Dari Budak Menjadi Ahli Waris
Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Galatia 3:26-4:20; Roma
6:1-11; Ibrani 2:14-18; 4:14, 15; Roma 9:4, 5.
AYAT
HAFALAN: "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak,
maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah"
(Galatia 4:7).
Paulus mengatakan kepada jemaat Galatia agar mereka jangan lagi hidup dan
berlaku seperti seorang budak melainkan seperti anak-anak Allah, dengan segala
hak dan kesempatan yang menyertainya. Keadaan mereka sama seperti kisah seorang
yang baru bertobat, saat mengalami kekecewaan dia mencurahkan isi hatinya
kepada seorang Kristen orang Cina bernama Watchman Nee.
"Tidak peduli betapa banyaknya saya berdoa, tidak peduli
betapa kerasnya usaha saya, nampaknya saya tidak bisa setia kepada Tuhan saya.
Saya rasa saya telah kehilangan keselamatan saya.' Nee berkata, 'Apakah kamu
melihat anjing ini? Ini anjing saya. Anjing ini telah dilatih; untuk tidak
mengotori rumah; sangat menurut; anjing ini menyukakan hati saya. Anak saya ada
di dapur, seorang anak laki-laki. Dia mengotori dapur rumah, dia membuang
makanannya ke lantai, dan dia mengotori pakaiannya, sungguh dia membuat
segalanya berantakan. Tetapi siapa yang akan mewarisi kerajaan saya? Bukan
anjing saya; anak saya adalah ahli waris saya. Saudara adalah ahli waris Yesus
Kristus karena untuk saudaralah Dia telah mati.'"—Lou Nicholes, Hebrews: Patterns for Living (Longwood,
Fla.: Xulon Press, 2004), hlm. 31.
Kita, juga, ahli waris Allah, bukan karena jasa-jasa kita tetapi
karena kasih karunia-Nya. Dalam Kristus kita mendapatkan lebih banyak daripada
yang kita dapat peroleh sebelum Adam jatuh ke dalam dosa; inilah pokok yang
Paulus sungguh-sungguh ingin ajarkan kepada umat percaya yang ada di Galatia,
di saat mereka kehilangan arah dalam perjalanan iman mereka.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk
persiapan Sabat, 19 November.
Minggu 13 November
KEADAAN KITA DI DALAM KRISTUS (GALATIA 3:26-29)
Cobalah renungkan Galatia 3:25, lalu baca Galatia 3:26. Bagaimanakah
ayat ini dapat menolong kita untuk memahami apa hubungan kita dengan hukum,
setelah kita ditebus oleh Yesus?
Galatia 3:25, 26
3:25 Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di
bawah pengawasan penuntun.
3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus
Kristus.
Kata sebab pada permulaan ayat 26 menunjukkan bahwa Paulus
melihat hubungan langsung di antara ayat ini dan ayat sebelumnya. Pada saat
mengatakan bahwa anak itu berada di bawah pengawasan hanya pada saat dia masih
berada di bawah umur, Paulus sedang
mengatakan bahwa mereka yang datang dengan iman pada Kristus bukan lagi di
bawah umur; hubungan mereka dengan iman telah berubah karena sekarang mereka
menjadi "anak-anak Allah" yang sudah dewasa.
Kata anak tentu tidaklah ditujukan hanya bagi anak
laki-laki; Paulus dengan jelas memasukkan kaum wanita dalam kategori ini (Galatia
3:28). Alasan mengapa dia menggunakan kata laki-laki dan bukan anak-anak
ialah karena dia mengingat bahwa dalam konsep Perjanjian Lama warisan itu
disalurkan melalui anak laki-laki, demikian juga frase "anak-anak
Allah" dirancang khusus bagi Bangsa Israel dalam Perjanjian Lama (Ulangan
14:1; Hosea 11:1). Dalam Kristus, bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah
menikmati hubungan khusus dengan Allah yang tadinya hanya dimiliki oleh Bangsa
Israel.
Apakah yang membuat baptisan itu menjadi peristiwa yang sangat penting?
