PELAJARAN 5 TRIWULAN I 2012


Kekudusan Allah

Sabat Petang
BACALAH  UNTUK  PELAJARAN  PEKAN  INI: Matius 11:10; Markus 1:2; Ke-jadian 2:3; Ayub 42:5, 6; Lukas 5:1-11; 4:31-36; Yesaya 6:1-3; Wahyu 4:8, 9.

AYAT HAFALAN: "Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang kudus! Sebab kuduslah TUHAN, Allah kita!" (Mazmur 99:9).

Pokok Pikiran: Kitab Suci memberikan banyak perhatian kepada kekudusan Allah. Bagaimanakah kekudusan ini menceritakan kepada kita mengenai siapa Allah itu dan apa artinya itu untuk rencana keselamatan?
Salah satu yang paling pokok dari asumsi semua penulis Alkitab ialah bahwa Allah ada di surga. Tidak seorang pun pernah menyatakan suatu keraguan tentang hal itu; tidak seorang pun juga membuat semacam upaya untuk membuktikannya. Keberadaan Allah ialah sesuatu yang diberikan, sebuah titik pangkal, ibarat sebuah aksioma (pernyataan yang dapat diterima sebagai kebe-naran tanpa pembuktian) dalam ilmu ukur.
Malahan dalam 66 buku Kitab Suci kitamenemukan sebuah ceritayang luas seperti apa Allah itu dan bagaimana Dia berhubungan dengan kita umat manusia yang telah jatuh, yang Dia rindu untuk menebusnya.
Pelajaran pekan ini berpusat pada satu aspek mengenai sifat Allah yang mendasar dalam Kitab Suci, dan itu adalah kekudusan Allah. Ya, Allah itu ka­sih. Dan Allah meminta kita memanggil-Nya "Bapa." Dan ya, Allah itu sabar, pengampun, dan peduli.
Tetapi, berdasarkan Kitab Suci, pokok utama pemahaman kita tentang Allah adalah kekudusan-Nya. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kekudusan Allah mendasari penyataan-Nya tentang diri-Nya. Tema ini muncul di seluruh Alkitab dalam satu cara atau cara lain.
Namun, apakah artinya mengatakan bahwa Allah itu kudus? Bagaimanakah Alkitab melukiskan kekudusan-Nya? Dan bagaimanakah kita, sebagai makhluk yang najis karena dosa berhubungan dengan Allah yang kudus?
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 4 Februari

Minggu 29 Januari
"ADA TERTULIS"

Pelajaran yang dangkal mengenai sejarah gereja begitu mudah mengembangkan gagasan tentang Allah dan kemudian memuja gagasan-gagasan tersebut gantinya menyembah Allah, yaitu Allah yang dinyatakan dalam Alkitab. Sebagaimana Voltaire yang skeptis menyindir: "Allah membuat manusia menurut rupa-Nya, dan manusia memberikan kembali sebuah pujian." Kita mungkin tidak pernah menyadari bahwa pengertian kita tentang Allah tidak lengkap atau bahkan salah.
Dengan demikian, kita harus kembali kepada Alkitab dan membandingkan pemikiran kita tentang Allah dengan apa yang diajarkan di sana. Dan pelajaran ini harus mencakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, karena di dalam keduanya Tuhan berbicara kepada kita. Hal ini sangat penting karena beberapa orang telah memperdebatkan bahwa Allah yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Baru berbeda dari Allah yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama. Ajaran itu tidak diterima umat Masehi Advent Hari Ketujuh, tidak juga diajarkan dalam Alkitab.

Ungkapan apakah yang menjelaskan nabi-nabi Perjanjian Lama berulang-ulang? Yeremia 7:1-3.
7:1. Firman yang datang kepada Yeremia dari pada TUHAN, bunyinya:
7:2 "Berdirilah di pintu gerbang rumah TUHAN, serukanlah di sana firman ini dan katakanlah: Dengarlah firman TUHAN, hai sekalian orang Yehuda yang masuk melalui semua pintu gerbang ini untuk sujud menyembah kepada TUHAN!
7:3 Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini.

