PELAJARAN 8 TRIWULAN IV 2011



Dari Budak Menjadi Ahli Waris

Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Galatia 3:26-4:20; Roma 6:1-11; Ibrani 2:14-18; 4:14, 15; Roma 9:4, 5.

AYAT HAFALAN: "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah"
(Galatia 4:7).

Paulus mengatakan kepada jemaat Galatia agar mereka jangan lagi hidup dan berlaku seperti seorang budak melainkan seperti anak-anak Allah, dengan segala hak dan kesempatan yang menyertainya. Keadaan mereka sama seperti kisah seorang yang baru bertobat, saat mengalami kekecewaan dia mencurahkan isi hatinya kepada seorang Kristen orang Cina bernama Watch­man Nee.
"Tidak peduli betapa banyaknya saya berdoa, tidak peduli betapa kerasnya usaha saya, nampaknya saya tidak bisa setia kepada Tuhan saya. Saya rasa saya telah kehilangan keselamatan saya.' Nee berkata, 'Apakah kamu melihat anjing ini? Ini anjing saya. Anjing ini telah dilatih; untuk tidak mengotori rumah; sangat menurut; anjing ini menyukakan hati saya. Anak saya ada di dapur, se­orang anak laki-laki. Dia mengotori dapur rumah, dia membuang makanannya ke lantai, dan dia mengotori pakaiannya, sungguh dia membuat segalanya berantakan. Tetapi siapa yang akan mewarisi kerajaan saya? Bukan anjing saya; anak saya adalah ahli waris saya. Saudara adalah ahli waris Yesus Kristus karena untuk saudaralah Dia telah mati.'"—Lou Nicholes, Hebrews: Patterns for Living (Longwood, Fla.: Xulon Press, 2004), hlm. 31.
Kita, juga, ahli waris Allah, bukan karena jasa-jasa kita tetapi karena kasih karunia-Nya. Dalam Kristus kita mendapatkan lebih banyak daripada yang kita dapat peroleh sebelum Adam jatuh ke dalam dosa; inilah pokok yang Paulus sungguh-sungguh ingin ajarkan kepada umat percaya yang ada di Galatia, di saat mereka kehilangan arah dalam perjalanan iman mereka.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 19 November.

Minggu 13 November
KEADAAN KITA DI DALAM KRISTUS (GALATIA 3:26-29)

Cobalah renungkan Galatia 3:25, lalu baca Galatia 3:26. Bagaimanakah ayat ini dapat menolong kita untuk memahami apa hubungan kita de­ngan hukum, setelah kita ditebus oleh Yesus?
Galatia 3:25, 26
3:25 Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.
3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.

Kata sebab pada permulaan ayat 26 menunjukkan bahwa Paulus melihat hu­bungan langsung di antara ayat ini dan ayat sebelumnya. Pada saat mengatakan bahwa anak itu berada di bawah pengawasan hanya pada saat dia masih berada di bawah umur, Paulus sedang mengatakan bahwa mereka yang datang dengan iman pada Kristus bukan lagi di bawah umur; hubungan mereka dengan iman telah berubah karena sekarang mereka menjadi "anak-anak Allah" yang sudah dewasa.
Kata anak tentu tidaklah ditujukan hanya bagi anak laki-laki; Paulus dengan jelas memasukkan kaum wanita dalam kategori ini (Galatia 3:28). Alasan mengapa dia menggunakan kata laki-laki dan bukan anak-anak ialah karena dia mengingat bahwa dalam konsep Perjanjian Lama warisan itu disalurkan melalui anak laki-laki, demikian juga frase "anak-anak Allah" dirancang khusus bagi Bangsa Israel dalam Perjanjian Lama (Ulangan 14:1; Hosea 11:1). Dalam Kristus, bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah menikmati hubungan khusus dengan Allah yang tadinya hanya dimiliki oleh Bangsa Israel.

Apakah yang membuat baptisan itu menjadi peristiwa yang sangat penting? Galatia 3:27, 28; Roma 6:1-11; 1 Petrus 3:21.
Galatia 3:27, 28;
3:27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
3:28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

Roma 6:1-11;
6:1. Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
6:2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?
6:3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
6:5 Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
6:6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
6:7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
6:8 Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.
6:9 Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.
6:10 Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.
6:11 Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.

