Sabat Petang, 26 November 2011 PENDAHULUAN
Minggu, 27 November 2011 DASAR PERJANJIAN
Senin, 28 November 2011 PERJANJIAN ABRAHAM
Selasa, 29 November 2011 ABRAHAM, SARAI DAN HAGAR
Rabu, 30 November 2011 HAGAR DAN GUNUNG SINAI
Kamis, 1 Desember 2011 ISMAEL DAN ISHAK SAAT INI
Jumat, 2 Desember
2011 PENDALAMAN
Dua Perjanjian
Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Galatia 4:21-31;
Kejadian 1:28; 2:2, 3; 3:15; 15:1-6; Keluaran 6:2-8; 19:3-6.
AYAT HAFALAN: "Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu
kita" (Galatia 4:26).
Umat Kristen yang menolak otoritas Perjanjian Lama seringkali
melihat pemberian hukum di Gunung Sinai tidak konsisten dengan Injil. Mereka
menyimpulkan bahwa perjanjian yang diberikan di Gunung Sinai mewakili suatu
masa dispensasi, dalam sejarah manusia di mana keselamatan didasarkan pada
penurutan hukum Taurat. Namun karena manusia gagal memenuhi tuntutan hukum
Taurat, Allah (menurut mereka) membuat perjanjian yang baru, sebuah perjanjian
kasih karunia melalui jasa Yesus Kristus. Demikianlah pengertian mereka tentang
dua perjanjian itu: yang lama didasarkan pada hukum Taurat, dan yang baru
didasarkan pada kasih karunia.
Meskipun pandangan ini sudah diterima oleh banyak orang, hal ini
merupakan kesalahan. Keselamatan tidak pernah didasarkan pada penurutan hukum
Taurat; Yudaisme Alkitabiah, dari sejak semula, adalah agama kasih karunia. Legalisme
yang ditentang oleh Paulus di Galatia adalah sebuah kemurtadan, bukan hanya
terhadap Kekristenan namun juga terhadap Perjanjian Lama itu sendiri. Dua
perjanjian bukanlah menyangkut masalah waktu; melainkan merupakan refleksi dari
sikap manusia. Itu mewakili dua cara yang berbeda untuk berhu-bungan dengan
Allah, yang dimulai sejak zaman Kain dan Habel. Perjanjian yang lama
merefleksikan golongan manusia, yang memiliki sifat seperti Kain, bersandar
pada perbuatan mereka sendiri sebagai upaya untuk menyenangkan Allah;
sebaliknya, perjanjian baru mewakili pengalaman mereka, yang memiliki sifat
seperti Habel, bersandar sepenuhnya pada kasih karunia Allah untuk dapat
melakukan segala sesuatu yang Dia telah janjikan.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk
persiapan Sabat, 3 Desember.
Minggu 27 November
DASAR PERJANJIAN
Banyak yang menganggap interpretasi Paulus tentang sejarah Bangsa
Israel dalam Galatia 4:21-31 sebagai bagian yang paling sukar dalam suratnya.
Hal itu disebabkan karena argumentasinya yang sangat kompleks dan memerlukan
pemahaman yang luas tentang tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa dalam Perjanjian
Lama. Langkah pertama untuk memahami pasal ini adalah dengan memiliki
pengertian dasar tentang konsep Perjanjian Lama yang menjadi pusat argumentasi
Paulus: konsep perjanjian itu.
Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan "perjanjian"
adalah berit. Kata ini muncul hampir 300 kali dalam Perjanjian Lama dan
menunjuk pada suatu perjanjian yang mengikat, persetujuan, perjanjian. Untuk
beribu-ribu tahun lamanya, perjanjian memainkan peran utama dalam menetapkan
hubungan di antara sesama manusia dan bangsa-bangsa di seluruh wilayah Timur
Tengah pada saat itu. Perjanjian itu seringkali melibatkan upacara
penyembelihan hewan sebagai bagian dari proses pembuatan (secara harfiah
"memotong") sebuah perjanjian. Pembunuhan hewan-hewan tersebut
melambangkan apa yang akan terjadi pada pihak yang gagal memelihara janji dan
kewajibannya dalam perjanjian itu.
