Download Audio MP3 :
Sabat Petang Pendahuluan
Minggu KEBAKTIAN
Senin API DARI HADAPAN TUHAN
Selasa BERBAHAGIALAH ENGKAU, HAI ISRAEL!
Rabu SIKAP YANG PENUH PENYERAHAN
Kamis PENYEMBAHAN DAN PENURUTAN
Jumat Pendalaman
Sabat Petang Pendahuluan
Minggu KEBAKTIAN
Senin API DARI HADAPAN TUHAN
Selasa BERBAHAGIALAH ENGKAU, HAI ISRAEL!
Kamis PENYEMBAHAN DAN PENURUTAN
Berbahagialah
Engkau, Hai Israel!
SABAT PETANG
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Imamat
9; 10:1-11; Ulangan 33:26-29; I Samuel 1; 15:22, 23; Wahyu 20:9.
AYAT HAFALAN: "Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan
itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan
terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi
pahit! Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap
dirinya pintar!" (Yesaya 5:20, 21, NKJV).
Dalam budaya yang terfokus pada diri sendiri, sangat mudah untuk
melupakan apa yang seharusnya menjadi titik pangkal seluruh penyembahan:
tindakan Allah dalam sejarah. Penyembahan yang asli seharusnya adalah bentuk
respons sepenuh hati orang Kristen atas tindakan-tindakan Allah yang sangat
luar biasa, baik dalam penciptaan maupun penebusan (sekali lagi, ini adalah
motif dari pekabaran malaikat pertama). Penyembahan yang benar berasal dari
respons kita terhadap kasih Allah dan seharusnya mempengaruhi setiap aspek
kehidupan kita. Pada akhirnya nanti, penyembahan yang asli bukanlah hanya
mengenai apa yang kita lakukan pada hari Sabat; itu seharusnya meliputi segala
aspek hidup kita dan bukan hanya di gereja.
Secara khusus dalam kaitannya dengan keinginan kita, adalah mudah
untuk berpindah dari fokus penyembahan kita kepada diri sendiri, kebutuhan
kita, keinginan kita dan kehendak kita. Dan meskipun penyembahan secara
pribadi harusnya memuaskan kita, bahayanya terletak pada bagaimana cara kita
mencari pengalaman untuk kepuasan itu sendiri. Hanya di dalam Tuhan, dan di
dalam seseorang yang telah menciptakan dan menebus kita, kita bisa memperoleh
kepuasan sejati, hal itu sangat mungkin di dunia yang berdosa dan telah jatuh
ini.
Pekan ini kita akan melihat lebih jauh kepada beberapa pelajaran
tentang penyembahan yang benar sehingga kita bisa mendapat pelajaran dari
sejarah Bangsa Israel, dari hal-hal baik yang terjadi bahkan yang buruk.
*Pelajari pelajaran
pekan ini untuk persiapan Sabat, 30 Juli.
Minggu 24 Juli
KEBAKTIAN
Tujuh hari penahbisan telah lewat (lihat Imamat 8). Pada
hari kedelapan, imam-imam masuk pada pelayanan kudus mereka di dalam kemah
pertemuan. Mereka akan memulai satu pekerjaan yang akan berlanjut (meskipun
tanpa gangguan) sampai lebih dari 1400 tahun, suatu pekerjaan yang melambangkan
pekerjaan Kristus di bait suci surgawi, suatu bait suci yang sejati di mana
Kristus sekarang melakukan pelayanan untuk kepentingan kita.
Bacalah Imamat 9. Elemen apakah yang terlihat di sini yang
mengajarkan kita tentang penyembahan? Sesungguhnya, kebenaran apakah yang
diajarkan melalui upacara-upacara ini yang menolong kita untuk mengerti
pekerjaan Allah bagi kemanusiaan dan mengapa kita menyembah Dia? Misalnya,
apakah yang diajarkan kepada kita tentang pekerjaan 'pendamaian' yang Allah
telah lakukan bagi kita dan mengapa kita menyembah Dia?