1 Petrus 3:21.
3:21. Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus,

Paulus memakai kata karena dalam ayat 27 sekali lagi menunjukkan perkembangan pemikirannya. Paulus melihat baptisan sebagai suatu keputusan yang radikal untuk menyatukan kehidupan kita dengan Kristus. Dalam Roma 6, dia menggambarkan baptisan secara simbolis merupakan lambang penyatuan kita dengan Yesus, baik melalui kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Dalam suratnya ke je­maat di Galatia, Paulus menggunakan kiasan yang lain: baptisan adalah peristiwa yang melambangkan bahwa kita telah dipakaikan kebenaran Kristus. Istilah yang Paulus gunakan sangat mempertimbangkan bagian-bagian dalam Perjanjian Lama yang membahas tentang ditutupi oleh pakaian kebenaran dan keselamatan (lihat Yesaya 61:10; Ayub 29:14). "Paulus memandang baptisan sebagai suatu kesempat­an di mana Kristus, yang diibaratkan dengan jubah, menutupi umat yang percaya. Meskipun dia tidak menggunakan kata yang sama, Paulus sedang menggambarkan kebenaran yang dianugerahkan kepada orang yang percaya."—Frank J. Matera, Galatians (Collegeville, Minn.: The Liturgical Press, 1992), hlm. 145.
Perpaduan kita dengan Kristus dilambangkan melalui upacara baptisan, hal ini berarti apa saja yang benar untuk Kristus adalah benar untuk kita. Sebab Kristus adalah "benih" Abraham, sebagai "pewaris, bersama dengan Kristus" (Roma 8:17), umat percaya juga menjadi ahli waris dari semua perjanjian yang telah dibuat untuk Abraham dan keturunannya.


Renungkanlah ide ini bahwa apa yang benar untuk Kristus adalah be­nar juga untuk kita. Bagaimanakah kebenaran yang ajaib ini dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita?


Senin 14 November
MEMPERHAMBAKAN DIRI KEPADA ROH-ROH DUNIA

Setelah membandingkan hubungan kita dengan Allah seperti anak-anak laki-laki dan ahli waris, Paulus sekarang menguraikan kiasan ini dengan memasukkan tema warisan dalam Galatia 4:1-3. Istilah yang Paulus gunakan, menggambarkan suatu keadaan di mana pemilik harta kekayaan itu telah meninggal, meninggalkan seluruh harta kekayaannya kepada anak tertua. Tetapi, anaknya itu, masih di bawah umur. Seperti yang terjadi hingga pada saat ini, surat wasiat itu menyatakan bahwa anaknya harus berada di bawah pengawasan para penjaga dan pengelola sampai dia telah dewasa. Meskipun dia memiliki gelar sebagai ahli waris kekayaan bapanya, sebagai anak yang di bawah umur, pada kenyataannya dia hampir sama dengan seorang budak.
Kiasan Paulus hampir sama dengan penuntun dalam Galatia 3:24, namun da­lam hal ini kekuasaan para penatalayan dan pengelola ini lebih besar dan lebih penting. Mereka tidak hanya bertanggung jawab mengasuh anak tuannya, namun mereka juga bertanggung jawab atas segala urusan keuangan dan administrasi sampai anak itu cukup dewasa untuk melakukanya untuk dirinya sendiri.

Baca Galatia 4:1-3. Apakah yang Paulus sebutkan, yang dapat memperjelas peranan hukum dalam kehidupan kita, jika kita sudah berada di dalam Kristus?
Galatia 4:1-3
4:1. Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;
4:2 tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.
4:3 Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia.