Ribuan kali pekabaran nubuatan Perjanjian Lama disampaikan dengan ung­kapan "beginilah firman Tuhan" atau sejenisnya. Hal ini seharusnya mengingatkan kita bahwa nabi tidak semata-mata hanya berbicara mengenai Allah tetapi Allah berbicara atas diri-Nya sendiri melalui nabi.
Dalam waktu yang sama, Kitab Perjanjian Baru penuh dengan referensi demi referensi dari Kitab Perjanjian Lama. Faktanya, keseluruhan teologi Perjanjian Baru berhubungan dengan Perjanjian Lama. Salah satu contoh, bagaimanakah seseorang memahami pengorbanan Yesus terlepas dari seluruh sistem pengorbanan yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama? Berapa kalikah Yesus, sebagaimana para penulis Perjanjian Baru, merujuk kepada ayat-ayat Perjanjian Lama untuk menunjang penjelasan dan maksud mereka? Seluruh tulisan Perjanjian Baru mendapatkan dasar teologinya dari Perjanjian Lama. Tidak ada dasar kebenaran untuk pemisahan radikal di antara keduanya. Segala tulisan Alkitab—baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru—diilhamkan oleh Allah (2 Tim. 3:16).

Bacalah ayat-ayat berikut. Bagaimanakah ayat tersebut menolong kita melihat hubungan antara kitab Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama? Apakah yang diceritakan kepada kita tentang Yesus, merujuk ke Perjan­jian Lama, seperti para penulis Perjanjian Baru? Mat. 4:4; 11:10; Mrk. 1:2; 7:6; Yoh. 12:14, 15; Kis. 13:33; Rm. 3:10; Gal. 3:13; I Ptr. 1:16; 1 Kor. 5:7.
Mat. 4:4; 11:10;
4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
11:10 Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.

Mrk. 1:2; 7:6;
1:2 Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: "Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu;
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.

Yoh. 12:14, 15;
12:14 Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis:
12:15 "Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai."

Kis. 13:33;
13:33 telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini.

Rm. 3:10;
3:10 seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.

Gal. 3:13;
3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

I Ptr. 1:16;
1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

1 Kor. 5:7.
5:7. Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.
                                                                                                                  
Mark Twain suatu kali berkata bahwa bukan bagian Alkitab yang tidak dia mengerti yang mengganggu dia; tetapi bagian yang dia mengerti. Siapakah yang tidak menemukan bagian-bagian Alkitab yang menyulitkan? Perhatikan apa yang disebutkan mengenai Alkitab itu sendiri (2 Tim. 3:16), bagaimanakah seharusnya kita merespons bagian-bagian yang kita tidak pahami. atau mungkin yang tidak kita sukai? (Lihat juga 1 Kor. 13:12).

Senin 30 Januari
DIASINGKAN

Apakah konsep pertama mengenai "kekudusan" (dari akar kata yang sama sering diterjemahkan "dikuduskan") disebutkan dalam Alkitab? Kejadian 2:3. Seberapa pentingkah fakta bahwa hal pertama yang dianggap kudus dalam Alkitab adalah waktu?
Kejadian 2:3
2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

Ayat ini memberi kita pemahaman pertama mengenai kekudusan. Itu menunjukkan bahwa sesuatu, dalam hal ini waktu, "diasingkan" dari apa yang di sekitarnya. Hari ketujuh sendiri tidak ada bedanya dari 24 jam yang lain, dari periode matahari terbenam ke matahari terbenam; yang membuat itu berbeda, "kudus," adalah karena Allah mengatakannya demikian. Dia mengasingkannya dari hari-hari sepekan lainnya.
Kata yang digunakan dalam Bahasa Ibrani untuk "dikuduskan" berarti "mem­buat menjadi kudus" atau "menyatakan kudus." Kekudusan kemudian menyatakan secara tidak langsung bahwa segala sesuatu yang "kudus" adalah spesial, sesuatu yang diasingkan atau dipisahkan dari apa yang tidak kudus.
Kemudian, untuk beberapa tingkat, gambaran ini akan menolong kita me­mahami kekudusan Allah. Allah memisahkan diri dari segala sesuatu yang lain dalam ciptaan. Dia terpisah sangat jauh di atas dan melampaui segala sesuatu yang dapat kita pahami. Menjadi kudus adalah menjadi "lain" menjadi berbeda dalam cara yang khusus, sebagaimana dengan Sabat hari ketujuh.

Bagaimanakah ayat-ayat ini menolong kita memahami kekudusan Allah? Kel. 15:11; 1 Sam. 2:2; Mzm. 86:8-10; Mzm. 99:1-3; Yes. 40:25.
Kel. 15:11;
15:11 Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?
1 Sam. 2:2;
2:2 Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita.

Mzm. 86:8-10;
86:8. Tidak ada seperti Engkau di antara para allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang Kaubuat.
86:9 Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu.
86:10 Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah.