Imamat 9
9:1. Pada
hari yang kedelapan Musa memanggil Harun serta anak-anaknya dan para tua-tua
Israel,
9:2 lalu
berkatalah ia kepada Harun: "Ambillah bagimu sendiri seekor lembu muda,
untuk korban penghapus dosa, dan seekor domba jantan untuk korban bakaran,
kedua-duanya yang tidak bercela, kemudian persembahkanlah itu di hadapan TUHAN.
9:3 Dan
kepada orang Israel haruslah engkau berkata, begini: Ambillah seekor kambing
jantan untuk korban penghapus dosa, dan seekor anak lembu dan seekor domba,
masing-masing berumur setahun dan yang tidak bercela, untuk korban bakaran.
9:4 Dan lagi
seekor lembu dan seekor domba jantan untuk korban keselamatan, supaya
dikorbankan di hadapan TUHAN, dan korban sajian yang diolah dengan minyak,
karena pada hari ini TUHAN akan menampakkan diri kepadamu."
9:5 Kemudian
dibawa merekalah apa yang diperintahkan Musa ke Kemah Pertemuan, lalu
mendekatlah segenap umat itu dan berdiri di hadapan TUHAN.
9:6 Kata
Musa: "Inilah firman yang diperintahkan TUHAN kamu perbuat, agar kemuliaan
TUHAN tampak kepadamu."
9:7 Kata
Musa kepada Harun: "Datanglah mendekat kepada mezbah, olahlah korban penghapus
dosa dan korban bakaranmu, dan adakanlah pendamaian bagimu sendiri dan bagi
bangsa itu; sesudah itu olahlah persembahan bangsa itu dan adakanlah pendamaian
bagi mereka, seperti yang diperintahkan TUHAN."
9:8. Maka
mendekatlah Harun kepada mezbah, dan disembelihnyalah anak lembu yang akan
menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri.
9:9
Anak-anak Harun menyampaikan darah lembu itu kepadanya, dan Harun mencelupkan
jarinya ke dalam darah itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk mezbah. Darah
selebihnya dituangkannya pada bagian bawah mezbah.
9:10 Lemak,
buah pinggang dan umbai hati dari korban penghapus dosa itu dibakarnya di atas
mezbah, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
9:11 Tetapi
daging dan kulitnya dibakarnya habis di luar perkemahan.
9:12
Kemudian ia menyembelih korban bakaran, lalu anak-anak Harun menyerahkan darah
korban itu kepadanya, maka Harun menyiramkannya pada mezbah sekelilingnya.
9:13 Juga
diserahkan merekalah kepadanya korban bakaran itu menurut bagian-bagian tertentu
beserta dengan kepalanya, lalu dibakarnya di atas mezbah.
9:14 Isi
perut dan betisnya dibasuhnya dan dibakarnya dengan korban bakaran di atas
mezbah.
9:15 Sesudah
itu dibawanya persembahan bangsa ke mezbah; diambilnyalah kambing jantan yang
akan menjadi korban penghapus dosa yang bagi bangsa itu, lalu disembelihnya dan
dipersembahkannya sebagai korban penghapus dosa seperti yang pertama.
9:16
Kemudian dibawanyalah korban bakaran ke mezbah, dan diolahnya sesuai dengan
peraturan.
9:17
Selanjutnya dibawanyalah korban sajian dan diambilnya segenggam dari padanya,
lalu dibakarnya di atas mezbah, di samping korban bakaran pada waktu pagi.
9:18 Ia
menyembelih juga lembu dan domba jantan yang akan menjadi korban keselamatan
bagi bangsa itu, lalu anak-anak Harun menyerahkan darah korban itu kepadanya,
maka Harun menyiramkannya pada mezbah sekelilingnya.
9:19 Tetapi
segala lemak dari lembu dan dari domba jantan itu, yakni ekor yang berlemak,
lemak yang menutupi isi perut, buah pinggang dan umbai hati,
9:20 segala
lemak itu diletakkan mereka di atas dada kedua korban itu, lalu Harun membakar
segala lemak itu di atas mezbah.
