PELAJARAN 5 TRIWULAN III 2011

Download Audio MP3 :
Sabat Petang  Pendahuluan
Minggu KEBAKTIAN
Senin API DARI HADAPAN TUHAN
Selasa BERBAHAGIALAH ENGKAU, HAI ISRAEL!
Rabu SIKAP YANG PENUH PENYERAHAN
Kamis PENYEMBAHAN DAN PENURUTAN
Jumat Pendalaman
Berbahagialah Engkau, Hai Israel!


SABAT PETANG

BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Imamat 9; 10:1-11; Ulangan 33:26-29; I Samuel 1; 15:22, 23; Wahyu 20:9.

AYAT HAFALAN: "Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menja­di manis, dan manis menjadi pahit! Celakalah mereka yang memandang dirinya bijaksana, yang menganggap dirinya pintar!" (Yesaya 5:20, 21, NKJV).

Dalam budaya yang terfokus pada diri sendiri, sangat mudah untuk melupakan apa yang seharusnya menjadi titik pangkal seluruh penyembahan: tindakan Allah dalam sejarah. Penyembahan yang asli seharusnya adalah bentuk respons sepenuh hati orang Kristen atas tindakan-tindakan Allah yang sangat luar biasa, baik dalam penciptaan maupun penebusan (sekali lagi, ini adalah motif dari pekabaran malaikat pertama). Penyembahan yang benar berasal dari respons kita terhadap kasih Allah dan seharusnya mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita. Pada akhirnya nanti, penyembahan yang asli bukanlah hanya mengenai apa yang kita lakukan pada hari Sabat; itu seharusnya meliputi segala aspek hidup kita dan bukan hanya di gereja.
Secara khusus dalam kaitannya dengan keinginan kita, adalah mudah untuk berpindah dari fokus penyembahan kita kepada diri sendiri, kebutuhan kita, ke­inginan kita dan kehendak kita. Dan meskipun penyembahan secara pribadi harusnya memuaskan kita, bahayanya terletak pada bagaimana cara kita mencari pengalaman untuk kepuasan itu sendiri. Hanya di dalam Tuhan, dan di dalam seseorang yang telah menciptakan dan menebus kita, kita bisa memperoleh kepu­asan sejati, hal itu sangat mungkin di dunia yang berdosa dan telah jatuh ini.
Pekan ini kita akan melihat lebih jauh kepada beberapa pelajaran tentang penyembahan yang benar sehingga kita bisa mendapat pelajaran dari sejarah Bangsa Israel, dari hal-hal baik yang terjadi bahkan yang buruk.
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 30 Juli.

Minggu 24 Juli
KEBAKTIAN

Tujuh hari penahbisan telah lewat (lihat Imamat 8). Pada hari kedelapan, imam-imam masuk pada pelayanan kudus mereka di dalam kemah pertemuan. Mereka akan memulai satu pekerjaan yang akan berlanjut (meskipun tanpa gangguan) sampai lebih dari 1400 tahun, suatu pekerjaan yang melambangkan pekerjaan Kristus di bait suci surgawi, suatu bait suci yang sejati di mana Kristus sekarang melakukan pelayanan untuk kepentingan kita.

Bacalah Imamat 9. Elemen apakah yang terlihat di sini yang mengajarkan kita tentang penyembahan? Sesungguhnya, kebenaran apakah yang diajarkan melalui upacara-upacara ini yang menolong kita untuk mengerti pekerjaan Allah bagi kemanusiaan dan mengapa kita menyembah Dia? Misalnya, apakah yang diajarkan kepada kita tentang pekerjaan 'pendamaian' yang Allah telah lakukan bagi kita dan mengapa kita menyembah Dia?

