PELAJARAN 1 TRIWULAN IV 2011


Paulus: Rasul bagi Bangsa Non-Yahudi

Sabat Petang

BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kisah 6:9-15; 9:1-9; 1 Sa­muel 16:7; Matius 7:1; Kisah 11:19-21; 15:1-5.

AYAT HAFALAN: "Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu mereka memuliakan Allah, katanya:'Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin ke­pada hidup'" (Kisah 11:18).

Tidaklah sulit untuk memahami Saul dari Tarsus (yang kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus setelah pertobatannya), dan mengapa dia melakukan hal-hal yang telah dilakukannya. Sebagai orang Yahudi yang taat yang di sepanjang hidupnya diajarkan tentang pentingnya hukum dan tentang datangnya pembebasan secara politik bagi Bangsa Israel, ide tentang Mesias yang telah lama ditunggu namun secara memalukan dihukum seperti seorang penjahat menjadi sangat tidak masuk akal untuk ditoleransi.
Tidak heran, kemudian, dia diyakinkan bahwa para pengikut Yesus adalah orang-orang yang tidak taat pada hukum Taurat, sehingga, menghambat rencana Allah bagi Bangsa Israel. Mereka menyatakan bahwa Yesus yang tersalib ada­lah Mesias dan bahwa la telah bangkit dari orang mati, Saulus meyakini hal ini sebagai kemurtadan. Tidak ada toleransi untuk hal yang tidak masuk akal atau untuk siapa saja yang tidak mau meninggalkan gagasan itu. Saulus telah bertekad menjadi agen Allah untuk membersihkan Bangsa Israel dari keyakinan ini. Demikianlah, pertama kali dia tampil dalam Alkitab sebagai seorang penganiaya yang kejam terhadap Bangsa Yahudi yang adalah saudaranya, mereka yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias.
Bagaimanapun juga, Allah memiliki rencana yang sangat berbeda bagi Saul­us, rencana yang dia tidak pernah harapkan bagi dirinya: bukan saja orang Ya­hudi ini akan berkhotbah tentang Yesus sebagai Mesias, dia juga akan mengkhotbahkannya kepada bangsa-bangsa bukan bangsa Yahudi!
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 1 Oktober.

Minggu 25 September
PENGAN1AYA UMAT KRISTEN

Saulus dari Tarsus pertama kali muncul dalam kitab Kisah Para Rasul sebagai orang yang turut terlibat dalam peristiwa melempari Stefanus dengan batu (Kisah 7:58) kemudian dihubungkan dengan penganiayaan dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi di seluruh kota Yerusalem (Kisah 8:1-5). Petrus, Stefanus, Filipus, dan Paulus memainkan peranan penting dalam'buku Kisah karena me-reka terlibat dalam peristiwa yang menyebabkan tersebarnya iman Kristen di luar wilayah Yahudi. Stefanus adalah orang yang sangat berperan oleh karena khotbah dan kematiannya sebagai seorang martir nampaknya memiliki pengaruh yang dalam pada Saulus dari Tarsus.
Stefanus sendiri adalah orang Yunani (namun menggunakan Bahasa Yahudi), dan merupakan salah satu dari tujuh diaken (Kisah 6:3-6). Menurut buku Kisah Para Rasul, sekelompok orang Yahudi datang dari kota jauh dan tinggal di Yeru­salem (ayat 9) berdebat dengan Stefanus mengenai isikhotbahnya tentang Yesus. Sangat mungkin, bahwa Saulus dari Tarsus terlibat dalam perdebatan ini.

Baca Kisah 6:9-15. Tuduhan apakah yang diajukan kepada Stefanus? Apakah yangAnda ingatsehubungan dengan tuduhan ini? (Lihat juga Matius 26:59-61).
Kisah 6:9-15
6:9 Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini--anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria--bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus,
6:10 tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.
6:11 Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: "Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah."
6:12 Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama.
6:13 Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: "Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat,
6:14 sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita."
6:15 Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.