"Sejak Adam sampai kepada Yesus, Allah bethubungan dengan
umat manusia melalui suatu seri perjanjian yang berfokus pada kedatangan
Penebus yang mencapai puncaknya pada perjanjian Anak Daud (Kejadian 12:2, 3;
2 Samuel 7:12-17; Yesaya 11). Kepada Bangsa Israel yang ditawan di Babel
Allah menjanjikan sebuah perjanjian yang lebih efektif perjanjian yang baru' (Yeremia
31:31-34) sehubungan dengan kedatangan Mesias Anak Daud (Yehezkiel
36:26-28; 37:22-28)."—Hans K. LaRondelle, Our Creator Redeemer (Berrien Springs,
Mich.: Andrews University Press, 2005), hlm. 4.
Apakah yang menjadi dasar bagi
perjanjian Allah yang semula dengan Adam di Taman Eden sebelum dia berdosa? Kejadian 1:28; 2:2, 3,
15-17.
Kejadian 1:28; 2:2, 3, 15-17.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi."
2:2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang
dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang
telah dibuat-Nya itu.
2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada
hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya
itu.
2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
2:16. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua
pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu,
janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati."
Sementara pernikahan, pekerjaan, dan hari Sabat adalah bagian dari perjanjian
penciptaan, titik beratnya ada pada perintah Allah untuk tidak memakan buah
larangan. Sifat dasar perjanjian itu adalah "menurut dan hidup!"
Dengan sifat alami yang diciptakan selaras dengan Allah, Tuhan tidak meminta suatu hal yang mustahil.
Sebelum berdosa, penurutan merupakan kecenderungan alami manusia; namun, Adam
dan Hawa memilih melakukan sesuatu yang tidak alami, dan, dengan tindakan itu,
mereka bukan hanya memutuskan perjanjian penciptaan, bahkan mereka membuatnya
menjadi mustahil bagi manusia yang sudah tercemar oleh dosa pada saat ini.
Allah harus membuat satu jalan untuk memulihkan hubungan yang hilang akibat pelanggaran Adam dan
Hawa. Dia melakukannya dengan meresmikan pada saat itu juga sebuah perjanjian
kasih karunia yang didasarkan pada janji datangnya seorang Juruselamat (Kejadian
3:15).
Baca Kejadian 3:15, mengenai janji Injil yang pertama dalam Alkitab. Di
manakah dalam ayat itu Anda dapat melihat
sebuah firasat tentang pengharapan yang kita miliki dalam Kristus?
3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara
keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau
akan meremukkan tumitnya."
Senin 28 November
PERJANJIAN ABRAHAM
Apakah perjanjian yang Allah buat kepada
Abraham dalam Kejadian 12:1-5? Bagaimanakah Abraham menanggapinya?
12:1. Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan
dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu;
12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati
engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk
orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat."
12:4. Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan
Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun,
ketika ia berangkat dari Haran.
12:5 Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala
harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran;
mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ.
Janji pertama Allah kepada Abraham menjadi salah satu bagian yang
sangat penting dalam kitab Perjanjian Lama. Ayat ini secara keseluruhan
berbicara tentang kasih karunia Allah. Karena Allah, dan bukan Abraham, yang
berjanji. Abraham tidak mendapatkan kemurahan Allah melalui usaha atau
perbuatannya, dalam ayat itu juga tidak ditemukan indikasi yang menyatakan
bahwa Allah dan Abraham bekerja sama untuk membuat perjanjian ini. Allah yang
membuat perjanjian itu secara keseluruhan. Abraham, sebaliknya, diharapkan
untuk mempercayai kepastian janji Allah kepadanya, bukan sekadar "iman"
tetapi satu iman yang dibuktikan dengan tindakannya meninggalkan kaum
kerabatnya(pada usia 75 tahun) dan berjalan menuju tanah yang telah dijanjikan
Allah.
"Dengan 'berkat' yang dinyatakan kepada Abraham dan melalui
dia kepada seluruh umat manusia, Sang Pencipta memperbarui maksud
penebusan-Nya. Dia telah 'memberkati'Adam dan Hawa di Firdaus (Kejadian
1:28; 5:2) kemu-dian 'memberkati Nuh dan anak-anaknya' setelah air bah
surut (9:1). Dengan jalan ini Allah menjelaskan janji-Nya yang terdahulu
tentang seorang penebus yang akan menebus manusia, membinasakan kejahatan, dan
memulihkan Firdaus (Kejadian 3:15). Allah meneguhkan janji-Nya untuk
memberkati 'segala bangsa' dalam upaya-Nya menjangkau segala bangsa di muka
bumi."—Hans K. LaRondelle, Our
Creator Redeemer, hlm. 22,
23.