Mzm. 99:1-3;
99:1. TUHAN itu Raja, maka bangsa-bangsa gemetar. Ia duduk di atas kerub-kerub, maka bumi goyang.
99:2 TUHAN itu maha besar di Sion, dan Ia tinggi mengatasi segala bangsa.
99:3 Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia!

Yes. 40:25.
40:25 Dengan siapa hendak kamu samakan Aku, seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.

Konsep kekudusan ini seharusnya menolong kita lebih baik memahami jurang pemisah antara Allah yang kudus dengan suku bangsa yang tidak kudus—satu umat, yang secara nyata adalah orang-orang berdosa. Allah terpisah dari kita, bukan hanya karena Dia adalah Pencipta dan kita adalah ciptaan tetapi karena kita telah jatuh dalam dosa. Semua ini seharusnya, menolong kita memahami lebih baik apa yang Kristus telah lakukan bagi kita.
Walaupun kita diciptakan dalam gambar dan rupa Allah, apakah yang membuat kita berbeda sama sekali dari Dia? Bagaimanakah perbedaan ini menolong kita untuk lebih menyadari kebutuhan kita akan Juruselamat? Buatlah sebuah daftar dari perbedaan-perbedaan tersebut dan bawa di kelas Anda pada hari Sabat.

Selasa 31 Januari
MENYESAL DALAM DEBU DAN ABU

Sesudah memikul penderitaan kejam di tangan Setan, Ayubpun menangis: "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu" (Ayub 42:5,6). Apakah yang dikatakan respons ini kepada kita mengenai kekudusan Allah dibandingkan dengan keberdosaan manusia? Bagaimanakah Injil diajarkan dalam reaksi Ayub terhadap penderitaan yang dia alami?

Nabi Yehezkiel, yang diutus Allah kepada Bangsa Israel (walaupun mereka adalah tawanan di Babel sebagai akibat dari ketidaksediaan mereka),juga mengalami dahsyatnya kehadiran Allah. Apakah yang terjadi? (Yeh. 1:28).
1:28 Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.

Yakub melarikan diri dari rumah sesudah menipu ayahnya Ishak dan saudara kembarnya Esau. Apakah respons Yakub setelah ia bermimpi melihat tangga yang terhubung ke surga dan Allah berbicara kepadanya? (Kej. 28:16,17).
28:16. Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya."
28:17 Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga."

Ketika Bangsa Israel berkemah di Sinai, Allah kembali turun dalam awan di gunung itu dan menyatakan diri-Nya kepada Musa. Bagaimanakah reaksi Musa? (Kel. 34:8).
Kel. 34:8
34:8 Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah

Daniel, nabi yang lain selama penawanan orang Israel di Babel, juga menerima penglihatan-penglihatan besar dari Allah ketika dia melayani sebagai pejabat tinggi pemerintahan.

Walaupun berkali-kali diberitahukan bahwa dia dikasihi di surga, ba­gaimanakah Daniel bereaksi ketika mendapat penglihatan dari Allah? Menurut Anda mengapa dia bereaksi seperti itu? Dan. 10:5-8.
10:5 kuangkat mukaku, lalu kulihat, tampak seorang yang berpakaian kain lenan dan berikat pinggang emas dari ufas.
10:6 Tubuhnya seperti permata Tarsis dan wajahnya seperti cahaya kilat; matanya seperti suluh yang menyala-nyala, lengan dan kakinya seperti kilau tembaga yang digilap, dan suara ucapannya seperti gaduh orang banyak.
10:7 Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi;
10:8 demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku.

Meskipun orang-orang ini beriman, saleh, dan benar—dan bahkan nabi— reaksi mereka terhadap kehadiran Allah ialah ketakutan, gemetar, dan menyembah. Itu semuanya pastilah karena, di antara hal-hal yang lain, mereka merasakan keberdosaan dan ketidaklayakan mereka sendiri, dibandingkan dengan kekudusan Allah. Dengan cara mereka sendiri, perikop-perikop ini memberikan gambaran perlunya Seorang Juruselamat, Seorang Pengganti, Seseorang untuk menjembatani jurang pemisah antara Allah yang kudus dengan ciptaan yang telah jatuh ke dalam dosa seperti kita ini. Terima kasih kepada Allah, kita mempunyai jembatan itu dalam Yesus.

Bayangkan diri Anda sendiri mempunyai pengalaman yang sama de­ngan salah satu nabi yang disebutkan di atas. Kira-kira bagaimanakah re­aksi Anda, dan mengapa?

