Paulus: Rasul bagi Bangsa
Non-Yahudi
Sabat Petang
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kisah
6:9-15; 9:1-9; 1 Samuel 16:7; Matius 7:1; Kisah 11:19-21; 15:1-5.
AYAT HAFALAN: "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka
menjadi tenang, lalu mereka memuliakan Allah, katanya:'Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah
mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup'" (Kisah
11:18).
Tidaklah sulit untuk memahami Saul dari Tarsus (yang kemudian
dikenal sebagai Rasul Paulus setelah pertobatannya), dan mengapa dia melakukan
hal-hal yang telah dilakukannya. Sebagai orang Yahudi yang taat yang di sepanjang
hidupnya diajarkan tentang pentingnya hukum dan tentang datangnya pembebasan
secara politik bagi Bangsa Israel, ide tentang Mesias yang telah lama ditunggu
namun secara memalukan dihukum seperti seorang penjahat menjadi sangat tidak
masuk akal untuk ditoleransi.
Tidak heran, kemudian, dia diyakinkan bahwa para pengikut Yesus
adalah orang-orang yang tidak taat pada hukum Taurat, sehingga, menghambat
rencana Allah bagi Bangsa Israel. Mereka menyatakan bahwa Yesus yang tersalib
adalah Mesias dan bahwa la telah bangkit dari orang mati, Saulus meyakini hal
ini sebagai kemurtadan. Tidak ada toleransi untuk hal yang tidak masuk akal
atau untuk siapa saja yang tidak mau meninggalkan gagasan itu. Saulus telah
bertekad menjadi agen Allah untuk membersihkan Bangsa Israel dari keyakinan
ini. Demikianlah, pertama kali dia tampil dalam Alkitab sebagai seorang penganiaya
yang kejam terhadap Bangsa Yahudi yang adalah saudaranya, mereka yang percaya
bahwa Yesus adalah Mesias.
Bagaimanapun juga, Allah memiliki rencana yang sangat berbeda bagi
Saulus, rencana yang dia tidak pernah harapkan bagi dirinya: bukan saja orang
Yahudi ini akan berkhotbah tentang Yesus sebagai Mesias, dia juga akan mengkhotbahkannya
kepada bangsa-bangsa bukan bangsa Yahudi!
*Pelajari pelajaran
pekan ini untuk persiapan Sabat, 1 Oktober.
Minggu 25
September
PENGAN1AYA UMAT KRISTEN
Saulus dari Tarsus pertama kali muncul dalam kitab Kisah Para
Rasul sebagai orang yang turut terlibat dalam peristiwa melempari Stefanus
dengan batu (Kisah 7:58) kemudian dihubungkan dengan penganiayaan dalam
ruang lingkup yang lebih luas lagi di seluruh kota Yerusalem (Kisah 8:1-5). Petrus,
Stefanus, Filipus, dan Paulus memainkan peranan penting dalam'buku Kisah karena
me-reka terlibat dalam peristiwa yang menyebabkan tersebarnya iman Kristen di
luar wilayah Yahudi. Stefanus adalah orang yang sangat berperan oleh karena
khotbah dan kematiannya sebagai seorang martir nampaknya memiliki pengaruh yang
dalam pada Saulus dari Tarsus.
Stefanus sendiri adalah orang Yunani (namun menggunakan Bahasa
Yahudi), dan merupakan salah satu dari tujuh diaken (Kisah 6:3-6). Menurut
buku Kisah Para Rasul, sekelompok orang Yahudi datang dari kota jauh dan
tinggal di Yerusalem (ayat 9) berdebat dengan Stefanus mengenai
isikhotbahnya tentang Yesus. Sangat mungkin, bahwa Saulus dari Tarsus terlibat
dalam perdebatan ini.
Baca Kisah 6:9-15. Tuduhan
apakah yang diajukan kepada Stefanus? Apakah yangAnda ingatsehubungan dengan
tuduhan ini? (Lihat juga Matius
26:59-61).
Kisah 6:9-15
6:9 Tetapi
tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang
Libertini--anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari
Aleksandria--bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia.
Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus,
6:10 tetapi
mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.
6:11 Lalu
mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: "Kami telah mendengar
dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah."
6:12 Dengan
jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta
tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan
membawanya ke hadapan Mahkamah Agama.
6:13 Lalu
mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: "Orang ini terus-menerus
mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat,
6:14 sebab
kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan
merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa
kepada kita."
6:15 Semua
orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka
melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.
Serangan sengit yang ditujukan pada khotbah Stefanus nampaknya
berasal dari dua hal yang berbeda. Dari satu sisi, Stefanus membangkitkan
amarah lawan-lawannya dengan sikapnya yang tidak menganggap penting hukum
Bangsa Yahudi dan bait suci Yerusalem, sementarahal inilah yang menjadi pokok
utama dari Yudaisme dan sekaligus menjadi lam bang identitas rohani dan
kenegaraan. Tetapi Stefanus bertindak lebih jauh lagi dari sekadar meremehkan
kedua lambang itu; dengan berani dia menyatakan bahwa Yesus, Mesias yang telah
disa-libkan dan kemudian bangkit lagi, sebenarnya adalah inti dari iman Yahudi.
Tidak heran, kemudian, dia menimbulkan kemarahan Saulus (Filipi.
3:3-6), seorang yang memiliki semangat yang sungguh untuk menentang umat
Kristen yang mula-mula, hal ini menunjukkan bahwa dia berasal dari kelompok
Farisi garis keras yang sangat militan, seorang yang dipenuhi semangat
revolusi. Saulus melihat bahwa janji-janji nubuatan dari kerajaan Allah belum
digenapi (Daniel 2; Zakharia. 8:23; Yesaya 40-55), mungkin saja dia
memiliki keyakinan yang kuat bahwa dia harus menolong Allah untuk tiba pada hari itu—dengan jalan membersihkan Bangsa Israel dari
penyimpangan agama, termasuk juga ide yang menyebutkan Yesus sebagai Mesias.
Merasa dirinya sudah benar,
Saulus siap membunuh siapa saja yang dia anggap salah. Sementara kita perlu
memelihara semangat untuk raembela keyakinan kita, bagaimanakah kita dapat
belajar untuk sadar bahwa terkadang, kita mungkin saja salah?
Senin 26 September
PERTOBATAN
SAULUS
"Jawab Saulus, 'Siapakah Engkau, Tuhan?' Kata-Nya,' Akulah
Yesus, yang kau aniaya itu.'" (Kisah 9:5).
Meskipun penganiayaan Saulus terhadap gereja yang mula:mula
pada awalnya tidak menarik perhatian banyak orang (dan dia hanya bertugas
menjaga jubah para penganiaya Stefanus), namun dengan cepat meningkat (lihat
Kisah 8:1-3; 9:1, 2, 13, 14, 21; 22:3-5). Beberapa kata yang digunakan
Lukas untuk menggambarkan karakter Saulus memberikan gambaran binatang yang
liar, buas atau bagaikan seorang tentara yang menjarah dan menghancurkan
lawannya. Sebagai contoh, kata yang diterjemahkan dengan
"membinasakan" dalam Kisah 8:3, digunakan dalam terjemahan Yunani
untuk Perjanjian Lama dalam (Mazmur. 80:13) untuk menggambarkan sifat yang
tidak terkendali dan perilaku merusak dari seekor babi liar. Penyerangan Saulus
terhadap umat Kristen tidak dilakukan dengan setengah hati; itu merupakan suatu
hal yang sengaja dilakukan dan diperkuat oleh sebuah rencana untuk melenyapkan
iman Kristen.
Lihatlah tiga gambaran
tentang pertobatan Saulus (Kisah 9:1-18; 22:6-21, dan 26:12-19). Apakah
peran kasih karunia Allah dalam pengalaman ini? Dengan kata lain, seberapa
layakkah Saulus menerima kebaikan yang Tuhan tunjukkan kepadanya?
Kisah 9:1-18
9:1.
Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh
murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
9:2 dan
meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di
Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti
Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
9:3 Dalam
perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya
memancar dari langit mengelilingi dia.
9:4 Ia rebah
ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya:
"Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
9:5 Jawab
Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang
kauaniaya itu.
9:6 Tetapi
bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang
harus kauperbuat."
9:7 Maka
termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar
suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.
9:8 Saulus
bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat
apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
9:9 Tiga
hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan
minum.
9:10. Di
Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam
suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"
9:11 Firman
Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di
rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa,
9:12 dan
dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke
dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat
lagi."
9:13 Jawab
Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu,
betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di
Yerusalem.
9:14 Dan ia
datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua
orang yang memanggil nama-Mu."
9:15 Tetapi
firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan
bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja
dan orang-orang Israel.
9:16 Aku
sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia
tanggung oleh karena nama-Ku."
9:17 Lalu
pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke
atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah
menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku
kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."
9:18 Dan
seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat
melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.
Kisah 22:6-21
22:6 Tetapi
dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah
hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi
aku.
22:7 Maka
rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku:
Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?
22:8
Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang
kauaniaya itu.
22:9 Dan
mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang
berkata kepadaku, tidak mereka dengar.
22:10 Maka
kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan
pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang
ditugaskan kepadamu.
22:11 Dan
karena aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu,
maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik.
22:12 Di
situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan
terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ.
22:13 Ia
datang berdiri di dekatku dan berkata: Saulus, saudaraku, bukalah matamu dan
melihatlah! Dan seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia.
22:14 Lalu
katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui
kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar
dari mulut-Nya.
22:15 Sebab
engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat
dan yang kaudengar.
22:16 Dan
sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis
dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!
22:17
Sesudah aku kembali di Yerusalem dan ketika aku sedang berdoa di dalam Bait
Allah, rohku diliputi oleh kuasa ilahi.
22:18 Aku
melihat Dia, yang berkata kepadaku: Lekaslah, segeralah tinggalkan Yerusalem,
sebab mereka tidak akan menerima kesaksianmu tentang Aku.
22:19
Jawabku: Tuhan, mereka tahu, bahwa akulah yang pergi dari rumah ibadat yang
satu ke rumah ibadat yang lain dan yang memasukkan mereka yang percaya
kepada-Mu ke dalam penjara dan menyesah mereka.
22:20 Dan
ketika darah Stefanus, saksi-Mu itu, ditumpahkan, aku ada di situ dan
menyetujui perbuatan itu dan aku menjaga pakaian mereka yang membunuhnya.
22:21 Tetapi
kata Tuhan kepadaku: Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini
kepada bangsa-bangsa lain."
Kisah 26:12-19
26:12.
"Dan dalam keadaan demikian, ketika aku dengan kuasa penuh dan tugas dari
imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik,
26:13
tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan
itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit
meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.
26:14 Kami
semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku
dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar
bagimu menendang ke galah rangsang.
26:15 Tetapi
aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya
itu.
26:16 Tetapi
sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk
menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah
kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.
26:17 Aku
akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku
akan mengutus engkau kepada mereka,
26:18 untuk
membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan
dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku
memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk
orang-orang yang dikuduskan.
26:19 Sebab
itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku
tidak taat.
Pertobatan Saulus, menurut pemikiran manusia, kelihatannya mustahil
(de-mikianlah keraguan yang ditunjukkan oleh orang banyak saat pertama kali mereka
mendengarnya). Satu-satunya yang Saulus layak terima adalah hukuman, namun
Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang Yahudi yang taat ini. Sangat penting
untuk dicatat, bagaimanapun juga, pertobatan Saulus tidak terjadi dalam keadaan
pasif, tidak juga dipaksakan.