Setelah sepuluh tahun menantikan
kelahiran anak yang dijanjikan, apakah pertanyaan Abraham tentang janji Allah?
Kejadian
15:1-6.
15:1. Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan:
"Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."
15:2. Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan
kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan
mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."
15:3 Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan,
sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku."
15:4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini
tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan
menjadi ahli warismu."
15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke
langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka
firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran.
Terkadang sangat mudah meninggikan Abraham sebagai orang beriman
dan tidak pernah mengalami kebingungan ataupun keraguan dalam hidupnya.
Alkitab, memberikan gambaran yang berbeda. Abraham diyakini, memiliki keraguan
sehubungan dengan janji Allah di sepanjang hidupnya. Imannya adalah iman yang
bertumbuh. Seperti bapa yang dikisahkan dalam Markus 9:24, pada dasarnya Abraham berkata
kepada Allah dalam Kejadian 15:8, "Aku percaya, tolonglah akuyang tidak
percaya ini." Sebagai jawabannya, Allah dalam rahmat-Nya memberikan
jaminan kepada Abraham tentang kepastian janji-Nya dengan mengadakan perjanjian
dengannya (Kejadian 15:7-18). Apa yang membuat ayat ini luar biasa bukan
karena Allah membuat perjanjian dengan Abraham melainkan oleh betapa jauhnya Allah
merendahkan diri-Nya untuk membuat perjanjian itu. Tidak seperti penguasa lain
di TimurTengah,yangmenolak
mengadakan perjanjian dengan hamba-Nya. Allah tidak hanya memberikan janji-Nya,
namun juga, melalui lambang binatang yang tersembelih, Dia memakukan hidup-Nya
pada perjanjian itu. Sudah pasti, Yesus akan memberikan hidup-Nya di Golgota
untuk menepati janji-Nya.
Dalam hal apa sajakah, pada saat ini Anda harus meraih dengan iman dan meyakini
sesuatu yang nampaknya mustahil?
Bagaimanakah Anda belajar untuk
tetap percaya, walau apa pun yang
terjadi?
Selasa 29 November
ABRAHAM, SARAI, DAN HAGAR
Mengapa Paulus memiliki pandangan yang
meremehkan Hagar? Galatia 4:21-31; Kejadian 16. Apakah
pokok penting tentang keselamatan yang Paulus buat dengan tnenggunakan kisah
dalam Perjanjian Lama?
4:21. Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat,
tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat?
4:22 Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari
perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka?
4:23 Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan
menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji.
4:24 Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua
ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak
perhambaan, itulah Hagar--
4:25 Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab--dan ia sama dengan Yerusalem
yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya.
4:26 Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu
kita.
4:27 Karena ada tertulis: "Bersukacitalah, hai si mandul yang tidak
pernah melahirkan! Bergembira dan bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak
pernah menderita sakit bersalin! Sebab yang ditinggalkan suaminya akan
mempunyai lebih banyak anak dari pada yang bersuami."
4:28 Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak
janji.
4:29 Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging,
menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.
4:30 Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "Usirlah hamba perempuan itu
beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris
bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu."
4:31 Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan,
melainkan anak-anak perempuan merdeka.
Kejadian 16
16:1. Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang
hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.
16:2 Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi
aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh
dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan
perkataan Sarai.
16:3 Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir
itu, --yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan--,lalu
memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.
16:4. Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika
Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.
16:5 Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: "Penghinaan yang kuderita ini
adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi
baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN
kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau."
16:6 Kata Abram kepada Sarai: "Hambamu itu di bawah kekuasaanmu;
perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik." Lalu Sarai menindas Hagar,
sehingga ia lari meninggalkannya.
16:7. Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang
gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur.
16:8 Katanya: "Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke
manakah pergimu?" Jawabnya: "Aku lari meninggalkan Sarai,
nyonyaku."
16:9 Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Kembalilah kepada
nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya."
16:10. Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Aku akan membuat
sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena
banyaknya."
16:11 Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Engkau
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya
Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.
16:12 Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah
nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap
orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua
saudaranya."
16:13 Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu
dengan sebutan: "Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di
sini kulihat Dia yang telah melihat aku?"
16:14 Sebab itu sumur tadi disebutkan orang: sumur Lahai-Roi; letaknya
antara Kadesh dan Bered.
16:15. Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram
menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael.