9:21 Dada
dan paha kanan itu dipersembahkan Harun sebagai persembahan unjukan di hadapan
TUHAN, seperti yang diperintahkan Musa.
9:22 Harun
mengangkat kedua tangannya atas bangsa itu, lalu memberkati mereka, kemudian
turunlah ia, setelah mempersembahkan korban penghapus dosa, korban bakaran dan
korban keselamatan.
9:23.
Masuklah Musa dan Harun ke dalam Kemah Pertemuan. Setelah keluar, mereka
memberkati bangsa itu, lalu tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap bangsa
itu.
9:24 Dan
keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban bakaran dan segala
lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah
mereka, lalu sujud menyembah.
Ayat 22-24 benar-benar mengagumkan. Sangat sulit membayangkan apa
yang ada di dalam pikiran dan hati Musa serta Harun saat mereka memasuki bait
suci lalu kemudian keluar, dengan berselubungkan 'kemuliaan Tuhan' di hadapan
seluruh bangsa itu. Meskipun ayat tersebut tidak menjelaskan secara rinci apa
yang telah terjadi, ada begitu banyak orang di kemah pada waktu itu, dan karena
semua orang melihatnya, itu menunjukkan betapa hebat dan luar biasanya
peristiwa tersebut. Mungkin kemuliaan itu bisa dibuktikan dengan apa yang
terjadi kemudian: "Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu
meng-hanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh
bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah" (Imamat
9:24, NKJV).
Kemah pertemuan telah ditahbiskan, dan imam-imam telah diasingkan
untuk pelayanan penyembahan Ilahi. Api kudus yang terlihat merupakan tanda
bahwa pengorbanan telah diterima. Bangsa itu menyambutnya dengan persatuan—dengan seruan pujian,
dan tersungkur dengan wajah mereka ke tanah dalam kerendahan hati merasakan
kehadiran Allah Yang Kudus. Apa yang kita lihat di sini adalah rasa takjub
yang hebat, hormat, dan penurutan; setiap detail perintah Allah dituruti, dan
Tuhan menunjukkan penerimaan-Nya terhadap apa yang mereka telah lakukan.
Perhatikan reaksi mereka: mereka bersorak dan tersungkur dengan
wajah sampai ke tanah. Betapapun hebatnya upacara itu secara keseluruhan,
reaksi mereka tetap menunjukkan rasa hormat, sukacita dan ketakutan—pada saat yang
bersamaan. Bagaimanakah kita bisa belajar untuk menunjukkan jenis sikap hormat
seperti ini dan sukacita dalam kebaktian penyembahan kita sendiri?
Senin 25 Juli
API DARI HADAPAN TUHAN
"Dengan dibantu oleh anak-anaknya, Harun mempersembahkan
korban-korban yang dituntut Allah, dan ia mengangkat tangannya dan memberkati
orang banyak. Segala sesuatu telah dilaksanakan sebagaimana yang diperintahkan
Allah, dan la berkenan atas korban itu, dan menyatakan kemuliaan-Nya dengan
satu cara yang amat mengesankan; api turun dari Tuhan dan membakar korban yang
ada di atas mezbah itu. Orang banyak memandang pernyataan yang ajaib dari kuasa
Ilahi ini dengan penuh perhatian dan rasa kagum. Mereka melihat di dalamnya
satu tanda persetujuan dan kemuliaan Allah, dan mereka pun menaik-kan kata-kata
puj ian dan penghormatan, kemudian bersujud dengan muka sampai ke tanah
seolah-olah mereka berada di hadirat Tuhan."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1,
him. 424. Sulit untuk dipercaya bahwa setelah peristiwa yang dramatis itu
terjadi, segera secara serempak semua tersungkur ke tanah bersujud. Seseorang dapat
membayangkan bahwa dengan pertunjukan kuasa Allah, seluruh bangsa itu,
khususnya imam-imam (yang sangat dihormati) juga tersungkur dan sujud ke tanah
mengikuti mereka. Betapa bodohnya kita untuk meremehkan perubahan hati manusia,
khususnya hati kita sendiri!