Saulus bukanlah seorang ateis. Dia adalah seorang yang sangat
rohani, meskipun pemahamannya tentang Allah sangat keliru. Perkataan Yesus
pada Paulus, "Sukar bagimu menendang ke galah rangsang" (Kisah 26:14), menunjukkan
bahwa Roh Suci telah meyakinkan Saulus. Pada zaman dulu, sebuah "galah
rangsang" adalah sebatang kayu dengan ujung yang tajam digunakan untukmemaksa
lembu, ketika lembu itu tidak mau membajak. Saulus telah menghindar dari
bisikan Roh Allah untuk beberapa waktu lamanya, namun akhirnya dalam
perjalanannya ke Damsyik, lewat suatu pertemuan ajaib dengan Yesus yang telah
bangkit, Saulus memilih untuk menyerah dan menghentikan perlawanannya.
Renungkanlah pengalaman pertobatan Anda. Mungkin hai itu
tidakse-hebat pertobatan Paulus (kebanyakan tidak seperti Paulus), namun sebagai
penerima kasih karunia Allah, persamaan apakah yangAnda miliki? Mengapa sangat
penting bagi kita untuk tidak melupakan apa yang telah kita terima dalam
Kristus?
Selasa 27 September
SAULUS Dl
DAMSYIK
Dalam pertemuannya dengan Yesus, Saulus menjadi buta dan diminta
untuk pergi ke rumah Yudas, di sanalah dia menunggu seorang yang
bernama, Ananias. Tidak heran, kalau kebutaan Saulus secara fisik menjadi suatu
hal yang sangat berkuasa untuk mengingatkan dia pada kebutaannya secara rohani,
yang mendorong dia untuk melakukan penganiayaan terhadap pengikut Yesus.
Penampakan Yesus kepadanya dalam perjalanan ke Damsyik mengubah segalanya.
Tadinya Saulus berpikir bahwa dia selama ini sudah benar, pada kenyataannya dia
salah besar. Gantinya bekerja untuk Allah, dia telah bekerja melawan Allah.
Saulus memasuki Kota Damsyik sebagai manusia yang telah diubahkan, dia tidak
datang dengan keangkuhan orang Farisi yang datang dari Kota Yerusalem. Gantinya
makan dan minum, Saulus berpuasa dan berdoa di Damsyik tiga hari lamanya sambil
merenungkan segala sesuatu yang telah terjadi.
Bacalah Kisah 9:10-14. Coba bayangkan apa yang mungkin Ananias
pikirkan pada saat itu: Saulus bukan hanya, seorang penganiaya, sekarang dia
telah percaya pada Yesus, dia juga Paulus, rasul yang telah dipilih Allah untuk
memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (lihat Kisah 26:16-18).
Tidak heran jika Ananias agak bingung. Jika jemaat di Yerusalem masih
enggan menerima Paulus meskipun dia telah bertobat sekitar tiga tahun lamanya (Kisah
9:26-30), kita dapat bayangkan pertanyaan dan pergumulan apa yang memenuhi
hati umat percaya di Damsyik saat dia baru bertobat beberapa hari!
Perlu diingat, bahwa Ananias menerima sebuah penglihatan yang
berasal dari Tuhanyang menyatakan berita yang sangatmengejutkan
tentang Saulus dari Tarsus; selain dari penglihatan mungkin tidak ada yang
dapat meyakinkannya bahwa kisah pertobatan Saulus memang benar—seorang yang tadinya
membenci masyarakat Yahudi yang percaya pada Yesus, sekarang telah bergabung
dengan mereka.
Saulus telah meninggalkan Yerusalem dengan kuasa serta penugasan
yang dia terima dari imam kepala untuk mengikis habis iman umat Kristen (Kisah
26:12); namun Allah memiliki, penugasan yang berbeda untuk Saulus, di mana
dia menerima otoritas yang lebih besar. Saulus diminta untuk memberitakan Injil
kepada bangsa-bangsa non-Yahudi; bagi Ananias dan juga bagi umat Kristen Yahudi
pada umumnya hal ini merupakan suatu gagasan yang lebih mengejut-kan daripada
kisah pertobatan Saulus itu sendiri.
Ketika Saulus mencoba menghentikan penyebaran iman Kristiani, saat
itu juga Allah mau menggunakan dia untuk menyebarkannya lebih daripada apa yang
dapat dibayangkan oleh golongan Yahudi yang percaya.
