetar di depan hukum, karena hukum menunjukkan kepada mereka betapa berdosanya dan betapa dalamnya mereka telah jatuh.

Baca Roma 7:8-13. Bagaimanakah ayat-ayat tersebut mengungkapkan kebenaran penting ini? Apakah yang Paulus katakan tentang hukum? Lihat juga Mazmur 119:6.
Roma 7:8-13
7:8 Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati.
7:9 Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup,
7:10 sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian.
7:11 Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku.
7:12 Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.
7:13 Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa.

Mazmur 119:6
119:6 Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat-amati segala perintah-Mu.

Dalam satu pengertian, Paulus di sini sedang membicarakan tentang apa yang Ellen White katakan terjadi di Sinai. Masalahnya bukan dengan hukum Allah; masalahnya ialah dengan orang berdosa yang telah melanggar hukum, sebagaimana kita semua telah melanggarnya. Paulus menunjukkan bagaimana hukum tidak dapat dipisahkan dari Injil, bahwa hukum menunjukkan kepada kita betapa berdosa dan jatuh kita ini.

Baca Keluaran 20:1-17. Apakah Anda pernah merasa gemetar berhadapan dengan hukum Allah? Apakah Anda menemukan diri Anda sendiri diyakinkan oleh hukum itu? Perasaan apakah yang Anda rasakan semen­tara membaca hukum dan membandingkan diri Anda dengannya?
20:1. Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:
20:2 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
20:7 Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

20:12. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
20:13 Jangan membunuh.
20:14 Jangan berzinah.
20:15 Jangan mencuri.
20:16 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
20:17 Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

Senin 6 Februari
HUKUM SEBELUM SINAI

Sebagaimana umat Masehi Advent Hari Ketujuh ketahui, manakala kita berbicara mengenai hukum, sepuluh hukum, dan Sinai, kita akan segera mendengar komentar bahwa karena Sepuluh Hukum diberikan pertama kali kepada orang Yahudi di Sinai, maka, hukum itu adalah untuk orang Yahudi atau sebuah lembaga Perjanjian Lama dan tidak dapat dipakai untuk zaman kita sekarang ini.
Tentu saja, banyak masalah terjadi dengan teologi tersebut, persoalan terbesar jika ini benar, bagaimanakah mungkin ada dosa sebelum Sinai, "sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah" (1 Yohanes 3:4)? Kenyataannya ialah bahwa buku Kejadian jauh sebelumnya telah memberi sebuah kesaksian yang menak-jubkan akan keberadaan hukum Allah sebelum Sinai.
Kejadian 1 dan 2 menjelaskan karya penciptaan Allah yang sempurna. Ke­jadian 3 mencatat kejatuhan Adam dan Hawa. Dalam pasal berikutnya, Keja­dian 4, mencatat tentang pembunuh pertama. Bagaimanakah Kain tahu bahwa dia bersalah telah membunuh saudaranya jika di sana tidak ada hukum yang menegaskan pembunuhan sebagai dosa?
Jauh sebelum Sinai, Allah dengan tegas mencela pembunuhan dalam perjanjian yang Dia tetapkan dengan Nuh sesudah air bah (Kejadian 9:6), Dalam kitab Ayub, kitab tertua dalam Alkitab, kita menemukan bahwa Allah memuji kebenaran Ayub dua kali. Apakah yang Dia nyatakan tentang karakter Ayub? (Ayub 1:8; 2:3).
Ayub 1:8; 2:3
1:8 Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
2:3 Firman TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan."

 Sungguh di sana ada standar mengenai perbualan yang benar dan salah. Ayub hidup jauh sebelum Keluaran, bahkan dia belum termasuk dalam lingkup umat perjanjian.

Baca Ayub 24:14,15. Bagaimanakah ayat ini menolong kita memahami apa yang termasuk dalam standar kebenaran dan kesalahan?
Ayub 24:14,15
24:14 Pada parak siang bersiaplah si pembunuh, orang sengsara dan miskin dibunuhnya, dan waktu malam ia berlaku seperti pencuri.
24:15 Orang yang berzinah menunggu senja, pikirnya: Jangan seorangpun melihat aku; lalu dikenakannya tudung muka.

Ketika Abraham berbohong mengenai Sara kepada Abimelekh, Allah memarahi Abraham akan kebohongannya. Dan bahkan meskipun Abimelekh adalah raja Gerar dan bukan keturunan Israel, Allah menuntun dia kepada standar yang sama tentang kesucian pernikahan yang ditemukan dalam sepuluh perintah Allah dan meminta Sara dikembalikan kepada Abraham (baca Kejadian 20:9).