Serangan sengit yang ditujukan pada khotbah Stefanus nampaknya berasal dari dua hal yang berbeda. Dari satu sisi, Stefanus membangkitkan amarah lawan-lawannya dengan sikapnya yang tidak menganggap penting hukum Bangsa Yahudi dan bait suci Yerusalem, sementarahal inilah yang menjadi pokok utama dari Yudaisme dan sekaligus menjadi lam bang identitas rohani dan kenegaraan. Tetapi Stefanus bertindak lebih jauh lagi dari sekadar meremehkan kedua lambang itu; dengan berani dia menyatakan bahwa Yesus, Mesias yang telah disa-libkan dan kemudian bangkit lagi, sebenarnya adalah inti dari iman Yahudi.
Tidak heran, kemudian, dia menimbulkan kemarahan Saulus (Filipi. 3:3-6), seorang yang memiliki semangat yang sungguh untuk menentang umat Kristen yang mula-mula, hal ini menunjukkan bahwa dia berasal dari kelompok Farisi garis keras yang sangat militan, seorang yang dipenuhi semangat revolusi. Saulus melihat bahwa janji-janji nubuatan dari kerajaan Allah belum digenapi (Daniel 2; Zakharia. 8:23; Yesaya 40-55), mungkin saja dia memiliki keyakinan yang kuat bahwa dia harus menolong Allah untuk tiba pada hari itu—dengan jalan membersihkan Bangsa Israel dari penyimpangan agama, termasuk juga ide yang menyebutkan Yesus sebagai Mesias.

Merasa dirinya sudah benar, Saulus siap membunuh siapa saja yang dia anggap salah. Sementara kita perlu memelihara semangat untuk raembela keyakinan kita, bagaimanakah kita dapat belajar untuk sadar bahwa terkadang, kita mungkin saja salah?

Senin 26 September
PERTOBATAN SAULUS

"Jawab Saulus, 'Siapakah Engkau, Tuhan?' Kata-Nya,' Akulah Yesus, yang kau aniaya itu.'" (Kisah 9:5).
Meskipun penganiayaan Saulus terhadap gereja yang mula:mula pada awalnya tidak menarik perhatian banyak orang (dan dia hanya bertugas menjaga jubah para penganiaya Stefanus), namun dengan cepat meningkat (lihat Kisah 8:1-3; 9:1, 2, 13, 14, 21; 22:3-5). Beberapa kata yang digunakan Lukas untuk menggambarkan karakter Saulus memberikan gambaran binatang yang liar, buas atau bagaikan seorang tentara yang menjarah dan menghancurkan lawannya. Seba­gai contoh, kata yang diterjemahkan dengan "membinasakan" dalam Kisah 8:3, digunakan dalam terjemahan Yunani untuk Perjanjian Lama dalam (Mazmur. 80:13) untuk menggambarkan sifat yang tidak terkendali dan perilaku merusak dari seekor babi liar. Penyerangan Saulus terhadap umat Kristen tidak dilakukan dengan setengah hati; itu merupakan suatu hal yang sengaja dilakukan dan diperkuat oleh sebuah rencana untuk melenyapkan iman Kristen.

Lihatlah tiga gambaran tentang pertobatan Saulus (Kisah 9:1-18; 22:6-21, dan 26:12-19). Apakah peran kasih karunia Allah dalam pengalaman ini? Dengan kata lain, seberapa layakkah Saulus menerima kebaikan yang Tuhan tunjukkan kepadanya?
Kisah 9:1-18
9:1. Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
9:2 dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
9:3 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.
9:4 Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
9:5 Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.
9:6 Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat."
9:7 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.
9:8 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
9:9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.
9:10. Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"
9:11 Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa,
9:12 dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi."
9:13 Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.
9:14 Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu."
9:15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
9:16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
9:17 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."
9:18 Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.

Kisah 22:6-21
22:6 Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku.
22:7 Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang berkata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?
22:8 Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu.
22:9 Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.
22:10 Maka kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu.
22:11 Dan karena aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu, maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik.
22:12 Di situ ada seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ.
22:13 Ia datang berdiri di dekatku dan berkata: Saulus, saudaraku, bukalah matamu dan melihatlah! Dan seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia.
22:14 Lalu katanya: Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya.
22:15 Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar.
22:16 Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!
22:17 Sesudah aku kembali di Yerusalem dan ketika aku sedang berdoa di dalam Bait Allah, rohku diliputi oleh kuasa ilahi.
22:18 Aku melihat Dia, yang berkata kepadaku: Lekaslah, segeralah tinggalkan Yerusalem, sebab mereka tidak akan menerima kesaksianmu tentang Aku.
22:19 Jawabku: Tuhan, mereka tahu, bahwa akulah yang pergi dari rumah ibadat yang satu ke rumah ibadat yang lain dan yang memasukkan mereka yang percaya kepada-Mu ke dalam penjara dan menyesah mereka.
22:20 Dan ketika darah Stefanus, saksi-Mu itu, ditumpahkan, aku ada di situ dan menyetujui perbuatan itu dan aku menjaga pakaian mereka yang membunuhnya.
22:21 Tetapi kata Tuhan kepadaku: Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain."