16:16 Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan
Ismael baginya.
Posisi Hagar dalam kitab Kejadian secara langsung berhubungan
dengan kegagalan Abraham mempercayai janji Allah. Sebagai seorang budak Mesir dalam keluarga Abraham,
Hagar nampaknya menjadi salah satu harta milik Abraham dari banyak pemberian
yang diberikan Firaun kepadanya sebagai pengganti Sarai, ini mengingatkan kita
pada saat pertama kali Abraham menyatakan ketidakpercayaannya pada janji Allah (Kejadian
12:11-16).
Setelah sepuluh tahun menunggu kelahiran anak yang dijanjikan,
Abraham dan Sarai tetap tidak punya anak. Mereka menyimpulkan bahwa Allah memerlukan
bantuan, kemudian Sarai memberikan Hagar kepada Abraham untuk menjadi
selirnya. Meskipun hal ini tidak lazim untuk dilakukan pada saat sekarang,
rencana Sarai sangatlah cerdik. Menurut kebiasaan pada zaman itu, seorang budak
perempuan secara sah dapat
menjadi seorang ibu pengganti bagi nyonya rumah yang tidak memiliki anak.
Demikianlah Sarai dapat menganggap setiap anak yang lahir dari hubungan antara
Abraham dan Hagar sebagai miliknya. Meskipun rencana itu membuat mereka
berhasil mendapatkan, anak, tetapi itu bukanlah anak yang Allah janjikan.
Dalam cerita ini kita memiliki contoh yang sangat baik tentang
kehidupan seorang tokoh dalam Alkitab bilamana dihadapkan dengan situasi yang
menakutkan, dapat menyimpang dari iman dan melakukan kesalahan. Dalam Kejadian
17:18, 19, Abraham memohon kepada Allah agar dapat menerima Ismael sebagai ahli
warisnya; sudah barang tentu, Allah menolak permohonannya. Satu-satunya
"perkara ajaib" dalam kelahiran Ismael adalah kerelaan Sarai untuk
berbagi suaminya dengan wanita lain! Tidak ada hal yang luar biasa tentang
kelahiran seorang anak bagi wanita ini, seorang anak telah lahir "menurut
keinginan daging." Bilamana Abraham percaya pada apa yang Allah telah janjikan
kepadanya dan tidak membiarkan situasi tersebut menaklukkan imannya, hal ini
tidak akan terjadi, dan banyak kesedihan yang dapat dihindarkan.
Sangat berbeda dengan kelahiran Ismael,
perhatikan peristiwa
yang terjadi di sekitar
kelahiran Ishak. Kejadian 17:15-19; 18:10-13; Ibrani 11:11, 12. Mengapa kondisi ini memerlukan iman dari Abraham dan Sarai?
Kejadian 17:15-19; 18:10-13; Ibrani 11:11,
12
17:15. Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: "Tentang isterimu
Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya.
17:16 Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan
kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia
menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari
padanya."
17:17 Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya:
"Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang
anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu
melahirkan seorang anak?"
17:18 Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael
diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"
17:19 Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang
akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan
Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal
untuk keturunannya.
18:10 Dan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan
mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang
anak laki-laki." Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di
belakang-Nya.
18:11 Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah
mati haid.
18:12 Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah
aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?"
18:13 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: "Mengapakah Sara tertawa
dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua?
Ibrani 11:11, 12
11:11 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak
cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan
janji itu setia.
11:12 Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati
pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir
di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
Dalam cara apakah ketidakpercayaan Anda
akan janji Allah membawa penderitaan dalam hidup Anda? Bagaimanakah Anda
belajar dari kesalahan ini untuk meyakini setiap perkataan Allah, apa pun
situasi yang Anda alami? Pilihan apakah yang Anda buat yang dapat
menolong menyanggupkan Anda
mempercayai janji Allah?
Rabu 30 November
HAGAR DAN GUNUNG SINAI (GALATIA 4:21-31)
Apakah
jenis hubungan yang Allah ingin tetapkan dengan umat-Nya di Gunung Sinai?
Apakah persamaan yang dimiliki dengan janji Allah kepada Abraham? Keluaran
6:2-8; 19:3-6; Ulangan 32:10-12.
Keluaran 6:2-8; 19:3-6;
6:2 (6-1) Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Akulah TUHAN.
6:3 (6-2) Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub
sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku TUHAN Aku belum menyatakan
diri.