Baca kisah Nadab dan Abihu di Imamat 10:1-11. Siapakah mereka? Apakah
dosa yang mereka lakukan? (Bandingkan dengan Keluaran. 30:9; Imamat 16:12,
10:9). Setelah peristiwa yang terjadi pada pasal sebelumnya, apakah yang
kita temukan secara signifikan melalui cara mereka dibinasakan? Injil penting
apakah yang kita dapat pelajari dari peristiwa yang tragis ini?
Imamat 10:1-11
10:1. Kemudian
anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya,
membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian
mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak
diperintahkan-Nya kepada mereka.
10:2 Maka
keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di
hadapan TUHAN.
10:3.
Berkatalah Musa kepada Harun: "Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang
yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu
akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku." Dan Harun berdiam diri.
10:4
Kemudian Musa memanggil Misael dan Elsafan, anak-anak Uziel, paman Harun, lalu
berkatalah ia kepada mereka: "Datang ke mari, angkatlah saudara-saudaramu
ini dari depan tempat kudus ke luar perkemahan."
10:5 Mereka
datang, dan mengangkat mayat keduanya, masih berpakaian kemeja, ke luar
perkemahan, seperti yang dikatakan Musa.
10:6
Kemudian berkatalah Musa kepada Harun dan kepada Eleazar dan Itamar, anak-anak
Harun: "Janganlah kamu berkabung dan janganlah kamu berdukacita, supaya
jangan kamu mati dan jangan TUHAN memurkai segenap umat ini, tetapi
saudara-saudaramu, yaitu seluruh bangsa Israel, merekalah yang harus menangis
karena api yang dinyalakan TUHAN itu.
10:7
Janganlah kamu pergi dari depan pintu Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati,
karena minyak urapan TUHAN ada di atasmu." Mereka melakukan sesuai dengan
perkataan Musa.
10:8. TUHAN
berfirman kepada Harun:
10:9
"Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak-anakmu,
bila kamu masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu
ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun.
10:10
Haruslah kamu dapat membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus,
antara yang najis dengan yang tidak najis,
10:11 dan
haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel segala ketetapan yang telah
difirmankan TUHAN kepada mereka dengan perantaraan Musa."
Keluaran.
30:9
30:9 Di atas
mezbah itu janganlah kamu persembahkan ukupan yang lain ataupun korban bakaran
ataupun korban sajian, juga korban curahan janganlah kamu curahkan di atasnya.
Imamat
16:12, 10:9
16:12 Dan ia
harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di
hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling
sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir.
10:9
"Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta
anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati.
Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun.
Kata yang digunakan dalam Bahasa Ibrani untuk Imamat 9:24 dan 10:2
sama: "Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan...." (Im.
9:24). Menghanguskan apa? Pada kasus pertama, korban yang dipersembahkan;
kasus berikutnya, orang berdosa. Betapa hebatnya penyampaian rencana
keselamatan di sini. Di Salib, "api dari Allah," atau murka Allah,
"menghanguskan" persembahan korban, dan itulah Yesus. Itulah
sebabnya, semua yang beriman kepada-Nya tidak akan pernah menghadapi api dan
murka Tuhan karena telah digantikan oleh Yesus bagi mereka. Namun demikian,
sama seperti imam-imam tersebut, yang menolak cara yang Allah sampaikan kepada
mereka, akan mengalami api yang menghanguskan mereka sendiri (Why. 20:9). Kemuliaan
yang dinyatakan pada peristiwa penyaliban adalah kemuliaan yang sama pada
akhirzaman yang akan menghanguskan dan inenghabisi dosa. Pilihan yang sangat
jelas di hadapan kita semua.