Rabu 1 Februari
PERGILAH DARI PADAKU!

Dalam kitab Perjanjian Lama, kita menemukan sebuah catatan yang konsisten mengenai berbagai respons manusia terhadap Allah yang kudus. Bagaimana­kah dalam Perjanjian Baru? Beberapa orang Kristen modern memperdebatkan bahwa kitab Perjanjian Lama menyatakan gambaran yang primitif dan sudah kedaluwarsa tentang Allah, satu Allah yang sangat kejam dan sangat gampang marah. Tetapi ketika Yesus datang, Dia sekarang adalah Allah yang penuh rahmat dan kasih. Tentu saja, kita tahu, bahwa hal ini merupakan pandangan yang menyimpang dari Alkitab dan karakter Allah yang tidak perrtah berubah.

Apakah yang diajarkan para penulis Alkitab Perjanjian Baru kepada kita mengenai kekudusan Allah? Bacalah Lukas 5:1-11. Bagaimanakah hal ini menunjukkan konsistensi antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengenai kekudusan Allah?
5:1. Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.
5:2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.
5:3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.
5:4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
5:5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
5:6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
5:7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
5:9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;
5:10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
5:11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Sesudah mereka bekerja keras dan tidak berhasil sepanjang malam sebagai nelayan, Yesus rnenyediakan sebuah mukjizat menangkap ikan bagi murid-murid-Nya yang telah bekerja keras. Ketika hal itu terjadi, respons manusia normal biasanya adalah berterima kasih kepada Yesus atas bantuan finansial yang luar biasa seperti itu. Namun, respons Petrus, berfokus padahal lain. Reaksinya lebih menyerupai para tokoh Alkitab Perjanjian Lama yang bertemu dengan Allah.
"Tetapi kini Petrus tidak lagi menghiraukan akan perahu dan muatannya. Mukjizat ini melebihi segala sesuatu yang pernah disaksikannya, karena hal ini baginya adalah menjadi suatu kenyataan kuasa llahi. Pada wajah Yesus ia telah lihat Seorang yang mengendalikan semesta alam.Hadirnya Keilahian-Nya telah menyatakan bahwa ia tidak suci. Cinta bagi Tuhan-Nya, malu akan kurang percayanya, bersyukur akan kerendahan hati Kristus, terlebih pula perasaan akan kecemarannya di hadapan kesucian yang kekal telah mengalahkan dia. Di kala teman-temannya mengeluarkan ikan-ikan dari dalam pukat, Petrus jatuh di kaki Juruselamat sambil berkata, 'Tuhan pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.'"—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 255.
Mengapa bereaksi seperti ini? Itu karenakita tidak di dalam Taman Eden lagi, di mana Adam dan Hawa—sebelum mereka jatuh ke dalam dosa—menyambut kehadiran Allah dalam kesejukan malam. Keakraban ini secara dramatis beru­bah dengan seketika sesudah kejatuhan, pada waktu pasangan itu lari dan bersembunyi. Tidak banyak yang berubah sejak itu. Tentu saja, reaksi ini menjadi gambaran yang konsisten di seluruh ayat Alkitab. Kapan pun seseorang kalau benar-benar bertemu dengan Allah yang hidup, di sana ada kengerian setelah akhirnya menyadari keberdosaannya sendiri.

Kapankah terakhir kali Anda melihat dengan jelas sifat Anda sendiri yang penuh dosa? Penglihatan yang cukup mengerikan, bukan? Pengharapan apakah yang Anda miliki, dan mengapa?

Kamis 2 Februari
KETIKA SETAN BERBICARA

Baca Lukas 4:31-36. Kesaksian apakah yang diberikan tentang kekudusan Kristus? Apakah yang penting dari orang yang memberi kesaksian itu juga? Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari cerita ini mengenai kekudusan Allah?
4:31. Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat.
4:32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.
4:33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras:
4:34 "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah."
4:35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya.
4:36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar."