Imamat 9
9:1. Pada hari yang kedelapan Musa memanggil Harun serta anak-anaknya dan para tua-tua Israel,
9:2 lalu berkatalah ia kepada Harun: "Ambillah bagimu sendiri seekor lembu muda, untuk korban penghapus dosa, dan seekor domba jantan untuk korban bakaran, kedua-duanya yang tidak bercela, kemudian persembahkanlah itu di hadapan TUHAN.
9:3 Dan kepada orang Israel haruslah engkau berkata, begini: Ambillah seekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa, dan seekor anak lembu dan seekor domba, masing-masing berumur setahun dan yang tidak bercela, untuk korban bakaran.
9:4 Dan lagi seekor lembu dan seekor domba jantan untuk korban keselamatan, supaya dikorbankan di hadapan TUHAN, dan korban sajian yang diolah dengan minyak, karena pada hari ini TUHAN akan menampakkan diri kepadamu."
9:5 Kemudian dibawa merekalah apa yang diperintahkan Musa ke Kemah Pertemuan, lalu mendekatlah segenap umat itu dan berdiri di hadapan TUHAN.
9:6 Kata Musa: "Inilah firman yang diperintahkan TUHAN kamu perbuat, agar kemuliaan TUHAN tampak kepadamu."
9:7 Kata Musa kepada Harun: "Datanglah mendekat kepada mezbah, olahlah korban penghapus dosa dan korban bakaranmu, dan adakanlah pendamaian bagimu sendiri dan bagi bangsa itu; sesudah itu olahlah persembahan bangsa itu dan adakanlah pendamaian bagi mereka, seperti yang diperintahkan TUHAN."
9:8. Maka mendekatlah Harun kepada mezbah, dan disembelihnyalah anak lembu yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri.
9:9 Anak-anak Harun menyampaikan darah lembu itu kepadanya, dan Harun mencelupkan jarinya ke dalam darah itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk mezbah. Darah selebihnya dituangkannya pada bagian bawah mezbah.
9:10 Lemak, buah pinggang dan umbai hati dari korban penghapus dosa itu dibakarnya di atas mezbah, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
9:11 Tetapi daging dan kulitnya dibakarnya habis di luar perkemahan.
9:12 Kemudian ia menyembelih korban bakaran, lalu anak-anak Harun menyerahkan darah korban itu kepadanya, maka Harun menyiramkannya pada mezbah sekelilingnya.
9:13 Juga diserahkan merekalah kepadanya korban bakaran itu menurut bagian-bagian tertentu beserta dengan kepalanya, lalu dibakarnya di atas mezbah.
9:14 Isi perut dan betisnya dibasuhnya dan dibakarnya dengan korban bakaran di atas mezbah.
9:15 Sesudah itu dibawanya persembahan bangsa ke mezbah; diambilnyalah kambing jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa yang bagi bangsa itu, lalu disembelihnya dan dipersembahkannya sebagai korban penghapus dosa seperti yang pertama.
9:16 Kemudian dibawanyalah korban bakaran ke mezbah, dan diolahnya sesuai dengan peraturan.
9:17 Selanjutnya dibawanyalah korban sajian dan diambilnya segenggam dari padanya, lalu dibakarnya di atas mezbah, di samping korban bakaran pada waktu pagi.
9:18 Ia menyembelih juga lembu dan domba jantan yang akan menjadi korban keselamatan bagi bangsa itu, lalu anak-anak Harun menyerahkan darah korban itu kepadanya, maka Harun menyiramkannya pada mezbah sekelilingnya.
9:19 Tetapi segala lemak dari lembu dan dari domba jantan itu, yakni ekor yang berlemak, lemak yang menutupi isi perut, buah pinggang dan umbai hati,
9:20 segala lemak itu diletakkan mereka di atas dada kedua korban itu, lalu Harun membakar segala lemak itu di atas mezbah.
9:21 Dada dan paha kanan itu dipersembahkan Harun sebagai persembahan unjukan di hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan Musa.
9:22 Harun mengangkat kedua tangannya atas bangsa itu, lalu memberkati mereka, kemudian turunlah ia, setelah mempersembahkan korban penghapus dosa, korban bakaran dan korban keselamatan.
9:23. Masuklah Musa dan Harun ke dalam Kemah Pertemuan. Setelah keluar, mereka memberkati bangsa itu, lalu tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap bangsa itu.
9:24 Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah.