Baca 1 Samuel 16:7, Matius
7:1, dan 1 Korintus 4:5. Apakah isi pekabaran ayat-ayat ini sehubungan dengan
pentingnya kita untuk berhati-hati saat kita melihat pengalaman rohani orang
lain? Kesalahan apakah yang Anda pernah lakukan dalam memberikan penilaian pada
orang lain, dan pelajaran apakah yang Anda ambil dari pengalaman itu?
1 Samuel 16:7
16:7 Tetapi
berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau
perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia
yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN
melihat hati."
Matius 7:1
7:1.
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
1 Korintus 4:5
4:5 Karena
itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan
menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan
memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan
menerima pujian dari Allah.
Rabu 28 September
INJIL
MENJANGKAU BANGSA-BANGSA LAIN
Di manakah pertama kali gereja non-Yahudi ditemukan? Peristiwa apakah
yang menyebabkan umat percaya pergi ke sana? (Kisah 11:19-21, 26). Apakah
yang Anda ingat sehubungan dengan hal ini dalam zaman Per-janjian Lama? (Lihat
Daniel 2).
Penganiayaan yang terjadi di Yerusalem setelah kematian Stefanus
menyebabkan sebagian umat percaya melarikan diri sejauh 300 mil ke arah utara
di Antiokhia. Sebagai ibukota propinsi Syria, Antiokhia merupakan kota terbesar
setelah Roma dan Alexandria. Penduduknya, diperkirakan lima ratus ribu jiwa,
sebagai kota modern pada saat itu, menjadikan kota itu sangat ideal bukan saja
untuk sebuah gereja non-Yahudi namun juga sebagai kantor pusat bagi misi global
gereja yang mula-mula.
Apakah yang terjadi di
Antiokhia yang menyebabkan kunjungan Barnabas ke kota itu dan keputusannya
untuk mengundang Paulus bergabung dengannya di Antiokhia? Gambaran apakah yang
diberikan oleh gereja di sana? (Kisah 11:20-26).
Kisah 11:20-26
11:20 Akan
tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di
Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan
Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan.
11:21 Dan
tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan
berbalik kepada Tuhan.
11:22 Maka
sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu
mengutus Barnabas ke Antiokhia.
11:23
Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia
menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan,
11:24 karena
Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang
dibawa kepada Tuhan.
11:25 Lalu
pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan
dia, ia membawanya ke Antiokhia.
11:26 Mereka
tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar
banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut
Kristen.
Kelihatannya sulit untuk menyusun kronologis kehidupan Paulus,
namun nampaknya bahwa sekitar lima tahun sesudah pertobatannya barulah dia
ber-kunjung ke Yerusalem (Kisah 9:26-30) yang diikuti dengan undahgan
Barnabas untuk bergabung dengannya di Antiokhia. Apakah yang Paulus lakukan
pada masa itu? Tidak dapat dipastikan. Namun berdasarkan komentarnya dalam
su-rat Galatia 1:21, kemungkinan dia mengkhotbahkan Injil di wilayah Siria dan
Kilikia. Beberapa orang mengatakan, kemungkinan, pada masa inilah hak wa-risnya
dicabut oleh keluarganya (Filipi. 3:8) dan mengalami berbagai kesukaran
seperti yang digambarkannya dalam 2 Korintus 11:23-28. Jemaat di Antiokhia
bertumbuh di bawah tuntunan Roh Kudus. Gambaran yang diberikan dalam Kisah
13:1 menunjukkan bahwa keadaan kota yang sangat modern segera dapat terlihat
dalam keanekaragaman suku dan budaya di jemaat itu. (Barnabas berasal dari
Siprus, Lucius dari Kirene, Paulus dari Kilikia, Simon kemungkinan dari Afrika,
dan masih banyak bangsa-bangsa lain yang telah bertobat). Roh Kudus sekarang
siap menyebarkan Injil kepada bangsa-bangsa lain dengan menggunakan Antiokhia
sebagai tempat untuk mengatur kegiatan-kegiatan penginjilan dalam cakupan yang
lebih luas lagi, melewati wilayah Siria dan Yudea.