6:4 (6-3) Bukan saja Aku telah mengadakan perjanjian-Ku dengan mereka untuk
memberikan kepada mereka tanah Kanaan, tempat mereka tinggal sebagai orang
asing,
6:5 (6-4) tetapi Aku sudah mendengar juga erang orang Israel yang telah
diperbudak oleh orang Mesir, dan Aku ingat kepada perjanjian-Ku.
6:6 (6-5) Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Aku akan
membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan
mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman
yang berat.
6:7 (6-6) Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi
Allahmu, supaya kamu mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang membebaskan
kamu dari kerja paksa orang Mesir.
6:8 (6-7) Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah
Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan
memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN."
19:3 Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu
kepadanya: "Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan
kepada orang Israel:
19:4 Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan
bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu
kepada-Ku.
19:5 Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan
berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku
sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
19:6 Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah
semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel."
Ulangan 32:10-12.
32:10 Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah
ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya,
dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.
32:11 Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang
di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan
mendukungnya di atas kepaknya,
32:12 demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing
menyertai dia.
Allah rindu memiliki hubungan perjanjian yang sama dengan Bangsa
Israel di Gunung Sinai sebagaimana dengan Abraham. Kenyataannya, persamaan itu
timbul di antara Firman Allah kepada Abraham dalam Kejadian 12:1-3 dan
firman-Nya kepada Musa dalam Keluaran 19. Dalam kedua kasus ini, Allah
menekankan tentang apa yang akan la lakukan terhadap umat-Nya. Dia tidak
meminta Bangsa Israel berjanji untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan
berkat-Nya; sebaliknya, mereka akan menurut sebagai respons terhadap
berkat-berkat-Nya. Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan "menurut"
dan "memelihara" dalam Keluaran 19:5 secara langsung berarti "mendengarkan."
Firman Allah tidak menyatakan keselamatan oleh perbuatan. Sebaliknya, Dia
menginginkan agar Bangsa Israel memiliki iman yang menggambarkan respons
Abraham terhadap janji-janji-Nya.
Jika
hubungan perjanjian yang Allah tawarkan kepada Bangsa Israel di Gunung Sinai
sama dengan perjanjian yang diberikan kepada Abraham, mengapa Paulus
menghubungkan Gunung Sinai dengan pengalaman Hagar yang negatif? Keluaran
19:7-25; Ibrani. 8:6, 7.
Keluaran 19:7-25;
19:7 Lalu datanglah Musa dan memanggil para tua-tua bangsa itu dan membawa
ke depan mereka segala firman yang diperintahkan TUHAN kepadanya.
19:8 Seluruh bangsa itu menjawab bersama-sama: "Segala yang
difirmankan TUHAN akan kami lakukan." Lalu Musapun menyampaikan jawab
bangsa itu kepada TUHAN.
19:9. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan datang
kepadamu dalam awan yang tebal, dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa
itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka senantiasa
percaya kepadamu." Lalu Musa memberitahukan perkataan bangsa itu kepada
TUHAN.
19:10 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa itu;
suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci
pakaiannya.
19:11 Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga
TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di gunung Sinai.
19:12 Sebab itu haruslah engkau memasang batas bagi bangsa itu berkeliling
sambil berkata: Jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu atau kena
kepada kakinya, sebab siapapun yang kena kepada gunung itu, pastilah ia dihukum
mati.
19:13 Tangan seorangpun tidak boleh merabanya, sebab pastilah ia dilempari
dengan batu atau dipanahi sampai mati; baik binatang baik manusia, ia tidak
akan dibiarkan hidup. Hanya apabila sangkakala berbunyi panjang, barulah mereka
boleh mendaki gunung itu."
19:14 Lalu turunlah Musa dari gunung mendapatkan bangsa itu; disuruhnyalah
bangsa itu menguduskan diri dan merekapun mencuci pakaiannya.
19:15 Maka kata Musa kepada bangsa itu: "Bersiaplah menjelang hari
yang ketiga, dan janganlah kamu bersetubuh dengan perempuan."
19:16. Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh
dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras,
sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan.
19:17 Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai
Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung.
19:18 Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke
atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh
gunung itu gemetar sangat.
19:19 Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah
menjawabnya dalam guruh.
19:20 Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu,
maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas.
19:21 Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa: "Turunlah, peringatkanlah
kepada bangsa itu, supaya mereka jangan menembus mendapatkan TUHAN hendak
melihat-lihat; sebab tentulah banyak dari mereka akan binasa.