Kesaksian apakah yang Allah berikan kepada Ishak mengenai Abra­ham, ayahnya? Kejadian 26:4, 5.
Kejadian 26:4, 5
26:4 Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat,
26:5 karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku."

Alangkah mengagumkan Kejadian 26:5 ini sehingga Bahasa Ibrani menggunakan empat kata yang berbeda, mshmrt, mzvot, huqot, dan torot (dari Torah, "hukum") untuk menjelaskan apa yang Abraham turuti. Tentu saja di antara semua ini adalah sepuluh hukum.
Ketika Allah menyuruh Yakub kembali ke Betel untuk membangun sebuah mezbah bagi-Nya, dia merasakan perlunya kebangunan rohani dalam rumah tangganya. Apakah yang dia minta untuk dilakukan oleh seisi rumahnya? (lihat Kej.35:2,3).
35:2 Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu.
35:3 Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh."

Dengan jelas, pemikiran bahwa tidak ada hukum sebelum Tuhan memberikannya di Gunung Sinai akan menghapus begitu banyak terang Alkitab yang mengajarkan mengenai kehidupan sebelum Sinai.

Selasa 7 Februari
SABAT SEBELUM SINAI

Allah tidak menyatakan bagaimana Diamenyampaikan prinsip kekal hukum-Nya kepada manusia sebelum di Gunung Sinai, tetapi ada bukti yang jelas dan kuat bah­wa pemberian hukum di Sinai bukanlah awalnya dunia terbuka akan ajaran itu.
Banyak orang, terpaksa mengakui hal itu, malahan menganjurkan bahwa yang pertama diberikan di Sinai hanyalah perintah Sabat, tidak termasuk yang lainnya, dan itulah sebabnya hukum tersebut semata-mata untuk orang Yahudi dan tidak tergolong untuk orang Kristen saat ini. Seberapa absahkah pernyataan itu?

Baca Kejadian 2:1-3. Apakah yang ayat ini ajarkan kepada kita me­ngenai Sabat sebelum Sinai?
Kejadian 2:1-3.
2:1. Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
2:2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

Berikutnya, dalam Keluaran 5:1-5, Alkitab menyatakan bahwa Musa dan Harun bergelut dengan Firaun dalam hal membiarkan orang Israel pergi. Ayat lima secara khusus menjelaskannya.

Baca Keluaran 5:5. Petunjuk apakah di sana mengenai hari Sabat?
5:5 Lagi kata Firaun: "Lihat, sekarang telah terlalu banyak bangsamu di negeri ini, masakan kamu hendak menghentikan mereka dari kerja paksanya!"

Respons Firaun, "Kamu membuat mereka beristirahat dari pekerjaan me­reka!" (NKJV), nampaknya cukup keras. Bahasa aslinya bahkan menyebutnya lebih tajam. Walaupun di sana ada beberapa kata untuk beristirahat, kata kerja yang Firaun gunakan adalah mengembangkan kata untuk "Sabat." Bahasa yang menarik dari Firaun kepada Musa dan Harun dibaca seperti ini, "Kamu buat mereka berhari Sabat dari pekerjaan mereka!" suatu petunjuk, jika tak ada yang lain, kepada kenyataan tentang Sabat hari perhentian sebelum Sinai.
Walaupun demikian, bukti konkret Sabat sebelum Sinai, lebih dulu muncul di Keluaran 16, ketika Allah dengan ajaib menyediakan roti manna bagi Bangsa Israel di padang belantara. Keajaiban 40 tahun ini dimulai sebelum anak-anak Israel mencapai Gunung Sinai.