Sebenarnya apa yang Paulus maksudkan dengan kata "prinsip-prinsip dasar" (Galatia4:3, 8, ESV) atau"roh-roh" (TB) sangatlah membingungkan. Kata Yunani stoicheia sesungguhnya memiliki arti "elemen." Beberapa orang melihatnya seba­gai gambaran elemen dasar yang membentuk alam semesta (2 Petrus 3:10, 12); atau sebagai kekuasaan Setan yang mengendalikan masa-masa yang jahat saat ini (Kolose 2:15); atau sebagai prinsip-prinsip hidup beragama yang belum sempurna, atau asas-asas pokok agama (Ibrani5:12). Penekanan Paulus yang menyatakan bahwa keadaan manusia itu bagaikan seorang "anak di bawah umur" sebelum Yesus datang (Galatia 4:1-3) menunjukkan bahwa dia sedang merujuk pada prinsip-prinsip agama yang belum sempurna. Jika demikian, Paulus sedang mengatakan bahwa zaman Perjanjian Lama, dengan segala peraturan dan korban-korbannya, sesungguhnya adalah sebuah Injil yang memberikan garis besar konsep dasar tentang keselamatan. Dengan demikian, meskipun hukum upacara itu sangat penting dan berguna bagi Bangsa Israel, itu hanyalah bayangan dari apa yang akan datang. Hal itu tidak dimaksudkan untuk menggantikan tempat Kristus.
Mengatur kehidupan kita berdasarkan hukum ini gantinya menuruti Kristus sama seperti hendak kembali ke masa lampau. Sebab bilamana jemaat Galatia kembali pada elemen dasar sementara Kristus sudah datang, maka Paulus mengibaratkannya seperti seorang anak yang telah dewasa yang ingin menjadi anak kecil lagi!


Sementara iman seorang anak kecil dapat menjadi hal yang baik (Matius 18:3), apakah hal yang sama berguna untuk kedewasaan rohani? Atau dapatkah Anda berkata bahwa semakin Anda bertumbuh secara rohani, maka iman Anda semakin kekanak-kanakan? Seberapa besarkah iman Anda bila dibandingkan dengan iman seorang anak-anak yang "polos" dan benar-benar percaya?

Selasa 15 November
"ALLAH MENGUTUS ANAK-NYA" (GALATIA 4:4)

"Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat (Galatia 4:4).
Paulus memilih kata genap menunjukkan peran aktif Allah melakukan kehendak-Nya dalam sejarah manusia. Yesus tidak datang di sembarang waktu; Dia datang pada saat yang telah ditentukan oleh Allah. Dalam sejarah, waktu itu dikenal dengan istilah Pax Romana (Damai Roma), masa dua ratus tahun yang cukup stabil dan damai di seluruh kerajaan Roma. Penaklukan Roma atas wilayah di sekitar lautan tengah membawa damai, dengan satu bahasa, alat transportasi yang memadai, dan budaya yang sama turut memfasilitasi tersebarnya Injil dengan ce-pat. Dari sudut pandang Alkitab, menunjukkan waktu yang telah ditetapkan Allah bagi kedatangan Mesias yang telah dijanjikan (lihat Daniel 9:24-27).

Mengapa Kristus harus menjadi manusia untuk menebus kita? Yohanes 1:14; Galatia 4:4, 5; Roma 8:3, 4; 2 Korintus5:21; Filipi. 2:5-8; Ibrani2:l4-18; 4:14, 15.
Yohanes 1:14;
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Galatia 4:4, 5;
4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.

Roma 8:3, 4;
8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,
8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.

2 Korintus 5:21;
5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Filipi. 2:5-8;
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Ibrani 2:l4-18;
2:14. Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;
2:15 dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.
2:16 Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.
2:17 Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
2:18 Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.

4:14, 15.
4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Galatia 4:4, 5 mengandung salah satu kisah Injil yang paling ringkas dalam Alkitab. Kedatangan Yesus dalam sejarah manusia tidaklah terjadi secara kebetulan. "Allah mengutus Anak-Nya." Dengan kata lain, Allah mengambil inisiatif bagi keselamatan kita.
Secara tersirat dalam kalimat itu terkandung kepercayaan dasar umat Kristen mengenai Keilahian Kristus yang kekal (Yohanes 1:1-3, 18; Filipi. 2:5-9; Kolose 1:15-17). Allah tidak mengutus utusan surga. Dia sendiri datang.
Meskipun Dia adalah Anak Allah yang telah ada sebelumnya, Yesus juga "lahir dari seorang perempuan." Melalui kelahiran dari seorang perawan yang dinyatakan dalam kalimat ini, memberikan penekanan secara khusus mengenai kemanusiaan-Nya yang sejati.
Kalimat "takluk kepada hukum Taurat" bukan hanya menunjuk kepada wa­risan yang Yesus terima sebagai Bangsa Yahudi tetapi juga mencakup fakta bah­wa Dia juga menanggung hukuman kita.
Sangatlah penting bagi Kristus untuk mengenakan kemanusiaan kita karena kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Dengan menyatukan Keilahian-Nya dengan kemanusiaan kita yang telah jatuh dalam dosa, Kristus secara sah layak menjadi Pengganti kita, Juruselamat, dan Imam Besar kita. Sebagai Adam kedua, Dia datang untuk menuntut segala sesuatu yang telah hilang akibat pelanggaran yang dilakukan oleh Adam (Roma 5:12-21). Melalui penurutan-Nya Dia menggenapi sepenuhnya tuntutan hukum Taurat, dengan demikian la dapat menebus kegagalan tragis yang dilakukan Adam. Dan melalui kematian-Nya di salib, Dia menggenapi tuntutan hukum Taurat akan keadilan, yang menuntut kematian orang berdosa. Demikianlah la mendapatkan hak untuk menebus semua orang yang da­tang kepada-Nya dalam iman dan penyerahan yang sungguh-sungguh.

