PELAJARAN 10 TRIWULAN IV 2011


Nasihat Penggembalaan Paulus

Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Galatia 4:12-20; 1 Korintus 11:1; Filipi 3:17; 1 Korintus 9:19-23; 2 Korintus 4:7-12.

AYAT HAFALAN: "Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab aku pun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu" (Galatia 4:12).

Seperti yang kita sudah lihat, Paulus tidak menyampaikan nasihat yang tidak lengkap kepada jemaat di Galatia. Bahasanya yang lugas, bagaimanapun juga telah merefleksikan semangatnya sehubungan dengan pergumulan rohani di gereja itu. Di samping masalah teologi yang Paulus hadapi, kitab Galatia secara umum menunjukkan betapa pentingnya doktrin yang benar itu. Jika apa yang kita percayai bukanlah sesuatu yang sangat penting, jika doktrin yang benar itu tidak penting, mengapa Paulus nampaknya sangat bersungguh-sungguh, dan tidak menunjukkan kompromi, dalam suratnya? Sesungguhnya, apa yang kita percayai sangat menentukan dalam kehidupan kita, khususnya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari Injil.
Dalam Galatia 4:12-20 Paulus melanjutkan penjelasannya, meskipun dalam pendekatarvyang sedikit berbeda. Paulus telah membuat argumen teologi yang terperinci sebagai upaya untuk meyakinkan jemaat Galatia akan. kesalahan-kesalahan mereka, sekarang dia beralih kepada pendekatan dan nasihat peng­gembalaan. Berbeda dari guru-guru palsu yang tidak memperhatikan jemaat Galatia, Paulus menyatakan perhatian yang murni, rasa cemas, pengharapan, dan kasih sayang seorang gembala yang baik terhadap dombanya yang terse-sat. Dia tidak hanya memperbaiki doktrin yang ada; dia juga ingin melayani mereka yang sangat dia kasihi.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat,26 November.

Minggu 20 November
KERINDUAN PAULUS

Baca Galatia 4:12-20. Apakah tujuan pekabaran Paulus dalam ayat ini?
Galatia 4:12-20
4:12. Aku minta kepadamu, saudara-saudara, jadilah sama seperti aku, sebab akupun telah menjadi sama seperti kamu. Belum pernah kualami sesuatu yang tidak baik dari padamu.
4:13 Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku.
4:14 Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri.
4:15 Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku.
4:16 Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
4:17. Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka.
4:18 Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu.
4:19. Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.
4:20 Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu.

Petunjuk awal mengenai pokok masalah yang menjadi perhatian Paulus ada pada permohonannya secara pribadi dalam ayat 12. Permohonan ini nampaknya segera dibuat setelah Paulus mendesak jemaat di Galatia, "jadilah sama seperti aku." Makna kata memohon dengan sangat atau memohon, sangat disayangkan, tidak terlihat dalam beberapa terjemahan. Kata itu dalam Bahasa Yunani deomai. Meskipun dapat diterjemahkan dengan "menganjurkan" atau "memohon dengan sangat." Dalam Bahasa Yunani kata itu memiliki pengertian yang lebih dalam tentang keputusasaan yang tersirat di dalamnya (lihat 2 Korintus 5:20; 8:4; 10:2). Paulus sesungguhnya sedang mengatakan, "Aku memohon kepadamu!"
Perhatian Paulus bukan hanya mengenai masalah teologi dan tinjauan terhadap doktrin saja. Hatinya terpaut pada kehidupan jiwa-jiwa yang telah dibawa kepada Kristus melalui pelayanannya. Dia menganggap dirinya lebih daripada sekadar seorang sahabat; dia adalah bapa rohani bagi mereka, dan mereka adalah anak-anaknya. Tetapi lebih daripada hal itu, Paulus mengibaratkan perhatiannya kepada jemaat Galatia dengan kecemasan dan penderitaan yang dirasakan seorang ibu pada saat melahirkan anaknya (Galatia 4:19). Paulus berpikir bahwa "pekerjaannya" yang terdahulu dapat menolong dalam proses "kelahiran yang sempurna" saat dia menemukan gereja itu. Namun sekarang kenyataan yang dia dapati, jemaat Galatia telah menyimpang dari kebenaran, Paulus kembali mengalami jerih payah dalam usahanya untuk menjamin kesejahteraan mereka.