Galatia 3:27, 28; Roma 6:1-11; 1 Petrus 3:21.
Galatia 3:27, 28;
3:27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan
Kristus.
3:28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
adalah satu di dalam Kristus Yesus.
Roma 6:1-11;
6:1. Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun
dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?
6:2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah
kita masih dapat hidup di dalamnya?
6:3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam
Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari
antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam
hidup yang baru.
6:5 Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.
6:6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan,
supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi
kepada dosa.
6:7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
6:8 Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan
hidup juga dengan Dia.
6:9 Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang
mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.
6:10 Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk
selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.
6:11 Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi
dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.
1 Petrus 3:21.
3:21. Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu
baptisan--maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk
memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah--oleh kebangkitan Yesus Kristus,
Paulus memakai kata karena dalam ayat 27 sekali lagi
menunjukkan perkembangan pemikirannya. Paulus melihat baptisan sebagai suatu keputusan yang
radikal untuk menyatukan kehidupan kita dengan Kristus. Dalam Roma 6, dia menggambarkan
baptisan secara simbolis merupakan lambang penyatuan kita dengan Yesus, baik
melalui kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Dalam suratnya ke jemaat di Galatia,
Paulus menggunakan kiasan yang lain: baptisan adalah peristiwa yang
melambangkan bahwa kita telah dipakaikan kebenaran Kristus. Istilah yang Paulus
gunakan sangat mempertimbangkan bagian-bagian dalam Perjanjian Lama yang
membahas tentang ditutupi oleh pakaian kebenaran dan keselamatan (lihat
Yesaya 61:10; Ayub 29:14). "Paulus memandang baptisan sebagai suatu
kesempatan di mana Kristus, yang diibaratkan dengan jubah, menutupi umat yang
percaya. Meskipun dia tidak menggunakan kata yang sama, Paulus sedang
menggambarkan kebenaran yang dianugerahkan kepada orang yang percaya."—Frank J. Matera, Galatians
(Collegeville, Minn.: The Liturgical Press, 1992), hlm. 145.
Perpaduan kita dengan Kristus dilambangkan melalui upacara
baptisan, hal ini berarti apa saja yang benar untuk Kristus adalah benar untuk
kita. Sebab Kristus adalah "benih" Abraham, sebagai "pewaris, bersama dengan
Kristus" (Roma
8:17), umat percaya juga menjadi ahli waris dari semua perjanjian yang
telah dibuat untuk Abraham dan keturunannya.
Renungkanlah ide ini bahwa apa yang benar untuk Kristus adalah benar juga untuk kita. Bagaimanakah kebenaran yang ajaib ini dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita?
Senin 14 November
MEMPERHAMBAKAN DIRI KEPADA ROH-ROH DUNIA
Setelah membandingkan hubungan kita dengan Allah seperti anak-anak
laki-laki dan ahli waris, Paulus sekarang menguraikan kiasan ini dengan
memasukkan tema warisan dalam Galatia 4:1-3. Istilah yang Paulus gunakan, menggambarkan
suatu keadaan di mana pemilik harta kekayaan itu telah meninggal, meninggalkan
seluruh harta kekayaannya kepada anak tertua. Tetapi, anaknya itu, masih di
bawah umur. Seperti yang terjadi hingga pada saat ini, surat wasiat itu
menyatakan bahwa anaknya harus berada di bawah pengawasan para penjaga dan
pengelola sampai dia telah dewasa. Meskipun dia memiliki gelar sebagai ahli
waris kekayaan bapanya, sebagai anak yang di bawah umur, pada kenyataannya dia
hampir sama dengan seorang budak.
Kiasan Paulus hampir sama dengan penuntun dalam
Galatia 3:24, namun dalam hal ini
kekuasaan para penatalayan dan pengelola ini lebih besar dan lebih penting.
Mereka tidak hanya bertanggung jawab mengasuh anak tuannya, namun mereka juga
bertanggung jawab atas segala urusan keuangan dan administrasi sampai anak itu
cukup dewasa untuk melakukanya untuk dirinya sendiri.