Setan-setan, yaitu malaikat-malaikat yang jatuh, mengingat siapa sebenarnya Yesus itu, dan bahkan dalam kejahatan, kebencian, dan pemberontakan mereka —terpaksa mereka harus mengakui bahwa Dia adalah kudus. Perhatikan juga bahwa mereka takut ketika Dia ingin menghancurkan mereka. Mengapa sangat ketakutan? Demikianlah seharusnya, karena penuh dengan dosa, bahkan malaikat Setan pun takut berhadapan dengan kehadiran kekudusan Allah, agak sama dengan cara yang dilakukan umat manusia yang telah befdosa.
Dalam buku terakhir Alkitab, Yohanes menggambarkan saat dia menerima penglihatan dari Allah. Baca Wahyu 1:12-17. Yohanes, kadang-kadang dirujuk sebagai rasul yang memiliki pengertian yang paling besar tentang kasih Allah, menunjukkan respons yang sama ketika bertemu dengan Allah yang kudus sebagaimana kita lihat dalam kitab Perjanjiah Lama. Selain itu, sebuah penglihatan tentang bagaimana penghuni surga menyembah Allah dalam bait suci surgawi memberi sebuah gambaran yang sama dengan apa yang Yesaya gambarkan pada abad-abad permulaan dalam sebuah penglihatan (Lihat Yesaya 6:1-3).

Apakah seruan yang Yohanes dengar dari para makhluk surgawi yang berada di sekitar takhta-Nya? Wahyu 4:8, 9.
4:8. Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
4:9 Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,

Walaupun Allah adalah kasih dan seluruh penghuni surga memuja Dia, kita dapat melihat bahwa, di sekeliling takhta Allah, nyanyian pujian penyembahan bukanlah: "Allah adalah kasih, kasih, kasih." Seluruh makhluk surge tidak juga berseru, "Allah itu baik, baik, baik." Malahan, siang dan malam mereka berseru, "Kudus, kudus, kudus, Tuhan Allah Yang Mahakuasa." Meskipun seluruh penduduk surga terlibat dalam pelayanan kasih Allah dan untuk keselamatan dunia ini, makhluk-makhluk surgawi di sekeliling takhta-Nya siang dan malam memuji kekudusan Allah. Sebagai orang yang tidak berdosa, mereka kagum oleh kekudus­an-Nya, tetapi mereka tidak bersembunyi karena ketakutan terhadap kekudusan itu, seperti yang dilakukan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa. - Dalam semua pertemuan manusia dengan llahi seperti digambarkan dalam Alkitab, tidak satu pun pernah menemukan kesan bahwa Allah itu menakutkan. Sebaliknya, yang kita temukan adalah, dalam pancaran cahaya kekudusan-Nya, umat manusia itu akhirnya melihat keadaan diri mereka yang sesungguhnya. Dan hal itu sangat menakutkan. Dalam Kitab Suci, ketika manusia benar-benar berte­mu dengan Allah, kita menemukan tidak ada tepuk tangan, beramah-tamah, dan menyanyi kegirangan. Yang ada di situ hanya pertobatan pribadi. Masing-masing melihat dan mengakui kesalahan pribadi mereka dan tanpa alasan dan tanpa meng-hubungkan kesalahannya kepada orang lain. Betapa berbedanya kata-kata kita, ke-hidupan kita, dan tindakan kita sekiranya kita semua hidup dengan pendirian yang tetap, bukan hanya terhadap kehadiran Allah tetapi kekudusan-Nya, juga.