Apakah tujuan Paulus untuk jemaat Galatia? Hasil apakah yang ingin dia lihat sebagai hasil "pekerjaannya" bagi mereka? Galatia 4:19.
4:19. Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.

Dengan terlebih dulu menggambarkan jemaat Galatia dibentuk dalam rahlm seorang ibu, Paulus sekarang mengibaratkan jemaat Galatia seolah-olah merekalah yang menjadi ibu yang sedang mengandung itu. Kata "dibentuk" digunakan dalam istilah medis untuk menunjuk pada perkembangan janin. Lewat kiasan ini Paulus menggambarkan apa artinya menjadi seorang Kristen, baik secara individu maupun sebagai satu jemaat. Menjadi seorang pengikut Kris­tus lebih daripada sekadar pengakuan iman; hal itu melibatkan perubahan ra-dikal menuju keserupaan dengan tabiat Kristus. Paulus tidak "hanya mencari alternatif dalam jemaat Galatia melainkan sebuah perubahan, sehingga dengan melihat mereka, orang akan dapat melihat Kristus."—Leon Morris, Galatians (Downers Grove, 111.: InterVarsity Press, 1996), hlm. 142.

Dalam cara apakah Anda pernah melihat tabiat Kristus dinyatakan da­lam kehidupan Anda? Hal-hal apakah dalam kehidupan Anda yang masih memerlukan pertumbuhan?

Senin 21 November
TANTANGAN UNTUK BERTUMBUH

Baca 1 Korintus 11:1; Filipi 3:17; 2 Tesalonika 3:7-9; dan Kisah 26:28, 29. Apakah yang Paulus sebutkan di sana yang berhubungan dengan konsep dalam Galatia 4:12? Bagaimanakah kita dapat memahami tujuannya?
1 Korintus 11:1;
11:1. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.

Filipi 3:17;
3:17. Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.

2 Tesalonika 3:7-9;
3:7 Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu,
3:8 dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu.
3:9 Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.
  
Kisah 26:28, 29
26:28 Jawab Agripa: "Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!"
26:29 Kata Paulus: "Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini."

Beberapa kali dalam surat-surat Paulus, dia mendorong umat Kristen untuk mengikuti teladannya. Dalam setiap situasi, Paulus memperkenalkan dirinya sebagai seorang yang patut diteladani oleh umat percaya. Dalam 2 Tesalonika 3:7-9, Paulus menawarkan dirinya untuk menjadi teladan bagi umat percaya di Tesalonika, bagaimana mereka harus bekerja untuk mencari nafkah dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Dalam 1 Korintus 11:1, Paulus mengajak jemaat di Korintus untuk mengikuti dia dengan menempatkan kepentingan orang lain terlebih dulu. Minat Paulus di jemaat Galatia nampaknya sedikit berbeda.
Dalam Galatia 4:12, Paulus tidak meminta jemaat Galatia untuk meniru dia; malahan, dia meminta agar mereka benar-benar "menjadi sama seperti" dia—yang dia bicarakan di sini menjadi sama, bukan sekadar perilaku secara luar. Mengapa? Kesulitan di jemaat Galatia bukan pada perilaku yang tidak etis atau gaya hidup yang keterlaluan, seperti yang ada di jemaat Korintus. Pokok masalah di jemaat Galatia berakar pada inti Kekristenan itu sendiri. Hal itu lebih kepada "perubahan secara menyeluruh" dan bukan hanya "perilaku" saja. Paulus tidak mengatakan bertindaklah seperti aku, tetapi jadilah sebagaimana aku adanya. Istilah yang tepat dalam Galatia 4:12 digunakan dalam permohonan Paulus kepada Herodes Agripa II dalam Kisah 26:29, di mana Paulus menulis, "Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini." Dengan kata lain, Paulus menunjuk kepada pengalamannya sebagai orang Kristen, yang bersandar pada Kristus saja, iman yang percaya kepada apa yang Kristus telah kerjakan bagi dia dan bukan kepada penurutannya pada hukum. Jemaat di Galatia lebih berfokus pada perila­ku mereka secara luar dan bukan pada identitas mereka di dalam Kristus.
Meskipun Paulus secara terperinci tidak mengatakan bagaimana dia menginginkan jemaat Galatia menjadi seperti dia, konteks situasi di jemaat Galatia menunjukkan bahwa hal itu bukanlah sekadar pernyataan yang mencoba menutupi setiap aspek dan seluk beluk kehidupannya. Karena perhatiannya terfokus pada agama yang berpusat pada hukum Taurat seperti yang dia dapati di Galatia, Pau­lus tentu saja dalam pikirannya memiliki kasih yang ajaib, sukacita, kebebasan, dan kepastian akan keselamatan yang dia temukan dalam Yesus Kristus. Menyadari bahwa keajaiban Kristus itu melebihi segala sesuatu yang ada, Paulus belajar untuk menganggap hal yang lainnya sebagai sampah (Filipi. 3:5-9)dan dia sangat rindu agar jemaat Galatia dapat memiliki pengalaman yang sama.