Rabu 16 November
HAK ISTIMEWA ANAK ANGKAT (GALATIA 4:5-7)

Dalam Galatia 4:5-7, Paulus memperluas tema yang dia berikan, dengan menekankan bahwa Kristus sekarang telah "menebus mereka yang takluk kepada hukum Taurat" (ayat 4,5). Kata menebus berarti "membeli lagi." Hal ini menyatakan harga yang telah dibayarkan untuk membeli kebebasan seorang tawanan atau seorang budak. Sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam konteks ini, penebusan menyatakan suatu masa lalu yang negatif: seseorang perlu dibebaskan.

Dari apakah kita perlu dibebaskan? Tentu ada banyak hal, Perjanjian Baru memberikan empat hal di antaranya yaitu: (1) dibebaskan dari Iblis dan jeratnya (Ibrani2:14, 15), (2) dibebaskan dari kematian (1 Korintus 15:56, 57), (3) dibe­baskan dari kuasa dosa yang sifatnya memperbudak kita (Roma 6:22), dan (4) di­bebaskan dari penghukuman hukum Taurat (Roma 3:19-24; Galatia 3:13; 4:5).

Apakah tujuan positif yang Kristus telah raih untuk kita melalui penebusan yang kita dapatkan di dalam Dia? Gal. 4:5-7;
4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.
4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
4:7 Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.

Ef. 1:5;
1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,

Rm. 8:15, 16, 23; 9:4, 5.
8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
9:4 Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji.
9:5 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!

Kita sering mengatakan segala sesuatu yang Kristus telah lakukan bagi kita sebagai "keselamatan." Meskipun ada benarnya, kata ini tidak lebih jelas daripada kata yang Paulus gunakan secara unik, yaitu kata adopsi (huiothesia). Meskipun Paulus merupakan satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang menggunakan kata ini, adopsi merupakan proses resmi yang cukup dikenal pada zaman pemerintah-an Yunani-Romawi. Beberapa penguasa Roma semasa hidup Paulus mengguna­kan adopsi sebagai suatu cara memilih seorang penggantinya bilamana mereka tidak memiliki keturunan. Adopsi menjamin hak-hak istimewa: "(1) Anak yang
diadopsi menjadi anak yang sesungguhnya... dari yang mengadopsinya___(2)
Yang mengadopsi setuju untukmembesarkan anak itu dengan sepantasnya dan me-nyediakan kebutuhan makanan dan pakaiannya. (3) Yang mengadopsi tidak dapat menyangkal anak yang telah diadopsinya. (4) Anak itu tidak dapat diubah status-nya menjadi hamba. (5) Orangtua biologis anak itu tidak dapat menuntut kembali anak yang telah diadopsi. (6) Adopsi itu memberikan hak untuk mewarisi harta orangtuanya."—Derek R. Moore-Crispin, "Galatians 4:1-9: The Use and Abuse of Parallels," The Evangelical Quarterly, vol. LXI/No. 3 (1989), hlm. 216.
Jika hak ini dijamin di atas dunia ini, bayangkanlah betapa besar kesempat-an yang kita miliki sebagai anak yang diadopsi oleh Allah!