Baca Galatia 4:1-3. Apakah yang Paulus sebutkan, yang dapat
memperjelas peranan hukum dalam kehidupan kita, jika kita sudah berada di dalam
Kristus?
Galatia 4:1-3
4:1. Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig,
sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan
dari segala sesuatu;
4:2 tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat
yang telah ditentukan oleh bapanya.
4:3 Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga
kepada roh-roh dunia.
Sebenarnya apa yang Paulus maksudkan dengan kata
"prinsip-prinsip dasar" (Galatia4:3, 8, ESV) atau"roh-roh"
(TB) sangatlah membingungkan. Kata Yunani stoicheia sesungguhnya
memiliki arti "elemen." Beberapa orang melihatnya sebagai gambaran
elemen dasar yang membentuk alam semesta (2 Petrus 3:10, 12); atau
sebagai kekuasaan Setan yang mengendalikan masa-masa yang jahat saat ini (Kolose
2:15); atau sebagai prinsip-prinsip hidup beragama yang belum sempurna,
atau asas-asas pokok agama (Ibrani5:12). Penekanan Paulus yang
menyatakan bahwa keadaan manusia itu bagaikan seorang "anak di bawah
umur" sebelum Yesus datang (Galatia 4:1-3) menunjukkan bahwa dia
sedang merujuk pada prinsip-prinsip agama yang belum sempurna. Jika demikian,
Paulus sedang mengatakan bahwa zaman Perjanjian Lama, dengan segala peraturan
dan korban-korbannya,
sesungguhnya adalah sebuah Injil yang memberikan garis besar konsep dasar tentang
keselamatan. Dengan demikian, meskipun hukum upacara itu sangat penting dan
berguna bagi Bangsa Israel, itu hanyalah bayangan dari apa yang akan datang.
Hal itu tidak dimaksudkan untuk menggantikan tempat Kristus.
Mengatur kehidupan kita berdasarkan hukum ini gantinya menuruti Kristus
sama seperti hendak kembali ke masa lampau. Sebab bilamana jemaat Galatia
kembali pada elemen dasar sementara Kristus sudah datang, maka Paulus
mengibaratkannya seperti seorang anak yang telah dewasa yang ingin menjadi anak
kecil lagi!
Sementara iman seorang anak kecil dapat menjadi hal yang baik (Matius 18:3), apakah hal yang sama berguna untuk kedewasaan rohani? Atau dapatkah Anda berkata bahwa semakin Anda bertumbuh secara rohani, maka iman Anda semakin kekanak-kanakan? Seberapa besarkah iman Anda bila dibandingkan dengan iman seorang anak-anak yang "polos" dan benar-benar percaya?
Selasa 15 November
"ALLAH MENGUTUS ANAK-NYA" (GALATIA 4:4)
"Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya,
yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat (Galatia 4:4).
Paulus memilih kata genap menunjukkan peran aktif Allah
melakukan kehendak-Nya dalam sejarah manusia. Yesus tidak datang di sembarang waktu;
Dia datang pada saat yang telah ditentukan oleh Allah. Dalam sejarah, waktu itu
dikenal dengan istilah Pax Romana (Damai Roma), masa dua ratus tahun
yang cukup stabil dan damai di seluruh kerajaan Roma. Penaklukan Roma atas
wilayah di sekitar lautan tengah membawa damai, dengan satu bahasa, alat
transportasi yang memadai, dan budaya yang sama turut memfasilitasi tersebarnya
Injil dengan ce-pat. Dari sudut pandang Alkitab, menunjukkan waktu yang telah
ditetapkan Allah bagi kedatangan Mesias yang telah dijanjikan (lihat Daniel
9:24-27).
Mengapa Kristus harus menjadi manusia untuk menebus kita? Yohanes
1:14; Galatia 4:4, 5; Roma 8:3, 4; 2 Korintus5:21; Filipi. 2:5-8;
Ibrani2:l4-18; 4:14, 15.
Yohanes 1:14;
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita
telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai
Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Galatia 4:4, 5;
4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir
dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya
kita diterima menjadi anak.