Baca Keluaran 16:4-30, terutama fokus pada ayat 23-30. Bagaimana­kah ayat ini membuktikan keberadaan Sabat hari ketujuh Sabat sebelum pengalaman di Gunung Sinai?
Keluaran 16:23-30
16:23 Lalu berkatalah Musa kepada mereka: "Inilah yang dimaksudkan TUHAN: Besok adalah hari perhentian penuh, sabat yang kudus bagi TUHAN; maka roti yang perlu kamu bakar, bakarlah, dan apa yang perlu kamu masak, masaklah; dan segala kelebihannya biarkanlah di tempatnya untuk disimpan sampai pagi."
16:24 Mereka membiarkannya di tempatnya sampai keesokan harinya, seperti yang diperintahkan Musa; lalu tidaklah berbau busuk dan tidak ada ulat di dalamnya.
16:25 Selanjutnya kata Musa: "Makanlah itu pada hari ini, sebab hari ini adalah sabat untuk TUHAN, pada hari ini tidaklah kamu mendapatnya di padang.
16:26 Enam hari lamanya kamu memungutnya, tetapi pada hari yang ketujuh ada sabat; maka roti itu tidak ada pada hari itu."
16:27 Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatnya.
16:28 Sebab itu TUHAN berfirman kepada Musa: "Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku?
16:29 Perhatikanlah, TUHAN telah memberikan sabat itu kepadamu; itulah sebabnya pada hari keenam Ia memberikan kepadamu roti untuk dua hari. Tinggallah kamu di tempatmu masing-masing, seorangpun tidak boleh keluar dari tempatnya pada hari ketujuh itu."
16:30 Lalu beristirahatlah bangsa itu pada hari ketujuh.

Perhatikan perkataan Allah kepada Musa dalam ayat 28, "Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku?" Sebuah petunjuk yang jelas bahwa hukum Allah dan perintah-perintah-Nya telah ada sebelum pe-nyataan di Sinai, dan bahwadi antara perintah-perintah dan hukum itu ialah Sabat hari ketujuh. Jadi, walaupun sesuatu yang sangat besar terjadi dengan pemberian hukum di Sinai, Sepuluh Hukum itu sendiri dengan jelas tidaklah baru.

Bagaimanakah pengalaman Sabat Anda? Apakah Anda mencintai hari Sabat, takut terhadapnya, atau Anda merasa bertentangan dengannya? Apakah yang dapat Anda lakukari untuk memiliki pengalaman yang lebih dalam dan lebih kaya dengan Allah melalui karunia hari Sabat-Nya?

Rabu 8 Februari
HUKUM DAN NABI-NABI

Sedikit saja argumen yang menentang keberadaan hukum sesudah Sinai. Tulisan-tulisan Perjanjian Lama penuh dengan referensi terhadap hukum itu. Dan meskipun, sangat sering, referensi-referensi ini berhubungan dengan pelanggaran Bangsa Israef terhadap hukum dan hukuman yang datang sesudah itu, ayat yang lain menyatakan kasih yang besar dan penghormatan orang Israel terhadap sepuluh hukum itu, bukan hanya sepuluh hukum tetapi termasuk semua peraturan dan ketetapan-ketetapan yang Allah telah berikan kepada umat-Nya.

Dalam hal apakah ayat-ayat berikut memuji hukum? Sikap apakah yang mereka nyatakan?
Yes. 48:17, 18
48:17 Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.
48:18 Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,

Mzm. 119:69-72
119:69. Orang yang kurang ajar menodai aku dengan dusta, tetapi aku, dengan segenap hati aku akan memegang titah-titah-Mu.
119:70 Hati mereka tebal seperti lemak, tetapi aku, Taurat-Mu ialah kesukaanku.
119:71. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.
119:72. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak.

Mzm. 119:97-103
119:97. Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.
119:98. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.
119:99 Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.
119:100 Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu.
119:101. Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu.
119:102. Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.
119:103. Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.

Yer 31:33
31:33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.

Berlawanan dengan kepercayaan populer, walaupun orang Israel (idealnya) mencintai hukum, bagi mereka yang mengerti fungsi hukum itu tidak pernah melihat hukum sebagai alat keselamatan. Agama orang Ibrani selalu merupakan agama kasih karunia, bahkan walaupun orang-orang beralih dari satu ekstrem kepada ekstrem yang lain: dari menginjak-injak hukum secara terbuka dan mencolok, sebagaimana dalam periode bait suci pertama, kepada legalisme ekstrem, sebagaimana terlihat sangat jelas dalam kehidupan pada zaman Yesus.
Tetapi mengapa Bangsa Israel memiliki cinta seperti itu terhadap hukum? Lagipula, jika seseorang mengerti bahwa hukum bukan hanya meliputi sepuluh hukum tetapi seluruh pengajaran Kitab Perjanjian Lama, terutama lima buku Musa, maka Anda mengerti bahwa yang mereka cintai adalah pekabaran kese­lamatan, kasih karunia, dan penebusan. Mereka mencintai "kebenaran" yang dinyatakan kepada mereka dan mereka betul-betul memahaminya. Itu bukanlah cinta akan peraturan, tetapi cinta terhadap sekumpulan pedoman dan prin-sip-prinsip, yang jika dipelihara, akan membuka jalan bagi banyak berkat dan janji-janji, karena semua yang diberikan Allah kepada mereka adalah untuk kebaikan dan kesejahteraan mereka.
Apakah ada perbedaan sekarang ini?