Adakah seseorang yang Anda kenal (selain Yesus) yang memberikan teladan yang baik kepada Anda? Jika demikian, apakah sifat orang tersebut yang menurut Anda patut dicontoh, dan bagaimanakah Anda menyatakan sifat itu lebih baik lagi dalam kehidupan Anda?

Selasa 22 November
AKU TELAH MENJADI SAMA SEPERTI KAMU

Baca 1 Korintus 9:19-23. Apakah yang Paulus katakan dalam ayat ini yang dapat menolong kita lebih memahami tujuannya pada bagian akhir dari Ga­latia 4:12? (Lihat juga Kisah 17:16-34; 1 Korintus 8:8-13; Galatia 2:11-14).
1 Korintus 9:19-23
9:19. Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.
9:20 Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.
9:21 Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.
9:22 Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
9:23 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.

Galatia 4:12 dapat terlihat sedikit membingungkan. Mengapa jemaat di Gala­tia harus menjadi seperti Paulus, jika dia sendiri telah menjadi seperti mereka?
Sebagaimana yang telah kita lihat dalam pelajaran kemarin, Paulus mengi-nginkan agar mereka menjadi sama seperti dia dalam iman yang sempurna dan keyakinannya pada kelimpahan yang Kristus sediakan bagi keselamatan kita. Pernyataannya sehubungan dengan keadaan dirinya yang menjadi seperti mere­ka, merupakan suatu pengingat, bahwa sekalipun dia seorang Yahudi, dia telah menjadi bangsa non-Yahudi yang "tidak memiliki hukum Taurat" agar dia dapat menjangkau bangsa-bangsa lain yang ada di sekitar mereka dengan Injil. Sebagai misionaris besar untuk bangsa-bangsa lain, Paulus telah mempelajari bagaimana menyampaikan Injil baik kepada orang Yahudi maupun non-Yahudi. Pada ke-nyataannya, menurut 1 Korintus 9:19-23, meskipun Injil itu tetap sama, metode Paulus berubah-ubah tergantung pada orang yang hendak dia jangkau.
"Paulus adalah seorang perintis kontekstualisasi yang kita kenal sekarang ini, yaitu suatu kebutuhan untuk menyampaikan Injil dalam satu cara yang se-suai dengan konteks orang-orang yang menjadi target penginjilan."—Timothy George, The New American Commentary: Galatians (Nashville, Tenn.: Broad-man & Holman Publishers, 1994), hlm. 321.
Komentar Paulus dalam 1 Korintus 9:21 menunjukkan bahwa dia meyakini adabatasan dalam melakukankontekstualisasi Injil. Sebagai contoh, diamenya-takan, bahwa sementara orang dapat menjangkau orang Yahudi dan non-Yahudi dengan cara yang berbeda-beda, kebebasan ini bukanlah menjadi kesempatan untuk menghidupkan satu gaya hidup yang tidak taat pada hukum, sebab umat Kristen ada di bawah "hukum Kristus."
Meskipun kontekstualisasi tidak mudah, "sejauh kita dapat memisahkan inti Injil dari kemasan budaya, kontekstualisasi dalam mewartakan Kristus tan-pa mengkompromikan isi Injil itu, harus kita lakukan dengan meniru teladan Paulus."—Timothy George, Galatians, hlm. 321, 322.

Bukankah sangat mudah bagi kita untuk berkompromi? Terkadang, semakin lama seseorang menjadi Kristen, semakin mudah dia melakukan kompromi. Mengapa demikian? Lihatlah pada diri sendiri, dan cobalah bersikap jujur. Sudah seberapa banyakkah sikap kompromi yang menyelinap dalam kehidupan Anda, dan apakah cara yang Anda gunakan un­tuk membenarkan tindakan itu? Bagaimanakah Anda mengubah keada­an ini khususnya pada hal-hal yang sangat prinsip?