Roma 8:3, 4;
8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya
oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri
dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia
telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,
8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup
menurut daging, tetapi menurut Roh.
2 Korintus 5:21;
5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena
kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Filipi. 2:5-8;
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan
Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Ibrani 2:l4-18;
2:14. Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia
juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,
supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas
maut;
2:15 dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur
hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.
2:16 Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi
keturunan Abraham yang Ia kasihani.
2:17 Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan
dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
2:18 Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia
dapat menolong mereka yang dicobai.
4:14, 15.
4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi
semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada
pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat
turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Galatia 4:4, 5 mengandung salah satu kisah Injil yang paling ringkas
dalam Alkitab. Kedatangan Yesus dalam sejarah manusia tidaklah terjadi secara
kebetulan. "Allah mengutus Anak-Nya." Dengan kata lain, Allah
mengambil inisiatif bagi keselamatan kita.
Secara tersirat dalam kalimat itu terkandung kepercayaan dasar
umat Kristen mengenai Keilahian Kristus yang kekal (Yohanes 1:1-3, 18;
Filipi. 2:5-9; Kolose 1:15-17). Allah tidak mengutus utusan surga. Dia
sendiri datang.
Meskipun Dia adalah Anak Allah yang telah ada sebelumnya, Yesus
juga "lahir dari seorang perempuan." Melalui kelahiran dari seorang
perawan yang dinyatakan dalam kalimat ini, memberikan penekanan secara khusus
mengenai kemanusiaan-Nya yang sejati.
Kalimat "takluk kepada hukum Taurat" bukan hanya
menunjuk kepada warisan yang Yesus terima sebagai Bangsa Yahudi tetapi juga
mencakup fakta bahwa Dia juga menanggung hukuman kita.
Sangatlah penting bagi Kristus untuk mengenakan kemanusiaan kita
karena kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Dengan menyatukan
Keilahian-Nya dengan kemanusiaan kita yang telah jatuh dalam dosa, Kristus
secara sah layak menjadi Pengganti kita, Juruselamat, dan Imam Besar kita.
Sebagai Adam kedua, Dia datang untuk menuntut segala sesuatu yang telah hilang
akibat pelanggaran yang dilakukan oleh Adam (Roma 5:12-21). Melalui penurutan-Nya
Dia menggenapi sepenuhnya tuntutan hukum Taurat, dengan demikian la dapat
menebus kegagalan tragis yang dilakukan Adam. Dan melalui kematian-Nya di
salib, Dia menggenapi tuntutan hukum Taurat akan keadilan, yang menuntut
kematian orang berdosa. Demikianlah la mendapatkan hak untuk menebus semua
orang yang datang kepada-Nya dalam iman dan penyerahan yang sungguh-sungguh.
Rabu 16 November
HAK ISTIMEWA ANAK ANGKAT (GALATIA 4:5-7)
Dalam Galatia 4:5-7, Paulus memperluas tema yang dia berikan, dengan
menekankan bahwa Kristus sekarang telah "menebus mereka yang takluk kepada
hukum Taurat" (ayat 4,5). Kata menebus berarti "membeli
lagi." Hal ini menyatakan harga yang telah dibayarkan untuk membeli
kebebasan seorang tawanan atau seorang budak. Sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam konteks ini,
penebusan menyatakan suatu masa lalu yang negatif: seseorang perlu dibebaskan.
Dari apakah kita perlu dibebaskan? Tentu ada banyak hal,
Perjanjian Baru memberikan empat hal di antaranya yaitu: (1) dibebaskan dari
Iblis dan jeratnya (Ibrani2:14, 15), (2) dibebaskan dari kematian (1
Korintus 15:56, 57), (3) dibebaskan dari kuasa dosa yang sifatnya
memperbudak kita (Roma 6:22), dan (4) dibebaskan dari penghukuman hukum
Taurat (Roma 3:19-24; Galatia 3:13; 4:5).
Apakah tujuan positif yang Kristus telah raih untuk kita melalui
penebusan yang kita dapatkan di dalam Dia? Gal. 4:5-7;
4:5 Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya
kita diterima menjadi anak.