19:22 Juga para imam yang datang mendekat kepada TUHAN haruslah menguduskan
dirinya, supaya TUHAN jangan melanda mereka."
19:23 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Tidak akan mungkin bangsa
itu mendaki gunung Sinai ini, sebab Engkau sendiri telah memperingatkan kepada
kami, demikian: Pasanglah batas sekeliling gunung itu dan nyatakanlah itu
kudus."
19:24 Lalu TUHAN berfirman kepadanya: "Pergilah, turunlah, kemudian
naiklah pula, engkau beserta Harun; tetapi para imam dan rakyat tidak boleh
menembus untuk mendaki menghadap TUHAN, supaya mereka jangan dilanda-Nya."
19:25 Lalu turunlah Musa mendapatkan bangsa itu dan menyatakan hal itu
kepada mereka.
Ibrani. 8:6, 7.
8:6. Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih
agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang
didasarkan atas janji yang lebih tinggi.
8:7 Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan
dicari lagi tempat untuk yang kedua.
Perjanjian di Sinai dimaksudkan
untuk menunjukkan keberdosaan umat manusia dan obat penawarnya yaitu kasih
karunia Allah yang melimpah, semuanya dilambangkan oleh pelayanan di dalam bait
suci. Masalah perjanjian Sinai bukan pada pihak Allah tetapi pada janji-janji
palsu yang dibuat oleh manusia (Ibrani 8:6). Gantinya menanggapi janji
Allah dengan kerendahan hati dan iman, Bangsa Israel menanggapinya dengan sikap
percaya pada diri sendiri. "Segala yang difirmankan TUHAN akan kami
lakukan" (Keluaran 19:8). Setelah hidup sebagai budak di Mesir
selama lebih dari empat ratus tahun, mereka tidak memiliki konsep yang benar
tentang kemegahan Allah bahkan tentang kondisi keberdosaan mereka yang sesungguhnya.
Pada saat yang sama Abraham dan Sarai mencoba membantu Allah menggenapi
janji-Nya, Bangsa Israel mencoba mengubah perjanjian kasih karunia Allah
menjadi sebuah kontrak kerja. Hagar melambangkan Sinai yang menyatakan upaya
manusia untuk memperoleh keselamatan oleh perbuatan.
Paulus tidak menyatakan bahwa hukum yang diberikan di Sinai itu
jahat atau telah dihapuskan. Yang menjadi perhatiannya adalah antisipasi yang
salah dari sikap legalis jemaat Galatia terhadap hukum. "Gantinya
meyakinkan mereka tentang kemustahilan mutlak menyenangkan Allah dengan
memelihara hukum, hukum itu membangun dalam kehidupan mereka suatu tekad yang
kuat untuk bergantung pada kemampuan pribadi untuk menyenangkan Allah.
Demikianlah hukum itu tidak lagi menggenapi tujuan kasih karunia agar menuntun
orang Yahudi kepada Kristus. Sebaliknya, hal itu memisahkan mereka dari
Kristus."—O. Palmer Robertson, The
Christ of the Covenants (Phillipsburg, N.J.: Presbyterian and Reformed
Publishing Co-., 1980), hlm. 181.
Kamis 1 Desember
ISMAEL DAN ISHAK SAAT INI
Uraian singkat yang diberikan Paulus tentang sejarah Israel
dirancang untuk menentang pendapat yang dibuat oleh lawan-lawannya yang
menyatakan bahwa mereka adalah benar-benar keturunan Abraham dan bahwa
Yerusalem—pusat Kekristenan
Yahudi dan hukum Taurat—adalah ibu mereka. Sementara bangsa-bangsa lain, mereka
anggap, tidak sah; bilamana mereka sungguh-sungguh ingin menjadi pengikut Kristus, terlebih
dahulu mereka harus menjadi anak Abraham dengan tunduk pada hukum sunat. ,
Kebenaran sejati, menurut Paulus, adalah sebaliknya. Kaum legalis
ini bukanlah anak-anak Abraham tetapi anak yang tidak sah, seperti Ismael.
Dengan menempatkan iman mereka pada sunat, mereka bersandar pada
"keinginan daging," sebagaimana yang Sarai lakukan terhadap Hagar dan
sama seperti yang Bangsa Israel lakukan terhadap hukum Allah di Sinai. Umat
percaya yang berasal dari bangsa-bangsa lain, sesungguhnya adalah anak-anak
Abraham bukan secara alam i namun, seperti Ishak, dengan kuasa supra alami.