Kisah 26:12-19
26:12. "Dan dalam keadaan demikian, ketika aku dengan kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala sedang dalam perjalanan ke Damsyik,
26:13 tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.
26:14 Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.
26:15 Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu.
26:16 Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.
26:17 Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka,
26:18 untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.
26:19 Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.

Pertobatan Saulus, menurut pemikiran manusia, kelihatannya mustahil (de-mikianlah keraguan yang ditunjukkan oleh orang banyak saat pertama kali mereka mendengarnya). Satu-satunya yang Saulus layak terima adalah hukuman, namun Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang Yahudi yang taat ini. Sa­ngat penting untuk dicatat, bagaimanapun juga, pertobatan Saulus tidak terjadi dalam keadaan pasif, tidak juga dipaksakan.
Saulus bukanlah seorang ateis. Dia adalah seorang yang sangat rohani, mes­kipun pemahamannya tentang Allah sangat keliru. Perkataan Yesus pada Paulus, "Sukar bagimu menendang ke galah rangsang" (Kisah 26:14), menunjukkan bah­wa Roh Suci telah meyakinkan Saulus. Pada zaman dulu, sebuah "galah rangsang" adalah sebatang kayu dengan ujung yang tajam digunakan untukmemaksa lembu, ketika lembu itu tidak mau membajak. Saulus telah menghindar dari bisikan Roh Allah untuk beberapa waktu lamanya, namun akhirnya dalam perjalanannya ke Damsyik, lewat suatu pertemuan ajaib dengan Yesus yang telah bangkit, Saulus memilih untuk menyerah dan menghentikan perlawanannya.

Renungkanlah pengalaman pertobatan Anda. Mungkin hai itu tidakse-hebat pertobatan Paulus (kebanyakan tidak seperti Paulus), namun seba­gai penerima kasih karunia Allah, persamaan apakah yangAnda miliki? Mengapa sangat penting bagi kita untuk tidak melupakan apa yang telah kita terima dalam Kristus?

Selasa 27 September
SAULUS Dl DAMSYIK

Dalam pertemuannya dengan Yesus, Saulus menjadi buta dan diminta untuk pergi ke rumah Yudas, di sanalah dia menunggu seorang yang bernama, Ananias. Tidak heran, kalau kebutaan Saulus secara fisik menjadi suatu hal yang sangat berkuasa untuk mengingatkan dia pada kebutaannya secara rohani, yang mendorong dia untuk melakukan penganiayaan terhadap pengikut Yesus.
Penampakan Yesus kepadanya dalam perjalanan ke Damsyik mengubah segalanya. Tadinya Saulus berpikir bahwa dia selama ini sudah benar, pada kenyataannya dia salah besar. Gantinya bekerja untuk Allah, dia telah bekerja melawan Allah. Saulus memasuki Kota Damsyik sebagai manusia yang telah diubahkan, dia tidak datang dengan keangkuhan orang Farisi yang datang dari Kota Yerusalem. Gantinya makan dan minum, Saulus berpuasa dan berdoa di Damsyik tiga hari lamanya sambil merenungkan segala sesuatu yang telah terjadi.
Bacalah Kisah 9:10-14. Coba bayangkan apa yang mungkin Ananias pikirkan pada saat itu: Saulus bukan hanya, seorang penganiaya, sekarang dia telah percaya pada Yesus, dia juga Paulus, rasul yang telah dipilih Allah untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (lihat Kisah 26:16-18).
Tidak heran jika Ananias agak bingung. Jika jemaat di Yerusalem masih enggan menerima Paulus meskipun dia telah bertobat sekitar tiga tahun lamanya (Kisah 9:26-30), kita dapat bayangkan pertanyaan dan pergumulan apa yang memenuhi hati umat percaya di Damsyik saat dia baru bertobat beberapa hari!
Perlu diingat, bahwa Ananias menerima sebuah penglihatan yang berasal dari Tuhanyang menyatakan berita yang sangatmengejutkan tentang Saulus dari Tarsus; selain dari penglihatan mungkin tidak ada yang dapat meyakinkannya bahwa kisah pertobatan Saulus memang benar—seorang yang tadinya membenci masyarakat Yahudi yang percaya pada Yesus, sekarang telah bergabung dengan mereka.
Saulus telah meninggalkan Yerusalem dengan kuasa serta penugasan yang dia terima dari imam kepala untuk mengikis habis iman umat Kristen (Kisah 26:12); namun Allah memiliki, penugasan yang berbeda untuk Saulus, di mana dia menerima otoritas yang lebih besar. Saulus diminta untuk memberitakan In­jil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi; bagi Ananias dan juga bagi umat Kristen Yahudi pada umumnya hal ini merupakan suatu gagasan yang lebih mengejut-kan daripada kisah pertobatan Saulus itu sendiri.
Ketika Saulus mencoba menghentikan penyebaran iman Kristiani, saat itu juga Allah mau menggunakan dia untuk menyebarkannya lebih daripada apa yang dapat dibayangkan oleh golongan Yahudi yang percaya.