Di satu sisi, jika Anda
memikirkannya, api adalah api bukan? Apakah bedanya di sini? Sebenarnya, dalam
kasus ini, api itu sangatlah besar. Coba pikirkan, bukan hanya bagaimana cara
Anda menyembah-Nya, tetapi kehidupan Anda secara menyeluruh. Jika ada,
"api asing" manakah dalam kehidupan Anda yang harus Anda singkirkan?
Selasa 26 Juli
BERBAHAGIALAH ENGKAU, HAI ISRAEL!
Bayangkan peristiwa ini: hamba Allah yang setia, ditegur oleh
Tuhan karena kemarahan yang tak terkontrol, di hadapan Bangsa Israel (Bilangan
20:8-12).
Kemudian, Musa mengetahui bahwa ia akan segera mati. Begitu
mudahnya dia dilingkupi oleh frustrasi dan mengasihani dirinya. Meskipun
demikian, ia selalu memikirkan bangsanya dan masa depan yang akan mereka
hadapi. Berdiri di hadapan bangsanya, sebagai pemimpin mereka, untuk pertama
kalinya, di bawah tuntunan Roh Kudus Musa memberkati bangsanya dari setiap suku.
Kemudian ia meninggal dunia dengan penuh rasa syukur.
Bacalah Ulangan 33:26-29. Apakah yang dikatakan Musa di sini yang
menolong kita untuk lebih memahami arti menyembah Tuhan? Kebenaran-kebenaran
dan prinsip-prinsip apakah yang bisa kita terapkan sementara kita belajar untuk mencari kebenaran tentang apa itu
penyembahan yang sejati?
Ulangan 33:26-29
33:26. Tidak
ada yang seperti Allah, hai Yesyurun. Ia berkendaraan melintasi langit sebagai
penolongmu dan dalam kejayaan-Nya melintasi awan-awan.
33:27 Allah
yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang
kekal. Ia mengusir musuh dari depanmu dan berfirman: Punahkanlah!
33:28 Maka
Israel diam dengan tenteram dan sumber Yakub diam tidak terganggu di dalam
suatu negeri yang ada gandum dan anggur; bahkan langitnya menitikkan embun.
33:29
Berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama dengan engkau? Suatu
bangsa yang diselamatkan oleh TUHAN, perisai pertolongan dan pedang kejayaanmu.
Sebab itu musuhmu akan tunduk menjilat kepadamu, dan engkau akan berjejak di
bukit-bukit mereka."
Kata Yesyurun adalah sebuah bentuk.puisi untuk Bangsa
Israel (lihat Ulangan 33:5, 26). Kata itu berasal dari kata (yashar)
yang berarti "benar" atau "lu-rus," bukan saja secara
fisik tetapi juga moral. Ayub digambarkan (Ayub 1:1) sebagai
orangyang"sempurna dan benar" (dari kaiayashar); lihat juga
Mazmur 32:11; 97:11, dan Amsal 15:8. Oleh sebab itu, Musa di sini sedang
berbicara tentang bagaimana umat Allah itu seharusnya, yaitu mereka yang telah
masuk dalam hubungan pefjanjian dengan-Nya.
Fokus utamadi sini adalah mengenai tindakan Allah untuk
kepentingan umat-Nya. Segala sesuatu yang akan terjadi terhadap Bangsa Israel—kemenangan mereka atas
musuh-musuh, keamanan, keselamatan, hasil bumi mereka—se-muanya itu adalah
karena Tuhan yang melakukannya bagi mereka. Betapa pen-tingnya mereka
senantiasa mengingat kebenaran yang sangat berharga ini. Dari sekian banyak
yang bisa dihasilkan oleh penyembahan bagi kita adalah, bahwa itu dapat menjadi
suatu peringatan yang konstan akan apa "yang Allah Yesyurun" telah
lakukan bagi kita. Pujian, penyembahan dan pemujaan—apakah itu datang langsung
dari bibir kita atau hanya diekspresikan dalam pikiran dan hati kita—seharusnya
berjalan berdampingan menolong kita untuk tetap terfokus pada Allah dan bukan
pada diri kita sendiri dan masalah-masalah kita.