"Seperti Ishak mereka adalah kegenapan janji yang telah dibuat kepada Abraham
...; seperti Ishak, kebebasan yang mereka dapatkan adalah hasil dari kasih
karunia Ilahi; seperti Ishak, mereka merupakan bagian dari perjanjian
itu."—James D. G. Dunn, The
Epistle to the Galatians (London: Hendrickson Publishers, 1993), hlm. 256.
Apakah
yang akan dihadapi oleh keturunan Abraham di dunia ini? Galatia
4:28-31; Kejadian 21.-8-12.
Galatia 4:28-31; Kejadian 21:8-12.
4:28 Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak
janji.
4:29 Tetapi seperti dahulu, dia, yang diperanakkan menurut daging,
menganiaya yang diperanakkan menurut Roh, demikian juga sekarang ini.
4:30 Tetapi apa kata nas Kitab Suci? "Usirlah hamba perempuan itu
beserta anaknya, sebab anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris
bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu."
4:31 Karena itu, saudara-saudara, kita bukanlah anak-anak hamba perempuan,
melainkan anak-anak perempuan merdeka.
Kejadian 21:8-12.
21:8 Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan
perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu.
21:9. Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar,
perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri.
21:10 Berkatalah Sara kepada Abraham: "Usirlah hamba perempuan itu
beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama
dengan anakku Ishak."
21:11 Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.
21:12 Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu
karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu,
haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang
berasal dari Ishak.
Menjadi seorang anak yang dijanjikan bukan hanya membawa berkat
melainkan perlawanan dan penganiayaan dalam kehidupan Ishak. Mengenai penganiayaan,
Paulus membayangkan perayaan dalam Kejadian 21:8-10, di mana Ishak diberikan
kehormatan dan Ismael nampak sedang bermain dengannya. Kata Ibrani dalam
Kejadian 21:9 sesungguhnya memiliki arti "tertawa," tetapi reaksi Sarai
menunjukkan bahwa Ismael telah mengolok-olok atau berlaku kasar terhadap Ishak.
Sementara perilaku Ismael tidak terlalu penting bagi kita sekarang, hal itu
menunjukkan sikap bermusuhan yang ada pada satu situasi di mana hak kelahiran
seseorang diabaikan. Banyak penguasa pada zaman dulu mencoba mempertahankan
posisi mereka dengan melenyapkan orang-orang yang dianggap sebagai saingan,
termasuk saudara kandung (Hak. 9:1-6). Meskipun Ishak menghadapi
perlawanan, dia juga menikmati segala hak untuk mendapatkan kasih sayang, perlindungan,
dan kebaikan karena dialah yang menjadi ahli waris bapanya.
Sebagai keturunan Ishak secara rohani, kita tidak perlu heran
bilamana kita menderita kesukaran dan perlawanan, bahkan dari dalam gereja itu
sendiri.
Dalam cara apakah Anda menderita aniaya karena iman, khususnya
dari mereka yang paling dekat dengan Anda? Atau tanyakanlah pertanyaan ini:
apakah Anda pernah bersalah oleh karena mengusik orang lain se-hubungan dengan
iman mereka? Pikirkanlah hal itu.
Jumat 2 Desember
PENDALAMAN: Baca Ellen G. White, "Hukum dan Perjanjian,"
hlm. 430-444, dalam Alfa dan Omega, jilid 1.
"Tetapi jikalau perjanjian Abraham itu berisi janji
penebusan, mengapakah perjanjian yang tain itu diadakan di Sinai? Di dalam
perbudakan mereka bangsa itu sebegitujauh telah kehilangan pengetahuan akan
Allah dan tentang prinsip-prinsip perjanjian Abraham....