Baca 1 Samuel 16:7, Matius 7:1, dan 1 Korintus 4:5. Apakah isi pekabaran ayat-ayat ini sehubungan dengan pentingnya kita untuk berhati-hati saat kita melihat pengalaman rohani orang lain? Kesalahan apakah yang Anda pernah lakukan dalam memberikan penilaian pada orang lain, dan pelajaran apakah yang Anda ambil dari pengalaman itu?
1 Samuel 16:7
16:7 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Matius 7:1
7:1. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

1 Korintus 4:5
4:5 Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

Rabu 28 September
INJIL MENJANGKAU BANGSA-BANGSA LAIN

Di manakah pertama kali gereja non-Yahudi ditemukan? Peristiwa apa­kah yang menyebabkan umat percaya pergi ke sana? (Kisah 11:19-21, 26). Apakah yang Anda ingat sehubungan dengan hal ini dalam zaman Per-janjian Lama? (Lihat Daniel 2).
Penganiayaan yang terjadi di Yerusalem setelah kematian Stefanus menye­babkan sebagian umat percaya melarikan diri sejauh 300 mil ke arah utara di Antiokhia. Sebagai ibukota propinsi Syria, Antiokhia merupakan kota terbesar setelah Roma dan Alexandria. Penduduknya, diperkirakan lima ratus ribu jiwa, sebagai kota modern pada saat itu, menjadikan kota itu sangat ideal bukan saja untuk sebuah gereja non-Yahudi namun juga sebagai kantor pusat bagi misi global gereja yang mula-mula.

Apakah yang terjadi di Antiokhia yang menyebabkan kunjungan Bar­nabas ke kota itu dan keputusannya untuk mengundang Paulus bergabung dengannya di Antiokhia? Gambaran apakah yang diberikan oleh gereja di sana? (Kisah 11:20-26).
Kisah 11:20-26
11:20 Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan.
11:21 Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.
11:22 Maka sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antiokhia.
11:23 Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan,
11:24 karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan.
11:25 Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia.
11:26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.