Rabu 23 November
NANTI DAN SEKARANG

Hubungan Paulus dengan jemaat Galatia tidak sesulit dan sesukar pada saat ini. Pada kenyataannya, seperti yang Paulus gambarkan pada saat dia pertama kali mengkhotbahkan Injil di Galatia, dia menggunakan kata-kata pujian untuk menjelaskan betapa baiknya mereka memperlakukan dia. Apakah yang telah terjadi?
Peristiwa apakah yang telah mendorong Paulus untuk mengkhotbah­kan Injil di Galatia? Galatia 4:13.
Galatia 4:13
4:13 Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku.

Nampaknya Paulus pada awalnya tidak bermaksud untuk mengkhotbahkan Injil di Galatia. Dalam perjalanannya, dia jatuh sakit, dan menyebabkan dia ha­rus tinggal lebih lama di Galatia atau justru karena penyakitnya dia harus pergi ke Galatia untuk mendapatkan pengobatan. Misteri masih menyelimuti penyakit yang dialami oleh Paulus. Beberapa orang menduga bahwa dia terserang malaria; yang lain (berdasarkan keterangan Paulus tentang kesediaan jemaat di Galatia untuk mendonorkan mata mereka) mengatakan bahwa dia terserang penyakit mata. Penyakitnya mungkin saja berhubungan dengan "duri dalam daging" yang dia sebutkan dalam 2 Korintus 12:7-9.
Apa pun penyakit yang diderita oleh Paulus, dia mengatakan bahwa sangatlah tidak menyenangkan jika hal itu menjadi cobaan bagi jemaat Galatia. Da­lam satu dunia di mana penyakit seringkali dilihat sebagai pertanda kutuk dari Tuhan (Yohanes. 9:1, 2; Lukas 13:1-4), penyakit Paulus dengan sangat mudah dapat menjadi alasan bagi jemaat di Galatia untuk menolak dia dan pekabaran yang dia sampaikan. Namun mereka menerima Paulus dengan sepenuh hati. - Mengapa? Sebab hati mereka telah dihangatkan oleh pemberitaan tentang salib (Galatia 3:1) dan diyakinkan oleh Roh Kudus. Apakah alasan yang dapat mereka berikan sekarang untuk perubahan sikap mereka?

Apakah yang mungkin menjadi alasan bagi Allah untuk mengizinkan Paulus menderita? Bagaimanakah Paulus melayani orang Iain sementara dia bergumul dengan masalahnya? Roma 8:28; 2 Korintus 4:7-12; 12:7-10.
Roma 8:28

8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 


2 Korintus 4:7-12

4:7 Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. 

4:8. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; 

4:9 kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. 
4:10 Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. 
4:11 Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini. 
4:12 Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu. 


2 Korintus 12:7-10

12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
12:8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Apa pun juga penyakit yang diderita oleh Paulus, nampaknya sangat serius, dan hal ini bisa saja menjadi alasan bagi dia untuk mempersalahkan Allah atas masalah-masalah yang dialaminya atau berhenti mengkhotbahkan Injil. Namun, Paulus tidak melakukannya. Gantinya membiarkan situasi tersebut menjadi penghalang baginya, Paulus menggunakan situasi itu menjadi sebuah kesempatan untuk bersandar ' sepenuhnya pada kasih karunia Allah. "Berulang kali Allah kembali menggunakan berbagai kesulitan hidup—penyakit, penganiayaan, kemiskinan, bahkan bencana alam dan musibah yangtidak dapat dipahami—sebagai suatu peristiwa untuk mem-peragakan rahmat dan kasih karunia-Nya dan menjadikannya sebagai suatu sarana untuk meninggikan Injil."—Timothy George, Galatians, hlm. 323, 324.

Bagaimanakah Anda belajar untuk menjadikan pencobaan dan penderitaan yang Anda alami sebagai suatu sarana untuk lebih bersandar pada Tuhan? (Apakah pilihan lain yang Anda miliki?)