"Allah membawa mereka ke Sinai; la menyatakan kemuliaan-Nya, la memberikan kepada mereka
hukum-Nya, dengan janji akan memperolehberkat yang limpah dengan syarat
penurutan: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan Firman-Ku dan berpegang
pada perjanjian-Ku, maka ...Kamu akan menjadi bagi-Ku keraiaan imam dan bangsa
yang kudus." Keluaran 19:5,6. Bangsa itu tidak menyadari kekejian hati
mereka, dan bahwatanpa Kristus adalah mustahil bagi mereka untuk menurut hukum
Allah; dan dengan mudah mereka mengadakan perjanjian dengan Allah... tetapi
baru saja beberapa pekan berlalu mereka telah melanggar janji mereka dengan
Allah, dan bersujud untuk menyembah satu patung tuangan. Mereka tidak dapat mengharapkan
pengasihan Allah melalui satu perjanjian yang telah mereka langgar; dan
sekarang, menyadari akan kekejian hati mereka dan kebutuhan mereka akan
keampunan, mereka dituntun untuk merasakan kebutuhan Juruselamat yang
dinyatakan dalam perjanjian Abraham, dan yang dilambangkan oleh persembahan
korban. Sekarang oleh iman dan kasih mereka diikat kepada Allah sebagai
pembebas mereka dari perhambaan dosa. Sekarang mereka bersedia untuk menghargai
berkat-berkat perjanjian baru."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, fid. 1, hlm. 440, 441.
PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.
Apakah perjalanan hidup Anda
dengan Tuhan lebih menyerupai model "perjanjian lama" atau
"perjanjian baru?" Bagaimanakah Anda dapat membedakannya?
2.
Apakah isu di gereja Anda saat ini yang membuat suasana menjadi
tegang? Bagaimanakah hal itu diselesaikan? Meskipun Anda menjadi korban
"penganiayaan," bagaimanakah Anda memastikan, bahvva Anda tidak
melakukan penganiayaan? Adakah garis yang membatasinya? (Lihat juga Matius 18:15-17).
3.
Sudah berapa kalikah Anda berjanji kepada Tuhan untuk tidak akan
melakukan ini dan itu, dan ternyata Anda masih melakukannya lagi? Bagaimanakah
fakta yang menyedihkan ini menolong Anda untuk mengerti makna kasih karunia?
RANGKUMAN: Cerita tentang Hagar, Ismael, dan Bangsa Israel di Sinai
menggambarkan betapa bodohnya bersandar pada usaha kita sendiri dalam
menyelesaikan apa yang Allah telah janjikan. Metode pembenaran diri ini
digolongkan dalam perjanjian lama. Perjanjian baru adalah perjanjian kekal akan
kasih karunia Allah yang pertama kali dibuat untuk Adam dan Hawa setelah mereka
berdosa, diperbarui oleh Abraham, dan pada akhirnya digenapi dalam Kristus.
Pratinjau
Pelajaran 11
Kemerdekaan dalam Kristus
Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Galatia 5:l-15; 1 Korintus 6:20; Roma 8:1;
lbrani 2:14, 15; Roma 8:4; 13:8.
AYAT HAFALAN: "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil
untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai
kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang
lain oleh kasih" (Galatia 5:13).
Dalam Galatia 2:4, Paulus secara ringkas menyatakan
pentingnyamenjaga "kemerdekaan" yang kita miliki dalam Kristus Yesus.
Namun apakah yang Paulus maksudkan dengan "kemerdekaan," yang sering
dia sebutkan? Apakah yang tercakup dalam kemerdekaan itu? Sejauh manakah kemerdekaan
ini? Apakah kemerdekaan ini memiliki batasan? Apakah hubungan yang dimiliki
antara kemerdekaan di dalam Kristus dengan hukum?
Paulus menanggapi pertanyaan-pertanyaan ini dengan mengamarkan
jemaat Galatia akan dua bahaya. Yang pertama adalah legalisme. Para penentang
Paulus di Galatia berusahakeras mencoba mendapatkan kebaikan Allah melalui
tingkah laku mereka sehingga mereka kehilangan pandangan terhadap pekerjaan
Kristus yang sifatnya memerdekakan, keselamatan yang dulu mereka pernah miliki
di dalam Kristus dengan iman. Ancaman kedua ialah kecenderungan untuk menyia-nyiakan
kemerdekaan yang Kristus telah bayar bagi kita dengan menyimparig menuju
perilaku yang tidak bermoral. Mereka yang memiliki pandangan ini beranggapan
bahwa kemerdekaan itu bertentangan dengan hukum.
Baik legalisme dan hedonisme sama-sama menentang kemerdekaan, oleh
karena mereka sama-sama menjaga para pengikutnya dalam suatu bentuk perbudakan.
Imbauan Paulus kepada jemaat Galatia, bertujuan, agar mereka berdiri teguh
dalam kemerdekaan sejati sebagai milik mereka yang sebenarnya di dalam Kristus.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk
persiapan Sabat, 10 Desember.
No comments:
Post a Comment