Pikirkanlah segala sesuatu yang Anda miliki untuk memuji dan menyembah
Tuhan. Mengapa begitu penting untuk tetap memikirkan berkat-berkat ini, semua
yang telah dilakukan-Nya demi kepentingan kita, untuk Anda di setiap waktu? Kalau tidak demikian,
begitu mudahnya kita akan putus asa, bukan?
Rabu 27 Juli
SIKAP YANG PENUH PENYERAHAN
Penyembahan di dalam Alkitab, adalah masalah yang serius. Hal ini
bukanlah tentang perasaan pribadi, atau semata-mata melakukan pekerjaan orang
lain atau mengikuti kecenderungan yang orang lain lakukan. Meskipun selalu ada
bahaya untuk terjebak pada tradisi-tradisi dan upacara-upacara yang
membosan-kan menjadi akhir dari segalanya gantinya menjadi sebuah cara untuk
mencapai tujuan-dan tujuan itu adalah penyembahan yang benar kepada Tuhan yang
nan-tinya mengubah hidup kita dan menuntun kita kepada keselarasan kita dengan
kehendak dan karakter-Nya (Gal. 4:19)—kita juga harus berhati-hati untuk tidak mengizinkan kesombongan
diri, kepuasan yang penuh dosa, dan kerinduan untuk memuliakan diri, mendikte
cara penyembahan kita.
Sekarang kita melompat jauh beberapa tahun dari sejarah Bangsa Israel dan membaca sebuah
kisah sederhana yang akan dapat menolong kita menyatakan bagaimana penyembahan
yang benar dapat diekspresikan di dalam hati seseorang yang penuh penyesalan.
Bacalah 1 Samuel 1, tentang kisah Hana. Apakah yang bisa kita
ambil dari pengalamannya yang menolong kita untuk mengerti apa arti penyembahan
dan bagaimana cara kita menyembah Tuhan?
1:1. Ada
seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana
bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim.
1:2 Orang
ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama
Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.
1:3 Orang
itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan
mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam
TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas.
1:4 Pada
hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya,
dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian.
1:5 Meskipun
ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN
telah menutup kandungannya.
1:6 Tetapi
madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup
kandungannya.
1:7
Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN,
Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.
1:8 Lalu
Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan
mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih
berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"
1:9. Pada
suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana,
sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN,
1:10 dan
dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.
1:11
Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika
sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat
kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu
ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk
seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."
1:12 Ketika
perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati
mulut perempuan itu;
1:13 dan
karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak,
tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk.
1:14 Lalu
kata Eli kepadanya: "Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk?
Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu."
1:15 Tetapi
Hana menjawab: "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah
hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku
mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN.
1:16
Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya
cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama."
1:17 Jawab
Eli: "Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu
apa yang engkau minta dari pada-Nya."
1:18 Sesudah
itu berkatalah perempuan itu: "Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan
dari padamu." Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak
muram lagi.
1:19.
Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di
hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana
bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya.
1:20 Maka
setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia
menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada
TUHAN."
1:21 Elkana,
laki-laki itu, pergi dengan seisi rumahnya mempersembahkan korban sembelihan
tahunan dan korban nazarnya kepada TUHAN.
1:22 Tetapi
Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada suaminya: "Nanti apabila anak
itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat
TUHAN dan tinggal di sana seumur hidupnya."
1:23
Kemudian Elkana, suaminya itu, berkata kepadanya: "Perbuatlah apa yang
kaupandang baik; tinggallah sampai engkau menyapih dia; hanya, TUHAN kiranya
menepati janji-Nya." Jadi tinggallah perempuan itu dan menyusui anaknya
sampai disapihnya.
1:24 Setelah
perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan
yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu
diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul
kanak-kanak itu.