Kelihatannya sulit untuk menyusun kronologis kehidupan Paulus, namun nampaknya bahwa sekitar lima tahun sesudah pertobatannya barulah dia ber-kunjung ke Yerusalem (Kisah 9:26-30) yang diikuti dengan undahgan Barnabas untuk bergabung dengannya di Antiokhia. Apakah yang Paulus lakukan pada masa itu? Tidak dapat dipastikan. Namun berdasarkan komentarnya dalam su-rat Galatia 1:21, kemungkinan dia mengkhotbahkan Injil di wilayah Siria dan Kilikia. Beberapa orang mengatakan, kemungkinan, pada masa inilah hak wa-risnya dicabut oleh keluarganya (Filipi. 3:8) dan mengalami berbagai kesukaran seperti yang digambarkannya dalam 2 Korintus 11:23-28. Jemaat di Antiokhia bertumbuh di bawah tuntunan Roh Kudus. Gambaran yang diberikan dalam Ki­sah 13:1 menunjukkan bahwa keadaan kota yang sangat modern segera dapat terlihat dalam keanekaragaman suku dan budaya di jemaat itu. (Barnabas berasal dari Siprus, Lucius dari Kirene, Paulus dari Kilikia, Simon kemungkinan dari Afrika, dan masih banyak bangsa-bangsa lain yang telah bertobat). Roh Kudus sekarang siap menyebarkan Injil kepada bangsa-bangsa lain dengan menggu­nakan Antiokhia sebagai tempat untuk mengatur kegiatan-kegiatan penginjilan dalam cakupan yang lebih luas lagi, melewati wilayah Siria dan Yudea.

Baca kembali Kisah 11:19-26. Apakah yang dapat kita pelajari dari je­maat di Antiokhia, satu jemaat yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya, dapatkah hal ini menolong gereja-gereja saat ini untuk mengambil contoh dari hal-hal baik yang ada di jemaat itu?

Kamis 29 September
KONFLIK Dl DALAM JEMAAT

Sudah jelas, tidak ada manusia yang sempurna, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama terjadilah masalah di antara anggota jemaat yang mula-mula.
Pada mulanya, tidak semua orang senang menerima umat percaya yang bukan Yahudi, bergabung dengan jemaat itu. Permasalahannya bukanlah pada konsep misi kepada bangsa-bangsa lain, namun berdasarkan pada kriteria orang non-Ya­hudi yang bagaimana yang boleh bergabung dengan mereka. Beberapa orang be-ranggapan bahwa iman pada Yesus saja tidak cukup sebagai tanda umat Kristen; iman, menurut mereka, haras ditambah dengan sunat dan penuratan akan hukum Musa. Untuk menjadi umat Kristen yang benar, mereka mengharuskan, agar setiap orang yang bukan Yahudi haras disunat. (Kita dapat melihat, dalam Kisah 10:1-11:18, betapa luasnya perpecahan di antara orang Yahudi dan non-Yahudi melalui pengalaman Petrus dengan Kornelius dan reaksi selanjutnya).
Kunjungan resmi dari Yerasalem, yang mengawasi pekerjaan Filipus di antara orang Samaria (Kisah 8:14) dan pekerjaan di antara orang yang bukan Yahudi di Antiokhia (Kisah 11:22), memberikan beberapa hal yang perlu di-perhatikan sehubungan dengan bergabungnya golongan non-Yahudi ke dalam komunitas Kristen. Namun, reaksi terhadap baptisan Kornelius oleh Petrus, dan tentara Roma yang tidak disunat, merupakan suatu contoh yang jelas ada-nya perbedaan pendapat di antara jemaat yang mula-mula mengenai pertobatan bangsa-bangsa lain. Bergabungnya beberapa orang yang terpandang seperti Kornelius bisa saja menyebabkan beberapa orang merasa tidak nyaman, tetapi usaha Paulus untuk membuka pintu jemaat bagi bangsa-bangsa lain hanya atas dasar iman kepada Yesus, mengakibatkan timbulnya usaha-usaha dari bebera­pa orang untuk meremehkan pelayanan Paulus.

Bagaimanakah beberapa umat percaya di Yudea mencoba menggagalkan pe­kerjaan Paulus di antara umat Kristen non-Yahudi di Antiokhia? Kisah 15:1-5.
Kisah 15:1-5
15:1. Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan."
15:2 Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.
15:3 Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ.
15:4 Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka.
15:5 Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa."

Meskipun rapat majelis di Yerusalem, dalam Kisah 15, berpihak pada Paulus dalam hal penyunatan, perlawanan terhadap pelayanan Paulus terus berlanjut. Tujuh tahun kemudian, saat Paulus melakukan kunjungan terakhir ke Yerusalem, masih banyak yang menaruh curiga atas Injil yang diajarkan Paulus. Kenyataannya, saat Paulus mengunjungi bait suci, hampir saja dia kehilangan nyawanya di mana orang Yahudi dari Asia berteriak, "Hai orang-orang Israel, tolong! Inilah orang yang di mana-mana mengajar semua orang untuk menentang bangsa kita dan menentang hukum Taurat dan tempat ini!" (Kisah 21:28; lihat juga 21:20, 21).