Ayat 22-24 benar-benar mengagumkan. Sangat sulit membayangkan apa yang ada di dalam pikiran dan hati Musa serta Harun saat mereka memasuki bait suci lalu kemudian keluar, dengan berselubungkan 'kemuliaan Tuhan' di hadapan seluruh bangsa itu. Meskipun ayat tersebut tidak menjelaskan secara rinci apa yang telah terjadi, ada begitu banyak orang di kemah pada waktu itu, dan karena semua orang melihatnya, itu menunjukkan betapa hebat dan luar biasanya peristiwa tersebut. Mungkin kemuliaan itu bisa dibuktikan dengan apa yang terjadi kemudian: "Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu meng-hanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah" (Ima­mat 9:24, NKJV).
Kemah pertemuan telah ditahbiskan, dan imam-imam telah diasingkan un­tuk pelayanan penyembahan Ilahi. Api kudus yang terlihat merupakan tanda bahwa pengorbanan telah diterima. Bangsa itu menyambutnya dengan persatuan—dengan seruan pujian, dan tersungkur dengan wajah mereka ke tanah da­lam kerendahan hati merasakan kehadiran Allah Yang Kudus. Apa yang kita lihat di sini adalah rasa takjub yang hebat, hormat, dan penurutan; setiap detail perintah Allah dituruti, dan Tuhan menunjukkan penerimaan-Nya terhadap apa yang mereka telah lakukan.

Perhatikan reaksi mereka: mereka bersorak dan tersungkur dengan wajah sampai ke tanah. Betapapun hebatnya upacara itu secara keseluruhan, reaksi mereka tetap menunjukkan rasa hormat, sukacita dan ketakutan—pada saat yang bersamaan. Bagaimanakah kita bisa belajar un­tuk menunjukkan jenis sikap hormat seperti ini dan sukacita dalam kebaktian penyembahan kita sendiri?

Senin 25 Juli
API DARI HADAPAN TUHAN

"Dengan dibantu oleh anak-anaknya, Harun mempersembahkan korban-korban yang dituntut Allah, dan ia mengangkat tangannya dan memberkati orang banyak. Segala sesuatu telah dilaksanakan sebagaimana yang diperintahkan Al­lah, dan la berkenan atas korban itu, dan menyatakan kemuliaan-Nya dengan satu cara yang amat mengesankan; api turun dari Tuhan dan membakar korban yang ada di atas mezbah itu. Orang banyak memandang pernyataan yang ajaib dari kuasa Ilahi ini dengan penuh perhatian dan rasa kagum. Mereka melihat di dalamnya satu tanda persetujuan dan kemuliaan Allah, dan mereka pun menaik-kan kata-kata puj ian dan penghormatan, kemudian bersujud dengan muka sampai ke tanah seolah-olah mereka berada di hadirat Tuhan."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, him. 424. Sulit untuk dipercaya bahwa setelah peristiwa yang dramatis itu terjadi, segera secara serempak semua tersungkur ke tanah bersujud. Seseorang dapat membayangkan bahwa dengan pertunjukan kuasa Allah, selu­ruh bangsa itu, khususnya imam-imam (yang sangat dihormati) juga tersungkur dan sujud ke tanah mengikuti mereka. Betapa bodohnya kita untuk meremehkan perubahan hati manusia, khususnya hati kita sendiri!

Baca kisah Nadab dan Abihu di Imamat 10:1-11. Siapakah mereka? Apa­kah dosa yang mereka lakukan? (Bandingkan dengan Keluaran. 30:9; Imamat 16:12, 10:9). Setelah peristiwa yang terjadi pada pasal sebelumnya, apakah yang kita temukan secara signifikan melalui cara mereka dibinasakan? Injil penting apakah yang kita dapat pelajari dari peristiwa yang tragis ini?

Imamat 10:1-11
10:1. Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.
10:2 Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN.
10:3. Berkatalah Musa kepada Harun: "Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku." Dan Harun berdiam diri.
10:4 Kemudian Musa memanggil Misael dan Elsafan, anak-anak Uziel, paman Harun, lalu berkatalah ia kepada mereka: "Datang ke mari, angkatlah saudara-saudaramu ini dari depan tempat kudus ke luar perkemahan."
10:5 Mereka datang, dan mengangkat mayat keduanya, masih berpakaian kemeja, ke luar perkemahan, seperti yang dikatakan Musa.
10:6 Kemudian berkatalah Musa kepada Harun dan kepada Eleazar dan Itamar, anak-anak Harun: "Janganlah kamu berkabung dan janganlah kamu berdukacita, supaya jangan kamu mati dan jangan TUHAN memurkai segenap umat ini, tetapi saudara-saudaramu, yaitu seluruh bangsa Israel, merekalah yang harus menangis karena api yang dinyalakan TUHAN itu.
10:7 Janganlah kamu pergi dari depan pintu Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati, karena minyak urapan TUHAN ada di atasmu." Mereka melakukan sesuai dengan perkataan Musa.
10:8. TUHAN berfirman kepada Harun:
10:9 "Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun.
10:10 Haruslah kamu dapat membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis,
10:11 dan haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel segala ketetapan yang telah difirmankan TUHAN kepada mereka dengan perantaraan Musa."