1:25 Setelah
mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli;
1:26 lalu
kata perempuan itu: "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah
perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN.
1:27 Untuk
mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang
kuminta dari pada-Nya.
1:28 Maka
akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada
TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.
Seberapa banyak pun kita mengingat bahwa Allah sendirilah yang
harus menjadi fokus utama penyembahan kita, namun kita tidak menyembah Allah
dalam suatu ruang hampa. Kita bukan menyembah sosok yang jauh, abstrak, dan tak
dapat dijangkau, kita sedang menyembah Allah yang menciptakan dan menebus kita
yang berinteraksi dengan segala masalah manusia. Kita sedang menyembah Allah
secara pribadi yang terlibat dalam kehidupan kita dengan cara yang sangat
akrab, cara yang akan menolong kita untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan
jika kita mengizinkan Dia melakukannya.
Hana menyembah Tuhan dari relung jiwanya yang paling dalam. Dengan
kata lain, kita semua seperti Hana. Kita semua mempunyai kebutuhan terdalam di
hati kita, bahwa, secara manusia, dari dalam bahkan dari luar diri kita, kita
tidak dapat menemukannya. Hana datang kepada Tuhan dalam sikap yang penuh
penyerahan diri (Lagipula, seberapa besarkah penyerahan yang dapat dite-mukan
dalam diri seseorang yang rela mempersembahkan anaknya sendiri?). Kita dapat,
dan seharusnya bisa datang kepada Allah dengan segala kebutuhan kita; tetapi
kita harus selalu mengutamakan panggilan Tuhan dalam kehidupan kita.
Penyembahan yang benar harus mengalir dari hati yang hancur sepenuh-nya dari
ketidakberdayaan dan ketergantungan kita kepada Allah.
Adakah sesuatu yang
hancur dalam hati Anda? Bagaimanakah Anda bisa belajar untuk menyerahkan
semuanya kepada Tuhan?
Kamis 28 Juli
PENYEMBAHAN DAN PENURUTAN
"Tetapi jawab Samuel: 'Apakah TUHAN itu berkenan kepadakorban
bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN?
Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan
lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama
seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan
terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka la telah menolak engkau
sebagai raja.'" (1 Sam. 15:22, 23).
Bacalah ayat tersebut di atas. Prinsip penting apakah yang dapat
kita ambil dari sini mengenai penyembahan yang benar? Apakah yang diamarkan
bagi kita untuk kita hadapi? Bagaimanakah kita bisa memastikan bahwa kita tidak
bersalah terhadap apa yang diamarkan di sini?
1
Sam. 15:22, 23
15:22 Tetapi
jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban
sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya,
mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik
dari pada lemak domba-domba jantan.
15:23 Sebab
pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama
seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman
TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
Ayat-ayat tersebut diungkapkan dalam konteks kejatuhan dan
kemurtadan yang dilakukan oleh Saul, raja pertama Bangsa Israel. Saul
seharusnya me-nyerang dan membinasakan (kata Ibrani menyarankan
penggunaan "diserahkan untuk dibinasakan") setiap orang, dan setiap
hewan. Allah merencanakan menggunakan Bangsa Israel untuk menghakimi kejahatan
Bangsa Amalek ini, yang karenakemurahan-Nya, penundaan terjadi sampai tiga
abad. Meskipun telah diberikan instruksi yang sangat jelas apa yang harus
dilakukan, Saul secara terbuka menolak untuk menuruti perintah-Nya (1 Sam.
15:1-21), dan sekarang dia akan menuai konsekuensi dari
tindakan-tindakannya. Jawaban Samuel kepada Daud di ayat 22 dan 23 menolong
kita untuk mengerti apa sesungguhnya penyembahan yang benar itu.
1.
Allah lebih memilih hati
kita daripada persembahan kita. (Jika Dia benar-benar memiliki hati kita, maka
persembahan itu akan mengikutinya).
2.