Baca kembali Kisah 11:19-26. Apakah yang dapat kita pelajari dari
jemaat di Antiokhia, satu jemaat yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya,
dapatkah hal ini menolong gereja-gereja saat ini untuk mengambil contoh dari
hal-hal baik yang ada di jemaat itu?
Kamis 29 September
KONFLIK Dl
DALAM JEMAAT
Sudah jelas, tidak ada manusia yang sempurna, dan dalam waktu yang
tidak terlalu lama terjadilah masalah di antara anggota jemaat yang mula-mula.
Pada mulanya, tidak semua orang senang menerima umat percaya yang
bukan Yahudi, bergabung dengan jemaat itu. Permasalahannya bukanlah pada konsep
misi kepada bangsa-bangsa lain, namun berdasarkan pada kriteria orang non-Yahudi
yang bagaimana yang boleh bergabung dengan mereka. Beberapa orang be-ranggapan
bahwa iman pada Yesus saja tidak cukup sebagai tanda umat Kristen; iman,
menurut mereka, haras ditambah dengan sunat dan penuratan akan hukum Musa.
Untuk menjadi umat Kristen yang benar, mereka mengharuskan, agar setiap orang
yang bukan Yahudi haras disunat. (Kita dapat melihat, dalam Kisah 10:1-11:18,
betapa luasnya perpecahan di antara orang Yahudi dan non-Yahudi melalui
pengalaman Petrus dengan Kornelius dan reaksi selanjutnya).
Kunjungan resmi dari Yerasalem, yang mengawasi pekerjaan Filipus
di antara orang Samaria (Kisah 8:14) dan pekerjaan di antara orang yang
bukan Yahudi di Antiokhia (Kisah 11:22), memberikan beberapa hal yang
perlu di-perhatikan sehubungan dengan bergabungnya golongan non-Yahudi ke dalam
komunitas Kristen. Namun, reaksi terhadap baptisan Kornelius oleh Petrus, dan
tentara Roma yang tidak disunat, merupakan suatu contoh yang jelas ada-nya
perbedaan pendapat di antara jemaat yang mula-mula mengenai pertobatan
bangsa-bangsa lain. Bergabungnya beberapa orang yang terpandang seperti
Kornelius bisa saja menyebabkan beberapa orang merasa tidak nyaman, tetapi
usaha Paulus untuk membuka pintu jemaat bagi bangsa-bangsa lain hanya atas
dasar iman kepada Yesus, mengakibatkan timbulnya usaha-usaha dari beberapa
orang untuk meremehkan pelayanan Paulus.
Bagaimanakah beberapa umat
percaya di Yudea mencoba menggagalkan pekerjaan Paulus di antara umat Kristen
non-Yahudi di Antiokhia? Kisah 15:1-5.
Kisah 15:1-5
15:1.
Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara
di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan
oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan."
15:2 Tetapi
Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu.
Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari
jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk
membicarakan soal itu.
15:3 Mereka
diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui
Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang
pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan
hati saudara-saudara di situ.
15:4
Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan
penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan
dengan perantaraan mereka.
15:5 Tetapi
beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan
berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk
menuruti hukum Musa."
Meskipun rapat majelis di Yerusalem, dalam Kisah 15, berpihak pada
Paulus dalam hal penyunatan, perlawanan terhadap pelayanan Paulus terus
berlanjut. Tujuh tahun kemudian, saat Paulus melakukan kunjungan terakhir ke
Yerusalem, masih banyak yang menaruh curiga atas Injil yang diajarkan Paulus.
Kenyataannya, saat Paulus mengunjungi bait suci, hampir saja dia kehilangan nyawanya
di mana orang Yahudi dari Asia berteriak, "Hai orang-orang Israel, tolong!
Inilah orang yang di mana-mana mengajar semua orang untuk menentang bangsa kita
dan menentang hukum Taurat dan tempat ini!" (Kisah 21:28; lihat juga
21:20, 21).