Keluaran. 30:9
30:9 Di atas mezbah itu janganlah kamu persembahkan ukupan yang lain ataupun korban bakaran ataupun korban sajian, juga korban curahan janganlah kamu curahkan di atasnya.

Imamat 16:12, 10:9
16:12 Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir.

10:9 "Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun.

Kata yang digunakan dalam Bahasa Ibrani untuk Imamat 9:24 dan 10:2 sama: "Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan...." (Im. 9:24). Menghanguskan apa? Pada kasus pertama, korban yang dipersembahkan; kasus berikutnya, orang berdosa. Betapa hebatnya penyampaian rencana keselamatan di sini. Di Salib, "api dari Allah," atau murka Allah, "menghanguskan" persembahan korban, dan itulah Yesus. Itulah sebabnya, semua yang beriman kepada-Nya tidak akan pernah menghadapi api dan murka Tuhan karena telah digantikan oleh Yesus bagi mereka. Namun demikian, sama seperti imam-imam tersebut, yang menolak cara yang Allah sampaikan kepada mereka, akan mengalami api yang mengha­nguskan mereka sendiri (Why. 20:9). Kemuliaan yang dinyatakan pada peristiwa penyaliban adalah kemuliaan yang sama pada akhirzaman yang akan menghangus­kan dan inenghabisi dosa. Pilihan yang sangat jelas di hadapan kita semua.

Di satu sisi, jika Anda memikirkannya, api adalah api bukan? Apakah bedanya di sini? Sebenarnya, dalam kasus ini, api itu sangatlah besar. Coba pikirkan, bukan hanya bagaimana cara Anda menyembah-Nya, tetapi kehidupan Anda secara menyeluruh. Jika ada, "api asing" manakah dalam kehidupan Anda yang harus Anda singkirkan?

Selasa 26 Juli
BERBAHAGIALAH ENGKAU, HAI ISRAEL!

Bayangkan peristiwa ini: hamba Allah yang setia, ditegur oleh Tuhan karena kemarahan yang tak terkontrol, di hadapan Bangsa Israel (Bilangan 20:8-12).
Kemudian, Musa mengetahui bahwa ia akan segera mati. Begitu mudahnya dia dilingkupi oleh frustrasi dan mengasihani dirinya. Meskipun demikian, ia selalu memikirkan bangsanya dan masa depan yang akan mereka hadapi. Berdiri di hadapan bangsanya, sebagai pemimpin mereka, untuk pertama kalinya, di bawah tuntunan Roh Kudus Musa memberkati bangsanya dari setiap suku. Kemudian ia meninggal dunia dengan penuh rasa syukur.

Bacalah Ulangan 33:26-29. Apakah yang dikatakan Musa di sini yang menolong kita untuk lebih memahami arti menyembah Tuhan? Kebenaran-kebenaran dan prinsip-prinsip apakah yang bisa kita terapkan sementara kita belajar untuk mencari kebenaran tentang apa itu penyembahan yang sejati?

Ulangan 33:26-29
33:26. Tidak ada yang seperti Allah, hai Yesyurun. Ia berkendaraan melintasi langit sebagai penolongmu dan dalam kejayaan-Nya melintasi awan-awan.
33:27 Allah yang abadi adalah tempat perlindunganmu, dan di bawahmu ada lengan-lengan yang kekal. Ia mengusir musuh dari depanmu dan berfirman: Punahkanlah!
33:28 Maka Israel diam dengan tenteram dan sumber Yakub diam tidak terganggu di dalam suatu negeri yang ada gandum dan anggur; bahkan langitnya menitikkan embun.
33:29 Berbahagialah engkau, hai Israel; siapakah yang sama dengan engkau? Suatu bangsa yang diselamatkan oleh TUHAN, perisai pertolongan dan pedang kejayaanmu. Sebab itu musuhmu akan tunduk menjilat kepadamu, dan engkau akan berjejak di bukit-bukit mereka."