Jumat 3 Februari

PENDALAMAN: Sementara Kristus berdiri di hadapan khalayak ramai yang berdagang di bait suci, "Kekacauan itu terdiam. Bunyi perdagangan dan tawar-menawar telah berhenti. Perasaan kagum menguasai himpunan itu. Adalah seolah-olah mereka didakwa di hadapan meja pengadilan Allah untuk memberi jawab atas segala perbuatan mereka. Ketika memandang kepada Kristus, mereka melihat Keilahian memancar dari jubah kemanusiaan. Yang Mahabesar dari surga berdiri sebagaimana Hakim akan berdiri kelak di akhirat, kini bukannya dikelilingi dengan kemuliaan yang kelak akan menyertai Dia, melainkan dengan kuasa yang sama untuk membaca jiwa. Mata-Nya menatap orang banyak itu, dan memperhatikan setiap orang. Perawakan-Nya nampaknya menjulang di antara mereka dengan keagungan yang penuh kuasa dan cahaya llahi menerangi wajah-Nya. la berbicara, dan suara-Nya terang dan nyaring itu—yaitu suara yang di atas Gunung Sinai mengumumkan Taurat yang dilanggar oleh imam-imam dan penghulu-penghulu itu—terdengar menggema melalui segala kubah bait suci itu: 'Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.' "Dengan perlahan-lahan turun dari tangga itu, serta mengangkat cambuk tali yang terkumpul ketika masuk ke dalam ruangan itu, disuruh-Nya orang-orang yang sedang tawar-menawar pergi dari pekarangan Bait Suci itu. Dengan semangat dan kekerasan yang belum pernah ditunjukkan-Nya dahulu,
dibalikkan-Nya meja orang-orang yang sedang tukar menukar uang itu.... Tidak seorang pun berani menanyai wewenang-Nya.... Yesus tidak menyesah mereka dengan cam­buk itu, tetapi pada tangan-Nya cambuk yang sederhana itu tampaknya dahsyat seperti sebilah pedang yang berkilau-kilauan. Para pegawai Bait Suci, imam-imam yang berspekulasi, para tengkulak, pedagang dan pedagang ternak beserta segala domba-domba dan lembu-kambing mereka, berlarian kucar-kacir dari tempat itu, dengan satu-satunya pikiran hendak melepaskan diri dari hukuman hadirat-Nya."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 158, 159.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.      Dalam kelas, lihatlah jawaban Anda untuk pelajaran hari Senin perta-nyaan terakhir. Apakah perbedaan utama antara kita dan Allah yang kudus? Jika ada, apakah cara untuk menghapuskan perbedaan itu?
2.      Menurut pelajaran pekan ini, mengapa lebih mudah melihat kebenaran diri dan kepuasan diri, khususnya mengenai keadaan rohani yang dimiliki seseorang, dan mengapa ini merupakan tipuan yang sangat berbahaya?
3.      Pikirkan seseorang yang Anda tahu "kudus," yang terlihat tulus, jujur, bersih dan seterusnya; seorang yang sungguh-sungguh "memisahkan diri" dari kebanyakan orang. Bagaimanakah respons Anda kepada orang itu? Apakah dia membuat Anda merasa baik atau buruk, dan mengapa?
RANGKUMAN: Boleh jadi lebih enak berfokus hanya pada kasih Allah daripada kekudusan-Nya, tetapi hal itu akan mengubah kebenaran. Kita perlu bertemu dengan kekudusan Allah yang menghanguskan hingga kita gemetar di hadapan-Nya. Memahami kekudusan Allah, dan keberdosaan kita, sangat penting untuk menolong kita mengerti secara keseluruhan arti pendamaian itu, me­ngapa hal itu mutlak diperlukan, dan mengapa sangat mahal harganya.


Pratinjau Pelajaran
6
*4-10 Februari 2012
Allah Pemberi Hukum
Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: lbrani 12:21;Roma 7:8-13; Ayub 24:14, 15; Keluaran 16:4-30; lbrani 8:10, JO: 16; Roma 13:8-10.

AYAT HAFALAN: "Sebab TUHAN ialah Hakim kita, TUHAN ialah yang memberi hukum bagi kita; TUHAN ialah Raja kita, Dia akan menyelamatkan kita" (Yesaya 33:22).

Pokok Pikiran: Hukum Allah adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh isi Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Itu juga  merupakan ekspresi dari kasih-Nya. Dengan demikian, ketika kita mengasihi, kita menyatakan kesempurnaan dan keindahan hukum Allah.

Sebagai umat Masehi Advent Hari Ketujuh, kita sering mendengar pernyataan bahwa hukum ialah catatan dari tabiat Allah. (Jika demikian, maka karena Allah tidak berubah, hukum, yang menyatakan tabiat-Nya— seharusnya tidak berubah juga). Namun demikian, itukah arti dari pernyataan bahwa hukum adalah ekspresi dari tabiat Allah?
Andaikan Anda tinggal di satu negeri dengan seorang raja yang perkataannya adalah hukum. ("Negara, itulah saya" seorang raja Perancis terkenal berkata). Sekarang, andaikan raja mengeluarkan hukum yang menindas, keji, penuh rasa benci, diskriminasi, dan seterusnya. Bukankah hukum ini akan menjadi gambaran dari sifat raja itu; tidakkah hukum itu akan menyatakan karakternya?
Pikirkan beberapa sejarah raja lalim yang paling buruk. Bagaimanakah hukum-hukum yang mereka keluarkan menyatakan orang seperti apa mereka?
Dalam pengertian ini, hukum menyatakan tabiat dari pemberi hukum itu. Kemudian, apakah yang dinyatakan hukum Allah mengenai Allah? Bilamana kita memahami hukum Allah sebagai pagar, sebuah perlindungan, sesuatu yang diciptakan untuk kita, demi kebaikan kita, maka kita akan lebih mengerti seperti apakah Allah itu.
Pekan ini kita akan mempelajari tentang hukum dan Pemberi hukum itu.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 11 Februari


No comments:

Post a Comment