Kamis 24 November
MENGATAKAN KEBENARAN

Baca Galatia 4:16. Apakah yang menjadi tujuan Paulus dalam ayat itu? Dalam cara apakah Anda memiliki pengalaman yang hampir sama? (Lihat juga Yohanes 3:19; Matius 26:64, 65; Yeremia 36:17-23).
4:16 Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Pernyataan "mengatakan kebenaran" seringkali memiliki konotasi negatif, khususnya pada zaman sekarang, di mana hal itu dapat dilihat sebagai pukulan keras, tidak pandang bulu, sebagai suatu taktik menghancurkan lawan dengan menceritakan faktayang sebenarnya, meskipun hal itu sangat tidak menyenangkan dan tidak diinginkan. Jika bukan karena komentar Paulus dalam Galatia 4:12-20 dan beberapa komentar lainnya yang terdapat dalam surat-suratnya (li­hat Galatia 6:9, 10), seseorang dapat memberikan penilaian yang salah bahwa minat Paulus terhadap kebenaran injil lebih besar daripada menyatakan kasih. Tetapi, seperti yang kita sudah lihat, meskipun Paulus memiliki perhatian supaya jemaat Galatia mengenal "kebenaran Injil" (lihat Galatia 2:5, 14), minat itu timbul karena kasihnya kepada mereka. Siapakah yang secara pribadi belum pernah mengalami betapa sakitnya saat harus menghukum seseorang atau de­ngan kata lain membicarakan kebenaran kepada mereka—apa pun alasannya— namun mereka tidak menerima? Kita melakukan hal itu karena kita peduli pada mereka, dan bukan untuk menyakiti mereka, meskipun seringkali perkataan kita menimbulkan perasaan sakit hati dan bahkan kemarahan atau kedendaman. Kita tetap melakukannya, karena kita mengetahui bahwa kebenaran itu perlu dide-ngar oleh orang tersebut, meskipun dia mungkin menolaknya.

Dalam Galatia 4:17-20, apakah yang Paulus katakan tentang para penentangnya? Apakah lagi yang dia tegur, selain teologi mereka?
4:17. Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka.
4:18 Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu.
4:19. Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.
4:20 Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu.

Sangat berbeda dengan sikap terus terang dari Injil Paulus, yang menyebabkan dia harus menanggung kemarahan jemaat Galatia, para penentangnya seringkali berperkara di pengadilan atas nama jemaat Galatia, bukan karena dorongan kasih terhadap jemaat Galatia melainkan berasal dari motif mementingkan diri. Tidak begitu jelas apa yang Paulus maksudkan pada saat dia me­ngatakan bahwa para penentangnya "mau mengucilkan kamu," meskipun hal ini menunjuk pada suatu usaha untuk menjauhkan mereka dari hak istimewa Injil kecuali mereka tunduk pada peraturan sunat.

Pikirkanlah beberapa peristiwa di mana perkataan Anda, meskipun benar dan sangat bermanfaat, menyebabkan orang lain marah kepada Anda. Apa­kah yang Anda pelajari dari pengalaman tersebut yang dapat menolong Anda pada kesempatan berikut saat Anda perlu melakukan hal yang sama?