Tempatkanlah posisi Anda
pada pihakorang Yahudi yang sungguh-sungguh memperhatikan ajaran Paulus.
Mengapakah dukungan dan perlawanan yang mereka berikan sangat memiliki arti? Apakah
yang dapat kita pe-lajari dari hal ini tentang bagaimana prasangka yang kita
miliki, demikian juga latar belakang budaya (dan agama), dapat menyesatkan
kita? Bagaimanakah kita belajar untuk menjaga diri kita agar tidak membuat
kesa-lahan yang sama, (meskipun niat yang ada pada kita sungguh baik)?
Jumat 30 September
PENDALAMAN: Mengenai hubungan antara pertobatan pribadi dan gereja, baca
tulisan Ellen G. White, "Individual Independence," hlm. 430-434, dalam Testimonies
for the Church, jId. 3. Mengenai peta perjalanan Paulus dan komentar
mengenai pertobatannya, lihat The SDA Bible Commentary, jld. 6, hlm. 226-234.
"Paulus tadinya dikenal sebagai seorang yang penuh semangat
mempertahankan agama Yahudi dan seorang penganiaya yang selalu giat menganiaya
pengikut Yesus. Pemberani, menyukai kebebasan, seorang yang tekun, bakat dan
pelatihan yang dia jalani menyanggupkan dia untuk melayani hampir di semua
bidang pelayanan. Dia dapat memberikan penjelasan yang sangat luar. biasa, dan
dengan gaya bahasanya yang agak kasar dia juga dapat menyudutkan
lawan-lawannya. Sekarang orang Yahudi melihat bahwa orang muda yang berpotensi
ini telah bergabung dengan orang yang dia aniaya sebelumnya, dan dengan berani
berkhotbah dalam nama Yesus.
"Seorang jenderal yang mati dalam pertempuran dapat
melemahkan pasukannya, namun kematiannya tidak menambah kekuatan pasukan lawan.
Namun bilamana seorang yang berkualitas bergabung dengan pasukan lawan, hal ini
tidak hanya melemahkan pasukan yang ditinggalkannya, tetapi sekaligus dapat
memperkuat pihak yang menerimanya. Saulus dari Tarsus, dalam perjalanannya ke
Damsyik, dengan mudah dapat dibunuh oleh Tuhan, sehingga kekuatan para
penganiaya pasti akan berkurang. Namun Allah dengan hikmat-Nya yang tidak
terbatas tidak hanya membiarkan Saulus hidup, tetapi menobatkannya, dengan
demikian memindahkan pahlawan di pihak lawan menjadi pahlawan di pihak Kristus.
Seorang pembicara ulung dengan kritik yang tajam, Paulus, dengan tekadnya yang
teguh serta keberaniannya, memiliki segala persyaratan yang dibutuhkan di dalam
jemaat yang mula-mula."—Ellen G. White, The Acts of the Apostles, hlm. 124.
PERTANYAAN
UNTUK DISKUSI:
1.
Pelajaran apakah yang kita
dapatkan dari fakta bahwa beberapa di antara penentang Paulus yang paling
sengit adalah saudara kaum Yahudi yang juga percaya pada Yesus?
2.
Bagaimanakah Anda dapat mempertahankan prinsip-prinsip keaga-maan
dan pada saat yang sama memastikan bahwa Anda tidak melawan kehendak Allah?
RANGKUMAN: Pertemuan
Saulus dengan Yesus yang telah bangkit dalam perjalanan ke Damsyik merupakan
saat yang paling menentukan dalam hidupnya dan dalam sejarah gereja yang
mula-mula. Allah mengubah orang yang pernah menganiaya gereja dan menjadikannya
sebagai rasul piiihan untuk membawa berita Injil kepada bangsa-bangsa lain.
Penerimaan Paulus terhadap bangsa-bangsa non-Yahudi hanya didasarkan oleh iman,
merupakan konsep yang sulit diterima oleh beberapa orang dalam jemaat—menjadi sebuah contoh
yang nyata bagaimana praduga dan prasangka yang kita miliki dapat menghambat
misi kita.
No comments:
Post a Comment