Baca Galatia 4:6, menyadari bahwa kata Ibrani Abba merupakan sapaan yang sangat akrab oleh anak-anak untuk memanggil bapa mereka, seperti layaknya sebutan Daddy atau Papa saat sekarang ini. Yesus menggunakan kata itu dalam doanya (Markus 14:36), dan sebagai anak-anak Allah kita juga memiliki hak istimewa untuk memanggil Allah dengan sebutan yang sama, "Abba." ApakahAnda menikmati hubungan yang sangat dekat dengan Al­lah dalam hidup Anda? Jika tidak, apakah masalahnya? Apakah yang Anda dapat ubah agar mendapatkan hubungan yang dekat dengan Allah?
Galatia 4:6
4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"


Kamis 17 November
MENGAPA KEMBALI KE PERHAMBAAN? (GALATIA 4:8-20)

Baca Galatia 4:8-20. Ringkaskan apa yang Paulus sebutkan di sana. Betapa seriuskah dia menghadapi pengajaran yang salah di antara jemaat Galatia?
4:8. Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah.
4:9 Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?
4:10 Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.
4:11 Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.
4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu.
4:13 Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku.
4:14 Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri.
4:15 Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku.
4:16 Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
4:17. Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka.
4:18 Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu.
4:19. Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.
4:20 Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu.


Paulus tidak menggambarkan secara rinci praktik keagamaan di jemaat Ga­latia, namun dalam benaknya dengan jelas dia memiliki gambaran tentang sistern peribadatan yang mengakibatkan perhambaan rohani. Pada dasarnya, dia menganggap hal itu sebagai hal yang sangat berbahaya dan merusak sehingga dia menulis surat yang sangat emosional, yang mengamarkan jemaat Galatia bahwa apa yang mereka lakukan berhubungan dengan sikap mereka yang beralih dari status anak menjadi hamba.
Meskipun dia tidak memberikan penjelasan secara rinci, apakah yang disinggung oleh Paulus sehubungan dengan apa yang dilakukan oleh jema­at di Galatia yang menurutnya tidak dapat disetujui? Galatia 4:9-11.
Banyak yang menafsirkan referensi Paulus untuk " hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun" (Galatia 4:10) sebagai suatu penolakan bukan hanya terhadap hukum upacara melainkan terhadap hari Sabat juga. Penafsiran yang seperti ini, telah melampaui kenyataan yang ada. Seba­gai pengantar, jika Paulus benar-benar menginginkan untuk menyebutkan hari Sabat dan praktik-praktik Yahudi lainnya, sangat jelas dari Kolose 2:16 dengan sangat mudah dia dapat menyebutkannya. Kedua, Paulus menjelaskan bahwa apa saja yang jemaat Galatia lakukan, telah menuntun mereka dari kebebasan di dalam Kristus menuju perhambaan. "Jika pemeliharaan hari Sabat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh membawa seseorang kepada perhambaan, maka Sang Pencipta itu sendiri telah memasuki perhambaan pada saat Dia merayakan hari Sabat pertama di dunia!"The SDA Bible Commentary, jld. 6, hlm. 967. Selanjutnya, mengapa Yesus tidak hanya memelihara hari Sabat melainkan juga mengajarkan kepada orang lain tentang bagaimana memelihara hari Sabat, jikalau pemeliharaan Sabat itu justru telah menghilangkan kebebasan yang manusia peroleh di dalam Dia? (Baca Markus 2:27, 28; Lukas 13:10-16).
Markus 2:27, 28
2:27 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,
2:28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."

Lukas 13:10-16
13:10. Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat.
13:11 Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak.
13:12 Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."
13:13 Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.
13:14 Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat."
13:15 Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?
13:16 Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"

Apakah ada praktik-praktik dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketu­juh yang menjauhkan kita dari kebebasan yang kita miliki di dalam Kris­tus? Atau gantinya praktik itu sendiri yang bermasalah, bagaimanakah sikap kita terhadap praktik-praktik tersebut? Bagaimanakah sikap yang salah dapat menuntun kita kepada jenis perhambaan yang Paulus amarkan dengan penuh semangat kepada jemaat di Galatia?