4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke
dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
4:7 Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka
kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.
Ef. 1:5;
1:5 Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus
untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,
Rm. 8:15, 16, 23; 9:4, 5.
8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi
takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.
Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah
anak-anak Allah.
8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia
sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan
sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
9:4 Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak,
dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum
Taurat, dan ibadah, dan janji-janji.
9:5 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam
keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah
yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!
Kita sering mengatakan segala sesuatu yang Kristus telah lakukan
bagi kita sebagai "keselamatan." Meskipun ada benarnya, kata ini
tidak lebih jelas daripada kata yang Paulus gunakan secara unik, yaitu kata
adopsi (huiothesia). Meskipun Paulus merupakan satu-satunya penulis
Perjanjian Baru yang menggunakan kata ini, adopsi merupakan proses resmi yang
cukup dikenal pada zaman pemerintah-an Yunani-Romawi. Beberapa penguasa Roma
semasa hidup Paulus menggunakan adopsi sebagai suatu cara memilih seorang
penggantinya bilamana mereka tidak memiliki keturunan. Adopsi menjamin hak-hak
istimewa: "(1) Anak yang
diadopsi menjadi anak yang sesungguhnya... dari yang mengadopsinya___(2)
Yang mengadopsi setuju untukmembesarkan anak itu dengan
sepantasnya dan me-nyediakan kebutuhan makanan dan pakaiannya. (3) Yang
mengadopsi tidak dapat menyangkal anak yang telah diadopsinya. (4) Anak itu
tidak dapat diubah status-nya menjadi hamba. (5) Orangtua biologis anak itu
tidak dapat menuntut kembali anak yang telah diadopsi. (6) Adopsi itu
memberikan hak untuk mewarisi harta orangtuanya."—Derek R. Moore-Crispin, "Galatians 4:1-9:
The Use and Abuse of Parallels," The Evangelical Quarterly, vol.
LXI/No. 3 (1989), hlm. 216.
Jika hak ini dijamin di atas dunia ini, bayangkanlah betapa besar
kesempat-an yang kita miliki sebagai anak yang diadopsi oleh Allah!
Baca Galatia 4:6, menyadari bahwa kata Ibrani Abba merupakan sapaan yang sangat akrab oleh anak-anak untuk memanggil bapa mereka, seperti layaknya sebutan Daddy atau Papa saat sekarang ini. Yesus menggunakan kata itu dalam doanya (Markus 14:36), dan sebagai anak-anak Allah kita juga memiliki hak istimewa untuk memanggil Allah dengan sebutan yang sama, "Abba." ApakahAnda menikmati hubungan yang sangat dekat dengan Allah dalam hidup Anda? Jika tidak, apakah masalahnya? Apakah yang Anda dapat ubah agar mendapatkan hubungan yang dekat dengan Allah?
Galatia 4:6
4:6 Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke
dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
Kamis 17 November
MENGAPA KEMBALI KE PERHAMBAAN? (GALATIA
4:8-20)
Baca Galatia 4:8-20. Ringkaskan apa yang Paulus sebutkan di sana.
Betapa seriuskah dia menghadapi pengajaran yang salah di antara jemaat Galatia?
4:8. Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri
kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah.
4:9 Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah
kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang
lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?
4:10 Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan,
masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.
4:11 Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.
4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab
akupun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak
baik dari padamu.
4:13 Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu
oleh karena aku sakit pada tubuhku.
4:14 Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi
kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang
menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang
malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri.
4:15 Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah
bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu
telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku.
4:16 Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
4:17. Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan
tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat
mengikuti mereka.
4:18 Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam
perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada
di antaramu.
4:19. Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi,
sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.
4:20 Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat
berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu.
Paulus tidak menggambarkan secara rinci praktik keagamaan di
jemaat Galatia, namun dalam benaknya dengan jelas dia memiliki gambaran
tentang sistern peribadatan yang mengakibatkan perhambaan rohani. Pada
dasarnya, dia menganggap hal itu sebagai hal yang sangat berbahaya dan merusak
sehingga dia menulis surat yang sangat emosional, yang mengamarkan jemaat
Galatia bahwa apa yang mereka lakukan berhubungan dengan sikap mereka yang beralih
dari status anak menjadi hamba.