Kata Yesyurun adalah sebuah bentuk.puisi untuk Bangsa Israel (lihat Ulang­an 33:5, 26). Kata itu berasal dari kata (yashar) yang berarti "benar" atau "lu-rus," bukan saja secara fisik tetapi juga moral. Ayub digambarkan (Ayub 1:1) sebagai orangyang"sempurna dan benar" (dari kaiayashar); lihat juga Mazmur 32:11; 97:11, dan Amsal 15:8. Oleh sebab itu, Musa di sini sedang berbicara tentang bagaimana umat Allah itu seharusnya, yaitu mereka yang telah masuk dalam hubungan pefjanjian dengan-Nya.
Fokus utamadi sini adalah mengenai tindakan Allah untuk kepentingan umat-Nya. Segala sesuatu yang akan terjadi terhadap Bangsa Israel—kemenangan mereka atas musuh-musuh, keamanan, keselamatan, hasil bumi mereka—se-muanya itu adalah karena Tuhan yang melakukannya bagi mereka. Betapa pen-tingnya mereka senantiasa mengingat kebenaran yang sangat berharga ini. Dari sekian banyak yang bisa dihasilkan oleh penyembahan bagi kita adalah, bahwa itu dapat menjadi suatu peringatan yang konstan akan apa "yang Allah Yesyu­run" telah lakukan bagi kita. Pujian, penyembahan dan pemujaan—apakah itu datang langsung dari bibir kita atau hanya diekspresikan dalam pikiran dan hati kita—seharusnya berjalan berdampingan menolong kita untuk tetap terfokus pada Allah dan bukan pada diri kita sendiri dan masalah-masalah kita.

Pikirkanlah segala sesuatu yang Anda miliki untuk memuji dan me­nyembah Tuhan. Mengapa begitu penting untuk tetap memikirkan berkat-berkat ini, semua yang telah dilakukan-Nya demi kepentingan kita, un­tuk Anda di setiap waktu? Kalau tidak demikian, begitu mudahnya kita akan putus asa, bukan?

Rabu 27 Juli
SIKAP YANG PENUH PENYERAHAN

Penyembahan di dalam Alkitab, adalah masalah yang serius. Hal ini bukanlah tentang perasaan pribadi, atau semata-mata melakukan pekerjaan orang lain atau mengikuti kecenderungan yang orang lain lakukan. Meskipun selalu ada bahaya untuk terjebak pada tradisi-tradisi dan upacara-upacara yang membosan-kan menjadi akhir dari segalanya gantinya menjadi sebuah cara untuk mencapai tujuan-dan tujuan itu adalah penyembahan yang benar kepada Tuhan yang nan-tinya mengubah hidup kita dan menuntun kita kepada keselarasan kita dengan kehendak dan karakter-Nya (Gal. 4:19)kita juga harus berhati-hati untuk ti­dak mengizinkan kesombongan diri, kepuasan yang penuh dosa, dan kerinduan untuk memuliakan diri, mendikte cara penyembahan kita.
Sekarang kita melompat jauh beberapa tahun dari sejarah Bangsa Israel dan membaca sebuah kisah sederhana yang akan dapat menolong kita menyatakan bagaimana penyembahan yang benar dapat diekspresikan di dalam hati seseorang yang penuh penyesalan.