Jumat 25 November
PENDALAMAN: "Dalam sidang-sidang di Galatia, kesalahan yang terbuka telah mendesak menggantikan Injil. Kristus, alasan iman yang benar, telah ditolak untuk upacara-upacara tradisional Yahudi. Rasul itu melihat bahwa apabila orang-orang percaya di Galatia diselamatkan dari pengaruh-pengaruh berbahaya yang mengancam mereka, tindakan menentukan harus diambil, amaran-amaran yang paling tajam harus diberikan.
"Suatu pelajaran penting yang harus dipelajari oleh setiap pelayan Kristus, adalah menyesuaikan pekerjaannya kepada keadaan mereka yang ia usahakan untuk memberikan keuntungan. Sifat lemah lembut, kesabaran, keputusan, dan keteguhan sama-sama diperlukan; tetapi hal itu dilaksanakan dalam perbedaan yang sepantasnya. Untuk bertindak bijaksana dengan golongan pikiran yang berbeda-beda, di bawah keadaan dan pengaruh lingkungan yang bermacam-macam, adalah suatu pekerjaan yang menuntut kebijaksanaan dan pertimbang-an yang diterangi dan disucikan oleh Roh Allah....
"Paulus memohon kepada mereka yang sekali waktu pernah hidup di da­lam kuasa Allah, untuk kembali kepada kasih mereka yang semula atas Injil kebenaran. Dengan sanggahan yang tidak dapat dijawab ia mengemukakan di hadapan mereka, kesempatan untuk menjadi pria dan wanita yang bebas di da­lam Kristus, melalui siapa rahmat penebusan bagi semua yang menyerahkan diri sepenuhnya akan dibungkus dengan jubah kebenaran-Nya. Ia mengambil kedudukan agar setiap jiwa dapat selamat, harus memiliki suatu pengalaman pribadi yang tulen dalam perkara-perkara Allah.
"Ucapan permohonan rasul yang sungguh-sungguh tidaklah sia-sia. Roh Suci bekerja dengan kuasa ajaib, dan banyak yang kakinya telah melangkah ke jalan yang salah kembali kepada iman mereka terdahulu di dalam Injil. Mulai saat itu mereka berdiri teguh di dalam kemerdekaan karena Kristus telah membebaskan mereka."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 324, 326.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.      Renungkanlah pertanyaan yang berhubungan dengan penderitaan dan bagaimana Allah dapat menggunakannya. Bagaimanakah kita menyi-kapi situasi di mana nampaknya tidak ada satu pun hal yang baik dihasilkan dari penderitaan?
2.      Renungkanlah ide di mana tabiat Kristus dibentuk dalam kehidupan kita. Apakah artinya hal ini? Bagaimanakah kita mengetahui bahwa hal ini terjadi dalam hidup kita? Bagaimanakah kita terhindar dari kekecewaan jika hal itu tidak terjadi secepat yang kita harapkan?

RANGKUMAN: Setelah membuat sejumlah argumen teologi yang sangat rumit dan mendetail, Paulus melakukan pendekatan yang lebih pribadi dan emosional kepada jemaat Galatia. Dia memohon agar mereka mau mendengarkan nasihatnya, mengingatkan mereka kembali akan hubungan baik yang pernah mereka jalin dan tentang kasih serta perhatian yang tulus yang dia miliki untuk mereka sebagai orangtua rohani mereka.


PRATINJAU Pelajaran 10
Dua Perjanjian

Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Galalia 4:21-31; Kejadian 1:28; 2:2, 3; 3:15; 15:1-6; Keluaran 6:2-8; 19:3-6.
AYAT HAFALAN: "Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita" (Galatia 4:26).

Umat Kristen yang menolak otoritas Perjanjian Lama seringkali melihat pemberian hukum di Gunung Sinai tidak konsisten dengan Injil. Me­reka menyimpulkan bahwa perjanjian yang diberikan di Gunung Sinai mewakili suatu masa dispensasi, dalam sejarah manusia di mana keselamatan didasarkan pada penurutan hukum Taurat. Namun karena manusia gagal meme-nuhi tuntutan hukum Taurat, Allah (menurut mereka) membuat perjanjian yang baru, sebuah perjanjian kasih karunia melalui jasa Yesus Kristus. Demikianlah pengertian merekat tentang dua perjanjian itu: yang lama didasarkan pada hu­kum Taurat, dan yang baru didasarkan pada kasih karunia.
Meskipun pandangan ini sudah diterima oleh banyak orang, hal ini merupakan kesalahan. Keselamatan tidak pernah didasarkan pada penurutan hukum Taurat; Yudaisme Alkitabiah, dari sejak semula, adalah agamakasih karunia. Legalisme yang ditentang oleh Paulus di Galatia adalah sebuah kemurtadan, bukan hanya terhadap Kekristenan namun juga terhadap Perjanjian Lama itu sendiri. Dua perjanjian bukanlah menyangkut masalah waktu; melainkan merupakan refleksi dari sikap manusia. Itu mewakili dua cara yang berbeda untuk berhubungan dengan Allah, yang dimulai sejak zaman Kain dan Habel. Perjanjian yang lama merefleksikan golongan manusia, yang memiliki sifat seperti Kain, bersandar pada perbuatan mereka sendiri sebagai upaya untuk menyenangkan Allah; sebaliknya, perjanjian baru mewakili pengalaman mereka, yang memi­liki sifat seperti Habel, bersandar sepenuhnya pada kasih karunia Allah untuk dapat melakukan segala sesuatu yang Dia telah janjikan.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 3 Desember.

No comments:

Post a Comment