Meskipun dia tidak memberikan penjelasan secara rinci, apakah yang
disinggung oleh Paulus sehubungan dengan apa yang dilakukan oleh jemaat di
Galatia yang menurutnya tidak dapat disetujui? Galatia 4:9-11.
Banyak yang menafsirkan referensi Paulus untuk " hari-hari tertentu,
bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun" (Galatia 4:10) sebagai
suatu penolakan bukan hanya terhadap hukum upacara melainkan terhadap hari
Sabat juga. Penafsiran yang seperti ini, telah melampaui kenyataan yang ada.
Sebagai pengantar, jika Paulus benar-benar menginginkan untuk menyebutkan hari
Sabat dan praktik-praktik Yahudi lainnya, sangat jelas dari Kolose 2:16 dengan
sangat mudah dia dapat menyebutkannya. Kedua, Paulus menjelaskan bahwa apa saja
yang jemaat Galatia lakukan, telah menuntun mereka dari kebebasan di dalam
Kristus menuju perhambaan. "Jika pemeliharaan hari Sabat Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh membawa seseorang kepada perhambaan, maka Sang Pencipta itu
sendiri telah memasuki perhambaan pada saat Dia merayakan hari Sabat pertama di
dunia!"—The SDA Bible
Commentary, jld. 6, hlm. 967. Selanjutnya, mengapa Yesus tidak hanya
memelihara hari Sabat melainkan juga mengajarkan kepada orang lain tentang
bagaimana memelihara hari Sabat, jikalau pemeliharaan Sabat itu justru telah
menghilangkan kebebasan yang manusia peroleh di dalam Dia? (Baca Markus
2:27, 28; Lukas 13:10-16).
Markus
2:27, 28
2:27 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia
dan bukan manusia untuk hari Sabat,
2:28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
Lukas
13:10-16
13:10. Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat
pada hari Sabat.
13:11 Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk
roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi
dengan tegak.
13:12 Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata
kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."
13:13 Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu
juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.
13:14 Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada
hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk
bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan
jangan pada hari Sabat."
13:15 Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik,
bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari
Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?
13:16 Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh
Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan
Abraham?"
Apakah ada praktik-praktik dalam Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
yang menjauhkan kita dari kebebasan yang kita miliki di dalam Kristus? Atau
gantinya praktik itu sendiri yang bermasalah, bagaimanakah sikap kita terhadap
praktik-praktik tersebut? Bagaimanakah sikap yang salah dapat menuntun kita
kepada jenis perhambaan yang Paulus amarkan dengan penuh semangat kepada jemaat
di Galatia?
Jumat 18 November
PENDALAMAN: "Dalam
dewan musyawarah surga, telah direncanakan bahwa, sekalipun manusia jatuh dalam
pelanggaran, mereka tidak binasa dalam ketidaktaatan mereka, tetapi, melalui
iman di dalam Kristus sebagai pengganti dan jaminan mereka, dapat menjadi umat
pilihan Allah yang ditentukan untuk diadopsi sebagai anak oleh Yesus Kristus
kepada diri-Nya sendiri menurut kehendak-Nya. Allah menghendaki agar setiap
orang selamat; karena rencana yang sempurna telah dibuat, dengan menyerahkan
Anak-Nya yang tunggal untuk menebus manusia. Mereka yang binasa akan binasa
karena mereka menolak untuk diadopsi sebagai anak Allah melalui Yesus Kristus.