Pikirkan semua yang Allah telah berikan kepada kita sebagai satu umat. Bagaimanakah kita dapat menghidupkan lebih baik lagi terang indah yang olehnya kita telah diberkati?

Kamis 9 Februari
HUKUM DALAM PERJANJIAN BARU

Dari awalnya, prinsip-prinsip sepuluh hukum telah diberikan kepada umat manusia di luar kasih Allah kepada bangsa tertentu. Hukum selalu bertujuan menjadi suatu berkat. Anda menuruti hukum, dan Anda terlindung dari pem-binasaan dosa; Anda tidak patuh, maka Anda akan menghadapi konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dari penghukuman. Secara pribadi, siapakah yang membutuhkan teologi hanya untuk mengetahui, betapa sakitnya dosa dan akibatnya? Seberapa seringkah Anda dapat membaca akibat-akibat dosa dalam menghadapi orang-orang yang telah dihancurkan oleh dosa?
Walaupun bagian-bagian dari Perjanjian Baru—khususnya tulisan Paulus— menangani orang-orang yang telah salah mengerti tentang tujuan hukum, namun perintah-perintah Allah telah diberikan dalam Perjanjian Baru dengan cara yang positif dan menggembirakan.

Baca Ibrani 8:10 dan 10:16. Bagaimanakah hukum Allah dinyatakan dalam ayat ini? Apakah hal tersebut masih relevan, atau telah ditiadakan oleh kasih karunia?
Ibrani 8:10 dan 10:16
8:10 "Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu," demikianlah firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.
10:16 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,

Sangat sering, kita melihat manusia berusaha menempatkan hukum bertentangan dengan kasih Allah atau kasih karunia Allah, gagasan tersebut menekankan bahwa jika Anda benar-benar mengasihi, maka hukum Allah tidak perlu dituruti. Dengan pengertian, seorang dapat menganjurkan bahwa kasih lebih penting daripada hukum, dalam hal ini seorang yang benar-benar mengasihi Allah dan orang lain telah menyatakan prinsip utama dari hukum. Tetapi ini bukanlah alasan untuk meniadakan hukum. Sebaliknya, kasih memenuhi hukum; kasih adalah ungkapan hukum dalam bentuknya yang paling murni.
Itu sama seperti bagian-bagian dari sebuah mobil. Bagian-bagian itu tidak ada yang berdiri sendiri; setiap bagian berhubungan satu sama lain sehingga mobil itu dapat pergi dari satu tempat ke tempat yang lain. Itulah tujuannya se­hingga mobil itu dapat bergerak. Namun, tanpa peran masing-masing bagian itu, mobil tidak dapat berfungsi. Demikian juga halnya dengan hukum: itu ti­dak dibuat untuk hukum itu sendiri, tetapi dibuat untuk satu tujuan, dan tujuan itu adalah untuk menunjukkan ungkapan kasih yang dalam, kasih kepada Allah dan kasih terhadap sesama manusia.

Bacalah ayat-ayat berikut ini. Bagaimanakah ayat-ayat ini menolong kita mengerti hubungan antara kasih dan hukum? Rm. 13:8-10; Gal. 5:14; Yak. 2:8; 1 Yoh. 5:2,3.
Rm. 13:8-10;
13:8 Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. 13:9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! 13:10 Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
 Gal. 5:14;
5:14 Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
Yak. 2:8;
2:8. Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik.
1 Yoh. 5:2,3
5:2 Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.
5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,

Renungkanlah lebih dalam hubungan antara hukum dan kasih Allah. Apakah jadinya penurutan hukum tanpa kasih? Juga apakah jadinya ka­sih tanpa penurutan hukum? Tuliskan pemikiran Anda dan sampaikan di kelas Anda pada hari Sabat.