Tempatkanlah posisi Anda pada pihakorang Yahudi yang sungguh-sungguh memperhatikan ajaran Paulus. Mengapakah dukungan dan perlawan­an yang mereka berikan sangat memiliki arti? Apakah yang dapat kita pe-lajari dari hal ini tentang bagaimana prasangka yang kita miliki, demikian juga latar belakang budaya (dan agama), dapat menyesatkan kita? Bagai­manakah kita belajar untuk menjaga diri kita agar tidak membuat kesa-lahan yang sama, (meskipun niat yang ada pada kita sungguh baik)?

Jumat  30 September
PENDALAMAN: Mengenai hubungan antara pertobatan pribadi dan gereja, baca tulisan Ellen G. White, "Individual Independence," hlm. 430-434, dalam Testimo­nies for the Church, jId. 3. Mengenai peta perjalanan Paulus dan komentar mengenai pertobatannya, lihat The SDA Bible Commentary, jld. 6, hlm. 226-234.
"Paulus tadinya dikenal sebagai seorang yang penuh semangat mempertahankan agama Yahudi dan seorang penganiaya yang selalu giat menganiaya pengikut Yesus. Pemberani, menyukai kebebasan, seorang yang tekun, bakat dan pelatihan yang dia jalani menyanggupkan dia untuk melayani hampir di semua bidang pelayanan. Dia dapat memberikan penjelasan yang sangat luar. biasa, dan dengan gaya bahasanya yang agak kasar dia juga dapat menyudutkan lawan-lawannya. Sekarang orang Yahudi melihat bahwa orang muda yang berpotensi ini telah bergabung dengan orang yang dia aniaya sebelumnya, dan dengan berani berkhotbah dalam nama Yesus.
"Seorang jenderal yang mati dalam pertempuran dapat melemahkan pasukannya, namun kematiannya tidak menambah kekuatan pasukan lawan. Namun bilamana seorang yang berkualitas bergabung dengan pasukan lawan, hal ini tidak hanya melemahkan pasukan yang ditinggalkannya, tetapi sekaligus dapat memperkuat pihak yang menerimanya. Saulus dari Tarsus, dalam perjalanannya ke Damsyik, dengan mudah dapat dibunuh oleh Tuhan, sehingga kekuatan para penganiaya pasti akan berkurang. Namun Allah dengan hikmat-Nya yang tidak terbatas tidak hanya membiarkan Saulus hidup, tetapi menobatkannya, dengan demikian memindahkan pahlawan di pihak lawan menjadi pahlawan di pihak Kristus. Seorang pembicara ulung dengan kritik yang tajam, Paulus, dengan tekadnya yang teguh serta keberaniannya, memiliki segala persyaratan yang dibutuhkan di dalam jemaat yang mula-mula."—Ellen G. White, The Acts of the Apostles, hlm. 124.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1.      Pelajaran apakah yang kita dapatkan dari fakta bahwa beberapa di antara penentang Paulus yang paling sengit adalah saudara kaum Ya­hudi yang juga percaya pada Yesus?
2.      Bagaimanakah Anda dapat mempertahankan prinsip-prinsip keaga-maan dan pada saat yang sama memastikan bahwa Anda tidak melawan kehendak Allah?

RANGKUMAN: Pertemuan Saulus dengan Yesus yang telah bangkit dalam perjalanan ke Damsyik merupakan saat yang paling menentukan dalam hidupnya dan dalam sejarah gereja yang mula-mula. Allah mengubah orang yang pernah menganiaya gereja dan menjadikannya sebagai rasul piiihan untuk membawa berita Injil kepada bangsa-bangsa lain. Penerimaan Paulus terhadap bangsa-bangsa non-Yahudi hanya didasarkan oleh iman, merupakan konsep yang sulit diterima oleh beberapa orang dalam jemaat—menjadi sebuah contoh yang nyata bagaima­na praduga dan prasangka yang kita miliki dapat menghambat misi kita.

No comments:

Post a Comment