Penurutan itu lebih menyenangkan-Nya daripada korban-korban
bakaran. (Penurutan adalah cara kita menunjukkan bariwa kita mengerti arti
pengorbanan yang sesungguhnya).
3.
3. Keras kepala, bertahan pada pendirian
kita, adalah penyembahan berhala, karena kita telah menjadikan diri kita
sendiri sebagai ilah, kemauan kita, dan pendapat-pendapat kita.
Izinkanlah Roh Kudus berbicara kepada hati Anda saat Anda
berta-nya kepada diri sendiri tentang hal berikut: Dalam hal apakah dalam kehidupan
saya kemungkinan besarsaya lebih memilih mengikuti keinginan dan pendapat saya
daripada membiarkan Tuhan menuntun saya? Implikasi apakah yang dapat saya
simpulkan dari pengalaman penyembahan saya dengan melihat contoh kesombongan
yang ditunjukkan Saul?
Jumat 29 Juli
PENDALAMAN:
Bacalah Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, "Dosa
Nadab dan Abihu," hlm. 424-429; Alfa dan Omega, jld. 2,
"Kelancangan Saul," hlm. 259-270.
"Allah telah mengucapkan satu kutuk terhadap mereka yang
meninggalkan hukum-hukum-Nya, dan tidak membedakan antara yang biasa dengan
yang suci."—Ellen
G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 426.
"Kecerobohannya [Saul] yang mematikan itu berasal dari
pengaruh Setan. Saul telah menyatakan semangatyang besar dalam menekan
penyembahan berhala dan tenungan; tetapi di dalam pelanggarannya terhadap
perintah Ilahi ia telah didorong oleh roh pertentangan yang sama kepada Allah,
dan dia dipengaruhi oleh Setan sama seperti mereka yang menjalankan pekerjaan
tenung; dan bila-mana ditegur, ia telah menambahkan kekerasannya kepada
pemberontakannya itu. la tidak dapat memberikah penghinaan yang lebih besar
lagi kepada Roh Allah sebagaimana ia telah dengan terang-terangan bersekutu
dengan penyem-bah-penyernbah berhala."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 2,
hlm. 282.
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.
Mengapa begitu penting dalam
penyembahan kita untuk tetap menjadikan Kristus sebagai pusat? Meskipun rumit,
hal-hal apakah yang dapat mengalihkan dan mencuri perhatian kita dari Tuhan
saat kita melakukan penyembahan? Dalam cara yang bagaimanakah kita berada dalam
bahaya dengan menggunakan Tuhan atau nama-Nya dalam pujian dan lagu, hanya
sebagai tameng bagi penyembahan kita pada sesuatu?
2.
Dalam cara bagaimanakah kita bisa terlihat munafik dalam penyembahan
kita? Artinya, apakah yang akan dikatakan tentang kita, ketika berada di luar
gereja kita berlaku berbeda sementara di dalam gere-ja kita dipenuhi dengan
pujian, pengucapan syukur dan menyembah? Meskipun tidak ada di antara kita yang
sempiirna, bukankah seharusnya hidup kita berkaitan erat dengan penyembahan
yang kita praktik-kan? Sedihnya, beberapa orang pergi ke gereja untuk
'menyembah,' dan ketika pulang ke rumah menganiaya pasangan mereka dan
anak-anak mereka atau terlibat dalam kejahatan. Bagaimanakah sikap-sikap
tersebut menyebabkan penghinaan bagi penyembahan kita?
3.
Ingatlah ayat hafalan untuk pelajaran pekan ini dan terapkan itu
dalam konteks penyembahan. Bagaimanakah kita bisa memastikan bahwa kita tidak
melakukan apa yang diperingatkan dalam ayat tersebut?
4.
Bagaimanakah
kita bisa belajar lebih baik tentang "seni" dalam penyembahan,
"seni" dalam penyerahan diri kepada Tuhan? Bagaimanakah Anda bisa
belajar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dalam waktu penyembahan pribadi
Anda?
No comments:
Post a Comment