Jumat 10 Februari

PENDALAMAN: "Kesepuluh aturan kudus yang difirmankan oleh Kristus di atas Bukit Sinai adalah penyataan tabiat Allah, dan menunjukkan kepada dunia fakta bahwa Dia memiliki hak hukum atas seluruh warisan umat manusia. Sepuluh hukum kasih yang besar itu yang diberikan kepada manusia ialah suara Allah dari surgayang berbicara kepada jiwa dengan janji. 'Turutilah ini, maka engkau tidak akan berada di bawah kuasa dan pengendalian Setan.' Tidak ada perintah negatif dalam hukum, walaupun mungkin tertulis begitu. Arti yang sesungguhnya adalah TURUTILAH, dan engkau akan HIDUP... Allah telah memberikan hukum-Nyayang kudus menjadi sebuah benteng perlindungan di sekeliling umat ciptaan-Nya."—Ellen G. White, Sons and Daughters of God, hlm. 53.
"Dalam pekerjaan penebusan tidak ada paksaan. Tidak ada paksaan yang digunakan dari luar. Di bawah pengaruh Roh Allah, manusiadiberi kebebasan memilih siapayang hendak dilayaninya. Dalam perubahan yang terjadi bilajiwa berserah kepada Kristus, terdapatlah rasa kebebasan yang paling tinggi.... Memang benar, kita tidak mempunyai kuasa untuk membebaskan diri dari pengendalian Setan; tetapi bila kita ingin dibebas-kan dari dosa, dan dalam keperluan kita yang besar berseru untuk mendapat kuasa di luar dan melebihi kuasadiri sendiri, makakuasajiwadipenuhi dengan tenaga llahi dari Roh Kudus, dan mereka mentaati bisikan dalam memenuhi kehendak Allah.
"Satu-satunya keadaan yang memungkinkan kemerdekaan manusia ialah menjadi satu dengan Kristus. 'Kebenaran itulah akan memerdekakan kamu,' dan Kristus ialah kebenaran itu. Dosa dapat menang hanyaoleh melemahkan pikiran, dan membinasa-kan kebebasan jiwa. Takluk kepada Allah ialah pemulihan kepada diri sendiri—kemuliaan sejati dan keluhuran manusia. Hukum llahi, yang kepadanya kita harus tak­luk, adalah 'hukum yang memerdekakan orang.' Yak. 2: 12."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 80.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKA1M:
1.      Diskusikan jawaban Anda untuk pertanyaan hari Kamis tentang hukum dan kasih. Seperti apakah memelihara hukum tanpa kasih? Bagaimanakah hal itu sering dinyatakan? Dalam waktu yang sama, seperti apakah kasih tanpa me­melihara hukum? Jenis kasih seperti apakah itu, jika sama sekaii hanya kasih? Mengapa kedua hal itu perlu dihubungkan?
2.      Dalam hal apakah hukum menyatakan karakter Pemberi hukum itu? Bagai­manakah hukum Allah menyatakan kepada kita seperti apa Allah itu?
3.      Apakah maksud Ellen White ketika dia berbicara mengenai hukum menjadi suatu "hukum kebebasan?" Bagaimanakah penurutan terhadap hukum itu dapat disamakan dengan "kebebasan?"
4.      Contoh apakah yang dapat kita temukan di dunia ini, dan di antara kita semua, mengenai apa yang terjadi ketika manusia melanggar hukum Allah? Seberapa kuatkah nilai kesaksian dari contoh-contoh ini dan mengesahkan ke­benaran dari hukum tersebut?
RANGKUMAN: Hukum Allah ialah ungkapan kasih-Nya, dan bilamana kita mengasihi sebagaimana Allah mengasihi kita, kita akan benar-benar menyatakan hukum itu dalam segala keindahan dan kuasanya.


PRATINJAU Pelajaran 7
Tuhan atas Hari Sabat

Sab at Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kej. 2:1-3; Kel. 20:8-12; Ul. 5:12-15; Mat. 12:1-13; Yah. 9, 19:30.

AYAT HAFALAN: "Lalu kata Yesus kepada mereka: 'Hari Sabat di-adakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat"' (Markus 2:27,28).

Pokok Pikiran: Sabat hari ketujuh, dalam segala hal, memfokuskan kita kepada Yesus, Pencipta kita dan Penebus kita.
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, la pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Se­gala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglahseorangyangdiutus Allah, namanyaYohanes;iadatang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. la bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian ten­tang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. la telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari da-rah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah'' (Yoh. 1:1-13).
Ayat-ayat ini, tentu saja, menunjuk kepada Yesus, Yesus sebagai Oknum yang menjadikan "segala sesuatu" dan Yesus sebagai Oknum yang memberi­kan keselamatan kepada mereka yang "percaya dalam nama-Nya." Jadi, Yesus adalah Peacipta dan Yesus adalah Penebus. Dan, sebagaimana Alkitab nyata-kan kepada kita, kedua aspek penting yang telah Yesus lakukan ini ditemukan dalam perintah Sabat.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 18 Februari.

No comments:

Post a Comment