Bacalah 1 Samuel 1, tentang kisah Hana. Apakah yang bisa kita ambil dari pengalamannya yang menolong kita untuk mengerti apa arti penyem­bahan dan bagaimana cara kita menyembah Tuhan?
1:1. Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim.
1:2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.
1:3 Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas.
1:4 Pada hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian.
1:5 Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya.
1:6 Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya.
1:7 Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.
1:8 Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"
1:9. Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN,
1:10 dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.
1:11 Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."
1:12 Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu;
1:13 dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk.
1:14 Lalu kata Eli kepadanya: "Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu."
1:15 Tetapi Hana menjawab: "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN.
1:16 Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama."
1:17 Jawab Eli: "Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya."
1:18 Sesudah itu berkatalah perempuan itu: "Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu." Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi.
1:19. Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya.
1:20 Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN."
1:21 Elkana, laki-laki itu, pergi dengan seisi rumahnya mempersembahkan korban sembelihan tahunan dan korban nazarnya kepada TUHAN.
1:22 Tetapi Hana tidak ikut pergi, sebab katanya kepada suaminya: "Nanti apabila anak itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat TUHAN dan tinggal di sana seumur hidupnya."
1:23 Kemudian Elkana, suaminya itu, berkata kepadanya: "Perbuatlah apa yang kaupandang baik; tinggallah sampai engkau menyapih dia; hanya, TUHAN kiranya menepati janji-Nya." Jadi tinggallah perempuan itu dan menyusui anaknya sampai disapihnya.
1:24 Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu.
1:25 Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli;
1:26 lalu kata perempuan itu: "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN.
1:27 Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.
1:28 Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.

Seberapa banyak pun kita mengingat bahwa Allah sendirilah yang harus menjadi fokus utama penyembahan kita, namun kita tidak menyembah Allah dalam suatu ruang hampa. Kita bukan menyembah sosok yang jauh, abstrak, dan tak dapat dijangkau, kita sedang menyembah Allah yang menciptakan dan menebus kita yang berinteraksi dengan segala masalah manusia. Kita sedang menyembah Allah secara pribadi yang terlibat dalam kehidupan kita dengan cara yang sangat akrab, cara yang akan menolong kita untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan jika kita mengizinkan Dia melakukannya.
Hana menyembah Tuhan dari relung jiwanya yang paling dalam. Dengan kata lain, kita semua seperti Hana. Kita semua mempunyai kebutuhan terdalam di hati kita, bahwa, secara manusia, dari dalam bahkan dari luar diri kita, kita tidak dapat menemukannya. Hana datang kepada Tuhan dalam sikap yang pe­nuh penyerahan diri (Lagipula, seberapa besarkah penyerahan yang dapat dite-mukan dalam diri seseorang yang rela mempersembahkan anaknya sendiri?). Kita dapat, dan seharusnya bisa datang kepada Allah dengan segala kebutuhan kita; tetapi kita harus selalu mengutamakan panggilan Tuhan dalam kehidupan kita. Penyembahan yang benar harus mengalir dari hati yang hancur sepenuh-nya dari ketidakberdayaan dan ketergantungan kita kepada Allah.
Adakah sesuatu yang hancur dalam hati Anda? Bagaimanakah Anda bisa belajar untuk menyerahkan semuanya kepada Tuhan?

Kamis 28 Juli
PENYEMBAHAN DAN PENURUTAN

"Tetapi jawab Samuel: 'Apakah TUHAN itu berkenan kepadakorban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan. Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka la telah menolak engkau sebagai raja.'" (1 Sam. 15:22, 23).

Bacalah ayat tersebut di atas. Prinsip penting apakah yang dapat kita ambil dari sini mengenai penyembahan yang benar? Apakah yang diamarkan bagi kita untuk kita hadapi? Bagaimanakah kita bisa memastikan bahwa kita tidak bersalah terhadap apa yang diamarkan di sini?

1 Sam. 15:22, 23
15:22 Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
15:23 Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."

Ayat-ayat tersebut diungkapkan dalam konteks kejatuhan dan kemurtadan yang dilakukan oleh Saul, raja pertama Bangsa Israel. Saul seharusnya me-nyerang dan membinasakan (kata Ibrani menyarankan penggunaan "diserahkan untuk dibinasakan") setiap orang, dan setiap hewan. Allah merencanakan menggunakan Bangsa Israel untuk menghakimi kejahatan Bangsa Amalek ini, yang karenakemurahan-Nya, penundaan terjadi sampai tiga abad. Meskipun te­lah diberikan instruksi yang sangat jelas apa yang harus dilakukan, Saul secara terbuka menolak untuk menuruti perintah-Nya (1 Sam. 15:1-21), dan sekarang dia akan menuai konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Jawaban Samuel ke­pada Daud di ayat 22 dan 23 menolong kita untuk mengerti apa sesungguhnya penyembahan yang benar itu.
1.      Allah lebih memilih hati kita daripada persembahan kita. (Jika Dia benar-benar memiliki hati kita, maka persembahan itu akan mengikutinya).
2.      Penurutan itu lebih menyenangkan-Nya daripada korban-korban bakaran. (Penurutan adalah cara kita menunjukkan bariwa kita mengerti arti pengorbanan yang sesungguhnya).
3.      3. Keras kepala, bertahan pada pendirian kita, adalah penyembahan berhala, karena kita telah menjadikan diri kita sendiri sebagai ilah, kemauan kita, dan pendapat-pendapat kita.