Kesombongan manusia telah membuat mereka tidak mau menerima rencana
keselamatan. Namun jasa perbuatan manusia tidak dapat membuat dia diterima di
hadirat Allah. Apa yang membuat manusia dapat diterima di hadapan Allah adalah
kasih karunia Kristus yang diberikan melalui iman dalam nama-Nya. Tidak ada
bantuan yang dapat diberikan oleh perbuatan manusia demikian juga perasaan
sukacita tidak dapat menjadi sebuah bukti bahwa dia adalah umat pilihan Allah;
karena umat pilihan itu dipilih melalui Kristus."—Ellen G. White, "for the elect are chosen
through Christ."—Ellen G. White, "Chosen in Christ," Signs of
the Times, 2 Januari 1893.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1. Renungkanlah apakah artinya, menjadi seorang anak dalam
perjalan-an kita dengan Tuhan. Aspek apa sajakah dari seorang anak yang kita
upayakan sehubungan dengan iman dan hubungan kita dengan Allah? Pada saat yang
sama, apa sajakah yang kita telah lakukan secara ber-lebihan sehubungan dengan
ide di atas? Diskusikanlah.
2. Apakah yang membuat
manusia begitu takut sehubungan dengan ide tentang kasih karunia, dan keselamatan
oleh iman saja? Mengapa banyak orang lebih memilih untuk membuat jalan
keselamatan mereka sendiri, bilamana memungkinkan?
3. Sebagai anggota kelas,
ulangi lagi pertanyaan terakhir dari pelajaran hari Kamis. Dalam cara apakah
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh masih terjerat dalam perhambaan padahal
seharusnya kita sudah dibebaskan dari perhambaan itu? Bagaimanakah hal ini
dapat terjadi kepada kita, bagaimanakah kita dapat mengetahui bahwa kita masih
dalam perhambaan, dan bagaimanakah caranya agar kita memperoleh kebebasan?
RANGKUMAN: Dalam
Kristus kita telah diadopsi sebagai putra putri-Nya. Sebagai anak-anak Allah,
kita memiliki kesempatan untuk mendapatkan semua hak dan keistimewaan yang
timbul dari hubungan kekeluargaan. Membina hubungan dengan Allah atas dasar
ketentuan dan peraturan belaka adalah merupakan suatu kebodohan. Hal itu
bagaikan seorang anak yang mau meninggalkan kedudukan dan warisannya agar dapat
menjadi seorang hamba.
PRATINJAU Pelajaran 9
Nasihat Penggembalaan Paulus
Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Galatia 4:12-20; 1 Korintus 11:1; Filipi 3:17; 1 Korintus 9:19-23;
2 Korintus 4:7-12.
AYAT HAFALAN: "Aku minta kepadamu,
saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab aku pun telah menjadi sama
seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu" (Galatia 4:12).
Seperti yang kita sudah lihat, Paulus tidak menyampaikan nasihat yang tidak lengkap kepada
jemaat di Galatia. Bahasanya yang lugas, bagaimanapun juga telah merefleksikan
semangatnya sehubungan dengan pergumulan rohani di gereja itu. Di samping
masalah teologi yang Paulus hadapi, kitab Galatia secara umum menunjukkan
betapa pentingnya doktrin yang benar itu. Jika apa yang kita percayai bukanlah
sesuatu yang sangat penting, jika doktrin yang benar itu tidak penting, mengapa
Paulus nampaknya sangat bersungguh-sungguh, dan tidak menunjukkan kompromi,
dalam suratnya? Sesungguhnya, apa yang kita percayai sangat menentukan dalam
kehidupan kita, khususnya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari
Injil.
Dalam Galatia 4:12-20 Paulus melanjutkan penjelasannya, meskipun
dalam pendekatarvyang sedikit berbeda. Paulus telah membuat argumen teologi
yang terperinci sebagai upaya untuk meyakinkan jemaat Galatia akan.
kesalahan-kesalahan mereka, sekarang dia beralih kepada pendekatan dan nasihat
penggembalaan. Berbeda dari guru-guru palsu yang tidak memperhatikan jemaat
Galatia, Paulus menyatakan perhatian yang murni, rasa cemas, pengharapan, dan
kasih sayang seorang gembala yang baik terhadap dombanya yang terse-sat. Dia
tidak hanya memperbaiki doktrin yang ada; dia juga ingin melayani mereka yang
sangat dia kasihi.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 26 November.
No comments:
Post a Comment