Jumat 18 November
PENDALAMAN: "Dalam dewan musyawarah surga, telah direncanakan bahwa, sekalipun manusia jatuh dalam pelanggaran, mereka tidak binasa dalam ketidaktaatan mereka, tetapi, melalui iman di dalam Kristus sebagai pengganti dan jaminan mereka, dapat menjadi umat pilihan Allah yang ditentukan un­tuk diadopsi sebagai anak oleh Yesus Kristus kepada diri-Nya sendiri menurut kehendak-Nya. Allah menghendaki agar setiap orang selamat; karena rencana yang sempurna telah dibuat, dengan menyerahkan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus manusia. Mereka yang binasa akan binasa karena mereka menolak untuk diadopsi sebagai anak Allah melalui Yesus Kristus. Kesombongan manusia telah membuat mereka tidak mau menerima rencana keselamatan. Namun jasa perbuatan manusia tidak dapat membuat dia diterima di hadirat Allah. Apa yang membuat manusia dapat diterima di hadapan Allah adalah kasih karunia Kristus yang diberikan melalui iman dalam nama-Nya. Tidak ada bantuan yang dapat diberikan oleh perbuatan manusia demikian juga perasaan sukacita tidak dapat menjadi sebuah bukti bahwa dia adalah umat pilihan Al­lah; karena umat pilihan itu dipilih melalui Kristus."—Ellen G. White, "for the elect are chosen through Christ."—Ellen G. White, "Chosen in Christ," Signs of the Times, 2 Januari 1893.

PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.     Renungkanlah apakah artinya, menjadi seorang anak dalam perjalan-an kita dengan Tuhan. Aspek apa sajakah dari seorang anak yang kita upayakan sehubungan dengan iman dan hubungan kita dengan Allah? Pada saat yang sama, apa sajakah yang kita telah lakukan secara ber-lebihan sehubungan dengan ide di atas? Diskusikanlah.
2.     Apakah yang membuat manusia begitu takut sehubungan dengan ide tentang kasih karunia, dan keselamatan oleh iman saja? Mengapa banyak orang lebih memilih untuk membuat jalan keselamatan mereka sendiri, bilamana memungkinkan?
3.     Sebagai anggota kelas, ulangi lagi pertanyaan terakhir dari pelajaran hari Kamis. Dalam cara apakah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh masih terjerat dalam perhambaan padahal seharusnya kita sudah dibebaskan dari perhambaan itu? Bagaimanakah hal ini dapat terjadi kepada kita, bagaimanakah kita dapat mengetahui bahwa kita masih dalam perham­baan, dan bagaimanakah caranya agar kita memperoleh kebebasan?

RANGKUMAN: Dalam Kristus kita telah diadopsi sebagai putra putri-Nya. Sebagai anak-anak Allah, kita memiliki kesempatan untuk mendapatkan semua hak dan keistimewaan yang timbul dari hubungan kekeluargaan. Membina hu­bungan dengan Allah atas dasar ketentuan dan peraturan belaka adalah merupakan suatu kebodohan. Hal itu bagaikan seorang anak yang mau meninggalkan kedudukan dan warisannya agar dapat menjadi seorang hamba.



PRATINJAU Pelajaran 9
Nasihat Penggembalaan Paulus

Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Galatia 4:12-20; 1 Korintus 11:1; Filipi 3:17; 1 Korintus 9:19-23; 2 Korintus 4:7-12.

AYAT HAFALAN: "Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu" (Galatia 4:12).

Seperti yang kita sudah lihat, Paulus tidak menyampaikan nasihat yang tidak lengkap kepada jemaat di Galatia. Bahasanya yang lugas, bagaimanapun juga telah merefleksikan semangatnya sehubungan dengan pergumulan rohani di gereja itu. Di samping masalah teologi yang Paulus hadapi, kitab Galatia secara umum menunjukkan betapa pentingnya doktrin yang benar itu. Jika apa yang kita percayai bukanlah sesuatu yang sangat penting, jika doktrin yang benar itu tidak penting, mengapa Paulus nampaknya sangat bersungguh-sungguh, dan tidak menunjukkan kompromi, dalam suratnya? Sesungguhnya, apa yang kita percayai sangat menentukan dalam kehidupan kita, khususnya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari Injil.
Dalam Galatia 4:12-20 Paulus melanjutkan penjelasannya, meskipun dalam pendekatarvyang sedikit berbeda. Paulus telah membuat argumen teologi yang terperinci sebagai upaya untuk meyakinkan jemaat Galatia akan. kesalahan-kesalahan mereka, sekarang dia beralih kepada pendekatan dan nasihat peng­gembalaan. Berbeda dari guru-guru palsu yang tidak memperhatikan jemaat Galatia, Paulus menyatakan perhatian yang murni, rasa cemas, pengharapan, dan kasih sayang seorang gembala yang baik terhadap dombanya yang terse-sat. Dia tidak hanya memperbaiki doktrin yang ada; dia juga ingin melayani mereka yang sangat dia kasihi.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 26 November.

No comments:

Post a Comment