Izinkanlah Roh Kudus berbicara kepada hati Anda saat Anda berta-nya kepada diri sendiri tentang hal berikut: Dalam hal apakah dalam kehidupan saya kemungkinan besarsaya lebih memilih mengikuti keinginan dan pendapat saya daripada membiarkan Tuhan menuntun saya? Implikasi apakah yang dapat saya simpulkan dari pengalaman penyembahan saya dengan melihat contoh kesombongan yang ditunjukkan Saul?

Jumat 29 Juli
PENDALAMAN:

Bacalah Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, "Dosa Nadab dan Abihu," hlm. 424-429; Alfa dan Omega, jld. 2, "Kelancangan Saul," hlm. 259-270.
"Allah telah mengucapkan satu kutuk terhadap mereka yang meninggalkan hukum-hukum-Nya, dan tidak membedakan antara yang biasa dengan yang suci."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 426.
"Kecerobohannya [Saul] yang mematikan itu berasal dari pengaruh Setan. Saul telah menyatakan semangatyang besar dalam menekan penyembahan ber­hala dan tenungan; tetapi di dalam pelanggarannya terhadap perintah Ilahi ia te­lah didorong oleh roh pertentangan yang sama kepada Allah, dan dia dipengaruhi oleh Setan sama seperti mereka yang menjalankan pekerjaan tenung; dan bila-mana ditegur, ia telah menambahkan kekerasannya kepada pemberontakannya itu. la tidak dapat memberikah penghinaan yang lebih besar lagi kepada Roh Allah sebagaimana ia telah dengan terang-terangan bersekutu dengan penyem-bah-penyernbah berhala."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 282.

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1.      Mengapa begitu penting dalam penyembahan kita untuk tetap menjadi­kan Kristus sebagai pusat? Meskipun rumit, hal-hal apakah yang dapat mengalihkan dan mencuri perhatian kita dari Tuhan saat kita melakukan penyembahan? Dalam cara yang bagaimanakah kita berada dalam bahaya dengan menggunakan Tuhan atau nama-Nya dalam pujian dan lagu, hanya sebagai tameng bagi penyembahan kita pada sesuatu?
2.      Dalam cara bagaimanakah kita bisa terlihat munafik dalam penyem­bahan kita? Artinya, apakah yang akan dikatakan tentang kita, ketika berada di luar gereja kita berlaku berbeda sementara di dalam gere-ja kita dipenuhi dengan pujian, pengucapan syukur dan menyembah? Meskipun tidak ada di antara kita yang sempiirna, bukankah seharus­nya hidup kita berkaitan erat dengan penyembahan yang kita praktik-kan? Sedihnya, beberapa orang pergi ke gereja untuk 'menyembah,' dan ketika pulang ke rumah menganiaya pasangan mereka dan anak-anak mereka atau terlibat dalam kejahatan. Bagaimanakah sikap-sikap tersebut menyebabkan penghinaan bagi penyembahan kita?
3.      Ingatlah ayat hafalan untuk pelajaran pekan ini dan terapkan itu dalam konteks penyembahan. Bagaimanakah kita bisa memastikan bahwa kita tidak melakukan apa yang diperingatkan dalam ayat tersebut?
4.      Bagaimanakah kita bisa belajar lebih baik tentang "seni" dalam pe­nyembahan, "seni" dalam penyerahan diri kepada Tuhan? Bagaima­nakah Anda bisa belajar untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dalam waktu penyembahan pribadi Anda?

No comments:

Post a Comment